PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Rumkital Dr. Ramelan merupakan rumah sakit Tingkat I dengan
berbagai kemampuan pelayanan spesialisasi maupun sub-spesialisasi,
sehingga tentu saja menjadi rumah sakit rujukan yang dituntut mampu
mewujudkan diri sebagai pusat pelayanan kesehatan tersier. Dalam
praktiknya, memang rumah sakit ini merupakan pusat rujukan bagi
semua fasilitas pelayanan kesehatan TNI di wilayah Indonesia Timur.
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya merupakan salah satu instansi
pelayanan kesehatan yang senantiasa berupaya dalam mewujudkan
pelayanan kepada pasien dengan sebaik-baiknya. Berbagai kasus
penyakit yang memerlukan penanganan, tidak hanya berupa upaya
kuratif berupa pelayanan rawat jalan dan rawat inap berupa pelayanan
Departemen GADAR.
Pedoman ini pada dasarnya mengatur ketentuan, pola kerja, sistem
manajerial dan sistem evaluasi secara umum, yang tidak dapat
dipisahkan dari kumpulan Prosedur Operasional Standar (SOP –
standard operating procedure) sebagai petunjuk teknis dan penjabaran
dari pedoman ini.
Dengan dilaksanakannya pedoman ini oleh seluruh komponen
pelayanan Departemen GADAR, diharapkan hasil kegiatan pelayanan
Departemen GADAR di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dapat
senantiasa diupayakan seoptimal mungkin, dan meminimalkan resiko
negatif yang mungkin ditimbulkannya.
2. TUJUAN PEDOMAN
a. Pedoman ini disusun dengan tujuan agar terdapat keseragaman
dan kejelasan pelaksanaan tugas bagi seluruh komponen yang
terkait dalam tindakan kegawatdaruratan di Departemen GADAR
Rumkital Dr. Ramelan.
1
b. Pedoman ini disusun dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan
Departemen GADAR di Rumkital Dr.Ramelan.
4. BATASAN OPERASIONAL
a. Dukungan Kesehatan
Menyiapkan dan memberikan dukungan kesehatan (Tim
Kesehatan mobile) berupa sarana angkut ( ambulance dengan
pengemudi ), tenaga kesehatan ( dokter dan paramedis ), bekal
kesehatan ( obat dan alat kesehatan ) untuk :
1) Pejabat VVIP ( RI 1 dan RI 2 )
2) Pejabat VIP ( Panglima TNI, Menteri Negara, Kas Angkatan )
bekerja sama dengan Tim Kes RSUD serta Korem 084
Bhaskara Jaya pada kegiatan di wilayah Surabaya maupun
Jawa Timur.
3) Kegiatan TNI AL yang dipimpin oleh KASAL atau pejabat
setingkat Staf KASAL, di wilayah Surabaya maupun Jawa
Timur.
4) Melaksanakan latihan kesehatan baik intern TNI AL maupun
dengan Angkatan Lain, instansi Pemerintah dan Swasta.
5) Penanganan musibah massal atau bencana alam.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan yang dilaksanakan di IGD adalah setiap
hari selama 24 jam dengan dokter siap di tempat, meliputi :
1) Status Penderita
a) Anggota militer ( TNI AL, TNI ) dan keluarganya
b) PNS Kemhan dan Keluarganya
c) Purnawirawan ( TNI, POLRI, dan PNS Kemhan )
d) Askes Non Hankam, Astek, Jasa Raharja
2
e) Peserta BPJS lainnya
f) Umum
2) Jenis Pelayanan
a) Gawat Darurat Medis
b) Gawat Darurat Bedah
c) Rawat Jalan diluar jam dinas
d) Kamar Operasi
e) Ruang ICU dan Recovery Room
3) Penunjang Medis
a) Radiologi
b) CT Scan
c) Angiografi
d) Farmasi
e) Laboratorium
f) Ambulance
g) Radio Medik
5. LANDASAN HUKUM
a. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
b. Undang – undang No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
c. Undang – undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
d. Kepmenkes nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tanggal 25
September 2009 tentang Standar IGD Rumah Sakit.
e. Keputusan KASAL nomor KEP/01/11/1995 tanggal 17 Februari
1995 tentang organisasi dan prosedur direktorat TNI AL.
f. Petunjuk Pelaksanaan KASAL Nomor 17/111/2001 tanggal 13
Maret 2001 tentang pelayanan kesehatan bagi anggota TNI AL
beserta keluarganya.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
7. PENGATURAN JAGA
a. Pengaturan Daftar Jaga
1) Pengaturan jadwal dinas dibuat dan dipertanggungjawabkan
oleh Kepala Ruangan (Karu) dan disetujui oleh Kasi IGD,
Kasubdepwat Inap/ Kasubdep Rawat Jalan
2) Jadwal dinas jaga dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
dikomunikasikan ke seluruh anggota gedung Infeksi terpadu.
3) Personil yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka tenaga tersebut dapat mengajukan permintaan izin
dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan
dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup
dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka
permintaan disetujui).
4
4) Jadwal dinas dilakukan 24 jam kerja. Terdiri dari 3 shift ( Pagi,
Siang, Malam).
b. Pengaturan Jaga Dokter IGD GIT
1) Pengaturan jadwal jaga dokter tim bertanggung jawab kepada
Kadep IGD dan diketahui Wakamed Rumkital Dr. Ramelan.
2) Jadwal dokter jaga di IGD GIT dibuat untuk jangka waktu 1
bulan, selama 24 jam kerja. Terdiri dari 4 shift/6jam/hari.
3) Apabila dokter tim jaga berhalangan karena sesuatu hal
sehingga tidak dapat dinas sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan maka :
a) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kasubdep paling lambat 2 hari
sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib mencari
dokter jaga pengganti.
b) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kasubdep dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila
dokter pengganti tidak didapatkan, maka Kasubdep wajib
untuk mencarikan dokter pengganti.
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
9. STRUKTUR BANGUNAN
Gedung Infeksi Terpadu Rumkital Dr. Ramelan Surabaya terletak di
sebelah selatan dari struktur bangunan rumah sakit bersebelahan dengan
universitas Hang Tuah Surabaya. Dalam satu lantai terdiri dari ruang IGD,
VK, NICU, OK Klinik Infeksi, farmasi, laboratorium dan radilogi serta
admisi.
6
DAFTAR INVENTARIS ALKES IGD GIT
7
DAFTAR INVENTARIS ALKES NICU GIT
8
Ringer Tang 7
Pinset anatomis 1
Cucing 1
Needle Holder Panjang 1
Gunting Benang 2
AS Set
2
Pinset Sirugis
Pinset Anatomis 2
Cucing CU
Gunting AS Baik
Set
Bak Intrumen Sedang
3 Partus Set
Gunting Epis
Gunting Tali Pusar
1/2 Kocher 7 Baik
Set
Klem Tali Pusar
4 Heacting set
Needle Holder
Gunting Benang 9
Pinset Anatomis Set Baik
Pinset Sirugis
5 Spekulum L Buah 5 Baik
6 Spekulum M Buah 5 Baik
7 Spekulum S Buah 5 Baik
8 Spekulum SIM Buah 6 Baik
9 Pinset anatomis Buah 3 Baik
10 Pinset Sirugis Buah 2 Baik
11 Needle Holder Buah 1 Baik
12 Medical Report Trolly Buah 1 Baik
13 Emergency Trolly Buah 1 Baik
14 Dressing Trolly Buah 1 Baik
15 Overbed Table Buah 2 Baik
16 Foot Step Buah 2 Baik
17 Gynikologi bed elektric Buah 1 Baik
18 Emergency Kit Buah 1 Baik
19 Bedset Cabinet Buah 2 Baik
20 TT Buah 1 Baik
21 Timbangan Buah 2 Baik
22 Pedal Dustbin Non Medis 2 Baik
23 Pedal Dustbin Medis 2 Baik
24 Tong Sampah Kecil 1 Baik
25 Safety Box 1 Baik
26 ECG 1 Baik
27 Doppler 1 Baik
9
28 Doppler 1 Baik
29 O2 3 Baik
30 Pispot 3 Baik
31 NST 1 Baik
32 Standar Infus 5 Baik
33 Lampu Sorot 1 Baik
34 Timbangan Bayi 1 Baik
35 Monitor 2 Baik
36 Tensi Monitor 2 Baik
37 Tensi Digital 2 Baik
38 Oxypulse 1 Baik
39 Pulse Oxymetri 1 Baik
40 Nebulizer 1 Baik
41 Blood Warmer 1 Baik
42 Suction Pump 1 Baik
43 Regulator O2 2 Baik
44 Tampon Tang 6 Baik
45 Speculum SIM 6 Baik
46 IUD Set 2
Klem Panjang 1
Klem Pendek 2
Baik
Set
Tong Spatel 5
Buah 7 Baik
6 Kursi Kantor Biru
13
Buah 2 Baik
7 Box Sedang
Ruang Dekontaminasi (Non Alkes)
Buah 2 Baik
1 Tempat Sampah Medis
Buah 3 Baik
2 Tempat Sampah Non Medis
Buah 1 Baik
3 Lemari Besi Tempat Linen
Buah 1 Baik
4 Lemari Besi Tempat Cairan
Buah 1 Baik
5 Dispenser
Buah 2 Baik
6 Trolly Linen 660
Buah 1 Baik
7 Trolly Dorong
Jam Dinding Buah 1 Baik
8
Buah 1 Baik
9 Tabung Pemadam Kebakaran
Buah 1 Baik
10 Kursi Kantor Biru
11 Hand Soap Elektrik Buah 1 Baik
Buah 1 Baik
12 Box Besar Rendaman Alat
Buah 5 Baik
13 Box Sedang Rendaman Alat
Buah 2 Baik
14 Sapu Dorong
Buah 2 Baik
15 Pel Dorong
Buah 1 Baik
16 Meja Untuk Set Linen
BAB IV
IGD POLIKLINIK
Drop Zone
P1 P2 P3
MRS RUJUK
RUJUK KRS
15
unresponsive, kejang, atau perdarahan profus tidak terkontrol, maka
pasien langsung di masukkan ke ruang P1(Prioritas 1) dengan waiting
time 0 menit. Selain pasien yang disebutkan, dilakukan anamnesis singkat
dan pemeriksaan vital sign di Ruang Triase. Dari hasil anamnesis dan vital
sign tersebut dilakukan skoring berdasarkan modified PACS (Singaporean
Patient Acuity Category Scale), ATS (Australian Triage Scale), dan CTS
(Cape Triage Score). Jika hasil skor diatas 5, maka pasien masuk kategori
P1 dan akan dilakukan pemeriksaan dokter IGD dan dokter spesialis
emergency, stabilisasi, resusitasi, pemeriksaan penunjang, dan konsul
dokter spesialis definitif. Jika skor 3-5 maka pasien masuk kategori tidak
gawat tapi darurat atau P2 (Prioritas 2) dengan waiting time 30 menit
untuk dilakukan pemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjang, konsul
dokter spesialis. Jika skor kurang dari 3 maka pasien masuk kategori tidak
gawat tidak darurat atau P3 (Prioritas 3) dengan waiting time 60 menit
untuk dilakukan pemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjang, konsul
dokter spesialis. Jika yang datang adalah pasien dengan paparan bahan
kimia atau radioaktif, maka pasien tersebut akan didekontaminasi di
Ruang Dekontaminasi kemudian dilakukan triase sesuai skoring. Untuk
pasien dengan kasus-kasus tertentu yang memerlukan isolasi, maka
dimasukkan ke Ruang Isolasi. Pasien yang datang dengan kondisi
meninggal dengan tanda-tanda decapitasi, lebam mayat, kaku mayat,
membusuk, maka pasien tersebut langsung dibawa ke kamar jenazah.
Untuk pasien hamil dan psikiatri, dilakukan triase sama seperti kasus-
kasus lain. Untuk kasus kegawat daruratan bagi ibu hamil seperti
hipertensi, penurunan kesadaran, sesak napas, perdarahan dan kejang
akan dilakukan resusitasi di Ruang PONEK kemudian dapat dipindahkan
ke ruang ICU, Kamar Operasi, VK atau Ruang Rawat Inap. Ibu hamil
datang dengan pembukaan lengkap bisa melahirkan di ruang PONEK.
Pasien hamil dengan kondisi stabil bisa langsung dipindahkan ke VK IGD.
16
12. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN
Untuk pasien baru apabila mau berobat ke IGD Covid-19 atau
poliklinik yang belum mempunyai kartu berobat akan dibuatkan oleh
rekam medis dengan menunjukan KTP untuk semua pasien baik
TNI/Hankam/BPJS/PC
17
menempel pada badan pasien dengan menggunakan perekat
transparan/tembus pandang. Hal ini harus dicatat di rekam
medis pasien.
6) Gelang pengenal hanya boleh dilepas saat pasien
keluar/pulang dari rumah sakit.
7) Gelang pengenal pasien sebaiknya mencakup 3 detail wajib
yang dapat mengidentifikasipasien, yaitu:
a) Nama pasien dengan minimal 2 suku kata.
b) Tanggal lahir pasien (tanggal/bulan/tahun).
c) Nomor rekam medis pasien.
8) Detail lainnya adalah warna gelang pengenal sesuai jenis
kelamin pasien.
9) Nama tidak boleh disingkat Nama harus sesuai dengan yang
tertulis di rekam medis.
10) Jangan pernah mencoret dan menulis ulang di gelang
pengenal. Ganti gelang pengenal jika terdapat kesalahan
penulisan data.
11) Jika gelang pengenal terlepas, segera berikan gelang pengenal
yang baru.
12) Gelang pengenal harus dipakai oleh semua pasien selama
perawatan di rumah sakit.
13) Jelaskan prosedur identifikasi dan tujuannya kepada pasien.
14) Periksa ulang 3 detail data di gelang pengenal sebelum
dipakaikan ke pasien.6
15) Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan
terbuka, misalnya: ‘Siapa nama Anda?’ (jangan menggunakan
pertanyaan tertutup seperti ‘Apakah nama anda Ibu Susi?’).
16) Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya
pada pasien tidak sadar, bayi, disfasia, gangguan jiwa),
verifikasi identitas pasien kepada keluarga / pengantarnya. Jika
mungkin, gelang pengenal jangan dijadikan satu-satunya
bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu intervensi. Tanya
ulang nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan
18
jawaban pasien dengan data yang tertulis di gelang
pengenalnya.
17) Semua pasien rawat inap dan yang akan menjalani prosedur
menggunakan 1 gelang pengenal. Untuk pasien anak dan
neonatus, gunakan 2 gelang pengenal pada ekstremitas yang
berbeda.
18) Pengecekan gelang pengenal dilakukan tiap kali pergantian
jaga perawat.7
19) Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi
dengan benar dan pastikan gelangpengenal terpasang dengan
baik.
20) Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan
ulang identitas pasien dan membandingkan data yang
diperoleh dengan yang tercantum di gelang pengenal.
21) Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang pengenal :
a) Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti :
(1). Menolak penggunaan gelang pengenal
(2). Gelang pengenal menyebabkan iritasi kulit.
(3). Gelang pengenal terlalu besar.
(4). Pasien melepas gelang pengenal
b) Pasien harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi
jika gelang pengenal tidak dipakai. Alasan pasien harus
dicatat pada rekam medis.
c) Jika pasien menolak menggunakan gelang pengenal,
petugas harus lebih waspada dan mencari cara lain untuk
mengidentifikasi pasien dengan benar sebelum dilakukan
prosedur kepada pasien.
b. Warna Pada Gelang Pengenal
19
berwarna merah. Tulis dengan jelas alergi pada gelang
tersebut.
4) Riwayat alergi pasien harus dicatat di rekam medis.
5) Untuk pasien dengan risiko jatuh, diberikan gelang dengan
warna kuning.
c. Prosedur Yang Membutuhkan Identifikasi Pasien Dengan Benar
1) Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan
identifikasi pasien :
a) Pemberian obat-obatan.
b) Prosedur pemeriksaan penunjang medis (radiologi (rontgen,
MRI, dan sebagainya), Laboratorium, endoskopi, tradmill,
EEG) Intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya.
c) Transfusi darah.
d) Pengambilan sampel (misalnya darah, tinja, urin, dan
sebagainya).
e) Transfer pasien.
f) Konfirmasi kematian.
2) Para staf RS harus mengkonfirmasi identifikasi pasien dengan
benar dengan menanyakan nama dan tanggal lahir/umur pasien,
kemudian membandingkannya dengan yang tercantum di rekam
medis dan gelang pengenal. Jangan menyebutkan nama,
tanggal lahir, dan alamat pasien dan meminta pasien untuk
mengkonfirmasi dengan jawaban ya / tidak.
3) Jangan melakukan prosedur apapun jika pasien tidak memakai
gelang pengenal. Gelang pengenal harus dipakaikan ulang oleh
perawat yang bertugas menangani pasien secara personal
sebelum pasien menjalani suatu prosedur.
4) Identifikasi pasien yang menjalani prosedur pemeriksaan
radiologi :
a) Operator harus memastikan identitas pasien dengan benar
sebelum melakukanprosedur, dengan cara :
(1). Meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan
tanggal lahirnya/umur.
20
(2). Periksa dan bandingkan data pada gelang pengenal
dengan rekam medis.Jika data yang diperoleh sama,
lakukan prosedur.
(3). Jika terdapat ≥ 2 pasien di departemen radiologi
dangan nama yang sama, periksa ulang identitas
dengan melihat alamat rumahnya.
b) Jika data pasien tidak lengkap, informasi lebih lanjut harus
diperoleh sebelum pajananradiasi (exposure) dilakukan.
5) Identifikasi pasien yang akan menjalani tindakan operasi :
a). Petugas di kamar operasi harus mengkonfirmasi identitas
pasien.
b). Jika diperlukan untuk melepas gelang pengenal selama
dilakukan operasi, tugaskanlah seorang perawat di kamar
operasi untuk bertanggungjawab melepas dan memasang
kembali gelang pengenal pasien.
c). Gelang pengenal yang dilepas harus ditempelkan di depan
rekam medis pasien.
d. Prosedur Pengambilan Dan Pemberian Produk / Komponen
Darah
1) Identifikasi, pengambilan, pengiriman, penerimaan, dan
penyerahan komponen darah (transfusi) merupakan
tanggungjawab petugas yang mengambil darah.
2) Dua orang staf RS yang kompeten harus memastikan
kebenaran: data demografik pada kantong darah, jenis darah,
golongan darah pada pasien dan yang tertera pada kantong
darah, waktu kadaluasanya, dan identitas pasien pada gelang
pengenal.
3) Staf RS harus meminta pasien untuk menyebutkan nama
lengkap dan tanggal lahirnya.
4) Jika staf RS tidak yakin / ragu akan kebenaran identitas pasien,
jangan lakukan transfusi darah sampai diperoleh kepastian
identitas pasien dengan benar.
e. Prosedur Identifikasi Pada Bayi Baru Lahir Atau Neonatus
21
1) Gunakan gelang pengenal di ekstremitas yang berbeda .
2) Untuk bayi baru lahir yang masih belum diberi nama, data di
gelang pengenal berisikan jenis kelamin bayi, nama ibu, tanggal
dan jam lahir bayi, nomor rekam medis bayi, dan modus
kelahiran.
3) Saat nama bayi sudah didaftarkan, gelang pengenal berisi data
ibu dapat dilepas dan diganti dengan gelang pengenal yang
berisikan data bayi.
4) Gunakan gelang pengenal berwarna merah muda (pink) untuk
bayi perempuan dan biru untuk bayi laki-laki.
5) Pada kondisi di mana jenis kelamin bayi sulit ditentukan,
gunakan gelang pengenal berwarna putih, gelang dobel warna
biru muda dan merah muda.
f. Pasien Rawat Jalan
1) Tidak perlu menggunakan gelang pengenal
2) Sebelum melakukan suatu prosedur/ terapi, tenaga medis harus
menanyakan identitas pasien berupa nama dan tanggal
lahir/umur. Data ini harus dikonfirmasi dengan yang tercantum
pada rekam medis.
3) Jika pasien adalah rujukan dari dokter umum / puskesmas /
layanan kesehatan lainnya, surat rujukan harus berisi identitas
pasien berupa nama lengkap, tanggal lahir, dan alamat. Jika
data ini tidak ada, prosedur / terapi tidak dapat dilaksanakan.
4) Jika pasien rawat jalan tidak dapat mengidentifikasi dirinya
sendiri, verifikasi data dengan menanyakan keluarga / pengantar
pasien.
g. Pasien Dengan Nama Yang Sama Di Ruang Rawat
1) Jika terdapat pasien dengan nama yang sama, harus
diinformasikan kepada perawat yang bertugas setiap kali
pergantian jaga.
2) Berikan label / penanda berupa ‘pasien dengan nama yang sama
di lembar pencatatan, lembar obat-obatan, dan lembar tindakan.
3) Kartu bertanda ‘pasien dengan nama yang sama harus dipasang
22
di tempat tidur pasien agar petugas dapat memverifikasi identitas
pasien.
h. Pasien Yang Identitasnya Tidak Diketahui
1) Pasien akan dilabel menurut prosedur setempat sampai pasien
dapat diidentifikasi dengan benar. Contoh pelabelan yang
diberikan berupa: Pria/Wanita Tidak Dikenal; Alfa alfa, dan
sebagainya.
2) Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan gelang pengenal
baru dengan identitas yang benar.
i. Prosedur Identifikasi Pasien Pada Unit Gangguan Jiwa
1) Kapanpun dimungkinkan, pasien gangguan jiwa harus
menggunakan gelang pengenal.
2) Akan tetapi terdapat hal-hal seperti kondisi pasien atau
penanganan pasien yang menyebabkan sulitnya mendapat
identitas pasien dengan benar sehingga perlu dipertimbangkan
untuk menggunakan metode identifikasi lainnya.
3) Identifikasi pasien dilakukan oleh petugas yang dapat diandalkan
untuk mengidentifikasi pasien, dan lakukan pencatatan di rekam
medis.
4) Pada kondisi di mana petugas tidak yakin / tidak pasti dengan
identitas pasien (misalnya saat pemberian obat), petugas
dapat menanyakan nama dan tanggal lahir pasien (jika
memungkinkan) dan dapat dicek ulang pada rekam medis.
5) Jika terdapat ≥ 2 pasien dengan nama yang sama di ruang
rawat, berikan tanda / label notifikasi pada rekam medis, tempat
tidur pasien, dan dokumen lainnya.
j. Pasien Yang Meninggal
1) Pasien yang meninggal di ruang rawat rumah sakit harus
dilakukan konfirmasi terhadap identitasnya dengan gelang
pengenal dan rekam medis (sebagai bagian dari proses verifikasi
kematian).
2) Semua pasien yang telah meninggal harus diberi identifikasi
dengan menggunakan 2 gelang pengenal, satu di pergelangan
23
tangan dan satu lagi di pergelangan kaki.
3) Satu salinan surat kematian harus ditempelkan di kain kafan.
Salinan kedua harus ditempelkan di kantong jenazah (body bag).
Salinan ketiga disimpan di rekam medis pasien.
k. Melepas Gelang Pengenal
1) Gelang pengenal hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar
dari rumah sakit.
2) Yang bertugas melepas gelang pengenal adalah perawat yang
bertanggungjawab terhadap pasien selama masa perawatan di
rumah sakit.
3) Gelang pengenal dilepas setelah semua proses selesai
dilakukan. Proses ini meliputi: pemberian obat-obatan kepada
pasien dan pemberian penjelasan mengenai rencana perawatan
selanjutnya kepada pasien dan keluarga.
4) Gelang pengenal yang sudah tidak dipakai harus digunting
menjadi potongan-potongan kecil sebelum dibuang ke tempat
sampah.
5) Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan pelepasan gelang
pengenal sementara (saat masih dirawat di rumah sakit),
misalnya lokasi pemasangan gelang pengenal mengganggu
suatu prosedur. Segera setelah prosedur selesai dilakukan,
gelang pengenal dipasang kembali.
24
l. Algoritma Identifikasi Pasien
25
Misal : tangan yang tidak
terpasang infus
28
Dalam menetapkan dan melaksanakan Informed Consent harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1) Memperoleh Informasi dan penjelasan merupakan hak pasien
dan sebaliknya memberikan informasi dan penjelasan adalah
kewajiban dokter.
2) Pelaksanaan Informed Consent dianggap benar jika
memenuhi persyaratan dibawah ini :
a). Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran
diberikan untuk tindakan medis yang dinyatakan secara
spesifik (The Consent must be for what will be actually
performied)
b). Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran
diberikan tanpa paksaan (Voluntary)
c). Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran
diberikan oleh seseorang (pasien) yang sehat mental
dan yang memang berhak memberikannya dari segi
hukum
d). Persetujuan dan Penolakan Tindakan Kedokteran
diberikan setelah diberikan cukup (adekuat) informasi
dan Penjelasan yang diberikan.
b. Informasi dan Penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika paling
sedikit enam hal pokok dibawah ini disampaikan dalam memberikan
informasi dan penjelasan, yaitu :
a) Ayah/Ibu kandung
b). Curator
31
g. Jika tindakan kedokteran yang akan direncanakan mengandung
risiko tinggi maka sebaiknya persetujuan diberikan secara tersurat,
dengan cara menandatangani atau membubuhkan cap ibu jari
tangan kiri pada formulir yang disediakan.
h. Sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu jari tangan kiri,
formulir tersebut sudah diisi lengkap oleh Dokter yang akan
melakukan tindakan kedokteran atau oleh tenaga medik lain yang
diberi delegasi, untuk kemudian yang bersangkutan dipersilahkan
membacanya, atau jika dipandang perlu dibacakan dihadapannya.
i. Jika orang yang berhak memberikan memberikan persetujuan
menolak menerima informasi dan kemudian menyerahkan
sepenuhnya kepada kebijakan dokter maka orang tersebut dianggap
telah menyetujui kebijakan medik apapun yang akan dilakukan
dokter
j. Apabila yang bersangkutan, sesudah menerima informasi, menolak
untuk memberikan persetujuannya maka ia harus menandatangani
surat pernyataan penolakan.
k. Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang
berhak memberikan atau menolak memberikan persetujuan tindakan
medik adalah orang tua, keluarga, wali atau kuratornya.
l. Bila pasien yang sudah menikah maka suami atau isteri tidak diikut
sertakan menandatangani persetujuan tindakan medik, kecuali untuk
tindakan keluarga berencana yang sifatnya irreversible ; yaitu
tubektomi atau vasektomi.
m.Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut)
setiap saat, kecuali tindakan medik yang direncanakan sudah
sampai pada tahapan pelaksanaan yang tidak mungkin lagi
dibatalkan
n. Dalam hal persetujuan tindakan medik diberikan keluarga maka yang
berhak menarik kembali (mencabut) adalah anggota keluarga
tersebut atau anggota keluarga lainnya yang kedudukan hukumnya
lebih berhak sebagai wali.
32
o. Demi kepentingan pasien, Informed Consent tidak diperlukan bagi
pasien gawat darurat dalam keadaan sadar dan tidak, didampingi
oleh keluarga pasien yang berhak memberikan persetujuan atau
penolakan tindakan medis.
34
Penggunaan gelang tangan terhadap pasien yang beresiko
jatuh dengan warna kuning dapat menjadi perhatian bagi
seluruh petugas di ruangan untuk lebih mengawasi
9) Pemasangan segitiga pengaman
Segita pengaman diletakkan di samping tempat tidur pasien
yang mudah di lihat oleh petugas sehingga dapat membantu
mengawasi pasien yang resiko jatuh
10) Jaga lantai ruangan perawatan dan kamar mandi tidak lincin
Penggunaan lantai ruang perawatan dan kamar mandi harus
memenuhi standar (tidak licin) dan anjurkan pasien
menggunakan kaus kaki atau sepatu yang tidak licin.
11) Desain toilet pasien
Penggunaan jenis toilet sebaiknya jangan menggunakan toilet
jongkok karena aktifitas BAB/BAK dengan toilet jongkok saat
berdiri dan jongkok berpotensi terjadi jatuh oleh karena hilang
keseimbangan dan kelelahan fisik.
12) Desain alat-alat furniture
Penggunaan tempat tidur yang terlalu tinggi dan penempatan
kursi dan meja pasien yang menghampat mobilitas pasien
dapat menyebabkan resiko pasien jatuh.
13) Siapkan di jalan keluar dari tempat tidur alat bantu berjalan
Mobilisasi pasien hendaknya menggunakan restrain atau kursi
roda sehingga bila pada saat tertentu terjadi hilang
keseimbangan tidak terjatuh.
14) Pencahayaan yang adekuat
Pencahayaan harus adekuat hal ini untuk menghindari pasien
tersandung akibat adanya benda yang tidak terlihat jelas oleh
pasien.
15) Dorong partisipasi keluarga dalam keselamatan pasien
Pendidikan terhadap keluarga tentang kondisi pasien dan
tatacara membantu pasien berpindah tempat perlu diberikan.
II COX-2 INHIBITOR
1 Celecoxib 100 – 200 PO bid 400 mg
III FENAMATES
1 Mefenamic acid 50 – 100 mg PO tid - qid 400 mg
IV OXICAMs
1 Meloxicam 7.5 – 15 mg PO qd 15 mg
2 Piroxicam 10 – 20 PO qd 20 mg
V PROPIONIC ACIDs
1 Ibuprofen 200 -800 mg PO q4 – 3200 mg
6h
2 Ketoprofen 25 – 75 mg PO q 6 – 300 mg
37
8h
3 Naproxen 250 – 500 mg PO q8 – 1500 mg
12h
VI SALICYLATE (ACETYLATED)
1 ASPIRIN 325 – 650 mg q4h 4000 mg
1 150 Tramadol -
2 150 Codeine 50
3 15 Morphine 5
4 - Fentanyl 0.050
Transdermal Fentanyl
39
Opioids
Obat-obat Opioid dapat berupa short, intermediate atau long acting
analgesia tergantung pada kandungan khusus yang ada didalamnya
dan apakah diformulasikan sebagai obat extended release. Obat-obat
Opioid dapat diberikan secara oral, injeksi, melalui mukosa nasal atau
mukosa mulut, rectal, transdermal, intravena, epidural, dan intrathecal.
Pada nyeri kronis, keadaan-keadaan dimana Opioid resposif
berupa kombinasi dari long-acting (Oxycontin, MS Contin, Opana ER,
Exalgo dan Methadone) atau obat extended release sering diberikan
berhubungan dengan obat shorter-acting (Oxycodone, Morphine,
Hydromorphone) untuk menghilangkan nyeri ataupun exacerbasi.
Kebanyakan obat Opioid adalah oral (tablet, capsul atau cairan),
tapi ada juga bentuk suppositoria dan skin patches. Injeksi Opioid
jarang diperlukan untuk pasien dengan nyeri kronis. Pada penggunaan
Opioid jangka lama, toleransi obat, ketergantungan kimia, diversi dan
addiksi dapat terjadi.
Methadone dapat digunakan untuk terapi addiksi Opioid/
detoxifikasi bila diberikan sekali sehari atau sebagai terapi nyeri, dan
seperti yang biasa diberikan tiap 12 jam atau 8 jam.
COMMON UNCOMMON
41
III. Anticonvulsants
Gabapentin - Neurontin 100 – 1200 mg PO tid 3600 mg
Pregabalin - Lyrica 25 – 200 mg PO tid 600 mg
Carbamazepine - Tegretol 200 – 800 mg PO bid 1600 mg
Oxcarbazepine - Trileptal 150 – 600 mg PO bid 2400 mg
Lamotrigine - Lamictal 25 – 200 mg PO bid 400 mg
Valproic acid - Depakene 10 – 15 mg/kg/d 60 mg/kg/d
Topiramate - Topamax 25 -200 mg PO bid 400 mg
IV. Sodium Channel Blockers
Lidocaine - Xylocaine ~ 1mg/kg/h infusion Must
parenteral monitor
serum
level;
Target 3-5
mg/L
- Xylocaine - ♂ urethral surface 10ml
Jelly 2 % - ♀ 5-10ml
- Xylocaine - Dentist 1-5 measured
Spray 10% dose
-Otorhinolaryngology 3
measured dose for
maxillary sinus
- Delivery process to 20
measured dose.
- For Pharinx, Larynx &
Trachea: Max. 20
measured dose.
-Child < 12 y, max: 3mg/kg
& lowering dose to
1.5mg/kg during Larynx &
Trachea procedures.
V. NMDA Receptor Antagonists
Dextromethorphan - 20-90 mgPO tid
- 30mg/5ml 120 mg
- 10mg/5ml elixir
Ketamine - Ketalar Start with 0.1mg/kg/h Titrate to
parenterally effect or
side effect
VI. a2-Antagonists
Clonidine - Catapres tab. - 0.075-0.3mgPO tid 2.4mg
0.075; 0.15mg
- Catapres amp - 0.2 mcg/kg/min. IV 0.15mcg/
0.15mg/ml infusion infusion,
w/ speed rate 4x/d if
f0.5mcg/kg/d needed.
42
Drug Trade Name Dosing Max. Daily
Dose
VII. Corticosteroids
Dexamethasone - 2-10 mg/d PO Variable
- Kalmethasone - inj. 4-20mg IM/IV
4mg/ml; 5mg/ml
Prednison - 5-60mg/d PO Variable
- NMDA = N-Methyl-D-Aspartate
(Current Diagnosis & Treatment of Pain, 2006, p.33-34; MIMS 2012)
43
BAB V
LOGISTIK
44
d. Bagi peserta ASKES diberikan obat-obatan yang termasuk DPHO
(Daftar dan Plafon Harga Obat) PT. ASKES.
e. Obat Live Saving diberikan sesuai dengan kebutuhan penderita di
luar ketentuan tersebut di atas.
22. PENGAJUAN PENGADAAN BAHAN HABIS PAKAI MEDIS
a. Mengisi formulir bahan habis pakai medis sesuai dengan
kebutuhan.
b. Pengajuan bahan habis pakai medis dilakukan setiap bulan.
c. Ditanda tangani Kepala Ruangan.
d. Ditulis di buku ekspedisi pengajuan alat.
e. Setelah disetujui dan alat tersedia, bahan habis pakai medis diantar
ke ruangan oleh petugas farmasi sesuai permintaan.
f. Setelah bahan habis pakai medis diterima, diinventariskan di buku
inventaris ruangan.
23. PENGAJUAN PENGADAAN BAHAN HABIS PAKAI NON MEDIS
a. Mengisi buku inventaris bahan habis pakai non medis sesuai
dengan kebutuhan.
b. Pengajuan bahan habis pakai non medis dilakukan setiap bulan.
c. Ditandatangani Kepala Ruangan.
d. Ditulis di buku ekspedisi pengajuan alat.
e. Setelah disetujui dan alat tersedia, bahan habis pakai medis diantar
ke ruangan oleh petugas farmasi sesuai permintaan.
f. Setelah bahan habis pakai medis diterima, diinventariskan di buku
inventaris ruangan.
45
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
24. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
25. TUJUAN
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
c. Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD)
46
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
27. PENGERTIAN
a. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ Adverse Event :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan,yang mengakibat
cedera pasien akibat melakasanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil,dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien cedera dapat diakibatkan
oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak
dapat dicegah.
b. KTD Yang Tidak Dapat Dicegah (Unpreventable Adverse Event)
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat
dicegah dengan pengetahuan mutakhir.
c. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) (Near Miss)
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cidera
serius tidak terjadi :
1) Karena “keberuntungan”
2) Karena “pencegahan”
3) Karena “peringanan“
d. Kesalahan Medis (Medical Errors)
adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien
e. Kejadian Sentinel(Sentinel Event)
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera
yang serius biasanya diapakai untuk kejadian yang sangat tidak
diharapkan atau tidak dapat diterima,seperti : operasi pada bagian
tubuh yang salah. Kata “sentinel“ terkait dengan keseriusan cidera
yang terjadi ( seperti pada kaki yang salah ) sehingga pencarian
fakta terhadp kejadian ini melengkapkan adanya masalah yang
serius pada kebijakan dan prosedur yang ada.
47
28. TATALAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang
terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “pelaporan
insiden keselamatan“
49
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
31. PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak untuk melayani dan
melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam
secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi,
oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.
32. TUJUAN
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri,pasien dan masyarakat dari
penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai risiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan
tempat kerjanya,untuk menghindarkan paparan tersebut,setiap
petugas harus menerapkan prinsip “universal precaution”.
50
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan
guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
51
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
54
Waktu tanggap Pelayanan Dokter di Gawat
Judul
Darurat
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif
Tujuan
dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat
Kecepatan pelayanan dokter di gawat darurat adalah
Definisi Operasional Kecepatan pasien dilayani sejak pasien datang
sampai mendapat pelayanan dokter ( menit )
Frekuensi
Pengumpulan Setiap bulan
Data
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Jumlah kumulatif waktu yang diperlukan sejak
Numerator kedatangan semua pasien yang di sampling secara
acak sampai dilayani dokter
Jumlah seluruh pasien yang di sampling ( minimal n =
Denominator
50 )
Sumber data Register di IGD
Standar 100 %
Penanggung jawab Kadep IGD
55
Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat yang di survey
Denominator
(minimal n = 50)
Standar ≥ 70 %
Penanggung jawab
Kadep IGD
Pengumpulan data
57
39. TINDAK LANJUT PENILAIAN MUTU
Beberapa tahapan yang harus dilalui pada waktu menerima data–
data dari lapangan yaitu :
a. Pemeriksaan tentang kelengkapan dan kebenaran laporan yang
diterima. Hal ini penting untuk menjamin validitas dan akurasi data
secara statistik.
b. Adanya pemahaman bahwa yang diperhatikan adalah pelayanan
yang jelek saja, sedangkan yang baik tidak perlu diperhatikan.
c. Untuk mendapatkan gambaran umum dari data yang terkumpul,
perlu disusun tabel umum dan Bar Chart. Pada visualisasi data
tersebut dapat dipilih kecenderungan dan tingkat pelayanan yang
diukur.
d. Untuk dapat mengetahui apakah tingkat mutu pelayanan yang
dicapai pada trisemester tertentu perlu diketahui beberapa angka
sederhana yang ada pada statistik deskripsi, antara lain :
Prosentase perolehan hasil data
e. Bila telah diketahui permasalahannya,perhatian ditujukan secara
lebih khusus pada masalah yang ada.
f. Kemudian masalah spesifik yang telah diketemukan ini dibawa ke
GKM (Gugus Kendali Mutu) untuk mendapatkan kesepakatan
tentang cara untuk mengatasinya
58
BAB IX
PENUTUP
Ditetapkan di Surabaya
Pada Tanggal Januari
2017
Kepala Rumkital Dr.
Ramelan
59