Anda di halaman 1dari 16

INFUS GLUKOSA

I. Nama Sediaan
GALAKOSA INFUS

II. Kekuatan Sediaan


Injeksi glukosa natrium klorida
Tiap 500 mL mengandung 25 gram glukosa
(Depkes RI, 1978 : 138)

III. Preformulasi Zat Aktif


1. Glukosa (Rowe, 2009 : 282)

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk


granul putih, tidak berbau dan rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut
dalam etanol
pH : 4-6
Berat jenis : 1,43 g/cm3
Viskositas : 13,0-14,5 mPa
Stabilitas : Dalam wadah tertutup dengan baik ditempat sejuk,
tempat yang kering. Suhu yang tinggi menyebabkan
perubahan warna. Memiliki stabilitas yang baik di
bawah kondisi penyimpanan kering. Larutan
disterilisasi dengan autoklaf. Namun pemanasan yang
berlebihan dapat menyebabkan penurunan pH dan
karamelisasi solusi.
Inkompatibilitas : Glukosa inkompatibel dengan sejumlah obat-obatan
seperti cyanocobalamin, kanamisin sulfat, natrium
novobiosin, dan natrium warfarin. Eritromisin tidak
stabil dalam larutan dekstrosa pada pH kurang dari
5,05. Dekomposisi vitamin beta kompleks dapat terjadi
jika mereka dipanaskan dengan glukosa. Dalam bentuk
aldehida, glukosa bereaksi dengan amina, amida, asam
amino, peptida, dan protein. Warna coklat dan
dekomposisi terjadi dengan alkalis kuat. Dekstrosa
dapat menyebabkan pencoklatan tablet yang
mengandung amina (reaksi Maillard)
Khasiat : Kalorigenikum

IV. Pengembangan Formula


- Glukosa merupakan zat yang larut dalam air sehingga dibuat sediaan steril
berupa larutan. Sediaan steril berupa larutan ini berupa sediaan injeksi dosis
tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari
100 mL.
- Glukosa merupakan zat yang stabil terhadap pemanasan sehingga dapat
digunakan metode sterilisasi akhir untuk mencegah kontaminasi jasad renik
dalam sediaan.
- Sediaan infus harus bebas dari pirogen sehingga digunakan karbo adsorben
sebanyak 0,1 % yang dapat mengikat pirogen dengan cara depirogenisasi.
- Zat berkhasiat (Glukosa) dilebihkan 5 % pada saat penimbangan untuk
mengatasi berkurangnya konsentrasi zat aktif akibat adsorpsi oleh karbon (saat
depirogenisasi).
- Aqua pro Injection digunakan sebagai pelarut pada infus glukosa karena sudah
steril, terbebas dari pirogen dan bahan partikulat sehingga dapat memenuhi
persyaratan infus.

V. Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas
R/ Glukosa 25 gram
Aqua bebas pirogen ad 500 mL
Diketahui : Ekivalen glukosa = 0,16
Ptb glukosa = 0,47
Metode Ekivalensi
 Glukosa
25 gram
× 100 mL = 5%
500 mL

Nama Zat Konsentrasi Zat E Konsentrasi (%) × E


(%)
Glukosa 5% 0,16 5% × 0,16 = 0,8%
Jumlah 0,8%

NaCl yang ditambahkan = 0,9% - 0,8% = 0,1%


0,1 %
Pada 100 mL NaCl yang ditambahkan = ×100 mL
100 %
= 0,1 gram/100 mL
0,1 x
Pada 500 mL NaCl yang ditambahkan : =
100 500
50 = 100 x
x=0,5 gram/500 mL
= 500 mg/500 mL
Metode Penurunan Titik Beku
0,52 - {( C1 Ptb 1 ) }
B =
Ptb2
0,52 - { ( 5%×0,47 ) }
=
0,58
0,52 - ( 0,0235 )
=
0,58
0,4965
=
0,58
= 0,85 gram/100 mL

0,85 x
Pada 500 mL NaCl yang ditambahkan : =
100 500
425 = 100 x
x=4,25 gram/500 mL
= 4.250 mg/500 mL

Perhitungan Osmolaritas
g/liter zat terlarut
M osmole/liter = × 1000 × jumlah ion
BM zat terlarut
25/0,5
= × 1000 × 1
180,16
= 0,277 × 1000 × 1
= 277 m osmol /liter (Infus Glukosa bersifat isotonis)

VI. Formula Akhir


Tiap botol Infus Glukosa mengandung:
Glukosa 25 gram
Aqua pro Injection ad 500 mL
VII. Preformulasi Eksipien
1. Karbo adsorben (Depkes RI, 1979 : 133-134)
Pemerian : Serbuk sangat halus, bebas dari butiran; hitam, tidak
berbau, tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
pH : Sedikit basa
Titik leleh : 400o C
Bobot jenis : 0,4-0,6 g/cm3
Stabilitas : Dapat mengabsorpsi air. Sebaiknya disimpan dalam
wadah tertutup kedap, ditempat sejuk dan kering
Inkompatibilitas : Dapat menurunkan ketersediaan hayati beberapa obat
seperti loperamid dan riboflavin. Reaksi hidrolisis dan
oksidasi dapat dinaikkan
Khasiat : Antidotum, Adsorpsi pirogen

2. Aqua pro Injection (Rowe, 2009 : 769)


Aqua pro injection adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas
dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau
tambahan lainnya. Aqua pro injection bebas pirogen dengan pengujian
endotoksin bakteri, memenuhi syarat sterilitas dan memenuhi syarat bahan
partikulat pada injeksi volume kecil.
Struktur Kimia :

Warna : Jernih tidak berwarna


Rasa : Tidak berasa
Bau : Tidak berbau
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa.
Titik Lebur/Didih : 00C/1000C
Bobot Jenis : 1 g/cm3
pKa/pKb : 8,4
pH : 7
Stabilitas : Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Air
secara kimiawi stabil dalam semua keadaan
fisik (es, cair, dan uap. Air yang meninggalkan
sistem pemurnian dan memasuki tangki
penyimpanan harus memenuhi persyaratan
tertentu. Air harus terbebas dari ion organik
dan kontaminasi yang akan menyebabkan
peningkatan konduktivitas dan jumlah karbon
organik.
Inkompatibilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi
dengan obat dan eksipien lain yang rentan
terhadap hidrolisis (dekomposisi dengan
adanya air atau uap air) pada suhu kamar. Air
dapat bereaksi dengan logam alkali dan dengan
oksida seperti kalisum oksida dan magnesium
oksida. Air juga bereaksi dengan garam
anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai
komposisi dan dengan bahan organik tertentu.
Kegunaan : Pelarut

VIII. Penimbangan
1. Glukosa = 25 gram + ( 5 × 25 gram)
100
= 25 gram + 1,25 gram = 26,25 gram/botol
Untuk 2 botol infus = 26,25 gram × 2 = 52,5 gram = 52.500 mg
2. Karbo Adsorben = 0,1 × 500 mL = 0,5 gram
100

Untuk 2 botol infus = 0,5 gram × 2 = 1 gram = 1.000 mg


3. Aqua pro Injection ad 500 mL/botol infus
500 mL + ( 2 × 500 mL) = 500 mL + 10 mL = 510 mL
100
Untuk 2 botol infus = Aqua pro Injection ad 1010 mL

IX. Penentuan Metode Sterilisasi


Metode sterilisasi awal untuk semua alat yang digunakan adalah metode sterilisasi
panas lembab (autoclave). Hal ini disebabkan karena metode sterilisasi panas
lembab cocok digunakan untuk alat gelas yang presisi dan alat gelas yang tidak
presisi.

Metode Sterilisasi Infus Glukosa:


Metode Sterilisasi yang digunakan pada pembuatan Infus Glukosa yaitu metode
sterilisasi akhir dengan teknik sterilisasi panas lembab menggunakan autoklaf
pada suhu 121o C selama 15 menit. Pemilihan metode ini didasarkan dengan sifat
dan stabilitas dari zat aktif yaitu Glukosa yang stabil pada suhu tinggi dan tahan
terhadap penembusan uap air. Selain itu wadah yang digunakan Infus Glukosa ini
yaitu botol kaca sehingga dengan adanya suhu tinggi dan uap air tidak akan
mempengaruhi stabilitas wadah dan sediaan.

Alat Metode Sterilisasi


Gelas ukur 10 mL Sterilisasi Panas Lembab
Gelas ukur 100 mL Sterilisasi Panas Lembab
Pipet volume 1 mL Sterilisasi Panas Lembab
Pipet volume 5 mL Sterilisasi Panas Lembab
Pipet volume 10 mL Sterilisasi Panas Lembab
Erlenmeyer 250 mL Sterilisasi Panas Lembab
Corong Sterilisasi Panas Lembab
Batang pengaduk Sterilisasi Panas Lembab
Kaca arloji Sterilisasi Panas Lembab

Bahan Metode Sterilisasi


Injeksi Glukosa
- Glukosa Sterilisasi Panas Lembab

X. Prosedur Pembuatan
Zat aktif (Glukosa) dan zat tambahan (Karbo adsorben) ditimbang dengan
menggunakan spatel dan kaca arloji

Zat aktif (Glukosa) dimasukkan ke dalam gelas piala steril yang telah dikalibrasi

Aqua bidestilata dituangkan untuk melarutkan Glukosa dan membilas kaca arloji.
Karbon aktif digerus, ditimbang sejumlah 0,1 % b/v dan dimasukkan ke dalam
gelas
piala, kemudian ditambahkan aqua bidestilata hingga volume yang diminta hingga
tanda kalibrasi tercapai

Gelas piala ditutup dengan kaca arloji dan disisipi dengan batang pengaduk

Larutan dipanaskan di atas api bunsen pada suhu 60-70o C selama 15 menit sambil
sesekali diaduk, suhu di cek dengan termometer, dilakukan di luar lemari steril

Kertas saring dilipat rangkap 2 steril dibasahi dengan air bebas pirogen, air
ditampung di Erlenmeyer lain (disiapkan 2 Erlenmeyer)

Kertas saring dan corong dipindahkan ke dalam labu Erlenmeyer steril bebas
pirogen

Larutan disaring hangat-hangat ke dalam Erlenmeyer

Dari Erlenmeyer larutan dipindahkan ke gelas ukur dan diukur volumenya.


Kekurangan volume di ad dengan aqua bidestilata bebas pirogen (yang telah
disiapkan) yang digunakan untuk membilas gelas piala dan kemudian disaring
terlebih dahulu ke dalam Erlenmeyer

Larutan dituang ke dalam kolom melalui saringan G3 dengan bantuan pompa


penghisap

Filtrat dari kolom ditampung ke dalam botol infus steril yang telah ditara.

Botol ditutup dengan flakon steril diikat, dengan simpul champagne.

Sterilisasi akhir dengan autoklaf pada suhu 121o C selama 15 menit.

Diberikan etiket

XI. Evaluasi
- Uji Kebocoran (Depkes RI, 1995 : 1055)
Tujuan : Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume
serta kestabilan sediaan
Prosedur: Pada pembuatan secara kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan
dengan mata tetapi dalam jumlah besar hal ini tidak mungkin bisa dikerjakan.
Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai disterilkan
dimasukkan ke dalam larutan biru metilena 0,1 %. Jika ada wadah-wadah
yang bocor maka larutan metilena akan masuk ke dalamnya karena perbedaan
tekanan di luar dan di dalam. Sehingga cara ini tidak digunakan/dipakai untuk
larutan-larutan yang sudah berwarna.
Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan cara ujungnya
di bawah. Ini digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika terjadi
kebocoran maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah dan wadah
menjadi kosong.
Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa
dengan memasukkan wadah-wadah tersebut ke eksikator yang kemudian
divakumkan. Jika terjadi kebocoran larutan akan diserap keluar. Oleh karena
itu, harus dijaga agar jangan sampai larutan yang keluar diisap kembali jika di
vakum dihilangkan

- Volume Terpindahkan
Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi
yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada
etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair yang
dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu
dengan volume yang ditentukkan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan
memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995
: 1089)
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30
wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk sediaan tersebut (Depkes
RI, 1995 : 1089)
Larutan oral, Suspensi oral, dan Sirup dalam Wadah dosis ganda,
kocok isi 10 wadah satu persatu (Depkes RI, 1995 : 1089)
Serbuk dalam wadah dosis ganda yang mencantumkan penandaan volume
untuk Larutan oral atau Suspensi oral yang dihasilkan bila serbuk
dikonstitusi dengan sejumlah pembawa seperti tertera pada etiket, konstitusi
10 wadah dengan volume pembawa seperti tertera pada etiket diukur secara
saksama, dan campur (Depkes RI, 1995 : 1089)
Prinsip: Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa sampel yang dikemas
dalam wadah dosis ganda dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih
dari 250 mL
Tujuan: Untuk menguji volume sampel
Prosedur Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur
kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak boleh lebih dari dua
setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk
menghindarkan pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan
diamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas dari gelembung
udara, ukur volume dari tiap campuran; volume rata-rata larutan, suspensi,
atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak
satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan
pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang
tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadah pun volumenya kurang
dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari dari
satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari
volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terhadap 20 wadah
tambahan. Volume rata-rata larutan, suspensi, atau sirup yang diperoleh dari
30 wadah tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan
tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak
kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995 : 1089)

- Uji Kejernihan Larutan (Depkes RI, 1995 : 998)


Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan dari sediaan injeksi yang dibuat
Prinsip : Mengevaluasi kejernihan dari sedian
Prosedur : Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar
belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi
memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat
dengan mata.
Penafsiran hasil: Suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama
dengan air atau pelarut yang digunakan

- Uji Partikulat (Depkes RI, 1995 : 981-985)


Tujuan : Memastikan larutan injeksi, termasuk larutan yang
dikonstitusi dari zat padat steril untuk penggunaan parenteral, bebas dari
partikel yang dapat diamati pada pemeriksaan secara visual.
Prinsip : Sejumlah tertentu sediaan uji di filtrasi menggunakan
membran, lalu membran tersebut diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100 x. Jumlah partikel dengan dimensi linier selektif 10 µm atau
lebih dan sama atau lebih besar dari 25 µm dihitung.
Prosedur : Larutan disaring dengan penyaring membrane lalu
amati dibawah mikroskop micrometer dan hitung partikel pada penyaring
untuk melihat jumlah partikel dengan ukuran lebih dari 10000/wadah.
- Penetapan pH
Alat : pH meter
Tujuan : Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyarata yang
telah ditentukan
Prinsip : Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter
yang
telah di kalibrasi
Prosedur: Digunakan alat potensiometer (pH meter) yang terkalibrasi.
Pengukuran dilakukan pada suhu 25o + 2o, kecuali dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi. Skala pH ditetapkan dengan persamaan sebagai
berikut:
pH = pHs + (E – Es)
k
Penafsiran hasil: Harga pH dilihat dari yang tertera pada potensiometer
(Depkes RI, 1995 : 1039-1040)

- Uji Sterilitas (Depkes RI, 1995 : 855)


Tujuan : Untuk menetapkan apakah bahan Farmakope yang harus steril
memenuhi persyaratan yang berhubungan dengan uji sterilisasi yang tertera
pada masing-masing monografi.
Prosedur :
 Uji fertilitas. Tetapkan sterilitas setiap lot media dengan menginkubasi
sejumlah wadah yang mewakili, pada suhu dan selama waktu yang tertera
pada uji.
 Uji sterilitas. Prosedur pengujian terdiri dari inokulasi langsung ke dalam
media uji dan teknik penyaringan membran.

- Uji Pirogen (Depkes RI, 1995 : 908)


Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat
yang dapat diterima oleh pasien pada pada pemberian sediaan injeksi.
Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan
larutan uji secara intravena dan ditujukkan untuk sediaan yang dapat
ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis penyuntikkan tidak lebih dari 10
ml per kg bobot badan dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 menit. Untuk
sediaan yang perlu penyiapan pendahuluan atau cara pemberiannya perlu
kondisi khusus ikuti petunjuk tambahan yang tertera pada masing-masing
monografi.
Alat dan Pengencer Alat suntik, jarum, dan alat kaca dibebaspirogenkan
dengan pemanasan pada suhu 250o selama tidak kurang dari 30 menit atau
dengan cara lain yang sesuai. Perlakukan semua pengencer dan larutan untuk
pencuci dan pembilas alat atau alat suntik dengan cara sedemikian rupa yang
dapat menjamin alat tersebut steril dan bebas pirogen. Lakukan uji pirogen
terhadap pengencer dan larutan pencuci dan pembilas secara berkala. Apabila
digunakan Injeksi Natrium Klorida sebagai pengencer, gunakan injeksi yang
mengandung larutan natrium klorida P 0,9 %.
Prosedur Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji
pirogen dan dengan kondisi lingkungan yang sama dengan ruang
pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkan kegelisahan. Kelinci
tidak diberi makan selama waktu pengujian. Minum dibolehkan pada setiap
saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian. Apabila pengujian menggunakan
termistor, masukkan kelinci ke dalam kotak penyekap sedemikian rupa
sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar sehingga dapat
duduk dengan bebas. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikkan larutan
uji, tentuka “suhu awal” masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk
menentukkan kenaikan suhu. Beda suhu tiap kelinci dalam satu kelompok
tidak boleh lebih dari 1o dan suhu awal setiap kelinci tidak boleh lebih dari
39,8o.
Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, suntikkan 10 mL per
kg bobot badan, melalui vena tapi telinga 3 ekor kelinci dan penyuntikkan
dilakukan dalam waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan yang bila perlu
dikonstitusi seperti yang tertera pada etiket maupun bahan uji yang
diperlakukan seperti yang tertera pada masing-masing monografi dan
disuntikkan dengan dosis seperti yang tertera. Untuk uji pirogen alat atau
perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil cucian atau bilasan dari
permukaan alat yang berhubungan langsung dengan sediaan parenteral,
tempat penyuntikkan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan harus bebas
dari kontaminasi. Hangatkan larutan pada suhu 37o + 2o C sebelum
penyuntikkan. Rekam suhu berturut-turut antara jam ke-1 dan jam ke-3
setelah penyuntikkan dengan selang waktu 30 menit.

-
XII. Wadah dan Kemasan
Wadah : Botol infus
Brosur dan Etiket : (Terlampir)
XIII. Daftar Pustaka
- Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Dirjen
POM RI, Jakarta.
- Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi Keempat.
Dirjen POM RI, Jakarta.
- Departemen Kesehatan RI. (1978). Formularium Nasional. Dirjen POM RI,
Jakarta.
- Rowe, Raymond, et al. (2009). Handbook of Pharmaceutical Exipien Sixth
Edition. Pharmaceutical Press, London.

Anda mungkin juga menyukai