Anda di halaman 1dari 107

MODUL AJAR SENI DAN PRAKARYA II

(HASIL FINALISASI TANGGAL 23 APRIL 2021)

TAR.F.EKP.11.2
Nama Usrek Tani Utina Jenjang/Kelas SMA / XI
Asal Indonesia Maju Mapel Seni dan Prakarya
Sekolah
6Alokasi
x pertem66 4 x pertemuan Jumlah Siswa 25 – 30
Waktu 850 menit
Profil  Berkebinekaan global Model Tatap Muka dan PJJ (Blended
Peserta  Kreatif Pembelajaran Learning)
didik
Pancasila
yang
Berkaitan
Dampak  Internal: pengetahuan
estetika dan berfikir
kritis
 Eksternal: pengetahuan
multicultural dan sikap
toleransi
Fase F Domain Mapel Menciptakan, mengalami,
berfikir dan bertindak artistik

Tujuan Pembelajaran

2.1. Peserta didik menggali nilai estetika tari melalui ragam gerak tari tradisional dengan kritis
dan kreatif
2.2. Peserta didik menggali nilai estetika tari melalui tata rias dan busana tari tradisional
dengan kritis dan kreatif
2.3. Peserta didik menggali nilai estetika tari melalui level dan pola lantai tari tradisional
dengan kritis dan kreatif
2.4. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional dengan kritis dan
kreatif

Kata Kunci
 Nilai Estetika, Tari tradisi dan kreasi,

Kode perangkat
TAR.F.EKP.11.2

Deskripsi Umum Kegiatan


 Aktivitas pembelajaran dilakukan melalui metode demontrasi, performance, project, diskusi,
ceramah, dan eksplorasi.

Materi Ajar, Alat, dan Bahan


Standar maksimal :
 tempat belajar
 aula atau ruang kaca berkapasitas 25-30 orang siswa, sehingga dapat digunakan siswa
untuk mengekpresikan contoh ragam gerak dan pengenalan level serta pola lantai pada tari
tunggal secara bersama-sama
 ruang berkaca digunakan untuk praktik rias dan busana tari tradisional pada jenis tari
tunggal, agar siswa mampu merasakan dan menilai estetika rias dan busana dengan baik
 studio berkapasitas 25-30 orang siswa untuk melihat penampilan pertunjukan tari
tradisional tunggal pada penjelasan tentang rias dan busana, tema, iringan dan property
tari.
 Bekerjasama dengan sanggar rias dan busana tari, dan membawa siswa untuk berapresiasi
ke tempat tersebut agar ada pengalaman mengenal akan perangkat rias dan busana
khususnya tari tradisional tunggal
 Perpustakaan yang menyediakan buku-buku tentang estetika tari.
 Jaringan internet

 alat belajar
 slide proyektor yang digunakan untuk memutar contoh video tari tunggal
 buku buku tentang estetika baik buku untuk guru maupun siswa.
 Sampur dan alat rias

Standar minimal:
 tempat belajar
1. Ruang kelas yang tidak berbangku dengan kapasitas 25-30 siswa, digunakan untuk praktek
tari tradisinal jenis tunggal dan pengenalan level serta pola lantai secara bersam-sama
2. Ruang kelas yang dilengkapi dengan kaca yang tidak permanen yang bisa digunakan siswa
untuk belajar tentang rias, busana, tema
3. Halaman sekolah atau lapangan
 Sumber belajar
1. Seniman tari yang menjadi narasumber langsung
2. Guru sebagai sumber utama belajar (praktek tari di depan kelas)
3. Gambar-gambar tari tradisi dan kreasi dari buku referensi

Sarana dan Prasarana


 tempat belajar
 aula atau ruang kelas yang tidak berbangku sehingga dapat digunakan siswa untuk
mengekpresikan contoh ragam gerak dan pengenalan level serta pola lantai pada tari tunggal
secara bersama-sama
 ruang berkaca digunakan untuk praktik rias dan busana tari tradisional pada jenis tari tradisi
dan kreasi, agar siswa mampu merasakan dan menilai estetika rias dan busana dengan baik
 halaman sekolah atau lapangan
 alat belajar
1. slide proyektor yang digunakan untuk memutar contoh video tari tradisi dan kreasi
2. gambar-gambar tari tradisi dan kreasi dalam bentuk chart.
Materi Ajar, Alat, dan Bahan
A. Materi atau sumber pembelajaran yang utama
Materi Ajar
 Ragam gerak tari tradisi dan kreasi
 Tata rias dan busana tari tradisi dan kreasi
 Level dan pola lantai tari tradisi dan kreasi
 Tema dan iringan tari tradisi dan kreasi
 Property tari tradisi dan kreasi
 Teori Nilai estetika tari
Alat
 Laptop/handpone
 audio visual
 slide proyektor
Bahan
 materi pembelajaran
 gambar-gambar sikap gerak tari tunggal, level dan rias busana
 contoh iringan, tema tari dan penggunaaan property tari
 jaringan internet

B. Sumber pembelajaran yang utama


Buku bacaan siswa:
1. Buku Seni Budaya
SMA/MA/SMK/MAK Kelas X - Semester 1 - Kurikulum 2013 - Edisi revisi 2017
Penulis: Zackaria Soetedja / Dewi Suryati / Milasari / Agus Supriatna
Editor: Fristalina, S.E., M.Pd.
Penerbit: Buku Sekolah Elektronik (BSE)
ISBN: 9786024271428
Terbit: Januari 2017 , 241 Halaman

2. Buku Seni Budaya SMA Kelas 10, semester 1


Penulis: Zackaria Soetedja / Dewi Suryati / Milasari / Agus Supriatna
Editor: Fristalina, S.E., M.Pd.

Penerbit: Buku Sekolah Elektronik (BSE)


ISBN: 9786024271428
Terbit: Januari 2017 , 241 Halaman

3. Artikel tentang Nilai Estetika tari Megat –Megot di Sanggar Gian Laksita Cilacap
Penulis: Agiyan
VOL 5 NO 1 (2016): VOL 5 NO 1 (2016)
DOI 10.15294/JST.V5I1.9633
SUBMITTED: MAR 6, 2016
PUBLISHED: MAR 2, 2016

4. Buku estetika (jalinan subjek, objek, dan nilai ) karya Deni Junaedi

Sumber Belajar Siswa:


1. Melihat sajian pertunjukan diberbagai media, contoh
o televisi,
o youtube.,
o instagram,
o tik tok
2. Pergi ke sanggar tari atau gedung kesenian
3. Guru sebagai sumber belajar utama
4. Mengundang seniman tari untuk menjadi narasumber
Buku bacaan guru:
 https://epaper.myedisi.com/bse/43523/docs/Kelas-10-Revisi-2017-SMA-Seni-Budaya-S1-
43523.pdf?reload=1549954776488 buku guru seni budaya digital kelas 10

 https://ngakanabdi.files.wordpress.com/2017/07/senibudaya-kurtilas-x-bukuguru-rev2017-
terampilmatematika-blogspot-com.pdf buku guru seni budaya digital kelas 10

 Buku estetika karya The Liang Gie

 Teori Estetika Djelantik

 Buku tentang Revitalisasi Tari Gaya Surakarta karya Sri Rochana Widyastutieningrum
 Buku Pengantar Koreografi Tari karya Sri Rochana Widyastutieningrum dan Wahyudiarto.
 Buku tentang tema dan iringan tari
 Buku estetika (jalinan subjek, objek, dan nilai ) karya Deni Junaedi
Pengayaan:
 Buku tentang rias dan busana
 Buku tentang tata teknik pentas.
 Buku tentang elemen dasar Tari
 Buku tentang estetika gerak tari
 Buku tentang iringan tari
 Buku tentang property tari
 Buku tentang tema tari

Perkiraan biaya
a. Standar pembelajarn maksimal
1. Sampur sejumlah 30 buah, dengan harga @35.000,00………………Rp. 1.050.000,00
2. Seperangkat alat rias sebanyak 30 buah, dengan
harga @250000……………………….………………………… .Rp. 7.500.000,00
3. Property tari (bebas, sesuai dengan daerah masing-masing) @45.000.
X 30 buah………………………………………………………… Rp. 1.350.000,00
4. Kertas untuk latihan membuat laporan dan presentasi
A4 80 gram satu rem ………………………..……………….….Rp. 67.000,00

b. Standar pembelajaran minimal


Sarana dan lat pembelajaran bisa menggunakan bahan dan alat yang tersedia, misalnya
penggunaan kain yag bebas dan dimiliki oleh peserta didik, penggunaan property dengan
memanfaatkan Sesuatu yang ada di sekitar dengan membentuknya sesuai dengan
kebutuhan property yang ada pada tarian yang dimaksudkan. Jadi kebutuhan akan dana
bisa berniali 0 rupiah (Rp. 0,00)

Target peserta didik


 Siswa regular dengan tipikal aktif dan kreatif

Dengan kegiatan apresiatif, diharapkan peserta didik yang memiliki karakter aktif serta
kreatif, mampu mengekpresikan diri, mengidentifikasi dan menganalisis dan
menginterpretasikan serta melaporkan hasil pengamatannya pada nilai estetika pada tari
tradisional tunggal dengan lebih baik dan lancer sesusi dengan panduan yang ada pada buku
referensi
 Siswa regular dengan tipikal pasif
Dengan mengajak peserta didik praktek menari secara langsung, kemudian peserta didik
diminta untuk melaporkan apa yang dia rasakan sesuai dengan unsur estetis yang sudah pernah
dijelaskan oleh guru. Tanpa ada analisis dan interpretasi sesuai dengan panduan yang ada pada
buku referensi.

Durasi
Durasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran sebanyak 850 menit yang terbagi atas 5 kali
pertemuan.
1. Kegiatan teori
Masing-masing pertemuan berdurasi 160 menit terbagi atas kegiatan pembelajaran awal
(pembukaan ) selama 15 menit, kegiatan inti selama 130 menit, dan kegiatan akhir (penutup)
selama 15 menit
2. Kegiatan Praktek
Pertemuan berdurasi 200 menit terbagi atas kegiatan pembelajaran awal (pembukaan ) selama
15 menit, kegiatan inti selama 170 menit, dan kegiatan akhir (penutup) selama 15 menit

Jumlah siswa
Dalam satu kelas jumlah siswanya antara 25-30 orang

Ketersediaan materi
 Pengayaan untuk siswa berpencapaian tinggi, melalui menyediakan buku bacaan
tentang estetika tari dan umum ditunjang dengan kegiatan mengapresiasi tari melalui
praktek salah satu contoh tari tradisional tunggal yang berkembang di daerah masing-
masing. Mengakses pertunjukan tarin tradisional tunggal yang ada di nusantara melalui
channel youtube serta mengajak kegiatan berapresiasi dengan melihat pertunjukan di
gedung kesenian

 Alternatif penjelasan, metode, atau aktivitas, untuk siswa yang sulit memahami
konsep adalah menambah kegiatan apresiasi melalui pengamatan terhadap video-video
tari tradisional tunggal dan berapresiasi tari ke sanggar tari terdekat. Guru harus
mendampingi kegiatan siswa dengan intens. Kegiatan dibuat lebih menyenangkan.

Kegiatan Pembelajaran utama


Pengaturan siswa
 Individu
 Kelompok kecil

Metode
 Demontrasi
 Performance
 project, diskusi
 ceramah
 eksplorasi.

Asesmen
 Penilaian Asesemen individu
 Asesmen kelompok
Jenis asesmen
 Penilaian Pengetahuan (berupa tes tertulis uraian, tes lisan/ observasi terhadap diskusi
Tanya jawab dan percakapan serta penugasan), digunakan untuk mengevaluasi hasil
pembelajaran pada pertemuan 1-3.
 Penilaian Keterampilan (berupa penilaian unjuk kerja, dan penilaian portofolio), digunakan
untuk mengevaluasi hasil pembelajaran pada pertemuan 4 dan 5
 Demontrasi mengungkapkan nilai estetika tari tunggal (tambahkan bentuknya
digunakan untuk mengevaluasi hasil pembelajaran pada pertemuan 6

Ketercapaian pembelajaran dilakukan melalui.


1. Peserta didik bersama guru mengadakan apresiasi dengan melihat, mengamati, dan
mendemonstrasikan ragam gerak tari sederhana dari tradisional jenis tari tunggal dengan
tujuan agar peserta didik bisa memahami dan merasakan rasa gerak dalam tubuhnya
dengan baik. Dengan demikian pengalaman ini akan mampu mendorong siswa untuk
menilai keindahan gerak dalam tari dengan benar.
2. Peserta didik bersama dengan guru berlatih melakukan rias dan busana dari salah satu
jenis tari tradisional tunggal, dengan tujuan agar mereka tahu tentang bagaimana teknik
merias dan menata busana tari tradisional dengan baik, sehingga mampu menganalisis nilai
keindahan tari dari unsur rias dan busananya dengan benar
3. Guru menjelaskan macam-macam tema tari tradisional jenis tunggal, jenis iringan, dan
property kepada peserta didik melalui gambar dan video tari, agar mereka memiliki
pengalaman pengetahuan tentang unsur tari tersebut dan mampu mengungkap nilai
keindahan dalam tari berdasarkan ketiga unsur tersebut dengan benar
4. Peserta didik melakukan presentasi hasil pengamatan melalui google meet
5. Peserta didik belajar dengan ditunjang berbagai sarana dan prasarana seperti tempat dan
perangkat pembelajartan seperti laptop, handphone, slide proyektor, papan tulis kaapur,
papan tulis white board dan lain-lain
6. Sarana pembelajaran yang mengakses internet dilengkapi jaringan wifi
7. Peserta didik diajak guru berapresiasi melihat pertunjukan ke sanggar atau gedung
kesenian, selain mengakses social media seperti saluran youtube, instagram dan lain-lain
8. Mengundang seniman tari di daerah setempat untuk memberikan apresiasi tari kepada
peserta didik, agar mereka bisa melihat secara langsung dan berdialog mengenai
pertunjukan tari tradisi dan kreasi.
9. Guru sebagai sumber utama pembelajaran siap untuk menjadi model pembelajaran di
depan kelas.

Persiapan Pembelajaran
 peserta didik menggunakan pakaian praktek ( celana olah raga dan kaos)
 melakukan peregangan / pemanasan saat akan mendemonstrasikan ragam gerak, level dan
pola lantai
 melakukan persiapan alat dan bahan rias saat peserta didik akan mempraktekan rias dan
busana tari tradisi dan kreasi
 menyiapkan kertas dan alat tulis lainnya saat mempraktekan membuat paper tentang nilai
estetis dari tari tradisi dan kreasi
 berada di ruang kelas dengan tepat waktu
Urutan Pembelajaran
Pertemuan tatap muka 1
Alokasi waktu 160 menit
Tujuan pembelajaran:
2.1. Peserta didik menggali nilai estetika tari melalui ragam gerak tari tradisional
INDIKATOR: Peserta didik menggali nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dan iringan tari dengan kritis dan kreatif

 Berpikir dan bertindak artistik


Kegiatan Awal (15 menit)
 Guru mengkondisikan peserta didik agar siap menerima materi pembelajaran dengan
baik dengan menyiapkan perangkat dan bahan ajar, melakukan presensi, memberi penguatan
agar peserta didik menjadi lebih semangat dalam mempersiapkan diri menerima peserta
didikan.

Kegiatan Inti (130 menit)


Peserta didik melakukan kegiatan:
 Mengalami
 Mengamati , mengidentifikasi dan menganalisis nilai estetika pada gerak tari tradisi dan
kreasi.
 Peserta didik bersama guru menentukan metode eksplorasi dan demonstrasi yang akan
digunakan dalam menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi.
 Peserta didik menyaksikan video tari tradisi dan kreasi untuk memberikan gambaran tentang
pertunjukan dan unsur pokok serta pendukungnya yang membentuk estetika.

 Cara kerja peserta didik dalam menggali informasi tentang tari gambyong dari segi: sejarah,
pencipta tari, tema, iringan yang digunakan serta makna gerak, suasana yang dibangun
pada pertunjukan tari gambyong.
 Peserta didik bersama guru menentukan metode project dan diskusi yang akan digunakan
dalam menggali nilai estetika tari tradisional jenis tunggal.
 Peserta didik melihat video tentang melakukan teknik gerak tari gambyong untuk
memberikan gambaran tentang tema dan iringan pada pertunjukan tari gambyong yang
dapat membentuk estetika.
 Guru membagi kelompok kerja
 Peserta didik membuka laptop atau hand phone dan menyambungkan pada wifi untuk
melakukan browshing tentang tari gambyong
 Mencipta
 Peserta didik mengadakan pengamatan terhadap video pertunjukan tari tradisi , kemudian
mempraktekan mengidentifikasi unsur keindahan pada pertunjukan tersebut
Link video yang dimati: https://www.youtube.com/watch?v=BqWw4HPHq1o
Tari Gambyong Pareanom dari Surakarta - Jawa Tengah). Sumber: senibudayaku.com
 Peserta didik melakukan diskusi atas hasil kerjanya dan melakukan presentasi secara
bergilir sesuai dengan undian (tekniknya bisa variasikan, misalnya guru menunjuk siswa
untuk maju, atau menggunakan undian, atau melibatkan siswa lain utuk menggambilkan
undian atau siswa yang telah maju kemudian menunjuk siswa lain untuk bergiliran maju.

 Menciptakan
 Siswa mengadakan pengamatan terhadap video pertunjukan tari tradisi dan kreasi ,
kemudian mempraktekan dengan mengidentifikasi unsur keindahan pada pertunjukan
tersebut
Link video yang dimati: . https://www.youtube.com/watch?v=aBD2aSde_RE (tari Gambyong
dari Surakarta - Jawa Tengah)

Kegiatan penutup (15 menit)


 Mengadakan refleksi dan evaluasi pembelajaran
 Memberikan tugas tambahan sebagai pengayaan untuk mengamati tari tradisional
tunggal lainnya .
Refleksi :
1. Peserta didik bersama guru merefleksi hasil kegiatan pembelajaran pertemuan 1 dan
sekaligus merencanakan tindak lanjut terhadap hasil yang diperoleh saat pembelajaran
Pertemuan tatap muka 2
Alokasi waktu 160 menit
Tujuan pembelajaran:
2.2. Peserta didik menggali nilai estetika tari melalui tata rias dan busana tari tradisional
Tujuan pembelajaran

INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi

Kegiatan Awal (15 menit)


 Peserta didik siap menerima materi pembelajaran dengan baik dengan menyiapkan
perangkat dan bahan ajar, melakukan presensi, peserta didik menrima penguatan agar
peserta didik menjadi lebih semangat dalam mempersiapkan diri menerima peserta didikan.
Kegiatan Inti (130 menit)
Guru memberikan penjelasan tentang:
 Mengalami
 Cara mengamati, mengidentifikasi dan menganalisis nilai estetika pada tari tradisional
tunggal melalui rias dan busana tari tradisional
 Peserta didik bersama guru menentukan metode eksplorasi dan demonstrasi yang akan
digunakan dalam menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
 Guru menampilkan gambar rias busana tari tradisional tunggal untuk memberikan gambaran
tentang unsur pertunjukan yang membentuk estetika.
Link video Tari gambyong: https://www.youtube.com/watch?v=aBD2aSde_RE
Link video tari piring : https://www.youtube.com/watch?v=r6hQomWsHAE

o Peserta didik dan guru melakukan pemanasan dengan bergerak sesuai teknik pengelolaan
property yang digunakan pada tari gambyong yang benar.

 Mengalami
 Cara mendemonstrasikan ragam gerak tari gambyong pareanom dan teknik memainkan
property sampur dengan benar
 Peserta didik bersama guru menentukan metode demonstrasi yang akan digunakan dalam
menggali nilai estetika tari tradisional jenis tunggal.
 Peserta didik mengamati video tentang melakukan teknik memainkan sampur (property)
tari gambyong untuk memberikan gambaran tentang rasa gerak pada pertunjukan tari
gambyong yang dapat membentuk estetika.
 Peserta didik mengadakan pengamatan terhadap video pertunjukan tari tradisional tunggal
(gambyong) , kemudian mempraktekan mengidentifikasi unsur rasa pada permainan sampur.
Link video yang dimati: https://www.youtube.com/watch?v=BqWw4HPHq1o
Tari Gambyong Pareanom dari Surakarta - Jawa Tengah). Sumber: senibudayaku.com

 Menciptakan
 Mempresentasikan secara individu hasil demonstrasi teknik memainkan property sampur
pada tari Gambyong di depan kelas

 Menciptakan
 Peserta didik mengadakan pengamatan terhadap video pertunjukan tari tradisional tunggal ,
kemudian mempraktekan mengidentifikasi unsur keindahan pada pertunjukan tersebut
Link video Tari gambyong: https://www.youtube.com/watch?v=aBD2aSde_RE
Link video tari piring : https://www.youtube.com/watch?v=r6hQomWsHAE
Link gambar yang diamati: .

Tari Gambyong dari Surakarta - Jawa Tengah)


Sumber: senibudayaku.com

Kegiatan penutup (15 menit)


 Mempresentasikan secara individu hasil pengamatan dan penggalian nilai estetika terhadap
gambar yang telah disediakan
 Peserta didik dan guru bersama-sama mengadakan refleksi dan evaluasi pembelajaran
Refleksi:
1. Peserta didik menceritakan pengalamannya mengikuti pembelajaran di pertemuan 2
2. Peserta didik menceritakan sesuatu yang diperoleh saat mengikuti peserta didikan
3. Peserta didik mengungkapkan kesulitan dalam menerima pembelajaran
4. Guru merespon cerita peserta didik dengan mengevaluasi pembelajaran dan merencanakan
tindak lanjutnya

Pertemuan PJJ 3
Alokasi waktu 200 menit
Tujuan pembelajaran:
2.3. Peserta didik menggali nilai estetika tari melalui level dan pola lantai tari tradisional
Kegiatan pembuka (15 menit)
o Guru dan peserta didik menyiapkan tempat praktek tari di tempat masing-masing beserta
alat-alat lainnya, seperti: CD room, slide proyektor, file tari gambyong, dan sampur
o Guru dan peserta didik mengenakan pakaian praktek tari
o Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan zoom meeting dan atau web meet
o Guru dan peserta didik melakukan pemanasan dengan bergerak sesuai teknik yang
digunakan pada tari gambyong

Kegiatan Inti (170 menit)


Guru memberikan penjelasan tentang:
 Cara mendemonstrasikan ragam gerak tari gambyong pareanom dengan teknik yang benar
dan sesuai dengan garapan level dan pola lantai yang tampak pada video.
 Mengalami
 Peserta didik bersama guru menentukan metode demonstrasi yang akan digunakan dalam
menggali nilai estetika tari tradisional jenis tunggal.
 Guru menampilkan video tentang melakukan teknik gerak tari gambyong untuk memberikan
gambaran tentang rasa gerak pada pertunjukan tari gambyong yang dapat membentuk
estetika.
 Menciptakan
 Siswa mengadakan pengamatan terhadap video pertunjukan tari tradisional tunggal ,
kemudian mempraktekan mengidentifikasi unsur keindahan pada pertunjukan tersebut
Link video yang dimati: https://www.youtube.com/watch?v=BqWw4HPHq1o
Tari Gambyong Pareanom dari Surakarta - Jawa Tengah).
Sumber: senibudayaku.com

Kegiatan penutup (15 menit)


 Mempresentasikan secara individu hasil demonstrasi ragam gerak pada tari Gambyong yang
dikirimkan melalui google classroom.
 Peserta didik bersama guru merangkum/menyimpulkan pembelajaran
 Mengadakan refleksi dan evaluasi pembelajaran

Refleksi:
1. Peserta didik menceritakan pengalamannya mengikuti pembelajaran di pertemuan 3
2. Peserta didik menceritakan sesuatu yang diperoleh saat mengikuti peserta didikan
3. Peserta didik mengungkapkan kesulitan dalam menerima pembelajaran
4. Guru merespon cerita peserta didik dengan mengevaluasi pembelajaran dan merencanakan
tindak lanjutnya

Pertemuan tatap muka ke 4


Alokasi waktu 170 menit
Tujuan pembelajaran:
2.6. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional
Kegiatan pembuka (15 menit)
o Peserta didik dan guru menyiapkan ruang kelas beserta alat-alat lainnya, seperti: CD room,
slide proyektor, file tari gambyong, dan laptop
o Peserta didik dan guru mengkondisikan signal internet, dan memastikan siap digunakan
untuk browshing materi

Kegiatan Inti (140 menit)


Peserta didik melakukan aktivitas:
 Mengalami.
 Cara kerja peserta didik dalam menggali informasi tentang tari gambyong dari segi: sejarah,
pencipta tari, tema, iringan yang digunakan serta makna gerak, suasana yang dibangun,
dan unsur penunjang lainnya (gerak, rias busana, level dan pola lantai, tema dan iringan
serta properti pada pertunjukan tari gambyong.
 Peserta didik bersama guru menentukan metode project dan diskusi yang akan digunakan
dalam menggali nilai estetika tari gambyong sebagai contoh tradisional jenis tunggal.
 Peserta didik mengamati video tari gambyong untuk memberikan gambaran tentang gerak,
rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta property pertunjukan tari
gambyong yang dapat membentuk estetika.
 Guru membagi kelompok kerja
 Peserta didik membuka laptop atau hand phone dan menyambungkan pada wifi untuk
melakukan browshing tentang tari gambyong

 Menciptakan
 Peserta didik mengadakan pengamatan terhadap video pertunjukan tari tradisional
tunggal , kemudian mempraktekan mennggali unsur keindahan pada pertunjukan tersebut
dengan menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengamatan dan mencari relevansinya
antara pemahaman tentang nilai keindahan yang ada pada tari tradisi dan kreasi dengan
fenomena minat para remaja terhadap tik tok (HOTS)
Link video yang dimati: https://www.youtube.com/watch?v=BqWw4HPHq1o
Tari Gambyong Pareanom dari Surakarta - Jawa Tengah). Sumber: senibudayaku.com
 Peserta didik melakukan diskusi atas hasil kerjanya dan melaukan presentasi secara bergilir
sesuai dengan undian

Kegiatan penutup (15 menit).


 Mengadakan refleksi dan evaluasi pembelajaran
 Siswa bersa guru bersama-sama menyimpulkan pembelajaran
Refleksi:
1. Siswa menceritakan pengalamannya mengikuti pembelajaran di pertemuan 6
2. Siswa menceritakan sesuatu yang diperoleh saat mengikuti peserta didikan
3. Siswa mengungkapkan kesulitan dalam menerima pembelajaran
4. Guru merespon cerita siswa dengan mengevaluasi pembelajaran dan merencanakan tindak
lanjutnya

Catatan: guru bisa menggunakan contoh tari tradisional atau


tari kreasi lainnya yang ada didaerah masing-masing
 Merefleksi
1. Pengetahuan konsep, faktual, prosedural, dan metakognitif tentang nilai estetika tari
2. Sikap berkebinekaan Global, Kreatif, dan Gotong royong
3. Membuat ulasan tentang bagaimana peserta didikan menerima materi nilai estetika tari
tradisi dan kreasi dan guru dalam memperisiapkan serta menyajikan pembelajaran tari
tersebut.

Refleksi Guru
o Menurut saya kegiatan belajar saat ini berhasil
o sangat baik
o baik
o cukup
o kurang
Alasan………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Rubrik:
o sangat baik, jika peserta didik lebih dari 95% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta
propertinya
o baik , jika peserta didik lebih dari 80% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, serta tema dan iringannya
o cukup , jika peserta didik lebih dari 50% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai.
o Kurang, , jika peserta didik kurang dari 40% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana

o keberhasilan pembelajaran dikarenakan oleh beberapa hal, diantaranya adalah


………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
Rubrik:
o jika peserta didik lebih dari 95% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi melalui
unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta propertinya
o jika guru mampu memberikan peserta didikannya secara tuntas dengan KKM lebih dari 90%
peserta didik mendapatkan nilai 80

o menurut saya pendekatan pembelajaran yang digunakan pada proses pengggalian nilai
estetika tari tradisional jenis tari tunggal
o sangat baik
o baik
o cukup
o kurang
alasan
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
Rubrik:
o sangat baik, jika hasil belajar peserta didik lebih dari 95% mampu menggali nilai estetika tari
tradisi dan kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan
iringan, serta propertinya
o baik , jika hasil belajar peserta didik 80% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, serta tema dan iringannya
o cukup , jika hasil belajar peserta didik 50% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai.
o Kurang, , jika peserta didik kurang dari 40% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana
o menurut saya partisipasi peserta didik dalam pembelajaran dalam mengggali nilai
estetika tari tradisi dan kreasi
o sangat baik
o baik
o cukup
o kurang
alasan
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Rubrik:
o sangat baik, jika peserta didik lebih dari 95% mampu menggali nilai estetika tradidi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta
propertinya
o baik , jika peserta didik 80% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi melalui
unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, serta tema dan iringannya
o cukup , jika peserta didik 50% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi melalui
unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai.
o Kurang, , jika peserta didik kurang dari 40% mampu menggali nilai estetika tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana

o rencana tindak lanjut guru untuk memperbaiki pembelajaran ini adalah


………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Rubrik:
o jika peserta didik lebih dari 95% mampu mengggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta
propertinya, maka guru akan mengadakan pengayaan dengan memberikanmateri tambahan
seperti memberikan apresiasi kepada siswa untuk mendemonstrasikan salah satu jenis tari
tradisional tunggal
o jika peserta didik lebih dari 50% mampu mengggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta property
tari, maka guru akan memberikan penguatan berupa melakukan drill latihan mengidentifikasi
estetika tari tradisional tunggal dengan berbagai contoh tarian.
o jika peserta didik kurang dari 40% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta property
tari, maka guru akan melakukan remedial dan menyederhanakan tugas serta latihan
mengidentifikasi estetika tari tradisi dan kreasi secara gerus menerus dan membentuk
kelompok belajar

Refleksi peserta didik


o menurut saya pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru pada proses
menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
o sangat baik
o baik
o cukup
o kurang
alasan
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Rubrik:
o sangat baik, jika hasilnya peserta didik lebih dari 95% mampu mengggali nilai estetika tari
tradisi dan kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan
iringan, serta propertinya
o baik , jika hasilnya dari 80% mampu mengggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi melalui
unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, serta tema dan iringannya serta
propertinya
o cukup , jika hasilnya peserta didik 50% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai. serta tema dan iringannya serta
propertinya
o Kurang, , jika peserta didik kurang dari 40% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta
propertinya

o menurut saya model pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada materi
mengidentifikasi nilai estetika tari tradisi dan kreasi
o sangat baik
o baik
o cukup
o kurang

alasan
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
o sangat baik, jika hasilnya peserta didik lebih dari 95% mampu menggali nilai estetika tari
tradisi dan kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan
iringan, serta propertinya
o baik , jika hasilnya dari 80% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi melalui
unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, serta tema dan iringannya serta
propertinya
o cukup , jika hasilnya peserta didik 50% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai. serta tema dan iringannya serta
propertinya
o Kurang, , jika peserta didik kurang dari 40% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta
propertinya

Refleksi dengan bantuan Guru, berupa pertanyaan untuk siswa:


o Bagiamana yang menurutmu paling sulit dari peserta didikan ini?
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
o Apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaiki hasil belajarmu?
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
o Kepada siapa kamu akan meminta bantuan untuk memahami peserta didikan ini?
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
o Jika kamu diminta untuk memberikan nilai, berapa nilai yang akan kamu berikan pada usaha
yang telah kamu lakukan?
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………

Dampak :
 Diferensiasinya untuk siswa dengan hambatan belajar/ Kesulitan belajar adalah
menuliskan/menyampiakannya langsung melalui diskusi tentang keunikan tari yang telah
diamati dari gerak, rias dan busana, iringan tari, tema, level dan pola lantai serta property jika
ada. Mencoba mengajak siswa yang memiliki hambatan belajar untuk melihat keindahan tari
dari keunikannya (bukan mengacu pada teori estetika)
 kegiatan yang disarankan untuk siswa/peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi dan
mengeksplorasi topic lebih jauh adalah dengan cara berlatih mengenal gerakan tari, sehingga
dengan merasakan sentuhan langsung ke dalam tubuhnya, maka diharapkan siswa dapat
menguraikan keindahan di dalam tari tersebut.

ASESMEN KRITERIA PENGUKURAN KETERCAPAIAN TUJUAN


Tujuan akan diadakannya asesmen ini adalah, untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
menguasai meteri tentang bagaimana cara mengggali estetika tari tradisi dan kreasi dengan
baik dan benar

Penilaian Pengetahuan
 Tes tertulis uraian, digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 1-3
Tujuan pembelajaran
1.1 Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika melalui ragam gerak tari tradisi dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dan iringan dengan kritis dan kreatif
1.2 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari tradisi
dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
1.3 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui level dan pola lantai tari tradisi
dan kreasi

Soal
Jawablah pertanyaan ini dengan benar!
 Jelaskan tentang pengertian estetika tari!
 Berikan contoh cara menuliskan estetika tari yang benar!
 Sebutkan apa saja yang membentuk estetika tari!
 Mengapa rias busana, level, dan pola lantai tari menjadi sorotan dalam penilaian estetika
tari?
 Sebutkan unsur dalam rias dan busana yang dapat membentuk estetika tari!
 Sebutkan unsur tema dan iringan yang dapat membentuk estetika tari?
 Sebutkan unsur property pada tarai tradisional tunggal yangn mampu membentuk estetika
tari?

 Tes lisan/ observasi terhadap diskusi Tanya jawab dan percakapan


 digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 3 dan 4
 Apa yang peserta didik ketahui tentang unsur estetika dalam gerak tari
tradisional?
 Sebutkan beberapa element dasar gerak tari yang dapat membentuk estetika!
 Bagaimana peserta didik bisa mengukur estetika dalam rias dan busana tari
tradisional?
 Jenis level dan pola lantai yang seperti apa yang bernilai estetika tinggi?
 Apa yang dimaksud dengan wiraga, wirama, dan wirasa serta wirupa dalam seni
tari yang dapat membentuk keindahan tari?
 Unsur apa saja yang digunakan untuk menggali estetika tari tradisional tunggal?
 Bagaimana cara menggali estetika tari tradisional yang benar, berikan contohnya!

Penilaian Pengetahuan

 Penugasan.,
 digunakan untuk mengevaluasi pertemuan ke 1-4
Tujuan pembelajaran

2.1 Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika melalui ragam gerak tari tradisi dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dengan kritis dan kreatif
2.2 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari tradisi
dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
2.3 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui level dan pola lantai tari tradisi dan
kreasi
2.4. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional dengan kritis dan
kreatif

LK 1. Mengamati dan mendiskusikan


 Amatilah pertunjukan tari tradisional jenis tari tunggal (akses youtube) , diskusikan dengan
anggota kelompok lainnya!
 Link youtube 1. https://www.youtube.com/watch?v=ixD3HqG9jVc (tari eko prawiro/tari
tradisional tunggal gaya Surakarta)
 Link youtube 2. https://www.youtube.com/watch?v=lDZqf89tAus (tari Margapati/Tari
tradisional tunggal gaya Bali))
 Link youtube 3. https://www.youtube.com/watch?v=vdf28S8mG0k (tari Pakarena berasal
dari Sulawesi Selatan)

Table 1
Aspek Pengamatan
tenaga

ruang

waktu

Teknik gerak

Keselarasan gerak dengan


iringan

Unsur gerak
Unsur rias dan busana 1. Kesesuaian rias dan
busana dengan tema
tari
2. Ketepatan fungsi rias
dan busana dengan
kebutuhan
pementasan tari
3. Pilihan warna dan
bentuk yang sesuai
Unsur level dan pola lantai 1. Level
denganmendukung
karakteristik
tema
tari tari
2.
4. Menggambarkan
Mendukung tokoh
penokohan/ cerita
yang diperankan
dalam tari
Unsur Tema 3.1. Tema sesuaipola
Mendukung dengan
gerak
garap tari
da isi tari
2. Tema sesuai dengan
garap iringan
3. Tema tertuang ke
Unsur Iringan tari 1. dalam
Iringanrias
taridan
yangbusana
dapat
membentuk
yang tepat suasana
garap gerak tari
2. Iringan yang
membentuk
Unsur property tari (jika ada) 1. Properti
pemerananyang
penari
mendukung gerak tari
2. Property yang dapat
membentuk peranan
penari dalam
pertunjukan tari
3. Property yang
sesuai dengan
tema tari
Table 2 Penilaian guru terhadap kinerja peserta didik
Nilai Kementar Paraf
Kelompok 1 Guru Guru

Kelompok 2

Penilaian Pengetahuan
Kelompok 3
Digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 1-3
Tujuan pembelajaran
2.1 Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika melalui ragam gerak tari tradisi dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dengan kritis dan kreatif
2.2 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari tradisi dan
kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
2.3 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui level dan pola lantai tari tradisi dan
kreasi

LK 2. Menganalisis
 Analisis dan susun temuan anda mengenai nilai estetika yang terdapat di dalam tarian
tersebut dari unsur gerak, rias dan busana tari, serta level dan pola lantai, tema dan
iringan, serta propertinya!

Tabel analisis
No Unsur estetika tari Analisis
1 Gerak tari
2 Rias dan busana tari
3 Level dan pola lantai tari
4 Tema dan iringan tari
5 Property tari

Penilaian Ketrampilan
(digunakan untuk mengevaluasi pada pertemuan 4)
Tujuan pembelajaran
2.4. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional dengan kritis dan
kreatif
LK 3. Mempresentasikan
Presentasikan hasil diskusi anda di depan kelas!

Rentangan nilai
Nilai Skor Keterangan
A 90-100 Sangat baik
B 80-89 Baik
C 70-79 Cukup
D 60-69 Kurang
E 50-59 Sangat kurang

Rubrik penilaian
KRITERIA KETERANGAN
Sangat baik Jika peserta didik mampu mengidentifikasi, menggali dan menyusun
unsur utama dan pendukung estetika tari tradisional tunggal dengan
lengkap dan cermat dalam menganalisisnya
Baik Jika peserta didik mampu mengidentifikasi dan menggali dan
menyusun unsur utama dan pendukung estetika tari tradisional
tunggal dengan lengkap
Cukup Jika peserta didik mampu mengamati unsur utama dan pendukung
estetika tari tradisional tunggal dengan identifikasi dan menyusun
yang kurang lengkap
Kurang Jika peserta didik mampu mengamati unsur utama dan pendukung
estetika tari tradisional tunggal dengan identifikasi dan menyusun
yang tidak lengkap
Sangat kurang Jika peserta didik mampu mengamati unsur utama dan pendukung
estetika tari tradisional tunggal dengan tanpa identifikasi dan analisis,
menyusun apa adanya tanpa konsep teori estetika

Daftar Pustaka

 Budi santosa. 1996. “Wawasan Seni dan Budaya”: Diklat Panduan Belajar Siswa Sekolah
Menengah Karawitan Indonesia Surakarta.
 Hidayat, Robby. (2005). Wawasan Seni Tari: Pengetahuan Praktis Bagi Guru Seni Tari. Malang :
Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra UNM.
 Humardani. (1983). Kumpulan Kertas Tentang Tari.1977. Surakarta : STSI Press.
 Junaedi, Deni. 2016. Estetika: Jalinan Subjek, Objek, dan Nilai. Jakarta: ArtCiv
 Kamil, Sri Ardiati. Tata Rias untuk Kecantikan dan Kepribadian. Jakarta: Miswar Jakarta.
 Lathief, Halilintar. 1986. Pentas Sebuah Perkenalan. Yogyakarta: lagaligo
 Morris, Desmon. 1997. Manwathcing: Afield Giude to Human Behavior. New York: Harry
A.Abrams. Inc., Publishers,
 Murgiyanto, Sal. 1986. “Dasar-Dasar Koreografi Tari” dalam Pengetahuan Elementer Tari dan
Beberapa Masalahnya. Jakarta: Direktorak Kesenian Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
 Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta : Sinar harapan.
 Smits van Waesberghe, F.H.SJ.2016. Estetika Musik (Editor Sunarto). Yogyakarta: TM offset
 Sekarningsih, F., Rohayani, Heny. (2006). Kajian lanjutan pembelajaran tari dan drama I.
Bandung: UPI Press.
 Soedarsono. (1978). Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta : ASTI
Yogyakarta.
 Widyastutieningrum, Sri Rochana. 2012. Revitalisasi Tari Gaya Surakarta. Surakarta: ISI Press
Surakarta.
 Widyastutieningrum, Sri Rochana. Wahyudiarto Dwi. 2014. Pengantar Koreografi Tari.
Surakarta: ISI Press Surakarta.

Lembar Kerja Siswa


Penilaian Pengetahuan,
digunakan untuk mengevaluasi pada pertemuan 1-4
LK 1. Mengamati dan mendiskusikan
 Amatilah pertunjukan tari tradisional jenis tari tunggal (akses youtube) , diskusikan dengan
anggota kelompok lainnya!
 Link youtube 1. https://www.youtube.com/watch?v=ixD3HqG9jVc (tari eko prawiro/tari
tradisional tunggal gaya Surakarta)
 Link youtube 2. https://www.youtube.com/watch?v=lDZqf89tAus (tari Margapati/Tari
tradisional tunggal gaya Bali))
 Link youtube 3. https://www.youtube.com/watch?v=vdf28S8mG0k (tari Pakarena berasal dari
Sulawesi Selatan)

Table 1
Aspek Pengamatan
tenaga

ruang

waktu

Teknik gerak

Keselarasan gerak dengan iringan

Unsur gerak
Unsur rias dan busana 1. Kesesuaian rias dan busana
dengan tema tari
2. Ketepatan fungsi rias dan
busana dengan kebutuhan
pementasan tari
3. Pilihan warna dan bentuk yang
sesuai dengan karakteristik tari
4. Mendukung tokoh yang
diperankan dalam tari
Unsur level dan pola lantai 1. Level mendukung tema tari
2. Menggambarkan penokohan/
cerita dalam tari
3. Mendukung pola gerak da isi
tari
Unsur Tema 1. Tema sesuai dengan garap tari
2. Tema sesuai dengan garap
iringan
3. Tema tertuang ke dalam rias
dan busana yang tepat
Unsur Iringan tari 1. Iringan tari yang dapat
membentuk suasana garap
gerak tari
2. Iringan yang membentuk
pemeranan penari
Unsur property tari (jika ada) 1. Properti yang mendukung
gerak tari
2. Property yang dapat
membentuk peranan penari
dalam pertunjukan tari
3. Property yang sesuai dengan
tema tari

Table 2 Penilaian guru terhadap kinerja peserta didik


Nilai Kementar Guru Paraf Guru
Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok Pengetahuan
Penilaian 3

Digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 1-5


LK 2. Menganalisis
 Analisis dan susun temuan anda mengenai nilai estetika yang terdapat di dalam tarian tersebut dari
unsur gerak, rias dan busana tari, serta level dan pola lantai, tema dan iringan, dan property
tarinya!

Tabel analisis
No Unsur estetika tari Hasil Analisis
1 Gerak tari
2 Rias dan busana tari
3 Level dan pola lantai tari
4 Tema dan iringan tari
5 Property tari

Table penilaian Guru pada kinerja Peserta didik


Nilai Kementar Paraf
Kelompok 1 Guru Guru

Kelompok 2

Penilaian
Kelompok Ketrampilan
3
Digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 3, 5, dan 6
LK 3. Mempresentasikan
 Presentasikan hasil diskusi anda di depan kelas!
Table presentasi
Kelompok : ……….
Link youtube yang diamati : (peserta didik bebas memilih tari tradisi dan kreasi dari daerah
setempat)
Unsur yang diamati Hasil pengamatan Simpulan
Gerak tari
Rias dan busana tari
Level dan pola lantai tari
Tema dan iringan tari
Property tari

Table penilaian guru terhadap kinerja peserta didik


Nilai Kementar Paraf Guru
Kelompok 1 Guru

Kelompok 2

Kelompok 3
Bahan bacaan siswa

1. Buku Seni Budaya


SMA/MA/SMK/MAK Kelas X - Semester 1 - Kurikulum 2013 - Edisi revisi 2017
Penulis: Zackaria Soetedja / Dewi Suryati / Milasari / Agus Supriatna
Editor: Fristalina, S.E., M.Pd.

Penerbit: Buku Sekolah Elektronik (BSE)


ISBN: 9786024271428
Terbit: Januari 2017 , 241 Halaman
2. Buku seni budaya
Penulis: Zackaria Soetedja / Dewi Suryati / Milasari / Agus Supriatna
Editor: Fristalina, S.E., M.Pd.
Penerbit: Buku Sekolah Elektronik (BSE)
ISBN: 9786024271428
Terbit: Januari 2017 , 241 Halaman
3. Artikel ilmiah tentang penulisan estetika tari tradisional tunggal
4. Artikel dengan judul "Properti Tari: Pengertian, Jenis, dan Fungsinya", Klik untuk baca:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/21/170012069/properti-tari-pengertian-
jenis-dan-fungsinya?page=all.
Penulis : Serafica Gischa
Editor : Serafica Gischa
5. Buku estetika (jalinan subjek, objek, dan nilai ) karya Deni Junaedi
Bahan bacaan guru
 https://epaper.myedisi.com/bse/43523/docs/Kelas-10-Revisi-2017-SMA-Seni-Budaya-S1-
43523.pdf?reload=1549954776488 buku guru seni budaya digital kelas 10

 https://ngakanabdi.files.wordpress.com/2017/07/senibudaya-kurtilas-x-bukuguru-
rev2017-terampilmatematika-blogspot-com.pdf buku guru seni budaya digital kelas 10

 Buku estetika karya The Liang Gie

 Buku estetika The Liang Gie

 Buku estetika Djelantik

 Buku Pengantar koreografi tulisan Sri Rochana Widyastutieningrum dan Dwi


Wahyudiarto tahun 2014

 Buku revitalisasi tari gaya Surakarta tulisan Sri Rochana Widyastutieningrum tahun 2012

 Buku estetika ( jalinan subjek, objek, dan nilai ) karya Deni Junaedi

Buku Pengayaan:
1. Buku tentang sejarah tari
2. Buku tentang elemen dasar tari
3. Buku tentang rias dan busana
4. Buku tentang tata teknik pentas
5. Buku tentang tema dan iringan tari
6. Buku tentang property tari
7. Dan artikel-artikel ilmiah tentang estetika tari
Materi pertanyaan
Penilaian Pengetahuan,
(digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 1-4)
Tujuan pembelajaran
2.1 Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika melalui ragam gerak tari tradisi dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dengan kritis dan kreatif
2.2 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari tradisi dan
kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
1.3 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui level dan pola lantai tari tradisi dan
kreasi
2.4. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional dengan kritis dan
kreatif
 Tes tertulis uraian,
 Jelaskan tentang pengertian estetika tari!
 Berikan contoh cara menuliskan estetika tari yang benar!
 Sebutkan apa saja yang membentuk estetika tari!
 Mengapa rias busana, level, dan pola lantai tari menjadi sorotan dalam penilaian estetika
tari?
 Sebutkan unsur dalam rias dan busana yang dapat membentuk estetika tari!
 Sebutkan unsur tema dan iringan yang dapat membentuk estetika tari?
 Sebutkan unsur property pada tari tradisi dan kreasi mampu membentuk estetika tari?

 Tes lisan/ observasi terhadap diskusi Tanya jawab dan percakapan


 Apa yang anak-anak ketahui tentang unsur estetika dalam gerak tari tradisional?
 Sebutkan beberapa element dasar gerak tari yang dapat membentuk estetika!
 Bagaimana anak-anak bisa mengukur estetika dalam rias dan busana tari tradisional?
 Jenis level dan pola lantai yang seperti apa yang bernilai estetika tinggi?
 Apa yang dimaksud dengan wiraga, wirama, dan wirasa serta wirupa dalam seni tari yang
dapat membentuk keindahan tari?
 Unsur apa saja yang digunakan untuk menggali estetika tari tradisi dan kreasi?
 Bagaimana cara menggali estetika tari tradisional yang benar, berikan contohnya!

Penilaian Pengetahuan
 Amatilah pertunjukan tari tradisi (akses youtube) , diskusikan dengan anggota kelompok
lainnya!
 Link youtube 1. https://www.youtube.com/watch?v=W884BjtQxvc
 Link youtube 2. https://www.youtube.com/watch?v=QARV4YeH3dE
 Link youtube 3. https://www.youtube.com/watch?v=1BQM836-e84

 Penugasan.
LK 1. Mengamati dan mendiskusikan
Table 1
Aspek Pengamatan
tenaga

ruang

waktu

Teknik gerak

Keselarasan gerak dengan iringan

Unsur gerak
Unsur rias dan busana 6. Kesesuaian rias dan busana
dengan tema tari
7. Ketepatan fungsi rias dan
busana dengan kebutuhan
pementasan tari
8. Pilihan warna dan bentuk
yang sesuai dengan
karakteristik tari
 Mendukung tokoh yang
Unsur level dan pola 4. diperankan
Level mendukung tema tari
dalam tari
lantai 5. Menggambarkan penokohan/
cerita dalam tari
6. Mendukung pola gerak da
isi tari
Unsur Tema 1. Tema sesuai dengan garap
tari
2. Tema sesuai dengan garap
iringan
3. Tema tertuang ke dalam rias
dan busana yang tepat

Unsur Iringan tari 1. Iringan tari yang dapat


membentuk suasana garap
gerak tari
2. Iringan yang membentuk
pemeranan penari
Unsur property tari (jika 1. Properti yang mendukung
ada) gerak tari
2. Property yang dapat
membentuk peranan penari
dalam pertunjukan tari
3. Property yang sesuai dengan
tema tari

Penilaian Pengetahuan
Digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 1-4

LK 2. Menganalisis
 Analisis dan susun temuan anda mengenai nilai estetika yang terdapat di dalam tarian
tersebut dari unsur gerak, rias dan busana tari, serta level dan pola lantainya!
Tujuan pembelajaran
2.1 Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika melalui ragam gerak tari tradisi dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dengan kritis dan kreatif
2.2 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari tradisi dan
kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
1.3 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui level dan pola lantai tari tradisi dan
kreasi
2.4. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional dengan kritis dan
kreatif

Tabel analisis
No Unsur estetika tari Hasil Analisis
1 Gerak tari
2 Rias dan busana tari
3 Level dan pola lantai tari
4 Tema dan iringan tari
5 Property tari

Penilaian Ketrampilan dan sikap


Digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 1-4
Tujuan pembelajaran
2.1 Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika melalui ragam gerak tari tradisi dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dengan kritis dan kreatif
2.2 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari tradisi dan
kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
1.3 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui level dan pola lantai tari tradisi dan
kreasi
2.4. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional dengan kritis dan
kreatif

LK 3. Mempresentasikan
 Presentasikan hasil diskusi anda di depan kelas!
Table presentasi
Kelompok : ……….
Link youtube yang diamati : (peserta didik bebas mengakes dan memilih tari tradisi
dan kreasi dari youtube sesuai dengan minatnya)

Unsur yang diamati Hasil pengamatan Simpulan


Gerak tari
Rias dan busana tari
Level dan pola lantai tari
Tema dan iringan tari
Property tari

Materi untuk siswa yang kesulitan


 Siswa diberikan pemahaman tentang materi estetika tari secara bertahap, meliputi:

 Siswa mempeserta didiki materi tentang definisi tari


 Siswa mempeserta didiki materi tentang jenis tari menurut penyajiannya
 Siswa mempeserta didiki materi tentang tari tunggal
 Siswa mempeserta didiki materi tentang unsur gerak tari tradisional yang sederhana (dengan
durasi yang singkat serta gerak , rias busana, level dan pola lantai yang mudah dipahami)
 Siswa mempeserta didiki materi tentang definisi estetika tari
 Siswa mempeserta didiki tentang menyusun/ menulis estetika tari secara sederhana
 Siswa diajak lebih banyak mengamati video tari, disertai dengan penjelasan guru step by
step mengenai cara melihat estetika tari dari berbagai unsur.
 Guru lebih banyak memberikan contoh bagaimana cara mengamati keindahan tari dari
berbagai unsur secara sederhana dan cara menuangkannya dalam bentuk tulisan.
 Guru lebih banyak mengadakan latihan mengidentifikasi dan menganalisis secara sederhana
tentang unsur keindahan tari tradisional.
 Siswa dirangsang oleh guru untuk mencari keunikan dari pertunjukan tari tradisional
 Memilikan tempat duduk yang tepat.
Langkah lainnya dalam mengatasi anak yang lambat memahami peserta didikan adalah
dengan memberikan posisi atau tempat duduk yang membuatnya bisa lebih jelas
mendengar penjelasan guru, sebaiknya anak yang lambat memahami peserta didikan
diberikan tempat duduk diposisi paling depan. Hal tersebut bertujuan agar guru mudah
mengontrol siswa yang terkait, dan siswa akan lebih fokus dalam menerima peserta didikan.
 Gunakan media bantu audio dan visual.
Buku yang digunakan lebih sederhana bahasannya, seperti:
1. Buku elemen dasar tari
2. Teori estetika Djelantik
3. Buku tentang tari-tarian Indonesia

Metode
1. Drill (belajar secara berulang-ulang)
2. Tutor sebaya

Bahan Ajar
 Jenis tari tradisional

 Pengertian Tari Tradisional


Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun-temurun di
suatu daerah tertentu. Tarian ini biasanya memiliki berbagai ciri khas yang menonjolkan
falsafah, budaya dan kearifan lokal setempat di mana tarian tersebut berkembang. Sehingga
dapat ditebak bahwa masing-masing daerah akan memiliki keunikan tersendiri. Terutama di
negeri ini, di mana keberagaman masyarakatnya seakan tak terbatas. Meskipun demikian,
sejatinya setiap perbedaan antardaerah tersebut adalah milik kita juga. Seperti dalam pendapat
Alwi (2003, hlm. 103) yang menyebutkan bahwa kesenian tradisional adalah kesenian yang
diciptakan oleh masyarakat banyak yang mengandung unsur keindahan yang hasilnya menjadi
milik bersama (Alwi, 2003 : 1038). Definisi tari tradisional di atas diperkuat oleh pendapat
Sekarningsih & Rohayani (2006, hlm. 5) yang mengungkapkan bahwa seni tari adalah tarian yang
telah mengalami perjalanan dan memiliki nilai-nilai masa lampau yang dipertahankan secara
turun-temurun serta memiliki hubungan ritual atau adat istiadat. Kemudian, Hidayat (2005, hlm.
14) berpendapat bahwa tari tradisi ialah tarian yang dibawakan dengan tata cara yang berlaku di
suatu lingkungan etnik atau adat tertentu yang bersifat turun temurun. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tari tradisional adalah tarian yang telah berkembang dari masake masa yang
telah melewati waktu yang cukup lama di suatu daerah , adat, atau etnik tertentu sehingga
memiliki nilai-nilai estetika klasik yang dilestarikan dari generasi ke generasi.

 Ciri Ciri tari tradisional

Tari tradisional memiliki beberapa ciri yang membuatnya berujung pada kategorisasi tradisi.
Beberapa ciri tersebut meliputi:

1. Memiliki pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti.


2. Diiringi oleh musik tradisional khas daerah setempat.
3. Mengenakan kostum pakaian tradisional khas daerah setempat.
4. Diajarkan dan dipeserta didiki secara lisan atau dari mulut ke mulut secara langsung dari
generasi lama ke generasi penerusnya.
5. Mengandung filosofi yang berasal dari buah pikiran kearifan lokal setempat.
6. Memiliki fungsi sosial adat seperti untuk untuk kepentingan upacara adat atau kegiatan
lokal lainnya.
7. Terkadang memiliki syarat khusus berupa waktu, tempat, dan bahkan hanya beberapa
orang terpilih saja yang diperbolehkan membawakannya.

 Fungsi Tari Tradisional


Secara umum, Hidayat (2005, hlm. 5) berpendapat bahwa keberadaan tari
tradisional memiliki nilai dan hasil guna yang memberi manfaat pada masyarakat
khususnya dalam kehidupan social. Sementara itu, Sedyawati (1986 : 179), mengemukakan
bahwa fungsi tari tradisional sangat beragam dan bersifat mistik. Contohnya: sebagai
pemanggil kekuatan supranatural (ghaib) hingga pemujaan arwah nenek moyang, dan
sebagai perlengkapan upacara. Menurut Soedarsono dalam (Sekarningsih, 2006, hlm.5)
fungsi tari tradisional meliputi berbagai sarana untuk upacara adat tergantung dari
kebudayaan masing-masing daerah yang memegang tradisi. Fungsi-fungsi tersebut
meliputi:

1. Upacara Ritual, dalam fungsi ini tari harus memenuhi kaidah yang telah turun-
temurun dijaga menjadi tradisi. Biasanya diselenggarakan pada saat tertentu dan
dilakukan oleh orang-orang tertentu pula. Terkadang tari upacara ritual juga harus
menyajikan sesaji di tempat-tempat tertentu.
2. Upacara penobatan Raja atau Kepala Adat seperti pada Tari Bedhaya Ketawang dari
Jawa Tengah.
3. Upacara kematian seperti pada Tari Mapeliang dari Sulawesi.
4. Upacara untuk membangun rumah seperti pada tari Seru Kju No Gawi di daerah Timor.

Berdasarkan berbagai kutipan dan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa


fungsi tari tradisional terbagi menjadi beberapa peran utama, yaitu, tari tradisi sebagai
upacara adat yang secara khusus berfungsi sebagai sarana upacara agama dan adat, tari
untuk bersenang-senang atau tari pergaulan, dan tari sebagai hiburan atau tontonan

 Jenis Tari Tradisional

Meskipun terdengar sudah mengerucut, sebetulnya tarian tradisional masih


memiliki beberapa kategori yang membedakannya. Misalnya, menurut Humardani (1983,
hlm. 6) berdasarkan nilai artistik garapannya, tari tradisional dapat dibedakan menjadi
beberapa tarian berikut ini.

1. Tari Primitif, Merupakan tarian yang gerak maupun iringannya masih sederhana.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penggarapan koreografinya belum dilakukan
secara serius. Busana kostum dan tata riasnya juga masih kurang diperhatikan. Tari
tradisional jenis ini jarang dipentaskan bahkan sudah jarang dijumpai keberadaannya,
kemungkinan tari ini hanya dapat ditemui di daerah terpencil atau pedalaman saja.
2. Tari Klasik, yaitu tari tradisi yang sudah mapan atau baku baik dari segi gerak, maupun
iringannya. Tari klasik merupakan tarian yang sudah mendapatkan banyak perhatian
dan biasanya digarap secara serius oleh masyarakatnya dan mendapatkan dukungan
penuh dari tetua, bangsawan, atau raja suatu daerah yang telah mencapai nilai artistik
cukup tinggi karena telah menempuh perjalanan yang cukup panjang (sudah
mengalami masa kejayaan).
3. Tari Rakyat, Tarian ini memiliki gerakan dan pola langkah yang sederhana dan cukup
mudah untuk dipeserta didiki, meskipun telah mengalami penggarapan koreografi
yang serius. Karena, tari rakyat terlahir dari budaya masyarakat pedesaan yang berada
di luar tembok Keraton. Katakanlah tarian ini diciptakan dari dan untuk dinikmati oleh
rakyat, sehingga tidak ada beban khusus terhadap kerajaan atau pihak penguasa lain
yang menuntut nilai estetika agung.

Perlu menjadi catatan pula bahwa terdapat tarian tradisional yang telah
dikembangkan. Misalnya, tari jaipong yang sebetulnya dikreasikan di zaman modern.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa tari tersebut sudah tidak tradisional lagi, melainkan
lebih cocok disebut sebagai tari tradisional kreasi, atau bahkan tarian modern.

 Keunikan Gerak Tari Tradisional

Setiap tari tradisional dimasing-masing daerah berbeda dikarenakan memiliki keunikan


gerak, iringan musik, hingga busana dan rias wajah yang dikenakan yang berbeda pula. Namun,
perbedaan yang paling mencolok adalah motif gerak unik yang dapat dilihat pada gerak tangan,
gerak kaki, gerak kepala atau gerak anggota tubuh lainnya. Keunikan gerak, berarti setiap tari
daerah memiliki gerakan khas yang berbeda. Contoh konkret keunikan gerak tari tradisional di
Indonesia adalah sebagai berikut ini.
1. Keunikan gerak pada mata dapat dijumpai dalam Tari bali yang menggerakan bola
matanya ke kanan ke kiri secara cepat, ekspresi tari dapat terwakili melalui
gerakan mata tersebut.
2. Keunikan motif gerak pada jari tangan dapat dijumpai pada tari Gendhing
Sriwijaya karena lentikan jari-jari tangan merupakan kekuatan utama tarian ini.
3. Tari daerah Sulawesi Selatan, yakni Pagelu memiliki ciri khas gerak dengan kaki
yang tertahan pada lantai.
4. Pada tari Minang dapat dijumpai gerakan tangan yang kuat, terkadang mengalun
namun terkadang patah-patah. Motif gerak Minang ini banyak dipengaruhi oleh
motif gerak pencak silat.
5. Keunikan gerak pada tangan dapat ditemui pada tari Jawa gaya Surakarta
maupun Yogyakarta. Bentuk-bentuk jari tangan digerakkan sedemikian rupa agar
dapat mencirikan dan membentuk karakter tari. Misalnya karakter gagah atau
justru karakter yang lembut.
6. Keunikan gerak kaki pada tarian yang berasal dari Papua adalah kaki penari
cenderung bergerak secara ritmis dan sangat dinamis.
7. Tarian suku Dayak memiliki gerak unik yang menyelipkan bulu burung enggang
yang diselipkan di jari-jari tangannya.

Berikut contoh pertunjukan tari Jawa, Bali dan Kalimantan.

1. https://www.youtube.com/watch?v=Zftr2crIhc0 tari gambyong pareanom gaya


Surakarta
2. https://www.youtube.com/watch?v=QARV4YeH3dE tari Pendet (tari Bali)
3. https://www.youtube.com/watch?v=157_BKsWybE Tari Burung Enggang dari
Kalimantan.

 Pengertian Tari Tunggal


Tari memiliki banyak pengertian, di antaranya adalah serangkaian gerak yang diberi
bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang (Corrie Hartong, Belanda, dalam bukunya
“Dankunst”), bisa juga merupakan ekspresi subjektif yang diberi bentuk objektif (La Mery lnggris,
dalam bukunya (“Dance Composition”), atau ekspresi gerak dengan media tubuh manusia (Drs.
Wisnoe Wardhana daIam bukunya Pengajaran Tari. Bahkan, dapat pula didefinisikan suatu
rangkaian gerak yang merupakan pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan
manusia (John Martin). Apapun pengertiannya, yang jelas tari memilik ciri khas, yaitu adanya
gerak, iringan musik, dan penonton. Tari adalah ungkapan gerak yang digayakan dan
berkesinambungan sehingga menjadi indah. Media tari adalah gerak tubuh manusia. Melalui
gerak, tubuh manusia dipakai untuk mengungkapkan ide-ide, perasaan, dan pengalaman sang
seniman kepada orang lain. Ciri khas gerak tari adalah gerak yang sudah diolah dari aspek
tenaga, ruang, dan waktu. Berikut ini berbagai bentuk tari yang ada di nusantara. Gerak dasar
tari tunggal adalah gerak seluruh anggota tubuh kita mulai dari kepala, leher, bahu, lengan
tangan, jari-jari tangan, badan (dari dada sampai pinggang), pinggul, dan kaki (dari pangkal
paha sampai telapak kaki).
 Pengertian Tari tunggal
Tari tunggal adalah tarian yang ditarikan oleh seorang penari baik laki-laki maupun
perempuan. Ada tiga kelompok tari tunggal yaitu tari tunggal putri, tari tunggal putra alus, tari
tunggal putra gagah. Tari tunggal ada yang mutlak dibawakan oleh seorang penari dan ada juga
yang dimainkan oleh lebih dari seorang penari pada tari massal.

 Contoh Tari tunggal


Berikut ini contoh tari tunggal:
Tari legong dari Bali
Tari Legong dari Bali
Sumber: brainly.co.id
Tari ini dibawakan oleh seorang penari wanita dari Bali. Tari legong menggunakan
busana Bali yang didominasi warna cerah kuning keemasan dengan hiasan kepala yang
menyerupai hiasan kepala batari (dewi) menurut kepercayaan masyarakatnya. Tari ini diiringi
oleh gamelan Bali yang khas dengan alunan musik yang rancak dan bersemangat. Legong
dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua. Idenya diawali dari
seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis
menari dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang pangeran pulih dari
sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam repertoar tarian dengan gamelan lengkap. Sesuai
dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat
menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari ini,
disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tari legong
terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi
denganmembawakan property kipas.

Tari jaipong tunggal kulu-kulu girimis munggaran


Tari JAIPONG dari Jawa Barat
Sumber: cintaiindonesia.web.id
Tari ini berasal dari daerah Parahiyangan. Tari ini dibawakan oleh seorang penari
wanita yang menggunakan kain kebaya. Hal ini dimaksudkan agar penonton dapat menyimak
gerakan-gerakan lengkung yang dihasilkan si penari tetap terkesan lembut dan feminin. Tari ini
diiringi oleh seperangkat alat musik gamelan Sunda yang berkesan dinamis.
Tari tunggal adalah jenis tari yang dimainkan mutlak oleh seorang penari. Hal ini berarti bahwa si penari
harus mempunyai kemampuan trampil dalam olah gerak, peka terhadap iringan, dan dapat
mengekspresikan tarian sesuai dengan karakter yang dibawakan , serta dapat mengolah isi ruang pentas,
memaikna property dengan baik dan terampil. Perispan belajar tari tunggal meliputi:
1. Penguasaan ragam gerak sesuai dengan koreografi, dan penguasaan irama sesuai dengan
karakter tarinya
2. Penguasanna ruang pentas
3. Penguasaan property, dan;
4. Penuh rasa percaya diri

 Unsur keindahan gerak tari tradisional


Tari sendiri, menurut buku Metode Pengembangan Seni karya Widia Pekerti yang
diterbitkan pada tahun 2014 lalu, dapat diartikan merupakan wujud ekspresi pikiran, kehendak,
dan pengalaman manusia yang cirinya menggunakan media gerak. Gerak adalah unsur utama
dalam tari yang dilengkapi dengan unsur pendukung, sehingga membentuk suatu struktur yang
disebut dengan tari.
 Unsur Utama dalam Tari
Tubuh sebagai media ekspresi tari
Bentuk pertunjukan tari tidak dapat dipisahkan dari peran penari, keran melalui
penarilah bentuk sajian tari itu ditampilkan, baik dlam bentuk fisik maupun bentuk ungkapnya.
Oelh karena itu , keberhasilan dan kepiawaian penari sangatlah menentukan keberhasilan sebuah
pertunjukan. Tubuh seorang penari adalah instrument untuk media ekspresi dalam pertunjukan
tari, yang berarti tubuh sebagai sarana ungkap yang digunakan untuk mewadahi nilai atau makna
yang diungkapkan dalam tari. Tubuh pada pengertian bentuk fisik, menutut tubuh seorang penari
harus sehat, cerdas secara kinentetik sebagai bekal yang mendasar dalam kemampuan
kepenarian. Tubuh seorang penari harus memiliki kekuatan, kelenturan, keseimbangan, dan
keluwesan agar mampu bergerak sesuai dengan tuntutan koreografinya. Sementara tubuh dalam
pengertian jiwa, menuntut pula kecerdasan emosiaonal, kecerdasan spiritual , dan kecerdasan
intelektual. Selain itu juga kepekaan dan pengalaman yang dalam terhadap berbagai nilai-nilai
kemanusiaan., seorang penari juga dituntut dengan bekal-bekal yang lainnya, seperti: bakat, latar
belakang budaya, kebiasaan, dan keterlatihan. Melalui tubuh penari, karya tari diungkapkan pada
penghayat (penikmat). Untuk itu, seorang penari harus mampu membawakan suatu tari dengan
baik, luwes, menjiwai secara tepat dan indah segala sikapnya, menguasai irama karawitan/ music
tarinya, serta mempunyai postur (bentuk, ukuran, dan garis tubuh ) yang pantas sebagai penari
(Wardhana dalam Sedyawati 1984: 28)
Beberapa unsur utama dalam tari adalah gerak, ruang, dan waktu. Ketiga unsur utama dalam tari
tersebut penting untuk dipenuhi. Berikut penjelasnnya:
1. Gerak
Salah satu unsur utama dalam tari adalah gerak. Unsur gerak tari terjadi karena adanya
suatu tenaga. Dalam unsur gerak sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu gerak nyata
(representasional) dan gerak maknawi. Gerak nyata merupakan gerak yang menirukan aktivitas
sehari-hari. Sedangkan gerak maknawi merupakan gerak yang memiliki makna, dan biasanya
gerak dasarnya dari gerak sehari-hari namun diperhalus atau dirombak agar terlihat tidak seperti
gerak nyata. Berdasarkan penyampaian wujud dan maksud , gerak dibedakan menjadi empat
kategori, yaitu:
a. Gerak maknawi, adalah gerak yang dilakukan secara imitative dan interpretative melalui
symbol-simbol maknawi disebut gesture . Gerak ini secara visual memiliki makna yang
bisa diketaui oleh orang yang melihatnya. Jenis-jenis gerak maknawi diantaranya adalah:
gerak maknawi incidental (gerak yang dilakukan secara incidental. Tidak dimaksudkan
untuk memberitahu kapada orang lain apa yang dimaksudkan, tetapi gerak-gerik itu
memiliki makna yang komunikatif), gerak maknawi ekspresif (yaitu gerak dibuat oleh
wajah atau muka yang merupakan bagian tubuh yang sangat kuat perannnya dinading
dengan bagian tubuh yang lain. Contohnya: gerakan mengerlingkan mata, mengerutkan
muka, mengangkat kening. Masing-masing gerak memilki makna yang berbeda), gerak
maknawi mimic ( adalah gerak menirukan sesuatu. Dengan menunjukan dari sebagian
apa yang ditiru atau meniru sesuatu yang barangnya tidak ada, tetapi orang lain sudah
mengerti maksudnya), gerak maknawi skematik ( yaitu ringkasan dari gerak-gerak
maknawi mimic, dengan cara mengambil satu atau bagian gerak yang dianggap penting
dan bisa memberi indikasi keseluruhan), gerak maknawi simbolis (bukan sekedar
menirukan gerak realistis, tapi gerak ini sudah mengalami abstraksi, contoh untuk
menunjukan kebodohan, orang akan menunjuk dengan telunjuk pada pelipis kanan, dan
sebagainya), gerak maknawi teknik (adalah gerak yang sangat khas ditemukan serta
dinpeserta didiki oleh orang-orang khusus untuk kepentingan khusus pula, misalnya:
orang menunjukan ibu jari sebagai tanda dimulainya rekaman), gerak maknawi kode
(yaitu gerak-gerak yang berupa kode-kode yang merupakan bahasa isyarat yang
dipergunakan oleh orang tertentu untuk berkomunikasi secara visual)
Sedangkan Sal murgiyanto membagi gerakan tubuh sesuai dengan fungsinya menjadi
tiga jenis yaitu bermain, bekerja, dan berkesenian. Gerak bermain adalah yang dilakukan
untuk kepentingan si pelaku, yang dipraktekan ketrampilan-ketrampilan gerak di dalam
kehidupan sehari-hari sering dipandnag tak berfaedah. Gerak bekerja, yaitu gerak yang
dilakukan oleh manusi untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, dimana naluri
emosional jauh-jauh ditinggalkan. Gerak berkesenian, adalah gerak yang dilakukan
untuk mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang dengan harapan
untuk mendapatkan tanggapan orang lain (1986: 124)
b. Gerak murni yang lebih mengutamakan keindahan dan tidak menyampaikan pesan
maknawi
c. Gerak yang merupakan penguat ekspresi yang dinamakan baton signal
d. Gerak berpindah tempat, seperti gerak parade atau arak-arakan (Desmon Morris 1997:
29)

Elemen-elemen Dasar Gerak


Pada tari, gerak digunakan untuk tujuan ekspresif dan estetis. Penari harus
mengubah gerak dengan cara yang demikian hingga tari memiliki kualitas magis. Untuk
mencapai tujuan ini, penari harus mempunyai pengetahuan yang mengontrol gerak, dan juga
aspek-aspek imajinatif dan emosional dari tari. Ruang , tenaga, dan waktu adalah elemen
dasar dari gerak. Kepekaan terhadap elemen-elemen tersebut, pemilihan yang khas, serta
pemikiran dan penyusunan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang
mendalam merupakan alasan utama mengapa tari dapat menjdi ekspresi seni.
1 . Desain Ruang
Unsur utama dalam tari adalah ruang. Unsur ini menjadi tempat untuk bergerak. Tempat
untuk bergerak dalam pengertian harfiah yaitu panggung atau pentas tempat untuk menari,
baik panggung tertutup maupun panggung terbuka. Namun di dalam tari dikenal pula tempat
untuk bergerak yang bersifat imajinatif. Desain ruang memasalhkan bagaimana
merencanakan penataan dan pemaduan unsur-unsur ke ruangan tersebut, agar dapat
menghasilkan bentuk keruangan yang estetis. Unsur desain ruang:
a. simetri dan asimetri, adalah wujud keruangan yang jika dilihat dari depan dan belakang
bagian disebelah kiri secara structural merupakan bentuk bayangan cermin dari bagian yang
kanan. Ksesimbangannya sangat mantap, sehingga mampu menghadirkan kesan kokoh,
kuat, dan tidak goyah. Asimetri adalah bangun keruangan atau pola gerak yang terdiri dari
bagian kiri dan kanan yang tidak setangkup. Sifatnya lebih merangsang indra dan perasaan
manusia. Pola gerak dan bangun asimetri dibutuhkan jika kita ingin menghadirkan rasa yang
aktif, dinamis, riang dan juga senang.
b. Desain grafis, dalam menari tubuh dapat diatur sedemikian rupa sehingga memberikan
kesan berbagai macam garis. Garis gerak dapat menimbulkan berbagai macam kesan.
Desai garis pada dasranya dapat dibedakan menjdi dua yaitu garis lurus yang memberikan
kesan istirahat, sedangkan garis yang tegak lurus (vertical) memberikan kesan ketenangan
dan keseimbanagn. Garis melingkar atau melengkung memberikan kesan manis,
sedangkan yang menyilang atau diagonal memberikan kesan dinamis
Contoh pola/ desain garis lurus

Atau
Horizontal vertikal

Contoh desain garis melingkar dang melengkung

Atau

Melingkar melengkung

Atau

Menyilang Diagonal

c. Desain Lantai, desain garis tersebut dibuat dengan garis tubuh dan tangan serta kaki
penari, dan sekaligus dapat diamati jejak dan garis imajiner yang dilalui oleh penari atau
garis di lantai yang ditinggalkan oleh formasi penari kelompok. Desain gerak tubuh
maupun garis pola lantai dapat dibuat dalam berbagai macam arah: kedepan, kebelakang,
ke samping, ke atas, diagonal, atau menyudut, dan sebagainya. Pola lantai dapat di buat
dalam bentuk segitiga , segi empat, huruf V, lingkaran, angka delapan, berkelok-kelok, atau
kombinasi antar garis lurus dan melengkung di samping dapat pula dibuat simetri dan
asimetri. Berikut contoh bentuk-bentuk garis tersebut:
Contoh desain Garis berdasarkan arah hadapnya:

Kedepan kebelakang kesamping (kn/kr) Diagonal

Contoh desain garis berdasarkan bentuk keruangannya

Segitiga segi empat huruf V

Lingkaran berkelok

Kombinasi garis lurus


dan lengkung Angka delapan

e. Desain Atas, adalah desain yang berada di udara di atas lantai, yaitu desain yang
dilihat oleh penonton terlintas pada back-drop. Pada desain atas terdapat 16
elemen dasar yang harus diperhatikan dan ini boleh dipadu dalam variasi cara
yang hamper tidak terbatas (bebas). Elemen dasar tersebut meliputi:
 Datar , penonton melihat badan penari dalam postur yang hamper tampa
prespektif. Sentuhan emosionalnya akan memberi kesan terbuka, kejujuran,
ketenangan, atau bahkan kedangkalan. Contoh garisnya: vertical, horizontal,
berlawnan, murni, statis, lengkung, bersudut, tinggi, medium, rendah, lukisan,
garis lanjutan, dan garis tertunda.
 Dalam , penonton melihat penari dalam postur penari dalam prespektif yang
dalam, yaitu anggota badan ditempatkan kea rah up-stage, dan down-stage.
Desain ini memberikan kesan kedalaman lebih dari emosi, dan lebih
berperasaan.
 Vertical , sebuah garis keatas dan kebawah. Memberikan kesan egosentris dan
cocok untuk mendukung suasana yang menarik diri (menyerah atau pasarah)
 Horizontal , garis melintang horizontal. Dapat digunakan untuk setiap elemant
kecuali vertical. Ini memberi rasa menjangkau keluar. Ia sadar ruang sekeliling
badan, dan cocok untuk suasana yang tercurah.
 Kontras, sebuah postur menggarap garis bersilang pada tekukan yang
berlawanan dan mengandung kontinuitas garis dalam posisi. Dapat memberi
sugesti kekuatan atau kebingungan.
 Murni, sebuah postur tanpa garis yang kontras. Memberikan efek
kesederhanaan dan tenang.
 Statis, pose statis, tetapi tidak bergerak. Memberikan kesan tekana kuat yang
tercipta dalam dinamika gerak yang dapat mengangkat diri pribadi ke
kaadaan nafsu.
 Lengkung, anggota badan dan badan dilengkungkan. Kesan yang dibrikan
adalah halus, lembut, dan indah dapat membawa penonton merasakannya
atau jika ada perubahan dinamis ia menjadi lebih egosentris.
 Bersudut, sebuah postur/anggota badan dan badan ditekuk menyudut.
Memberi sugesti kekuatan secara sadar.
 Spiral, sebuah postur atau gerak anggota badan melengkung sekeliling garis
badan tengah. Bisa memberikan sentuhan emosional pada desain tinggi,
medium dan rendah.
 Tinggi, ruang dari dada penari keatas. Terletak dari dada penari keatas adalah
wilayah intelektul-spiritual. Gerak yang dibuat pada wilayah ini memberikan
kesan inteketual-spiritual.
 Medium, ruang antara bahu penari dan pinggang. Adalah bagian yang penuh
emosi. Bisa diciptakan melalui aksen –aksen kecil yang anatomis
 Rendah, ruang yang terletak di pinggang penari kebawah. Adalah wilayah vital
(penuh daya hidup). Perhatian ke daerah ini harus digunakan untuk motivasi-
motivasi yang tumbuh dari kekuatan hidup yaitu tanah.
 Terlukis, sebuah garis yang dilukiskan di udara oleh satu bagian dari badan
(satu property) dan garis yang dihasilkan nempak lebih jelas daripada anggota
badan yang melukis.
 Garis lanjutan, garis yang terlukis du udara di luar jangkauan badan penari
 Garis tertunda, garis yang telukis di udara oleh rok panjang, rambut, atau
sebuah property atau perlengkapan yang tidak punya nafas sendiri tetapi
terkontrol oleh penari melalui kemauan yang sadar.
f. Desain tiga dimensi, memiliki panjang, lebar, dan tinggi aatau kedalaman yang
menghasilkan volume atau isi yaitu keruangan yang berhubungan dengan besar
kecilnya jangkauan gerak tari. Besar kecilnya janhkauan gerak tari ada
hubungannya dengaan perasaan. Dalam keadaan gembira orang cenderung
melakukan gerkan yang besar, luas dan ringan. Dalam keadaan tertekan atau takut
orang akan melakukan gerakan yang kecil dan tersendat. Grakan yang besar dan
kuat erat kaitannya dengan perasaan yang terbuka dan bebas. Sebaliknya gerakan
kecil yang terbatas jangkauan ruangnya membawa aspirasi kita kepada kekangan
rasa.

Ruang pentas
Ruang pentas dapat dibedakan menjadi 2:
o Pentas proscenium, penonton hanya dapat mengamati tontonan dari satu sisi (depan )
saja
o Pentas arena, lebih banyak digunakan untuk pemanggungan tontonan tari tradisional
kerakyatan, dengan jarak penonton yang lebih dekat, sehingga menghadirkan suasana
yang lebih akrab. Penataan geraknya cenderung ke satu arah (depan saja) tanpa
mempedulikan sudut pandang penonton yang lain.
2. Desain Tenaga
Tenaga didalam tari menggambarkan suatu usaha yang mengawali, mengendalikan
dan menghentikan gerak. Beberapa factor yang berhubungan dengan penggunaan tenaga
dalam melakukan gerak adalah intensitas, akses/ tekanna, dan kualitas. Hali ini berkaitan
dengan keuat lemahnya tanaga yang digunakan saat menari, adanya aksen/tekanan atau justru
halus, ada juga kontras dinamika geraknya dapat dilihat dari watak gerak yang khas.

3. Desain Waktu
Setelah kedua unsur di atas, selanjutnya unsur utama dalam tari adalah waktu. Pengertian
waktu dalam tari adalah waktu yang diperlukan oleh penari dalam melakukan gerak. Waktu dalam
tari sangat tergantung dari cepat lambatnya (tempo) penari ketika melakukan gerak, panjang
pendeknya ketukan (ritme) dalam melakukan gerak, dan lamanya (durasi) penari dalam
melakukan gerak. Meski unsur utama dalam tari adalah tiga hal di atas, namun jangan sampai
dilewatkan atau tidak terdapat dalam sebuah karya seni tari. Tari menggunkan tenaga untuk
mengisi ruang, tetapi ini dapat dilakuakn hanya kalau ada waktu. Elemen waktu meliputi factor
tempo dan ritme. Ritme adalah istilah yang menunjukan sebuah pola hubungan timbal balik yang
kadang berupa sebuah pengulangan sederhana tetapi ada kalanya juga merupakan sebuah
perkembangan yang rumit
 Tempo, adalah kecepatan sebuah tarian ditentukan oleh jangka waktu, dimana
dapat diselesaikan serentetan gerakan tertentu, jangka waktu sebuah tubuh
seorang penari dalam menyelesaikan sebuah rangkaian gerakan. Gerakan cepat
biasanya terkesn lebih aktif dna menggairahkan, sedangkan gerakan yang lambat
terkesaan menguasai rangsangan tersebut.
 Ritme, menghendaki adanya pengaturan pola gerak dimana ada serangkaian
pemukaan-permukaan, perkembangan, dan akhirnya mengarah ke struktur:
awal-klimaks- akhir.

Selain beberapa unsur utama dalam tari di atas, terdapat juga beberapa unsur
pendukung dalam tari, antara lain:

1. Desain lantai, Desain lantai merupakan garis-garis di lantai yang dilalui oleh seorang
penari atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Jenis garis
di lantai ada dua macam, yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lurus dapat
menghasilkan bentuk V, V terbalik, segitiga, T, T terbalik dan diagonal. Sementara itu,
garis lengkung dapat dibuat bentuk lingkaran, lengkung setengah lingkaran, spiral,
angka delapan dan lengkung ular.

2. Desain atas, Desain atas adalah desain yang dibuat oleh anggota badan dan berada
di atas lantai. Desain ini dilihat dari arah penonton. Desain atas ada bermacam-macam
bentuknya. Masing – masing desain menimbulkan kesan sendiri-sendiri bagi penonton
yang melihatnya.

3. Desain music, Desain musik adalah pola ritmis dalam sebuah tari. Pola ritmis dalam
tari timbul karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi. Gerakan tari yang sesuai
dengan harmoni dan gerakan tari yang sesuai dengan frasa musik.

4. Desain dramatis, Desain dramatis adalah tahapan-tahapan emosional untuk


mencapai klimaks dalam sebuah tari. Tahap-tahap emosional ini perlu ada dalam
sebuah tari agar tarian itu menjadi menarik dan tarian itu tidak terkesan monoton.

5. Dinamika, Dinamika adalah segala perubahan dalam tari karena adanya variasi-
variasi dalam tari tersebut. Dinamika dalam tari dapat menjadikan tarian itu menarik.

6. Tema, Tema adalah ide persoalan dalam tari. Sumber tema tari dapat dari benda-
benda yang ada di sekitar kita, peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi, kegiatan kerja,
perilaku binatang, cerita rakyat, cerita kepahlawanan, dan legenda.
7. Tata rias, tata rambut, dan tata busana tari, Rias wajah dan pakaian untuk tujuan
menari biasanya dibuat khusus untuk mendukung penampilan penari di atas pentas.
Ada 3 jenis tata rias wajah yaitu rias korektif, rias fantasi dan rias karakter.

8. Tata pentas, Tata pentas adalah penataan pentas untuk mendukung pergelaran tari.
Di atas pentas, biasanya dilengkapi dengan seperangkat benda-benda alat yang
berhubungan dengan tari.

9. Tata cahaya, Tata cahaya adalah seperangkat penataan cahaya di pentas. Penataan
cahaya dalam pergelaran tari dibuat untuk penerangan, memperkuat suasana tari, dan
hal itu untuk memperjelas peristiwa dari suatu adegan tarian.

10. Tata suara, Tata suara adalah seperangkat alat sumber bunyi yang bertujuan
sebagai pengaturan musik untuk iringan tari.

 Unsur keindahan rias dan busana tari tradisional


Tata rias dalam seni tari adalah kegiatan yang berfungsi untuk mengubah penampilan dan
menonjolkan ekspresi penari dengan menggunakan make-up ke bagian wajah dan tubuh. Hal ini dilakukan
pada saat sebelum pertunjukan. Contoh dari kegiatan tata rias dapat berupa pemberian eye shadow gelap
untuk pemberian karakter jahat atau antagonis dan permainan komposisi warna pada wajah penari untuk
menonjolkan ekspresi tertentu. Body painting juga merupakan salah satu contoh dari kegiatan tata rias.
Sentuhan terakhir pada tata rias kepala juga dapat dilakukan, seperti pembuatan konde dengan
menggunakan hair spray dan sasak, kegiatan kepang rambut, dan pemasangan jepit rambut.
Tata busana dalam seni tari adalah kegiatan merancang dan mengatur busana serta aksesoris
pendukung yang akan dikenakan oleh penari. Hal ini dilakukan pada saat sebelum pertunjukan. Contoh
dalam kegiatan tata busana adalah pembuatan korset dan rok dalam yang berfungsi sebagai busana dasar
sebelum menggunakan busana inti, pemilihan warna, motif, dan model pada busana inti / kostum
pertunjukan, dan yang terakhir adalah pencocokkan busana pendukung atau aksesoris seperti kipas,
selendang, gelang tangan dan kaki, kalung, topi, mahkota, keris, pedang, perisai, tongkat, anting, dan lain
sebagainya.
Tata rias dan tata busana pada tari tradisional memiliki fungsi penting. Ada dua fungsi
tata rias dan tata busana pada tari tradisio nal yaitu;
 Sebagai pembentuk karakter atau watak; dan
2. Sebagai pembentuk tokoh. Pembentukan karakter atau watak dan tokoh dapat dilihat pada
tata rias wajah yang digunakan dan juga busana yang dipakai.
Karakter pemarah, jahat, dan sejenisnya biasanya menggunakan tata rias warna merah
yang dominan. Demikian juga busana yang digunakan secara visual menunjukkan tokoh
tersebut jahat. Tokoh raksasa pada epos Ramayana misalnya, digambarkan dengan riasan
wajah yang merah menyala dengan bagian mulut penuh taring. Tata busana yang
digunakan dengan menggunakan rambut gimbal panjang dan menyeramkan.

Tata rias Buto


Sumber: riaswayangwong.gramho.com

Tokoh dan karakter dapat dijumpai juga pada tari tentang fauna seperti Tari Merak.
Tata rias dan busana pada tari Merak yang digunakan, memperlihatkan seekor burung
Merak yang indah. Tata busana yang digunakan merupa kan perwujudan dengan sayap dan
tutup kepala sebagai ciri khas yang menunjukkan perwujudan burung Merak
Tri Merak Sunda
Sumber: senibudayasia.com

Tata rias adalah teknik membuat garis pada wajah sesuai dengan ide dan konsep
garapan tari. Pengaturan tata rias termasuk juga pada penataan rambut. Tata rias didalam
tari sangat berbeda dengan rias correktif. Rias di dalam tari berfungsi sebagai perwujudan
watak/karakter si penari agar sesuai dengan peranan yang dibawakan dalam tarian
tersebut. Demikian juga tata busanaya, desain busana dan warna serta bentuknya harus
mampu menghidupkan perwatakan penari. Busana merupakan keseluruhan kebutuhan
sandang yang dikenakan pada tubuh penari diatas pentas yang sesuai dengan peranan yang
dibawakan.

Contoh rias dan busana pada tari Pendet


Tari Pendet

Sumber :moondoggiesmusik.com

Gambar tari pendet diatas menunjukan rias dan busana yang eksotis dan feminine. Tokoh
keperempuananya dibuat sangat menonjol. Rias dengan menggunakan warna yang mencolok
merupakan gambaran dari kesatuan secara menyeluruh pada tampilan penari yang sangat
energik, berani dan dinamis. Demikian juga busana yang dililitkan pada tubuh penari
menggambarkan keindahan lekuk tubug penari saat bergerak secara dinamis, sehingga efek dan
kesan yang ditampilkan adalah feminine yang energik. Apalagi didukung dengan pemilihan warna
yang kontras dapat menambah kesan yang ceria dan percaya diri

 Unsur keindahan level dan pola lantai pada tari tradisional tunggal
 Konsep gerak
Beberapa factor dasar dalam gerak yaitu bahan, tenaga, waktu, dan ruang. Keempat factor
tersebut menjadi pokok dalam rancang bangun bentuk gerak. Sesuai dengan fungsinya dlam
suatu aktifitas empat factor tersebut dapat memperkaya konsep dan bentuk, diantaranya:
 Gerak ada;ah penggunaan ruang oleh suatu bahan yang bertenaga dalam ukuran waktu.
Objek gerk demikian mempunyai kekuatan lebih pada ruang oleh perilaku bahan
dengan tenaga dalam waktu.
 Gerak adalah berpindahnya bahan yang bertenaga dalam suatu ruang dalam ukuran
waktu. Objek gerak demikian mempunyainkekuatan lebih pada bahan yang dinamis
oleh waktu dalam ruang.
 Geraka adalah cara menggunakan waktu oleh bahan yang bertenaga dalam ruang, objek
gerak demikian lebih dominan pada pengaturan waktu berpindshnya bahan oleh tenaga
dalam posisi ruang
 Gerak adalah perubahan tenaga pada bahan dalam waktu didalam ruang. objek gerak
demikian lebih dominan pada pengaturan tenaga pada bahan dalam waktu dan ruang

Meskipun bentuk gerak itu terdiri dari bahan, tenaga , dan ruang, dan wktu tetapi setelah
semuanya menyatu dalam bentuk akan mempunyai kekuatan ungkap. Gerak adalah
bentuk kesatuan unsur-unsur yang terakumulasi dalam kwalitas, sehingga sangat sulit
untuk memahami prosesnya karena itu perlu kepekaan dan kejelian eseorang dalam
pemahaman sistemik. Kekuatan bentuk gerak sebagai sasaran analisa bisa terjadi pada
factor unsur yang sangat kecil sehingga kepekaan penganalisa menentukan ketika
menangkap makna, rasa, karakter pada oibjek gerak yang dianalisa.

 Memperagakan gerak tari berdasarkan level dan pola lantai


Level pada gerak memiliki penting karena salah satu fungsinya adalah menjadikan tari
tampil tampak lebih dinamis. Pada peragaan tari tunggal kombinasi antara level tinggi, sedang, dan
rendah tidak dapat dilakukan pada satuan waktu sama. Pada tari berpasangan dan kelompok
dapat memainkan level lebih leluasa. Pada tari berpasangan misalnya, salah satu penari dapat
melakukan level rendah sedangkan satu penari lainnya pada level tinggi. Pada tari berkelompok
setiap penari dapat melakukan level berbeda dengan penari lainnya. Pola lantai juga memiliki
peran penting pada. Fungsi pola lantai sama dengan fungsi level yaitu menjadikan penampilan tari
tampak lebih dinamis. Penari dapat membuat pola lantai berva iasi antara garis lengkung dan garis
lurus. Pada penampilan tari tunggal penggunaan pola lantai tidak dapat divariasikan secara
bersamaan antara garis lurus dengan garis lengkung. Pola lantai garis lurus dan garis lengkung
dapat dilakukan bersamaan pada penampilan tari berpasangan dan tari kelompok.

 Pola lantai pada tari


Pola lantai pada tari yaitu pergerakan yang dilakukan dengan cara berpindah atau
bergeser secara terstruktur sehingga membentuk pola denah tertentu guna menjadikan tarian
lebih indah dan menarik. Bentuk pola lantai ada yang membentuk garis lurus dan ada yang
membentuk garis lengkung. Setiap tari memiliki pola lantai yang hampir mirip atau bahkan sama
yaitu menggunakan pola garis lurus atau lengkung.

1. Pola lantai garis lurus, Pola lantai garis lurus sering dijumpai pada pertunjukan tari tradisi di
Indonesia. Tari Saman dari Aceh menggunakan pola lantai garis lurus secara horisontal yang
menunjukkan hubungan antarmanusia. Pola lantai garis lurus juga dijumpai pada tarian Bedaya
di keraton Jawa. Pola lantai garis lurus juga dijumpai pada tari Baris Gede di Bali. Garis-garis
lurus dapat juga dimaknai memiliki sikap jujur.

2. Pola Lantai Garis Lengkung, Pola lantai tari selain garis lurus dapat juga berbentuk garis
lengkung. Tari Kecak merupakan salah satu contoh pola lantai garis lengkung yang membentuk
lingkaran. Pola lantai garis lengkung dapat juga dijumpai pada tari Randai dari Minangkabau.
Pada penari berjalan mengelilingi pentas membentuk lingkaran. Pola lantai garis lengkung
dapat juga dijumpai pada tari Badong dari Toraja, Sulawesi Selatan. Di daerah Flores dapat
dijumpai tari dengan mengunakan garis lengkung yaitu tari Gawi. Tari Rejang Dewa dari Bali juga
banyak menggunakan pola lantai garis lengkung. Tari perang dari daerah Papua juga banyak
menggunakan pola lantai lengkung. Tari tradisional kerakyatan yang fungsinya sebagai sarana
upacara ritual tertentu akan menggunakan pola lantai garis lengkung sebagai bentuk
menyatunya antara manusia dengan Tuhannya.
 Level pada tari

Level Gerak pada tari adalah tinggi rendahnya gerak tari yang dilakukan oleh penari diatas
pentas.Level Gerak ada 3 yaitu: Level tinggi, level sedang dan level rendah.

1. level tinggi contohnya di Indonesia ada tradisi yang dilakukan dengan level tinggi yaitu
melayang, di daerah Nias dengan tradisi lompat batu . Tradisi ini telah hidup sejak ratusan
tahun silam dan masih terpelihara hingga saat ini. Level tinggi pada gerak tari sering
dilakukan pada tradisi tari balet. Level tinggi juga dapat dijumpai pada tari tradisi di
Indonesia. Pada tarian perang dari suku Dayak salah seorang dari penari melompat dan
memberi kesan dinamis dan kekuatan yang luar biasa. Tarian dengan tema perang di setiap
suku memiliki kemiripan level tinggi. Level tinggi berfungsi juga untuk menunjukkan antara
dua peran yang berbeda.

2. Level sedang , gerak yang dilakukan sejajar dengan tubuh. Gerak pada level sedang hampir
dimiliki oleh semua tari tradisional di Indonesia. Level sedang ditunjukkan pada posisi penari
berdiri secara lurus di atas pentas. Gerak yang dilakukan memiliki kesan maskulinitas karena
gerak seperti ini sering dilakukan oleh penari pria.

3. Gerak level rendah dilakukan dengan menyentuh lantai. Ketinggian minimal dicapai penari
adalah pada saat rebah di lantai.
Jadi level gerak yang dilakukan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: tinggi, sedang, dan
rendah. Level pada gerak berfungsi untuk membuat desain bawah dan atas sehingga gerak tari
yang dilakukan tampak dinamis. Level gerak juga berhubungan dengan ruang, waktu, dan
tenaga. Level dapat membentuk ruang. Untuk membentuk ruang membutuhkan waktu. Untuk
membentuk ruang dan waktu tentu membutuhkan tenaga untuk dapat melakukan gerak sesuai
dengan intensitasnya.
Penggambaran level ini dapat di lihat dari pementasan yang jika ada seorang penari
yang berdiri sejajar dengan tubuhnya maka itu adalah level sedang dan jika posisi penari itu
berbaring di lantai maka itulah level rendah. Setiap gerak tari daerah memiliki kesamaan pada
levelnya , baik itu level tinggi, sedang atau rendah.
Berikut contoh level dan pola lantai pada tari piring.

Tari piring berasal dari Minangkabau

Sumber: arindakomaladewi.blogspot.com

Gambar diatas adalah tari Piring. Tampak pada gambar menunjukan level yang beragam,
mulai level rendah, sedang tinggi. Level rendah ditunjukan pada gambar penari yang duduk bersimpuh,
dan level ditunjukan oleh pose penari jengkeng, serta level tinggi ditunjukan pada gambar penari yang
beridiri tegak lurus diatas lantai. Pola lantai tersusun atas kesatuan garis lurus yang menghungkan antr
penari satu dengan lainnya. Pola lanti yang tampak membentuk formasi penari menyerupai huruf A.

Tari Kecak dari Bali


Sumber: doc.kemlu.go.id
Gambar tari Kecak diatas menunjukan formasi penari dengan membentuk pola lantai garis
lengkung. Penari ada yang menggunakan level rendah dengan duduk memutar mengelilingi penari utama
yang menari dalam posisi berdiri. Tarian kecak terdapat cerita yang menggambarkan kisah Ramayana.

Berikut contoh video tarian yang menggunakan pola lantai garis lengkung dan garis lurus
3. Tari kecak dari Bali https://www.youtube.com/watch?v=-dORkpaQNss
4. Tari Tarik Pukat dari Aceh https://www.youtube.com/watch?v=Ovrn3yBpSt4

 Unsur keindahan Tema dan iringan pada tari tradisional

 Unsur tema dalam tari


Jenis tari di Indonesia dibedakan atas dasar berbagai macam sisi pandangan, yaitu:
 tari berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi tari upacara, tari pergaulan, tari
hiburan, dan tari pertunjukan;
 tari berdasarkan isi dan temanya, dapat dibagi menjadi tari erotis, heroik, dan
pantomim;
 tari berdasarkan jumlah pelakunya, dibagi menjadi tari tunggal, tari pasangan,
tari masal, dan tari kelompok;
 tari berdasarkan pola garapan, dibagi menjadi tari rakyat, tari klasik, dan tari
kreasi baru. Sedangkan menurut Purwatiningsih dan Harini 2002: 49-59, jenis tari
dapat dikelompokkan menurut beberapa kategori, yaitu: 1 tari berdasarkan
fungsinya, dibedakan menjadi tari upacara, tari pergaulan, dan tari pertunjukan;
2 tari berdasarkan bentuk penyajiannya, dilihat dari komposisi penari dapat
dibedakan menjadi tari tunggal, tari duet, tari trio, tari quartet, tari quinted, dan
tari masal; 3 tari berdasarkan pola garapan, dibagi menjadi tari tradisional dan
tari kreasi; 4 tari berdasarkan tema/isi, dapat dibagi menjadi tari erotis, mimitis
dan totemistis, heroik, dan dramatik.

Penampilan tari berdasarkan tema dapat dibedakan menjadi tari tematik dan
tari nontematik. Tari tematik adalah sebuah tarian yang 37 mengutamakan dan
menonjolkan isi, berorientasi pada cerita yang disajikan dapat dipahami oleh
penonton. Tari non tematik adalah tari yang lebih mengutamakan kesempurnaan
tampilan dari pertunjukan. Menurut Purwatiningsih dan Harini 2002: 59-61,
berdasarkan tema dan isi, tari dapat dibagi menjadi empat, yaitu tari erotis, mimitis
dan totematis, heroik, dan dramatik.

Secara rinci, penjelasannya adalah sebagai berikut.


1 Tari erotis, adalah tari yang mengandung unsur tingkah laku yang menggambarkan
hubungan antara pria dan wanita, jantan dan betina hubungan asmara. Tari ini
memang sengaja menampilkan daya tarik seksual misalnya pelukisan berdandan,
goyang pinggul, kerlingan mata, dan sebagainya. Contoh tari erotis yaitu tari
Gatutkoco Gandrung Jawa.
2 Mimitis dan totemistis, ditinjau dari tema geraknya, tari terdiri dari dua jenis, yaitu
mimitis meniru gerak orang dan totemitis meniru gerak binatang. Pada dasarnya,
desakan daya ekspresi penari dapat terwujud karena adanya keinginan untuk
meniru gerak alam sekitar seperti gerak alam sehari-hari, gerak binatang dan
sebagainya. Gerakan-gerakan ini diungkapkan secara jelas dan sadar untuk
mencapai ekspresi yang menyerupai keadaan yang ditirunya. Pada masyarakat
primitif, gerak yang ditiru bukan hanya gerak manusia dan hewan saja, bahkan
gerak sekitar seperti hujan, angin, daun, laut ataupun gerak kekuatan di luar diri
manusia, seperti gerak-gerak imajinatif yang menggambarkan makhluk halus, setan
dan sebagainya. Contoh tari mimitis yaitu tari Merak.
3 Tari heroik, tari heroik kepahlawanan ini mempunyai sifat gagah, angkuh,
berwibawa, berani, jantan, dan keperwiraan yang rupanya selalu dikagumi 38 orang
karena mempunyai daya tarik yang kuat. Contoh tari heorik yaitu tari Anoman
Obong. 4 Tari dramatik, lebih banyak diungkapkan dalam bentuk sendratari atau
wayang yang sifatnya lebih mengarah pada pengungkapan sebuah cerita yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, cerita fiksiimajinatif, ataupun berbau kenangan
historis

Berikut adalah contoh tarian bertema


Tari tayub yang bertemakan pergaulan
Tari Tayub (tari bertemakan pergaulan)
Sumber: senibudayaku.com
5. Tari Merak adalah tari yang bertemakan binatang

Tari Merak (tari yang bertemakan binatang)


Sumber: pesona-indonesia.info

6. Tarian perang dari Kalimantan


Tari perang dari Kalimantan
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id

MATERI PENGAYAAN

 Unsur iringan dalam tari

Keterkaitan antara iringan musik dan pementasan tari, sedikitnya terdapat 5 fungsi iringan
musik pada pementasan tari yang penjelasannya bisa dilihat dibawah ini:
1. Musik berfungsi sebagai alat pengiring/penunjang tari sehingga tidak banyak menentukan isi
tarinya.
2. Selain itu, musik juga berfungsi dalam memberikan suasana tari yang peran ini sesuai dengan
gerakan tarinya, seperti agung, sedih, gembira, tenang, bingung, gaduh dan sebagainya.
3. Musik sebagai ilustrasi atau pengantar tari berarti peranan musik tidak selalu mengikuti
gerak tarinya dan memberikan gambaran serta makna yang terkandung, untuk menekankan
pada bagian tertentu dan membantu membuat suasana tertentu sebagaimana yang
dikehendaki oleh garapan tarinya.
4. Membantu menyesuaikan waktu dengan gerakan tari yang memakai irama, sehingga apabila
menggunakan musik maka, tempo yang akan dihasilkan sesuai dengan apa yang dilakukan
penari begitupula mengingatkan perubahan gerakan penari.
5. Menambahkan kemeriahan tari karena musik dapat membangkitkan suasana penonton,
sebab apabila hanya bergerak saja makan akan membuat tari jadi sunyi, dan bisa membuat
penari bersemangat.

Music bagi manusia mempunyai peranan yang bersifat sosiologis, yaitu;


1. Psikologis, karya music dapat mempengaruhi jiwa manusi, mampu membangkitkan semngat
atau melemahkan semangat, misalnya pada lagu-lagu perjuangan dan kebangsaan.
2. Pedagogis, mendidik. Karrya music dapat dipakai sebagai perantara di dalam pendidikan
3. Sosiologis, dipakai sebagai kawan yang dapat membantu atau sebgaai perantara kehidupan
sehari-hari
4. Kultural/kebudayaan, merupakan salah satu hasil kebudayaan manusia yang mempunyai
nilai tinggi
5. Histori, sejarah, didalam tingkatan nilai perkembangan peradaban manusia berfungsi sebgai
penentu tingkatan peradaban manusi pada umumnya

Fungai musik:
1. Music untuk iringan tari, terdapat perpaduan ynag kuat antara kata, music dan tari dalam
irama menimbulkan kekuatan-kekuatan gaib. Penari akan merasa terhipnotis dengan alunan
nada dan syairnya, sehingga gerak yang muncul seakan mengisi makna musiknya. Music
dianggap memilki kekuatan gaib yang harus dimainkan secara khidmat dan cermat yang
tampak dari segi irama dengan aksen-aksen music dimainkan pada alat-alat yang kuat
bunyinya.
2. Music untuk iringan bekerja, bertujuan memberikan dorongan semangat bekerja dan
keserentakan dalam melakukan pekerjaan

 Unsur keindahan tari dari penggunaan properti


Properti tari harus disesuaikan dengan tema tarian, agar lebih menarik. Namun yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana cara menggunakan prooperti tersebut sesuai dengan karakter,
tema, dan tarian yang dibuat. Penggunaan suatu media atau properti ini berkaitan dengan
kreativitas. Properti tari juga menjadi salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan
pelatih dalam memperkenalkan suatu alat peraga yang digunakan dalam menari.
Fungsi properti tari dapat dijelaskan sebagai berikut: Penggambaran tema tarian Dengan
properti tari, maka sebuah tarian dapat digambarkan dengan jelas. Terlebih tari tradisional di
Indoensia yang cukup banyak. Sehingga bisa membedakan tarian satu dengan yang lainnya.,
Fungsi properti tari adalah:
1. Mendeskripsikan Tema Tarian, sekian banyak tari tradisional di Indonesia, tidak
semuanya menggunakan Namun jika dibarengi dengan media tambahan, maka
penggambaran akan semakin jelas.Terkadang juga, sebuah tarian hanya cukup
mengilustrasikannya lewat gerakan, tanpa dilengkapi properti dalam menyampaikan
makna dan pesan didalamnya. Sebagai contoh adalah Tari Piring asal Sumatera Barat.
Kita mengenal tari piring begitu eksis dengan aksesoris sebuah piring. Namun tetap saja,
dengan adanya properti yang digunakan, makna dalam sebuah tarian akan terkesan
lebih jelas dan mudah dinilai oleh para penonton.Sebagai contoh adalah Tari Kipas asal
Gowa, Sulsel, yang mengekspresikan kelembutan seorang wanita.
2. Memperjelas Gerakan dan Karakter Penari, adalah untuk memperjelas gerakan serta
karakter yang dibawakan penari, baik wanita maupun pria. Di beberapa jenis tari daerah,
terdapat pembagian peran yang didasari cerita, dongeng maupun legenda yang
diaplikasikan dalam seni tari, dan tiap-tiap karakter akan membawakan wataknya
sendiri sesuai dengan alur tarian. Sebagai contoh adalah Tari Garo-Garo dari Sumatera
Utara tepatnya di daerah Pakpak. Dimana Garo adalah nama burung yang terkenal di
Pakpak, kembangan sayap lebar dan seakan tidak bergerak menandakan keperkasaan
dan bijaksana. Sehingga para penari terinspirasi dari pola burung tersebut ketika
terbang, serta mengimplementasikannya dalam bentuk gerakan yang tegas, anggun dan
dinamis.
3. Memperindah Gerakan, Secara tidak langsung, dengan adanya tambahan properti
dalam suatu pementasan, akan memperindah penampilan secara keseluruhan dari tari
yang sedang dimainkan. Memang ada juga beberapa tari tradisional di nusantara, yang
penampilannya tidak dilengkapi dengan properti pendukung. Hal ini bukan seperti
sebab, karena memang menyesuaikan dengan filosofi dari tarian itu sendiri, seperti yang
sempat saya singgung di atas, tergantung makna yang terkandung di dalamnya. Selain
untuk memperindah, fungsi properti dalam tari juga sebagai penunjang dan menambah
nilai-nilai keindahan tari. Juga untuk mempermudah sampainya makna dan pesan yang
ingin dicurahkan oleh penari melalui gerakan-gerakan yang ada.
SUMBER: Artikel dengan judul "Properti Tari: Pengertian, Jenis, dan Fungsinya", Klik
untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/21/170012069/properti-tari-
pengertian-jenis-dan-fungsinya?page=all.
Penulis : Serafica Gischa
Editor : Serafica Gischa
Contoh tari tunggal yang sajiannya menggunakan property

Tari kuda kepang (berasal dari Jawa Tengah)


Sumber: dokumentasi Usrek, 2019
Tari kuda kepang adalah tarian khas Jawa Tengah. Banyak daerah di Jawa
Tengah yang memiliki tarian serupa tetapi dengan sebutan yang berbeda-beda. Didaerah
Semarang dan sekitarnya sering menyebut tari kuda kepang dengan sebutan eblek,
daerah banymas menyebutnya dengan istilah ebeg, di daerah Grobogan dan sekitarnya
menyebutkan jaran kepang. Didaerah Yogyakarta disebut inkling. Property yang
digunakan adalah kuda yang terbuat dari anyaman bamboo, kemudian dilukis
menyerupai binatang kuda. Property ini dimainkan sepanjang pertunjukan.

Tri Caping berasal dari Jawa Tengah


Sumber: dokumentasi Usrek, 2019
Tari caping ini adalah tari kreasi, dengan pijakan gerakan masing pada
ketradisionalan. Pada tari caping ini, penari memainkan caping pada saat
mengekspresikan gerakan tertentu yang menunjukan kegunaan daric aping itu sendiri.
Tarian ini diambil dari budaya dan keraifan local masyarakat petani di pedesaan yang
sellau mengenakan caping saat mereka pergi ke sawah. Gerakan yang ditunjukan
menggambarkan aktifitas petani saat berladang dengan memainkan capingkan dari
berbagai ekspresi.
Tari Srimpi dari Surakarta
Sumber: dokumentasi Usrek, 1999
Srimpi Ludiro madu adalah nama tarian diatas. Tari srimpi ludiromadu adalah
salah satu tarian tradisional klasik gaya Surakarta yang dalam pertunjukannya semua
penari membawa property dadap serta cundrik. Dadap dan cundrik dimainkan saat
ditengah-tengah pertunjuukan sampai akhir pertunjukan. Dalam memainkan dadap dan
cundrik, penari harus menguasai teknik tertentu, agara dalam pengambilan cundrik dan
dadap sesuai dan pas dengan iringannya, serta tidak terkesan tergesa-gesa, sehingga
ekspresi saat menari tidak akan mempanguri tampilan tari. Beberapa kali penari harus
memainkan cundrik dan dadapnya sambil bergerak dan berpindah tempat. Dalam
memainkan dua property tersebut masing-masing penari harus memiliki rasa yang sama,
koordinasi gerak antar penari harus tepat, tuidak ada yang tertinggal dan mendahului.
MATERI UTAMA

TEORI Estetika
A. Definisi Estetika
Definisi meiliki pern penting dalam sebuah kajian, karena definisi digunakan untuk melandasi
pemahaman. Sebuah definisi mesti akurat, kesalahan pendefinisia berakibat pada kesalahan
asumsi, dan kesalahan asumsi berakibat pada kesalahan sikap. Definisi berfungsi sebagai
pembatas sauatu ha, oleh karena itu harus mampu membatasi hal yang didefinisikan.
Estetika berasal dari bahasa yunani aithetikos yang berarti memahami memalui pengamatan
inderawi, kata dalam bahasa inggris aesthetics itu memiliki akar aisthetics yang berarti perasaan
maupun persepsi. Adapun secara maknawi, buku ini menawarkan definisi estetika sebagai, “kajian
tentang prosesyang terjadi antara subjek, objek, dan nilai terkait dengan pengalaman, properti, dan
parameterkemenarikan maupun ketidakmenarikan.
Sepeti tampak beberapa konsep terkandung dalam definisi itu. Konsep tersebut melipti: kajian,
proses, subjek, objek, nilai, pengalaman, parameter,properti, kemenarikan dan tidakmenarikan.
Masing-masing konsep juga sangat mungkin terkait dengan konsep yang lain lagi. Adapun
pengertian singkat masing-masing konsep yang terkandung dalam defnisi estetika tadi adalah
sebagai berikut (pengertian yang lebihmendalamakan di bahas pada bab-bab selanjutnya).
“Kajian” berarti suatu yang telah ilmiah dilakukan secara sistematis dan konsisten. Penggunaan
kata kajian tanpa menambahkan nama bidang tertentu mengindikasikan bahwa estetikan tidak
hanya terkait pada satu bidang keilmuan saja. Hanya menjadi kajian filsafat; namun estetika
dipandang sebagai kajian multidisiplin yang dapat bersentuhan, atau bahkan menjadi bagian, dari:
psikologi, seni, simiiotika, sosiologi, antropologi, politik, ekonomi, komunikasi, agama, matematika,
sejarah, komputasi, dan lainnya.
“Proses”, yang secara khusus disebut “proses estetis”, adalah keterkaitan timbal balik antara
pengalaman estetis yang berupa kesukaan ataupun ktidaksukaan sang subjek dengan nilai estetis
atau parameter kemenarikan atau ketidakmenarikan , juga dengan properti atau komposisi bentuk
yang terkandung dalam objek estetis. Proses estetis ini juga disebut “estetis”.
“ Subjek”, atau lebih tepat adalah “subjek estetis”, merupakan seseorang yang menikmati atau
membuat objek estetis. Subjek estetis yang menikmati subjek yang estetis disebut “spektator”;
sedangkan subjek estetis yang mmbuat estetis disebut “kreator”; dan kreator yang secara intensif
mengerjakan objek estetis dalam bentuk karya seni disebut “seniman”. Secara teknis, subjek yang
di maksudkan buku ini adalah manusia; kendati kini komputer juga telah direkayasa untuk
“merasakan” keindahan. Di sisi lain, emosi keindahan atau kejelekanpada binatang rupanya belum
di teliti secara intensif. Akan tetapi, Mark Tnsey secara berseoroh telah mengngka hal itu lewat
lukisan yang berjudul Th innocent Eyetest. Karya buatan yahun 1981 iyu menggambarkan subjek
estetis berupa sapi; dan objek estetis berupa lukisan sapi; sedangkan nilai estetisnya “hanya sapi
yang tahu”.
Dalam menghadai objek estetis, sujek akan berada dalam pengalaman tertentu. “Pengalaman”
dalah hal angterjadi pada subjek baik terkait dengan emosi, kognisi, maupun konasi. Pengalaman
yang dialami oleh spekttor disebut “pengalaman estetis”, sedankan pengalaman yangdialami olh
kreator disebut “pengalaman artistik”.
Selanjutnya, “objek estetis” adalah hal apapun yang memiliki properti atau ciri-ciri bentuk yang
menyebabkan ketertaikan atu tidaktertarikan.objek memilikibentuk dalam arti luar, baik bentuk
yang terindera oleh oleh penglihatan maupun pendengaran. Objek estetis dapat besifat natural
maupun kultural. Objek esteti natural adalah objek yang yang belum mendapat campur tangan
pengolahan akal manusia. Sebaiknya, objek kultural adalah objek yang telah bersentuhan dengan
akal manusia walaupun daam porsi yang paling kecil. Obek estetis yang bersifat kultural dapat
berupakarya seni maupun nonseni. Segala jenis objek estetis, baik natural maupun kultural , baik
seni maupun nonseni, dapat berbentuk benda, kegiatan, maupun konsep.
Adapun “properti” adalah ciri-ciri atau atribut yang dimiliki objek estetis. Properti ini dapat terindra
oleh manusia, atau paling tidak disampaikan lewat aspek terindra. Properti kemenarikan dalam
objek estetis merpakan komposisi dari unsur-unsur yang lebih kecil, misalnya, komposisi lukisan
lukisan terdiri terdiri dari warna , garis, bentuk, dan tekstur; komposisi musik terdiri dari unsur pitch,
timbre, dan ritme. Komposisi sastra tersusun atas unsur kata, kalimat, dan paragraf; komposisi
pemandangan alam tersusun dari unsu ruang, warna, bentuk, suhu, dan lainnya.
Selanjutnya “nilai” atau “nilai estetis” merupakan landasan yang digunakan untuk menentukan
kemenarikan atau ketidakmenarikan sebuah objek estetis. Perangkat untuk menentukan tinggi
rendahnya nilai adalah “parameter”. Dengan kata lain parameter merupakan tolok ukur yang
digunakan untuk menyatakan menarik atau tidak menari atas suatu objek. Jika suatu objek estetis
sesuai dengan parameter kemenarikan yang digunakan subjek maka objek itu oleh sang subjek
akan dikatakan menarik; sebaiknya, jika suatu objek estetis tidak sesuai dengan parameter
kemenarikan yang digunakan subjk maka objek tersebut akan dipandang tidak menarik.
Dengan demikian, menarik merupakan kesesuaian antara properti yang dimiliki objek estetis
dengan nilai estetis yang dipakai subjek estetis. Sebaliknya, tidak menarik merupakan
ketidaksesuaian antara proerti yang dimiliki objek estetitis dengan nilai estetis yang dipakai subjek
estetis.
Definisi estetika dalam buku ini lebih memilih istilah kemenarikan (attractiveness) dan
ketidakmenarikan (unattractiveness) ketimbang keindahan (beauty) dan kejelekan (ugliness).
Keindahan hanyalah bagian dari ketidak menarikan . keindahan hanyalah persoalan estetika yang
terkait,denag order (keteraturan), sedangkan kemenarikan meliputi order dan juga chaos
(ketidakteraturan). Karya seni, sebagi salah satu objek estetis, tidak selalu terkait dengan
keindahan, tetapi selalu terkait dengan kemenarikan, hal ini akan dibahas lanju dalam Bab Estetis.
Meskipun tidak sepenuhnya sama, penghapusan istilah keindahan dalam definisi estetika sejalan
dengan pendapat Theodor Adorno. Dalam Aesthetics Theory ia menyatakan bahwa pencantuman
definisi estetika sebagai kindahan akan membatasi, kaena karakter formal konsep keindahan
cenderung menghilangkan keberlimpahan isi pembahasan estetika.

 Unsur keindahan gerak tari tradisional


Tari sendiri, menurut buku Metode Pengembangan Seni karya Widia Pekerti yang
diterbitkan pada tahun 2014 lalu, dapat diartikan merupakan wujud ekspresi pikiran, kehendak,
perasaan, dan pengalaman manusia yang cirinya menggunakan media gerak. Gerak adalah unsur
utama dalam tari yang dilengkapi dengan unsur pendukung, sehingga membentuk suatu struktur
yang disebut dengan tari.
 Unsur Utama dalam Tari
Beberapa unsur utama dalam tari adalah gerak, ruang, dan waktu. Ketiga unsur utama dalam tari
tersebut penting untuk dipenuhi. Berikut penjelasnnya:
1. Gerak
Salah satu unsur utama dalam tari adalah gerak. Unsur gerak tari terjadi karena adanya suatu
tenaga. Dalam unsur gerak sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu gerak nyata (representasional)
dan gerak maknawi. Gerak nyata merupakan gerak yang menirukan aktivitas sehari-hari.
Sedangkan gerak maknawi merupakan gerak yang memiliki makna, dan biasanya gerak dasarnya
dari gerak sehari-hari namun diperhalus atau dirombak agar terlihat tidak seperti gerak nyata.
2. Ruang
Lalu, yang menjadi unsur utama dalam tari adalah ruang. Unsur ini menjadi tempat untuk bergerak.
Tempat untuk bergerak dalam pengertian harfiah yaitu panggung atau pentas tempat untuk
menari, baik panggung tertutup maupun panggung terbuka. Namun di dalam tari dikenal pula
tempat untuk bergerak yang bersifat imajinatif.
3. Waktu
Setelah kedua unsur di atas, selanjutnya unsur utama dalam tari adalah waktu. Pengertian waktu
dalam tari adalah waktu yang diperlukan oleh penari dalam melakukan gerak. Waktu dalam tari
sangat tergantung dari cepat lambatnya (tempo) penari ketika melakukan gerak, panjang
pendeknya ketukan (ritme) dalam melakukan gerak, dan lamanya (durasi) penari dalam
melakukan gerak.
Meski unsur utama dalam tari adalah tiga hal di atas, namun jangan sampai dilewatkan atau tidak
terdapat dalam sebuah karya seni tari.
Selain beberapa unsur utama dalam tari di atas, terdapat juga beberapa unsur pendukung
dalam tari, antara lain:

1. Desain lantai, Desain lantai merupakan garis-garis di lantai yang dilalui oleh seorang penari
atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Jenis garis di lantai ada dua
macam, yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lurus dapat menghasilkan bentuk V, V
terbalik, segitiga, T, T terbalik dan diagonal. Sementara itu, garis lengkung dapat dibuat bentuk
lingkaran, lengkung setengah lingkaran, spiral, angka delapan dan lengkung ular.

2. Desain atas, Desain atas adalah desain yang dibuat oleh anggota badan dan berada di atas
lantai. Desain ini dilihat dari arah penonton. Desain atas ada bermacam-macam bentuknya.
Masing – masing desain menimbulkan kesan sendiri-sendiri bagi penonton yang melihatnya.

3. Desain music, Desain musik adalah pola ritmis dalam sebuah tari. Pola ritmis dalam tari
timbul karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi. Gerakan tari yang sesuai dengan harmoni
dan gerakan tari yang sesuai dengan frasa musik.
4. Desain dramatis, Desain dramatis adalah tahapan-tahapan emosional untuk mencapai
klimaks dalam sebuah tari. Tahap-tahap emosional ini perlu ada dalam sebuah tari agar tarian
itu menjadi menarik dan tarian itu tidak terkesan monoton.

5. Dinamika, Dinamika adalah segala perubahan dalam tari karena adanya variasi-variasi dalam
tari tersebut. Dinamika dalam tari dapat menjadikan tarian itu menarik.

6. Tema, Tema adalah ide persoalan dalam tari. Sumber tema tari dapat dari benda-benda yang
ada di sekitar kita, peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi, kegiatan kerja, perilaku binatang,
cerita rakyat, cerita kepahlawanan, dan legenda.

7. Tata rias, tata rambut, dan tata busana tari, Rias wajah dan pakaian untuk tujuan menari
biasanya dibuat khusus untuk mendukung penampilan penari di atas pentas. Ada 3 jenis tata rias
wajah yaitu rias korektif, rias fantasi dan rias karakter.

8. Tata pentas, Tata pentas adalah penataan pentas untuk mendukung pergelaran tari. Di atas
pentas, biasanya dilengkapi dengan seperangkat benda-benda alat yang berhubungan dengan
tari.

9. Tata cahaya

Tata cahaya adalah seperangkat penataan cahaya di pentas. Penataan cahaya dalam pergelaran
tari dibuat untuk penerangan, memperkuat suasana tari, dan hal itu untuk memperjelas
peristiwa dari suatu adegan tarian.

10. Tata suara, Tata suara adalah seperangkat alat sumber bunyi yang bertujuan sebagai
pengaturan musik untuk iringan tari.

 Unsur keindahan rias dan busana tari tradisional


Tata rias dalam seni tari adalah kegiatan yang berfungsi untuk mengubah penampilan dan
menonjolkan ekspresi penari dengan menggunakan make-up ke bagian wajah dan tubuh. Hal ini dilakukan
pada saat sebelum pertunjukan. Contoh dari kegiatan tata rias dapat berupa pemberian eye shadow gelap
untuk pemberian karakter jahat atau antagonis dan permainan komposisi warna pada wajah penari untuk
menonjolkan ekspresi tertentu. Body painting juga merupakan salah satu contoh dari kegiatan tata rias.
Sentuhan terakhir pada tata rias kepala juga dapat dilakukan, seperti pembuatan konde dengan
menggunakan hair spray dan sasak, kegiatan kepang rambut, dan pemasangan jepit rambut.
Tata busana dalam seni tari adalah kegiatan merancang dan mengatur busana serta aksesoris
pendukung yang akan dikenakan oleh penari. Hal ini dilakukan pada saat sebelum pertunjukan. Contoh
dalam kegiatan tata busana adalah pembuatan korset dan rok dalam yang berfungsi sebagai busana dasar
sebelum menggunakan busana inti, pemilihan warna, motif, dan model pada busana inti / kostum
pertunjukan, dan yang terakhir adalah pencocokkan busana pendukung atau aksesoris seperti kipas,
selendang, gelang tangan dan kaki, kalung, topi, mahkota, keris, pedang, perisai, tongkat, anting, dan lain
sebagainya.Tata rias dan tata busana pada tari tradisional memiliki fungsi penting. Ada dua fungsi
tata rias dan tata busana pada tari tradisional yaitu;
1. sebagai pembentuk karakter atau watak; dan
2. sebagai pembentuk tokoh. Pembentukan karakter atau watak dan tokoh dapat dilihat
pada tata rias wajah yang diguna- kan dan juga busana yang dipakai. Karakter pemarah,
jahat, dan sejenisnya biasanya menggunakan tata rias warna merah yang dominan.

Demikian juga busana yang digunakan secara visual menunjukkan tokoh tersebut
jahat. Tokoh raksasa pada epos Rama- yana misalnya, digambarkan dengan riasan wajah yang
merah menyala dengan bagian mulut penuh taring. Tata busana yang digunakan dengan
menggunakan rambut gimbal panjang dan menyeramkan. Karakter tokoh baik pada epos
Ramaya na biasanya menggunakan riasan can- tik se perti riasan pada Pregiwa sebagai istri
Gatot Kaca. Tata rias dan tata busana tampak cantik dan bersahaja. Tata rias dan busana juga
dapat menun juk kan tokoh lucu. Pada epos Ramaya na ditunjuk kan pada tata rias dan busana
Punakawan yaitu Semar, Petruk, Bagong dan Gareng. Tata rias dan busana pada tari tradisional
tidak hanya bersumber pada epos Ramaya- na tetapi juga tarian lepas yaitu tarian yang tidak
berhubungan dengan cerita Ramayana. Tokoh dan karakter dapat dijumpai juga pada tari
tentang fauna seperti Tari Merak. Tata rias dan busana pada tari Merak yang digunakan,
memperlihatkan seekor burung Merak yang indah. Tata busana yang digu- nakan merupa kan
perwujudan dengan sayap dan tutup kepala sebagai ciri khas yang men- unjukkan perwujudan
burung Merak
Contoh rias pada tari Pendet

Contoh melihat, mengamati, mengidentifikasi, dan menganalisis keindahan tari.


Berikut link youtube video tutorial tari Bali. Silahkan peserta didik lihat dan praktekan,
Selamat Belajar!
a. Video 1: https://www.youtube.com/watch?v=IuzCdRv-LwM
b. Video 2: https://www.youtube.com/watch?v=tsRkGrJjS9Q
Tari pendet ini adalah tarian daerah yang berasal dari Bali, tarian ini ditarikan oleh satu
orang penari, meskipun dapat juga dilakukan oelh banyak orang. Tari Pendet diciptakan pada
tahun 1950 oleh I Wayan Rindi . tari pendet pada awalnya dipertunjukan pada acara pemujaan
di Bali, sebagai tari penyambutan para dewan yang turun ke bumi, tapi dalam
perkembangannya tari Pendet digunakan sebagai penyambutan tamu yang dating ke Bali.
Makna tari Pendet adalah sebagai ungkapan rasa syukur karena kedatangan para dewa ke bumi
dengan membawa banyak kemakmuran bagi penduduk bumi. Rasa hormat kepada para dewa
membuat penduduk Bali menyambutkan dengan penuh suka cita. Property yang dibawa penari
berupa bokor yang diisi hasil olahan pangan, buah, makanan, bebungaan. Makna ini berkaitan
dengan hal yang mistis.
Fungsi tari pendet menjadi tarian khas yang selalu ditampilkan saat mereka melakukan
penyambutan dewa yang turun ke bumi. Tarian termasuk tarian yang sakral. Fungsi tari pendet,
yaitu:
1. Sebagai tarian Wali yang artinya adalah tarian pemujaan yang dilakukan di pura
2. Sebagai tarian balih-balihan, yang berarti bahwa tarian ini adalah tarian untuk
menyambut tamu.
Pola lantai yang seing digunakan pada tari pendet adalah pola garis lurus, pola kanan kiri
dan pola garis V, digunakan secara bergantian. Tetapi kebanyakan menggunakan pola garis
lurus. Kostum dan property penari pendet sangat mendukung gerak tari. Tapih motif bali, stagen
bali, tutup dade, serta asesoris bunga untuk hiasan kepala menjadi identitas kostum tari Bali.
Property yang dipakai berupa bokor. Dahulu bokor yang dimaksud terbuat dari tembikar yang
berbentuk seperti tempurung kelapa, biasa untuk keperluan pemujaan, ditambah dengan
roncean bunga dibagian pinggir sehingga tampilannya lebih cantik. Bokornya berisi bunga.
Dahulu bokor kadang berisi buah-buahan dan bahkan makanan yang nantinya akan disuapkan
kepada para tamu. Selain bokor, dahulu tari pendet juga menggunakan property kipas besar.
Gerakan tari pendet:
1. Gerakan leher, ada dua macam gerakan leher (dedengkek), yaitu gerakan leher yang
halus (uluwangsul) dan gerakan leher cepat.
2. Gerakan kepala, biasanya mengikuti gerakan mata saat nyeledet, dan ngelier
3. Gerakan jari, diantaranya gerakan ulap-ulap dan gerakan nyakub bawa
4. Gerakan mimic,
5. Gerakan kaki, ada gerakan ngembang, tampak sirang, mipil, nyregseg, dan ngandang
areo
6. Gerakan tangan, yaitu pepiletan adalah istilah yang digunakan untuk gerakan tangan
kiri. Gerakan luk nerudut yang arah geraknya seiring dan luk nagastru yang arah
geraknya memutar.
7. Gerakan badan, seperti gerakan ngejatpala adalah sebutan untuk gerakan
melenggak lenggokan badannya sesuai dengan bunyi alat music pengiring.

Tujuh gerakan dasar tari pendet:


1. Gerakan ngumbang luk penyalin, gerakan ini dilakukan diawal dengan melakukan
gerakan berjalan ke depan belakang serta berjalan ke samping kiri kanan. Setelah
gerakan ini, maka penari akan bersimpuh untuk mengambil bunga.
2. Gerakan ngumbang luk penyalin, gerakan ini dilakukan diawal dengan melakukan
gerakan berjalan ke depan belakang serta berjalan ke samping kiri kanan. Setelah
gerakan ini, maka penari akan bersimpuh untuk mengambil bunga
3. Gerak leher ngilek, yakni gerakan ke samping knan, bukan ke kiri
4. Nyeledet, dilakukan bersamaan dengan gerakan leher ngilek. Penari akan melakukan
gerakan sebanyak 3 kali
5. Agem kanan, gerakan ini diawali dengan gerakan ngenjet, yakni gerakan peralihan dari
gerakan nyeledet keagem kanan ini
6. Luk nerudut
7. Agem kiri
8. Ngumbang ombak, yakni gerakan berjalan dengan cara berbelok dari gerakan
sebelumnya. Penari langsung akan berbelok k arah depan belakang.
Tari pendet gerakannya dinamis, sebagai tari pembukaan dan penyambutan tamu , pendet
masih bersifat sacral, berbau mistis. Sifatnya yang dinamis membuat tarian ini bisa mengikuti
perkambangan jaman

Contoh rias putra alus gaya Surakarta


Buka link youtube berikut ini. https://www.youtube.com/watch?v=EOI0mvQx2zM

Contoh Rias Tari Piring

Tari piring
Sumber: blog,spot.com (2020)

Berikut adalah beberapa keunikan Tari Piring yang harus kalian ketahui :
1. Penarinya ganjil, Jumlah penari yang menarikan Tari Piring ini tidak boleh sembarangan
jumlahnya. Maksimal adalah 7 orang. Jumlahnya harus ganjil. Minimal 3 orang. Jadi,
pilihannya bisa 3 orang, 5 orang, atau 7 orang. Wajib ganjil.
2. Piring istimewa, Di mana jenis piring yang dipakai adalah piring yang terbuat dari porselen.
Piring porselen dari China, itulah yang paling disarankan untuk dipakai. Alasannya simple,
yakni karena nilai estetikanya yang tinggi.
3. Ada Saluang dan Talempong, Alat musik yang mengiringi Tari Piring ini pun alat musik
khusus. Di mana Saluang dan Talempong adalah dua jenis alat musik khas dari Minangkabau
yang tidak pernah absen untuk mengiringi sajian Tari Piring. Kalau tidak ada kedua alat musik
tersebut, maka akan ada yang kurang dalam sajian Tari Piring. Inilah keunikan dan
keistimewaan dari Tari Piring yang mengusung budaya daerah Sumatra Barat.
4. Banyak alat music, Ternyata bukan hanya Saluang dan Talempong saja yang mejadi alat
music yang mengiringi Tari Piring ini. Ada Rebana dan gong yang siap mengiringi. Semuanya
dipukul dengan nada yang selaras.
5. Lagu khusus, Sama seperti jenis tarian daerah yang lainnya, Tari Piring ini pun juga diiringi
oleh lagu khusus. Di mana ada 2 buah lagu yang wajib ada, yakni lagu Takhi Pinghing Khua
Belas dan lagu Takhian Sai Tiusung.
6. Piring nggak pernah jatuh, Nah ini ni keunikan dari Tari Piring . tidak akan jatuh walaupun
diayunkan dengan tempo yang cepat. Para penari bahkan sampai menggerakkan seluruh
badan pun piring tetap aman di tangan.
7. Busana bernuansa merah dan kuning keemasan, Bisa dibayangkan kemewahan busana
yang dipakai oleh para penari, karena paduan warna kostumnya yang sangat pas. Padahal
jenis kostumnya adalah termasuk dalam pakaian adat Sumatra Barat.
8. Suara dentingan, Ada hal menarik saat pertunjukkan Tari Piring ini berlangsung, karena ada
suara dentingan yang terdengar. Di mana suara tersebut dihasilkan oleh sentuhan antara
cincin dan property tari. Para penari mengenakan aksesoris cincin di kedua tangannya. Saat
piring sudah di tangan, maka saat menari, ada sentuhan antara keduanya. Alhasil, suaranya
menyerupai dentingan. sangat unik kedengarannya, karena penari tidak begitu saja
menghasilkan dentingan ini. Ada teorinya, sehingga menimbulkan efek estetiknya juga.
9. Melempar piring, Tandanya pertunjukkan Tari Piring ini sudah selesai. Bagi yang baru sekali
menontong tari daerah ini maka akan kaget saat para penari melempar piring di akhir
pertunjukkan. Gerakan melempar piring ini adalah gerakan wajib yang harus dilakukan saat
akhir pertunjukkan. Efek keunikan ini adalah untuk memberikan kejutan kepada penonton
agar nggak bosan walaupun sudah pernah menonton pertunjukkan Tari Piring sebelumnya.
10. Menari di atas pecahan piring, Setelah melempar piring dilakukan di akhir sesi
pertunjukkan Tari Piring. Para penari masih akan beratraksi dengan berjalan di atas
pecahan piring. Tapi para penari Tari Piring ini memang hebat dan sudah kebal. Selain
mereka memiliki keahlian menari, mereka juga belajar tenaga dalam, sehingga mereka lihai
berjalan di atas pecahan piring. Tari Piring ini memang sangat unik. Kalian bisa melihatnya
di Solok, Padang, atau di Minangkabau. Bahkan saat mendengar Sumatera Barat, maka
image sebagai provinsi asal Tari Piring sudah sangat kental. Jadi, ingat Sumbar, maka ingat
Tari Piring. Adapun maka dari Tari Piring ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas
kelimpahan panen yang didapatkan. Dalam satu kali pertunjukkan, ada sekitar 12 gerakan
tari yang ditampilkan.

 Unsur keindahan level dan pola lantai pada tari tradisional


 Meragakan gerak tari berdasarkan level dan pola lantai
Level pada gerak memiliki penting karena salah satu fungsinya adalah menjadikan tari
tampil tampak lebih dinamis. Pada peragaan tari tunggal kombinasi antara level tinggi, sedang, dan
rendah tidak dapat dilakukan pada satuan waktu sama. Pada tari berpasangan dan kelompok
dapat memainkan level lebih leluasa. Pada tari berpasangan misalnya, salah satu penari dapat
melakukan level rendah sedangkan satu penari lainnya pada level tinggi. Pada tari berkelompok
setiap penari dapat melakukan level berbeda dengan penari lainnya. Pola lantai juga memiliki
peran penting pada. Fungsi pola lantai sama dengan fungsi level yaitu menjadikan penampilan tari
tampak lebih dinamis. Penari dapat membuat pola lantai berva iasi antara garis lengkung dan garis
lurus. Pada penampilan tari tunggal penggunaan pola lantai tidak dapat divariasikan secara
bersamaan antara garis lurus dengan garis lengkung. Pola lantai garis lurus dan garis lengkung
dapat dilakukan bersamaan pada penampilan tari berpasangan dan tari kelompok.

 Pola lantai pada tari

Pola lantai pada tari yaitu pergerakan yang dilakukan dengan cara berpindah atau
bergeser secara terstruktur sehingga membentuk pola denah tertentu guna menjadikan tarian
lebih indah dan menarik. Bentuk pola lantai ada yang membentuk garis lurus dan ada yang
membentuk garis lengkung. Setiap tari memiliki pola lantai yang hampir mirip atau bahkan sama
yaitu menggunakan pola garis lurus atau lengkung.

1. Pola lantai garis lurus, Pola lantai garis lurus sering dijumpai pada pertunjukan tari tradisi di
Indonesia. Tari Saman dari Aceh menggunakan pola lantai garis lurus secara horisontal yang
menunjukkan hubungan antarmanusia. Pola lantai garis lurus juga dijumpai pada tarian
Bedaya di keraton Jawa. Pola lantai garis lurus juga dijumpai pada tari Baris Gede di Bali.
Garis-garis lurus dapat juga dimaknai memiliki sikap jujur.
2. Pola Lantai Garis Lengkung, Pola lantai tari selain garis lurus dapat juga berbentuk garis
lengkung. Tari Kecak merupakan salah satu contoh pola lantai garis lengkung yang
membentuk lingkaran. Pola lantai garis lengkung dapat juga dijumpai pada tari Randai dari
Minangkabau. Pada penari berjalan mengelilingi pentas membentuk lingkaran. Pola lantai
garis lengkung dapat juga dijumpai pada tari Badong dari Toraja, Sulawesi Selatan. Di daerah
Flores dapat dijumpai tari dengan mengunakan garis lengkung yaitu tari Gawi. Tari Rejang
Dewa dari Bali juga banyak menggunakan pola lantai garis lengkung. Tari perang dari daerah
Papua juga banyak menggunakan pola lantai lengkung. Tari tradisional kerakyatan yang
fungsinya sebagai sarana upacara ritual tertentu akan menggunakan pola lantai garis
lengkung sebagai bentuk menyatunya antara manusia dengan Tuhannya.
 Level pada tari

Level Gerak pada tari adalah tinggi rendahnya gerak tari yang dilakukan oleh penari diatas
pentas.Level Gerak ada 3 yaitu: Level tinggi, level sedang dan level rendah.

1. level tinggi contohnya di Indonesia ada tradisi yang dilakukan dengan level tinggi yaitu
melayang, di daerah Nias dengan tradisi lompat batu . Tradisi ini telah hidup sejak ratusan
tahun silam dan masih terpelihara hingga saat ini. Level tinggi pada gerak tari sering
dilakukan pada tradisi tari balet. Level tinggi juga dapat dijumpai pada tari tradisi di
Indonesia. Pada tarian perang dari suku Dayak salah seorang dari penari melompat dan
memberi kesan dinamis dan kekuatan yang luar biasa. Tarian dengan tema perang di setiap
suku memiliki kemiripan level tinggi. Level tinggi berfungsi juga untuk menunjukkan antara
dua peran yang berbeda.

2. Level sedang , gerak yang dilakukan sejajar dengan tubuh. Gerak pada level sedang hampir
dimiliki oleh semua tari tradisional di Indonesia. Level sedang ditunjukkan pada posisi penari
berdiri secara lurus di atas pentas. Gerak yang dilakukan memiliki kesan maskulinitas karena
gerak seperti ini sering dilakukan oleh penari pria.

3. Gerak level rendah dilakukan dengan menyentuh lantai. Ketinggian minimal dicapai penari
adalah pada saat rebah di lantai.
Jadi level gerak yang dilakukan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: tinggi, sedang, dan
rendah. Level pada gerak berfungsi untuk membuat desain bawah dan atas sehingga gerak tari
yang dilakukan tampak dinamis. Level gerak juga berhubungan dengan ruang, waktu, dan
tenaga. Level dapat membentuk ruang. Untuk membentuk ruang membutuhkan waktu. Untuk
membentuk ruang dan waktu tentu membutuhkan tenaga untuk dapat melakukan gerak sesuai
dengan intensitasnya.
Penggambaran level ini dapat di lihat dari pementasan yang jika ada seorang penari
yang berdiri sejajar dengan tubuhnya maka itu adalah level sedang dan jika posisi penari itu
berbaring di lantai maka itulah level rendah. Setiap gerak tari daerah memiliki kesamaan pada
levelnya , baik itu level tinggi, sedang atau rendah.

Berikut contoh level dan pola lantai pada tari piring.

Tari piring berasal dari Minangkabau

Sumber: arindakomaladewi.blogspot.com

Gambar diatas adalah tari Piring. Tampak pada gambar menunjukan level yang beragam,
mulai level rendah, sedang tinggi. Level rendah ditunjukan pada gambar penari yang duduk bersimpuh,
dan level ditunjukan oleh pose penari jengkeng, serta level tinggi ditunjukan pada gambar penari yang
beridiri tegak lurus diatas lantai. Pola lantai tersusun atas kesatuan garis lurus yang menghungkan antr
penari satu dengan lainnya. Pola lanti yang tampak membentuk formasi penari menyerupai huruf A.
Tari Kecak dari Bali
Sumber: doc.kemlu.go.id
Gambar tari Kecak diatas menunjukan formasi penari dengan membentuk pola lantai garis
lengkung. Penari ada yang menggunakan level rendah dengan duduk memutar mengelilingi penari utama
yang menari dalam posisi berdiri. Tarian kecak terdapat cerita yang menggambarkan kisah Ramayana.

Berikut contoh video tarian yang menggunakan pola lantai garis lengkung dan garis lurus
5. Tari kecak dari Bali https://www.youtube.com/watch?v=-dORkpaQNss
6. Tari Tarik Pukat dari Aceh https://www.youtube.com/watch?v=Ovrn3yBpSt4

 Unsur tema dalam tari


Jenis tari di Indonesia dibedakan atas dasar berbagai macam sisi pandangan, yaitu:
 tari berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi tari upacara, tari pergaulan, tari
hiburan, dan tari pertunjukan;
 tari berdasarkan isi dan temanya, dapat dibagi menjadi tari erotis, heroik, dan
pantomim;
 tari berdasarkan jumlah pelakunya, dibagi menjadi tari tunggal, tari pasangan, tari
masal, dan tari kelompok;
 tari berdasarkan pola garapan, dibagi menjadi tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi
baru. Sedangkan menurut Purwatiningsih dan Harini 2002: 49-59, jenis tari dapat
dikelompokkan menurut beberapa kategori, yaitu: 1 tari berdasarkan fungsinya,
dibedakan menjadi tari upacara, tari pergaulan, dan tari pertunjukan; 2 tari
berdasarkan bentuk penyajiannya, dilihat dari komposisi penari dapat dibedakan
menjadi tari tunggal, tari duet, tari trio, tari quartet, tari quinted, dan tari masal; 3 tari
berdasarkan pola garapan, dibagi menjadi tari tradisional dan tari kreasi; 4 tari
berdasarkan tema/isi, dapat dibagi menjadi tari erotis, mimitis dan totemistis, heroik,
dan dramatik.

Penampilan tari berdasarkan tema dapat dibedakan menjadi tari tematik dan tari
nontematik. Tari tematik adalah sebuah tarian yang 37 mengutamakan dan menonjolkan isi,
berorientasi pada cerita yang disajikan dapat dipahami oleh penonton. Sedangkan tari non
tematik adalah tari yang lebih mengutamakan kesempurnaan tampilan dari pertunjukan.
Menurut Purwatiningsih dan Harini 2002: 59-61, berdasarkan tema, isi, tari dapat dibagi menjadi
empat, yaitu tari erotis, mimitis dan totematis, heroik, dan dramatik. Secara rinci, penjelasannya
adalah sebagai berikut. 1 Tari erotis, adalah tari yang mengandung unsur tingkah laku yang
menggambarkan hubungan antara pria dan wanita, jantan dan betina hubungan asmara. Tari ini
memang sengaja menampilkan daya tarik seksual misalnya pelukisan berdandan, goyang
pinggul, kerlingan mata, dan sebagainya. Contoh tari erotis yaitu tari Gatutkoco Gandrung Jawa.
2 Mimitis dan totemistis, ditinjau dari tema geraknya, tari terdiri dari dua jenis, yaitu mimitis
meniru gerak orang dan totemitis meniru gerak binatang.
Pada dasarnya, desakan daya ekspresi penari dapat terwujud karena adanya keinginan
untuk meniru gerak alam sekitar seperti gerak alam sehari-hari, gerak binatang dan sebagainya.
Gerakan-gerakan ini diungkapkan secara jelas dan sadar untuk mencapai ekspresi yang
menyerupai keadaan yang ditirunya. Pada masyarakat primitif, gerak yang ditiru bukan hanya
gerak manusia dan hewan saja, bahkan gerak sekitar seperti hujan, angin, daun, laut ataupun
gerak kekuatan di luar diri manusia, seperti gerak-gerak imajinatif yang menggambarkan
makhluk halus, setan dan sebagainya. Contoh tari mimitis yaitu tari Merak. 3 Tari heroik, tari
heroik kepahlawanan ini mempunyai sifat gagah, angkuh, berwibawa, berani, jantan, dan
keperwiraan yang rupanya selalu dikagumi 38 orang karena mempunyai daya tarik yang kuat.
Contoh tari heorik yaitu tari Anoman Obong. 4 Tari dramatik, lebih banyak diungkapkan dalam
bentuk sendratari atau wayang yang sifatnya lebih mengarah pada pengungkapan sebuah cerita
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, cerita fiksiimajinatif, ataupun berbau kenangan
historis
Berikut adalah contoh tarian bertema
7. Tari tayub yang bertemakan pergaulan

Tari Tayub (tari bertemakan pergaulan)


Sumber: senibudayaku.com
8. Tari Merak adalah tari yang bertemakan binatang

Tari Merak (tari yang bertemakan binatang)


Sumber: pesona-indonesia.info

9. Tarian perang dari Kalimantan


Tari perang dari Kalimantan
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id

 Unsur iringan dalam tari

Keterkaitan antara iringan musik dan pementasan tari, sedikitnya terdapat 5 fungsi iringan
musik pada pementasan tari yang penjelasannya bisa dilihat dibawah ini:
1. Musik berfungsi sebagai alat pengiring/penunjang tari sehingga tidak banyak
menentukan isi tarinya.
2. Selain itu, musik juga berfungsi dalam memberikan suasana tari yang peran ini sesuai
dengan gerakan tarinya, seperti agung, sedih, gembira, tenang, bingung, gaduh dan
sebagainya.
3. Musik sebagai ilustrasi atau pengantar tari berarti peranan musik tidak selalu mengikuti
gerak tarinya dan memberikan gambaran serta makna yang terkandung, untuk
menekankan pada bagian tertentu dan membantu membuat suasana tertentu
sebagaimana yang dikehendaki oleh garapan tarinya.
4. Membantu menyesuaikan waktu dengan gerakan tari yang memakai irama, sehingga
apabila menggunakan musik maka, tempo yang akan dihasilkan sesuai dengan apa yang
dilakukan penari begitupula mengingatkan perubahan gerakan penari.
5. Menambahkan kemeriahan tari karena musik dapat membangkitkan suasana penonton,
sebab apabila hanya bergerak saja makan akan membuat tari jadi sunyi, dan bisa
membuat penari bersemangat.

 Unsur keindahan tari dari penggunaan properti

Properti tari harus disesuaikan dengan tema tarian, agar lebih menarik. Namun yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana cara menggunakan prooperti tersebut sesuai dengan karakter,
tema, dan tarian yang dibuat. Penggunaan suatu media atau properti ini berkaitan dengan
kreativitas. Properti tari juga menjadi salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan
pelatih dalam memperkenalkan suatu alat peraga yang digunakan dalam menari.
Fungsi properti tari dapat dijelaskan sebagai berikut: Penggambaran tema tarian Dengan
properti tari, maka sebuah tarian dapat digambarkan dengan jelas. Terlebih tari tradisional di
Indoensia yang cukup banyak. Sehingga bisa membedakan tarian satu dengan yang lainnya.,
Fungsi properti tari adalah:
4. Mendeskripsikan Tema Tarian, sekian banyak tari tradisional di Indonesia, tidak
semuanya menggunakan Namun jika dibarengi dengan media tambahan, maka
penggambaran akan semakin jelas.Terkadang juga, sebuah tarian hanya cukup
mengilustrasikannya lewat gerakan, tanpa dilengkapi properti dalam menyampaikan
makna dan pesan didalamnya. Sebagai contoh adalah Tari Piring asal Sumatera Barat.
Kita mengenal tari piring begitu eksis dengan aksesoris sebuah piring. Namun tetap saja,
dengan adanya properti yang digunakan, makna dalam sebuah tarian akan terkesan
lebih jelas dan mudah dinilai oleh para penonton.Sebagai contoh adalah Tari Kipas asal
Gowa, Sulsel, yang mengekspresikan kelembutan seorang wanita.
5. Memperjelas Gerakan dan Karakter Penari, adalah untuk memperjelas gerakan serta
karakter yang dibawakan penari, baik wanita maupun pria. Di beberapa jenis tari daerah,
terdapat pembagian peran yang didasari cerita, dongeng maupun legenda yang
diaplikasikan dalam seni tari, dan tiap-tiap karakter akan membawakan wataknya
sendiri sesuai dengan alur tarian. Sebagai contoh adalah Tari Garo-Garo dari Sumatera
Utara tepatnya di daerah Pakpak. Dimana Garo adalah nama burung yang terkenal di
Pakpak, kembangan sayap lebar dan seakan tidak bergerak menandakan keperkasaan
dan bijaksana. Sehingga para penari terinspirasi dari pola burung tersebut ketika
terbang, serta mengimplementasikannya dalam bentuk gerakan yang tegas, anggun dan
dinamis.
6. Memperindah Gerakan, Secara tidak langsung, dengan adanya tambahan properti
dalam suatu pementasan, akan memperindah penampilan secara keseluruhan dari tari
yang sedang dimainkan. Memang ada juga beberapa tari tradisional di nusantara, yang
penampilannya tidak dilengkapi dengan properti pendukung. Hal ini bukan seperti
sebab, karena memang menyesuaikan dengan filosofi dari tarian itu sendiri, seperti yang
sempat saya singgung di atas, tergantung makna yang terkandung di dalamnya. Selain
untuk memperindah, fungsi properti dalam tari juga sebagai penunjang dan menambah
nilai-nilai keindahan tari. Juga untuk mempermudah sampainya makna dan pesan yang
ingin dicurahkan oleh penari melalui gerakan-gerakan yang ada.

Contoh tari tunggal yang sajiannya menggunakan property

Tari kuda kepang (berasal dari Jawa Tengah)


Sumber: dokumentasi Usrek, 2019
Tari kuda kepang adalah tarian khas Jawa Tengah. Banyak daerah di Jawa
Tengah yang memiliki tarian serupa tetapi dengan sebutan yang berbeda-beda. Didaerah
Semarang dan sekitarnya sering menyebut tari kuda kepang dengan sebutan eblek,
daerah banymas menyebutnya dengan istilah ebeg, di daerah Grobogan dan sekitarnya
menyebutkan jaran kepang. Didaerah Yogyakarta disebut inkling. Property yang
digunakan adalah kuda yang terbuat dari anyaman bamboo, kemudian dilukis
menyerupai binatang kuda. Property ini dimainkan sepanjang pertunjukan.

Tri Caping berasal dari Jawa Tengah


Sumber: dokumentasi Usrek, 2019
Tari caping ini adalah tari kreasi, dengan pijakan gerakan masing pada
ketradisionalan. Pada tari caping ini, penari memainkan caping pada saat
mengekspresikan gerakan tertentu yang menunjukan kegunaan daric aping itu sendiri.
Tarian ini diambil dari budaya dan keraifan local masyarakat petani di pedesaan yang
sellau mengenakan caping saat mereka pergi ke sawah. Gerakan yang ditunjukan
menggambarkan aktifitas petani saat berladang dengan memainkan capingkan dari
berbagai ekspresi.
Tari Srimpi dari Surakarta
Sumber: dokumentasi Usrek, 1999
Srimpi Ludiro madu adalah nama tarian diatas. Tari srimpi ludiromadu adalah
salah satu tarian tradisional klasik gaya Surakarta yang dalam pertunjukannya semua
penari membawa property dadap serta cundrik. Dadap dan cundrik dimainkan saat
ditengah-tengah pertunjuukan sampai akhir pertunjukan. Dalam memainkan dadap dan
cundrik, penari harus menguasai teknik tertentu, agara dalam pengambilan cundrik dan
dadap sesuai dan pas dengan iringannya, serta tidak terkesan tergesa-gesa, sehingga
ekspresi saat menari tidak akan mempanguri tampilan tari. Beberapa kali penari harus
memainkan cundrik dan dadapnya sambil bergerak dan berpindah tempat. Dalam
memainkan dua property tersebut masing-masing penari harus memiliki rasa yang sama,
koordinasi gerak antar penari harus tepat, tuidak ada yang tertinggal dan mendahului.
 Unsur-Unsur Keindahan Seni Tari
Seni tari merupakan seni pertujukan yang menggunakan gerakan tubuh sebagai
media seni yang secara berirama dan dinamis dilakukan dengan diiringi alunan musik untuk
mengatur gerakan penari agar pesan yang disampaikan dalam tarian bisa dinikmati oleh
para penonton, gerakan dalam seni tari memiliki bentuk yang beraneka ragam dan
berkembang secara terus-menerus menghasilkan kreasi. Seperti halnya seni musik, seni
teater dan seni drama, seni tari biasanya berupa sebuah pertunjukan diatas panggung. Seni
tari merupakan seni keindahan gerak, tari juga merupakan cabang kesnian yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia dan kebudayaanya, dalam kelompok masyarakat
tertentu kita sering menjumpai tarian digunakan sebagai bagian terpenting mislanya saja
seperti upacara keagamaan ataupun upacara adat. Di Indonesia sendiri memiliki banyak
keragaman seni tari, setiap darah pasti memiliki ragam tarin khas yang menggambarkan
keunikan budayanya, misalnya saja tari saman dari Aceh ataupun tari jaipong dari Jawa
Barat. Seperti halnya kesenian yang lain, seni tari juga memiliki unsur-unsur yang harus
dipenuhi agar pertujukan dapat dibawakan dengan baik. Dalam seni tari ada empat unsur
yang harus dipenuhi yaitu wiraga, wirama, wirasa, dan wirupa, keempat unsur ini biasanya
disebut unsur-unsur keindahan dalam seni tari.
1. Wiraga (Gerak)
Unsur dasar tari adalah gerak fisik atau gerak tubuh manusia. Gerak tidak dapat
dipisahkan dengan unsur tenaga, ruang dan waktu. Oleh karena itu, tari merupakan penjabaran
dari gerak, tenaga, ruang dan waktu. Tari (Soedarsono) adalah seni gerak, maka yang paling
penting dalam seni tari adalah bagaimana gerakannya. Biasanya, urutan gerak berhubungan
dengan perpindahan gerak dari satu gerak ke gerak berikutnya (yang biasanya bersifat sesaat),
juga termasuk penuh arti atau tidak, indah atau tidak, dan efisien atau tidak.

Yulianti Parani membagi gerak tari menjadi sepuluh dalam pola pengaturannya adalah sebagai
berikut.

 Gerak sebagai akibat kesadaran dari anggota tubuh atau anggota badan.
 Gerak sebagai akibat kesadaran waktu dan kekuatan atau daya.
 Gerak sebagai akibat penggunaan daya kekuatan yang bersumber pada lengan dan
tangan.
 Gerak sebagai kesadaran ruang.
 Gerak sebagai akibat kesadaran pengaliran berat badan dalam ruang dan waktu.
 Gerak sebagai akibat kesadaran berkelompok.
 Gerak sebagai akibat bentuk-bentuk tertentu dalam penggunaan tubuh.
 Gerak sebagai akibat ritme yang bersifat fungsional.
 Gerak sebagai akibat rasa ringan sehingga ingin lepas dari lantai.
 Gerak yang dituntut oleh kualitas ekspresi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam suatu gerak mempunyai unsur tenaga, ruang, dan
waktu.

 Tenaga adalah besar kecilnya energi yang dikeluarkan oleh penari untuk melakukan
usaha gerak.
 Ruang adalah tempat penari itu berada (panggung) dan diakibatkan oleh gerak.
 Waktu adalah satuan waktu untuk membentuk panjang pendeknya gerak.
Dalam seni tari gerak atau wiraga adalah unsur yang paling pokok, tanpa adanya
gerak tidak bisa diartikan sebagai tari, karena media seni tari sendiri adalah gerakan.
Gerak meliputi gerakan tubuh dari kaki sampai kepala, semua anggota tubuh yang bisa
digerakkan maka itu bisa dikatakan gerakan tari, asalkan gerakan tersebut memiliki
konsep dan makna. Gerak akan menjadi ciri khas perwatakan tokoh yang dimainkan,
Gerakl yang ditata untuk disesuaikan dengan karakter tokoh yang dibawakan penari
yang nantinya akan mempertegas semua karakter tokoh yang dimainkan melalui gerak
tari. Gerak dalam seni tari, gerak dibagi menjadi dua macam, dilihat dari hasil
pengolahan suatu gerakan yang telah mengalami sitisasi atau distorsi. Gerak yang
pertama adalah gerak tari yang bersifat gerak murni dan gerak tari yang bersifat
maknawi, berikut merupakan penjelasan mengenai 2 macam gerakan dalam seni tari:

 Gerak Murni
Gerak murni merupakan gerak tari yang dihasilkan dari pengolahan gerak
wantah yang dalam pengungkapannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian atau
makna dari gerak tari tersebut. Pertimbanganya dinilai dari faktor keindahan gerak tari
nya saja. Misalnya gerak-gerak memutar tangan pada pergelangan tangan, atau gerakan
berdecak pinggang seperti biasa ada dalam tarian jawa, dan sebagainya.

 Gerak Maknawi
Gerak maknawi adalah gerak wantah yang telah diolah menjadi suatu gerakan
tari yang mengandung suatu arti atau maksud disamping dari segi keindahanya saja.
misalnya saja dalam tarian merak disana kita dapat melihat ada beberapa gerakan yang
melambangakan kegiatan terbangnya seekor burung merak.
2. Wirama (kepekaan Irama)
Irama memegang peranan penting dalam suatu pertunjukan tari, irama menjadi
sangat penting karena menjadi pengatur gerakan penari dalam melakukan gerakan
tarianya, irama sering kali dijadikan sebagai patokan gerakan dalam menari dan
digunakan untuk memperkuat atau memperjelas gerakan dari seorang penari sehingga
menghasilkan gerakan yang ritmis dan beraturan. Irama biasanya dihasilkan dari
instrumen musik yang diselaraskan dengan karakter tokoh yang dibawakan oleh penari.
Alat-alat musik yang digunakan dalam pertujukan seni tari sering juga berupa
instrumental yang dimainkan secara langsung maupun rekaman yang sudah ada, selain
menggunakan instrumen irama yang mengiringi sebuah tarian bisa saja dihasilkan dari
berbagai bunyi-bunyian seperti tepuk tangan, hentakan kaki, petikan jari, siulan, jeritan,
maupun senandung, irama semacam ini biasa disebut sebagai musik internal dalam
sebuah pentas tari.
3. Wirasa (kepekaan rasa)
Dalam menyampaikan pesan tarianya, jelas seorang penari tidak akan asal-
asalan dengan gerakan tarianya, penjiwaan dalam menari adalah sebuah keharusan,
setiap gerakan seharusnya memiliki nyawanya sendiri dan dapat mejelaskan ekspresi
dan perasaan tarian yang dibawakan. misalnya ketika seorang penari membawakan
tarian tentang kemarahan maka bukan hanya menampilkan gerakan yang keras
melainkan sepaket dengan mimik wajah yang juga beramarah, begitu pula seperti tarian
jawa yang menampilkan khas tarian lembut seorang gadis desa ekspresi mereka juga
harus mengungkapkan karakter tersebut. Unsur wirama akan menjadi sangat luar biasa
jika diperkuat dengan perasaan dan pendalaman karakter seseorang masuk dalam
situasi perasaan tertentu, dengan dikombinasikan dengan irama yang selaras juga akan
menambah penjiwaan dari tarian yang dibawakan misalnya dengan lantunan musik
yang lembut ketika membawakan tarian sedih, dan lantunan musik meriah ketika
membawakan tarian yang gembira sehingga membuat penikmat menjadi larut dalam
suasana.
4. Wirupa (Wujud)
Ketika gerakan, irama, dan penjiwaan digabungkan maka akan menjadi satu
kesatuan bentuk seni tari yang lengkap, akan tetapi ketika seorang pnari topeng hanya
menggunakan pakaian sedanya akan berkurang separuh dari esensi dan keindahan
tarian yang dibawakanya. Maka dari itu wirupa atau wujud seorang penari sangatlah
penting kedudukannya dalam pementasan seni tari. Wirupa merupakan segala sesuatu
yang dipakai oleh seorang penari untuk menunjang kegiatanya dalam menyampaikan
tarian yang dibawakan mulai dari riasan, kostum, aksesoris penunjang, dan lain
sebagainaya. Biasanya apa yang dipakai penari harus bisa mendeskripsikan karakter
tokoh yang dibawakan, tampilan tersebut dapat diwujudkan melalui penataan busana
dan tata rias penari. Sebagai contoh tarian reog tidak akan mendapatkan nyawanya
sebagai rog apabila tidak menggunkan kostum lengkap dengan reog yang bertengger
dikepala penari, atau tarian bali akan terasa hambar jika tidak disandingkan dengan
penampilan seorang gadis bali yang menggunakan riasan mata besar dan sepucuk
bunga yang diapitkan ditelinganya.
Keempat unsur-unsur keindahan seni tari diatas dapat dipastikan seorang
penari akan dapat melengkapi pertunjukan tarinya ketika sudah memadukan sebuah
gerakan, irama musik, penjiwaan, dan penampilan yang menggambarkan karakter yang
dibawakan. Demikian penjelasan mengenai unsur-unsur keindahan atau estetika yang
harus ada dalam pertunjukan seni tari, semoga pemaran diatas dapat menjadi
pengetahuan dan bahan pembelajaran untuk memaksimalkan kegemaran dalam
menari, dan dapat bermanfaat.
Konsep estetik tari jawa
Menurut konsep tari Jawa, penari adalah seorang yang dapat memadukan secara
harmonis tiga unsur yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Dalam konsep ini ditunjukan adanya
hubungan erat antara gerak tari seorang penari, music/karawitan tari, dan penjiwaan penari
sesuai dengan karakter tari yang disajikan. Tari Jawa mempunyai kekhususan dalam karawitan
tarinya, hubungan gerak dengan ritme yang sangat erat, sehingga menghasilkan tari yang snagat
indah. Hubungan itu menciptakan pula hubungan langsung antara keadaan batiniah dan
lahiriah menjadi seimbang, dengan menciptakan ketenangan, keagungan, keindahan gerak
maknawi.
Konsep tari Jawa yang lain dikenal sebgai konsep Joged Mataram, yang terdiri dari empat
prinsip, yaitu: sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh. Ekspresi lahir akan dapat diisi serta
dikontrol oleh Jiwa yang akan diarahkan ke kedisiplinan pribadi, identifikasi pribadi, agar
akhirnya tercapai keyakinan dan pengendalian yang dalam.
Penari Jawa juga harus memnuhi syarat yang disebut dengan konsep Hasta Sawanda yaitu:
pacak, pancat, ulat, lulut, luwes, wiled, wirama, dan gending. Selain itu juga harus memnuhi
syarat menjadi pnari harus luwes, patut, dan resik (bersih). Bentuk tari Jawa memiliki ciri atau
sifat: formal, rumit, halus, dan terukur, meskipun demikian , bentuk dan nilai estetis tari Jawa
sebagai tari tradisi selelu berubah, berkembang seiring dengan zamannya.

Nilai antara subyektif dan objektif

Aksiologis dalam estetika terjadi untuk menentukan letak keindahan, apakah ada di
objek atau subjek. Ada tiga pendapat mengenai cara pandang menilai estetika, yaitu: keindahan
subjektif, keindahan objektif, dan keindahan subjektif-objektif. Keindahan objektif menurut
Plato mengatakan bahwa kecantikan sebuah bejana berdasarkan atura- aturan yang tepat yang
terdapat pada objek tersebut.oleh pramudya anata toer, menggambarkan dan berpendapat
bahwa keindahan adalah kecantikan yang terdapat pada letak dan bentuk tulang yang tepat
yang diikat oleh lapisan daging yang tepat juga, kulit yang halus lembut, mata yang bersinar, dan
bibir yang pandai berbisik.pada penerapan pengamat.

Keindahan subjektif mengatakan bahwa ciri-ciri keindahan pada suatau objek


sesungguhnya tidak ada, keindahan hanyalah tanggapan perasaan dari diri subjek yang mengati
objek tersebut. Keindahan semata-mata menonton film tersebut. pencerapan pengamat.
Dengan demikinan bersifat relative. Keindahan terdapat pada pemahaman spectator. Contoh;
sebuah film menjadi indah, karena seseorang mengalami perasaan keindahan pada saat
menonton film tersebut. Jika ia tidak mengalaminya, maka film itu tidak akan dikatakan indah.
Keindahan subjektif menurut Emanuel kant ahalah keindahan yang bukan sebagai kualitas
objektif suatu benda melainkan kualitas yang diterima dalam suatu pengindraan oleh seorang
individu. Keindahan sepenuhnya adalah ekspresi dari emosi penanggap (Croce).

Sementara itu keindahan campuran subjektif-objektif muncul karena subjek


mengalami pengalaman keindahan yang dibangkitkan oleh property keindahan pada objek.
Contohnya: desain tekstil dikatakan indah karena subjek mengalami pengalaman keindahan
saat melihat bentuk dasain tekstil tersebut. Keindahan muncul ketika nilai estetis yang dimiliki
oleh subjek berkesesuaian dengan property keindahan. Nilai estetis mewujud pada diri subjek
berupa emosi estetis, yaitu perasaan senang atau tertarik pada komposisi bentuk suatu objek,
nilai estetis mewujud pada objek berupa property estetis, yaitu komposisi bentuk yang ditunjuk.
Nilai estetis sendiri adalah suatu ide atau konseop, yaitu kaidah-kaidah yang dapat dipahami
akal manusia, yang sewaktu-waktu dapat dipakai subjek untuk menimbang objek. Nilai itu
berada di memori subjek, akan tetapi nilai itu tidak sepenuhnya ada secara individual. Nilai
estetis berada pada indivisu setelah indidu tersebut bersentuhan dengan kehidupan social. Nilai
telah ada, atau tengah berproses pada kehidupan soial sebelum diterapkan pada seorang
individu.. kaidah itu benar-benar beranjak dari ruang kosong, ia tengah mengembangkan atau
menolak nilai yang telah ada.

Upaya perumusan nilai estetis

Untuk merumuskan nilai estetis ada tiga unsur yang menjadi sifat keindahan, yaitu:

1. Kesatuan (unity)
Kestauan adalah ikatan antara satu unsur bentuk dengan unsur bentuk lainnya
untuk menimbulkan harmoni. Elemen atau unsur artistic tersebut disebut dengan
elemen visual. Contoh dalan seni rupa: terdiri dari garis, bidang, bentuk, tekstrur.
Element tersebeut dapat disusun dalam komposisi tertentu, misalnya objeknya
ditempatkan secara menggerombol atau objek yang ditempatkan secara terpisah.
.
2. Keragaman (diversity). Adalah variasi unsur yang termuat dalam karya seni.
Keragaman dan kesatuan merupakan hal yang saling terkait, Jika karya seni
menjdi kompleks dengan berbagai elemn yang berbeda, kesatuannya mungkin
akan berkurang. Sebaliknya jika tema atau elemennya diulang, perbedaan akan
semakin berkurang.
3. Intensitas (intensity), Intensitas adalah penekanan afek estetis aau artistic pada
suatu objek. Intensitas karya seni bisa terjadi pada tataran bentuk maupun
ekspresi. Intensitas ekspresi merupakan penekanan emosi yang ingin
ditampilkan karya seni, seperti kesediaan dan kelucuan, biasanya tercipata
karena ada pengaturan tentang tinggi rendah dan lain sebagainya

 Berikut model semiosis Peircean

object

semiosis

Representamen
interpretan
(tanda)

Gambar. Semiosis Peircean


(proses penanda yang terjadi antara representamen, interpretan, dan objek
Dalam hali ini tanda dibagi menjadi tiga, yaotu ikon, indeks, dan symbol. Ikon adalah tanda atau
reperesentamen yang karakternya memilki kesamaan dengan objek. Indeks adalah
reperesantemen yang keberadaannya berkoeksistensi dengan objek, atau disebabkan oleh efek
keberadaan objek. Seringkali hubungannya bersifat kausalitas, symbol adalah represantemen
yang kaitannya dengan objek berdasarkan konvensi atau hokum, biasanya berupa ide umum.
Sebuah tanda bisa tergolong pada ikon , indeks, atau symbol sekaligus.

object Nilai
estetis

semiosis estetis

Representa Objek Subjek


interpretan
men (tanda) setetis estetis

Gambar. Adaptasi segitiga semiosis Peircean menjadi segitiga estetis

Penutup
Estetis atau proses estetis adalah proses yang terjadi pada subjek estetis ketioka menikmati atau
membuat objek estetis dibawah parameter nilai estetis. Dengan demikian proses ini melibatkan
tiga unsur yaitu subjek estetis, objek estetis, dan nilai estetis. Subjek yang mengalami
pengalaman estetis atau subjek yang bmenikmati objek estetis disebut spectator, sedangkan
subjek yang mengalami pengalaman estetik atau subjek yang membuat obejek estetis disebut
creator, dan creator yang bertindak secara penuh ketekunan , intensif, dan professional disebut
seniman.

Anda mungkin juga menyukai