Anda di halaman 1dari 58

PENERBITAN SERTIPIKAT PENGGANTI HAK ATAS TANAH KARENA

HILANG (STUDI DI KANTOR ATR/BPN KABUPATEN SUMBAWA)

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Untuk Mencapai Derajat S-1 Pada
Program Studi Ilmu Hukum

Oleh:

Sidra Anantara

D1A118246

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2022
i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN

PENERBITAN SERTIPIKAT PENGGANTI HAK ATAS TANAH KARENA

HILANG (STUDI DI KANTOR ATR/BPN KABUPATEN SUMBAWA)

Oleh:

Sidra Anantara

D1A118246

Menyetujui,

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Arief Rahman, SH., M.Hum. M. Yazid Fathoni, SH., MH.


NIP. 19610816 198803 1 004 NIP. 19810326 200812 1 001
ii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI DAN KETUA BAGIAN

DEWAN PENGUJI

Ketua,

Arief Rahman,SH.,M.Hum
NIP:196108161988031004

Anggota I,

M.Yazid Fathoni,SH.,M.Hum
NIP:198103262008121001

Anggota II,

Wiwiek Wahyuningsih, SH., M.Kn.


NIP:196207191997022001

Mengetahui,
Bagian Hukum Perdata
Ketua,

Diangsa Wagian, M.Hum.


NIP:198008122008121002
iii

HALAMAN PENGESAHAN DEKAN

SKRIPSI INI TELAH DITERIMA DAN DISAHKAN OLEH

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

PADA TANGGAL:……………………….

Dekan,

Dr. H. Hirsanuddin, SH,. M.Hum.


NIP.196212311988031011
iv

DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI DAN KETUA BAGIAN ...
HALAMAN PENGESAHAN DEKAN.............................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 8
C. TUJUAN PENELITIAN ....................................................................... 8
D. MANFAAT PENELITIAN ................................................................... 9
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN ....................................................... 10
F. ORISINILITAS PENELITIAN ............................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 16

A. Tinjauan Umum Mengenai Pendaftaran Tanah ...................................... 16


B. Tinjauan Umum Tentang Sertipikat Hak Atas Tanah ............................. 19
C. Tinjauan Umum Mengenai Penerbitan Sertipikat Pengganti .................. 23

BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................................................... 31

A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 31


B. Metode Pendekatan ............................................................................... 31
C. Sumber dan Jenis Data .......................................................................... 32
D. Teknik Mengumpulkan Data dan Bahan Hukum ................................... 34
E. Analisis Data ......................................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 37

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 37


B. Gambaran Responden ............................................................................ 38
v

C. Proses Permohonan Pelaksanaan Penerbitan Sertipikat Pengganti Hak


Atas Tanah Karena Sertipikat Hilang ..................................................... 40
D. Permohonan Penerbitan Sertipikat Pengganti Hak Atas Tanah Karena
Hilang ................................................................................................... 42

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 49

A. Kesimpulan ........................................................................................... 49
B. Saran ..................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 51


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan dan

kepentingannya selalu berinteraksi dengan atau melakukan kontak langsung

dengan manusia yang lainnya, sebagai makhluk sosial sudah menjadi sifat

dasar pembawaanya bahwa manusia selalu saling membutuhkan.

Dalam cakupan interaksi yang lebih besar, maksudnya dalam interaksi

di tengah-tengah masyarakat, manusia juga melakukan kontak satu sama lain,

di mana hubungan itu kadangkala menjadi hubungan yang menyenangkan

atau malah menimbulkan pertengkaran (conflict of human interest) mengingat

akan banyaknya kepentingan, tidak mustahil jika terjadinya konflik atau

bentrokan antara sesama manusia karena kepentingannya yang bertentangan.

Sehingga konflik kepentingan itu terjadi apabila dalam melaksanakan atau

mengejar kepentingannya seseorang itu merugikan orang lain dalam

kehidupan bersama ataupun masyarakat, sehingga konflik itu pun tidak dapat

di hindarkan.1

1
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
1999, hlm. 3.
2

Apabila kita melihat pada konsep yang lebih kompleks, bahwa

terbentuknya suatu Negara karena adanya suatu Wilayah tertentu adanya

Pemerintah yang sah dan berdaulat. Demikian pula dengan adanya masyarakat

yang mendiami wilayah tertentu itu, juga tidak bisa terlepas dari adanya

konflik atau sengketa kepentingan, baik konflik dengan Pemerintah maupun

yang sering terjadi konflik antara masyarakat dengan masyarakat lainnya.

Untuk menghindari adanya gesekan atau pertentangan didalam

kehidupan bermasyarakat maka Negara dalam hal ini pemerintah

berkewajiban membuat suatu aturan hukum yang dapat menghanyomi

kepentingan masyarakat agar tercipta masyarakat yang makmur berkeadilan

dan adil berkemakmuran. Karena Negara Indonesia merupakan Negara yang

berdasarkan atas hukum (macht staat). Maka sudah sewajarnya masyarakat

tersebut harus tunduk pada pemerintah yang sah.

Salah satu isu yang sangat marak beredar di tengah masyarakat adalah

mengenai tanah karena sangat erat berkaitan dengan letak geografis suatu

Negara dan latar belakang mata pencaharian masyarakatnya, terutama Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terletak di wilayah dengan iklim

tropis, oleh karena itu perlu peran langsung dari Negara (Pemerintah) untuk

dapat mengatur serta melindungi kepentingan dari masyarakat tersebut guna

mengatasi setiap permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat (

rakyatnya ).
3

Negara Indonesia adalah Negara yang sebagian besar kehidupan

rakyatnya masih bercorak agraris karena sesuai dengan iklim yang bercorak

tropis, seiring dengan proses pembagunan yang semakin pesat dimasa ini,

tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Arti penting

ini menunjukan adanya pertalian yang sangat erat antara hubungan manusia

dengan tanah yaitu berupa gesekan-gesekan kepentingan antara perorangan

ataupun antara kelompok masyarakat.

Permasalahan ini tidak terlepas dari jumlah penduduk yang

memerlukan tanah untuk memenuhi kehidupan dan kebutuhan yang begitu

pesatnya di Indonesia, sedangkan luas tanah tidak berubah (tetap). Oleh

karena itu diperlukan suatu langkah-langkah penyelesaian yang konkret untuk

mencegah semakin berkembangnya konflik maupun sengketa tanah yang

timbul ditengah-tengah masyarakat, dengan cara memberikan jaminan dan

kepastian hukum bagi hak-hak atas tanah, terutama hak milik atas tanah yang

banyak dimiliki oleh masyarakat dan biasanya dipergunakan sebagai tempat

tinggal maupun untuk di manfaatkan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari

atau sumber mata pencaharian.

Tanah dengan dimensi yang unik kerap melahirkan permasalahan yang

timbul dalam bidang-bidang sosial, ekonomi, politik, hukum, atau bidang-


4

bidang lebih luas dan komplek meliputi berbagai kehidupan manusia. 2 Pada

dasarnya masalah tanah adalah sangat aktual bagi manusia dimana saja,

terutama dalam masa pembagunan. Berdasarkan pengamatan atas pelaksanaan

tugas-tugas pengawasan, memberikan gambaran kepada kami bahwa masalah

tanah adalah faktor penting yang berpengaruh pada jalannya pembagunan.3

Langkah konkret pun telah di upayakan pemerintah untuk menjawab

permasalahan yang berdimensi kompleks tersebut dengan mengeluarkan

Peraturan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Terutama dalam pasal 19 ayat (1) UUPA

telah di tegaskan bahwa :

“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan


pendaftaran tanah diseluruh Wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang di atur dengan Peraturan Pemerintah”.

Kemudian mengenai pendaftaran tanah tersebut telah di atur juga

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang kemudian di

sempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah. Sertipikat hak atas tanah sebagai hasil akhir proses

pendaftaran tanah berisi data fisik yaitu keterangan tentang letak, batas, luas

bidang tanah , serta bagian bangunan atau bangunan yang ada di atasnya bila

2
Hasan Basri Nata Menggala Sarjita, Pembatalan Dan Kebatalan Hak Atas Tanah,
Tugu Jogja Pustaka, Yogyakarta, 2005, hlm. 6.
3
John Salindeho, Masalah Tanah Dalam Pembagunan, Sinar Grafika, Jakarta, 1998,
hlm. 6.
5

dianggap perlu dan data yuridis yaitu keterangan tentang status hak atas tanah

dan hak penuh karena lain yang berada di atasnya. 4 Pengertian sertipikat

tersebut telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Pasal 32 ayat (1) tentang Pendaftaran Tanah.

Bagi pemegang hak atas tanah, memiliki sertipikat tanah mempunyai

nilai lebih, sebab dibandingkan dengan alat bukti tertulis lain, sertipikat

merupakan alat bukti yang kuat dan diakui secara hukum. 5 Apalagi menurut

pasal 31 ayat (3) dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah telah dengan tegas dinyatakan bahwa:

“Sertipikat hanya boleh di serahkan kepada pihak yang namanya


tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak
atau pihak lain yang di kuasakan olehnya”.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pemilik sertipikat hak atas tanah

adalah merupakan pemilik yang sah atas objek tanah sebagaimana di sebutkan

dalam sertipikat hak atas tanah tersebut dan harus dianggap benar sampai

dibuktikan sebaliknya dari pengadilan dengan alat bukti yang lain. 6 Dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa untuk meminimalisir terjadinya persoalan atas tanah-tanah yang

dimiliki oleh masyarakat, perlu diadakan pendaftaran hak atas tanah hal ini

4
Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi Dan
Implementasi, Kompas, Jakarta, 2005, hlm. 22.
5
Ibid, hlm.24.
6
Ibid, hlm.28.
6

sebagaimana telah diatur dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997.

Meningkatnya kebutuhan akan tanah serta pengetahuan masyarakat

yang semakin luas, maka di tuntut kesadaran yang lebih tinggi dengan inisiatif

diri sendiri warga masyarakat untuk melaksanakan atau melakukan

pendaftaran hak atas tanah dengan tujuan untuk menghindari adanya sengketa

tanah yang disebabkan tidak adanya bukti kepemilikan hak atas tanah yang

sering disebutkan sertipikat.

Mengingat arti penting dari suatu sertipikat hak atas tanah, maka

penting sekali untuk selalu merawat dan menjaga keberadaannya di tempat

yang aman agar jangan sampai hilang. Namun pada kenyataanya masih saja

terjadi kasus-kasus hilangnya sertipikat hak atas tanah.

Di Kabuten Sumbawa misalnya, pernah terjadi kasus sertipikat hilang.

Dalam penelusuran lebih lanjut ternyata sertipikat tersebut hilang karena

dicuri oleh anak kandung pemlik sertipikat itu sendiri.

Dalam pengembangan perkara, maksud dan tujuan awal dari anak

kandung pemilik sertipikat hanyalah untuk menguasai dan menyimpan

sertipikat milik orang tuanya adalah agar suatu ketika apabila orang tuanya

meninggal dunia maka dengan mudah dapat menguasai harta peninggalan


7

orang tuanya tersebut karena sertipikat hak milik orang tuanya telah

dikuasainya.

Atas adanya laporan kehilangan dari pemilik tanah yang bersangkutan,

maka Kantor Pertanahan dimana objek tanah tersebut terdaftar harus

menyikapi dengan cemat guna menghindari pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab yang dapat memanfaatkan situasi ini.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah pada pasal 57 dan pasal 59 telah diatur tentang ketentuan

penerbitan sertipikat pengganti karena alasan hilang, yang kemudian lebih

lanjut diatur peraturan pelaksanaanya berupa peraturan menteri Negara

Agaria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Kententuan Pelaksaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

pendaftaran tanah.

Terhadap adanya laporan kasus kehilangan sertipikat hak atas tanah

ini, Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa, sebagaimana kewenangannya

telah diatur dalam peraturan menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999, tentang Pelimpahan Kewenangan

Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara

secara teknis berwenang mengambil kebijakan untuk pengganti sertipikat hak

atas tanah hilang tersebut.


8

B. RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah memang merupakan salah satu bagian yang sangat

penting di dalam penelitian, sebab dengan adanya rumusan masalah akan

memudahkan penelitian untuk melakukan pembahasan searah dengan tujuan

yang diterapkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah kekuatan hukum sertipikat pengganti apabila sertipikat

lama ditemukan?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pemegang hak atas

sertipikat pengganti apabila sertipikat lama telah dijadikan jaminan

hutang oleh pihak lain?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan

sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan hukum sertipikat pengganti

apabila sertipikat yang lama ditemukan.


9

b. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pemegang hak atas

sertipikat pengganti apabila sertipikat lama telah dijadikan jaminan

hutang oleh pihak lain.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk Mengetahui dan memperoleh data dalam rangka penyusunan

skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar keserjanaan pada

Fakultas Hukum Universitas Mataram.

b. Untuk menambah pengetahuan mengenai hukum agraria khususnya

yang berkaitan dengan penerbitan sertipikat pengganti hak atas tanah

karena hilang.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian yang penulis lakukan bukan hanya akan bermanfaat bagi

penulis tetapi di harapkan juga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain dan

memberikan manfaat positif. Manfaatnya antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi

ilmu pengetahuan pada umumnya dan juga khususnya dibidang ilmu

hukum.
10

b. Dan juga dapat memberikan gambaran tentang proses pelaksanaan

mengenai penerbitan sertipikat pengganti hak atas tanah karena hilang

di Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa.

2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi

yang jelas kepada pembaca skripsi ini dan masyarakat pada umumnya

tentang pelaksanaan penerbitan sertipikat pengganti hak atas tanah

karena hilang di Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa.

b. Untuk mengembangkan pola pikir dan menambah pengetahuan

penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah ditentukan dalam

penelitian ini, maka berdasarkan batasan tersebut akan mempermudah kita

dalam memahami inti dari permasalahan yang ada dalam penelitian. Adapun

ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimanakah kekuatan

hukum sertipikat pengganti apabila sertipikat lama ditemukan serta

bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pemegang hak atas sertipikat

pengganti apabila sertipikat lama telah dijadikan jaminan hutang oleh pihak

lain.
11

F. ORISINILITAS PENELITIAN

No. Nama dan Judul Rumusan Masalah Hasil Penelitian

1. Susetiyo Budi , 1. Bagaimanakah Proses Dalam penelitian ini

Pelaksanaan pelaksanaan penerbitan menggunakan hukum

Penerbitan sertipikat yang hilang di empiris, dari hasil

Sertipikat Hak Atas Kantor Cabang Kota penelitian disimpulkan

Tanah Yang Hilang Palembang? bahwa untuk menganalisis

(Studi Di Kantor 2. Bagaimana akibat hukum bagaimana proses

Pertanahan Kota terhadap para pihak dalam pelaksanaan penerbitan

Palembang)7. sertipikat yang hilang dan sertipikat pengganti yang

bagaimana upaya hilang

penyelesaiannya? dan juga untuk mengetahui

akibat hukum terhadap

para pihak dalam sertipikat

yang hilang dan bagaimana

upaya penyelsainnya.

2. Diah Ayu 1. Bagaimana tinjauan umum Dalam penelitian ini

Andriana, Analisis dan kendala atas penerbitan menggunakan hukum

Yuridis Terhadap sertipikat pengganti karena Normatif, dari hasil

7
Susetiyo Budi, Perlaksanaan Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah Yang Hilang
(Studi di Kantor Pertanahan Kota Palembang), Universitas Muhammadiyah Palembang,
Palembang, 2019, Hlm. ii.
12

Penerbitan hilang di Kantor Pertanahan penelitian disimpulkan

Sertipikat Kabupaten Tangerang? bahwa untuk mengetahui

Pengganti Hak atas 2. Bagaimana tanggung jawab akibat hukum dan

Tanah Karena hukum bagi pihak ketiga mekanisme penyelesain

Hilang Di Kantor yang melakukan perbuatan diterbitkannya sertipikat

Pertanahan Kota hukum dengan hilangnya pengganti, dan untuk

Purbalingga (Studi sertipikat pengganti dan apa mengetahui tinjauan

Putusan Nomor mekanisme upayanya? yuridis perkara yang

01/Pdt.G/2016/PN. 3. Bagaimana tinjauan yuridis dilakukan di Kantor

Pbg).8 terhadap penerbitan Pertanahan Purbalingga

sertipikat pengganti hak atas dengan menganalisis

tanah yang hilang di Kantor Putusan Nomor

pertanahan Purbalingga 01/Pdt.G/206/PN.Pbg.

Studi Putusan Nomor

01/Pdt.G/2016/PN.Pbg)?

3. Irwin Perison, 1. Bagaimanakah pelaksanaan Dalam penelitian ini

Pelaksanaan permohonan penerbitan menggunakan penelitian

Penerbitan sertipikat pengganti hak atas kualitatif, dari hasil

Sertipikat tanah? penelitian disimpulkan

8
Diah Ayu Andriana, Analisis Yuridis Terhadap Penerbitan Sertipikat Pengganti
Hak Atas Tanah Karena Hilang di Kantor Pertanahan Kota Purbalingga (Studi Putusan
Nomor 01/Pdt.G/2016/PN.Pbg), Fakultas Hukum Universitas Jember, Jawa Timur, 2019,
hlm. ii.
13

Pengganti Dan 2. Bagaimana perlindungan bahwa dalam penelitiannya

Perlindungan hukum terhadap pemegang untuk mendeskripsikan

Hukum Terhadap sertipikat pengganti hak atas pelaksaanaan penerbitan

Pemegangnya tanah? sertipikat pengganti hak

(Studi Kasus atas tanah dan

Kantor Pertanahan mendeskripsikan

Kota Semarang).9 bagaimana perlindungan

hukum terhadap pemegang

sertipikat hak atas tanah

yang hilang oleh Kantor

Pertanahan Kota Semarang

1. Susetiyo Budi, Pelaksanaan Hukum Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah

Yang Hilang (Studi Di Kantor Pertanahan Kota Palembang), Persamaan

dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu untuk sama-sama melakukan

penelitian terhadap perkara Penerbitan sertipikat hak atas tanah yang hilang.

Namun perbedaannya penelitian yang dilakukan Susetiyo Budi terdapat

dirumusan masalah yang membahas bagaimana akibat hukum terhadap para

pihak dalam sertipikat yang hilang, sedangkan penulis pada rumusan

masalahnya membahas bagaimanakah perlindungan hukum terhadap

9
Irwin Perison, Pelaksanaan Penerbitan Sertipikat Pengganti Dan Perlindungan
Hukum Terhadap Pemegangnya (Studi Kasus Pertanahan Kota Semarang), Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, 2017, hlm. ii.
14

pemegang ha katas srtipikat pengganti apabila sertipikat lama telah dijadikan

jaminan hutang oleh pihak lain.

2. Diah Ayu, Analisis Yuridis Terhadap Penerbitan Sertipikat Pengganti Hak

Atas Tanah Karena Hilang Di Kantor Pertanahan Kota Purbalingga (Studi

Putusan Nomor 01/Pdt.G/2016/PN.Pbg). Persamaan dengan penelitian yang

diilakukan peneliti yaitu untuk mengetahui kekuatan hukum sertipikat

pengganti. Namun perbedaanya penelitian ini membahas tentang analisis

yuridis terhadap penerbitan sertipikat pengganti hak atas tanah karena hilang

di kantor pertanahan kota purbalingga (Studi Putusan Nomor

01/Pdt.G/2016/PN.Pbg) yang mengacu pada tinjauan yuridis subjek kantor

pertanahan kota purbalingga, sedangkan penulis dalam penelitiannya tidak

melibatkan perkara hukum yuridis.

3. Irwin Perison, Pelaksanaan Penerbitan Sertipikat Pengganti Dan Perlindungan

Hukum Terhadap Pemegangnya (Studi Kasus Kantor Pertanahan Kota

Semarang). Persamaan dengan penelitian yang diilakukan peneliti yaitu,

sama-sama melakukan penelitian terhadap perkara Penerbitan sertipikat hak

atas tanah yang hilang, Namun perbedaanya dalam penelitian ini terletak pada

rumusan masalah Irwin Perison membahas bagaimana perlindungan hukum

terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah, sedangkan penulis membahas

bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang hak atas sertipikat


15

pengganti apabila sertipikat lama telah dijadikan jaminan hutang oleh pihak

lain.
16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Pendaftaran Tanah

1. Pengertian Pendaftaran Tanah

Istilah pendaftaran tanah atau dalam literatur sering disebut

“land record” atau juga “cadastre” merupakan bagian dari masalah

keagrariaan, dari masalah-masalah keagrariaan yang ada, yang paling

menonjol adalah pendaftaran tanah, baik di Negara-negara belum maju

maupun di Negara-negara sudah maju, karena ia merupakan institusi

Negara satu-satunya yang mempunyai otoritas untuk memberikan

legalitas bagi setiap pemilikan ataupun penguasaan tanah10.

Pengertian Pendaftaran tanah menurut Boedi Harsono adalah

suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Negara/Pemerintah

secara terus-menerus dan teratur, berupa pengumpulan karena atau

data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di Wilayah-

wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan pengkajian bagi

kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian

10
Herman Hermit, Cara Memperoleh Sertipikat Tanah Hak Milik, Tanah Negara
Dan Tanah Pemda, Teori dan Praktek Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju,
Bandung, 2004, hlm. 131
17

hukum dibidang pertahanan, termasuk penerbitan tanda bukti dan

pemeliharaannya11.

Sehubungan dengan adanya pendaftaran tanah maka perlu

diketahui juga tentang unsur-unsur pendaftaran tanah yaitu: rangkaian

kegiatan, Pemerintah, teratur dan menerus, data tanah, Wilayah

tertentu dan tujuan tertentu, memproses menyimpan menyajikan pada

masyarakat dan memberikan bukti pemilikan, dari unsur-unsur

tersebut unsur kegiatan pendaftaran tanah di sini dibagi menjadi tiga

bagian yaitu :

1) Mengumpulkan data fisik yang berisikan tentang letak

tanah, batas-batas tanah, luas tanah, dan ada tidak bagunan

diatasnya.

2) Mengumpulkan data yuridis dari tanah yang bersangkutan

yang berisikan tentang status tanah atau hak apa, siapa

pemegang haknya, ada atau tidak beban-beban lain di

atasnya misalkan hak tanggungan.

3) Proses pembuatan sertipikat dimana dalam pembuatan

sertipikat ini, dimana buku tanah disalin menjadi salinan

11
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria Isi Dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2008, hlm. 12.
18

buku tanah, dilampiri surat ukur, dijilid, disampul dengan

gambar depan garuda dan diberikan kepada pemilik tanah.

2. Objek Pendaftaran

Berdasarkan Pasal 9 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang menjadi objek

pendaftaran tanah meliputi:

1) Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan Hak Milik,


Hak Guna Usaha, Hak Guna Bagunan, dan Hak Pakai;
2) Tanah Hak Pengelolaan;
3) Tanah Wakaf;
4) Tanah Milik Atas Satuan Rumah Susun;
5) Hak Tanggungan;
6) Tanah Negara.

Dalam hal tanah Negara sebagai objek pendaftaran tanah maka

pendaftaran tanah dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah

yang merupakan tanah Negara dalam daftar tanah.12

3. Tujuan Pendaftaran Tanah

Menurut Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto yang

memberikan 3 (tiga) tujuan pokok pendaftaran tanah sebagai berikut:13

1) Memberikan kepastian objek, kepastian mengenai bidang


teknis yaitu kepastian mengenai letak, luas dan batas-batas
tanah yang bersangkutan. Hal ini diperlukan untuk

12
Ibid, hlm.76.
13
Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto, Eksistensi PRONA Sebagai
Pelaksanaan Mekanisme Fungsi Agraria, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hlm. 21.
19

menghindarkan sengketa dikemudian hari baik dengan


pihak yang menyerahkan maupun pihak-pihak yang
mempunyai tanah yang berbatasan.

2) Memberikan kepastian hak, yaitu ditinjau dari segi yuridis


mengenai status haknya, siapa yang berhak atasnya, dan
ada atau tidaknya hak-haknya dan kepentingan pihak lain
atau pihak ketiga. Kepastian mengenai status hukumnya
dari tanah bersangkutan diperlukan karena dikenal tanah-
tanah dengan berbagai macam status hukum, yang masing-
masing memberikan wewenang dan meletakkan kewajiban-
kewajiban yang berlainan kepada pihak yang mempunyai
hal mana akan terpengaruh pada harga tanah.

3) Memberikan kepastian subjek yaitu kepastian mengenai


siapa yang mempunyai diperlukan untuk mengetahui
dengan siapa harus berhubungan untuk dapat melakukan
perbuatan-perbuatan hukum secara sah mengenai ada
tidaknya hak-hak dan kepentingan pihak ketiga diperlukan
untuk mengetahui perlu atau tidaknya diadakan tindakan-
tindakan tertentu untuk menjamin penguasaan dan
penggunaan tanah yang bersangkutan secara efektif dan
aman.

B. Tinjauan Umum Tentang Sertipikat Hak Atas Tanah

Selama ini ada kesan ditengah-tengah masyarakat bahwa untuk dapat

memperoleh sertipikat hak atas tanah sangat sulit dan berbelit-belit, karena

dari proses permohonan sampai kepada penerbitannya memerlukan waktu

yang cukup lama serta biaya yang cukup mahal terutama bagi masyarakat

biasa yang berada di pelosok pedesaan yang sebagian besar pendidikannya

relative rendah serta keadaan ekonominya yang pas-pasan karena sebagian

dari mereka adalah petani. Padahal senyata-nyatanya sertipikat sangat


20

penting bagi pembuktian kepemilikan hak atas tanah guna menjamin

kepastian hukum terhadap pemegang hak atas tanah tersebut.

Untuk menjamin adanya kepastian hukum kepemilikan hak atas tanah

kepada masyarakat, maka pemerintah mengadakan pendaftaran tanah di

seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut ketentuan-

ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerinta.

Adapun mekanisme pendaftaran tanah sesuai dengan ketentuan Pasal


19 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1) Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;
2) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak
tersebut;
3) Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku
sebagai alat pembuktiannya yang kuat.

a. Pengertian Sertipikat Hak Atas Tanah

Sertipikat hak atas tanah menurut Peraturan Pemerintah 24 Tahun

1997 adalah suatu surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19

ayat (2) huruf c UUPA, untuk hak atas tanah, hak pengelohan, tanah

wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang

masing- masing sudah dibuktikan dalam buku tanah yang bersangkutan.

Sehubungan dengan hal tersebut dapat diketahui bahwa sertipikat

merupakan surat tanda bukti hak yang kuat mengenai data fisik dan data

yuridis yang termuat didalamnya. Sehingga data fisik dan data yuridis

tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah

yang bersangkutan.
21

Sertipikat sebagai tanda bukti yang kuat mengandung arti bahwa

selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang

tercantum didalamnya harus diterima sebagai data yang benar,

sebagaimana juga dapat dibuktikan dari data yang tercantum dalam buku

tanah dan surat ukurnya.

Kata “kuat” dalam Pasal 19 UUPA sehubungan dengan sistem negatif

adalah berarti “tidak mutlak” yaitu sertipikat tanah masih dimungkinkan

digugurkan sepanjang ada pembuktian sebaliknya yang menyatakan

ketidak absahan sertipikat tanah tersebut. Dengan demikian sertipikat

tanah bukanlah satu-satunya surat bukti pemegang hak atas tanah dan oleh

karena itu masih ada lagi bukti-bukti lain tentang pemegang hak atas tanah

antara lain surat bukti jual beli tanah adat atau surat keterangan hak milik

adat.

Sesuai dengan sistem negatif yang telah dianut dalam pendaftaran

tanah di Indonesia, maka berarti sertipikat tanah yang diterbitkan bukanlah

merupakan alat bukti yang mutlak yang tidak bisa diganggu gugat, justru

berarti bahwa sertipikat tanah ini bisa dicabut atau dibatalkan. Oleh karena

itu adalah tidak benar bila ada anggapan bahwa dengan memegang

sertipikat tanah berarti pemegang sertipikat tersebut adalah mutlak pemilik

tanah dan ia pasti akan menang dalam suatu perkara karena sertipikat

tanah adalah alat bukti satu-satunya yang tidak tergoyahkan. Peraturan


22

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yaitu pada

Pasal 32 Ayat (1) yang Berbunyi:

”Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang
termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut
sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang
bersangkutan”.

b. Jenis-Jenis Sertipikat

Sertipikat ada 3 (tiga) jenis, yaitu:

1) Sertipikat Hak atas Tanah adalah surat tanda bukti hak yang terdiri

dari salinan buku tanah dan surat ukur yang diberi sampul dan jilid

menjadi satu.

2) Sertipikat Hak Tanggungan adalah surat tanda bukti hak yang

terdiri dari salinan buku tanah Hypotheek/Creditverband yang

dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah dan diberi sampul yang

bentuknya khusus untuk dijilid menjadi satu

3) Sertipikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun adalah merupakan

alat bukti pemilikan satuan rumah susunya, sekaligus juga

merupakan alat bukti hak bersama atas tanah bersama, bagian

bersama dan benda bersama yang bersangkutan sebesar nilai

perbandingan proporsionalnya 14.

14
H. Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria ( pertanahan Indonesia), Cet.2, Prestasi
Pustaka, Jakarta, 2003, hlm. 58.
23

C. Tinjauan Umum Mengenai Penerbitan Sertipikat Pengganti

a. Pengertian Sertipikat Pengganti

Setelah kita berbicara mengenai sertipikat hak atas tanah, yang

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 juga mengatur tentang penerbitan

sertipikat pengganti, yang mana pada intinya sertipikat pengganti ini

bisa diterbitkan oleh Kantor Pertanahan atas permohonan pihak yang

berkepentingan, apabila sertipikat hak atas tanahnya terjadi kerusakan,

hilang dan lain sebagainya, hanya saja apabila sudah diterbitkan

sertipikat pengganti oleh Kantor Pertanahan sertipikat hak atas tanah

yang lama akan dibatalkan, hal ini dilakukan untuk menjaga

kemungkinan disalahgunakannya sertipikat hak atas tanah yang lama

oleh pihak lain berkepentingan akan hal tersebut.

Pengertian dan fungsi sertipikat pengganti pada dasarnya tidak

jauh berbeda dengan sertipikat hak atas tanah, hanya saja sertipikat

pengganti adalah salinan sertipikat yang rusak atau hilang. Sertipikat

pengganti bisa diterbitkan oleh Kantor Pertanahan atas permintaan

pemegang hak atas tanah. Namun didalam sertipikat pengganti

nantinya oleh Kantor Pertanahan akan dicatat atau diberi penjelasan

bahwa sertipikat tersebut adalah sertipikat pengganti dan isi sertipikat

pengganti tersebut tetap sama dengan sertipikat sebelumnya. Jadi pada


24

intinya bagi penulis, pengertian fungsi serta isi sertipikat pengganti

hak atas tanah yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997 tersebut adalah sama dengan sertipikat hak atas tanah

sebelumnya15.

D. Kekuatan Hukum Sertipikat Pengganti Apabila Sertipikat Lama

Ditemukan

Penerbitan sertipikat pengganti karena hilang di dahului dengan

pengumuman 1 (satu) bulan dalam surat kabar harian setempat atas biaya

pemohon. Akan tetapi didalam penerbitan sertipikat pengganti karena

hilang harus dilakukan penelitian terlebih dahulu mengenai data yuridis

mengenai bidang tanah tersebut.

Untuk keperluan penelitian data yuridis bidang-bidang tanah

dikumpulkan alat-alat bukti mengenai kepemilikan atau penguasaan tanah,

baik bukti tertulis maupun bukti tidak tertulis yang berupa keterangan dari

saksi dan atau keterangan yang bersangkutan yang ditunjuk oleh

pemegang hak atas tanah atau kuasanya untuk pihak lain yang

berkepentingan kepada panitia pendaftaran tanah dan juga dijelaskan

dalam Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang mana

penerbitan sertipikat pengganti karena hilang didasarkan atas pernyataan

15
Florianus SP Sangsun, Tata Cara Mengurus Sertipikat Tanah, Trans Media
Pustaka, Jakarta, 2007, hlm. 74.
25

dari pemegang hak mengenai hilangnya sertipikat tersebut yang

dituangkan dalam surat pernyataan dan pernyataan dibuat dibawah

sumpah didepan Kepala Kantor Pertanahan.

Kemudian setelah semua persyaratan telah dipenuhi oleh pemohon,

maka Kantor Pertanahan dapat melakukan pembuatan sertipikat pengganti

karena hilang tersebut, akan tetapi sebelum menerbitkan sertipikat

pengganti pihak Kantor Pertanahan terlebih dahulu melakukan

pengumuman melalui surat kabar dan Kantor Kelurahan dimana tanah itu

berada dengan jangka waktu selama 30 (tiga puluh) hari kerja, akan tetapi

apabila permohonan tidak mampu membayar biaya pengumuman melalui

surat kabar karena mahal, maka Kantor Pertanahan mempunyai kebijakan

bahwa pengumuman cukup ditempel di Kantor Pertanahan itu sendiri

ataupun dijalan masuk ke lokasi tanah yang sertipikatnya hilang tersebut,

dengan papan pengumuman yang cukup ditempel di Kantor Pertanahan itu

sendiri ataupun dijalan masuk lokasi tanah yang sertipikatnya hilang

tersebut, dengan papan pengumuman yang cukup jelas dan bisa dibaca

orang yang berada diluar bidang tanah tersebut16.

Bahwa setelah sertipikat pengganti diterbitkan oleh Kantor ATR/BPN

Kabupaten Sumbawa, maka sertipikat lama otomatis dinyatakan batal dan

tidak berlaku lagi. Namun bila sewaktu-waktu sertipikat lama dapat

ditemukan oleh pemegang hak atas tanah tersebut, maka untuk

16
Ibid, hlm.75.
26

memastikan sertipikat mana yang menurut hukum dapat dijadikan sebagai

bukti autentik yang mempunyai kekuatan hukum, pemegang hak

berkewajiban memberikan laporan kepada Kantor Badan Pertanahan

Nasional dimana sertipikat tersebut diterbitkan guna mendapatkan

kepastian hukum tentang keberlakuan sertipikat miliknya.

Berdasarkan hasil penelitian di Kantor ATR/BPN Kabupaten

Sumbawa, pada tanggal 11 mei 2022, ternyata setelah sertipikat pengganti

diterbitkan oleh Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa, untuk disita dan

kemudian dinyatakan tidak berlaku lagi.

E. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Atas Sertipikat

Pengganti Apabila Sertipikat Lama Telah Dijadikan Jaminan Hutang

Oleh Pihak Lain

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria Pasal 19

ayat (2) huruf c yaitu pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku

sebagai alat pembuktian yang kuat dan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 Pasal 1 angka 20 bahwa sertipikat adalah surat tanda bukti

hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Jadi dengan adanya

Undang-Undang serta peraturan tersebut bagi pemegang sertipikat hak

atas tanah jelas mempunyai perlindungan hukum tetap.

Karena didalam pemilikan suatu hak atas tanah akan mempunyai suatu

bukti sebagai pemegang hak yaitu sertipikat, begitu juga dengan


27

pemegang sertipikat pengganti yang mana sertipikat pengganti tersebut

mempunyai fungsi yang sama dengan sertipikat hak atas tanah. Sehingga

apabila terjadi permasalahan dikemudian hari terhadap pemegang

sertipikat pengganti, maka Pemerintah dapat memberikan perlindungan

hukum yang tetap kepada pemegangnya dengan berpedoman pada

Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 1960 dan Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997.

Jadi, pengertian perlindungan hukum adalah perlindungan yang

diberikan Pemerintah kepada pemegang sertipikat hak atas tanah dengan

berpedoman pada Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960

dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

Bahwa berdasarkan hasil penelitian di Kantor ATR/BPN Kabupaten

Sumbawa, pada tanggal 11 mei 2022, pada studi kasus sertipikat lama

yang hilang karena dicuri oleh anak kandung sendiri dan dijadikan

jaminan hutang pada pihak ketiga tanpa sepengetahuan dan persetujuan

orang tuanya atau pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut yang

penyelesaiannya dilakukan secara non letigasi, ternyata transaksi pinjam

meminjam uang dengan jaminan sertipikat hak milik orang tua sendiri

yang dilakukan dengan tanpa mendapatkan persetujuannya secara resmi

akan berakibat batal dan tidak sah menurut hukum.


28

F. Pembahasan Sengketa Sertipikat Hilang di Kabupaten Sumbawa

Serta Penyelsaiannya

Penyelesaian sengketa merupakan suatu cara untuk mengakhiri suatu

pertikaian atau sengketa yang terjadi antara para pihak. Dalam

penyelesaian sengketa sertipikat hilang di Kabupaten Sumbawa telah

dilakukan dengan cara non litigasi yaitu penyelesaian masalah hukum di

luar Pengadilan.

Penyelesaian perkara diluar pengadilan ini diakui didalam Peraturan

Perundang-Undangan di Indonesia yaitu dalam Undang-Undang Nomor

14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Penyelesaian sengketa diluar Pengadilan (non litigasi) merupakan upaya

tawar-menawar atau kompromi untuk memperoleh jalan keluar yang

saling menguntungkan. Kehadiran pihak ketiga yang netral bukan untuk

memutuskan sengketa, melainkan para pihak sendirilah yang mengambil

putusan akhir.

Sesuai dengan data yang penyusun peroleh dari responden ternyata di

Kabupaten Sumbawa pernah terjadi kasus sertipikat hilang. Dalam

penelusuran lebih lanjut ternyata sertipikat tersebut hilang karena dicuri

oleh anak kandung pemilik sertipikat itu sendiri.


29

Dalam pengembangan perkara, maksud dan tujuan awal dari anak

kandung pemilik sertipikat hanyalah untuk menguasai dan menyimpan

sertipikat milik orang tuanya agar suatu ketika apabila orang tuanya

meninggal dunia maka dengan mudah dapat menguasai harta peninggalan

orang tuanya tersebut karena sertipikat hak milik orang tuanya telah

dikuasainya. Sertipikat milik orang tuanya tersebut kemudian dijadikan

jaminan hutang pada temannya sendiri dengan tanpa mendapat

persetujuan orang tuanya terlebih dahulu sebagai pemegang hak atas

sertipikat tersebut.

Bahwa ketika orang tuanya mengetahui sertipikat miliknya sudah tidak

berada di tempat penyimpanannya, maka orang tua sebagi pemegang hak

atas sertipikat tanah tersebut berupaya mencari namun tidak

ditemukannya. Maka dengan inisiatif sendiri pemegang hak atas sertipikat

tanah tersebut melaporkan kepada Kantor ATR/BPN Kabupaten

Sumbawa, bahwa sertipikatnya hilang dan hendak membuat permohonan

penerbitan sertipikat pengganti. Setelah Kantor ATR/BPN Kabupaten

Sumbawa menerbitkan sertipikat pengganti dan kemudian sertipikat lama

ditemukan oleh pemegang hak atas sertipikat tanah tersebut pada pihak

ketiga yang telah dijadikan sebagai jamainan hutang, maka terjadilah

sengketa antara para pihak. Dengan yang difasilitasi oleh Kantor

ATR/BPN Kabupaten Sumbawa beserta kuasa hukum pemilik sertipikat,


30

penyelesaian sengketa tersebut diselesaikan secara Non Litigasi dengan

keputusan sebagai berikut :

1) Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa melakukan penyitaan

terhadap Sertipikat lama maupun sertipikat pengganti.

2) Berdasarkan kewenangannya, Kantor ATR/BPN Kabupaten

Sumbawa, menyatakan sertipikat lama dicabut dan dibatalkan.

3) Untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum

kepada pemegang hak yang tersebut namanya dalam sertipikat,

maka sertipikat pengganti diserahkan kepada pemiliknya.


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian

yang mengkaji penerapan peraturan Perundang-Undangan berdasarkan

konsep dan teori hukum untuk melihat secara langsung kenyataan

dilapangan.

B. Metode Pendekatan

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach)

Pendekatan Undang-Undang dilakukan dengan menelaah

semua Peraturan Perundang-Undangan dan regulasi yang terkait

dengan isu hukum yang sedang dibahas.17

b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan konseptual yaitu pendekatan yang dilakukan

dengan cara menelaah pandangan dan pendapat para sarjana, buku-

buku karya ilmiah yang relevan dengan permasalahan yang diteliti

digunakan untuk memahami konsep-konsep tentang perlindungan

17
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet.1, Ed. 1,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 133.
32

hukum bagi pihak yang terlibat dalam penerbitan sertipikat

pengganti hak atas tanah karena hilang.

c. Pendekatan Sosiologis (Sosiological Approach)

Pendekatan sosiologi dikembangkan dan dimanfaatkan untuk

menganalisis dan memberikan jawaban tentang masalah

keefektifan bekerjanya hukum dalam seluruh struktur institusional

hukum dalam masyarakat.

C. Sumber dan Jenis Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi

yang dicari.

2) Data Sekunder/Bahan Hukum yaitu data yang diperoleh melalui

penelitian kepustakaan, yang terdiri dari:

a) Bahan Hukum Primer

Adalah bahan hukum yang mengikat atau bahan yang

berkaitan erat dengan permasalahan yang diteliti, meliputi:

(1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang


Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
33

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang


Pendaftaran Tanah.

(3) Keputusan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan


Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 tentang
Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan
Keputusan Pemberian.

(4) Peraturan Perundang-Undangan lainnya, khususnya


yang terkait dengan pelaksanaan penerbitan sertipikat
pengganti hak milik atas tanah karena hilang.

b) Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer yaitu:

(1) Buku-buku yang berkaitan dengan judul dan


permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan skripsi
ini;

(2) Hasil penelitian dan karya tulis ilmiah yang berkaitan


dengan penulisan skripsi ini;

b. Dalam penelitian ini, data-data yang dibutuhkan adalah data yang

bersumber dari :

1) Data Lapangan

Data lapangan yaitu data yang diperoleh langsung dalam

penelitian lapangan dan keterangan yang berkaitan langsung

dengan objek penelitian. Dalam hal ini data diperoleh dari

informan atau pihak yang berkaitan langsung dengan pokok

permasalahan yang diteliti dan responden yang merupakan pihak


34

yang memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti. 18

2) Data Pustaka

Data yang diperoleh dari buku-buku literatur, Peraturan

Perundang-Undangan, dokumen resmi dan sumber kepustakaan

lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, yaitu kamus, ensiklopedia dan bahan-

bahan lainnya yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan sekunder, yaitu berkaitan dengan

permasalahan yang dikaji.

D. Teknik Mengumpulkan Data dan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam sebuah penelitian, karena tujuan dari sebuah penelitian adalah

dalam mendapatkan data dari sumber data. Maka sebuah teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dianggap

sesuai dengan penelitian tersebut.19

18
Ibid, hlm.30.
19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Alfabeth, Bandung, 2008, hlm. 15.
35

Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk memudahkan dalam

pengambilan data lapangan adalah sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan kegiatan mengumpulkan dan

memeriksa atau menelusuri dokumen-dokumen atau kepustakaan

yang dapat memberikan informasi atau keterangan yang

dibutuhkan dalam penelitian.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka

(face-to-face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh

jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada

seorang responden. 20

20
Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.cit., hlm. 82.
36

E. Analisis Data

Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka

langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data yang dilaksanakan

dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif. Analisis data kualitatif

adalah suatu cara yang menghasilkan data diskriptif analisis, yaitu dengan

apa yang dinyatakan responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku

yang nyata dan dipelajari sebagai suatu yang utuh.21

21
Soeryono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI, Jakarta, 1991, hlm. 23.
37

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis Kabupaten Sumbawa

Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu Daerah dari sepuluh

Kabupaten/Kota yang berada di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara

Barat terletak pada posisi 116º sampai dengan 118º Bujur Timur dan

8º 8´ sampai dengan 9º 7´ Lintang Selatan serta memiliki luas Wilayah

6.644 Km².

Kabupaten Sumbawa mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Flores

b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Dompu

c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Samudra Indonesia

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten

Sumbawa Barat dan Selat Alas

Secara administratif Kabupaten Sumbawa terbagi atas 24 (dua

puluh empat) Wilayah Kecamatan, 8 (delapan) Kelurahan, dan 157

(seratus lima puluh tujuh) Desa adapun luas Wilayah Kabupaten

Sumbawa adalah 6.644 Km².


38

2. Jumlah Penduduk Kabupaten Sumbawa

Penduduk wilayah Kabupaten Sumbawa berdasarkan hasil

registrasi kependudukan terakhir Tahun 2020 tercatat sebanyak

509.753 jiwa berdasarkan jenis kelamin baik laki-laki maupun

perempuan. Adapun jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

yaitu:

a. Penduduk Laki-Laki : 254.379 Jiwa

b. Penduduk Perempuan : 255.374 Jiwa

Jumlah keseluruhan : 509.753 Jiwa

B. Gambaran Responden

1. Gambaran Umum Responden

Responden pada penelitian pemegang sertipikat pengganti hak

atas tanah karena hilang ini hanya berjumlah 1 (satu) orang pemilik

sertipikat pengganti saja, ditambah 2 (dua) orang pemegang sertipikat

lama, dan seorang lawyer sebagai kuasa hukum pemegang sertipikat

pengganti serta seorang narasumber dari pegawai Kantor ATR/BPN

Kabupaten Sumbawa.

2. Pekerjaan Responden

Jenis pekerjaan pemegang sertipikat pengganti hak atas tanah

yang diteliti adalah petani.


39

3. Luas Tanah Responden

Luas tanah responden berdasar sertipikat adalah 182 M²

(Seratus delapan puluh dua meter persegi)

4. Pengetahuan Responden Tentang Pentingnya Sertipikat

Pengganti Hak Atas Tanah

Pengetahuan responden tentang pentingnya sertipikat

pengganti hak atas tanah sangat baik dan sangat menyadari akan

pentingnya sertipikat pengganti hak atas tanah, sehingga Kantor

ATR/BPN Kabupaten Sumbawa lebih mudah untuk melakukan tertib

administrasi dibidang pertanahan.

5. Alasan Responden Tentang Permohonan Penerbitan Sertipikat

Pengganti Hak Atas Tanah

Berdasarkan hasil penelitian lapangan tanggal 11 Mei 2022

ditemukan alasan responden untuk melakukan permohonan penerbitan

sertipikat pengganti hak atas tanah yang hilang pada Kantor ATR/BPN

Kabupaten Sumbawa adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum

bagi pemegang hak atas tanah serta perlindungan hukum bila sewaktu-

waktu terjadi sengketa atas tanah milik responden. Artinya dengan

adanya kepastian hukum hak atas tanah maka si pemegang hak atas
40

tanah tersebut telah memiliki bukti hak yang kuat serta dapat terhindar

dari gugatan pihak lain.

C. Proses Permohonan Pelaksanaan Penerbitan Sertipikat Pengganti

Hak Atas Tanah Karena Sertipikat Hilang

Permohonan penerbitan sertipikat pengganti hak atas tanah di Kantor

ATR/BPN Kabupaten Sumbawa disebabkan karena sertipikat hak atas

tanah telah hilang. Dalam mengajukan permohonan sertipikat pengganti

yang berhak mengajukan permohonan adalah pemilik atas tanah tersebut

dan bisa juga dengan kuasanya dengan melampirkan surat kuasa, surat

kuasa dapat dibuat dibawah tangan ataupun dihadapan Notaris, namun

demikian didalam pengajuan permohonan penerbitan sertipikat pengganti

hak atas tanah perlu juga dipahami tentang arti pendaftaran tanah, karena

dalam pendaftaran tanah tersebut akan menghasilkan sertipikat hak atas

tanah sebagai bukti kepemilikan hak yang sah yang dilindungi oleh

Undang-Undang.

Pada dasarnya sertipikat asli yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan

Nasional untuk pertama kalinya dengan sertipikat pengganti hak atas

tanah, yang dipegang oleh pemilik hak atas tanah, sama-sama mempunyai

kekuatan hukum yang sama atau kekuatan hukum yang tetap. Hal ini

diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan


41

Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

Suatu bidang tanah telah dimintakan penerbitan sertipikat pengganti

hak atas tanah maka akan dilakukan pembatalan sertipikat pertama dari

bidang tanah yang telah diterbitkan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk

menjaga kemungkinan disalahgunakannya sertipikat tanah terdahulu oleh

pihak lain yang dapat merugikan pemegang hak.

Prosedur yang berkaitan dengan penerbitan sertipikat pengganti hak

atas tanah, di Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa berpedoman pada

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria dan khususnya segala peraturan yang menyangkut tentang

sertipikat pengganti yaitu sesuai dengan Pasal 57 sampai dengan Pasal 60

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Jadi pada intinya Kantor

ATR/BPN Kabupaten Sumbawa didalam penerbitan sertipikat pengganti

atas permintaan masyarakat telah sesuai dengan Undang-Undang dan

Peraturan-Peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.


42

D. Permohonan Penerbitan Sertipikat Pengganti Hak Atas Tanah

Karena Hilang

a. Pengertian Sertipikat Hilang

Sertipikat hilang bisa diartikan karena sesuatu sebab, dalam

arti sertipikat hak atas tanah lepas dari penguasaan secar fisik oleh si

pemegang hak. Dan sebabnya bisa beraneka macam yaitu tercecer,

dicuri orang, kebakaran, dititip pada orang dan ternyata tidak pernah

dikembalikan. 22

Selain hal-hal tersebut diatas, menurut hasil wawancara penulis

dengan Wahyuddin, sertipikat hilang juga bisa diartikan sebagai

sertipikat yang tidak diketahui keberadaannya oleh pemegang hak,

baik karena dicuri orang maupun karena ketidaktahuan pemegang hak

itu sendiri terhadap tempat disimpannya sertipikat miliknya tersebut.23

b. Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Permohonan Sertipikat

Pengganti Karena Hilang

Sebelum mengajukan permohonan penerbitan sertipikat

pengganti hak atas tanah terlebih dahulu pemohon harus memenuhi

22
Effendi Perangin, Praktek Pengurusan Sertipikat, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta,
1992, hlm. 81.
23
Wahyuddin, Wawancara, Pegawai Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa, Kepala
Sub Seksi Pendaftaran Hak, Tanggal 11 Mei 2022.
43

syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-undang melalui

Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :

1) Kartu Tanda Penduduk Pemohon (KTP) yang masih

berlaku.

2) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terbaru.

3) Foto copy sertipikat (Jika ada). Surat Pernyataan Tidak

Sengketa dari Kelurahan/Desa setempat.

4) Surat pernyataan bahwa tanah tersebut sedang tidak

dijaminkan pada pihak manapun juga.

5) Surat keterangan atas tanah tersebut dari Kelurahan/Desa

setempat.

6) Surat laporan kehilangan dari Kepolisian setempat.

7) Surat pernyataan dibawah sumpah/janji.

8) Surat ukur, kalau seandainya tanah tersebut perlu dilakukan

Pengukuran ulang.

c. Pelaksanaan Permohonan Penerbitan Sertipikat Pengganti Hak

Atas Tanah Karena Sertipikat Hilang

Setelah syarat-syarat dipenuhi oleh pemohon sertipikat

pengganti hak atas tanah maka pemohon dapat mengajukan


44

permohonan penerbitan sertipikat pengganti hak atas tanah di Kantor

ATR/BPN Kabupaten Sumbawa dengan cara sebagai berikut24:

1) Pemohon sertipikat pengganti hak atas tanah datang ke

Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa dengan membawa

dokumen-dokumen yang telah dijelaskan pada point

persyaratan tersebut, lalu diserahkan ke loket II (Petugas

Teknis).

2) Petugas teknis di loket II akan melakukan penelitian

terhadap dokumen-dokumen, dan apabila sudah lengkap

akan diberikan tanda terima dokumen.

3) Setelah dokumen dibukukan akan diteruskan ke Kasubsi

Pendaftaran Hak.

4) Kasubsi pendaftaran hak akan mempelajari,

mendisposisikan dan menyerahkan kepada petugas

pelaksana.

5) Dan selanjutnya petugas pelaksana membuat konsep

pengumuman berdasarkan dokumen-dokumen dari

subseksi pendfataran hak, dan diserahkan kembali ke

Kasubsi Pendaftaran Hak.

24
Wahyuddin, Wawancara, Pegawai Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa, Kepala
Sub Seksi Pendaftaran Hak, Tanggal 11 Mei 2022.
45

6) Selanjutnya setelah meneliti kasubsi pendaftaran hak

memaraf atas konsep pengumuman tersebut dan diserahkan

kepada seksi survei, Pengukuran dan pemetaan.

7) Selanjutnya kepala seksi survei, Pengukuran dan pemetaan,

meneliti atas konsep pengumuman tersebut dan

memberikan paraf, kemudian selanjutnya dikirim kepada

Kepala Kantor.

8) Setelah diteliti oleh Kepala Kantor, Kepala Kantor

menandatangani konsep pengumuman tersebut, kemudian

konsep pengumuman tersebut diumumkan pada media

masa setempat, Kantor Kelurahan, dan pada Kantor

Pertanahan itu sendiri. Dan apabila dalam jangka waktu 30

hari kerja pengumuman tersebut ada yang keberatan dari

pihak lain atau mengaku dirinya yang mempunyai hak atas

tanah tersebut, dan alasan tersebut cukup beralasan setelah

diteliti di lapangan oleh petugas Kantor Pertanahan, maka

permohonan sertipikat pengganti tersebut ditunda sampai

ada penyelesaian melalui putusan Pengadilan Negeri

setempat.

9) Petugas pelaksana akan melakukan pinjaman warkah asli,

kemudian meneliti warkah, membuat konsep, salinan surat

ukur, membuat sertipikat baru, membuat berita acara,


46

membuat catatan pada buku tanah dan dokumen-dokumen

tersebut lalu diserahkan kepada Kasubsi Pendaftaran Hak.

10) Kasubsi pendaftaran hak meneliti dan memberi paraf pada

konsep sertipikat buku tanah, berita acara dan salinan surat

ukur, kemudian dokumen-dokumen tersebut diserahkan

kepada seksi survei, pengukuran dan pemetaan.

11) Kepala seksi survei, pengukuran dan pemetaan

memberikan paraf pada konsep sertipikat, buku tanah dan

salinan surat ukur/gambar situasi, kemudian dokumen

tersebut diserahkan kepada Kepala Kantor.

12) Kepala kantor memberi tanda tangan pada sertipikat, buku

tanah, berita acara dan salinan surat ukur/gambar situasi.

13) Kemudian petugas Pelaksana akan melakukan pembukuan

dan dokumen-dookumen tersebut akan dikirim ke loket IV

(Petugas Tata Usaha) dan mencatat pada buku khusus

penerimaan sertipikat, lalu memberikan sertipikat

pengganti hak atas tanah tersebut kepada pemohon atau

orang yang diberikan kuasa oleh pemohon.

Tentang biaya pendaftaran hak atas tanah Kantor ATR/BPN

Kabupaten Sumbawa berpatokan pada Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 1997 pada Pasal 61 dan diatur Peraturan Pemerintah


47

tersendiri yaitu tentang besarnya dan cara pembayaran biaya-biaya

dalam rangka pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendaftaran tanah

sebesar Rp 25.000 (dua puluh lima ribu rupiah) tetapi dalam

prakteknya bisa menghabiskan biaya sebesar Rp 2.500.000 (dua juta

lima ratus ribu rupiah).

Terhadap jumlah biaya yang dianggap tinggi oleh pemohon,

maka pemohon dapat mengajukan keringanan biaya kepada Kepala

Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa.

d. Masalah-Masalah Yang Timbul Didalam Pengajuan Permohonan

Penerbitan Sertipikat Pengganti Di Wilayah Hukum Kantor

ATR/BPN Kabupaten Sumbawa dan Penyelesaiannya

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wahyuddin, masalah-

masalah yang timbul didalam pengajuan permohonan penerbitan

sertipikat pengganti hak atas tanah, pada umumnya hanyalah masalah-

masalah yang masih bisa diselesaikan oleh Kantor ATR/BPN

Kabupaten Sumbawa dengan cara musyawarah/kekeluargaan, yaitu

memanggil kedua belah pihak yang bermasalah atas tanah tersebut

sehingga didalam musyawarah tersebut menghasilkan kesepakatan

perdamaian kedua belah pihak yang berselisih paham, 25 dan juga

25
Wahyuddin, Wawancara, Pegawai Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa, Kepala
Sub Seksi Pendaftaran Hak, Tanggal 11 Mei 2022.
48

menurut narasumber yang penulis wawancara selama beliau

ditempatkan dan menangani masalah sertipikat pengganti belum ada

yang mengajukan permohonan penerbitan sertipikat pengganti yang

masalahnya sampai diteruskan kepada pihak yang berwajib melainkan

masih ditangani oleh pihak Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa.


49

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian penulis yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, penulis menarik kesimpulan, yaitu :

1. Dalam proses permohonan Penerbitan Sertipikat Pengganti karena

hilang di Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa telah sesuai

ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan khususnya ketentuan

peraturan yang menyangkut tentang penerbitan sertipikat

pengganti yaitu sesuai dengan Pasal 57 sampai dengan Pasal 60

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah. dan Pasal 137 sampai Pasal 139 Peraturan Menteri

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997

tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997.

2. Sertipikat pengganti akan tetap mempunyai kekuatan hukum

sepanjang sertipikat lama belum ditemukan. Sebaliknya apabila

sertipikat lama telah ditemukan, maka sertipikat pengganti akan

ditarik oleh Badan Pertanahan Nasional untuk disita dan kemudian

dinyatakan tidak berlaku lagi.


50

3. Perlindungan hukum yang diberikan terhadap pemegang sertipikat

pengganti yang diterbitkan oleh Kantor ATR/BPN Kabupaten

Sumbawa sama halnya dengan perlindungan hukum terhadap

pemegang sertipikat hak atas tanah pada umumnya, dimana

sertipikat tanah merupakan alat bukti yang kuat, yang memberikan

kepastian dan perlindungan hukum bagi pemiliknya.

B. SARAN

Sesuai dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis ingin

memberikan saran untuk :

1. Pemerintah khususnya Kantor ATR/BPN Kabupaten Sumbawa

untuk lebih meningkatkan kegiatan-kegaitan penyuluhan kepada

masyarakat berkaitan dengan pentingnya sertipikat hak milik atas

tanah serta sertipikat pengganti bagi pemegang sertipikat hak milik

atas tanah yang hilang. Sehingga terjadi kepastian dan

perlindungan hukum bagi pemilik hak atas tanah.

2. Bagi pembentuk Undang-Undang, hendaknya membuat suatu

peraturan tegas yang mengatur tentang sanksi hukum terhadap

pelaku kejahatan yang dengan itikat tidak baik telah

menyalahgunakan pemanfaatan sertipikat hak milik orang lain

untuk kepentingan sendiri yang senantiasa merugikan hak dan

kepentingan orang lain.


51

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar


Pokok-Pokok Agraria.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang


Pendaftaran Tanah.

Indonesia, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3


Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 24 Tahun
1997.

2. Buku

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian


Hukum, Cet.1, Ed. 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, 2008, Sejarah Pembentukan


Undang-Undang Pokok Agraria Isi Dan Pelaksanaannya,
Djambatan, Jakarta

Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto, 1985, Eksistensi PRONA


Sebagai Pelaksanaan Mekanisme Fungsi Agraria, Ghalia Indonesia,
Jakarta

Florianus SP Sangsun, 2007, Tata Cara Mengurus Sertipikat Tanah, Trans


Media Pustaka, Jakarta

H. Ali Achmad Chomzah, 2003, Hukum Agraria ( pertanahan Indonesia),


Cet.2, Prestasi Pustaka, Jakarta

Hasan Basri Nata Menggala Sarjita, 2005, Pembatalan Dan Kebatalan


Hak Atas Tanah, Tugu Jogja Pustaka, Yogyakarta
52

Herman Hermit, 2004, Cara Memperoleh Sertipikat Tanah Hak Milik,


Tanah Negara Dan Tanah Pemda, Teori dan Praktek Pendaftaran
Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung

John Salindeho, 1998, Masalah Tanah Dalam Pembagunan, Sinar


Grafika, Jakarta

Maria S.W. Sumardjono, 2005, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi


Dan Implementasi, Kompas, Jakarta

Mertokusumo Sudikno, 1999, Mengenal Hukum Suatu Pengantar,


Liberty, Yogyakarta

Soekanto Soeryono, 1991, Pengantar Penelitian Hukum, UI, Jakarta

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, Alfabeth, Bandung

3. Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar


Pokok-Pokok Agraria.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang


Pendaftaran Tanah.

Indonesia, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3


Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 24 Tahun
1997.

Anda mungkin juga menyukai