Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM AGRIBISNIS

PEMBERDAYAAN PETANI BAWANG DALAM UPAYA PENINGKATAN


PENDAPATAN MELALUI PENGOLAHAN LIMBAH BAWANG MERAH
MENJADI KALIGRAFI

Disusun Oleh :

AYU KUMALA SARI


135130018

LABORATORIUM EKONOMI PERTANIAN DAN KELEMBAGAAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA

2016
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTIKUM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM AGRIBISNIS

1. a. Judul Program Pemberdayaan : Pemberdayaan Petani Bawang dalam Upaya Peningkatan


Pendapatan melalui Pengolahan Limbah Bawang Merah
Menjadi Kaligrafi
b. Bidang Ilmu yang Diabdikan : Ilmu Pertanian
dalam Program Pemberdayaan
2. Pengusul Program Pemberdayaan
Masyarakat

a. Nama Lengkap : Ayu Kumala Sari


b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIM : 135130018
d. Fakultas/Jurusan : Pertanian/Agribisnis
e. Perguruan Tinggi : UPN “Veteran” Yogyakarta
3. Lokasi Kegiatan
a. Wilayah (Desa/Kecamatan) : Srikayangan/Sentolo
b. Kabupaten/Kota : Kulon Progo
c. Propinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta

Yogyakarta, April 2016

Mengetahui,

Asisten Dosen Penulis


Praktikum Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Agribisnis

Raras Arumingsari Manuhoro, SP Ayu Kumala Sari


NIM. 135130018

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Vandrias Dewantoro, M.Si


NIP: 19551206 198503 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya. Tidak lupa
sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW,
sehingga penyusunan proposal Pemberdayaan Petani Bawang Dalam Upaya Peningkatan
Pendapatan Melalui Pengolahan Limbah Bawang Merah ini dapat terselesaikan. Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian proposal Pemberdayaan Petani Bawang Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan
Melalui Pengolahan Limbah Bawang Merah.
Disadari bahwa salah satu hambatan dalam penyusunan proposal Pemberdayaan
Pemberdayaan Petani Bawang Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Melalui Pengolahan
Limbah Bawang Merah ini adalah keterbatasan informasi dan bahan sehingga hasil ini dirasakan
masih belum sempurna. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran untuk perbaikannya
di masa yang akan datang. Penyusun berharap proposal Pemberdayaan Petani Bawang Dalam
Upaya Peningkatan Pendapatan Melalui Pengolahan Limbah Bawang Merah ini dapat
bermanfaat bagi lingkungan belajar penulis aamiin.

Yogyakarta, April 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................iii

DAFTAR ISI......................................................................................................iv

DAFTAR TABEL..............................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................3
1.4 Manfaat..................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemaparan Mengenai Program..................................................5
2.2 Gambar Topografi Wilayah.......................................................9
2.3 Jadwal Pelaksanaan Program.....................................................9
2.4 Analisa Usaha............................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................15
3.2 Saran......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Total Biaya Tetap Produksi................................................................11

Tabel 2. Total Biaya Tidak Tetap Produksi.......................................................11

Tabel 3. Total Biaya...........................................................................................12


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Bawang Merah.................................................................2

Gambar 2. Proses Pembuatan............................................................................7

Gambar 3. Contoh Hasil Pelatihan Pemberdayaan............................................7


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Pelatihan Pemberdayaan

Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Monitoring Pemberdayaan

Lampiran 3. Biodata Orang Tua Asuh

Lampiran 4. Kuisioner

Lampiran 5. Tanya Jawab Presentasi Program Pemberdayaan


MATERI 2 SOLUSI DARI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desa Srikayangan, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo merupakan salah satu desa memiliki
potensi pertanian yang bagus, terutama potensi bawang merah. Desa Srikayangan terbagi
menjadi banyak dusun, antara lain: Pendem, Kaliwong Lor, Kaliwinong Kidul, Klumutan,
Malangan, Gowangsan, Panjul, Pergiwatu Kulon, Pergiwatu Wetan, Karangasem Kulon,
Karangasem Tengah, Karangasem Wetan, Kagok, Kradenan, Gunung Puyuh. Desa
Srikayangan sendiri dipimpin oleh Kepala Desa Bapak Aris Puryanto.
Pada tahun 2014 tercatat dari 215 hektar lahan yang ditanami bawang merah. Dari segi
ekonomi tanaman tersebut mampu menghasilkan keuntungan hingga Rp. 15 miliar dalam
kurun waktu dua bulan. Para petani di Desa Srikayangan biasanya mematuhi penanaman
pada tiga musim tanam dengan urutan padi, padi dan palawija. Musim tanam ketiga atau
palawija, sebagian besar petani mengganti dengan menanam bawang merah. Ada juga yang
menanam secara tumpang sari dengan palawija lain (Tim dosen dan asisten, 2016).
Melihat dari potensi yang begitu besar membuat penulis tertarik untuk melakukan
kunjungan secara langsung ke lapangan. Dari data yang didapat oleh penulis di lapangan, di
mana pada waktu penulis melakukan kunjungan bulan Maret tanaman bawang merah
ditanam bersama dengan tanaman padi di sekelilingnya. Kecenderungan tanaman bawang
merah tersebut lebih pendek dari pada tanaman bawang merah yang ditanam di tempat yang
sama di bulan yang berbeda, khususnya bulan Agustus. Pengamatan lain yang didapat
penulis dari lapangan berupa kulit bawang yang dibuang menjadi sampah oleh petani ketika
petani memanen bawang merah. Petani melakukan hal tersebut karena hal tersebut bagian
dari pembersihan untuk dapat melakukan proses selanjutnya yaitu menjualnya ke pedagang.
Berikut merupakan gambar lahan tanaman bawang merah :
Gambar 1. Tanaman Bawang Merah

Padahal kulit bawang merah yang dikategorikan sebagai limbah ini mempunyai banyak
manfaat. Salah satu manfaat yang menarik perhatian penulis yaitu pemanfaatan kulit bawang
merah sebagai media seni lukis kaligrafi. Selain memanfaatkan limbah yang ada menjadi
suatu produk yang mempunyai nilai seni dan nilai jual yang tinggi, juga dapat menjadi suatu
peluang bisnis dalam masyarakat. Seni kaligrafi yang pada biasanya hanya menggunakan
media cat, crayon ataupun spidol maka kita menggunakan media baru yaitu kulit bawang
merah.
Lukisan kaligrafi dengan menggunakan media kulit bawang merah ini selain dapat
memanfaatkan limbah yang ada tetapi juga dapat meningkatkan nilai religi dalam masyarakat
melalui media lukis ini. Sehingga masyarakat pun lebih tertarik pada lukisan kaligrafi ini.
Proses yang dilalui untuk membuat lukisan kaligrafi ini pun tidaklah terlalu rumit, namun
membutuhkan tingkat ketelitian dan kesabaran yang sangat tinggi untuk mendapatkan hasil
yang terbaik karena dilakukan secara satu persatu dengan sistem pijit jari (Pinching) yaitu
dengan menempelkan bahan kulit bawang dan bawang merah dengan pengerjaan media
bahan dengan cara ditekan-tekan atau dipijit-pijit di antara ibu jari tangan dan jari-jari tangan
kedalam kertas yang sudah ada desain kaligarafi mengikuti pola sesuai dengan bentuknya
desainnya (Ma’arif, 2012).
Dari kenyataan di lapangan limbah bawang merah yang banyak terbuang begitu saja
tanpa ada pemanfaatan lebih lanjut menggugah penulis untuk membuat proposal ini yang
berjudul Pemberdayaan Petani Bawang dalam Upaya Peningkatan Pendapatan melalui
Pengelolahan Limbah Bawang Merah.
MATERI 3 PRINSIP-PRINSIP
MATERI 1 KONSEP PEMBERDAYAAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MASYARAKAT

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan potensi wilayah yang ada, ada beberapa hal yang perlu dipertanyakan
kembali dalam kaitannya dengan pengelolaan limbah bawang merah di Desa Srikayangan,
yaitu: mengapa tidak ada pemanfaat limbah bawang merah di Desa Srikayangan?

1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan Pemberdayaan Petani Bawang dalam Upaya Peningkatan Pendapatan
melalui Pengelolahan Limbah Bawang Merah, sebagai berikut:
a. Memberikan pelatihan pengolahan limbah bawang merah menjadi kerajinan kaligrafi
pada petani bawang merah dan masyarakat.
b. Memberikan keterampilan dalam mempromosikan hasil kerajinan limbah bawang
merah dari Desa Srikayangan.
c. Menganalisa penetapan harga dan menganalisa lingkungan dari hasil kerajinan
pengolahan limbah bawang merah.

1.4 Manfaat
Manfaat dilakukan Pemberdayaan Petani Bawang dalam Upaya Peningkatan Pendapatan
melalui Pengelolahan Limbah Bawang Merah, sebagai berikut:
a. Untuk memberikan pelatihan pengolahan limbah bawang merah menjadi kerajinan
kaligrafi pada petani bawang merah dan masyarakat.
b. Untuk memberikan keterampilan dalam mempromosikan hasil kerajinan limbah
bawang merah dari Desa Srikayangan.
c. Untuk menganalisa penetapan harga dan menganalisa lingkungan dari hasil kerajinan
pengolahan limbah bawang merah.
MATERI 4 ANALISIS KEBERDAYAAN
MASYARAKAT

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pemaparan Program


Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dijabarkan maka ditetapan program di Desa
Srikayangan yaitu Pemberdayaan Petani Bawang dalam upaya peningkatan pendapatan
melalui pengelolahan limbah bawang merah. Penentuan kelompok sasaran dalam pelatihan
ini, antara lain: karang taruna sebagai agen perubahan dalam pemasaran kerajinan melalui
media sosial, pengurus desa sebagai perekat seluruh masyarakat di Desa Srikayangan,
masyarakat yang terlibat secara langsung dalam kegiatan produksi dan pemasaran kerajinan
kaligrafi dari limbah bawang merah.
Untuk bawang merah sendiri merupakan komoditas hortikultura unggulan yang sejak
lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam
kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta
bahan obat tradisional (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).
Jenis umbi seperti ini mempunyai kandungan gizi dan senyawa yang tergolong zat non
gizi serta enzim yang mempunyai banyak fungsi, diantaranya yaitu meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan tubuh serta memiliki aroma khas yang dapat kita manfaatkan
sebagai bumbu penyedap masakan. Varietas bawang merah yang baik mempunyai ciri
umbinya mulus dan kulitnya kering. Selain itu, sifat fisik dari bawang merah dan bawang
memiliki aroma menyengat, rasa enak dengan diameter 1-2 cm serta warna mengkilat yang
merupakan salah satu keunggulan yang tidak dimiliki oleh produk dari luar negeri.
Dilihat dari segi ekonomi, usaha bawang merah ini cukup menguntungkan serta
mempunyai pasar yang cukup luas. Selain itu, konsumsi bawang merah penduduk Indonesia
sangatlah tinggi karena merupakan kebutuhan pokok setiap harinya dalam memasak, bahkan
konsumsi setiap tahunnya meningkat sekitar 5% sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan berkembangnya industri olahan. Dengan demikian apabila dilihat dari jumlah
hasil panen yang cukup melimpah, maka untuk mendapatkan kulit bawang merah tidaklah
sulit dan tidak memerlukan biaya yang tinggi karena budidayanya mudah sehingga tanaman
bawang merah yang melimpah. Limbah ini menjadi permasalahan yang apabila tidak
ditangani akan menjadikan sumber penyakit dan menjadi polusi udara akibat bau yang tidak
sedap dari limbah kulit tanaman tersebut. Para petani, pengusaha olahan makanan,
distributor-distributor yang menjual tanaman bawang merah membuang begitu saja kulitnya
tanpa memikirkan pemnfaatan dari limbah tersebut. Sampai saat ini belum ada pemanfaatan
kulit bawang merah yang dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Lukisan kaligrafi tidak lebih hanya sebuah perkembangan media yang tidak hanya
“terbingkai” dalam goresan tinta, namun sudah mulai berkembang menggunakan media lain.
Disinilah letak saling mendukung antara kaligrafi dengan objek lukisan. Seolah keduanya
merupakan fondasi keindahan sebuah objek yang dihasilkan. Kemapanan seni kaligrafi
Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah dipengaruhi oleh gagasan
modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya
seni konsep (conceptualart) berupa Installation Art dan Performance Art, yang pernah
menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi khususnya di bidang seni. Kemudian muncul
berbagai alternatif semacam kolaborasi. Seperti halnya yang kita lakukan yaitu melukis
kaligrafi yang menggunakan kulit bawang merah ini sebagai medianya.
Hasil yang ingin dicapai adalah lukisan kaligrafi menggunakan media kulit bawang
merah sebagai bahan dasar dengan teknik pijit jari (Pinching). Kerajinan ini memperhatikan
warna (degradasi warna) lukisan kaligrafi antara kulit bawang merah karena menggunakan
bahan alami tanpa zat pewarna sehingga dapat meningkatkan nilai seni ataupun nilai jual
yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan daya tarik masyarakat dan sebagai wujud
pelestarian budaya seni lukis, khususnya seni lukis kaligrafi. Berikut gambar hasil pelatihan
pemberdayaan :

Gambar 2. Proses Pembuatan

Gambar 3. Contoh Hasil Pelatihan Pemberdayaan


MATERI 6. PENGGUNAAN MEDIA
DALAM PENYULUHAN
PEMBERDAYAAN

Proses pembuatan lukisan kaligrafi dari kulit bawang merah sebagai berikut:
a. Tahap pertama, persiapkan papan tipis berbentuk persegi hingga benar- benar rapi. Papan
tersebut difungsikan sebagai alas atau dasar lukisan.
b. Tahap kedua, papan yang telah dipersiapkan di blok atau dicat dengan warna gelap
sebagai backgaround lukisan dengan menggunakan cat kayu.
c. Tahap ketiga, menunggu background benar-benar kering, memilah pilah kulit bawang
yang masih bagus dan utuh baik bagian kulit tipis (luar)bawang bongkolan maupun kulit
bawang perbijinya, begitu pula dengan bawang merah.
d. Tahap keempat, papan background yang benar-benar kering dilapisi dengan lem kayu
hingga merata.
e. Tahap kelima, adalah menempelkan kulit bawang merah pada papan background hingga
seluruh bagian papan tertutup dengan rapat. Penempelan kulit bawang pada papan
background dilakukan secara teliti satu persatu lupasan kulit dengan sistem temple
meyerupai kerutan-kerutan, dan dipastikan lem kayu pada papan background menjadi
kering kembali.
f. Tahap keenam. Membuat sketsa gambar atau tulisan di atas background yang telah
dilapisi dengan lupasan kulit bawang merah. pembuatan sketsa itu bisa dilakuakan
dengan menempel kardus. Sketsa kardus ini dimaksudkan agar, gambar yang telah dibuat
lebih tinggi dari pada background.
g. Tahap ketuju, merupakan tahap pembuatan bentuk gambar dengan menggunakan
kombinasi kulit bawang dan kulit bawang merah mengikuti sktsa gambar yang tengah
dibuat dengan system tempel manual.
h. Tahap terakhir merupakan tahap penyempurnaan gambar (Ma’arif, 2012).
Untuk identifikasi sumber dan tenaga pelaksanaan dalam pelatihan pemberdayaan ini,
antara lain:
a. Sarana yang diperlukan dalam pelatihan ini antara lain ruang atau tempat untuk
pelatihan dan kelengkapan pelatihan.
b. Sumber dana yang dapat digunakan berasal dari Pemerintah daerah, Kas Desa, dan
swadaya masyarakat serta sponsor yang terkait dengan program pelatihan.
c. Sumber daya manusia dalam pelatihan ini dapat berasal dari mahasiswa dan dosen
Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta, juga instansi terkait
dengan program pelatihan

Sedangkan strategi kegiatan dalam pelatihan pemberdayaan ini, menggunakan strategi


dari metode Participatory Rural Appraisal (PRA). Menekankan adanya peran serta aktif dari
masyarakat dalam merencanakan pembangunan (penyelesaian masalah) mulai dari
pengenalan wilayah, pengidentifikasikasian masalah sampai penentuan skala prioritas.
Dengan PRA diharapkan kelompok sasaran akan lebih cepat dalam menyerap pengetahuan
dan dapat secara cepat menjadi masyarakat madani yang mampu mandiri dalam pengelolaan
kerajinan dari limbah bawang merah (Sari, 2015).

1.2 Gambaran Topografi


Desa Srikayangan (7°50’42.6’’S 110°13’07.4’’E) terbagi menjadi banyak dusun, antara
lain: Pendem, Kaliwong Lor, Kaliwinong Kidul, Klumutan, Malangan, Gowangsan, Panjul,
Pergiwatu Kulon, Pergiwatu Wetan, Karangasem Kulon, Karangasem Tengah, Karangasem
Wetan, Kagok, Kradenan, Gunung Puyuh. Desa Srikayangan sendiri dipimpin oleh Kepala
Desa Bapak Aris Puryanto. Pada tahun 2014 tercatat dari 215 hektar lahan yang ditanami
bawang merah. Desa Srikayangan juga memiliki 15 kelompok tani serta 2 kelompok wanita
tani dengan gabungan kelompok tani bernama Sumber Makmur Desa Srikayangan
Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo. Kondisi lahan di Desa Srikayangan yaitu lahan
kering atau tegalan, lahan pasir dan lahan sawah. Sawah di desa Srikayangan seluas 215
hektar ini terbagi atas sawah tadah hujan seluas 8 hektar dan sawah irigasi seluas 207 hektar
(Tim dosen dan asisten, 2016).
MATERI 5 STRATEGI & PENERAPAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1.3 Jadwal Pelaksanaan Program
Jadwal program disusun bersama dengan masyarakat agar tidak menggangu kegiatan
yang sudah ada dalam masyarakat. Untuk jadwal program dan jadwal monitoring
selengkapnya ada pada lampiran. Sedangkan berikut inti jadwal program dan jadwal
monitoring program :
a. Tujuan jadwal program yang pertama yaitu memberikan pemahaman pada masyarakat
akan pentingnya pemanfaatan limbah bawang merah dan persatuan dalam mengelola
usaha dengan beberapa kegiatan sarasehan pemanfaatan limbah bawang merah, pelatihan
administrasi dan keuangan koperasi masyarakat desa, pelatihan fungsi-fungsi pengelolaan
koperasi masyarakat desa, sarasehan pembentukan kepengurusan kelompok pengolahan
limbah bawang merah menjadi kerajinan dan pelatihan pengolahan limbah bawang
merah.
b. Tujuan jadwal program kedua yaitu memberikan keterampilan dalam mempromosikan
kerajinan kaligrafi dari Desa Srikayangan dengan beberapa kegiatan sebagai berikut :
pelatihan pembuatan media promosi kerajinan kaligrafi, pelatihan pembuatan dan
cara/alur pemasaran di media sosial juga web, pelatihan pengemasan produk saat
dipaketkan atau dijual, pelatihan pelayanan pelanggan dan pelatihan pengelolaan usaha
dan akses pelanggan.
1.4 Analisa Usaha
A. Analisis Titik Impas
Tabel 1. Total Biaya Tetap Produksi
Material Kuantitas Satuan Harga Harga Total
(unit) Satuan Awal (Rp)
(Rp)
Gunting 3 Unit 5.000 15.000
Kuas cat 3 Unit 2.500 7.500
Alat tulis 1 Unit 50.000 50.000
Gergaji 2 Unit 75.000 150.000
Sewa Tempat (listri+air) 1 Unit 2.400.000 2.400.000

Umur
Harga Nilai Ekonomis Penyusutan
Awal Sisa / 1 hari
Material (Rp) (Rp) Tahun Hari (Rp)
Gunting 15.000 0 3 1095 13
Kuas cat 7.500 0 1 365 20
Alat tulis 50.000 0 1 365 136
Gergaji 150.000 0 5 1825 82
Sewa Tempat 2.400.000 0 1 365 6.500
(listrik+air)

Total Biaya Tetap Produksi Per Hari 6.751


Sumber: Analisis data primer.
Tabel 2. Total Biaya Tidak Tetap Produksi
Material Kuantitas Satuan Harga Jumlah
Satuan (Rp)
(Rp)
Kulit Bawang Merah 1 Kg - -

Lem kayu 1 Kaleng 15.000 30.000


Cat kayu 2 Kaleng 15.000 30.000
Kardus bekas 1 Bungkus 1.000 1.000
Figura 10 Unit 50.000 500.000
Papan triplek 1 Unit 100.000 100.000
Gaji pekerja 3 JKO 50.000 150.000

Total Biaya Tidak Tetap Produksi Per Hari 811.000


Sumber: Analisis data primer.
Tabel 3. Total Biaya
No. Biaya Jumlah (Rp/Hari)
1. Biaya Tetap Produksi 6.751
2. Biaya Tidak Tetap Produksi per Hari 811.000
Total 817.751
Sumber: Analisis data primer.

VC + FC
 BEP (Q) =
P
6.751+ 811.000
=
95.000
817.751
=
95.000
=8 satuan.
VC + FC
 BEP (Rp) =
Q
6.751+ 811.000
=
10
817.751
=
10
= Rp. 81.775 per satuan.
 Total Biaya = Rp. 817.751
 Total Pendapatan = P.Q
= 95.000 . 10
= Rp. 950.000
π = P.Q – (VC+FC)
= Rp. 950.000- Rp. 817.751
= Rp. 132.249
B. Analisis Lingkungan
1. Strenght (Kekuatan)
Produk ini menghasilkan lukisan kaligrafi yang menggunakan bahan dasar limbah
kulit bawang merah. Tidak seperti lukisan pada biasanya yang menggunakan cat lukis
sebagia media lukis kaligrafi. Adanya inovasi baru dengan menggunakan bahan dasar
alami menjadi daya tarik bagi peminat seni lukis, khususnya seni lukis kaligrafi. Seni
lukis ini dibuat dengan perpaduan bentuk dan warna alami tanpa menggunakan cat
lukis. Selain itu, sumber bagan dasar yang melimpah menjadi nilai ekonomis dalam
pembuatan lukisan kaligrafi ini, sehingga harga yang ditawarkan terjangkau bagi
masyarakat dan dapat bersaing dengan seni lukis kaligrafi yang menggunakan media
lukis lainnya.
2. Weakness (Kelemahan)
Keterbatasan dari karya yang dibuat berupa sarana dan prasarana serta kurangnya
tenaga ahli dalam mendesain lukisan yang akan dibuat dan saat proses pembuatan
lukisan kaligrafi dan juga kesulitan dalam memasarkan produk ini. Karena produk
yang dibuat masih asing bagi masyarakat dan membutuhkan waktu yang lama agar
masyarakat tahu tentang lukisan kaligrafi dari limbah kulit bawang merah dan
bawang. Sehingga, perlu adanya sosialisasi ke kalangan masyarakat umum.
3. Opportunity (Peluang)
Produk kerajinan dengan membuat lukisan kaligrafi dari bawang merah memiliki
prospek usaha yang tinggi. Adanya inovasi dengan menggunakan bahan dasar alami
sebagai media utama sangat mengundang daya tarik masyarakat. Selain itu, bahan
dasar yang melimpah serta proses pembuatan yang tidak rumit dan waktu yang tidak
lama, sehingga produksi yang dihasilkan akan banyak. Sebagai uji kesukaan, produk
ini akan dipasarkan di Yogyakarta. Karena kota Yogyakarta sebagai kota budaya
yang gemar dengan kesenian, khususnya seni lukis. Kota ini juga memiliki prospek
yang tinggi untuk memasarkan produk lukisan kaligrafi dari kulit bawang merah,
terutama dipasarkan di tempat yang strategis diantaranya Malioboro, di alun-alun, di
sekitar Taman Budaya, di sekitar Monumen Yogya Kembali dan tempat-tempat
wisata lainnya.
4. Threat (Ancaman)
Munculnya pengusaha lain dibidang kesenian lukisan kaligrafi dengan inovasi
menggunakan media lukis lainnya sangat mempengaruhi produk lukisan kaligrafi
yang dibuat dari kulit bawang merah. Tetapi, yang menjadi keunggulan dari produk
ini adalah bahan dasar yang digunakan dari limbah kulit bawang merah dan bawang.
Dengan memanfaatkan limbah ini dapat membantu mengurangi polusi udara yang
dapat menimbulkan penyakit. Dan juga, modal yang tidak mahal untuk membuat
kerajinan ini, sehingga harga yang ditawarkan terjangkau oleh masyarakat umum
(Ma’arif, 2012).
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Pelatihan pemberdayaan ini dapat memberikan pelatihan pengolahan limbah bawang
merah menjadi kerajinan kaligrafi pada petani bawang merah dan masyarakat.
b. Pelatihan pemberdayaan ini dapat memberikan keterampilan dalam mempromosikan
hasil kerajinan limbah bawang merah dari Desa Srikayangan.
c. Pelatihan pemberdayaan ini menguntungkan dilihat dari hasil analisa penetapan harga
dan analaisa lingkungan dari hasil kerajinan pengolahan limbah bawang merah.

1.2 Saran
Saran didapat dari uraian program diatas dikatakan berhasil jika dalam pelatihan
pemberdayaan Petani Bawang dalam Upaya Peningkatan Pendapatan melalui Pengelolahan
Limbah Bawang Merah mampu memanfaatkan limbah untuk meningkatkan pendapatan
secara berkelanjutan dengan kemampuannya sendiri. Maka dari hal tersebut setelah tahap
pelatihan, perlu adanya tahap monitoring dan evaluasi program pelatihan pemberdayaan ini.
Monitoring dilakukan pada saat kegiatan berlangsung yang dilakukan pengelola dan
pendamping. Kegiatan monitoring diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatan yang
sedang dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Evaluasi dilakukan paling
lambat lima hari setelah kegiatan selesai oleh pengelila, aparat desa, dan pendamping.
Kegiatan evaluasi diperlukan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam
pelaksanan kegiatan, agar untuk berikutnya dapat dilakukan dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ma’arif, Rizky. 2012. Pengolahan bawang dan bawang merah sebagai


industri kerajinan kreatif. http://amikom.ac.id/research/index.php/DTI/
article/view/7850. Diakses pada tanggal 26 Maret 2016 Pukul 06:23 WIB.

Tim Dosen dan Asisten. 2016. Buku Panduan Praktikum Pemberdayaan dalam
Agribisnis 2016 Kabupaten Kulon Progro Daerah Istimewa Yogyakarta.
Laboratorium Ekonomi Pertanian dan Kelembagaan. Yogyakarta.

Sari, Ayu Kumala. 2015. Pemberdayaan Pengelolaan Industri Tenun ATBM


Menembus Pasar Global. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Yogyakarta.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Pelatihan Pemberdayaan

Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Monitoring Pemberdayaan

Lampiran 3. Biodata Orang Tua Asuh

Lampiran 4. Kuisioner

Lampiran 5. Tanya Jawab Presentasi Program Pemberdayaan

Anda mungkin juga menyukai