Anda di halaman 1dari 16

INJEKSI AMOKSISILIN NATRIUM

I. Nama Sediaan
INJEKSI INIAMOXIN

II. Kekuatan Sediaan


Kalmoxicillin Injeksi
Mengandung Amoksisilin Natrium 1000 mg / 10 mL
(Ikatan Apoteker Indonesia, 2011 : 94)

III. Preformulasi Zat Aktif


1. Amoxicillinum Natrium (Depkes RI, 1995 : 97)

Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih; sangat higroskopik


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam
etanol; sangat sukar larut dalam aseton; praktis tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter
Polimorfisme : Kristal amorf
pH : 3,5 – 6,0
pKa : 2,4
Stabilitas : Penyimpanan dalam wadah terutup rapat, pada suhu
kamar terkendali. Amoksisilin mengalami degradasi
hidrolisis dan dalam kondisi basa asam penicilloic
terurai menjadi asam penilloic akibat dekarboksilasi.
Dalam kondisi asam, amoksisilin terhidrolisis menjadi
asam penisilin.
Inkompatibilitas : Attalpugite, veegum, methylselulosa 0,5 %, polisorbat
80 0,05 %
Kegunaan : Antibiotika
IV. Pengembangan Formula
- Amoksisilin Natrium merupakan zat aktif yang sangat mudah larut dalam air
sehingga sediaan injeksi dibuat larutan dalam bentuk serbuk rekonstitusi.
- Amoksisilin Natrium merupakan antibiotik yang memiliki cincin β-laktam dan
memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap air sehingga mudah terhidrolisis
oleh air. Oleh karena itu sediaan injeksi dibuat dalam bentuk serbuk kering
yang direkonstitusikan dengan aqua pro injection sehingga dapat
meningkatkan stabilitas amoksisilin karena kontak amoksisilin dan aqua pro
injection dipersingkat.
- Injeksi Amoksisilin Natrium ditambahkan zat pengatur tonisitas yaitu Natrium
Klorida yang berfungsi agar nilai tonisitas dari sediaan injeksi memenuhi
persyaratan isotonis yaitu nilai tonisitas dari sediaan injeksi sama seperti
cairan tubuh. Penambahan Natrium Klorida ini bertujuan untuk mencegah
kondisi hipotonis yaitu keadaan dimana sel darah menjadi lisis/pecah.
- Injeksi Amoksisilin Natrium merupakan sediaan multiple dose sehingga perlu
ditambahkan pengawet yaitu Benzalkonium Klorida untuk mencegah
terjadinya pertumbuhan mikroorganisme.
- Aqua pro injection digunakan sebagai pelarut pada Injeksi Amoksisilin
Natrium karena sudah terbebas dari pirogen dan bahan partikulat sehingga
dapat memenuhi persyaratan injeksi

V. Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas
Amoksisilin 1 gram
Benzalkonium klorida 0,01%
NaCl qs
Aquadest p.i ad 10 mL

Diketahui : Ekivalen amoksisilin = 0,082


Ptb amoksisilin = 0,48
Ekivalen benzalkonium klorida = 0,16
Ptb benzalkonium klorida = 0,09
Perhitungan nilai E Amoxicillin Natrium
E = 17 Liso = 17 x 1,86 = 0,082
BM 387,4
Perhitungan nilai ΔTf Amoxicillin Natrium
ΔTf = Liso x Berat x 1000 = 1,86 x 1 x 1000 = 0,48
BM x V 387,4 x 10

Jawab :
 Metode Ekivalensi
1 gram
Amoksisilin= ×100 mL
10 mL
¿ 10 %
Benzalkonium klorida=0,01 %

Nama Zat Kosentrasi Zat E Konsentrasi Zat (%) × E


(%)
Amoksisilin 10 % 0,082 10 % × 0,082 = 0,82 %
Benzalkonium 0,01 % 0,16 0,01 % × 0,16 = 0,001 %
klorida
Jumlah 0,821 %

NaCl yang ditambahkan=0,9 %−0,821 %


¿ 0,079 %

0,079 %
Pada100 mL NaCl yang ditambahkan= ×100 mL
100 %
¿ 0,079 gram/100 mL

0,079 gram x
Pada10 mL NaCl yang ditambahkan= =
100 mL 10 mL
¿ 0,79=100 x
x=0,0079 gram/10 mL
x=7,9 mg /10 mL
 Metode Ptb
0,52− {( C1 Ptb1 ×C 2 Ptb2 ×C 3 Ptb 3 ) }
B=
Ptb 3

0,52−{( 10 % ×0,48 ) + ( 0,01 % × 0,09 ) } 0,52−( 4,8+0,0009) 0,52−4,8009


¿ ¿ ¿
0,58 0,58 0,58
−4,280
¿
0,58
¿−7,379
−7,379 x
NaCl yang ditambahkan= =
100 mL 10 mL

¿−73,79=100 x

x=−0,737 gram /10 mL x=−737 mg /10 mL

VI. Formula Akhir


Tiap vial Injeksi Amoksisilin mengandung:
Amoksisilin Natrium 1000 mg
Natrium Klorida 7,9 mg
Benzalkonium klorida 1 mg
Aquadest pro injection ad 10 mL
VII. Preformulasi Eksipien
1. Natrium Klorida (Depkes RI, 1995 : 584 )
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal
putih, dan berasa asin
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, dan sukar larut dalam etanol
pH : 6,7-7,3
Titik didih : 1413o C
Titik leleh : 804o C
Berat jenis : 2,17 g/cm3
Stabilitas : Natrium klorida adalah larutan yang stabil tetapi dapat
menyebabkan pemisahan pada partikel kaca pada
wadah kaca. Larutan ini juga di sterilkan dengan
autoklaf atau filtrasi. Bahan padat stabil dan harus
disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk
dan
kering.
Inkompatibilitas : Larutan natrium klorida bersifat korosif terhadap besi
dan bereaksi dengan perak, timbal, dan garam merkuri.
Kelarutan dari pengawet metil paraben akan menurun
pada penambahan larutan natrium klorida.
Kegunaan : Agen tonisitas

2. Benzalkonium klorida (Rowe, 2009 : 33-34)

Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuningan,


memiliki bau dan rasa khas
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam eter, sangat mudah larut
dalam
aseton, etanol (95%), methanol, propanol dan air
pH : 5-8
Berat jenis : 0,98 g/cm3
Titik lebur : 40o C
Stabilitas : Benzalkonium klorida bersifat higroskopis dan tidak
stabil terhadap cahaya, udara dan logam.
Benzalkonium
klorida dapat disterilkan dengan autoklaf tanpa
kehilangan efektivitas. Larutan dapat disimpan untuk
waktu yang lama pada suhu kamar. Larutan encer yang
disimpan dalam polivinil klorida atau busa
poliurethane
dapat kehilangan aktivitas antimikroba.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan alumunium, surfaktan anionik,
sitrat, katun, hidrogen peroksida, hidroksipropil
metilselulosa, iodida, kaolin, nitrat, surfaktan nonionik
pada konsentrasi yang tinggi, permanganat, protein,
salisilat, garam perak, sabun, sulfonamida, tartrat, zink
oksida, zink sulfat, beberapa campuran karet dan
plastik.
Kegunaan : Pengawet

3. Aqua pro Injection (Rowe, 2009 : 769)


Aqua pro injection adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas
dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau
tambahan lainnya. Aqua pro injection bebas pirogen dengan pengujian
endotoksin bakteri, memenuhi syarat sterilitas dan memenuhi syarat bahan
partikulat pada injeksi volume kecil.
Struktur Kimia :
Warna : Jernih tidak berwarna
Rasa : Tidak berasa
Bau : Tidak berbau
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa.
Titik Lebur/Didih : 00C/1000C
Bobot Jenis : 1 g/cm3
pKa/pKb : 8,4
pH : 7
Stabilitas : Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Air
secara kimiawi stabil dalam semua keadaan
fisik (es,cair,dan uap. Air yang meninggalkan
sistem pemurnian dan memasuki tangki
penyimpanan harus memenuhi persyaratan
tertentu. Air harus terbebas dari ion organik
dan kontaminasi yang akan menyebabkan
peningkatan konduktivitas dan jumlah karbon
organik.
Inkompatibilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi
dengan obat dan eksipien lain yang rentan
terhadap hidrolisis (dekomposisi dengan
adanya air atau uap air) pada suhu kamar. Air
dapat bereaksi dengan logam alkali dan dengan
oksida seperti kalisum oksida dan magnesium
oksida. Air juga bereaksi dengan garam
anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai
komposisi dan dengan bahan organik tertentu.
Kegunaan : Pelarut
VIII. Penimbangan
1. Amoksisilin Natrium = 1 g × (10 mL + 0,50 mL) = 1,05 g/vial
10 mL
Untuk 5 vial = 1,05 × 5 = 5,25 gram = 5.250 mg
2. Natrium Klorida = 0,0079 g x (10 mL + 0,50 mL) = 0,0083 g/ampul
10 mL
Untuk 5 vial = 0,0083 g x 5 = 0,0415 g = 41,5 mg~ 42 mg
3. Benzalkonium klorida = 0,001 g x (10 mL + 0,50 mL) = 0,00105 g /ampul
10 mL
Untuk 5 vial = 0,00105 g x 5 = 0,0053 gram = 5,3 mg
4. Aqua pro Injection ad 10,5 mL
Untuk 5 vial = Aqua pro Injection ad 53 mL

IX. Penentuan Metode Sterilisasi


Metode Sterilisasi Injeksi Amoksisilin Natrium:
Injeksi Amoksisilin Natrium dibuat dengan cara aseptik dimana alat dan bahan
yang digunakan di sterilisasi di awal sebelum dilakukan proses pembuatan sediaan
berdasarkan sifat dari alat dan bahan yang digunakan yang dilanjutkan dengan
proses pembuatan dan pengemasan sediaan di dalam Laminar Air Flow. Sterilisasi
dengan cara aseptis ini dipilih karena Amoksisilin Natrium merupakan antibiotik
yang peka terhadap suhu tinggi sehingga jika dilakukan sterilisasi dengan metode
sterilisasi akhir maka dapat menyebabkan penguraian dan penurunan kerja
famakologi.

Metode Sterilisasi Awal:


Metode sterilisasi awal untuk semua alat yang digunakan adalah metode sterilisasi
panas lembab (autoclave). Hal ini disebabkan karena metode sterilisasi panas
lembab cocok digunakan untuk alat gelas yang presisi dan alat gelas yang tidak
presisi. Untuk bahan bahan yang digunakan dilakukan sterilisasi sesuai dengan
sifat dari bahan tersebut. Amoksisilin Natrium dilakukan sterilisasi awal dengan
metode radiasi sinar gamma. Hal ini disebabkan karena Amoksisilin Natrium
tidak stabil terhadap suhu tinggi dan tidak stabil dalam air (mudah terhidrolisis).
Benzalkonium Klorida dan Natrium Klorida disterilisasi awal dengan metode
sterilisasi panas lembab. Hal ini disebabkan karena Benzalkonium Klorida dan
Natrium Klorida stabil terhadap suhu tinggi dan tahan terhadap penembusan uap
air.

Alat Metode Sterilisasi


Gelas ukur 10 mL Sterilisasi Panas Lembab
Gelas ukur 100 mL Sterilisasi Panas Lembab
Pipet volume 1 mL Sterilisasi Panas Lembab
Pipet volume 5 mL Sterilisasi Panas Lembab
Pipet volume 10 mL Sterilisasi Panas Lembab
Erlenmeyer 250 mL Sterilisasi Panas Lembab
Corong Sterilisasi Panas Lembab
Batang pengaduk Sterilisasi Panas Lembab
Kaca arloji Sterilisasi Panas Lembab
Vial Sterilisasi Panas Lembab

Bahan Metode Sterilisasi


Injeksi Amoksisilin Natrium
- Amoksisilin Natrium Sterilisasi Radiasi Sinar Gamma
- NaCl Sterilisasi Panas Lembab
- Benzalkonium Klorida Sterilisasi Panas Lembab

X. Prosedur Pembuatan
Cara Aseptis
Zat aktif (Amoksisilin Natrium) dan zat tambahan (Natrium Klorida dan
Benzalkonium Klorida) ditimbang dengan kaca arloji

Sterilisasi awal dilakukan terhadap zat aktif yaitu Amoksisilin Natrium dengan
metode sterilisasi radiasi sinar gamma dan bahan tambahan yaitu Benzalkonium
Klorida dan Natrium Klorida dengan metode sterilisasi panas lembab. Proses
pembuatan dan pengemasan dilakukan dalam Laminar Air Flow.
Setelah semua zat dilakukan sterilisasi awal secara aseptik kemudian dilakukan
pencampuran untuk semua zat dengan metode pencampuran serbuk

Campuran serbuk diisikan ke dalam wadah vial

Tutup vial dengan metode yang sesuai

Dilakukan rekonstitusi dengan aqua sampai volume sediaan yang akan dibuat.
Dilakukan evaluasi sediaan
XI. Evaluasi
- Penetapan pH
Alat : pH meter
Tujuan : Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyarata yang
telah ditentukan
Prinsip : Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter
yang
telah di kalibrasi
Prosedur: Digunakan alat potensiometer (pH meter) yang terkalibrasi.
Pengukuran dilakukan pada suhu 25o + 2o, kecuali dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi. Skala pH ditetapkan dengan persamaan sebagai
berikut:
pH = pHs + (E – Es)
k
Penafsiran hasil: Harga pH dilihat dari yang tertera pada potensiometer
(Depkes RI, 1995 : 1039-1040)

- Bahan partikulat dalam injeksi


Tujuan : Memastikan larutan injeksi, termasuk larutan yang
dikonstitusi dari zat padat steril untuk penggunaan parenteral, bebas dari
partikel yang dapat diamati pada pemeriksaan secara visual.
Prinsip :
Sejumlah tertentu sediaan uji di filtrasi menggunakan membran, lalu
membran tersebut diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 x.
Jumlah partikel dengan dimensi linier selektif 10 µm atau lebih dan sama atau
lebih besar dari 25 µm dihitung.
Prosedur :
Larutan disaring dengan penyaring membrane lalu amati dibawah
mikroskop micrometer dan hitung partikel pada penyaring untuk melihat
jumlah partikel dengan ukuran lebih dari 10000/wadah.
(Depkes RI, 1995 : 981-985)

- Uji keseragaman bobot dan keseragaman volume (Depkes RI,1995: 1044)


Tujuan : Untuk mengetahui volume larutan injeksi, apakah tetap atau
berubah antara sebelum dan sesudah proses sterilisasi dan apakah ada
penyusutan
Prinsip : Mengevaluasi keseragaman sediaan yang meliputi keseragaman
bobot dan keseragaman volume.
Prosedur : Sediaan diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu
dilihat keseragaman bobot dan volume secara visual.

- Uji Kejernihan Larutan (Depkes RI, 1995 : 998)


Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan dari sediaan injeksi yang dibuat
Prinsip : Mengevaluasi kejernihan dari sedian
Prosedur : Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar
belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi
memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat
dengan mata.
Penafsiran hasil: Suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama
dengan air atau pelarut yang digunakan

- Uji Kebocoran (Depkes RI, 1995 : 1055)


Tujuan : Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume
serta kestabilan sediaan
Prosedur: Pada pembuatan secara kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan
dengan mata tetapi dalam jumlah besar hal ini tidak mungkin bisa dikerjakan.
Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai disterilkan
dimasukkan ke dalam larutan biru metilena 0,1 %. Jika ada wadah-wadah
yang bocor maka larutan metilena akan masuk ke dalamnya karena perbedaan
tekanan di luar dan di dalam. Sehingga cara ini tidak digunakan/dipakai untuk
larutan-larutan yang sudah berwarna.
Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan cara ujungnya
di bawah. Ini digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika terjadi
kebocoran maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah dan wadah
menjadi kosong.
Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa
dengan memasukkan wadah-wadah tersebut ke eksikator yang kemudian
divakumkan. Jika terjadi kebocoran larutan akan diserap keluar. Oleh karena
itu, harus dijaga agar jangan sampai larutan yang keluar diisap kembali jika di
vakum dihilangkan

- Volume Terpindahkan
Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi
yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada
etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair yang
dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu
dengan volume yang ditentukkan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan
memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995
: 1089)
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30
wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk sediaan tersebut (Depkes
RI, 1995 : 1089)
Larutan oral, Suspensi oral, dan Sirup dalam Wadah dosis ganda,
kocok isi 10 wadah satu persatu (Depkes RI, 1995 : 1089)
Serbuk dalam wadah dosis ganda yang mencantumkan penandaan volume
untuk Larutan oral atau Suspensi oral yang dihasilkan bila serbuk
dikonstitusi dengan sejumlah pembawa seperti tertera pada etiket, konstitusi
10 wadah dengan volume pembawa seperti tertera pada etiket diukur secara
saksama, dan campur (Depkes RI, 1995 : 1089)
Prinsip: Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa sampel yang dikemas
dalam wadah dosis ganda dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih
dari 250 mL
Tujuan: Untuk menguji volume sampel
Prosedur Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur
kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak boleh lebih dari dua
setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk
menghindarkan pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan
diamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas dari gelembung
udara, ukur volume dari tiap campuran; volume rata-rata larutan, suspensi,
atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak
satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan
pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang
tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadah pun volumenya kurang
dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari dari
satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari
volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terhadap 20 wadah
tambahan. Volume rata-rata larutan, suspensi, atau sirup yang diperoleh dari
30 wadah tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan
tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak
kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995 : 1089)

- Uji Sterilitas (Depkes RI, 1995 : 855)


Tujuan : Untuk menetapkan apakah bahan Farmakope yang harus steril
memenuhi persyaratan yang berhubungan dengan uji sterilisasi yang tertera
pada masing-masing monografi.
Prosedur :
 Uji fertilitas. Tetapkan sterilitas setiap lot media dengan menginkubasi
sejumlah wadah yang mewakili, pada suhu dan selama waktu yang tertera
pada uji.
 Uji sterilitas. Prosedur pengujian terdiri dari inokulasi langsung ke dalam
media uji dan teknik penyaringan membran.
XII. Wadah dan Kemasan
Wadah : Vial
Kemasan : (Terlampir)
XIII. Daftar Pustaka
- Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Dirjen
POM RI, Jakarta.
- Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi Keempat.
Dirjen POM RI, Jakarta.
- Ikatan Apoteker Indonesia. 2011. Informasi Spesialite Obat Volume 46.
Jakarta : PT ISFI
- Rowe, Raymond, et all. (2009). Handbook of Pharmaceutical Exipien Sixth
Edition. Pharmaceutical Press, London.

Anda mungkin juga menyukai