Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“Penyusunan Kata”

Disusun Oleh :

Jerri Elza Kusuma 20744015


Meriza Inka Novia Sari 2074417

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan seharusnya kita


menggunakannya dalam kegiatan sehari–hari. Selain itu menggunakan bahasa
Indonesia harus dengan baik dan benar, bukan dicampur adukkan dengan bahasa
daerah, bahasa asing dan bahasa gaul. Dalam hal ini media berpengaruh kuat
kepada masyarakat dalam berbahasa. Tetapi pada kenyataannya, media justru
menampilkan atau menulis berita yang cenderung menggunakan bahasa Indonesia
dicampur bahasa gaul, bahkan bahasa asing.
Dewasa ini penulisan kata dan pemakaian bahasa Indonesia semakin hari
semakin kacau, dan belum ada lembaga pemerintahan dan masyarakat yang
memberikan perhatian terhadap masalah ini. Apabila penulisan kata dan
penggunaan bahasa Indonesia kian hari terus tergeser oleh bahasa asing atau
bahasa daerah, maka posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional akan
terlupakan oleh masyarakat Indonesia. Hal seperti itu terjadi karena masyarakat
tidak tahu bagaimana penulisan kata yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian penulisan kata.
2. Tata cara penggunaan penulisan kata secara baik dan benar
II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penulisan Kata


Penulisan kata terdiri dari dua kata yaitu “penulisan” dan “kata”. Penulisan
adalah proses, cara, perbuatan menulis atau menulis, sedangkan kata adalah unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia:edisi 3).
Dari pengertian perkata diatas, dapat disimpulkan bahwa penulisan kata
adalah proses atau cara menulis yang mepertimbangkan unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran yang
dapat digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan yang disempurnakan.

2.2 Metode Umum Penulisan Kata


Sistem penulisan kata terbagi atas kata dasar, kata depan, imbuhan,
pemenggalan suku kata, kata ulang, kata majemuk dan kata non baku.

2.2.1 Kata Dasar


Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata
dasar adalah kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar.
Contohnya adalah makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah,
pindah, dan lain-lain.
Kata dasar bisa membentuk satu kesatuan kalimat, yaitu:
1. Ular yang mati itu sangat panjang .
2. Aku pergi ke sekolah dengan ayah.
3. Budi datang ke rumahku dengan sangat cepat.
4. Kakak suka makan kue bakpia dari kota Jogjakarta.
5. Ayah sampai di rumah jam 9 malam, ketika aku sedang tidur.

2.2.2 Kata Depan


Kata depan adalah kata-kata yang secara sintaksis diletakan sebelum kata
benda, kata kerja atau kata keterangan dan secara semantis kata depan
menandakan berbagai hubungan makna antar kata depan dan kata yang ada
dibelakangnya.

a. Aturan Penulisan Kata Depan


Kata depan seperti “di”, “ke”, dan “dari” ditulis terpisah dengan
kata-kata di belakangnya kecuali untuk kata-kata yang sudah dianggap
lazim sebagai satu kata, seperti kepada, daripada dan sebagai imbuhan,
seperti dipukul, dimakan dan lain-lain.
Contoh :

Di sana (Benar) Ke sekolah (Benar)


Disana (Salah) kesekolah (Salah)
Kata depan ditulis dengan huruf kecil jika digunakan di dalam kalimat
sebagai judul. Contoh:
“Berlayar Dari Samudera Indonesia Ke Samudera Hindia Dan Antartika.”
– (Salah)
“Berlayar dari Samudera Indonesia ke Samudra Hindia dan Antartika.” –
(Benar)

b. Jenis Jenis Kata Depan


Jika dilihat dari fungsinya, kata depan dibagi menjadi beberapa macam. Di
bawah ini adalah macam-macam kata depan.
Kata depan penanda tempat keberadaan dan waktu, yaitu: di, pada, dalam,
dan antara.
Contoh:
Adikku bersekolah di SDN 4 Panarung.
Budi berangkat ke kasongan pada siang hari.
Dani menaruh hand phone di dalam tasnya ketika ada razia di sekolah.
Rumahku terletak antara kantor pos dan bangunan sekolah itu.
Mereka belum menetukan tempat kunjungan antara Jogjakarta dan
Surabaya

Kata depan penanda arah atau tempat asal, yaitu: “dari”.


Contoh:
Ayahku baru pulang dari Banjarmasin tadi malam.
Siswa baru itu pindahan dari Sampit.
Pasukan itu bubar dimulai dari barisan yang paling kanan.
Dia menjadi seperti itu semenjak pulang dari rumah sakit.

Kata depan penanda arah atau tempat tujuan, yaitu: “ke”, “kepada”,
“akan”, dan “terhadap”.
Contoh:
Pada liburan yang akan datang aku akan pergi ke rumah nenekku.
Surat ini ditunjukan kepada bapak kepala sekolah SMAN 4 Maju
Mundur.
Saya sangat menghormati terhadap apa yang Bapak sampaikan kepada
kami semua.
Kita semua tidak mengetahui akan apa yang dilakukan olehnya nanti
malam.
Budi mengajak Ani pergi berlibur ke Pulau Bali berdua pada saat
liburan nanti.

Kata depan penanda pelaku, yaitu: “oleh”.


Contoh:
Pekerjaan itu diselesaikan oleh dirinya sendiri.
Akibat terlambat, dia dimarahi oleh guru bk di sekolah.
Aku ditemani oleh Ani ketika pergi ke pasar.
Budi diberikan oleh-oleh berupa baju oleh Ani.
Kata depan penanda alat atau cara yaitu: “dengan” dan “berkat”.
Contoh:
Ayah memotong rumput dengan menggunakan pisau rumput.
Ibu pergi bekerja dengan mengendarai sepeda motor.
Lantai rumahku sangat bersih berkat cairan pembersih.
Tugas kita selesai berkat kerjasama yang baik.
Shinta berlari dengan sangat cepat.

Kata depan penanda perbandingan, yaitu: “daripada”.


Contoh:
Rumahku lebih kecil daripada rumah pejabat itu.
Jarak antara rumahku ke sekolah lebih lama daripada rumahnya ke
sekolah.
Budi lebih tinggi sekitar 4 cm daripada tinggi Andi.
Daripada nilaiku, nilai yang kamu dapatkan lebih bagus.

Kata depan menunjukan suatu hal atau permasalahan, yaitu: “tentang” dan
“mengenai”.
Contoh:
Rapat pagi hari itu membahas tentang rencana kegiatan yang akan
segera dilaksanankan.
Ani bertanya mengenai sikapku padanya beberapa hari yang lalu.
Apakah kamu mengetahui berita tentang mundurnya Frank Lampard
dari timnas Inggris?
Dia menceritakan kepada kami semua mengenai kisah perjuangan
hidupnya.
Tak ada lagi yang tersisa semua memori tentang dia selama hidupnya.

Kata depan penanda hubungan akibat, yaitu: “hingga” dan “sampai”.


Contoh:
Pelaku curanmor itu dipukuli hingga babak belur.
Sinta menangis sampai air matanya mengering.
Rumahnya hancur hingga tak tersisa sedikitpun akibat diterjang banjir
bandang.
Dia sangat rakus ketika makan sampai tak tersisa barang sebutir nasi
pun di atas piringnya.
Danang berjuang dengan sangat keras hingga menjadi seorang
pengusaha sukses.

Kata depan penanda hubungan tujuan, yaitu: “untuk”, “buat”, “guna” dan
“bagi”.
Contoh:
Aku membuatkan kue ini khusus untuk Ani yang sedang sakit.
Budi mengerjakan tugas matematika buat adiknya.
Belajarlah yang giat guna masa depan yang cemerlang.
Pendidikan adalah hak yang sangat penting bagi seluruh anak-anak.
Ayah memintaku untuk menemaninya pergi ke luar kota untuk urusan
bisnis
2.2.3 Kata Imbuhan
Kata berimbuhan adalah kata-kata dasar yang mendapatkan imbuhan yang
berupa awalan, akhiran, sisipan, dan awalan-akhiran. Imbuhan sendiri berfungsi
untuk menambahkan arti atau maksud dari kata-kata dasar yang diberi imbuhan
tersebut.

a. Macam-Macam Imbuhan
Dalam bahasa Indonesia ada 4 macam imbuhan yaitu:
 Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata
dasar. Imbuhan-imbuhan yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-,
ber-, ke-, di-, ter-, pe-, dan se-.

 Imbuhan Me-
Awalan me- bisa berubah menjadi beberapa macam bentuk diantaranya
adalah men-, meng-, meny-, mem-, dan menge-. Perubahan-perubahan
tersebut tergantung dengan kata dasarnya dan makna yang akan dibentuk.
Berikut makna dari imbuhan me- yang menyatakan suatu perbuatan aktif:
mengambil, menyiram, mengesampingkan, mempertahankan.

 Imbuhan Ber-
Awalan ber- mempunyai beberapa macam perubahan yaitu bel- dan ber-.
Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata dasarnya. Imbuhan
ber- memiliki beberapa macam makna yaitu:
- Menyatakan kepunyaan : Beranak, berotot, beruang
- Menyatakan penggunaan : Bersepeda, bermotor
- Menyatakan kegiatan : bertelur, berkarya, bekerja
- Menyatakan jumlah : Berdua, bertiga
- Menyatakan suasana hati: bersedih, berbahagia, dan lain-lain.

 Imbuhan Ke-
Awalan ke- tidak memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki
makna untuk menyatakan urutan : kesatu, kedua, ketiga, dst.

 Imbuhan Di-
Imbuhan di- adalah kebalikan dari imbuhan me- yang membentuk kata
dasar bermakna pasif. Contoh: di + siram = disiram, dilihat, dipukul.

 Imbuhan Ter-
Imbuhan ter- sama dengan imbuhan di- yang membentuk kata kerja pasif.
Namun, imbuhan ter- cenderung menyatakan perbuatan yang tidak disengaja.
Selain kata kerja pasif, imbuhan ter- memiliki beberapa macam makna yaitu:
- Menyatakan sifat: Terpandai, terbaik, terhebat
- Menyatakan ketidaksengajaan: Terbawa, tertinggal
- Menyatakan keadaan telah: tertutup, terbuka, terkunci
- Menyatakan kegiatan tibaa-tiba: tertawa, terjatuh
 Imbuhan Pe-
Awalan pe- memiliki macam-macam perubahan bentuk seperti yang
terjadi pada awalan me- yaitu: peng-, penye-, per-. Makna dari Imbuhan pe-
adalah sebagai berikut:
- Menyatakan pelaku, penyebab: pembaca, penulis, pengajar,
pemanis, pemutih
- Menyatakan pekerjaan: perpanjang, perlambat, percantik
- Menyatakan alat: penghapus, penggaris, pengasah
- Menyatakan sifat: pemalu, pemaaf

 Imbuhan Se-
Imbuhan se- membentuk kata dasar memiliki makna antar lain:
- Menyatakan keseluruhan: sekelas, sekampung, sekota
- Menyatakan sifat: sepandai, secantik, sebesar
- Menyatakan satu: selembar, sepotong, sebiji

 Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar.
Bentuk-bentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-. Contoh: -em- + getar =
gemetar. Imbuhan infiks membentuk kata dasar yang memiliki makna sebagai
berikut:
- Menyatakan intensitas dan jumlah: gemetar, gemerincing, temali
- Menyatakan sifat: temurun, telunjuk, gelembung, gemetar

 Akhiran (sufiks)
Akhiran sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada
beberapa macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I, -an,
-kah, -tah, dan –pun.

2.2.4 Pemenggalan Suku Kata


Setyawati (2010: 171) menjelaskan bahwa pemenggalan kata atau
persukuan diperlukan apabila kita harus memenggal sebuah kata dalam tulisan
jika terjadi pergantian baris. Pada pergantian baris, tanda hubung harus
dibubuhkan di pinggir ujung baris, bukan di bawah ujung garis. Perlu juga
diketahui, suku kata atau imbuhan yang terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal
agar tidak terdapat satu huruf pada ujung baris atau pada pangkal baris. Sering
kita jumpai pemenggalan kata yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang
benar. Berikut ini akan diuraikan satu per satu bentuk-bentuk kesalahan
pemenggalan kata.

2.2.5 Kata Ulang


Kata ulang adalah bentuk kata yang merupakan pengulangan kata dasar.
Pengulangan ini dapat memiliki atau menciptakan arti baru. Kata ulang terdiri dari
beberapa macam, yaitu:
a. Pengulangan seluruh
Kata ulang ini terdiri dari kata dasar yang diulang secara keseluruhan.
misalnya buku – buku, anak – anak, ibu – ibu, bapak – bapak, dan lain – lain.
Contoh dalam bentuk kalimat:
- Kami mengumpulkan buku – buku untuk anak – anak korban
kebanjiran.
- Ibu – ibu PKK menghadiri acara yang dilaksanakan oleh ibu
walikota pada hari minggu besok.
- Tanah longsor menimbun rumah – rumah yang ada di kampung
Duren pada hari selasa yang lalu.
b. Pengulagan sebagian
Kata ulang ini adalah kata ulang yang berasal dari kata dasar yang
mengalami pengulangan hanya pada bagian awal atau akhirnya saja.Misalnya
tetangga, pepohonan, perumahan, perbukitan, dan lain – lain.
Contoh dalam bentuk kalimat:
- Orang itu hidup dengan sangat tertutup tak heran tetangga
mencurigainya.
- Ketika aku berlibur di desa, aku melihat perbukitan yang sangat
indah.
- Orang itu menebang pepohonan yang ada di atas bukit akibatnya
terjadi tanah longsor.

2.2.6 Kata Majemuk


Kata majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang
mengandung satu pengertian baru. Morfem sendiri adalah bentuk terkecil yang
dapat membedakan makna dan atau mempunyai makna. Wujud morfem dapat
berupa imbuhan, klitika, partikel dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah, bawa).
Sebagai kesatuan pembeda makna, semua contoh wujud morfem tersebut
merupakan bentuk terkecil dalam arti tidak dapat lagi dibagi menjadi kesatuan
bentuk yang lebih kecil. Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata. tetapi
gabungan kata itu secara bersama-sama membentuk suatu makna atau arti baru.

2.2.7 Kata Baku dan Kata Non Baku


a. Kata Baku
Kata baku adalah kata yang digunakan sudah sesuai dengan pedoman atau
kaidah bahasa yang telah di tentukan, Atau kata baku merupakan kata yang sudah
benar dengan aturan maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia dan sumber utama
dari bahasa baku yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata baku
umumnya sering digunakan pada kalimat yang resmi, baik itu dalam suatu tulisan
maupun dalam pengungkapan kata-kata.
Kata-kata baku yaitu kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang sudah di tentukan sebelumnya dan suatu kata bisa disebut dengan
kata tidak baku jika kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. ketidakbakuan suatu kata bukan hanya ditimbulkan oleh salah
penulisan saja, akan tetapi bisa juga disebabkan oleh pengucapan yang salah dan
penyusunan suatu kalimat yang tidak benar. Biasanya kata tidak baku selalu
muncul dalam percakapan kita sehari-hari.
b. Kata Tidak Baku
Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan pedoman
atau kaidah bahasa sudah ditentukan. Biasanya kata tidak baku sering digunakan
saat percakapan sehari-hari atau dalam bahasa tutur. Adapun faktor-faktor yang
dapat menyebabkan munculnya kata tidak baku.

c. Contoh kata baku dan tidak baku


Contoh kata baku
Misalnya seperti: aktif, pasif, apotek, efektif, karena, foto, biosfer, bus,
objek, november, praktik, negeri, teknik, daftar, nasihat dan lain-lain. Kalimatnya:
Pada hari ini saya akan keluar kota.
Contoh kata tidak baku
Misalnya seperti: aktip, pasip, apotik, efektip, karna, poto, biosfir, bis,
obyek, nopember, praktek, negri, tekhnik, nasehat dan lain-lain. Kalimatnya: Saya
akan keluar kota pada hari ini.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam penulisan sebuah karya ilmiah, skripsi ataupun makalah, salah satu
hal yang perlu diperhatikan adalah penulisan kata maupun kalimat yang tepat.
Dengan penulisan kata yang tepat maka pembaca tidak akan mengalami salah
tafsir terhadap kata dasar yang telah diberi imbuhan dan isi dari tulisan tersebut
dapat tersalurkan kepada pembaca, sehingga tujuan penulis dapat tersampaikan ke
pembaca.

3.2 Saran
Bahasa Indonesia tidak akan tetap terjaga apabila tidak diadakan pusat
bahasa dan balai bahasa serta tempat pelatihan dan pengajaran tentang tata bahasa.
Maka pembelajaran bahasa disetiap sekolah-sekolah pada setiap jenjang
pendidikan nyata diperlukan karena akan membantu memelihara kesucian dan
keaslian bahasa, agar selalu tehindar dari kontaminasi budaya bahasa asing.

Anda mungkin juga menyukai