TAR.F.EKP.11.2
Nama Usrek Tani Utina Jenjang/Kelas SMA / XI
Asal Indonesia Maju Mapel Seni dan Prakarya
Sekolah
6Alokasi
x pertem66 4 x pertemuan Jumlah Siswa 25 – 30
Waktu 850 menit
Profil Berkebinekaan global Model Tatap Muka dan PJJ (Blended
Peserta Kreatif Pembelajaran Learning)
didik
Pancasila
yang
Berkaitan
Dampak Internal: pengetahuan
estetika dan berfikir
kritis
Eksternal: pengetahuan
multicultural dan sikap
toleransi
Fase F Domain Mapel Menciptakan, mengalami,
berfikir dan bertindak artistik
Tujuan Pembelajaran
2.1. Peserta didik menggali nilai estetika tari melalui ragam gerak tari tradisional dengan kritis
dan kreatif
2.2. Peserta didik menggali nilai estetika tari melalui tata rias dan busana tari tradisional
dengan kritis dan kreatif
2.3. Peserta didik menggali nilai estetika tari melalui level dan pola lantai tari tradisional
dengan kritis dan kreatif
2.4. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional dengan kritis dan
kreatif
Kata Kunci
Nilai Estetika, Tari tradisi dan kreasi,
Kode perangkat
TAR.F.EKP.11.2
alat belajar
slide proyektor yang digunakan untuk memutar contoh video tari tunggal
buku buku tentang estetika baik buku untuk guru maupun siswa.
Sampur dan alat rias
Standar minimal:
tempat belajar
1. Ruang kelas yang tidak berbangku dengan kapasitas 25-30 siswa, digunakan untuk praktek
tari tradisinal jenis tunggal dan pengenalan level serta pola lantai secara bersam-sama
2. Ruang kelas yang dilengkapi dengan kaca yang tidak permanen yang bisa digunakan siswa
untuk belajar tentang rias, busana, tema
3. Halaman sekolah atau lapangan
Sumber belajar
1. Seniman tari yang menjadi narasumber langsung
2. Guru sebagai sumber utama belajar (praktek tari di depan kelas)
3. Gambar-gambar tari tradisi dan kreasi dari buku referensi
3. Artikel tentang Nilai Estetika tari Megat –Megot di Sanggar Gian Laksita Cilacap
Penulis: Agiyan
VOL 5 NO 1 (2016): VOL 5 NO 1 (2016)
DOI 10.15294/JST.V5I1.9633
SUBMITTED: MAR 6, 2016
PUBLISHED: MAR 2, 2016
4. Buku estetika (jalinan subjek, objek, dan nilai ) karya Deni Junaedi
https://ngakanabdi.files.wordpress.com/2017/07/senibudaya-kurtilas-x-bukuguru-rev2017-
terampilmatematika-blogspot-com.pdf buku guru seni budaya digital kelas 10
Buku tentang Revitalisasi Tari Gaya Surakarta karya Sri Rochana Widyastutieningrum
Buku Pengantar Koreografi Tari karya Sri Rochana Widyastutieningrum dan Wahyudiarto.
Buku tentang tema dan iringan tari
Buku estetika (jalinan subjek, objek, dan nilai ) karya Deni Junaedi
Pengayaan:
Buku tentang rias dan busana
Buku tentang tata teknik pentas.
Buku tentang elemen dasar Tari
Buku tentang estetika gerak tari
Buku tentang iringan tari
Buku tentang property tari
Buku tentang tema tari
Perkiraan biaya
a. Standar pembelajarn maksimal
1. Sampur sejumlah 30 buah, dengan harga @35.000,00………………Rp. 1.050.000,00
2. Seperangkat alat rias sebanyak 30 buah, dengan
harga @250000……………………….………………………… .Rp. 7.500.000,00
3. Property tari (bebas, sesuai dengan daerah masing-masing) @45.000.
X 30 buah………………………………………………………… Rp. 1.350.000,00
4. Kertas untuk latihan membuat laporan dan presentasi
A4 80 gram satu rem ………………………..……………….….Rp. 67.000,00
Dengan kegiatan apresiatif, diharapkan peserta didik yang memiliki karakter aktif serta
kreatif, mampu mengekpresikan diri, mengidentifikasi dan menganalisis dan
menginterpretasikan serta melaporkan hasil pengamatannya pada nilai estetika pada tari
tradisional tunggal dengan lebih baik dan lancer sesusi dengan panduan yang ada pada buku
referensi
Siswa regular dengan tipikal pasif
Dengan mengajak peserta didik praktek menari secara langsung, kemudian peserta didik
diminta untuk melaporkan apa yang dia rasakan sesuai dengan unsur estetis yang sudah pernah
dijelaskan oleh guru. Tanpa ada analisis dan interpretasi sesuai dengan panduan yang ada pada
buku referensi.
Durasi
Durasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran sebanyak 850 menit yang terbagi atas 5 kali
pertemuan.
1. Kegiatan teori
Masing-masing pertemuan berdurasi 160 menit terbagi atas kegiatan pembelajaran awal
(pembukaan ) selama 15 menit, kegiatan inti selama 130 menit, dan kegiatan akhir (penutup)
selama 15 menit
2. Kegiatan Praktek
Pertemuan berdurasi 200 menit terbagi atas kegiatan pembelajaran awal (pembukaan ) selama
15 menit, kegiatan inti selama 170 menit, dan kegiatan akhir (penutup) selama 15 menit
Jumlah siswa
Dalam satu kelas jumlah siswanya antara 25-30 orang
Ketersediaan materi
Pengayaan untuk siswa berpencapaian tinggi, melalui menyediakan buku bacaan
tentang estetika tari dan umum ditunjang dengan kegiatan mengapresiasi tari melalui
praktek salah satu contoh tari tradisional tunggal yang berkembang di daerah masing-
masing. Mengakses pertunjukan tarin tradisional tunggal yang ada di nusantara melalui
channel youtube serta mengajak kegiatan berapresiasi dengan melihat pertunjukan di
gedung kesenian
Alternatif penjelasan, metode, atau aktivitas, untuk siswa yang sulit memahami
konsep adalah menambah kegiatan apresiasi melalui pengamatan terhadap video-video
tari tradisional tunggal dan berapresiasi tari ke sanggar tari terdekat. Guru harus
mendampingi kegiatan siswa dengan intens. Kegiatan dibuat lebih menyenangkan.
Metode
Demontrasi
Performance
project, diskusi
ceramah
eksplorasi.
Asesmen
Penilaian Asesemen individu
Asesmen kelompok
Jenis asesmen
Penilaian Pengetahuan (berupa tes tertulis uraian, tes lisan/ observasi terhadap diskusi
Tanya jawab dan percakapan serta penugasan), digunakan untuk mengevaluasi hasil
pembelajaran pada pertemuan 1-3.
Penilaian Keterampilan (berupa penilaian unjuk kerja, dan penilaian portofolio), digunakan
untuk mengevaluasi hasil pembelajaran pada pertemuan 4 dan 5
Demontrasi mengungkapkan nilai estetika tari tunggal (tambahkan bentuknya
digunakan untuk mengevaluasi hasil pembelajaran pada pertemuan 6
Persiapan Pembelajaran
peserta didik menggunakan pakaian praktek ( celana olah raga dan kaos)
melakukan peregangan / pemanasan saat akan mendemonstrasikan ragam gerak, level dan
pola lantai
melakukan persiapan alat dan bahan rias saat peserta didik akan mempraktekan rias dan
busana tari tradisi dan kreasi
menyiapkan kertas dan alat tulis lainnya saat mempraktekan membuat paper tentang nilai
estetis dari tari tradisi dan kreasi
berada di ruang kelas dengan tepat waktu
Urutan Pembelajaran
Pertemuan tatap muka 1
Alokasi waktu 160 menit
Tujuan pembelajaran:
2.1. Peserta didik menggali nilai estetika tari melalui ragam gerak tari tradisional
INDIKATOR: Peserta didik menggali nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dan iringan tari dengan kritis dan kreatif
Cara kerja peserta didik dalam menggali informasi tentang tari gambyong dari segi: sejarah,
pencipta tari, tema, iringan yang digunakan serta makna gerak, suasana yang dibangun
pada pertunjukan tari gambyong.
Peserta didik bersama guru menentukan metode project dan diskusi yang akan digunakan
dalam menggali nilai estetika tari tradisional jenis tunggal.
Peserta didik melihat video tentang melakukan teknik gerak tari gambyong untuk
memberikan gambaran tentang tema dan iringan pada pertunjukan tari gambyong yang
dapat membentuk estetika.
Guru membagi kelompok kerja
Peserta didik membuka laptop atau hand phone dan menyambungkan pada wifi untuk
melakukan browshing tentang tari gambyong
Mencipta
Peserta didik mengadakan pengamatan terhadap video pertunjukan tari tradisi , kemudian
mempraktekan mengidentifikasi unsur keindahan pada pertunjukan tersebut
Link video yang dimati: https://www.youtube.com/watch?v=BqWw4HPHq1o
Tari Gambyong Pareanom dari Surakarta - Jawa Tengah). Sumber: senibudayaku.com
Peserta didik melakukan diskusi atas hasil kerjanya dan melakukan presentasi secara
bergilir sesuai dengan undian (tekniknya bisa variasikan, misalnya guru menunjuk siswa
untuk maju, atau menggunakan undian, atau melibatkan siswa lain utuk menggambilkan
undian atau siswa yang telah maju kemudian menunjuk siswa lain untuk bergiliran maju.
Menciptakan
Siswa mengadakan pengamatan terhadap video pertunjukan tari tradisi dan kreasi ,
kemudian mempraktekan dengan mengidentifikasi unsur keindahan pada pertunjukan
tersebut
Link video yang dimati: . https://www.youtube.com/watch?v=aBD2aSde_RE (tari Gambyong
dari Surakarta - Jawa Tengah)
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
o Peserta didik dan guru melakukan pemanasan dengan bergerak sesuai teknik pengelolaan
property yang digunakan pada tari gambyong yang benar.
Mengalami
Cara mendemonstrasikan ragam gerak tari gambyong pareanom dan teknik memainkan
property sampur dengan benar
Peserta didik bersama guru menentukan metode demonstrasi yang akan digunakan dalam
menggali nilai estetika tari tradisional jenis tunggal.
Peserta didik mengamati video tentang melakukan teknik memainkan sampur (property)
tari gambyong untuk memberikan gambaran tentang rasa gerak pada pertunjukan tari
gambyong yang dapat membentuk estetika.
Peserta didik mengadakan pengamatan terhadap video pertunjukan tari tradisional tunggal
(gambyong) , kemudian mempraktekan mengidentifikasi unsur rasa pada permainan sampur.
Link video yang dimati: https://www.youtube.com/watch?v=BqWw4HPHq1o
Tari Gambyong Pareanom dari Surakarta - Jawa Tengah). Sumber: senibudayaku.com
Menciptakan
Mempresentasikan secara individu hasil demonstrasi teknik memainkan property sampur
pada tari Gambyong di depan kelas
Menciptakan
Peserta didik mengadakan pengamatan terhadap video pertunjukan tari tradisional tunggal ,
kemudian mempraktekan mengidentifikasi unsur keindahan pada pertunjukan tersebut
Link video Tari gambyong: https://www.youtube.com/watch?v=aBD2aSde_RE
Link video tari piring : https://www.youtube.com/watch?v=r6hQomWsHAE
Link gambar yang diamati: .
Pertemuan PJJ 3
Alokasi waktu 200 menit
Tujuan pembelajaran:
2.3. Peserta didik menggali nilai estetika tari melalui level dan pola lantai tari tradisional
Kegiatan pembuka (15 menit)
o Guru dan peserta didik menyiapkan tempat praktek tari di tempat masing-masing beserta
alat-alat lainnya, seperti: CD room, slide proyektor, file tari gambyong, dan sampur
o Guru dan peserta didik mengenakan pakaian praktek tari
o Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan zoom meeting dan atau web meet
o Guru dan peserta didik melakukan pemanasan dengan bergerak sesuai teknik yang
digunakan pada tari gambyong
Refleksi:
1. Peserta didik menceritakan pengalamannya mengikuti pembelajaran di pertemuan 3
2. Peserta didik menceritakan sesuatu yang diperoleh saat mengikuti peserta didikan
3. Peserta didik mengungkapkan kesulitan dalam menerima pembelajaran
4. Guru merespon cerita peserta didik dengan mengevaluasi pembelajaran dan merencanakan
tindak lanjutnya
Menciptakan
Peserta didik mengadakan pengamatan terhadap video pertunjukan tari tradisional
tunggal , kemudian mempraktekan mennggali unsur keindahan pada pertunjukan tersebut
dengan menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengamatan dan mencari relevansinya
antara pemahaman tentang nilai keindahan yang ada pada tari tradisi dan kreasi dengan
fenomena minat para remaja terhadap tik tok (HOTS)
Link video yang dimati: https://www.youtube.com/watch?v=BqWw4HPHq1o
Tari Gambyong Pareanom dari Surakarta - Jawa Tengah). Sumber: senibudayaku.com
Peserta didik melakukan diskusi atas hasil kerjanya dan melaukan presentasi secara bergilir
sesuai dengan undian
Refleksi Guru
o Menurut saya kegiatan belajar saat ini berhasil
o sangat baik
o baik
o cukup
o kurang
Alasan………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Rubrik:
o sangat baik, jika peserta didik lebih dari 95% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta
propertinya
o baik , jika peserta didik lebih dari 80% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, serta tema dan iringannya
o cukup , jika peserta didik lebih dari 50% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai.
o Kurang, , jika peserta didik kurang dari 40% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana
o menurut saya pendekatan pembelajaran yang digunakan pada proses pengggalian nilai
estetika tari tradisional jenis tari tunggal
o sangat baik
o baik
o cukup
o kurang
alasan
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
Rubrik:
o sangat baik, jika hasil belajar peserta didik lebih dari 95% mampu menggali nilai estetika tari
tradisi dan kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan
iringan, serta propertinya
o baik , jika hasil belajar peserta didik 80% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, serta tema dan iringannya
o cukup , jika hasil belajar peserta didik 50% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai.
o Kurang, , jika peserta didik kurang dari 40% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana
o menurut saya partisipasi peserta didik dalam pembelajaran dalam mengggali nilai
estetika tari tradisi dan kreasi
o sangat baik
o baik
o cukup
o kurang
alasan
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Rubrik:
o sangat baik, jika peserta didik lebih dari 95% mampu menggali nilai estetika tradidi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta
propertinya
o baik , jika peserta didik 80% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi melalui
unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, serta tema dan iringannya
o cukup , jika peserta didik 50% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi melalui
unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai.
o Kurang, , jika peserta didik kurang dari 40% mampu menggali nilai estetika tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana
o menurut saya model pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada materi
mengidentifikasi nilai estetika tari tradisi dan kreasi
o sangat baik
o baik
o cukup
o kurang
alasan
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
o sangat baik, jika hasilnya peserta didik lebih dari 95% mampu menggali nilai estetika tari
tradisi dan kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan
iringan, serta propertinya
o baik , jika hasilnya dari 80% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi melalui
unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, serta tema dan iringannya serta
propertinya
o cukup , jika hasilnya peserta didik 50% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan kreasi
melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai. serta tema dan iringannya serta
propertinya
o Kurang, , jika peserta didik kurang dari 40% mampu menggali nilai estetika tari tradisi dan
kreasi melalui unsur gerak, rias dan busana, level dan pola lantai, tema dan iringan, serta
propertinya
Dampak :
Diferensiasinya untuk siswa dengan hambatan belajar/ Kesulitan belajar adalah
menuliskan/menyampiakannya langsung melalui diskusi tentang keunikan tari yang telah
diamati dari gerak, rias dan busana, iringan tari, tema, level dan pola lantai serta property jika
ada. Mencoba mengajak siswa yang memiliki hambatan belajar untuk melihat keindahan tari
dari keunikannya (bukan mengacu pada teori estetika)
kegiatan yang disarankan untuk siswa/peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi dan
mengeksplorasi topic lebih jauh adalah dengan cara berlatih mengenal gerakan tari, sehingga
dengan merasakan sentuhan langsung ke dalam tubuhnya, maka diharapkan siswa dapat
menguraikan keindahan di dalam tari tersebut.
Penilaian Pengetahuan
Tes tertulis uraian, digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 1-3
Tujuan pembelajaran
1.1 Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika melalui ragam gerak tari tradisi dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dan iringan dengan kritis dan kreatif
1.2 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari tradisi
dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
1.3 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui level dan pola lantai tari tradisi
dan kreasi
Soal
Jawablah pertanyaan ini dengan benar!
Jelaskan tentang pengertian estetika tari!
Berikan contoh cara menuliskan estetika tari yang benar!
Sebutkan apa saja yang membentuk estetika tari!
Mengapa rias busana, level, dan pola lantai tari menjadi sorotan dalam penilaian estetika
tari?
Sebutkan unsur dalam rias dan busana yang dapat membentuk estetika tari!
Sebutkan unsur tema dan iringan yang dapat membentuk estetika tari?
Sebutkan unsur property pada tarai tradisional tunggal yangn mampu membentuk estetika
tari?
Penilaian Pengetahuan
Penugasan.,
digunakan untuk mengevaluasi pertemuan ke 1-4
Tujuan pembelajaran
2.1 Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika melalui ragam gerak tari tradisi dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dengan kritis dan kreatif
2.2 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari tradisi
dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
2.3 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui level dan pola lantai tari tradisi dan
kreasi
2.4. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional dengan kritis dan
kreatif
Table 1
Aspek Pengamatan
tenaga
ruang
waktu
Teknik gerak
Unsur gerak
Unsur rias dan busana 1. Kesesuaian rias dan
busana dengan tema
tari
2. Ketepatan fungsi rias
dan busana dengan
kebutuhan
pementasan tari
3. Pilihan warna dan
bentuk yang sesuai
Unsur level dan pola lantai 1. Level
denganmendukung
karakteristik
tema
tari tari
2.
4. Menggambarkan
Mendukung tokoh
penokohan/ cerita
yang diperankan
dalam tari
Unsur Tema 3.1. Tema sesuaipola
Mendukung dengan
gerak
garap tari
da isi tari
2. Tema sesuai dengan
garap iringan
3. Tema tertuang ke
Unsur Iringan tari 1. dalam
Iringanrias
taridan
yangbusana
dapat
membentuk
yang tepat suasana
garap gerak tari
2. Iringan yang
membentuk
Unsur property tari (jika ada) 1. Properti
pemerananyang
penari
mendukung gerak tari
2. Property yang dapat
membentuk peranan
penari dalam
pertunjukan tari
3. Property yang
sesuai dengan
tema tari
Table 2 Penilaian guru terhadap kinerja peserta didik
Nilai Kementar Paraf
Kelompok 1 Guru Guru
Kelompok 2
Penilaian Pengetahuan
Kelompok 3
Digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 1-3
Tujuan pembelajaran
2.1 Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika melalui ragam gerak tari tradisi dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dengan kritis dan kreatif
2.2 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari tradisi dan
kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
2.3 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui level dan pola lantai tari tradisi dan
kreasi
LK 2. Menganalisis
Analisis dan susun temuan anda mengenai nilai estetika yang terdapat di dalam tarian
tersebut dari unsur gerak, rias dan busana tari, serta level dan pola lantai, tema dan
iringan, serta propertinya!
Tabel analisis
No Unsur estetika tari Analisis
1 Gerak tari
2 Rias dan busana tari
3 Level dan pola lantai tari
4 Tema dan iringan tari
5 Property tari
Penilaian Ketrampilan
(digunakan untuk mengevaluasi pada pertemuan 4)
Tujuan pembelajaran
2.4. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional dengan kritis dan
kreatif
LK 3. Mempresentasikan
Presentasikan hasil diskusi anda di depan kelas!
Rentangan nilai
Nilai Skor Keterangan
A 90-100 Sangat baik
B 80-89 Baik
C 70-79 Cukup
D 60-69 Kurang
E 50-59 Sangat kurang
Rubrik penilaian
KRITERIA KETERANGAN
Sangat baik Jika peserta didik mampu mengidentifikasi, menggali dan menyusun
unsur utama dan pendukung estetika tari tradisional tunggal dengan
lengkap dan cermat dalam menganalisisnya
Baik Jika peserta didik mampu mengidentifikasi dan menggali dan
menyusun unsur utama dan pendukung estetika tari tradisional
tunggal dengan lengkap
Cukup Jika peserta didik mampu mengamati unsur utama dan pendukung
estetika tari tradisional tunggal dengan identifikasi dan menyusun
yang kurang lengkap
Kurang Jika peserta didik mampu mengamati unsur utama dan pendukung
estetika tari tradisional tunggal dengan identifikasi dan menyusun
yang tidak lengkap
Sangat kurang Jika peserta didik mampu mengamati unsur utama dan pendukung
estetika tari tradisional tunggal dengan tanpa identifikasi dan analisis,
menyusun apa adanya tanpa konsep teori estetika
Daftar Pustaka
Budi santosa. 1996. “Wawasan Seni dan Budaya”: Diklat Panduan Belajar Siswa Sekolah
Menengah Karawitan Indonesia Surakarta.
Hidayat, Robby. (2005). Wawasan Seni Tari: Pengetahuan Praktis Bagi Guru Seni Tari. Malang :
Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra UNM.
Humardani. (1983). Kumpulan Kertas Tentang Tari.1977. Surakarta : STSI Press.
Junaedi, Deni. 2016. Estetika: Jalinan Subjek, Objek, dan Nilai. Jakarta: ArtCiv
Kamil, Sri Ardiati. Tata Rias untuk Kecantikan dan Kepribadian. Jakarta: Miswar Jakarta.
Lathief, Halilintar. 1986. Pentas Sebuah Perkenalan. Yogyakarta: lagaligo
Morris, Desmon. 1997. Manwathcing: Afield Giude to Human Behavior. New York: Harry
A.Abrams. Inc., Publishers,
Murgiyanto, Sal. 1986. “Dasar-Dasar Koreografi Tari” dalam Pengetahuan Elementer Tari dan
Beberapa Masalahnya. Jakarta: Direktorak Kesenian Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta : Sinar harapan.
Smits van Waesberghe, F.H.SJ.2016. Estetika Musik (Editor Sunarto). Yogyakarta: TM offset
Sekarningsih, F., Rohayani, Heny. (2006). Kajian lanjutan pembelajaran tari dan drama I.
Bandung: UPI Press.
Soedarsono. (1978). Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta : ASTI
Yogyakarta.
Widyastutieningrum, Sri Rochana. 2012. Revitalisasi Tari Gaya Surakarta. Surakarta: ISI Press
Surakarta.
Widyastutieningrum, Sri Rochana. Wahyudiarto Dwi. 2014. Pengantar Koreografi Tari.
Surakarta: ISI Press Surakarta.
Table 1
Aspek Pengamatan
tenaga
ruang
waktu
Teknik gerak
Unsur gerak
Unsur rias dan busana 1. Kesesuaian rias dan busana
dengan tema tari
2. Ketepatan fungsi rias dan
busana dengan kebutuhan
pementasan tari
3. Pilihan warna dan bentuk yang
sesuai dengan karakteristik tari
4. Mendukung tokoh yang
diperankan dalam tari
Unsur level dan pola lantai 1. Level mendukung tema tari
2. Menggambarkan penokohan/
cerita dalam tari
3. Mendukung pola gerak da isi
tari
Unsur Tema 1. Tema sesuai dengan garap tari
2. Tema sesuai dengan garap
iringan
3. Tema tertuang ke dalam rias
dan busana yang tepat
Unsur Iringan tari 1. Iringan tari yang dapat
membentuk suasana garap
gerak tari
2. Iringan yang membentuk
pemeranan penari
Unsur property tari (jika ada) 1. Properti yang mendukung
gerak tari
2. Property yang dapat
membentuk peranan penari
dalam pertunjukan tari
3. Property yang sesuai dengan
tema tari
Kelompok 2
Kelompok Pengetahuan
Penilaian 3
Tabel analisis
No Unsur estetika tari Hasil Analisis
1 Gerak tari
2 Rias dan busana tari
3 Level dan pola lantai tari
4 Tema dan iringan tari
5 Property tari
Kelompok 2
Penilaian
Kelompok Ketrampilan
3
Digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 3, 5, dan 6
LK 3. Mempresentasikan
Presentasikan hasil diskusi anda di depan kelas!
Table presentasi
Kelompok : ……….
Link youtube yang diamati : (peserta didik bebas memilih tari tradisi dan kreasi dari daerah
setempat)
Unsur yang diamati Hasil pengamatan Simpulan
Gerak tari
Rias dan busana tari
Level dan pola lantai tari
Tema dan iringan tari
Property tari
Kelompok 2
Kelompok 3
Bahan bacaan siswa
https://ngakanabdi.files.wordpress.com/2017/07/senibudaya-kurtilas-x-bukuguru-
rev2017-terampilmatematika-blogspot-com.pdf buku guru seni budaya digital kelas 10
Buku revitalisasi tari gaya Surakarta tulisan Sri Rochana Widyastutieningrum tahun 2012
Buku estetika ( jalinan subjek, objek, dan nilai ) karya Deni Junaedi
Buku Pengayaan:
1. Buku tentang sejarah tari
2. Buku tentang elemen dasar tari
3. Buku tentang rias dan busana
4. Buku tentang tata teknik pentas
5. Buku tentang tema dan iringan tari
6. Buku tentang property tari
7. Dan artikel-artikel ilmiah tentang estetika tari
Materi pertanyaan
Penilaian Pengetahuan,
(digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 1-4)
Tujuan pembelajaran
2.1 Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika melalui ragam gerak tari tradisi dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dengan kritis dan kreatif
2.2 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari tradisi dan
kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
1.3 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui level dan pola lantai tari tradisi dan
kreasi
2.4. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional dengan kritis dan
kreatif
Tes tertulis uraian,
Jelaskan tentang pengertian estetika tari!
Berikan contoh cara menuliskan estetika tari yang benar!
Sebutkan apa saja yang membentuk estetika tari!
Mengapa rias busana, level, dan pola lantai tari menjadi sorotan dalam penilaian estetika
tari?
Sebutkan unsur dalam rias dan busana yang dapat membentuk estetika tari!
Sebutkan unsur tema dan iringan yang dapat membentuk estetika tari?
Sebutkan unsur property pada tari tradisi dan kreasi mampu membentuk estetika tari?
Penilaian Pengetahuan
Amatilah pertunjukan tari tradisi (akses youtube) , diskusikan dengan anggota kelompok
lainnya!
Link youtube 1. https://www.youtube.com/watch?v=W884BjtQxvc
Link youtube 2. https://www.youtube.com/watch?v=QARV4YeH3dE
Link youtube 3. https://www.youtube.com/watch?v=1BQM836-e84
Penugasan.
LK 1. Mengamati dan mendiskusikan
Table 1
Aspek Pengamatan
tenaga
ruang
waktu
Teknik gerak
Unsur gerak
Unsur rias dan busana 6. Kesesuaian rias dan busana
dengan tema tari
7. Ketepatan fungsi rias dan
busana dengan kebutuhan
pementasan tari
8. Pilihan warna dan bentuk
yang sesuai dengan
karakteristik tari
Mendukung tokoh yang
Unsur level dan pola 4. diperankan
Level mendukung tema tari
dalam tari
lantai 5. Menggambarkan penokohan/
cerita dalam tari
6. Mendukung pola gerak da
isi tari
Unsur Tema 1. Tema sesuai dengan garap
tari
2. Tema sesuai dengan garap
iringan
3. Tema tertuang ke dalam rias
dan busana yang tepat
Penilaian Pengetahuan
Digunakan untuk mengevaluasi pertemuan 1-4
LK 2. Menganalisis
Analisis dan susun temuan anda mengenai nilai estetika yang terdapat di dalam tarian
tersebut dari unsur gerak, rias dan busana tari, serta level dan pola lantainya!
Tujuan pembelajaran
2.1 Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika melalui ragam gerak tari tradisi dan kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengidentifikasi nilai estetika ragam gerak tari tradisi dan kreasi
berdasarkan tema dengan kritis dan kreatif
2.2 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari tradisi dan
kreasi
INDIKATOR: Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui tata rias dan busana tari
sebagai bagian dari property pada tradisi dan kreasi
1.3 Peserta didik mengindentifikasi nilai estetika melalui level dan pola lantai tari tradisi dan
kreasi
2.4. Peserta didik membuat tulisan tentang nilai estetika tari tradisional dengan kritis dan
kreatif
Tabel analisis
No Unsur estetika tari Hasil Analisis
1 Gerak tari
2 Rias dan busana tari
3 Level dan pola lantai tari
4 Tema dan iringan tari
5 Property tari
LK 3. Mempresentasikan
Presentasikan hasil diskusi anda di depan kelas!
Table presentasi
Kelompok : ……….
Link youtube yang diamati : (peserta didik bebas mengakes dan memilih tari tradisi
dan kreasi dari youtube sesuai dengan minatnya)
Metode
1. Drill (belajar secara berulang-ulang)
2. Tutor sebaya
Bahan Ajar
Jenis tari tradisional
Tari tradisional memiliki beberapa ciri yang membuatnya berujung pada kategorisasi tradisi.
Beberapa ciri tersebut meliputi:
1. Upacara Ritual, dalam fungsi ini tari harus memenuhi kaidah yang telah turun-
temurun dijaga menjadi tradisi. Biasanya diselenggarakan pada saat tertentu dan
dilakukan oleh orang-orang tertentu pula. Terkadang tari upacara ritual juga harus
menyajikan sesaji di tempat-tempat tertentu.
2. Upacara penobatan Raja atau Kepala Adat seperti pada Tari Bedhaya Ketawang dari
Jawa Tengah.
3. Upacara kematian seperti pada Tari Mapeliang dari Sulawesi.
4. Upacara untuk membangun rumah seperti pada tari Seru Kju No Gawi di daerah Timor.
1. Tari Primitif, Merupakan tarian yang gerak maupun iringannya masih sederhana.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penggarapan koreografinya belum dilakukan
secara serius. Busana kostum dan tata riasnya juga masih kurang diperhatikan. Tari
tradisional jenis ini jarang dipentaskan bahkan sudah jarang dijumpai keberadaannya,
kemungkinan tari ini hanya dapat ditemui di daerah terpencil atau pedalaman saja.
2. Tari Klasik, yaitu tari tradisi yang sudah mapan atau baku baik dari segi gerak, maupun
iringannya. Tari klasik merupakan tarian yang sudah mendapatkan banyak perhatian
dan biasanya digarap secara serius oleh masyarakatnya dan mendapatkan dukungan
penuh dari tetua, bangsawan, atau raja suatu daerah yang telah mencapai nilai artistik
cukup tinggi karena telah menempuh perjalanan yang cukup panjang (sudah
mengalami masa kejayaan).
3. Tari Rakyat, Tarian ini memiliki gerakan dan pola langkah yang sederhana dan cukup
mudah untuk dipeserta didiki, meskipun telah mengalami penggarapan koreografi
yang serius. Karena, tari rakyat terlahir dari budaya masyarakat pedesaan yang berada
di luar tembok Keraton. Katakanlah tarian ini diciptakan dari dan untuk dinikmati oleh
rakyat, sehingga tidak ada beban khusus terhadap kerajaan atau pihak penguasa lain
yang menuntut nilai estetika agung.
Perlu menjadi catatan pula bahwa terdapat tarian tradisional yang telah
dikembangkan. Misalnya, tari jaipong yang sebetulnya dikreasikan di zaman modern.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa tari tersebut sudah tidak tradisional lagi, melainkan
lebih cocok disebut sebagai tari tradisional kreasi, atau bahkan tarian modern.
Atau
Horizontal vertikal
Atau
Melingkar melengkung
Atau
Menyilang Diagonal
c. Desain Lantai, desain garis tersebut dibuat dengan garis tubuh dan tangan serta kaki
penari, dan sekaligus dapat diamati jejak dan garis imajiner yang dilalui oleh penari atau
garis di lantai yang ditinggalkan oleh formasi penari kelompok. Desain gerak tubuh
maupun garis pola lantai dapat dibuat dalam berbagai macam arah: kedepan, kebelakang,
ke samping, ke atas, diagonal, atau menyudut, dan sebagainya. Pola lantai dapat di buat
dalam bentuk segitiga , segi empat, huruf V, lingkaran, angka delapan, berkelok-kelok, atau
kombinasi antar garis lurus dan melengkung di samping dapat pula dibuat simetri dan
asimetri. Berikut contoh bentuk-bentuk garis tersebut:
Contoh desain Garis berdasarkan arah hadapnya:
Lingkaran berkelok
e. Desain Atas, adalah desain yang berada di udara di atas lantai, yaitu desain yang
dilihat oleh penonton terlintas pada back-drop. Pada desain atas terdapat 16
elemen dasar yang harus diperhatikan dan ini boleh dipadu dalam variasi cara
yang hamper tidak terbatas (bebas). Elemen dasar tersebut meliputi:
Datar , penonton melihat badan penari dalam postur yang hamper tampa
prespektif. Sentuhan emosionalnya akan memberi kesan terbuka, kejujuran,
ketenangan, atau bahkan kedangkalan. Contoh garisnya: vertical, horizontal,
berlawnan, murni, statis, lengkung, bersudut, tinggi, medium, rendah, lukisan,
garis lanjutan, dan garis tertunda.
Dalam , penonton melihat penari dalam postur penari dalam prespektif yang
dalam, yaitu anggota badan ditempatkan kea rah up-stage, dan down-stage.
Desain ini memberikan kesan kedalaman lebih dari emosi, dan lebih
berperasaan.
Vertical , sebuah garis keatas dan kebawah. Memberikan kesan egosentris dan
cocok untuk mendukung suasana yang menarik diri (menyerah atau pasarah)
Horizontal , garis melintang horizontal. Dapat digunakan untuk setiap elemant
kecuali vertical. Ini memberi rasa menjangkau keluar. Ia sadar ruang sekeliling
badan, dan cocok untuk suasana yang tercurah.
Kontras, sebuah postur menggarap garis bersilang pada tekukan yang
berlawanan dan mengandung kontinuitas garis dalam posisi. Dapat memberi
sugesti kekuatan atau kebingungan.
Murni, sebuah postur tanpa garis yang kontras. Memberikan efek
kesederhanaan dan tenang.
Statis, pose statis, tetapi tidak bergerak. Memberikan kesan tekana kuat yang
tercipta dalam dinamika gerak yang dapat mengangkat diri pribadi ke
kaadaan nafsu.
Lengkung, anggota badan dan badan dilengkungkan. Kesan yang dibrikan
adalah halus, lembut, dan indah dapat membawa penonton merasakannya
atau jika ada perubahan dinamis ia menjadi lebih egosentris.
Bersudut, sebuah postur/anggota badan dan badan ditekuk menyudut.
Memberi sugesti kekuatan secara sadar.
Spiral, sebuah postur atau gerak anggota badan melengkung sekeliling garis
badan tengah. Bisa memberikan sentuhan emosional pada desain tinggi,
medium dan rendah.
Tinggi, ruang dari dada penari keatas. Terletak dari dada penari keatas adalah
wilayah intelektul-spiritual. Gerak yang dibuat pada wilayah ini memberikan
kesan inteketual-spiritual.
Medium, ruang antara bahu penari dan pinggang. Adalah bagian yang penuh
emosi. Bisa diciptakan melalui aksen –aksen kecil yang anatomis
Rendah, ruang yang terletak di pinggang penari kebawah. Adalah wilayah vital
(penuh daya hidup). Perhatian ke daerah ini harus digunakan untuk motivasi-
motivasi yang tumbuh dari kekuatan hidup yaitu tanah.
Terlukis, sebuah garis yang dilukiskan di udara oleh satu bagian dari badan
(satu property) dan garis yang dihasilkan nempak lebih jelas daripada anggota
badan yang melukis.
Garis lanjutan, garis yang terlukis du udara di luar jangkauan badan penari
Garis tertunda, garis yang telukis di udara oleh rok panjang, rambut, atau
sebuah property atau perlengkapan yang tidak punya nafas sendiri tetapi
terkontrol oleh penari melalui kemauan yang sadar.
f. Desain tiga dimensi, memiliki panjang, lebar, dan tinggi aatau kedalaman yang
menghasilkan volume atau isi yaitu keruangan yang berhubungan dengan besar
kecilnya jangkauan gerak tari. Besar kecilnya janhkauan gerak tari ada
hubungannya dengaan perasaan. Dalam keadaan gembira orang cenderung
melakukan gerkan yang besar, luas dan ringan. Dalam keadaan tertekan atau takut
orang akan melakukan gerakan yang kecil dan tersendat. Grakan yang besar dan
kuat erat kaitannya dengan perasaan yang terbuka dan bebas. Sebaliknya gerakan
kecil yang terbatas jangkauan ruangnya membawa aspirasi kita kepada kekangan
rasa.
Ruang pentas
Ruang pentas dapat dibedakan menjadi 2:
o Pentas proscenium, penonton hanya dapat mengamati tontonan dari satu sisi (depan )
saja
o Pentas arena, lebih banyak digunakan untuk pemanggungan tontonan tari tradisional
kerakyatan, dengan jarak penonton yang lebih dekat, sehingga menghadirkan suasana
yang lebih akrab. Penataan geraknya cenderung ke satu arah (depan saja) tanpa
mempedulikan sudut pandang penonton yang lain.
2. Desain Tenaga
Tenaga didalam tari menggambarkan suatu usaha yang mengawali, mengendalikan
dan menghentikan gerak. Beberapa factor yang berhubungan dengan penggunaan tenaga
dalam melakukan gerak adalah intensitas, akses/ tekanna, dan kualitas. Hali ini berkaitan
dengan keuat lemahnya tanaga yang digunakan saat menari, adanya aksen/tekanan atau justru
halus, ada juga kontras dinamika geraknya dapat dilihat dari watak gerak yang khas.
3. Desain Waktu
Setelah kedua unsur di atas, selanjutnya unsur utama dalam tari adalah waktu. Pengertian
waktu dalam tari adalah waktu yang diperlukan oleh penari dalam melakukan gerak. Waktu dalam
tari sangat tergantung dari cepat lambatnya (tempo) penari ketika melakukan gerak, panjang
pendeknya ketukan (ritme) dalam melakukan gerak, dan lamanya (durasi) penari dalam
melakukan gerak. Meski unsur utama dalam tari adalah tiga hal di atas, namun jangan sampai
dilewatkan atau tidak terdapat dalam sebuah karya seni tari. Tari menggunkan tenaga untuk
mengisi ruang, tetapi ini dapat dilakuakn hanya kalau ada waktu. Elemen waktu meliputi factor
tempo dan ritme. Ritme adalah istilah yang menunjukan sebuah pola hubungan timbal balik yang
kadang berupa sebuah pengulangan sederhana tetapi ada kalanya juga merupakan sebuah
perkembangan yang rumit
Tempo, adalah kecepatan sebuah tarian ditentukan oleh jangka waktu, dimana
dapat diselesaikan serentetan gerakan tertentu, jangka waktu sebuah tubuh
seorang penari dalam menyelesaikan sebuah rangkaian gerakan. Gerakan cepat
biasanya terkesn lebih aktif dna menggairahkan, sedangkan gerakan yang lambat
terkesaan menguasai rangsangan tersebut.
Ritme, menghendaki adanya pengaturan pola gerak dimana ada serangkaian
pemukaan-permukaan, perkembangan, dan akhirnya mengarah ke struktur:
awal-klimaks- akhir.
Selain beberapa unsur utama dalam tari di atas, terdapat juga beberapa unsur
pendukung dalam tari, antara lain:
1. Desain lantai, Desain lantai merupakan garis-garis di lantai yang dilalui oleh seorang
penari atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Jenis garis
di lantai ada dua macam, yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lurus dapat
menghasilkan bentuk V, V terbalik, segitiga, T, T terbalik dan diagonal. Sementara itu,
garis lengkung dapat dibuat bentuk lingkaran, lengkung setengah lingkaran, spiral,
angka delapan dan lengkung ular.
2. Desain atas, Desain atas adalah desain yang dibuat oleh anggota badan dan berada
di atas lantai. Desain ini dilihat dari arah penonton. Desain atas ada bermacam-macam
bentuknya. Masing – masing desain menimbulkan kesan sendiri-sendiri bagi penonton
yang melihatnya.
3. Desain music, Desain musik adalah pola ritmis dalam sebuah tari. Pola ritmis dalam
tari timbul karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi. Gerakan tari yang sesuai
dengan harmoni dan gerakan tari yang sesuai dengan frasa musik.
5. Dinamika, Dinamika adalah segala perubahan dalam tari karena adanya variasi-
variasi dalam tari tersebut. Dinamika dalam tari dapat menjadikan tarian itu menarik.
6. Tema, Tema adalah ide persoalan dalam tari. Sumber tema tari dapat dari benda-
benda yang ada di sekitar kita, peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi, kegiatan kerja,
perilaku binatang, cerita rakyat, cerita kepahlawanan, dan legenda.
7. Tata rias, tata rambut, dan tata busana tari, Rias wajah dan pakaian untuk tujuan
menari biasanya dibuat khusus untuk mendukung penampilan penari di atas pentas.
Ada 3 jenis tata rias wajah yaitu rias korektif, rias fantasi dan rias karakter.
8. Tata pentas, Tata pentas adalah penataan pentas untuk mendukung pergelaran tari.
Di atas pentas, biasanya dilengkapi dengan seperangkat benda-benda alat yang
berhubungan dengan tari.
9. Tata cahaya, Tata cahaya adalah seperangkat penataan cahaya di pentas. Penataan
cahaya dalam pergelaran tari dibuat untuk penerangan, memperkuat suasana tari, dan
hal itu untuk memperjelas peristiwa dari suatu adegan tarian.
10. Tata suara, Tata suara adalah seperangkat alat sumber bunyi yang bertujuan
sebagai pengaturan musik untuk iringan tari.
Tokoh dan karakter dapat dijumpai juga pada tari tentang fauna seperti Tari Merak.
Tata rias dan busana pada tari Merak yang digunakan, memperlihatkan seekor burung
Merak yang indah. Tata busana yang digunakan merupa kan perwujudan dengan sayap dan
tutup kepala sebagai ciri khas yang menunjukkan perwujudan burung Merak
Tri Merak Sunda
Sumber: senibudayasia.com
Tata rias adalah teknik membuat garis pada wajah sesuai dengan ide dan konsep
garapan tari. Pengaturan tata rias termasuk juga pada penataan rambut. Tata rias didalam
tari sangat berbeda dengan rias correktif. Rias di dalam tari berfungsi sebagai perwujudan
watak/karakter si penari agar sesuai dengan peranan yang dibawakan dalam tarian
tersebut. Demikian juga tata busanaya, desain busana dan warna serta bentuknya harus
mampu menghidupkan perwatakan penari. Busana merupakan keseluruhan kebutuhan
sandang yang dikenakan pada tubuh penari diatas pentas yang sesuai dengan peranan yang
dibawakan.
Sumber :moondoggiesmusik.com
Gambar tari pendet diatas menunjukan rias dan busana yang eksotis dan feminine. Tokoh
keperempuananya dibuat sangat menonjol. Rias dengan menggunakan warna yang mencolok
merupakan gambaran dari kesatuan secara menyeluruh pada tampilan penari yang sangat
energik, berani dan dinamis. Demikian juga busana yang dililitkan pada tubuh penari
menggambarkan keindahan lekuk tubug penari saat bergerak secara dinamis, sehingga efek dan
kesan yang ditampilkan adalah feminine yang energik. Apalagi didukung dengan pemilihan warna
yang kontras dapat menambah kesan yang ceria dan percaya diri
Unsur keindahan level dan pola lantai pada tari tradisional tunggal
Konsep gerak
Beberapa factor dasar dalam gerak yaitu bahan, tenaga, waktu, dan ruang. Keempat factor
tersebut menjadi pokok dalam rancang bangun bentuk gerak. Sesuai dengan fungsinya dlam
suatu aktifitas empat factor tersebut dapat memperkaya konsep dan bentuk, diantaranya:
Gerak ada;ah penggunaan ruang oleh suatu bahan yang bertenaga dalam ukuran waktu.
Objek gerk demikian mempunyai kekuatan lebih pada ruang oleh perilaku bahan
dengan tenaga dalam waktu.
Gerak adalah berpindahnya bahan yang bertenaga dalam suatu ruang dalam ukuran
waktu. Objek gerak demikian mempunyainkekuatan lebih pada bahan yang dinamis
oleh waktu dalam ruang.
Geraka adalah cara menggunakan waktu oleh bahan yang bertenaga dalam ruang, objek
gerak demikian lebih dominan pada pengaturan waktu berpindshnya bahan oleh tenaga
dalam posisi ruang
Gerak adalah perubahan tenaga pada bahan dalam waktu didalam ruang. objek gerak
demikian lebih dominan pada pengaturan tenaga pada bahan dalam waktu dan ruang
Meskipun bentuk gerak itu terdiri dari bahan, tenaga , dan ruang, dan wktu tetapi setelah
semuanya menyatu dalam bentuk akan mempunyai kekuatan ungkap. Gerak adalah
bentuk kesatuan unsur-unsur yang terakumulasi dalam kwalitas, sehingga sangat sulit
untuk memahami prosesnya karena itu perlu kepekaan dan kejelian eseorang dalam
pemahaman sistemik. Kekuatan bentuk gerak sebagai sasaran analisa bisa terjadi pada
factor unsur yang sangat kecil sehingga kepekaan penganalisa menentukan ketika
menangkap makna, rasa, karakter pada oibjek gerak yang dianalisa.
1. Pola lantai garis lurus, Pola lantai garis lurus sering dijumpai pada pertunjukan tari tradisi di
Indonesia. Tari Saman dari Aceh menggunakan pola lantai garis lurus secara horisontal yang
menunjukkan hubungan antarmanusia. Pola lantai garis lurus juga dijumpai pada tarian Bedaya
di keraton Jawa. Pola lantai garis lurus juga dijumpai pada tari Baris Gede di Bali. Garis-garis
lurus dapat juga dimaknai memiliki sikap jujur.
2. Pola Lantai Garis Lengkung, Pola lantai tari selain garis lurus dapat juga berbentuk garis
lengkung. Tari Kecak merupakan salah satu contoh pola lantai garis lengkung yang membentuk
lingkaran. Pola lantai garis lengkung dapat juga dijumpai pada tari Randai dari Minangkabau.
Pada penari berjalan mengelilingi pentas membentuk lingkaran. Pola lantai garis lengkung
dapat juga dijumpai pada tari Badong dari Toraja, Sulawesi Selatan. Di daerah Flores dapat
dijumpai tari dengan mengunakan garis lengkung yaitu tari Gawi. Tari Rejang Dewa dari Bali juga
banyak menggunakan pola lantai garis lengkung. Tari perang dari daerah Papua juga banyak
menggunakan pola lantai lengkung. Tari tradisional kerakyatan yang fungsinya sebagai sarana
upacara ritual tertentu akan menggunakan pola lantai garis lengkung sebagai bentuk
menyatunya antara manusia dengan Tuhannya.
Level pada tari
Level Gerak pada tari adalah tinggi rendahnya gerak tari yang dilakukan oleh penari diatas
pentas.Level Gerak ada 3 yaitu: Level tinggi, level sedang dan level rendah.
1. level tinggi contohnya di Indonesia ada tradisi yang dilakukan dengan level tinggi yaitu
melayang, di daerah Nias dengan tradisi lompat batu . Tradisi ini telah hidup sejak ratusan
tahun silam dan masih terpelihara hingga saat ini. Level tinggi pada gerak tari sering
dilakukan pada tradisi tari balet. Level tinggi juga dapat dijumpai pada tari tradisi di
Indonesia. Pada tarian perang dari suku Dayak salah seorang dari penari melompat dan
memberi kesan dinamis dan kekuatan yang luar biasa. Tarian dengan tema perang di setiap
suku memiliki kemiripan level tinggi. Level tinggi berfungsi juga untuk menunjukkan antara
dua peran yang berbeda.
2. Level sedang , gerak yang dilakukan sejajar dengan tubuh. Gerak pada level sedang hampir
dimiliki oleh semua tari tradisional di Indonesia. Level sedang ditunjukkan pada posisi penari
berdiri secara lurus di atas pentas. Gerak yang dilakukan memiliki kesan maskulinitas karena
gerak seperti ini sering dilakukan oleh penari pria.
3. Gerak level rendah dilakukan dengan menyentuh lantai. Ketinggian minimal dicapai penari
adalah pada saat rebah di lantai.
Jadi level gerak yang dilakukan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: tinggi, sedang, dan
rendah. Level pada gerak berfungsi untuk membuat desain bawah dan atas sehingga gerak tari
yang dilakukan tampak dinamis. Level gerak juga berhubungan dengan ruang, waktu, dan
tenaga. Level dapat membentuk ruang. Untuk membentuk ruang membutuhkan waktu. Untuk
membentuk ruang dan waktu tentu membutuhkan tenaga untuk dapat melakukan gerak sesuai
dengan intensitasnya.
Penggambaran level ini dapat di lihat dari pementasan yang jika ada seorang penari
yang berdiri sejajar dengan tubuhnya maka itu adalah level sedang dan jika posisi penari itu
berbaring di lantai maka itulah level rendah. Setiap gerak tari daerah memiliki kesamaan pada
levelnya , baik itu level tinggi, sedang atau rendah.
Berikut contoh level dan pola lantai pada tari piring.
Sumber: arindakomaladewi.blogspot.com
Gambar diatas adalah tari Piring. Tampak pada gambar menunjukan level yang beragam,
mulai level rendah, sedang tinggi. Level rendah ditunjukan pada gambar penari yang duduk bersimpuh,
dan level ditunjukan oleh pose penari jengkeng, serta level tinggi ditunjukan pada gambar penari yang
beridiri tegak lurus diatas lantai. Pola lantai tersusun atas kesatuan garis lurus yang menghungkan antr
penari satu dengan lainnya. Pola lanti yang tampak membentuk formasi penari menyerupai huruf A.
Berikut contoh video tarian yang menggunakan pola lantai garis lengkung dan garis lurus
3. Tari kecak dari Bali https://www.youtube.com/watch?v=-dORkpaQNss
4. Tari Tarik Pukat dari Aceh https://www.youtube.com/watch?v=Ovrn3yBpSt4
Penampilan tari berdasarkan tema dapat dibedakan menjadi tari tematik dan
tari nontematik. Tari tematik adalah sebuah tarian yang 37 mengutamakan dan
menonjolkan isi, berorientasi pada cerita yang disajikan dapat dipahami oleh
penonton. Tari non tematik adalah tari yang lebih mengutamakan kesempurnaan
tampilan dari pertunjukan. Menurut Purwatiningsih dan Harini 2002: 59-61,
berdasarkan tema dan isi, tari dapat dibagi menjadi empat, yaitu tari erotis, mimitis
dan totematis, heroik, dan dramatik.
MATERI PENGAYAAN
Keterkaitan antara iringan musik dan pementasan tari, sedikitnya terdapat 5 fungsi iringan
musik pada pementasan tari yang penjelasannya bisa dilihat dibawah ini:
1. Musik berfungsi sebagai alat pengiring/penunjang tari sehingga tidak banyak menentukan isi
tarinya.
2. Selain itu, musik juga berfungsi dalam memberikan suasana tari yang peran ini sesuai dengan
gerakan tarinya, seperti agung, sedih, gembira, tenang, bingung, gaduh dan sebagainya.
3. Musik sebagai ilustrasi atau pengantar tari berarti peranan musik tidak selalu mengikuti
gerak tarinya dan memberikan gambaran serta makna yang terkandung, untuk menekankan
pada bagian tertentu dan membantu membuat suasana tertentu sebagaimana yang
dikehendaki oleh garapan tarinya.
4. Membantu menyesuaikan waktu dengan gerakan tari yang memakai irama, sehingga apabila
menggunakan musik maka, tempo yang akan dihasilkan sesuai dengan apa yang dilakukan
penari begitupula mengingatkan perubahan gerakan penari.
5. Menambahkan kemeriahan tari karena musik dapat membangkitkan suasana penonton,
sebab apabila hanya bergerak saja makan akan membuat tari jadi sunyi, dan bisa membuat
penari bersemangat.
Fungai musik:
1. Music untuk iringan tari, terdapat perpaduan ynag kuat antara kata, music dan tari dalam
irama menimbulkan kekuatan-kekuatan gaib. Penari akan merasa terhipnotis dengan alunan
nada dan syairnya, sehingga gerak yang muncul seakan mengisi makna musiknya. Music
dianggap memilki kekuatan gaib yang harus dimainkan secara khidmat dan cermat yang
tampak dari segi irama dengan aksen-aksen music dimainkan pada alat-alat yang kuat
bunyinya.
2. Music untuk iringan bekerja, bertujuan memberikan dorongan semangat bekerja dan
keserentakan dalam melakukan pekerjaan
TEORI Estetika
A. Definisi Estetika
Definisi meiliki pern penting dalam sebuah kajian, karena definisi digunakan untuk melandasi
pemahaman. Sebuah definisi mesti akurat, kesalahan pendefinisia berakibat pada kesalahan
asumsi, dan kesalahan asumsi berakibat pada kesalahan sikap. Definisi berfungsi sebagai
pembatas sauatu ha, oleh karena itu harus mampu membatasi hal yang didefinisikan.
Estetika berasal dari bahasa yunani aithetikos yang berarti memahami memalui pengamatan
inderawi, kata dalam bahasa inggris aesthetics itu memiliki akar aisthetics yang berarti perasaan
maupun persepsi. Adapun secara maknawi, buku ini menawarkan definisi estetika sebagai, “kajian
tentang prosesyang terjadi antara subjek, objek, dan nilai terkait dengan pengalaman, properti, dan
parameterkemenarikan maupun ketidakmenarikan.
Sepeti tampak beberapa konsep terkandung dalam definisi itu. Konsep tersebut melipti: kajian,
proses, subjek, objek, nilai, pengalaman, parameter,properti, kemenarikan dan tidakmenarikan.
Masing-masing konsep juga sangat mungkin terkait dengan konsep yang lain lagi. Adapun
pengertian singkat masing-masing konsep yang terkandung dalam defnisi estetika tadi adalah
sebagai berikut (pengertian yang lebihmendalamakan di bahas pada bab-bab selanjutnya).
“Kajian” berarti suatu yang telah ilmiah dilakukan secara sistematis dan konsisten. Penggunaan
kata kajian tanpa menambahkan nama bidang tertentu mengindikasikan bahwa estetikan tidak
hanya terkait pada satu bidang keilmuan saja. Hanya menjadi kajian filsafat; namun estetika
dipandang sebagai kajian multidisiplin yang dapat bersentuhan, atau bahkan menjadi bagian, dari:
psikologi, seni, simiiotika, sosiologi, antropologi, politik, ekonomi, komunikasi, agama, matematika,
sejarah, komputasi, dan lainnya.
“Proses”, yang secara khusus disebut “proses estetis”, adalah keterkaitan timbal balik antara
pengalaman estetis yang berupa kesukaan ataupun ktidaksukaan sang subjek dengan nilai estetis
atau parameter kemenarikan atau ketidakmenarikan , juga dengan properti atau komposisi bentuk
yang terkandung dalam objek estetis. Proses estetis ini juga disebut “estetis”.
“ Subjek”, atau lebih tepat adalah “subjek estetis”, merupakan seseorang yang menikmati atau
membuat objek estetis. Subjek estetis yang menikmati subjek yang estetis disebut “spektator”;
sedangkan subjek estetis yang mmbuat estetis disebut “kreator”; dan kreator yang secara intensif
mengerjakan objek estetis dalam bentuk karya seni disebut “seniman”. Secara teknis, subjek yang
di maksudkan buku ini adalah manusia; kendati kini komputer juga telah direkayasa untuk
“merasakan” keindahan. Di sisi lain, emosi keindahan atau kejelekanpada binatang rupanya belum
di teliti secara intensif. Akan tetapi, Mark Tnsey secara berseoroh telah mengngka hal itu lewat
lukisan yang berjudul Th innocent Eyetest. Karya buatan yahun 1981 iyu menggambarkan subjek
estetis berupa sapi; dan objek estetis berupa lukisan sapi; sedangkan nilai estetisnya “hanya sapi
yang tahu”.
Dalam menghadai objek estetis, sujek akan berada dalam pengalaman tertentu. “Pengalaman”
dalah hal angterjadi pada subjek baik terkait dengan emosi, kognisi, maupun konasi. Pengalaman
yang dialami oleh spekttor disebut “pengalaman estetis”, sedankan pengalaman yangdialami olh
kreator disebut “pengalaman artistik”.
Selanjutnya, “objek estetis” adalah hal apapun yang memiliki properti atau ciri-ciri bentuk yang
menyebabkan ketertaikan atu tidaktertarikan.objek memilikibentuk dalam arti luar, baik bentuk
yang terindera oleh oleh penglihatan maupun pendengaran. Objek estetis dapat besifat natural
maupun kultural. Objek esteti natural adalah objek yang yang belum mendapat campur tangan
pengolahan akal manusia. Sebaiknya, objek kultural adalah objek yang telah bersentuhan dengan
akal manusia walaupun daam porsi yang paling kecil. Obek estetis yang bersifat kultural dapat
berupakarya seni maupun nonseni. Segala jenis objek estetis, baik natural maupun kultural , baik
seni maupun nonseni, dapat berbentuk benda, kegiatan, maupun konsep.
Adapun “properti” adalah ciri-ciri atau atribut yang dimiliki objek estetis. Properti ini dapat terindra
oleh manusia, atau paling tidak disampaikan lewat aspek terindra. Properti kemenarikan dalam
objek estetis merpakan komposisi dari unsur-unsur yang lebih kecil, misalnya, komposisi lukisan
lukisan terdiri terdiri dari warna , garis, bentuk, dan tekstur; komposisi musik terdiri dari unsur pitch,
timbre, dan ritme. Komposisi sastra tersusun atas unsur kata, kalimat, dan paragraf; komposisi
pemandangan alam tersusun dari unsu ruang, warna, bentuk, suhu, dan lainnya.
Selanjutnya “nilai” atau “nilai estetis” merupakan landasan yang digunakan untuk menentukan
kemenarikan atau ketidakmenarikan sebuah objek estetis. Perangkat untuk menentukan tinggi
rendahnya nilai adalah “parameter”. Dengan kata lain parameter merupakan tolok ukur yang
digunakan untuk menyatakan menarik atau tidak menari atas suatu objek. Jika suatu objek estetis
sesuai dengan parameter kemenarikan yang digunakan subjek maka objek itu oleh sang subjek
akan dikatakan menarik; sebaiknya, jika suatu objek estetis tidak sesuai dengan parameter
kemenarikan yang digunakan subjk maka objek tersebut akan dipandang tidak menarik.
Dengan demikian, menarik merupakan kesesuaian antara properti yang dimiliki objek estetis
dengan nilai estetis yang dipakai subjek estetis. Sebaliknya, tidak menarik merupakan
ketidaksesuaian antara proerti yang dimiliki objek estetitis dengan nilai estetis yang dipakai subjek
estetis.
Definisi estetika dalam buku ini lebih memilih istilah kemenarikan (attractiveness) dan
ketidakmenarikan (unattractiveness) ketimbang keindahan (beauty) dan kejelekan (ugliness).
Keindahan hanyalah bagian dari ketidak menarikan . keindahan hanyalah persoalan estetika yang
terkait,denag order (keteraturan), sedangkan kemenarikan meliputi order dan juga chaos
(ketidakteraturan). Karya seni, sebagi salah satu objek estetis, tidak selalu terkait dengan
keindahan, tetapi selalu terkait dengan kemenarikan, hal ini akan dibahas lanju dalam Bab Estetis.
Meskipun tidak sepenuhnya sama, penghapusan istilah keindahan dalam definisi estetika sejalan
dengan pendapat Theodor Adorno. Dalam Aesthetics Theory ia menyatakan bahwa pencantuman
definisi estetika sebagai kindahan akan membatasi, kaena karakter formal konsep keindahan
cenderung menghilangkan keberlimpahan isi pembahasan estetika.
1. Desain lantai, Desain lantai merupakan garis-garis di lantai yang dilalui oleh seorang penari
atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Jenis garis di lantai ada dua
macam, yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lurus dapat menghasilkan bentuk V, V
terbalik, segitiga, T, T terbalik dan diagonal. Sementara itu, garis lengkung dapat dibuat bentuk
lingkaran, lengkung setengah lingkaran, spiral, angka delapan dan lengkung ular.
2. Desain atas, Desain atas adalah desain yang dibuat oleh anggota badan dan berada di atas
lantai. Desain ini dilihat dari arah penonton. Desain atas ada bermacam-macam bentuknya.
Masing – masing desain menimbulkan kesan sendiri-sendiri bagi penonton yang melihatnya.
3. Desain music, Desain musik adalah pola ritmis dalam sebuah tari. Pola ritmis dalam tari
timbul karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi. Gerakan tari yang sesuai dengan harmoni
dan gerakan tari yang sesuai dengan frasa musik.
4. Desain dramatis, Desain dramatis adalah tahapan-tahapan emosional untuk mencapai
klimaks dalam sebuah tari. Tahap-tahap emosional ini perlu ada dalam sebuah tari agar tarian
itu menjadi menarik dan tarian itu tidak terkesan monoton.
5. Dinamika, Dinamika adalah segala perubahan dalam tari karena adanya variasi-variasi dalam
tari tersebut. Dinamika dalam tari dapat menjadikan tarian itu menarik.
6. Tema, Tema adalah ide persoalan dalam tari. Sumber tema tari dapat dari benda-benda yang
ada di sekitar kita, peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi, kegiatan kerja, perilaku binatang,
cerita rakyat, cerita kepahlawanan, dan legenda.
7. Tata rias, tata rambut, dan tata busana tari, Rias wajah dan pakaian untuk tujuan menari
biasanya dibuat khusus untuk mendukung penampilan penari di atas pentas. Ada 3 jenis tata rias
wajah yaitu rias korektif, rias fantasi dan rias karakter.
8. Tata pentas, Tata pentas adalah penataan pentas untuk mendukung pergelaran tari. Di atas
pentas, biasanya dilengkapi dengan seperangkat benda-benda alat yang berhubungan dengan
tari.
9. Tata cahaya
Tata cahaya adalah seperangkat penataan cahaya di pentas. Penataan cahaya dalam pergelaran
tari dibuat untuk penerangan, memperkuat suasana tari, dan hal itu untuk memperjelas
peristiwa dari suatu adegan tarian.
10. Tata suara, Tata suara adalah seperangkat alat sumber bunyi yang bertujuan sebagai
pengaturan musik untuk iringan tari.
Demikian juga busana yang digunakan secara visual menunjukkan tokoh tersebut
jahat. Tokoh raksasa pada epos Rama- yana misalnya, digambarkan dengan riasan wajah yang
merah menyala dengan bagian mulut penuh taring. Tata busana yang digunakan dengan
menggunakan rambut gimbal panjang dan menyeramkan. Karakter tokoh baik pada epos
Ramaya na biasanya menggunakan riasan can- tik se perti riasan pada Pregiwa sebagai istri
Gatot Kaca. Tata rias dan tata busana tampak cantik dan bersahaja. Tata rias dan busana juga
dapat menun juk kan tokoh lucu. Pada epos Ramaya na ditunjuk kan pada tata rias dan busana
Punakawan yaitu Semar, Petruk, Bagong dan Gareng. Tata rias dan busana pada tari tradisional
tidak hanya bersumber pada epos Ramaya- na tetapi juga tarian lepas yaitu tarian yang tidak
berhubungan dengan cerita Ramayana. Tokoh dan karakter dapat dijumpai juga pada tari
tentang fauna seperti Tari Merak. Tata rias dan busana pada tari Merak yang digunakan,
memperlihatkan seekor burung Merak yang indah. Tata busana yang digu- nakan merupa kan
perwujudan dengan sayap dan tutup kepala sebagai ciri khas yang men- unjukkan perwujudan
burung Merak
Contoh rias pada tari Pendet
Tari piring
Sumber: blog,spot.com (2020)
Berikut adalah beberapa keunikan Tari Piring yang harus kalian ketahui :
1. Penarinya ganjil, Jumlah penari yang menarikan Tari Piring ini tidak boleh sembarangan
jumlahnya. Maksimal adalah 7 orang. Jumlahnya harus ganjil. Minimal 3 orang. Jadi,
pilihannya bisa 3 orang, 5 orang, atau 7 orang. Wajib ganjil.
2. Piring istimewa, Di mana jenis piring yang dipakai adalah piring yang terbuat dari porselen.
Piring porselen dari China, itulah yang paling disarankan untuk dipakai. Alasannya simple,
yakni karena nilai estetikanya yang tinggi.
3. Ada Saluang dan Talempong, Alat musik yang mengiringi Tari Piring ini pun alat musik
khusus. Di mana Saluang dan Talempong adalah dua jenis alat musik khas dari Minangkabau
yang tidak pernah absen untuk mengiringi sajian Tari Piring. Kalau tidak ada kedua alat musik
tersebut, maka akan ada yang kurang dalam sajian Tari Piring. Inilah keunikan dan
keistimewaan dari Tari Piring yang mengusung budaya daerah Sumatra Barat.
4. Banyak alat music, Ternyata bukan hanya Saluang dan Talempong saja yang mejadi alat
music yang mengiringi Tari Piring ini. Ada Rebana dan gong yang siap mengiringi. Semuanya
dipukul dengan nada yang selaras.
5. Lagu khusus, Sama seperti jenis tarian daerah yang lainnya, Tari Piring ini pun juga diiringi
oleh lagu khusus. Di mana ada 2 buah lagu yang wajib ada, yakni lagu Takhi Pinghing Khua
Belas dan lagu Takhian Sai Tiusung.
6. Piring nggak pernah jatuh, Nah ini ni keunikan dari Tari Piring . tidak akan jatuh walaupun
diayunkan dengan tempo yang cepat. Para penari bahkan sampai menggerakkan seluruh
badan pun piring tetap aman di tangan.
7. Busana bernuansa merah dan kuning keemasan, Bisa dibayangkan kemewahan busana
yang dipakai oleh para penari, karena paduan warna kostumnya yang sangat pas. Padahal
jenis kostumnya adalah termasuk dalam pakaian adat Sumatra Barat.
8. Suara dentingan, Ada hal menarik saat pertunjukkan Tari Piring ini berlangsung, karena ada
suara dentingan yang terdengar. Di mana suara tersebut dihasilkan oleh sentuhan antara
cincin dan property tari. Para penari mengenakan aksesoris cincin di kedua tangannya. Saat
piring sudah di tangan, maka saat menari, ada sentuhan antara keduanya. Alhasil, suaranya
menyerupai dentingan. sangat unik kedengarannya, karena penari tidak begitu saja
menghasilkan dentingan ini. Ada teorinya, sehingga menimbulkan efek estetiknya juga.
9. Melempar piring, Tandanya pertunjukkan Tari Piring ini sudah selesai. Bagi yang baru sekali
menontong tari daerah ini maka akan kaget saat para penari melempar piring di akhir
pertunjukkan. Gerakan melempar piring ini adalah gerakan wajib yang harus dilakukan saat
akhir pertunjukkan. Efek keunikan ini adalah untuk memberikan kejutan kepada penonton
agar nggak bosan walaupun sudah pernah menonton pertunjukkan Tari Piring sebelumnya.
10. Menari di atas pecahan piring, Setelah melempar piring dilakukan di akhir sesi
pertunjukkan Tari Piring. Para penari masih akan beratraksi dengan berjalan di atas
pecahan piring. Tapi para penari Tari Piring ini memang hebat dan sudah kebal. Selain
mereka memiliki keahlian menari, mereka juga belajar tenaga dalam, sehingga mereka lihai
berjalan di atas pecahan piring. Tari Piring ini memang sangat unik. Kalian bisa melihatnya
di Solok, Padang, atau di Minangkabau. Bahkan saat mendengar Sumatera Barat, maka
image sebagai provinsi asal Tari Piring sudah sangat kental. Jadi, ingat Sumbar, maka ingat
Tari Piring. Adapun maka dari Tari Piring ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas
kelimpahan panen yang didapatkan. Dalam satu kali pertunjukkan, ada sekitar 12 gerakan
tari yang ditampilkan.
Pola lantai pada tari yaitu pergerakan yang dilakukan dengan cara berpindah atau
bergeser secara terstruktur sehingga membentuk pola denah tertentu guna menjadikan tarian
lebih indah dan menarik. Bentuk pola lantai ada yang membentuk garis lurus dan ada yang
membentuk garis lengkung. Setiap tari memiliki pola lantai yang hampir mirip atau bahkan sama
yaitu menggunakan pola garis lurus atau lengkung.
1. Pola lantai garis lurus, Pola lantai garis lurus sering dijumpai pada pertunjukan tari tradisi di
Indonesia. Tari Saman dari Aceh menggunakan pola lantai garis lurus secara horisontal yang
menunjukkan hubungan antarmanusia. Pola lantai garis lurus juga dijumpai pada tarian
Bedaya di keraton Jawa. Pola lantai garis lurus juga dijumpai pada tari Baris Gede di Bali.
Garis-garis lurus dapat juga dimaknai memiliki sikap jujur.
2. Pola Lantai Garis Lengkung, Pola lantai tari selain garis lurus dapat juga berbentuk garis
lengkung. Tari Kecak merupakan salah satu contoh pola lantai garis lengkung yang
membentuk lingkaran. Pola lantai garis lengkung dapat juga dijumpai pada tari Randai dari
Minangkabau. Pada penari berjalan mengelilingi pentas membentuk lingkaran. Pola lantai
garis lengkung dapat juga dijumpai pada tari Badong dari Toraja, Sulawesi Selatan. Di daerah
Flores dapat dijumpai tari dengan mengunakan garis lengkung yaitu tari Gawi. Tari Rejang
Dewa dari Bali juga banyak menggunakan pola lantai garis lengkung. Tari perang dari daerah
Papua juga banyak menggunakan pola lantai lengkung. Tari tradisional kerakyatan yang
fungsinya sebagai sarana upacara ritual tertentu akan menggunakan pola lantai garis
lengkung sebagai bentuk menyatunya antara manusia dengan Tuhannya.
Level pada tari
Level Gerak pada tari adalah tinggi rendahnya gerak tari yang dilakukan oleh penari diatas
pentas.Level Gerak ada 3 yaitu: Level tinggi, level sedang dan level rendah.
1. level tinggi contohnya di Indonesia ada tradisi yang dilakukan dengan level tinggi yaitu
melayang, di daerah Nias dengan tradisi lompat batu . Tradisi ini telah hidup sejak ratusan
tahun silam dan masih terpelihara hingga saat ini. Level tinggi pada gerak tari sering
dilakukan pada tradisi tari balet. Level tinggi juga dapat dijumpai pada tari tradisi di
Indonesia. Pada tarian perang dari suku Dayak salah seorang dari penari melompat dan
memberi kesan dinamis dan kekuatan yang luar biasa. Tarian dengan tema perang di setiap
suku memiliki kemiripan level tinggi. Level tinggi berfungsi juga untuk menunjukkan antara
dua peran yang berbeda.
2. Level sedang , gerak yang dilakukan sejajar dengan tubuh. Gerak pada level sedang hampir
dimiliki oleh semua tari tradisional di Indonesia. Level sedang ditunjukkan pada posisi penari
berdiri secara lurus di atas pentas. Gerak yang dilakukan memiliki kesan maskulinitas karena
gerak seperti ini sering dilakukan oleh penari pria.
3. Gerak level rendah dilakukan dengan menyentuh lantai. Ketinggian minimal dicapai penari
adalah pada saat rebah di lantai.
Jadi level gerak yang dilakukan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: tinggi, sedang, dan
rendah. Level pada gerak berfungsi untuk membuat desain bawah dan atas sehingga gerak tari
yang dilakukan tampak dinamis. Level gerak juga berhubungan dengan ruang, waktu, dan
tenaga. Level dapat membentuk ruang. Untuk membentuk ruang membutuhkan waktu. Untuk
membentuk ruang dan waktu tentu membutuhkan tenaga untuk dapat melakukan gerak sesuai
dengan intensitasnya.
Penggambaran level ini dapat di lihat dari pementasan yang jika ada seorang penari
yang berdiri sejajar dengan tubuhnya maka itu adalah level sedang dan jika posisi penari itu
berbaring di lantai maka itulah level rendah. Setiap gerak tari daerah memiliki kesamaan pada
levelnya , baik itu level tinggi, sedang atau rendah.
Sumber: arindakomaladewi.blogspot.com
Gambar diatas adalah tari Piring. Tampak pada gambar menunjukan level yang beragam,
mulai level rendah, sedang tinggi. Level rendah ditunjukan pada gambar penari yang duduk bersimpuh,
dan level ditunjukan oleh pose penari jengkeng, serta level tinggi ditunjukan pada gambar penari yang
beridiri tegak lurus diatas lantai. Pola lantai tersusun atas kesatuan garis lurus yang menghungkan antr
penari satu dengan lainnya. Pola lanti yang tampak membentuk formasi penari menyerupai huruf A.
Tari Kecak dari Bali
Sumber: doc.kemlu.go.id
Gambar tari Kecak diatas menunjukan formasi penari dengan membentuk pola lantai garis
lengkung. Penari ada yang menggunakan level rendah dengan duduk memutar mengelilingi penari utama
yang menari dalam posisi berdiri. Tarian kecak terdapat cerita yang menggambarkan kisah Ramayana.
Berikut contoh video tarian yang menggunakan pola lantai garis lengkung dan garis lurus
5. Tari kecak dari Bali https://www.youtube.com/watch?v=-dORkpaQNss
6. Tari Tarik Pukat dari Aceh https://www.youtube.com/watch?v=Ovrn3yBpSt4
Penampilan tari berdasarkan tema dapat dibedakan menjadi tari tematik dan tari
nontematik. Tari tematik adalah sebuah tarian yang 37 mengutamakan dan menonjolkan isi,
berorientasi pada cerita yang disajikan dapat dipahami oleh penonton. Sedangkan tari non
tematik adalah tari yang lebih mengutamakan kesempurnaan tampilan dari pertunjukan.
Menurut Purwatiningsih dan Harini 2002: 59-61, berdasarkan tema, isi, tari dapat dibagi menjadi
empat, yaitu tari erotis, mimitis dan totematis, heroik, dan dramatik. Secara rinci, penjelasannya
adalah sebagai berikut. 1 Tari erotis, adalah tari yang mengandung unsur tingkah laku yang
menggambarkan hubungan antara pria dan wanita, jantan dan betina hubungan asmara. Tari ini
memang sengaja menampilkan daya tarik seksual misalnya pelukisan berdandan, goyang
pinggul, kerlingan mata, dan sebagainya. Contoh tari erotis yaitu tari Gatutkoco Gandrung Jawa.
2 Mimitis dan totemistis, ditinjau dari tema geraknya, tari terdiri dari dua jenis, yaitu mimitis
meniru gerak orang dan totemitis meniru gerak binatang.
Pada dasarnya, desakan daya ekspresi penari dapat terwujud karena adanya keinginan
untuk meniru gerak alam sekitar seperti gerak alam sehari-hari, gerak binatang dan sebagainya.
Gerakan-gerakan ini diungkapkan secara jelas dan sadar untuk mencapai ekspresi yang
menyerupai keadaan yang ditirunya. Pada masyarakat primitif, gerak yang ditiru bukan hanya
gerak manusia dan hewan saja, bahkan gerak sekitar seperti hujan, angin, daun, laut ataupun
gerak kekuatan di luar diri manusia, seperti gerak-gerak imajinatif yang menggambarkan
makhluk halus, setan dan sebagainya. Contoh tari mimitis yaitu tari Merak. 3 Tari heroik, tari
heroik kepahlawanan ini mempunyai sifat gagah, angkuh, berwibawa, berani, jantan, dan
keperwiraan yang rupanya selalu dikagumi 38 orang karena mempunyai daya tarik yang kuat.
Contoh tari heorik yaitu tari Anoman Obong. 4 Tari dramatik, lebih banyak diungkapkan dalam
bentuk sendratari atau wayang yang sifatnya lebih mengarah pada pengungkapan sebuah cerita
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, cerita fiksiimajinatif, ataupun berbau kenangan
historis
Berikut adalah contoh tarian bertema
7. Tari tayub yang bertemakan pergaulan
Keterkaitan antara iringan musik dan pementasan tari, sedikitnya terdapat 5 fungsi iringan
musik pada pementasan tari yang penjelasannya bisa dilihat dibawah ini:
1. Musik berfungsi sebagai alat pengiring/penunjang tari sehingga tidak banyak
menentukan isi tarinya.
2. Selain itu, musik juga berfungsi dalam memberikan suasana tari yang peran ini sesuai
dengan gerakan tarinya, seperti agung, sedih, gembira, tenang, bingung, gaduh dan
sebagainya.
3. Musik sebagai ilustrasi atau pengantar tari berarti peranan musik tidak selalu mengikuti
gerak tarinya dan memberikan gambaran serta makna yang terkandung, untuk
menekankan pada bagian tertentu dan membantu membuat suasana tertentu
sebagaimana yang dikehendaki oleh garapan tarinya.
4. Membantu menyesuaikan waktu dengan gerakan tari yang memakai irama, sehingga
apabila menggunakan musik maka, tempo yang akan dihasilkan sesuai dengan apa yang
dilakukan penari begitupula mengingatkan perubahan gerakan penari.
5. Menambahkan kemeriahan tari karena musik dapat membangkitkan suasana penonton,
sebab apabila hanya bergerak saja makan akan membuat tari jadi sunyi, dan bisa
membuat penari bersemangat.
Properti tari harus disesuaikan dengan tema tarian, agar lebih menarik. Namun yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana cara menggunakan prooperti tersebut sesuai dengan karakter,
tema, dan tarian yang dibuat. Penggunaan suatu media atau properti ini berkaitan dengan
kreativitas. Properti tari juga menjadi salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan
pelatih dalam memperkenalkan suatu alat peraga yang digunakan dalam menari.
Fungsi properti tari dapat dijelaskan sebagai berikut: Penggambaran tema tarian Dengan
properti tari, maka sebuah tarian dapat digambarkan dengan jelas. Terlebih tari tradisional di
Indoensia yang cukup banyak. Sehingga bisa membedakan tarian satu dengan yang lainnya.,
Fungsi properti tari adalah:
4. Mendeskripsikan Tema Tarian, sekian banyak tari tradisional di Indonesia, tidak
semuanya menggunakan Namun jika dibarengi dengan media tambahan, maka
penggambaran akan semakin jelas.Terkadang juga, sebuah tarian hanya cukup
mengilustrasikannya lewat gerakan, tanpa dilengkapi properti dalam menyampaikan
makna dan pesan didalamnya. Sebagai contoh adalah Tari Piring asal Sumatera Barat.
Kita mengenal tari piring begitu eksis dengan aksesoris sebuah piring. Namun tetap saja,
dengan adanya properti yang digunakan, makna dalam sebuah tarian akan terkesan
lebih jelas dan mudah dinilai oleh para penonton.Sebagai contoh adalah Tari Kipas asal
Gowa, Sulsel, yang mengekspresikan kelembutan seorang wanita.
5. Memperjelas Gerakan dan Karakter Penari, adalah untuk memperjelas gerakan serta
karakter yang dibawakan penari, baik wanita maupun pria. Di beberapa jenis tari daerah,
terdapat pembagian peran yang didasari cerita, dongeng maupun legenda yang
diaplikasikan dalam seni tari, dan tiap-tiap karakter akan membawakan wataknya
sendiri sesuai dengan alur tarian. Sebagai contoh adalah Tari Garo-Garo dari Sumatera
Utara tepatnya di daerah Pakpak. Dimana Garo adalah nama burung yang terkenal di
Pakpak, kembangan sayap lebar dan seakan tidak bergerak menandakan keperkasaan
dan bijaksana. Sehingga para penari terinspirasi dari pola burung tersebut ketika
terbang, serta mengimplementasikannya dalam bentuk gerakan yang tegas, anggun dan
dinamis.
6. Memperindah Gerakan, Secara tidak langsung, dengan adanya tambahan properti
dalam suatu pementasan, akan memperindah penampilan secara keseluruhan dari tari
yang sedang dimainkan. Memang ada juga beberapa tari tradisional di nusantara, yang
penampilannya tidak dilengkapi dengan properti pendukung. Hal ini bukan seperti
sebab, karena memang menyesuaikan dengan filosofi dari tarian itu sendiri, seperti yang
sempat saya singgung di atas, tergantung makna yang terkandung di dalamnya. Selain
untuk memperindah, fungsi properti dalam tari juga sebagai penunjang dan menambah
nilai-nilai keindahan tari. Juga untuk mempermudah sampainya makna dan pesan yang
ingin dicurahkan oleh penari melalui gerakan-gerakan yang ada.
Yulianti Parani membagi gerak tari menjadi sepuluh dalam pola pengaturannya adalah sebagai
berikut.
Gerak sebagai akibat kesadaran dari anggota tubuh atau anggota badan.
Gerak sebagai akibat kesadaran waktu dan kekuatan atau daya.
Gerak sebagai akibat penggunaan daya kekuatan yang bersumber pada lengan dan
tangan.
Gerak sebagai kesadaran ruang.
Gerak sebagai akibat kesadaran pengaliran berat badan dalam ruang dan waktu.
Gerak sebagai akibat kesadaran berkelompok.
Gerak sebagai akibat bentuk-bentuk tertentu dalam penggunaan tubuh.
Gerak sebagai akibat ritme yang bersifat fungsional.
Gerak sebagai akibat rasa ringan sehingga ingin lepas dari lantai.
Gerak yang dituntut oleh kualitas ekspresi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam suatu gerak mempunyai unsur tenaga, ruang, dan
waktu.
Tenaga adalah besar kecilnya energi yang dikeluarkan oleh penari untuk melakukan
usaha gerak.
Ruang adalah tempat penari itu berada (panggung) dan diakibatkan oleh gerak.
Waktu adalah satuan waktu untuk membentuk panjang pendeknya gerak.
Dalam seni tari gerak atau wiraga adalah unsur yang paling pokok, tanpa adanya
gerak tidak bisa diartikan sebagai tari, karena media seni tari sendiri adalah gerakan.
Gerak meliputi gerakan tubuh dari kaki sampai kepala, semua anggota tubuh yang bisa
digerakkan maka itu bisa dikatakan gerakan tari, asalkan gerakan tersebut memiliki
konsep dan makna. Gerak akan menjadi ciri khas perwatakan tokoh yang dimainkan,
Gerakl yang ditata untuk disesuaikan dengan karakter tokoh yang dibawakan penari
yang nantinya akan mempertegas semua karakter tokoh yang dimainkan melalui gerak
tari. Gerak dalam seni tari, gerak dibagi menjadi dua macam, dilihat dari hasil
pengolahan suatu gerakan yang telah mengalami sitisasi atau distorsi. Gerak yang
pertama adalah gerak tari yang bersifat gerak murni dan gerak tari yang bersifat
maknawi, berikut merupakan penjelasan mengenai 2 macam gerakan dalam seni tari:
Gerak Murni
Gerak murni merupakan gerak tari yang dihasilkan dari pengolahan gerak
wantah yang dalam pengungkapannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian atau
makna dari gerak tari tersebut. Pertimbanganya dinilai dari faktor keindahan gerak tari
nya saja. Misalnya gerak-gerak memutar tangan pada pergelangan tangan, atau gerakan
berdecak pinggang seperti biasa ada dalam tarian jawa, dan sebagainya.
Gerak Maknawi
Gerak maknawi adalah gerak wantah yang telah diolah menjadi suatu gerakan
tari yang mengandung suatu arti atau maksud disamping dari segi keindahanya saja.
misalnya saja dalam tarian merak disana kita dapat melihat ada beberapa gerakan yang
melambangakan kegiatan terbangnya seekor burung merak.
2. Wirama (kepekaan Irama)
Irama memegang peranan penting dalam suatu pertunjukan tari, irama menjadi
sangat penting karena menjadi pengatur gerakan penari dalam melakukan gerakan
tarianya, irama sering kali dijadikan sebagai patokan gerakan dalam menari dan
digunakan untuk memperkuat atau memperjelas gerakan dari seorang penari sehingga
menghasilkan gerakan yang ritmis dan beraturan. Irama biasanya dihasilkan dari
instrumen musik yang diselaraskan dengan karakter tokoh yang dibawakan oleh penari.
Alat-alat musik yang digunakan dalam pertujukan seni tari sering juga berupa
instrumental yang dimainkan secara langsung maupun rekaman yang sudah ada, selain
menggunakan instrumen irama yang mengiringi sebuah tarian bisa saja dihasilkan dari
berbagai bunyi-bunyian seperti tepuk tangan, hentakan kaki, petikan jari, siulan, jeritan,
maupun senandung, irama semacam ini biasa disebut sebagai musik internal dalam
sebuah pentas tari.
3. Wirasa (kepekaan rasa)
Dalam menyampaikan pesan tarianya, jelas seorang penari tidak akan asal-
asalan dengan gerakan tarianya, penjiwaan dalam menari adalah sebuah keharusan,
setiap gerakan seharusnya memiliki nyawanya sendiri dan dapat mejelaskan ekspresi
dan perasaan tarian yang dibawakan. misalnya ketika seorang penari membawakan
tarian tentang kemarahan maka bukan hanya menampilkan gerakan yang keras
melainkan sepaket dengan mimik wajah yang juga beramarah, begitu pula seperti tarian
jawa yang menampilkan khas tarian lembut seorang gadis desa ekspresi mereka juga
harus mengungkapkan karakter tersebut. Unsur wirama akan menjadi sangat luar biasa
jika diperkuat dengan perasaan dan pendalaman karakter seseorang masuk dalam
situasi perasaan tertentu, dengan dikombinasikan dengan irama yang selaras juga akan
menambah penjiwaan dari tarian yang dibawakan misalnya dengan lantunan musik
yang lembut ketika membawakan tarian sedih, dan lantunan musik meriah ketika
membawakan tarian yang gembira sehingga membuat penikmat menjadi larut dalam
suasana.
4. Wirupa (Wujud)
Ketika gerakan, irama, dan penjiwaan digabungkan maka akan menjadi satu
kesatuan bentuk seni tari yang lengkap, akan tetapi ketika seorang pnari topeng hanya
menggunakan pakaian sedanya akan berkurang separuh dari esensi dan keindahan
tarian yang dibawakanya. Maka dari itu wirupa atau wujud seorang penari sangatlah
penting kedudukannya dalam pementasan seni tari. Wirupa merupakan segala sesuatu
yang dipakai oleh seorang penari untuk menunjang kegiatanya dalam menyampaikan
tarian yang dibawakan mulai dari riasan, kostum, aksesoris penunjang, dan lain
sebagainaya. Biasanya apa yang dipakai penari harus bisa mendeskripsikan karakter
tokoh yang dibawakan, tampilan tersebut dapat diwujudkan melalui penataan busana
dan tata rias penari. Sebagai contoh tarian reog tidak akan mendapatkan nyawanya
sebagai rog apabila tidak menggunkan kostum lengkap dengan reog yang bertengger
dikepala penari, atau tarian bali akan terasa hambar jika tidak disandingkan dengan
penampilan seorang gadis bali yang menggunakan riasan mata besar dan sepucuk
bunga yang diapitkan ditelinganya.
Keempat unsur-unsur keindahan seni tari diatas dapat dipastikan seorang
penari akan dapat melengkapi pertunjukan tarinya ketika sudah memadukan sebuah
gerakan, irama musik, penjiwaan, dan penampilan yang menggambarkan karakter yang
dibawakan. Demikian penjelasan mengenai unsur-unsur keindahan atau estetika yang
harus ada dalam pertunjukan seni tari, semoga pemaran diatas dapat menjadi
pengetahuan dan bahan pembelajaran untuk memaksimalkan kegemaran dalam
menari, dan dapat bermanfaat.
Konsep estetik tari jawa
Menurut konsep tari Jawa, penari adalah seorang yang dapat memadukan secara
harmonis tiga unsur yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Dalam konsep ini ditunjukan adanya
hubungan erat antara gerak tari seorang penari, music/karawitan tari, dan penjiwaan penari
sesuai dengan karakter tari yang disajikan. Tari Jawa mempunyai kekhususan dalam karawitan
tarinya, hubungan gerak dengan ritme yang sangat erat, sehingga menghasilkan tari yang snagat
indah. Hubungan itu menciptakan pula hubungan langsung antara keadaan batiniah dan
lahiriah menjadi seimbang, dengan menciptakan ketenangan, keagungan, keindahan gerak
maknawi.
Konsep tari Jawa yang lain dikenal sebgai konsep Joged Mataram, yang terdiri dari empat
prinsip, yaitu: sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh. Ekspresi lahir akan dapat diisi serta
dikontrol oleh Jiwa yang akan diarahkan ke kedisiplinan pribadi, identifikasi pribadi, agar
akhirnya tercapai keyakinan dan pengendalian yang dalam.
Penari Jawa juga harus memnuhi syarat yang disebut dengan konsep Hasta Sawanda yaitu:
pacak, pancat, ulat, lulut, luwes, wiled, wirama, dan gending. Selain itu juga harus memnuhi
syarat menjadi pnari harus luwes, patut, dan resik (bersih). Bentuk tari Jawa memiliki ciri atau
sifat: formal, rumit, halus, dan terukur, meskipun demikian , bentuk dan nilai estetis tari Jawa
sebagai tari tradisi selelu berubah, berkembang seiring dengan zamannya.
Aksiologis dalam estetika terjadi untuk menentukan letak keindahan, apakah ada di
objek atau subjek. Ada tiga pendapat mengenai cara pandang menilai estetika, yaitu: keindahan
subjektif, keindahan objektif, dan keindahan subjektif-objektif. Keindahan objektif menurut
Plato mengatakan bahwa kecantikan sebuah bejana berdasarkan atura- aturan yang tepat yang
terdapat pada objek tersebut.oleh pramudya anata toer, menggambarkan dan berpendapat
bahwa keindahan adalah kecantikan yang terdapat pada letak dan bentuk tulang yang tepat
yang diikat oleh lapisan daging yang tepat juga, kulit yang halus lembut, mata yang bersinar, dan
bibir yang pandai berbisik.pada penerapan pengamat.
Untuk merumuskan nilai estetis ada tiga unsur yang menjadi sifat keindahan, yaitu:
1. Kesatuan (unity)
Kestauan adalah ikatan antara satu unsur bentuk dengan unsur bentuk lainnya
untuk menimbulkan harmoni. Elemen atau unsur artistic tersebut disebut dengan
elemen visual. Contoh dalan seni rupa: terdiri dari garis, bidang, bentuk, tekstrur.
Element tersebeut dapat disusun dalam komposisi tertentu, misalnya objeknya
ditempatkan secara menggerombol atau objek yang ditempatkan secara terpisah.
.
2. Keragaman (diversity). Adalah variasi unsur yang termuat dalam karya seni.
Keragaman dan kesatuan merupakan hal yang saling terkait, Jika karya seni
menjdi kompleks dengan berbagai elemn yang berbeda, kesatuannya mungkin
akan berkurang. Sebaliknya jika tema atau elemennya diulang, perbedaan akan
semakin berkurang.
3. Intensitas (intensity), Intensitas adalah penekanan afek estetis aau artistic pada
suatu objek. Intensitas karya seni bisa terjadi pada tataran bentuk maupun
ekspresi. Intensitas ekspresi merupakan penekanan emosi yang ingin
ditampilkan karya seni, seperti kesediaan dan kelucuan, biasanya tercipata
karena ada pengaturan tentang tinggi rendah dan lain sebagainya
object
semiosis
Representamen
interpretan
(tanda)
object Nilai
estetis
semiosis estetis
Penutup
Estetis atau proses estetis adalah proses yang terjadi pada subjek estetis ketioka menikmati atau
membuat objek estetis dibawah parameter nilai estetis. Dengan demikian proses ini melibatkan
tiga unsur yaitu subjek estetis, objek estetis, dan nilai estetis. Subjek yang mengalami
pengalaman estetis atau subjek yang bmenikmati objek estetis disebut spectator, sedangkan
subjek yang mengalami pengalaman estetik atau subjek yang membuat obejek estetis disebut
creator, dan creator yang bertindak secara penuh ketekunan , intensif, dan professional disebut
seniman.