Anda di halaman 1dari 7

Pembuatan Jamu Bonagung

Jamu kebonagung adalah minuman tradisional yang berasal dari daerah Kebonagung,
wilayah Kota Pasuruan Jawa Timur. Jamu ini terbuat dari beberapa campuran Bahan rempah-
rempah seperti kapulaga, merica, kayu manis, bunga pala, serai, jahe, dan cabe jawa (Anonim.,
2012). Pada awalnya minuman ini merupakan minuman yang hanya bertahan selama tiga hari
saja sehingga produsen memiliki ide untuk menjadikan minuman jamu kebonagung sebagai
sirup agar tahan lama dan memudahkan dalam proses penjualannya. Namun berdasarkan hasil
penelitian organoleptik sirup jamu kebonagung dengan penambahan 500 gram gula jawa dalam
1000 ml air, tidak menunjukkan rasa dan aroma khas rempah-rempah dari jamu kebonagung
karena tertutupi oleh aroma gula jawa yang lebih kuat (Agustina, 2015).
Untuk membuat sirup minuman jamu kebonagung dengan kualitas baik diperlukan
formulasi yang tepat. Penggunaa proporsi kapulaga dan jenis jahe yang tepat kemungkinan
dapat memperbaiki citarasa dari sirup minuman jamu kebonagung. Kapulaga merupakan
rempah yang paling dominan dalam pembuatan jamu ini dan rempah ini berperan dalam
menentukan citarasa khas jamu kebonagung (Anonim., 2012). Jahe memiliki tiga varitetas jenis
yang mana ketiganya memiliki tingkat kepedasan yang berbeda-beda (Fathona, 2011).
Beberapa khasiat mengatasi batuk berdahak, sakit tenggorokan, menurunkan
kolesterol, mengatasi perut kembung, dan menjaga kebugaran tubuh. Jamu ini banyak terjual
di warung-warung makanan yang terletak di pinggir jalan kota Pasuruan. Pada awalnya
minuman jamu kebonagung merupakan minuman yang hanya bertahan selama tiga hari. Hal
ini dikarenakan jamu mengalami fermentasi oleh mikroba sehingga tidak layak untuk
dikonsumsi.Keterbatasan daya simpan produk ini telah melahirkan ide bagi salah satu produsen
minuman jamu kebonagung untuk dijadikannya sebagai sirup agar tahan lama dan
memudahkan dalam proses penjualannya (Pemkop, Pasuruan, 2012).
Pengawetan jamu kebonagung dilakukan dengan penambahan gula jawa (gula kelapa)
sehingga jamu tersebut berubah menjadi sirup kebonagung. Gula kelapa merupakan gula khas
jawa yang memiliki kharakteristik anti mikroba sehingga dapat mencegah pertumbuhan
mikroba.
Proses Pembuatan Jamu Kebonagung :
Alat yang digunakan pembuatan jamu bonagung
1. Kompor
2. Panci
3. Baskom
4. Sendok
5. Timbangan
6. Spatula
7. Pisau.
Pisau digunakan untuk memotong rempah-rempah, timbangan digunakan sebagai alat
untuk mengukur berat sampel, panci digunakan sebagai tempat perebusan rempah-rempah,
spatula digunakan untuk mengaduk sampel agar proses pelarutan lebih mudah, sedangkan
sendok digunakan untuk uji panelis, cup digunakan untuk wadah sirup kebonagung.
Bahan yang digunakan pembuatan jamu kebonagung :
1. Kayu manis
2. Bunga pala
3. Lada
4. Kapu laga
5. Cengkeh
6. Sereh
7. Cabai jamu,
8. Gula jawa dan air sebagai pelarut
Dalam pembuatan sirup kebonagung bahan air, lada, kayu manis, kapulaga, cabe jamu,
bunga pala, cengkeh, merica dan sereh direbus sampai mengeluarkan aroma khas rempah-
rempah yang bertujuan untuk menghasilkan campuran ekstrak rempah-rempah. Kemudian
diangkat dan disaring. Fungsi penyaringan yaitu untuk memisahkan ekstrak rempah.
Kemudian direbus kembali sambil ditambahkan gula jawa yang bertujuan untuk
menghomogenkan dan memekatkan larutan sirup kebonagung. Setelah itu diaduk sampai larut
yang bertujuan untuk menghomogenkan antara campuran gula jawa dan ekstrak rempah sampai
mengental dan membentuk sirup kebonagung
Hasil Uji Analisa Jamu Kebonagung
1. Hasil Uji fisik Viskositas Sirup Kebonagung Dengan Penambahan Gula Yang Berbeda
Sirup kebonagung yang ditambahkan gula jawa 500 gram dengan sirup kebonagung
yang ditambahkan gula jawa 300 gram. Pembuatan sirup yang dengan penambahan gula jawa
300 gram memiliki tingkat kekentalan yang lebih tinggi dari pada sirup kebonagung yang
ditambahkan gula jawa 500 gram. Pada uji fisik ini tidak memperhatikan waktu yang
digunakan pada saat proses perebusan untuk pemekatan sirup kebonagung. Penambahan gula
jawa 300 g pada sirup kebonagung lebih lama waktu proses perebusan sampai mengental
dibandingkan penambahan gula jawa 500 gram sirup kebonagung.
Menurut Buckledkk. (1985), kekentalan suatu zat cair dengan penambahan gula
tergantung pada lama waktu pemanasan. Semakin lama pemanasan dilakukan, sirup yang
dihasilkan akan semakin kental. Hal ini terjadi karena semakin tinggi daya suhu pemanasan
maka semakin tinggi daya larut dari gula. Menurut Winarno (2002) bahwa peningkatan
viskositas dipengaruhi dengan adanya penambahan gula dan konsentrasi gula yang
ditambahkan.
2. Hasil Uji fisik Daya Larut Sirup Kebonagung Dengan Penambahan Gula Yang Berbeda
Perbedaan daya larut antara sirup kebonagung dengan penambahan Gula jawa 500 gram
dengan sirup kebonagung dengan penambahan gula jawa 300 gram. Berdasarkan uji kelarutan,
waktu yang diperlukan sirup kebonagung dengan penambahan 300 gram gula jawa. Lebih lama
dibanding sirup kebonagung dengan penambahan 500 gram gula jawa. Pada uji fisik ini tidak
memperhatikan waktu yang digunakan pada saat proses perebusan untuk pemekatan sirup
kebonagung. Olsen (1995) menyatakan bahwa gula jawa merupakan komponen padatan
terlarut yang dominan disamping pigmen, asam organik, vitamin dan protein. Oleh karena itu,
peningkatan konsentasi gula akan diikuti pula dengan peningkatan nilai total padatan terlarut.
3. Hasil Uji Organoleptik Warna terhadap Sirup Kebonagung dengan Penambahan Gula
yang Berbeda
Nurhayati (2000) dalam Harun (2013) menyatakan bahwa dalam penggunaan warna
dari aspek kognitif kecerahan warna akan lebih menarik perhatian. Lawless dan Heymann
(2010) dalam Harun (2013) berpendapat bahwa warna merupakan salah satu parameter yang
dapat digunakan untuk menilai suatu produk pangan dan dapat menunjang kualitasnya.
Warna gelap kecoklatan dipengaruhi oleh penambahan gula jawa (Harun, 2013). Hasil
pembuatan sirup kebonagung dengan penambahan gula 300 gram memiliki warna yang lebih
gelap dibanding sirup dengan penambahan gula 500 gram. Perbedaan warna gelap disebabkan
waktu pemanasan yang lebih lama pada sirup dengan penambahan gula jawa 300 gram
dibanding sirup penambahan gula jawa 500 gram.
4. Hasil Uji Organoleptik Aroma terhadap Sirup Kebonagung dengan Penambahan Gula
yang Berbeda
Aroma merupakan salah satu parameter yang dapat menentukan kualitas organoleptik.
Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa penambahan gula jawa 300 gram memiliki hasil
penilaian lebih tinggi dibanding penambahan gula jawa 500 gram. Pada sampel sirup jamu
kebonagung dengan penambahan gula 300 gram lebih memiliki aroma khas kayu manis
sedangkan pada sampel sirup dengan penambahan gula 500 gram lebih memiliki aroma khas
gula jawa.
Aroma khas pada minyak kayu manis berasal dari komponen minyak atsiri kulit kayu
manis adalah sinamaldehid dan eugenol yang menentukan kualitas minyak atsiri. Disamping
itu juga mengandung methyl-n-amyl keton yang juga sangat menentukan dalam rasa khusus
dari minyak kayu manis (Rusli dan Abdullah,1988 dalam Fitrieni, 2011).
Sementara itu, sampel penambahan gula 500 gram dikarenakan aroma khas yang lebih
dominan dari gula jawa yang konsentrasinya lebih tinggi. Aroma khas gula jawa berasal dari
kandungan asam organik di dalamnya sehingga menyebabkan gula jawa mempunyai aroma
khas berbau karamel (Nurlela, 2002 dan Harun, 2013).
5. Hasil Uji Organoleptik Rasa terhadap Sirup Kebonagung dengan Penambahan Gula
yang Berbeda
Rasa merupakan salah satu faktor sensori yang penting dalam penerimaan produk
(Harun, 2013). Menurut Suwardjono (2001) rasa manis pada gula jawa disebabkan oleh
kandungan sukrosa yang tinggi pada gula jawa.
Pembuatan Jamu Pokak

Indonesia sering dikenal dengan kearifan lokal tinggi. Kearifan lokal ini termasuk salah
satunya adalah potensi pangan. Potensi pangan ini terdiri dari berbagai macam makanan
sekaligus minuman tradisional. Minuman khas yang ada di Indonesia sangat banyak serta
beragam sehingga hampir semua daerah memiliki jenis minuman tradisional sendiri. Sebagai
contoh produk khas minuman tradisional adalah seperti sinom, wedang jahe, kunyit asem,
bajigur, wedang pokak dan lain-lain. Produk minuman khas yang masih tradisional ini diracik
dari berbagai bahan alami yang sangat mudah ditemukan disekitar rumah masyarakat setempat.
Bahan alami yang dimaksud seperti pemanfaatan batang dari tanaman (secang, kayu manis,
dll), pemanfaatan buah dari tanaman (lemon, jeruk nipis, jeruk limau, dll), memanfaatkan
bagian umbi atau rimpang (jahe, temulawak, kunir, dll), dan juga dari bagian daun tanaman
(kumis kucing, sambiloto, dll). Salah satu jenis minuman tradisional yang dikenal oleh
masyarakat probolinggo adalah wedang pokak. Wedang pokak adalah minuman tradisional
yang diracik dari akar-akaran dan dedaunan yang direbus dengan Air, dan disaring (Wulandari
& Azrianingsih, 2014).
Salah satu contoh minuman khas yang ada di Probolinggo adalah wedang atau sirup
pokak. Wedang Pokak adalah salah satu minuman tradisional yang diracik dari campuran jahe,
kayu manis, daun jeruk, sereh, gula dan rempah lainnya. Rempah-rempah tersebut diracik
hingga menghasilkan minuman yang khas masyarakat probolinggo dalam bentuk wedang
pokak. Wedang pokak yang banyak beredar di wilayah probolinggo saat ini yaitu berupa sirup
pokak.
Rempah-rempah dalam sirup pokak ini mempunyai kandungan antioksidan yang cukup
tinggi sehingga dalam mengkonsumsinya dapat memperoleh beragam manfaat bagi kesehatan
dan kebugaran tubuh. Komposisi bahan digunakan dalam pembuatan sirup pokak yaitu jahe,
cengkeh, serai, kayu manis, kayu secang, jeruk purut dan pandan.
Wedang pokak memiliki banyak manfaat seperti: 1) dapat mencegah penyakit kronis
seperti kangker, jantung, hipertensi dan lain-lain. 2) rempah-rempah dari wedang pokak dapat
mengobati batuk berdarah, diare, disentri dan lain-lain. 3) senyawa fenol yang terkandung pada
rempah dari wedang pokak ada jenis antioksidan dalam bahan makanan ataupun minuman. 4).
Komponen lain yang bersifat afrosidak menimbulkan rangsangan dan kekuatan seksual,
diuretik yang melancarkan pembuangan air seni, astrigen yang mengatur aliran darah melalui
konstraksi pembuluh darah dan ekspektoran yang melancarkan pembuangan dahak (Septiana,
Samsi, & Mustaufik, 2017).
Proses Pembuatan Jamu Pokak
Bahan yang digunakan dalam pembuatan jamu pokak
1. Gula
2. Jahe
3. Pandan wangi
4. Kayu manis
5. Sereh
6. Jeruk purut
7. Cengkeh
Gula Sebagai bahan pemanis pada makanan atau minuman. Kayu manis digunakan untuk
membuat jamu untuk pengharum pemanis gula. Jahe digunakan untuk menghangatkan badan
menghilangkan masuk angin,melegakan tenggorokan. Sereh digunakan sebagai bahan
masakan dan bahan membuat jamu untuk menurunkan kolesterol.
Dalam pembuatan jamu pokak, langkah pertama, memarkan jahe dan daun serai. Lalu,
masukkan semua bahan seperti gula merah, jahe, daun serai, cengkeh, dan kayu manis ke dalam
panci dan diaduk. Langkah kedua, merebus semua bahan dengan api kecil dan tunggu selama
1 jam. Langkah ketiga jika warna dari air wedang pokak telah berwarna kecoklatan, kemudian
matikan kompor dan dinginkan. Setelah itu, saring ke dalam gelas. Jika ingin menambah rasa
manis, campurkan madu atau gula pasir menambah rasa manis, campurkan madu atau gula
pasir. Wedang pokak siap untuk dinikmati.
Hasil Uji Analisa Jamu Pokak
Kandungan dalam sirup pokak yang utama adalah gula, gula sebagai penambah cita
rasa terhadap sirup. Gula berasal dari hasil pemanasan dan pengeringan sari tebu (Saccharum
officinarum) yang menyerupai butiran kristal berwarna putih dan manis. Gula mempunyai
fungsi sebagai pengawetan alami untuk menurunkan kadar air yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme dan memberikan rasa manis. Sukrosa atau gula berperan penting dalam
pengolahan makanan (Diyah et al., 2018).
Jahe adalah bahan dari sirup yang sangat familier bagi masyarakat. Jahe sudah biasa di
konsumsi oleh masyarakat yaitu menjadi wedang yang berkhasiat untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit seperti radang tenggorokan, rematik, influenza, masuk angin, asma,
dan diare (Utami & Himawan, 2011). Jahe juga mengandung senyawa aktif non volatil fenol
seperti gingerol, zingeron, dan shogaol sehingga menghasilkan antiosidan (Ryadha, Aulia, &
Batara, 2021).
Daun pandan wangi ini juga mengandung saponin, alkaloid, tanin, flavoida, polifenol
dan zat pewarna (Silalahi, 2018). Pandan wangi merupakan salah satu rempah-rempah yang
bermanfaat sebagai pewarna alami dan memberikan aroma dalam pembuatan masakan dan kue.
Selain itu, pandan wangi juga berkhasiat dalam mengobati rematik, mengatasi lemah syaraf,
dan mengobati pegal linu (Hakim, 2015).
Kayu manis terdapat komonen kimia meliputi alkohol sinamat, asam sinamat,
antosinin, kumarin, sinamaldehid, minyak atsiri dengan kandungan gula, lemak sederhana,
protein, dan lainnya. Komponen minyak astiri lainnya adalah sinamaldehida, etyl cinnamate
dan eugenol. Kayu manis mempunyai aktioksidan tertinggi, kemampuan antimikroba,
antivirus, antiseptik, antidiabet, antifungi, antitumor, penurunan tekanan darah, pembiusan
lokal, koresterol, serta mengandung senyawa rendah lemak dan menghangatkan tubuh (Ryadha
et al., 2021)
Sereh (Cymbopogon nardus) merupakan tanaman yang termasuk kedalam rempah-
rempah bumbu dapur. Sereh temasuk anggota family Poaceace. Sereh berguna sebagai rempah-
rempah bumbu dapur dan berkhasiat obat herbal. Komponen yang terdapat dalam minyak sereh
terdiri dari alkohol, ester, hidrokarbon, oxida, terpene, lactone, aldehid, dan lain-lain (Pratiwy,
Kusumaningrum, & Aminullah, 2019).
Cengkeh mengandung senyawa fenolik seperti eugenol 72%-90%. Eugenol memiliki
senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, tannim, dan minyak astiri bermanfaat sebagai obat
(Towaha, 2012). Cengkeh sebagai sumber antioksidan yang bermanfaat menjaga kesehatan
tubuh dan berkhasiat dalam mengobati sakit gigi, peradangan, mual dan muntal, meredakan
batuk, obat kolera, penyakit jantung coroner, stroke, inflamas, dan produk aroma terapi
(Hakim, 2015).

Produk Turunan Jamu Kebonagung dan Jamu Pokak


Jamu kebonagung dan jamu pokak dapat dijadikan menjadi liquid vape, kita dapat
membuat rasa-rasa yang ada di liquid vape yang awalnya ada rasa buah, yogurt, oats, dll. Kita
dapat berinovasi membuat varian liquid baru dengan rasa dari rempah-rempah dengan
menggunakan bahan-bahan alami asli Indonesia. Dengan maksud untuk memberikan pilihan
bagi konsumen yang ingin mengurangi asupan nikotin dan tembakau, dengan cara menciptakan
perangkat vaporizer herbal yang berbahan rempah-rempah asli indonesia yang kandungannya
terbuat dari bahan-bahan alami asli Indonesia tanpa kandungan tembakau dan nikotin.
Menerapkan pendekatan inovatif dalam mengekstraksi bahan-bahan rempah yang
berasal dari kekayaan alam Indonesia yang dapat memberikan manfaat yang baik bagi
masyarakat. Liquid herbal ini punya banyak khasiat kesehatan bagi para vapers, salah satu
manfaatnya yakni melegakan tenggorokan. Hal ini dikarenakan berbahan dasar rempah-
rempah yang kemudian diekstak menjadi liquid.
Jadi kita dapat berinovasi dengan salah satunya inovasi yang baru adalah liquid herbal
rempah-rempah dengan rasa jamu kebonagung ataupun jamu pokak yang tanpa nikotin, yakni
tujuannya membantu melegakan pernafasan, tenggorokan dan juga menghangatkan tubuh.
Referensi Jurnal
- Sona, Dessy., Waskito, Aji., Munawaroh, Rohmah., Agustina, Nurdina. UJI
PERBEDAAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN TRADISIONAL
“SIRUP KEBONAGUNG” DENGAN KONSENTRASI GULA JAWA YANG
BERBEDA. 1-8
- Dyajeng Puteri Woro Subagio. (2021). Inovasi Jamu Kebonagung Kemasan Serbuk
Sebagai Upaya Peningkatan Nilai Produk Dan Pendapatan Masyarakat Ditengah
Wabah Covid-19. Jurnal Pengabdian Masyarakat Ipteks, Vol. 7 No.2, Hal: 256-261.
- Jannah, Lia., Yuwono, Sudarminto. (2017). KARAKTERISTIK SIRUP MINUMAN
JAMU KEBONAGUNG (KAJIAN PROPORSI KAPULAGA DAN JENIS JAHE).
Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol.5 No.4, Hal 42-48.
- Dwi, Fitriyah., Herfian, Mala., Trias, Mohammad., Wahyudi, Cholid., Hasanah,
Rafiatul. (2021). Studi Etnobotani Minuman Pokak di Desa Clarak Kabupaten
Probolinggo Sebagai Potensi Wisata Kuliner. Journal of Science Education, Vol 1 (2),
Hal 63-70.
- Arviani, Heidy., Laili, Rohmatul., Septiana, Mahiro. (2021). Sosialisasi Pembuatan
Wedang Pokak Untuk Meningkatkan Imunitas di Tengah Pandemi COVID-19 Di
Kelurahan Peneleh Kota Surabaya. Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian
Masyarakat, Vol. 5 No. 2, Hal 47-54.

Anda mungkin juga menyukai