NIM : 1940510003
KLS : A5PPI
Saat Menlu Ungkap Isi Pembicaraan dengan Taliban, Harapan Perdamain
di Afghanistan
Sebagai salah satu langkah mewujudkan perdamaian, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
telah bertemu perwakilan Taliban diDoha, Qatar, pada Kamis (26/8/2021).
Isi pembicaraan antara Retno dan Taliban dipaparkan dalam rapat kerja dengan Komisi I
DPR, Kamis (2/9/2021).
Retno mengatakan, sejumlah hal dibicarakan dalam pertemuan itu. Salah satunya, mengenai
pesan dan harapan Indonesia terhadap Taliban soal perdamaian di Afghanistan.
"Satu-satunya keinginan Indonesia adalah melihat Afghanistan yang damai, stabil dan
makmur," kata Retno.
Retno mengatakan, Indonesia berharap agar Taliban membentuk pemerintahan yang inklusif.
Selain itu, Indonesia berharap Afghanistan tidak digunakan sebagai breeding and training
ground atau tempat latihan dan berkembangnya aktivitas kelompok teroris.
Menurut Retno, Taliban menerima sejumlah masukan yang diberikan Indonesia. Taliban
berkomitmen untuk membentuk pemerintahan yang inklusif, sebagaimana harapan Indonesia.
"Taliban menyampaikan komitmen untuk berusaha keras membentuk pemerintahan yang
inklusif. Upaya ini dinilai akan mengurangi risiko instabilitas domestik dan dinilai akan
memudahkan Taliban dalam melakukan engagement dengan dunia luar," kata Retno.
Taliban mengaku telah menunjuk beberapa pejabat sementara sembari berusaha membentuk
pemerintahan yang inklusif. Keputusan itu diambil Taliban karena melihat adanya kebutuhan
mendesak akibat kekosongan pemerintahan
"Jabatan itu di antaranya posisi untuk menteri pertahanan, menteri dalam negeri, menteri
keuangan, pendidikan tinggi, pendidikan intelijen, gubernur bank sentral, gubernur Kabul,
dan wali kota Kabul," kata Retno.
Sebelumnya, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sukamta
telah menekankan Taliban agar bertanggung jawab dalam membangun perdamaian di
Afghanistan.
"Sebagai penguasa Afghanistan saat ini, Taliban harus bertanggung jawab dengan
membangun Afghanistan kembali secara damai," kata Sukamta, melalui keterangan pers,
Kamis (19/8/2021).
Ia pun mengingatkan peran strategis Indonesia di masa lalu yang dapat menjadi modal dalam
mengupayakan rekonsiliasi damai secara aktif. Indonesia memiliki hubungan baik dengan
Afghanistan, termasuk Taliban.
"Proses pembangunan kembali Afghanistan harus melibatkan semua pihak yang ingin
membangun Afghanistan, berlangsung secara damai dan moderat," tutur Wakil Ketua Fraksi
PKS di DPR itu.
Secara terpisah, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla meyakini pemerintah
Indonesia akan terus melanjutkan hubungan diplomatik dengan Afghanistan kendati roda
pemerintahan dikuasai Taliban.
"Jadi hubungan diplomatik saya kira tidak putus dengan pemerintah siapa pun, hubungan kita
antar negara bukan antar pemerintah," ujar Kalla dalam konferensi pers virtual, Senin
(16/8/2021).
Meyakini hal itu, Kalla mengingatkan hubungan diplomatik tetap berjalan ketika Taliban
berkuasa pada 1996-2001.
Usai Taliban lengser, hubungan diplomatik itu terus berjalan hingga era Presiden Afghanistan
Ashraf Ghani.
Menurut Kalla, hal itu menandakan bahwa hubungan diplomatik yang dibangun Indonesia
bukan antarpemerintah, melainkan antarnegara.
"Indonesia berhubungan diplomatik dengan Afghanistan sebagai negara, bukan
pemerintahan siapa-siapa," ucap Kalla.
Hal itu disampaikan oleh Delegasi RI dalam pertemuan Open-Ended Extraordinary Meeting
of the OIC Executive Committee at the Level of Permanent Representatives on the Situation
in Afghanistan di Markas OKI, Jeddah, Arab Saudi, Minggu (22/8/2021).
"Delegasi RI menyampaikan penekanan kepada tiga hal kunci. Pertama, masa depan
Afghanistan harus diupayakan melalui penyelesaian damai melalui proses rekonsiliasi
nasional yang dipimpin dan dimiliki oleh bangsa Afghanistan (Afghan-led dan Afghan-
owned)," dikutip dari siaran pers di laman Kemenlu, Selasa (24/8/2021).
Kedua, rekonsiliasi nasional Afghanistan hanya dapat diraih melalui persatuan dan
solidaritas seluruh pihak di negara itu.
Terakhir, Delegasi RI menyampaikan bahwa tidak akan ada perdamaian atau stabilitas di
Afghanistan tanpa partisipasi penuh, setara dan berarti dari kaum perempuan.
Analisis Berita:
Menteri luar negeri telah bertemu dengan perwakilan Taliban, dengan rapat kerja
retno bertemu dengan komisi 1 dpr kamis 2021 “ pentingnya terus diupayakan pembentukan
pemerintahan yang insklusif , pentingnya jaminan bahwa aghanistan tidak akan di gunakan
briding bagi aktifitas kelompok terosis yang dapat mengancam keamanan dan stabilitas
Kawasan serta dunia, dan pentingnya penghormatan kepada hak-hak perempua, dan bahwa
Indonesia tidak memiliki fastet arganistan, Indonesia sangat menginginkan agnadifisan yang
damai stabil dan Makmur, Taliban juga telah menerima masukan yg diberikan indonesia,