Anda di halaman 1dari 3

FORMAT RESUME STUDI LITERATUR/BACAAN INDIVIDU

NAMA : CINDY NOVIA

NIM : 1911311009

KELAS : A3 2019

TOPIK : Asuhan Keperawatan Komunitas Terapi Komplementer

Resume bacaan individu:

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-
konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu
misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya,
jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.

Fokus Terapi Komplementer Dalam Keperawatan Komunitas

Perawat penting mengenal terapi komplementer, karena masyarakat termasuk di


Indonesia masih banyak yang menggunakan terapi tradisional. Menurut pengalaman
penulis selama praktek keperawatan di masyarakat lebih banyak melakukan tindakan
awal dengan cara tradisional sebelum pergi ke pelayanan kesehatan, sehingga perlu
pengetahuan yang cukup untuk membantu masyarakat dalam member informasi berbagai
jenis tindakan. Klien dapat memilih tindakan yang tepat sesuai dengan masalah yang
dialaminya. Perawat yang menguasai terapi komplementer juga dapat memberikan
tindakan sesuai kebutuhan klien. Hal ini sesuai dengan tujuan penyelenggaraan terapi
komplementer dan alternative yaitu memberi pelindungan kepada klien, mempertahankan
dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta memberi kepastian hukum kepeda
masyarakat dan tenaga pengobatnya (Permenkes RI No 1109, 2007). Kondisi saat ini
sudah banyak perawat yang mengenal dan kompeten melakukan terapi komplementer di
Indonesia.

Prinsip keperawatan yang perlu diaplikasikan dalam melaksanakan terapi


komplementer dan alternative adalah holistik, komprehensif, dan kontinu. Prinsip holistic
pada terapi complementer sesuai dengan pendekatan perawat yang mengacu pada
kebutuhan biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual (Berman, etal 2015; Potter,
Perry, Stockert & Hall, 2013).

Level pencegahan terdiri dari primer, sekunder, dan tersier (Edelman & Mandle,
2010). Terapi komplementer dapat dilakasanakan disemua level pencegahan tersebut
misalnya seseorang yang ingin lebih sehat dengan konsumsi suplemen nutrisi,
pencegahan sekunder misalnya menggunakan herbal unutk menyembuhkan penyakit dan
contoh tersier menggunakan massage untuk membantu anggota gerak yang lumpuh untuk
meningkatkan fungsi dan mempertahankan tubuhnya. Terapi komplementer mengajarkan
individu mengubah perilaku seseorang untuk memperbaiki respon fisik terhadap setres
dan peningkatan tanda masalah fisik seperti kekakuan otot, ketidaknyamanan pada perut,
nyeri atau gangguan tidur (Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Penerapan terapi
komplementer dalam semua level ini sesuai dengan prinsip komprehensif dalam
keperawatan. Terapi komplementer untuk semua level pencegahan tersebut juga
memperhatikan system klien.

Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer Pada Keperawatan Komunitas

Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi


komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi
pelayanan langsung, coordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat
menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi
ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat
menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di
Australia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips & Taylor,
2001).Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian
yang dikembangkan dari hasil hasil evidence-based practice.

Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam


praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer (Snyder &
Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran
coordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat
mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer
terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi permintaan
kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan
alternatif (Smith et al.,2004).

Beberapa terapi komplementer telah diintegrasikan kedalam praktik keperawatan


dari masa ke masa, perluasan ruang lingkup dari terapi ini merupakan sebuah kebutuhan
bahwa perawat melakukan pengembangan panduan untuk digunakan dalam pelayanan.
Kunci untuk mendapatkan keterampilan terapi komplementer seorang perawat
membutuhkan pendidikan lanjutan atau khusus (Snyder & Lindquist, 2010). Pendidikan
tersebut dapat dilakukan secara mandiri di institusi yang terakreditasi, adapun pelatihan
terapi komplementer yang telah diakui oleh Badan PPSDM (Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia) Kesehatan RI yang telah dikembangkan adalah akupuntur dan
akupresur untuk tenaga kesehatan.
Perawat yang telah mendapatkan pengakuan dari organisasi profesi atau lembaga
tersertifikasi dapat melakukan intervensi terapi komplementer untuk praktik ataupun
penelitian. Penelitian yang dilakukan perawat tetap harus menggunakan pertimbangan
etik dan standar yang sesuai dengan batasan yang berlaku. Perawat yang terlibat aktif
dalam penelitian terapi komplementer, salah satu diantara ketua atau anggota tim
interdisiplin harus memiliki kemampuan atau sertifikat tersebut (Snyder & Lindquist,
2010). Perawat dalam memberikan terapi komplementer dalam asuhan keperawatan
dilakukan sesuai langkah proses keperawatan. Hal ini sesuai undang-undang yang
berlaku di Indonesia tentang tugas dan wewenang perawat dalam penatalaksanaan
tindakan komplementer dan alternatif. Proses keperawatn penting digunakan bertujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah, mengatasi masalah aktual atau potensial dalam status
kesehatan (Bertnan et al, 2015).

Perawat menggnakan proses keperawatan dengan mempertimbangkan klien


menjadi mampu mengenali kesehatannya sendiri dan menghormati pengalaman
subjektifnya yang relevan dalam memelihara kesehatan atau pendampingan dalam
pemulihan. Dala model kesehatan holistik klien dilibatkan dalam proses pemulihan dan
juga pemeliharaan kesehatan (Edelman dan Mandle, 2010). Artinya seseorang perawat
yang melakukan intervensi komplementer harus menggunakan pendekatan proses
keperawatan, jika tidak demikian makan praktik yang dilakukan identik dengan pengobat
tradisional (batra). Kebutuhan praktik keperawatan lanjut dalam memberikan terapi
komplementer yang terintegrasi antara intervensi konvensional dengan tradisional dapat
memunculkan dileme terhadap penghargaan imbalan jasa (Gaydos, 2001).

Anda mungkin juga menyukai