Anda di halaman 1dari 5

Indonesia

Hubungan Afganistan dengan Indonesia adalah hubungan bilateral antara Afganistan dengan
Indonesia. Hubungan kedua negara sebagian besar didasari oleh solidaritas keagamaan, karena
Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia serta Afganistan juga merupakan
negara dengan mayoritas Muslim. Indonesia telah mengekspresikan komitmennya untuk mendukung
dan membantu pembangunan kembali Afganistan pasca Taliban dalam berbagai sektor, termasuk
pelatihan teknis, infrastruktur, pemberdayaan wanita, edukasi yang lebih tinggi, dan pelatihan
diplomat.[1] Indonesia memiliki sebuah kedutaan besar di Kabul, sedangkan Afganistan memiliki
sebuah kedutaan besar di Jakarta. Kedua negara adalah anggota penuh Gerakan Non-Blok dan
Organisasi Kerja Sama Islam.

Skip to content

Hubungan Bilateral RI dengan Negara Afghanistan

FEBRUARI 16, 2013 BY REFFISOEBAGYO24

A. Hubungan Bilateral RI dengan Negara Afghanistan

RI – Afghanistan Sepakat Kerjasama Pertukaran Budaya

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik
Islam Afganistan Hamid Karzai, di Laguna Resort and Spa, Nusa Dua, Bali, Jumat (9/11) pagi. Kedua
pemimpin menyaksikan penandatanganan dua nota kesepahaman atau memorandum of
understanding (MoU).

Kedua MoU tersebut masing-masing mengenai persahabatan dan kerjasama, ditandatangani oleh
Menlu Marty Natalegawa dan Menlu Afghanistan Zalmay Rasoul. Kemudian, nota kesepahaman
mengenai program pertukaran budaya, diteken oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mohammad Nuh dan Menteri Informasi dan Kebudayaan Republik Islam Afghanistan Sayed
Makhdoom Raheen.

Dalam keterangan persnya seusai pertemuan, Presiden SBY menyampaikan penghargaan atas
kehadiran Presiden Hamid Karzai pada Bali Democracy Forum V. “Kita berharap segala bentuk kerja
sama dan hubungan bilateral dapat ditingkatkan,” kata SBY.

Pertemuan bilateral RI-Afghanistan membahas kerjasama dalam upaya meningkatkan hubungan


politik, ekonomi, dan budaya antara kedua negara.

Sedang MOU yang ditandatangi antara lain menyangkut pakta kerjasama, kesepakatan mengenai
penghapusan persyaratan visa bagi pembuatan paspor, kesepakatan mengenai konsultansi, dan
kesepakatan dalam pertukaran pandangan budaya antara Indonesia dan Afghanistan.

“Five pacts will be signed during president Hamid Karzai’s visit to Indonesia which will include
friendship pact, agreement on removal of visa requirements for political and service passports,
agreement on mutual consultancy and agreement on cultural views exchange between Afghanistan
and Indonesia,” kata SBY.

Presiden berharap dapat mengatasi persoalan yang ada. “Sebagaimana pengalaman Indonesia,
dengan pertololongan Allah SWT dan kepemimpinan yang kuat, serta persatuan bangsa, segala
masalah pasti bisa teratasi,” kata Presiden SBY.

WACANA KERJASAMA KEAMANAN INDONESIA – REPUBLIK ISLAM AFGHANISTAN

Sejak tahun 2004 Afghanistan berubah nama menjadi Republik Islam Afghanistan. Republik Islam
Afghanistan terletak di tengah-tengah Benua Asia. Karena letaknya tersebut, Afghanistan merupakan
negara yang memiliki letak strategis di Benua Asia. Posisinya yang berada di tengah-tengah Benua
Asia menyebabkan Afghanistan seringkali dikelompokkan ke dalam negara kawasan Asia Selatan
maupun Asia Tengah.

Hubungan bilateral antara Indonesia dan Afghanistan telah terjalin sejak pembukaan hubungan
diplomatik pada tahun 1950. Indonesia dan Afghanistan pun telah menandatangani perjanjian
persahabatan pada 24 April 1955. Hubungan bilateral yang baik di antara kedua negara tercermin
dalam hadirnya Afghanistan dalam Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada
tahun 1955, dukungan yang diberikan Afghanistan kepada Indonesia pada beberapa forum
internasional, seperti keanggotaan tidak tetap DK-PBB (2007-2008), Human Rights Council (2007-
2010), Executive Board of World Health Organization (2007-2010), External Auditor of WHO (2008-
2009 dan 2010-2011), dan United Nations Industrial Development Organization (2010-2011).[1]

Sejak tahun 2001 kondisi domestik Afghanistan tidak stabil baik dari bidang politik,
keamanan/militer, ekonomi, sosial dan bidang-bidang lainnya. Hal ini dikarenakan tumbangnya
pemerintahan Taliban yang sedang memerintah Afghanistan dan invasi yang dilakukan oleh Amerika
Serikat pada tahun 2001. Dalam kondisi yang demikian, Afghanistan membutuhkan bantuan untuk
membenahi kondisi domestik negaranya.

Oleh karena itu, Indonesia berkomitmen untuk turut membantu upaya rekonstruksi dan rehabilitasi
kondisi domestik Afghanistan. Indonesia melakukan upaya capacity building kepada Afghanistan
dengan mekanisme South-South Cooperation dan skema trilateral di mana Indonesia menyediakan
tempat, tenaga ahli dan bantuan teknis, dengan pendanaan dari negara ketiga. Banyak program
capacity building yang telah dijalankan sejak tahun 2010 hingga 2011. Di antaranya program-program
di bidang perikanan, perairan, perekonomian, politik/pemerintahan/demokrasi, kesehatan, bencana
alam, dan pertanian.

Kini, masalah keamanan domestik Afghanistan menjadi perhatian dan tantangan utama dalam upaya
capacity building di Afghanistan. Pasalnya, pasukan internasional yang tergabung dalam ISAF
(International Security Assistance Force) yang selama ini membantu menjaga keamanan domestik
Afghanistan sejak Desember 2001, akan meninggalkan Afghanistan pada tahun 2014. Sehingga,
Afghanistan harus mampu menjaga keamanan domestiknya dengan kekuatan militer yang Ia miliki
sendiri.

Dalam Konferensi Afghanistan di Bonn, Jerman, 5-6 Desember 2011, Menteri Luar Negeri Republik
Indonesia, Marti Natalegawa, menyampaikan bahwa Indonesia akan membantu capacity building di
bidang keamanan bagi Afghanistan. Indonesia akan memberikan pelatihan bagi 50 polisi Afghanistan.
Pelatihan ini akan difokuskan pada pelatihan lalu lintas, investigasi kriminal dan community policing.
[2] Pelatihan ini dilakukan sebagai bekal bagi Afghanistan memegang kembali tanggung jawab penuh
atas keamanan domestiknya pada tahun 2014.[3]

Wacana capacity building di bidang keamanan tersebut ditanggapi positif oleh Ketua Majelis Nasional
(Senat) Republik Islam Afghanistan, Fazel Haddi Muslimyar. Tanggapan positif tersebut ditunjukkan
dengan niatnya meningkatkan hubungan bilateral negaranya dengan Indonesia. Hal tersebut
diutarakan ketika Ia berkunjung ke MPR 13 Desember 2011. Kedatangan Fazel diterima oleh Ketua
MPR, Taufiq Kiemas, Wakil MPR, Hajriyanto Y. Thohari, Melani Leimena Suharli dan pimpinan dari
fraksi-fraksi partai politik.

Salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah keinginan Fazel melakukan
kerjasama antara Kepolisian Indonesia dan Afghanistan. Menurutnya, Kepolisian Afghanistan
memerlukan bantuan-bantuan pendidikan dan pelatihan agar lebih profesional. Ehsanullah Bayat,
Anggota Delegasi Afghanistan, mengharapkan adanya Komisi Indonesia-Afghanistan, agar kerjasama
bilateral di antara kedua negara dapat segera direalisasikan. Adapun Taufik Kiemas, menanggapi
perbincangan tersebut dengan baik. Menurutnya, kerjasama dengan semua pihak merupakan
keinginan Indonesia.[4]

Pada tanggal 14 Desember 2011 pun, rombongan delegasi Majelis Nasional (Senat) Republik Islam
Afghanistan menemui Presiden SBY beserta Menkopolhukam, Djoko Suyanto, Mensekneg, Sudi
Silalahi, Sekretaris Kabinet, Dipo Alam, Wamenlu, Wardana dan staf khusus presiden bidang
Hubungan Internasional, Teuku Faizasyah di Kantor Presiden. Seusai pertemuan tersebut Teuku
Faizasyah mengatakan bahwa Indonesia siap untuk melatih dan mendidik 50 polisi Afghanistan pada
awal 2012. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan atas upaya pemulihan Afghanistan paska
invasi Amerika Serikat pada tahun 2001.

Faiza juga mengungkapkan bahwa Indonesia dan Afghanistan akan menggalang kerjasama di bidang
kontra-terorisme. Sebagaimana kita tahu bahwa, Afghanistan diduga menjadi sarang teroris
internasional. Invasi yang dilakukan Amerika Serikat pada tahun 2001 pun dilakukan atas nama “war
against terrorism”. Di mana Pemerintah Taliban dituduh melindungi dan menyembunyikan Osama
bin Laden, pelaku terorisme yang sedang diburu oleh Amerika Serikat. Hingga kini pun, masih ada
ketakutan dan kecurigaan bahwa aktivitas kelompok terorisme internasional masih berlangsung di
Afghanistan.

Ancaman terorisme ini menjadi salah satu fokus dan perhatian Indonesia. Indonesia telah
berkomitmen untuk ikut serta dalam upaya memerangi terorisme internasional karena kejahatan
tersebut sangat berbahaya dan merugikan. Indonesia sendiri pernah mengalami kejahatan teror
seperti yang terjadi pada kasus Bom Bali I, Bom Bali II dan Pemboman Hotel Ritz Carlton. Kini,
Indonesia telah memiliki Pusat Kontra-terorisme di Semarang[5] sebagai salah satu upaya menangani
ancaman terorisme. Tentunya kerjasama kontra-terorisme Indonesia-Afghanistan diharapkan dapat
meminimalisasi ancaman dan gangguan terorisme yang terjadi baik di antara kedua negara maupun
di kawasan Asia sendiri.

RI-Afghanistan Capai Kesepakatan Bersama


NUSA DUA, BALI—Memasuki hari kedua Bali Democracy Forum (BDF) V, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menyelenggarakan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Islam Afghanistan
Hamid Karzai. Pertemuan bilteral tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan bersama.

Kesepakatan bersama tersebut, antara lain, penegasan kembali komitmen Indonesia oleh Presiden
SBY untuk mendukung Afghanistan dalam hal kerja sama teknis dan capacity building. Presiden SBY
menegaskan kesiapan Indonesia untuk membantu Afghanistan dalam penyelenggaraan pelatihan
teknis, termasuk di dalamnya, infrastruktur, pemberdayaan perempuan, pendidikan, pertanian,
perikanan, kesehatan, penanganan bencana, tatakelola pemerintahan yang baik, teknologi
penanganan sampah, pelatihan diplomat, serta inseminasi dalam peternakan.

Pada tanggal 17 September 2012 lalu, telah ditandatangani Nota Kesepahaman dalam bidang
Capacity Building for Law Enforcement Personnel antara Indonesia dan Afghanistan. Dengan adanya
kerja sama tersebut, POLRI akan melatih 50 personel dari Afghanistan National Police (ANP) dalam
bidang manajemen lalu-lintas, pelayanan masyarakat, dan investigasi kejahatan.

Indonesia dan Afghanistan juga menyetujui disusunnya perjanjian persahabatan dan kerja sama yang
baru antara kedua negara untuk menggantikan perjanjian sebelumnya yang ditetapkan pada tanggal
24 April 1955. Perjanjian baru tersebut menetapkan upaya-upaya yang dapat mendorong hubungan
bilateral antara Indonesia dengan Afghanistan ke level yang lebih tinggi dengan meningkatkan kerja
sama di bidang politik, ekonomi dan perdagangan, serta pendidikan dan kebudayaan.

Presiden Hamid Karzai juga mengundang Indonesia untuk menjajaki kemungkinan dilakukannya
perdagangan dan investasi langsung di negaranya. Untuk itu, kedua kepala negara sepakat untuk
dilakukan pertukaran kunjungan yang melibatkan sektor bisnis untuk mengeksplorasi potensi
perdagangan dan investasi yang akan menguntungkan kedua negara.

Indonesia dan Afghanistan juga akan mempererat kerja sama dalam bidang pemberantasan korupsi
dalam rangka mendorong penyelenggaraan tatakelola pemerintahan yang baik di kedua negara.
Selain itu, pertemuan bilateral tersebut juga menekankan pada pentingnya pertukaran pengalaman
tentang penyelenggaraan Pemilu mengingat Indonesia dan Afghanistan sama-sama akan
menyelenggarakannya pada tahun 2014.

Menyikapi persoalan terorisme dan kejahatan transnasional, Presiden SBY dan Presiden Hamid Karzai
sepakat agar institusi terkait di kedua negaranya perlu meningkatkan kerja sama dalam memerangi
narkoba dan pertukaran tim ahli terkait tindakan pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Selain itu, Presiden SBY dan Presden Hamid Karzai berkomitmen untuk memerangi penyelundupan
dan penjualan orang. Keduanya sepakat untuk meningkatkan program capacity building dalam hal
kekuatan hukum, kontrol perbatasan, serta pengamanan dokumen perjalanan dalam rangka
mengatasi penyelundupan dan imigran ilegal di wilayah.

Dalam bidang kebudayaan, Indonesia dan Afghanistan setuju untuk dilakukannya program
pertukaran dan misi budaya. Indonesia akan menerima sejumlah pelajar Afghanistan yang belajar di
beberapa universitas di Indonesia melalui program beasiswa Darmasiswa sebagaimana melalui
program Developing Countries Partnership (KNB). Tidak hanya itu, para dosen Afghanistan pun
berkesempatan untuk mendapatkan pelatihan di Indonesia.
Presiden Hamid Karzai juga memberikan dukungan bagi proposal yang telah disusun Presiden SBY
dalam General Debate of the 67th Session of The UN General Assembly mengenai konsensus
internasional dalam hal instrumen pencegahan kerusuhan maupun penganiayaan yang
mengatasnamakan agama atau keyakinan. Kedua kepala negara menekankan pentingnya saling
menghormati dan memahami di antara para pemeluk agama .

Anda mungkin juga menyukai