Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DISERTAI PATOFISIOLOGI (WEB OF CAUTION)

PERADANGAN PADA SISTEM DIGESTIVE DAN ASUHAN


KEPERAWATAN ANAK DENGAN TYPHOID FEVER, DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA (DALAM KONTEKS KELUARGA)

Dosen : Dewi Yuliana,.S.Kep.,Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. KHARISMA MAULIDINA (205140109)


2. MIL SAHARA (205140139)
3. NINDA RAHMA YANI (205140075)
4. PUTU PUTRI SUGI SARI (205140114)
5. ROSALIA PERTIWI (205140113)
6. UMMI LATIPAH (205140077)
7. VERA ROHADA NINGSIH (205140111)

KELAS :

K3 /REGULER UMUM

SEMESTER 3

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

TAHUN AJARAN 2020/2022


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh

Puja dan puji syuku ratas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
nikmat kesehatan, iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Atas dasar
nikmat tersebut kami dapat menyelesaikan makalah “KONSEP DISERTAI
PATOFISIOLOGI (WEB OF CAUTION) PERADANGAN PADA SISTEM
DIGESTIVE DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
TYPHOID FEVER, DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (DALAM KONTEKS
KELUARGA)“tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, kami dalam kesempatan kali ini mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini
sehingga kami mengumpulkannya. Khususnya kepada dosen keperawatan anak 1
IbuDewi Yuliana,.S.Kep.,Ns., M.Kepyang telah memberikan berbagai arahan
dan pelajaran dalam arti penting mengaktualisasikan diri yang merupakan cikal
bakal terbentuknya makalah ini.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal
itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun
dari dosen, rekan mahasiswa, dan para pembaca sekalian. Akhir kata, kami
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Bandar Lampung, 05 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1.Latar Belakang...................................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3.Tujuan Masalah..................................................................................................4
BAB. II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1. Konsep Dasar Demam Thypoid........................................................................5
2.1.1 Definisi............................................................................................................6
2.1.2 Etiologi............................................................................................................6
2.1.3 Patofisiologi....................................................................................................8
2.1.4 Manifeatasi Klinis...........................................................................................9
2.1.5 Komplikasi......................................................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
3.1 KESIMPULAN...................................................................................11
3.2. SARAN...............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh


salmonel thyposa. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan dan
minuman yang terkontaminasi oleh tinja atau urine penderita. Mencuci tangan
yang tidak bersih setelah buang air besar atau air kecil meningkatkan resiko
tertularnya penyakit, selain itu lalat merupakan carrier (pembawa) yang dapat
memindahkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan (Dwi Sunar, 2012).

Berdasarkan data kesehatan dunia yang didapat dari World Health Organization
(WHO) tahun 2015, demam thypoid masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan
menyebabkan kematian. Di Indonesia dilaporkan bahwa penderita demam thypoid
sebesar 81.7/100.000 penduduk, pada usia 0-1 tahun tidak di temukan anak
dengan demam thypoid, pada usia 2-4 tahun 148,7/100.000 penduduk, pada usia
5-15 tahun sebesar 180,3/100.000 penduduk dan pada usia lebih dari 16 tahun
sebesar 51,2/100.000 penduduk, angka ini menunjukkan bahwa penderita demam
thypoid terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15 tahun. Menurut catatan
Medical Record Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat tepatnya di
ruangan anak Pavilium Badar selama dua bulan terakhir, terhitung dari bulan
Maret sampai April 2017 didapatkan anak yang dirawat dengan demam thypoid
berjumlah 15 anak.Adapun uraian sebagai berikut: usia toddler terjadi 4 anak,
dalam usia prasekolah 3 anak, dalam usia sekolah 6 anak, dan usia remaja 2
anak.Berdasarkan data diatas dapat dilihat banyaknya penyakit pada anak dengan
demam thypoid terjadi pada anak usia sekolah. Maka dari itu penanganan demam
thypoid pada anak harus dioptomalkan untuk mencegah terjadinya peningkatan
angka kejadian anak dengan demam thypoid.

B. RUMUSAN MASALAH

Mengingat banyaknya masalah gangguan system pencernaan yang terjadi pada


anak, maka penulis membatasi pembahasan hanya pada satu masalah yaitu
Asuhan Keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan
gangguan sistem pencernaan: demam thypod di Pavilium Badar Rumah Sakit
Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat selama 3 hari, dimulai dari tanggal 13 Mei
2017 s/d 15 Mei 2017.
C. TUJUAN

 Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari diharapkan penulis
mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam memberikan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada anak dengan gangguan sistem
pencernaan: demam thypoid melalui proses pendekatan keperawatan.
 Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada
anak dengan gangguan sistem pencernaan: demam thypoid.
b) Mampu menentukan masalah keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:demam thypoid.
c) Mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:demam
tyhpoid.
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan: demam
thypoid.
e) Mampu melakukan evaluasi dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada
anak dengan gangguan sistem pencernaan: demam thypoid.
f) Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus.
g) Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta
dapat mencari solusi.
h) Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system
pencernaan: demam thypoid.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Mubarak (2007), manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus


dipenuhi secara memuaskan proses homeostasis, baik fisiologis maupun
psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat
penting,bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu
sendiri. Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori
tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki
Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori
kebutuhan dasar, yakni:

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs).

Kebutuhan Fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow.


Umumnya, seorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi
akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan yang
lain. Sebagai contoh, orang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta
biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makan sebelum memenuhi
kebutuhan akan cinta. Kebutuhan Fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi
manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan,
yaitu:

a) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.


b) Kebutuhan cairan dan elektrolit.
c) Kebutuhan makanan.
d) Kebutuhan eliminasi.
e) Kebutuhan istirahat dan tidur.
f) Kebutuhan aktivitas.
g) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh.
h) Kebutuhan seksual.

2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and Security Needs).

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai
aspek, baik fisiologi, maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi:

a) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan


b) infeksi.
c) Bebas dari rasa takut dan kecemasan.
d) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang buruk atau
e) asing.

3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging Needs).
Kebutuhan ini meliputi:
a) Memberi dan menerima kasih sayang.
b) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain.
c) Kehangatan.
d) Persahabatan.
e) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta
f) lingkungan sosial.

4. Kebutuhan harga diri (Self-Ekstrem Needs). Kebutuhan ini meliputi:

a) Perasaan tidak bergantung pada orang lain.


b) Kompeten.
c) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (Needs For Self Actualization). Kebutuhan ini


meliputi:

a) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami


b) diri sendiri)
c) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri.
d) Tidak emosional.
e) Mempunyai dedikasi yang tinggi.
f) Kreatif.
g) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya.

Adapun gangguan kebutuhan dasar pada anak dengan demam thypoid mencakup:

1. Gangguan kebutuhan fisiologis


Masalah yang terjadi pada gangguaan kebutuhan fisiologis diantaranya:
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan Pada umumnya anak
mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai salah satu manifestasi
adanya proses infeksi kuman salmonella thyposa.Meningkatnya
metabolisme tubuh dan kehilangan cairan karena meningkatnya
insensibel water loss (IWL) juga merupakan penyebab dari
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan. Gangguan kebutuhan
cairan juga dapat terjadi sebagai akibat diare dan muntah pada anak
yang mengalami demam thypoid, yang biasanya terjadi pada
minggu pertama timbulnya panas. Hal ini terjadi karena terjadi
proliperasi pada sistem pencernaan yang dimanifestasikan dengan
diare.
b) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi juga biasanya menyertai anak yang mengalami
demam thypoid, hal ini karena terjadi infeksi dan proses implamasi
pada saluran pencernaan oleh kuman salmonella thyposa terutama
pada usus halus yang berfungsi untuk mengabsorpsi makanan
secara adekuat. Selain itu sering muncul manifestasi lidah
kotor/lidah putih yang menyebabkan nafsu makan menurun, maka
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terjadi.

2. Kebutuhan rasa aman dan nyaman.

Pada umumnya anak dengan demam thypoid mengalami takut pada orang

asing dan prosedur tindakan, hal ini terjadi pada setiap anak yang dirawat

di rumah sakit dan akan menyebabkan gangguan kebutuhan rasa aman dan

nyaman. Orang tua akan mengalami kecemasan, yang termasuk dalam

kebutuhan keselamatan dan keamanan. Hal ini terjadi pada orang tua

karena kurangnya informasi tentang penyakit anak tersebut dan kurangnya

pengetahuan pada orang tua.

2.1.1Definisi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan
gejala demam satu minggu atau lebih desertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan,
2008)
Demam tifoid atau tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi
menular
yang terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang peling
rentan terkena demam tifoid, yang biasanya banyak terjadi pada anak
usia
5-19 tahun (Ratna Dewi Pudiastuti , 2010)
Demam tifoid atau tyhpoid fever ialah suatu sindrom sistematik yang
terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan
jenis
terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam interik adalah
paratifoid yang disebabkan oleh salmonela paratyphi dan salmonell
paratyhpi B dan salmonella paratyphi C. Demam tifoid
memperlihatkan
gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lainnya
(Widagdo,
2011)
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
demam
thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh salmonella
typhosa mengenai usus halus disertai gangguan pada saluran
pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu.
2.1.2 Etiologi
Menurut Rampengan (2008), penyakit ini disebabkan oleh infeksi
kuman
salmonela typhosa/eberthella typhosa yang merupakan kuman gram
negatif, motif dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup
baik
sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih
renda,
serta mati pada suhu 70°C ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini,
diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia.
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu:

Antigen O = OhneHauch= antigen somatik (tidak menyebar)

Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada dagelan dan bersifat
termolabil.

Antigen V = kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman
dan melindungi antigen O terhadap favoritisme.
Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan
menimbulkan
pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinasi.
Campbell tulisan juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang
berkaitan
dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.
Ada 3 spesies utama, yaitu:

Salmonella typhosa (satu serotipe)

Salmonella cholerasius (satu serotipe)

Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe)
2.1.3. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan
dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus,
ke
jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus
kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ organ
lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel
retikulo
endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan
menimbulkan
bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk
kebeberapa
jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaksi player ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan
pada
minggu ketiga terjadu ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat
terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan samapi perforasu usus. Selain itu
hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh edoteksil, sedangkan gejala pada
saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus
(Suriadi, 2010)
2.1.4Manifestasi klinis

a. Minggu I
Pada minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap
hari, yang biasanya menurun pada pagi hari, kemudian meningkat pada sore
atau malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, sakit kepala, pusing,
anoreksia, mual, muntah dan pernafasan semakin cepat, perut kembung dan
merasa tidak enak badan.
b. Minggu II
pada minggu ke dua suhu tubuh penderita terus menerus dalam
keadaan tinggi (demam). Gejala toksemia semakin berat yang ditandai
dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Lidah tampak
kotor, nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, diare
menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat
terjadi perdarahan.
c. Minggu ke III
Pada minggu ke 3 susu tubuh berangsur-angsur turun dan normal
kembali di akhir minggu. Hal itu terjadi jika tanpa komplikasi atau
berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang
dan temperatur mulai turun.

2.1.5 Komplikasi
Menurur Rampengan (2008) Komplikasi yang mungkin muncul pada
demam thypoid yaitu:

a) Perdarahan usus
Perdarahan usus yang terjadi pada penderita demam thypoid biasanya
terjadi pada hari ketujuh belas atau awal minggu ke-3. Angka kejadian
berbeda-beda berkisar antara 0,8-8,6%. Diagnosis yang dapat di tegakkan
dengan penurunan tekanan darah, denyuat nadi bertambah cepat dan kecil,
kulit pucat, penurunan suhu tubuh, serta mengeluh nyeri perut.
b) Perforasi usus
Komplikasi ini sering terjadi pada minggu ke-3 serta angka kejadian
bervariasi, yaitu antara 0,4-2,5%. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya tanda dan gelaja klinis serta pemeriksaan radiologi. Pada umumnya
tanda gejala yang sering didapatkan, penderita mendadak tampak
kesakitan didaerah perut, perut kembung, tekanan darah menurun, suara
bising usus melemah, dan pekak hati keruang.
c) Bronkitis dan bronkopnemonia
Bronkitis terjadi pada akhir minggu pertama dan perjalanan penyakit. Pada
kasus yang berat, bila disertai infekai sekunder, dapat terjadi
bronkopnemonia. Angka kejadian bervariasi antara 2,5-7%.
d) Kolesistitis
Kolesistitis jarang terjadi pada anak. Bila terjadi, umumnya pada akhir
minggu ke-2 dengan gejala dan tanda klinis yang tidak khas. Angka
kejadian pada anak berkisar antara 0-2%. Bila terjadi kolesistitis, penderita
cenderung menjadi seorang karier.
e) Meningitis
Miningitis disebabkan oleh salmonella typhosa atau species salmonella
yang lain lebih sering didapatkan pada neonatus ataupun bayi
dibandingkan pada anak, dengan gejala klinis sering tidak jelas sehingga
diagnosis sering terlambat.
f) Karier Kronik
Tifoid karier adalah seseorang yang tidak menunjukkan gejala pernyakit
demam thypoid, tetapi mengandung kuman salmonella
typhosa di dalam sekretnya. Mengingat karier sangat penting dalam hal
penularan yang tersembunyi, penemuan kasus sedini mungkin serta
pengobatannya sangat penting dalam hal menurunkan angka kematian.
Pengobatan karier merupakan masalah yang sulit, kadang-kadang dengan
pemberian obat-obatan antimikroba didapatkan kegagalan karena
salmonella typhosa bersarang dalam saluran empedu intrahepatik sehingga
diperlukan pengobatan kombinasi obat-obatan dan operasi.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh salmonella
typhosai mengenai usus halus disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan
gejala demam yang lebih dari satu minggu. Demam thypod yang di derita An. G
dengan manifestasi yang muncul pada An. G adalah peningkatan suhu tubuh tidak
setabil, tidak nafsu makan, mual, dan muntah serta hasil pemeriksaan
laboratorium Tubek TF positif 6.0.Diagnosa keperawatan yang dimunculkan oleh
penulis mengacu pada tinjauan teoritis dan disesuaikan dengan keadaan klien saat
ini. Dalam teori terdapat 5diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus ada 3
diagnosa. Dari 3diagnosa yang ditegakkan, masalah yang teratasi dan tidak terjadi
adalah resiko penyakit berulang dan adapun masalah yang tidak teratasi yaitu:
resiko defisit volume cairan dan resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh.

B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang didapatkan, penulis menganggap perlu adanya
peningkatan pelayanan asuhan keperawatan, agar dapat membantu klien untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Keinginan penulis tersebut
dituangkan berupa saran yang diharapkan dapat membantu dalam peningkatan
pemberian asuhan keperawatan khususnya pada anak dengan demam thypoid.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16030700001, di unduh pada,


Rabu 8 Feburuari 2017, 15:15:00 WIB.
Hidayat, A. Aziz Alimun, & Uliyah, Musrifatul. (2014). Pengantar
kebutuhan
dasar manusia. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Hassan & Alatas. (2007). Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta:
Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kozier, Erb, Bermain, & Snyder. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan.
Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahit I, & Chayain, N. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar
manusia.
Jakarta: EGC.
Nurarif.A.H, K. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis &
NANDA NIC- NOC. Yogyakarta: Mediaaction.
Pudiastuti, Ratna, Dewi. (2010). Waspadi penyakit pada anak. Jakarta:
Indeks.
Rampengan, T, H. 2008. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta:
EGC.
Suriadi, & Yuliani, Rita. (2010). Asuhan keperawatan pada anak.
Edisi 2. Jakarta:
CV. Sagung Seto.
Susilaningrum R, Nursalam & Utami, Sri. (2013). Asuhan
keperawatan bayi dan
anak. Edisi 2. Jakarta: Salemba Midika.
Widagdo. 2011. Masalah dan tatalaksana penyakit infeksi pada anak.
Jakarta:
Sagung Seto.
Wong, Donna L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6.
Jakarta: CV.
Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai