Anda di halaman 1dari 25

VARIASI KALIMAT

Dosen Pengampu :
Ifran Nurtriputra, M.Pd.
KELOMPOK 6 :
1. Aden Farid Maulana (201921500180)
2. Aru Muktaja (201921500198)
3. Dea Ajeng Silviana. G (201921500151)
4. Desi Mustikasari (201921500318)
5. Nabilatul Aidah (201921500320)
6. Maharani Tri Probo. S (201921500606)
KALIMAT AKTIF
Kalimat aktif ialah kalimat dimana subjeknya secara aktif melakukan
sesuatu berupa predikat kepada objeknya.
Contohnya: Andi membeli permen
Nenek menulis surat

KALIMAT PASIF
Kalimat pasif ialah kalimat dimana subjeknya dikenai suatu
tindakan berupa predikat oleh objeknya.
Contohnya: Permen dibeli oleh Andi
Surat ditulis oleh Nenek
Perbedaan kalimat aktif dan pasif terletak pada subjeknya.
Yang dikategorikan sebagai kalimat aktif adalah kalimat yang
subjeknya menjadi pelaku dari sebuah pekerjaan ataupun kejadian.
Sementara itu, pada kalimat pasif, subjek justru dikenai sebuah
pekerjaan.

Andi membeli permen


S P (V me-) O

Permen dibeli (oleh) Andi


S P (V di-) O
BEBERAPA KAIDAH

1
Proses penyusunan kalimat pasif seperti
dijelaskan di atas hanya bisa dilakukan kalau
subjeknya atau pelakunya adalah nomina nama
perkerabatan (seperti nenek, ibu, dan ayah)
seperti nama gelar (letnan, dokter, dan raden,)
dan nama jabatan seperti camat, bupati dan
gubernur. Contoh:
• Buku itu dibaca oleh adik.
• Surat itu ditulis oleh Risa.
• Bangunan itu diresmikan oleh bupati.
• Pasien itu ditangani oleh dokter.
BEBERAPA KAIDAH

2
Dalam bahasa Indonesia ada beberapa verba
yang disebut verba bitransitif, yakni verba yang
secara tradisional dikatakan memiliki dua buah
objek, yang pertama disebut objek langsung dan
yang kedua disebut objek tidak langsung. Contoh
verba bitransitif ini adalah verba membelikan
dan verba membacakan seperti dalam kalimat
berikut:
> Nenek membelikan adik sepatu baru
> Kakek membacakan nenek cerita lucu
BEBERAPA KAIDAH
Sebagai verba infleksional verba berprefiks me- dapat

3
diganti dengan prefiks di-, prefiks ter-, dan prefiks zero.
Verba berprefiks me-, digunakan pada kalimat aktif transitif;
verba berprefiks di- digunakan pada kalimat pasif
“tindakan”; verba berprefiks ter- digunakan pada kalimat
pasif “keadaan”; dan verba berprefiks zero digunakan pada
kalimat imperatif; atau kalimat pasif yang pelakunya
pronominal persona saya, kita, kami, aku, kamu, dan mereka
(seperti sudah dibicarakan di atas). Oleh karena itu,
disamping kalimat pasif dengan prefiks di- ada juga
kalimat pasif dengan prefiks ter-. Misalnya:
• Kalimat aktif: adik membawa buku itu.
• Kalimat pasif: buku itu dibawa adik atau buku itu
terbawa adik.
BEBERAPA KAIDAH
Kalimat aktif transitif yang predikatnya berupa frasa

4
verba transitif yang anggota frasanya berupa adverbial
kala dan adverbial prefektif seperti pada kalimat:
• Saya akan membaca surat itu.
• Saya belum membaca surat itu.
Dapat dipasifkan dengan menempatkan objek pelakunya
yaitu saya diantarasubjek dan verbanya.
Maka kalimat pasifnya adalah sebagai berikut:
• Surat itu akan saya baca.
• Surat itu belum saya baca.
Bukan:
• Surat itu saya akan baca.
• Surat itu saya belum baca.
BEBERAPA KAIDAH
Kalimat-kalimat seperti

5
• Dia datang menagih utang.
• Mereka berlari mengejar pencuri itu.
• Beliau duduk membaca koran.
Kalimat-kalimat ini tidak dapat dipasifkan karena
predikat kalimat-kalimat itu adalah datang, berlari,
dan duduk yang jelas bukan verba transitif,
sedangkan verba menagih, mengejar dan membaca
hanyalah bagian dari keterangan tujuan, yang
lengkapnya:
• Dia datang untuk menagih utang.
• Mereka berlari untuk mengejar pencuri itu.
• Beliau duduk sambil membaca koran.
BEBERAPA KAIDAH

6
Dalam bahasa Indonesia, di samping adanya
kalimat pasif berprefiks di- dan ter- ada juga
kalimat pasif berkonfiks ke-an, seperti kalimat;
• Kemarin dia kecopetan di bus kota
• Semalam kami pulang kehujanan
• Tanpa selimut dia kedinginan sepanjang malam
Kalimat pasif ke-an tidak dapat diubah ke
dalam kalimat aktif karena memang bukan
diturunkan dari sebuah kalimat aktif.
BEBERAPA KAIDAH

7
Dalam bahasa Indonesia ragam nonformal
digunakan kalimat pasif ke- sebagai padanan
kalimat pasif ter-.
Contoh:
• Tulisannya tidak kebaca (= terbaca)
• Kami kejebak macet (= terjebak)
• Kakiku kejepit pintu (= terjepit)
Dalam ragam formal sebaiknya bentuk pasif
ke- ini jangan digunakan.
KALIMAT POSITIF
Kalimat positif adalah kalimat yang di dalamnya tidak terdapat
pengingkaran atau penyangkalan, sehingga pernyataan yang diberikan
bersifat positif. Contoh :
• Dia selalu hadir tepat waktu dalam setiap pertemuan bisnisnya.
• Setiap guru adalah contoh nyata keteladanan bagi murid-muridnya.
• Semua orang tua menyayangi anak-anaknya.
KALIMAT NEGATIF
Kalimat negatif merupakan kalimat yang mengandung penyangkalan di
dalamnya. Kalimat ini umumnya ditandai dengan penggunaan kata tak, bukan,
tiada dan tanpa.
Contoh :
• Dia tidak berhenti menangisi temannya dalam kecelakan itu.
• Ayahnya bukan penguasa di negeri ini seperti yang biasa ia ceritakan.

Secara umum kata tidak atau tak digunakan dalam membentuk kalimat verbal
negative dan kalimat ajektifal negative. Sedangkan kata bukan untuk
menegatifkan kalimat nominal; kata tiada dan tanpa digunakan untuk
menegatifkan kalimat atau bagian kalimat verbal, ajektifal, dan juga nominal.
PEMAKAIAN KATA BUKAN
1) Kata bukan digunakan untuk menyangkal keberadaan wujud nomina.
Contoh: Dia bukan kakak saya.
Suaminya bukan orang jawa

2) Kata bukan digunakan di muka verba, yang disertai dengan


perbaikannya. Contoh:
• Mereka bukan menganiaya, melainkan dianiaya
• Gadis itu bukan menangis karena sedih, melainkan

3) Kata bukan digunakan untuk menyangkal jumlah, yang disertai


perbaikannya. Contoh:
• Yang hadir bukan sepuluh atau dua puluh orang melainkan ratusan
• Yang diterima bukan 50 orang tetapi 120 orang.
PEMAKAIAN KATA TIDAK
1) Kata penyangkal tidak bentuk sigkatnya tak digunakan untuk
meniadakan tindakan, perbuatan, atau kejadian.
Contoh:
• Mereka tidak datang.

2) Kata penyangkal tidak (bentuk singkatannya tak) digunakan juga untuk


menyangkal keadaan (sifat, bentuk, usia, dan sebagainya)..
contoh:
• Dia tidak cantik

3) Kata penyangkal tidak dapat digunakan untuk menyangkal dua


maujud nomina atau lebih banyak yang memiliki perbuatan atau sifat
yang sama. Contoh:
• Tidak bapak, tidak anak, sama saja kelakuannya.
PEMAKAIAN KATA TANPA

Kata penyangkal tanpa memiliki makna ‘tidak dengan’ dapat


digunakan untuk menyangkal tindakan dan juga menyangkal
wujud dalam sebuah kalimat negative.
Contoh:
• Tanpa dibacanya dulu surat itu langsung dirobeknya.
• Kamu akan sulit hidup di Jakarta tanpa kepandaian yang memadai.
• Manusia tidak dapat hidup tanpa tersedianya air bersih.
KALIMAT LANGSUNG

Kalimat langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari


ucapan seseorang tanpa melalui perantara dan tanpa
merubah sedikitpun apa yang ia utarakan.
Contoh:

• “Riana akan pulang nanti sore”, Desti memberi kabar


• Andriana berkata, “Aku mungkin tidak akan pulang
malam ini. Besok aku beri kabar lagi.”
KALIMAT TIDAK LANGSUNG

Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang menceritakan


kembali isi atau pokok ucapan yang pernah disampaikan
seseorang tanpa perlu mengutip keseluruhan kalimatnya.
Contoh:

• Aku pernah mendengar Aisya bercerita bahwa sebenarnya


ia tidak suka perjodohan yang diatur oleh orang tuanya.
• Burhani mengancam tidak masuk sekolah bila ia masih
merasa mendapat bully-an dari teman sekelasnya.
MERUBAH KALIMAT LANGSUNG MENJADI KALIMAT TIDAK LANGSUNG
Hal pertama yang perlu diketahui ketika merubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak
langsung adalah adanya perubahan kata ganti orang yang terdapat pada kalimat kutipan.

1) Kata ganti orang pertama ‘saya’, ‘aku’ dan ‘kami’ menjadi kata ganti kata orang
ketiga ‘dia’, ‘mereka’ atau ‘nama orang ketiga’.
Contoh : “Aku ingin menjadi astronot!” Dika bercerita untuk di depan kelas.
menjadi → Di depan kelas, Dika mengaku ingin menjadi astronot.

2) Kata ganti orang kedua ‘kamu’ menjadi kata ganti orang pertama ‘saya’ atau ‘aku’.
Contoh : “Aku ingin menikahimu,” kata Sofyan sembari berlutut di depanku.
menjadi → Sofyan mengatakan jika dia ingin menikahi saya.

3) Kata ganti orang kedua jamak ‘kita’ atau ‘kalian’ menjadi ‘kami’ atau ‘mereka,
tergantung pada isi kalimat.
Contoh : “Selamat atas kelulusan kalian,” ucap Pradipto tulus.
menjadi → Pradipto memberikan ucapan selamat kepada kami.
MERUBAH KALIMAT TIDAK LANGSUNG MENJADI KALIMAT LANGSUNG

Contoh :
Hilman mengatakan jika ia akan datang ke rumahku nanti sore.
Untuk merubahnya menjadi kalimat langsung yang harus dilakukan,
1) Menerka kira-kira apa yang Hilman bicarakan saat itu. Perlu diingat tentang kata
ganti orang seperti pada saat merubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak
langsung, hanya saja kebalikannya. Misal dari perkiraan kita didapat kalimat seperti
ini, “Nanti sore aku ke rumahmu.”
2) Merubah kalimat yang kita perkirakan tadi menjadi kalimat tak langsung lagi untuk
mengecek ulang. “Nanti sore aku ke rumahmu” → Dia nanti sore ke rumahku.
3) Setelah mengecek ulang kalimat yang kita perkirakan, lalu tambahkan kalimat pengiring
sebelum atau sesudah kalimat kutipan hingga menjadi seperti berikut,
Kata Hilman, “Nanti sore aku ke rumahmu.”
MODUS KALIMAT

1 Deklaratif adalah kalimat yang berisi informasi satu arah, dan tidak
memerlukan respons dari lawan bicara. Kalimat ini biasanya
digunakan pada kalimat-kalimat berita yang dipakai pembicara dan
penulis. Ciri khas struktur kalimat deklaratif ialah selalu diakhiri
dengan tanda titik.

Contoh :
• Indonesia memiliki 34 provinsi yang tersebar dari Sabang
hingga Merauke.
• Ibu kota Jawa Barat adalah Bandung.
MODUS KALIMAT

2 interogatif adalah kalimat pertanyaan yang terdiri dari 5W + 1H. Kalimat


interogatif dikenal dengan kalimat tanya yang ditandai dengan partikel -kah
sebagai penegas. Kata tanya biasanya berisi apa, siapa, berapa, kapan, dan
bagaimana. Bentuk kalimat ini dipakai untuk meminta, sehingga jawaban
dari kalimat tanya yaitu ya atau tidak. Ciri khas struktur kalimat interogatif
adalah pada akhir kalimat diakhiri dengan tanda tanya (?), intonasi yang
menarik di akhir kalimat dan ditandai dengan (5W+1H).

Contoh :
• Bagaimana cara membuat donat ?
• Apakah kamu butuh segelas air ? (Pertanyaan)
Ya, aku haus. (Jawaban)
MODUS KALIMAT
3 Imperatif adalah kalimat perintah, melakukan sesuatu, dan menyuruh. Ciri-ciri kalimat
ini memakai tanda seru (!) di bagian akhir kalimat. kalimat imperatif bisa dikaitkan
dengan suara keras menyuruh orang, atau permohonan dengan intonasi halus. Selain
menyuruh, kalimat ini juga menjelaskan larangan akan sesuatu. Ciri kalimat imperatif :
a) Memiliki tanda baca titik (.) pada kata perintah biasa
b) Tanda baca seru (!) untuk imperatif keras
c) Imbuhan partikel –lah pada beberapa kata tertentu (verba, adjektiva, dan adverbia)
d) Imbuhan –kan dan –i yang dilekatkan pada verba
e) Kata-kata tertentu dari imperatif seperti, hendak, harap, mohon, ayo, coba, mari,
biar, dan tolong.

Contoh :

• Angga, Tunggu!
• Kau harus mencoba! Pokoknya percaya deh kuenya enak banget!
MODUS KALIMAT

4 Interjektif adalah kalimat yang berisi seruan yang berkenaan


dengan emosi pengujarnya. Misalnya, ketika seseorang sedang
marah, kagum, terkejut, sedih, dan heran.

Contoh :
• Betapa meruginya aku karena banjir bandang di Masamba
bulan ini!
• Aku bagai tersihir melihat wajahnya yang rupawan itu!
TERIMA KASIH!
-Kelompok 6

Anda mungkin juga menyukai