Anda di halaman 1dari 102

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERSEDIAAN

TERHADAP PERKEMBANGAN MODAL KERJA


PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA. Tbk
(TELKOM) BANDUNG

The Influence of Account Receivables Turnover and Inventories


On Working Capital at. Telecomunication Indonesia. Tbk
(Telkom) Bandung

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Dalam Menempuh Jenjang S1
Program Studi Manajemen

Oleh :

Nama : Defi Nugraha


NIM : 21207017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2011
ABSTRAK

Laporan Skripsi ini di tulis oleh Defi Nugraha, 21207017 dengan judul
“Pengaruh Perputaran Piutang dan Persediaan terhadap Perkembangan
Modal Kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk BANDUNG”,
dibawah bimbingan Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati.,MS.,Ak.

Persaingan yang semakin ketat memaksa perusahaan melakukan penjualan


secara kredit untuk meningkatkan volume penjualannya. Dengan penjualan secara
kredit, maka akan muncul piutang dan dengan munculnya piutang ini berarti
perusahaan harus menyisihkan dana yang akan di investasikan ke dalam piutang
tersebut. Maka, diperlukan perputaran piutang yang baik agar dana yang di
investasikan ke dalam piutang tersebut lebih cepat menjadi kas perusahaan
sehingga perusahaan tetap bisa menjaga perkembangan modal kerja.

Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1). Untuk mengetahui perputaran piutang
pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung dalam 9 tahun terakhir, (2).
Untuk mengetahui Persediaan pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung
dalam 9 tahun terakhir, (3). Untuk mengetahui Perkembangan Modal Kerja pada
PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung dalam 9 tahun terakhir, dan (4).
Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap
perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adlah metode Deskriptif


dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah dokumentasi, studi perpustakaan, wawancara, observasi.
Sedangkan analisis data yang digunakan adalah pengujian asumsi klasik regresi,
analisis regresi linier berganda, korelasi determinasi, uji hipotesis menggunakan
uji “t” dan “f” dengan bantuan program SPSS 13.00 for Windows.

Hasil penelitian penulis menunjukan bahwa perputaran piutang dan


persediaan terhadap perkembangan modal kerja tidak berpengaruh secara
signifikan. Tingkat hubungan korelasi rendah dan menunjukan korelasi negative.
tingkat pengaruh perputaran piutang terhadap perkembangan modal kerja sebesar
29,8%, dan pengaruh persediaan terhadap perkembangan modal kerja sebesar
63,9%, jadi jumlah Tingkat pengaruh yang terjadi adalah sebesar 93,7% antara
perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja.

Kata Kunci : Perputaran Piutang, Persediaan, Perkembangan Modal kerja

v
ABSTRACT

This Skripsi is written by Defi Nugraha, 21207017 with title “THE


INFLUANCE OF ACCOUNT RECEIVABLES TURNOVER AND
INVENTORIES ON WORKING CAPITAL AT. TELECOMMUNICATION
INDONESIA. Tbk BANDUNG”, under tution of Miss. Prof. Dr. Hj. Ria Ratna
Ariawati.,MS.,Ak.

Emulation that is increasingly fight forces company to do sale in credit


insuranceansi to increase it’s the volume of trading. With sale in credit
insuranceansi, hence will receivables and with receivables appearance this
means, company must cast aside fund which will be invested into the receivables.
Hence, required good receivables turkey turn that fund invested into the quicker
receivables become company cash so that company still able to take care of it’s
the working capital.

The objective of this research is : (1). To know turnover receivables that


has been implemented by PT. Telecomunication Indonesia. Tbk Bandung in last 9
years, (2). To know Inventories that has ben implemented by PT.
Telecomunication Indonesia. Tbk Bandung in last 9 years, (3). To know Working
Capital that has ben implemented by PT. Telecomunication Indonesia. Tbk
Bandung in last 9 years, (4) to know the influence of account receivables
Turnover and Inventories on Working Capital at Telecomunication Indonesia. Tbk
Bandung.

The method of this research is descriptive method by using quantitative


approach. The technique sample of this research is non probability sampling by
using purposive sampling approach. The data collection technique that being used
are documentation, interview, research of bibliography, and observation. Further
more data analysis is using asumtion classic regression, double correlation, and
determination, hypothesis test is using “t” and “f” test, and supplementary tools
SPSS 13.0 for Windows.

The result of the research show that receivable turnover, and inventories
has no influence signification toward working capital. The correlation level
turnover on working capital is 29,8%, and inventories on working capital is
63,9%, so the influence of account receivables turnover and inventories on
working capital is 93,7%.

Keyword : Receivables Turnover, Inventories, Working Capital.

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Y.M.E. yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap

Perkembangan Modal Kerja ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh

jenjang Strata 1 program studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

Pada kesempatan kali ini perkenankanlah saya menyampaikan Terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tinggi nya kepada semua pihak yang telah

memberi bantuan, dorongan dan semangat sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Saya memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Linna Ismawati, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

4. Prof. Dr. Hj Ria Ratna Ariawati., MS., Ak, selaku Pembimbing sehingga

penulis dapat menyelesaikan tepat waktu.

5. Dra. Rahma Wahdiniwaty, M.Si, selaku Dosen Wali Manajemen 1

Universitas Komputer Indonesia.

vi
6. Kepada seluruh karyawan dan staf PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk

Bandung yang telah banyak membantu penulis untuk menyiapkan seluruh

data yang diperlukan penulis.

7. Keluarga saya yang telah memberikan bantuan moril maupun materil serta

doa restu untuk keberhasilan penulis (bpk Jajang Anda serta Lilis

Lismawati) selaku orang tua tercinta terima kasih telah mendidik,

merawat, menyayangi dan memperhatikan penulis sampai sekarang.

8. Vian Setiana, Mila Sandra Dewi selaku kakak-kakak tercinta dan ponakan

kecil ku Fadli Putra Setiana yang telah selalu memberikan senyuman dan

keceriaan.

9. Adek gendut (Frisma Rimba Gilang Kencana) dan keluarga penulis d

antapani (mamah Hermina, Teh Ines, Teh Nita) yang sudah memberikan

banyak dukungan.

10. Keluarga besar bpk E. Sanusi (Alm), keluarga besar Bpk Sambas di

majalaya, tente ning, sepupu ku wina terima kasih sudah jadi keluarga

yang baik buat penulis.

11. Teman-teman baik di kampus (Wince, Nita, Nciew, Nha, Echie, Dika)

yang sama-sama nyusun skripsi bersama saya, terima kasih atas

bantuannya.

12. Seluruh teman spesialisasi keuangan yang telah memberikan bantuan dan

dukungan.

13. Teman-teman baik yang selalu memberikan support, Teh iyen, irvan.

vii
Serta pihak-pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu

semoga amal kebaikan dan pengorbanannya serta bantuan yang telah diberikan

kepada saya akan mendapat balasan dari Tuhan Y.M.E. Amin.

Akhir kata “Tak ada gading yang tak retak” begitu pula dengan laporan ini

yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran perbaikan dari

semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan laporan ini.

Bandung, ………………………

Penulis

Defi Nugraha

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Globalisasi telah menyebabkan berubahnya peta persaingan ekonomi dan

telekomunikasi di dunia. Tingkat persaingan antar perusahaan kini terbatas lagi

pada lingkup nasional, melainkan meluas ke tingkat global. Dalam situasi seperti

itu hanya perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan barang atau jasa

dengan harga dan kualitas dunia lah yang akan bertahan. Perusahaan-perusahaan

yang tidak mampu berbuat seperti itu dengan sangat terpaksa harus menyingkir

dari gelanggang persaingan.

Sejak gelombang era globalisasi begitu deras memasuki seluruh lapisan

dunia usaha, tak pelak lagi lembaga usaha harus mampu mempertahankan diri

bahkan harus mampu mengayuh roda usahanya kalau tidak ingin ketinggalan

bahkan tergilas oleh kedinamisan dunia usaha di era pasar bebas sekarang dan hal

tersebut sudah sangat dirasakan oleh lembaga usaha.

Perputaran perputaran piutang perusahaan merupakan segala tagihan dari

penjualan barang-barang atau jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan.

Jika tagihan itu didukung dengan tagihan tertulis oleh debitor kepada perusahaan

untuk membayar pada suatu tanggal tertentu.

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah perusahaan yang mayoritas

sahamnya dimiliki oleh negara. TELKOM menyediakan jasa telepon tetap kabel

(fixed wire line), jasa telepon tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak

1
(mobile sevice), data dan internet serta jasa multimedia lainnya, dan network &

interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui perusahaan asosiasi. Proses

perencanaan yang terkait dengan pengendalian perputaran piutang didasari atas

penentuan tujuan pemberian kredit dan batas yang harus dipenuhi dalam

memberikan kredit, termasuk didalamnya adalah program penagihan, maka

apabila penagihan didalam perputaran piutang itu lancar akan berpengaruh besar

terhadap laba perusahaan dan modal kerja.

Persediaan dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bahan baku, barang

dalam proses, dan barang jadi (atau barang dagang untuk pengecer). Seperti

halnya perputaran piutang perusahaan, tingkat persediaan pun sangat tergantung

pada penjualan. Akan tetapi, kalau perputaran piutang timbul setelah penjualan

dilakukan, maka persediaan harus ada sebelum penjualan berlangsung. Ini

merupakan perbedaan yang kritis, dan karena kita perlu memprakirakan penjualan

sebelum menetapkan berapa jumlah persediaan yang kita targetkan, maka kita

menghadapi bahwa pengelolaan persediaan merupakan suatu tugas yang sulit.

Kesalahan dalam menetapkan tingkat atau jumlah persediaan dapat berakibat

fatal. Persediaan yang terlalu kecil akan menyebabkan hilangnya kesempatan

untuk menjual dan memperoleh laba, sedangkan persediaan yang terlalu besar

akan mengakibatkan biaya yang sangat tinggi sehingga memperkecil laba atau

memperbesar kerugian. Karena itu, pengelolaan persediaan disamping sulit

dilaksanakan, juga penting.

Modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang

dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan operasinya sehari-hari, misalnya

2
untuk memberikan membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya, dimana

uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi

masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan

produknya. Laporan sumber dan penggunaan dana dengan sebaik-baiknya untuk

dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan perusahaan sebab apabila

perusahaan kekurangan dana tentu akan sulit berkembang. Kekurangan modal

kerja terus menerus yang tidak segera diatasi tentu akan menghambat perusahaan

dalam mencapai tujuannya.

Modal kerja yang akan digunakan sebaiknya tersedia dalam jumlah yang

cukup agar dapat memberikan keuntungan maksimal sehingga suatu perusahaan

bisa beroperasi secara ekonomis dan juga modal kerja yang cukup dapat menekan

biaya perusahaan menjadi rendah, menunjang segala kegiatan operasi perusahaan

secara teratur. Selain itu pemilikan modal kerja yang cukup akan memberikan

beberapa keuntungan, antara lain memungkinkan perusahaan dapat membayar

semua kewajibannya tepat pada waktunya, memungkinkan perusahaan tersebut

untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen,

dan memungkinkan perusahaan tersebut untuk dapat beroperasi dengan lebih

efisien karena tidak ada kesulitan memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.

Besarnya penjualan kredit dan penyimpanan persediaan yang dilakukan

oleh PT. TELKOM Bandung menyebabkan jumlah perputaran piutang naik turun.

Naik turunya jumlah piutang dan persediaan mengakibatkan perubahan terhadap

modal kerja. Pada PT. TELKOM Bandung perubahan jumlah perputaran piutang

3
dan persediaan diikuti oleh perubahan aktiva lancar dan hutang lancar, seperti

yang terlihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1.1
Tabel Perputaran Piutang, Persediaan, dan Modal Kerja PT. telekomunikasi
Indonesia. Tbk Bandung
Tahun Perputaran Piutang Persediaan Modal Kerja
(Kali) (Rp Juta) (Rp Juta)
2001 6.6 191 -2.243
2002 7.9 140 893
2003 9.6 154 -2.228
2004 11 203 -2.473
2005 12.1 220 -3.208
2006 14 213 -6.615
2007 16.7 211 -4.696
2008 17.6 511 -12.376
2009 17 435 -10.531
(Sumber Laporan Keuangan PT.TELEKOMUNIKASI Tbk, Data Diolah)

Dilihat dari tabel diatas terlihat banwa periode tahun 2001 sampai dengan

2005 PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung mengalami defisit modal kerja

dan yang paling signifikan terjadi di tahun 2008-2009. Berdasarkan survey awal

yang menyebabkan penurunan modal kerja dikarenakan nilai hutang lancar lebih

tinggi dibandingkan dengan hutang lancar.

Piutang dan persediaan merupakan komponen dari aktiva lancar, sehingga

apabila piutang dan persediaan berubah maka aktiva lancar akan mengalami

perubahan. Perubahan jumlah aktiva lancar akan berpengaruh terhadap modal

kerja, karena modal kerja adalah selisih dari aktiva lancar dengan hutang lancar.

Fenomena diatas merupakan ide yang mendasari dilakukannya replikasi

penelitian dengan judul : “Pengaruh Perputaran piutang dan Persediaan

terhadap Perkembangan Modal Kerja pada PT. TELEKOMUNIKASI

INDONESIA. Tbk BANDUNG”

4
1.2 Identifikasi Dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Secara umum dari tahun 2001 sampai 2005 Telkom mengalami kenaikan

jumlah perputaran piutang, persediaan. Sedangkan pada modal kerja Telkom pada

tahun 2002 mengalami kenaikan, tetapi pada tahun 2003 sampai 2009 modal kerja

Telkom terus mengalami penurunan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka

penulis ingin mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perputaran piutang pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM)

Bandung.

2. Bagaimana persediaan pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung.

3. Bagaimana perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi. Tbk

(TELKOM) Bandung.

4. Bagaimana pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap

perkembangan modal kerja secara Simultan dan Parsial pada PT.

Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung.

5
1.3 Maksud dan Tujuan Masalah

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari Penelitian ini agar penulis dapat menerapkan ilmu yang telah

diperoleh pada dunia kerja yang berhubungan dengan perputaran piutang,

persediaan, dan perkembangan modal kerja.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian yang

ingin di capai adalah :

Untuk mengetahui perputaran piutang pada PT. Telekomunikasi. Tbk

(TELKOM) Bandung.

Untuk mengetahui persediaan pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM)

Bandung.

Untuk mengetahui perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi.

Tbk (TELKOM) Bandung.

Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap

perkembangan modal kerja secara Simultan dan Parsial pada PT.

Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

• Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan yaitu sebagai masukan dalam meningkatkan kegiatan di

bidang keuangan dalam pengelolaan anggaran rutin dapat sesuai dengan

6
ketentuan yang berlaku di jadikan sebagai bahan perbaikan untuk

menambah informasi bagi manajemen perusahaan tentang pentingnya

tentang kinerja keuangan sehingga dapat di jadikan masukan dalam

pengendalian posisi keuangan.

• Bagi Penulis Sendiri

1. untuk menambah wawasan bagi penulis baik teoritis maupun

praktis mengenai pengaruh perputaran piutang dan persediaan

terhadap perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi.

Tbk Bandung.

2. Untuk memperoleh pengalaman bagi penulis apabila nanti

memasuki lapangan kerja yang sesuai.

• Bagi Pihak Lain

1. sebagai bentuk pengembangan ilmu dan gambaran bagi mahasiswa

atau mahasiswi dalam penelitian selanjutnya.

2. menambah wawasan keilmuan terutama di bidang keuangan

khususnya untuk mengetahui bagaimana pengaruh piutang dan

persediaan terhadap perkembangan modal kerja.

1.4.2 Kegunaan Akademis

• Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Penambahan metode mengenai pengaruh perputaran piutang dan

persediaan terhadap perkembangan modal kerja. bagi semua perusahaan,

agar tercapainya tujuan yang di inginkan oleh suatu perusahaan yaitu

memaksimumkan nilai perusahaan.

7
• Pihak Terkait

Penyalahgunaan dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi perlu di

adakannya pelatihan bagi karyawan yang dilakukan oleh pihak intern

yakni perusahaan itu sendiri.

1.5. Lokasi dan waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti penulis berencana mengadakan penelitian pada PT.Telekomunikasi.

Tbk Bandung, mulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan juli 2011.

Tabel 1.4

Jadwal Rencana Penelitian

No Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli


2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
Kegiatan / 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Minggu ke
1 Pengajuan Judul

2 Pengumpulan
Data
3 Penyusunan UP

4 Presentasi UP

5 Penyusunan
Skrispi
6 Presentasi Skripsi

8
9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Piutang

Piutang merupakan harta perusahaan yang timbul karena terjadinya

transaksi penjualan secara kredit atau barang dan jasa yang dihasilkan oleh

perusahaan. Menurut Haryono Yusuf (2001-52) menyatakan bahwa :

“Piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang dari penjual pada pembeli

yang timbul karena adanya suatu transaksi”

Munawir (2004-15) berpendapat bahwa :

“piutang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan)

sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit”

Pendapat lain mengenai pengertian piutang ditemukan oleh Indriyo

Gitosudarmo dan Basri (2002-81) yaitu bahwa :

“piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari

dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit”.

Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada

pihak lain dalam bentuk yang timbul dengan adanya penjualan secara kredit.

2.1.1.1 Klasifikasi Piutang

Piutang merupakan aktiva lancar yang diterapkan dapat dikontroversi

menjadi kas dalam waktu satu tahun satu periode akuntansi. Piutang pada
10

umumnya timbul dari sisa hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu

piutang dapat juga ditimbulkan dari adanya usaha diluar kegiatan pokok

perusahaan.

Menurut Zaki Badriwan (2000-14) bahwa :

“Tagihan-tagihan yang dimiliki perusahaan dapat dibagi dalam dua kelompok

yaitu :

1. Tagihan-tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang.

2. Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang.

Sebagai tambahan Zaki Badriwan (2000-124) mengklasifikasikan lagi

piutang dalam beberapa judul sebagai berikut :

1. Piutang Dagang Usaha

2. Piutang Bukan Dagang

3. Piutang Penghasilan

Dari pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

piutang secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi piutang dagang atau

piutang usaha dan piutang non dagang atau piutang lain-lain. Piutang dagang atau

piutang usaha adalah piutang yang timbul dari penjualan secara kredit dalam

rangka kegiatan perusahaan. Sedangkan piutang non dagang atau piutang lain-lain

adalah piutang yang timbul bukan dari transaksi penjualan barang dagangan, jasa

dan diluar kegiatan usaha perusahaan misalnya piutang yang timbul dari adanya

penjualan secara kredit atau aktiva perusahaan yang sudah tidak produktif lagi.

Dalam penelitian ini yang dibahas adalah piutang usaha atau piutang dagang.
11

2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang

Piutang merupakan faktor utama yang paling penting dalam perusahaan dan

dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya

piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya

adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2001-85-87) sebagai

berikut :

1. Volume Penjualan Kredit

Besar kecilnya penjualan kredit yang ditetapkan oleh perusahaan akan

berpengaruh jumlah piutang yang terdapat dalam perusahaan semakin besar

volume penjualan kredit maka semakin besar pula investasi dalam piutang

perusahaan maka akan semakin besar. Sebaliknya, semakin kecil tingkat

volume penjualan kredit dalam perusahaan maka akan rendah pula tingkat

investasi piutang dalam perusahaan.

2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat penjualan kredit yang ditetapkan pihak perusahaan yang bersifat ketat

atau lunak. Semakin ketat syarat pembayaran yang ditetapkan, maka semakin

cepat pengembalian piutang. Sehingga jumlah piutang perusahaan akan

semakin kecil. Sebaliknya, semakin lunak persyaratan pembayaran yang

ditetapkan, maka pengembalian piutang akan relatif lebih lama dan jumlah

piutang akan lebih besar.

3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan pemberian secara

kredit kepada pelanggan. Semakin tinggi batas yang ditetapkan, maka semakin
12

besar pelanggan membeli secara kredit, sehingga jumlah piutang akan lebih

besar.

4. Kebijakan dalam mengumpulkan piutang

Kebijakan dalam mengumpulkan piutang dapat di lakukan secara aktif

maupun pasif. Bila di gunakan secara aktif, maka perusahaan harus

mengeluarkan biaya tambahan untuk mendanai usaha ini. Dengan

menggunakan cara ini piutang yang ada akan cepat tertagih, sehingga akan

memperkecil jumlah piutang perusahaan. Namun, bila perusahaan

menerapkan cara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama sehingga

jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.

5. Kebiasaan membayar dari para pelanggan

Kebiasaan para pelanggan untuk membayar dalam periode cash discount akan

mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan jika pelanggan

membayar pada periode sesudah cash discount akan mengakibatkan jumlah

piutang lebih besar, karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih

lama untuk terealisasi menjadi kas.

Kemudian Sawir (2003-198) menambahkan bahwa jumlah piutang ditentukan

oleh :

1. Volume penjualan

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan makin besar

pula investasi dalam piutang. Makin besar piutang berarti memperbesar risiko,

tetapi bersamaan dengan itu memperbesar profitabilitas.


13

2. Rata-rata waktu antara penjualan dan penagihan atau rata-rata jangka waktu

penagihan. Makin panjang jangka waktu rata-rata penagihan, makin banyak

investasi piutang.

2.1.1.3 Perputaran Piutang

Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi

dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang

adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode

tertentu. Piutang yang terdapat dalam suatu perusahaan akan selalu dalam keadaan

berputar. Perputaran piutang akan menunjukan berapa kali piutang yang timbul

sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali kedalam kas perusahaan.

Perputaran piutang menurut S Munawir (2004:75) yaitu:

“posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dilihat dengan

menghitung perputaran piutang tersebut (turn over receivable). Yaitu dengan

membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata“.

Menurut Darsono (2004:59) memberikan keterangan mengenai perputaran

piutang sebagai berikut:

“perputaran piutang adalah seberapa kali saldo rata-rata piutang di konversikan

kedalam kas selama periode tertentu”.

Darsono (2004:59) menambahkan bahwa untuk menghitung perputaran piutang

menggunakan rumus:

Perputaran piutang = penjualan bersih

Saldo piutang rata-rata


14

2.1.1.4 Risiko kerugian piutang

Setiap usaha yang kita jalankan akan selalu mengandung risiko yang tidak

dapat kita hindari. Dalam hal ini risiko hanya bias dikendalikan agar berada

dibatas yang wajar. Risiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit

disebut risiko kerugian piutang. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri

(2002:81) yaitu :

Kebijakan penjual kredit akan menimbulkan risiko bagi perusahaan akan tidak

dapat ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang. Oleh karena

itu maka perlu memperhitungkan biaya risiko tidak dapat ditagihnya risiko

piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko kerugian piutang

terdiri dari beberapa macam, yaitu :

1. Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang

Risiko ini terjadi apabila jumlah risiko kerugian piutang tidak dapat

direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor,

misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganan yang

tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi karena adanya

stabilitas ekonomi dan kondisi Negara yang tidak menentu sehingga piutang

tidak dapat dikembalikan.


15

2. Risiko tidak dibayarkan sebagian piutang

Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan sehingga bisa mengakibatkan

kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang

yang dijual secara kredit.

3. Risiko keterlambatan pelunasan kredit

Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana untuk biaya penagihan

kepada peminjam.

4. Risiko tertanamnya modal dalam piutang

Risiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah

sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam

piutang semakin besar. Hal ini pula dapat mengakibatkan adanya modal kerja

yang tidak produktif.

2.1.2 Persediaan

Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk di

jual atau digunakan pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri

dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan bahan

jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi disimpan sebelum digunakan

atau dimasukan kedalam proses produksi, sedangkan persediaan barang jadi atau

barang dagangan disimpan sebelum dijual atau dipasarkan. Dengan demikian

setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha pada umumnya memiliki

peresediaan.
16

Inventory atau persediaan adalah suatu teknik untuk manajemen material

yang berkaitan dengan persediaan. Manajemen material dalam Inventory

dilakukan dengan beberapa input yang digunakan yaitu: permintaan yang terjadi

(demand) dan biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan, serta biaya apabila

terjadi kekurangan persediaan (short-age).

Pengendalian pengadaan persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan

langsung dengan biaya yang harus ditanggung perusahaan sebagai akibat adanya

persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan

kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan

perusahaan menanggung risiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi

disamping biaya investasi yang besar. Tetapi jika kekurangan persediaan akan

berakibat terganggunya kelancaran dalam proses produksinya. Oleh karenanya

diharapkan terjadi keseimbangan dalam pengadaan persediaan sehingga biaya

dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat memperlancar jalannya proses

produksi.

Menurut John J. Wild, K. R. Subramanyam, Robert F. Hasley (2004:265-

266) mengemukakan persediaan (inventory) merupakan barang yang dijual

dalam aktivitas operasi normal perusahaan. Dengan pengecualian organisasi

jasa tertentu, persediaan merupakan aktiva inti dan penting dalam

perusahaan. Persediaan harus diperhatikan karena merupakan komponen

utama dari aktiva operasi dan langsung mempengaruhi perhitungan laba.

Persediaan awal + Pembelian bersih – Harga Pokok Penjualan = Persediaan akhir


17

2.1.2.1 Pentingnya Persediaan

Menurut Darmawan Sjahrial (2007:189) persediaan merupakan unsur utama

dari modal kerja (aktiva lancar). Persediaan merupakan investasi yang sangat

berarti bagi perusahaan.

Bila investasi dalam persediaan lebih besar dibandingkan dengan

keuntungan maka :

a. Akan memperbesar tingkat bunga, terutama sumber modal kerjanya berasal

dari dana pinjaman.

b. Akan memperbesar biaya penyimpanan dan biaya pemeliharaan.

c. Akan memperbesar kerugian karena kerusakan persediaan.

d. Turunnya kualitas persediaan.

e. Persediaan akan mengalami keusangan (absolensence), ketinggalan mode,

semua hal di atas akan mengalami keuntungan.

Sebaliknya investasi pada persediaan yang terlalu kecil mengakibatkan

kekurangan bahan baku sehingga kapasitas produksi tidak penuh yang pada

akhirnya mengakibatkan biaya produksi rata-rata menjadi tinggi. Hal ini juga

mengakibatkan menurunnya keuntungan perusahaan.

2.1.2.2 Faktor Biaya Persediaan

Persediaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kelancaran

produksi dan penjualan, maka persediaan harus dikelola secara tepat. Perusahaan

harus dapat menentukan jumlah persediaan optimal, sehingga disuatu sisi

kontinuitas produksi dapat terjaga danm sisi lain perusahaan dapat memperoleh
18

keuntungan. Persediaan yang kurang akan tidak sama baiknya dengan persediaan

yang berlebihan, sebab kondisi keduanya memiliki beban dan akibat masing-

masing.

Menurut Agus Ristono (2009:4) faktor biaya persediaan meliputi :

a. Biaya penyimpanan digudang, semakin banyak barang yang disimpan maka

akan semakin besar biaya penyimpanannya.

b. Risiko kerusakan barang, semakin lama barang tersimpan digudang maka

risiko kerusakan barang semakin tinggi.

c. Risiko keusangan barang, barang-barang yang tersimpan lama akan “out of

date” atau ketinggalan jaman.

2.1.2.3 Fungsi-fungsi Persediaan

Persediaan barang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perusahaan.

Dari berbagai macam persediaan yang ada, seperti persediaan bahan baku, barang

dalam proses dan barang jadi, menurut T. Hani Handoko (2000:335-336)

perusahaan melakukan penyimpanan persediaan atas barang karena berbagai

fungsi, yaitu :

1. Fungsi Decoupling

Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi

perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan (Indepedensi).

Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi

permintaan langganan tanpa terganggu supplier.


19

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan

membeli sumber-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-

biaya per unit. Dengan persediaan lost size ini akan mempertimbangkan

penghematan-penghematan.

3. Fungsi Antisipasi

Sering perusahaan mengalami fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan yang diramalkan berdasar pengalaman atau data masa lalu.

Disamping itu, perusahaan juga sering dihadapkan pada ketidakpastian jangka

waktu pengiriman barang kembali sehingga harus dilakukan antisipasi untuk

cara menanggulanginya.

Sementara itu Lalu Sumayang (2003:201-203) mengatakan tiga fungsi lain

mengapa persediaan barang diperlukan adalah untuk :

1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian

Untuk mengahadapi ketidakpastian maka pada system inventory ditetapkan

persediaan darurat yang dinamakan safety stock.

2. Memberikan waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian.

Kadang-kadang lebih ekonomis memproduksi barang dalam proses atau

barang jadi dalam jumlah besar atau jumlah paket yang kemudian disimpan

sebagai persediaan. Selama persediaan masih ada maka proses produksi

dihentikan dan akan mulai lahi jika diketahui persediaan hampir habis.

Pertimbangan ini memberikan kemudahan sebagai berikut :


20

a. Memberikan keuntungan untuk menyebarkan dan meratakan beban

biaya investasi pada sejumlah besar produk.

b. Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk mengahasilkan

bermacam-macam jenis produk.

3. Mengantisipasi pada demand dan supply

Inventori disiapkan untuk mengahadapi beberapa kondisi yang menunjukan

perubahan demand dan supply, yaitu :

a. Bila ada perubahan perkiraan harga dan persediaan bahan baku.

b. Sebagai persiapan mengahadapi promosi pasar dimana sejumlah besar

barang jadi disimpan menunggu penjualan tersebut.

c. Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output tetap akan

mengalami perubahan produk pada kondisi permintaan yang rendah

atau kondisi musim lesu atau low season. kelebihan produk ini akan

disimpan sebagai persediaan yang akan digunakan nanti apabila output

tidak dapat memenuhi lonjakan permintaan pada musim ramai atau

peak season.

Jadi berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, dapat dipahami bahwa

perusahaan melakukan penyimpanan atau persediaan barang karena berbagai alas

an yaitu untuk berjaga-jaga pada saat barang dipasar sukar diperoleh, agar

perusahaan dapat memenuhi pesanan pembeli dalam waktu yang cepat. Untuk

menekankan harga pokok per unit barang, serta memberikan waktu luang dalam

pengelolaan produksi dan pembelian.


21

2.1.2.4 Tujuan Pengelolaan Persediaan

Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan sudah

tentu memilki tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian persediaan yang yang

dijalankan adalah untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal

sehingga diperoleh penhematan-penghematan untuk persediaan tersebut. Hal

inilah yang dianggap penting untuk dilakukan perhitungan persediaan sehingga

dapat menunjukan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat

menjaga kontinuitas produksi dengan pengorbanan atau pengeluaran biaya yang

ekonomis.

Tujuan pengelolaan persediaan menurut Agus Ristono (2009:4) adalah :

1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan

cepat (memuaskan konsumen).

2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak

mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses

produksi, hal ini dikarenakan Kemungkinan barang (bahan baku dan

penolong) menjadi langka sehingga sulit diperoleh.

Lukman Syamsudin (2007:281) menjelaskan bahwa ada tiga bentuk utama

dari persediaan perusahaan yaitu persediaan barang jadi. Sekalipun ketiga macam

persediaan ini biasanya tidak diperlihatkan secara terpisah dalam neraca

perusahaan, tetapi ciri dari masing-masing macam persediaan tersebut adalah

merupakan suatu faktor yang sangat penting.


22

a. Persediaan Bahan Mentah

Bahan mentah adalah merupakan persediaan yang dibeli oleh

perusahaan untuk diproses untuk menjadi barang setengah jadi dan

akhirnya menjadi barang jadi atau produk akhir dari

perusahaan.adapun jumlah bahan mentah yang harus dipertahankan

oleh perusahaan yang akan sangat tergantung pada :

• Lead Time (waktu yang dibutuhkan sejak saat pemesanan

sampai dengan bahan diterima).

• Jumlah pemakaian.

• Jumlah Investasi dalam Persediaan.

• Karakteristik dari bahan mentah yang dibutuhkan.

b. Persediaan Barang dalam Proses

Persediaan barang dalam proses terdiri dari keseluruhan barang-

barang yang digunakan dalam proses produksi tetapi masih

membutuhkan proses lebih lanjut untuk menjadi produk yang siap

untuk dijual (barang jadi). Tingkat penyesuaian dalam sangat

tergantung pada panjang serta kompleksnya proses produksi yang

dilaksanakan. Besarnya persediaan barang dalam proses ini akan

menyebabkan semakin besarnya biaya-biaya persediaan karena modal

yang terikat didalam persediaan tersebut semakin besar, dimana

besarnya modal ini berkaitan langsung dengan lambatnya perputaran

persediaan. Persediaan barang dalam proses adalah merupakan proses


23

yang paling tidak likuid karena akan cukup sulit bagi perusahaan untuk

dapat menjual barang-barang yang masih dalam bentuk setengah jadi.

c. Persediaan Barang Jadi

Persediaan barang jadi adalah merupakan persediaan barang-barang

yang telah selesai oleh perusahaan, tetapi masih belum terjual.

Modal Kerja

Modal kerja diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan,

terutama untuk membiayai kewajiban-kewajiban jangka pendek. Apabila

perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan

meningkatkan produksinya, maka besarnya kemungkinan akan kehilangan

pendapatan dan keuntungan.

2.1.3.1 Pengertian Modal Kerja

Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi perusahaan karena

dengan adanya modal kerja yang cukup itu memungkinkan perusahaan untuk

beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami

kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang timbul karena adanya krisis atau

kekacauan keuangan.

Pengertian modal kerja menurut Agus Sartono (2001:385), menyatakan

sebagai berikut :

“Modal Kerja adalah kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar”


24

Menurut Garison Noreen (2001:793), terjemahan Totok Budisantoso,

menyebutkan modal kerja sebagai berikut :

“kewajiban aktiva lancar di atas kewajiban lancar disebut modal kerja (working

capital)”.

Sedangakn menurut Munawir (2002:115), menyatakan sebagai berikut :

“konsep kualitatif menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini

pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka

pendek (net working capital)”.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal

kerja dalam konsep kualitatif menitik beratkan pada kualitas modal kerja, yaitu

kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital).

2.1.3.2 Konsep Modal Kerja

Pengertian modal kerja di atas masih bersifat umum, sehingga masih

megalami kesulitan untuk menetapkan elemen-elemen modal kerja. Untuk

memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja. Menurut Martono

dan Agus Harjito (2003:72), adalah :

“Ada tiga konsep modal kerja antara lain :

1. Konsep Kuantitatif.

2. Konsep Kualitatif.

3. Konsep Fungsional.

Adapun penjelasan dari ke tiga konsep modal kerja di atas yang di

berikan oleh Martono dan Agus Harjito adalah sebagai berikut :


25

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan quantum yang di perlukan untuk mencukupi

kebutuhan perusahaan dalam membiayai biaya operasinya yang bersifat rutin,

atau menunjukan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka

pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah

aktiva lancar (gross working capital).

2. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan kualitas modal kerja dalam konsep ini pengertian

modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek

(net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman

jangka panjang maupun dari para pemilik modal. Konsep ini bersifat kualitatif

karena menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada

hutang lancarnya (hutang jangka pendek), serta menjamin kelangsungan

operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh

tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.

3. Konsep Fungsional

Konsep ini menitik beratkan fungsi dana yang digunakan selama periode

akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan Current Income (laba yang

diperoleh pada suatu akuntansi).

2.1.3.3 Pentingnya Modal Kerja

Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi

tergantung dari pada tipe atau sifat aktiva lancar yang dimiliki. Tetapi modal kerja
26

harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-

pengeluaran atau operasi perusahaan.

Menurut Munawir (2004:116-117) menyatakan :

“Dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan,

disamping menguntungkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara

ekonomis dan efisien serta perusahaan tidak mengalami kesulitan

keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, yaitu :

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya

dari nilai aktiva lancar.

2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban

tepat pada waktunya.

3. Menjamin di milikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan

memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya-bahaya

atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup

untuk melayani para konsumennya.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang

lebih menguntungkan kepada para pelanggannya.

6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih

efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa

yang diperlukan”.

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu

perusahaan, tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:


27

1. Sifat atau tipe dari perusahaan.

2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang

atau jasa yang akan dijual.

3. Syarat pembelian bahan-bahan atau barang dagangan.

4. Tingkat perputaran persediaan.

5. Dan lain-lain.

2.1.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Modal kerja didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dikurangi

hutang lancar. Oleh karena itu, jumlah modal kerja akan naik atau turun bila

dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang berkaitan dengan rekening lancar

sekaligus rekening tidak lancar. Transaksi-transaksi yang hanya mempengaruhi

rekening lancar atau rekening tidak lancar saja, bukan sumber ataupun

penggunaan modal kerja. Jadi, sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan)

modal kerja timbul dari berbagai macam transaksi atau kejadian, sehingga setiap

transaksi hanya akan mempengaruhi modal kerja bila transaksi tersebut

mempengaruhi rekening lancar dan tidak lancar.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:86) menyatakan:

“ada dua transaksi yang berkaitan dengan modal kerja yaitu:

1. Transaksi yang tidak mempengaruhi modal kerja.

2. Transaksi yang mempengaruhi modal keja”.


28

Adapun penjelasan transaksi-transaksi modal kerja yang dikemukakan

diatas adalah sebagai berikut:

1. Transaksi yang tidak mempengaruhi modal kerja, yaitu:

a. Rekening aktiva lancar saja, misalnya: pembelian surat berharga secara

tunai dan penagihan piutang dagang.

b. Rekening hutang lancar saja, misalnya: menerima wesel sebagai

pelunasan hutang dagang.

c. Rekening aktiva tidak lancar saja, misalnya: menukarakan tanah

dengan peralatan pabrik.

d. Rekening hutang jangka panjang saja, misalnya: menerbitkan saham

untuk melunasi hutang obligasi.

e. Rekening aktiva lancar dan hutang lancar, misalnya: melunasi hutang

dagang dan membeli barang dagangan secara kredit.

f. Rekening aktiva tidak lancar dan hutang jangka panjang, misalnya:

membeli tanah dengan menerbitkan saham baru.

2. Transaksi yang mempengaruhi modal kerja, yaitu:

a. Rekening aktiva lancar dan tidak lancar, misalnya: pembelian gedung

secara tunai dan penjualan mesin secara kredit jangka pendek.

b. Rekening hutang lancar dan aktiva tidak lancar, misalnya: pembelian

mesin secara kredit jangka pendek.

c. Rekening aktiva lancar dan hutang jangka panjang, misalnya:

penerbitan hutang obligasi secara tunai dan penerbitan kembali saham

secara tunai.
29

d. Rekening hutang lancar dan hutang jangka panjang, misalnya:

pelunasan wesel jangka pendek dengan wesel jangka panjang.

2.1.3.5 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Laporan tentang sumber dan penggunaan dana akan memungkinkan

seorang manajer keuangan untuk menganalisa sumber-sumber dan penggunaan

dana secara historis yang terdapat didalam persuhaan.

Menurut Bambang Riyanto (2001:352) menyatakan sebagai berikut:

“kenaikan modal kerja disebabkan karena sumber-sumbernya lebih besar

dari pada penggunaannya, sehingga mempunyai efek netto yang positif

terhadap modal kerja. Sebaliknya, bila penggunaannya lebih besar dari

pada sumbernya, maka efek nettonya adalah memperkecil modal kerja.

Bila besarnya sumber persis dengan besarnya penggunaan, tidak ada efek

nettonya terhadap modal kerja, sehingga besarnya modal kerja, tidak

berubah”.

Sedangkan, menurut Sutrisno (2003:276) menjelaskan bahwa:

“pada laporan sumber dan penggunaan dana dalam arti modal kerja, maka

setiap ada penambahan dana akan menambah modal kerja atau

penggunaan dana akan mengurangi modal kerja”

Dari pendapat diatas, modal kerja dikatakan sebagai modal kerja netto,

berarti selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancarnya. Karena modal kerja

yang digunakan modal kerja netto, maka perubahan element-element modal kerja
30

tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja. Atas, penjelasan berikut dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Net Working Capital = Current Asset – Current Liabilities

Dana diartikan sebagai modal kerja, maka laporan perubahaan posisi

keuangan menjelaskan sumber dan penggunaan dana, dan juga menunjukan

bagaimana modal kerja berubah dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah

pada akhir periode. Setiap transaksi yang menyebabkan naiknya modal kerja

dusebut sumber modal kerja. Sebaliknya, transaksi yang menyebabkan penurunan

modal kerja dosebut penggunaan modal kerja.

Adapun sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja

menurut Martono dan Agus Hanjito (2003:328) adalah menjelaskan bahwa:

1. “sumber-sumber modal kerja:

a. Berkurangnya aktiva tetap.

b. Bertambahnya hutang jangka panjang.

c. Bertambahnya modal sendiri.

d. Bertambahnya keuntungan dari operasi perusahaan.

2. Penggunaan modal kerja:

a. Bertambahnya aktiva tetap.

b. Berkurangnya hutang jangka panjang

c. Berkurangnya modal sendiri.

d. Adanya pembayaran deviden kas.

e. Adanya kerugiaan.
31

Penjelasan sumber dan penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut:

1. Sumber-sumber modal kerja:

a. Berkurangnya aktiva tetap.

Berkurangnya aktiva tetap kemungkinan karena dijual atau karena

depresiasi. Penjualan aktiva tetap akan menambah uang kas, sehingga akan

menambah modal kerja. Demikian ini merupakan aliran kas masuk yang

akan menambah modal kerja perusahaan.

b. Bertambahnya hutang jangka panjang.

Apabila perusahaan menjual obligasi, maka uang kas perusahaan akan

bertambah. Jika kas bertambah, maka modal kerja akan bertambah.

c. Bertambahnya modal sendiri.

Jika perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT), modal sendiri dapat

berupa saham biasa, saha preferen, cadangan-cadangan dan laba ditahan.

Perusahaan yang menjual sahamnya untuk menambah modal sendiri akan

mendapatkan uang kas sebagai sumber modal kerja.

d. Bertambahnya keuntungan dari operasi perusahaan.

Keuntungan (laba) yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan

merupakan sumber modal kerja, karena keuntungan tersebut akan

menambah kas. Keuntungan yang menambah kas tersebut adalah

keuntungan yang ditahan atau keuntungan yang tidak dibagi kepada

pemilik perusahaan (para pemegang saham). Oleh karena itu, apabila ada

kenaikan laba ditahan maka didalamnya terdapat tambahan kas yang

merupakan sumber modal kerja.


32

2. Penggunaan modal kerja:

a. Bertambahnya aktiva tetap.

Aktiva tetap yang bertambah dapat disebabkan karena ada pembelian.

Bertambahnya aktiva tetap karena pembelian memerlukan uang pasti

sehingga bertambahnya aktiva tetap tersebut merupakan ubsur yang

memperkecil kas atau sebagai penggunaan modal kerja.

b. Berkurangnya hutang jangka panjang.

Apabila perusahaan membeli kembali obligasi yang telah jatuh tempo atau

melunasi hutang jangka panjangnya, maka uang kas perusahaan akan

berkurang. Berkurangnya hutang jangka panjang dalam hal ini merupakan

penggunaan modal kerja.

c. Berkurangnya modal sendiri.

Seperti halnya obligasi, jika perusahaan kembali saham biasa atau saham

preferen maka diperlukan sejumlah kas. Oleh karena itu, saham yang

berkurang berarti modal sendiri perusahaan berkurang. Berkurangnya

modal sendiri tersebut memerlukan kas yang merupakan penggunaan modal

kerja.

d. Adanya pembayaran deviden kas.

Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham dapat berupa saham,

properti maupun kas. Deviden yang dibayarkan dalam bentuk kas akan

mengurangi kas perusahaan. Oleh karena itu, deviden kas ini merupakan

penggunaan modal kerja.


33

Pengukuran modal kerja dapat diterapkan dengan menggunakan net

working capital. Perubahan-perubahan dalam modal kerja netto (net working

capital) yaitu aktiva lancar dikurangi hutang lancar.

Menurut Lukman Syamsuddin (2000:43) menyatakan:

“perbandingan net working capital dari tahun ke tahun juga bisa

memberikan gambaran tentang jalannya perusahaan”.

Untuk mengetahui besarnya presentase dari perubahan modal kerja netto

pada analisis laporan keuangan menggunakan perbandingan modal kerja tahun

berjalan dengan modal kerja tahun lalu.

Laporan perubahan posisi keuangan menjelaskan sumber penggunaan dana

dan menunjukan dan bagaimana modal kerja tersebut berubah dari jumlah pada

awal periode menjadi jumlah pada akhir periode. Setiap transaksi yang

menyebabkan naiknya modal kerja tersebut sumber modal kerja. Sebaliknya

transaksi yang menyebabkan penurunan modal kerja disebut penggunaan modal

kerja.

Menurut pendapat Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:117) menyatakan

sebagai berikut :

“penghasilan yang dicatat berdasarkan basis akrual (accrual basis),

mengakibatkan kenaikan aktiva lancar seperti kas atu piutang, dan oleh

karenanya menaikan modal kerja”.


34

Menurut pendapat Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:115) menyatakan

sebagai berikut :

“jumlah modal kerja akan naik atau turun hanya karena transaksi-transaksi

yang mempengaruhi baik rekening lancar maupun rekening tidak lancar

sekaligus”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa transaksi-transaksi piutang

yang menyebabkan berubahnya modal kerja yaitu transaksi piutang yang

mempengaruhi aktiva lancar yakni piutang usaha, piutang lain-lain, dan

penyisihan piutang tak tertagih.

Oleh karena itu, jumlah modal kerja akan naik atau turun bila dipengaruhi

oleh transaksi-transaksi yang berkaitan dengan rekening lancar atau rekening

tidak lancar saja. Bukan sumber ataupun penggunaan modal kerja.jadi, sumber

(kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja timbul dari berbagai macam

transaksi atau kejadian, sehingga setiap transaksi hanya akan mempengaruhi

modal kerja bila transaksi tersebut mempengaruhi rekening lancar dan tidak

lancar.

2.1.4 Keterkaitan antar variabel Penelitian

2.1.4.1 Hubungan Perputaran Piutang dengan Perkembangan Modal Kerja

Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Juliaty dalam bukunya “Analisis

Laporan Keuangan”

“jumlah modal kerja akan naik atau turun karena transaksi-transaksi yang

mempengaruhi baik rekening lancar maupun rekening tidak lancar”


35

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang yang

menyebabkan berubahnya modal kerja, yaitu perputaran piutang

mempengaruhi aktiva lancar.

( 2005 : 115 )

2.1.4.2 Hubungan Persediaan dengan Perkembangan Modal Kerja

Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham menyatakan bahwa :

“pengelolaan persediaan yang tidak efektif dapat menyebabkan

berlebihnya persediaan yang selanjutnya mengakibatkan rendahnya tingkat

pengembalian atas modal kerja yang tertanam”.

Maka dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh

persediaan terhadap modal kerja.

(1990 : 500)

2.2 Kerangka Pemikiran

Untuk memperbesar volume penjualan, banyak perusahaan melakukan

transaksi penjualan secara kredit disamping penjualan secara tunai. Ini akan

menimbulkan perputaran piutang dari tahun ke tahun bagi perusahaan yang

melakukan penjualan tersebut. Biasanya pembatasan pembatasan terhadap jumlah

penjualan kredit tergantung pada bonafiditas pembeli. Apabila pembeli dianggap

bonafid maka plafon kredit yang diberikan agar besar dengan syarat kredit lebih

ringan. Sebaliknya, bila pembeli dianggap kurang bonafid, maka plafon yang

diberikan kecil dengan syarat kredit lebih berat.


36

Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi

dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang

adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode

tertentu. Piutang yang terdapat dalam suatu perusahaan akan selalu dalam keadaan

berputar. Perputaran piutang akan menunjukan berapa kali piutang yang timbul

sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali kedalam kas perusahaan.

Dari pengertian diatas, tampak bahwa pengertian perputaran piutang

antara lain adalah semua tuntutan terhadap pelanggan, baik baik berupa perkiraan

uang, barang maupun jasa, serta segala hal yang berbentuk perkiraan seperti

transaksi. Selanjutnya, perputaran piutang merupakan kewajiban pelanggan yang

disepakati dan mereka mengharapkan pembayaran itu diselesaikan dengan tanda

terima yang sah.

Perputaran piutang menurut S Munawir (2004:75) yaitu:

“posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dilihat dengan

menghitung perputaran piutang tersebut (turn over receivable). Yaitu dengan

membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata“.

Inventory atau persediaan adalah suatu teknik untuk manajemen material

yang berkaitan dengan persediaan. Manajemen material dalam Inventory

dilakukan dengan beberapa input yang digunakan yaitu: permintaan yang terjadi

(demand) dan biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan, serta biaya apabila

terjadi kekurangan persediaan (short-age).

Lukman Syamsudin (2007:281) menjelaskan bahwa ada tiga bentuk utama

dari persediaan perusahaan yaitu persediaan barang jadi. Sekalipun ketiga macam
37

persediaan ini biasanya tidak diperlihatkan secara terpisah dalam neraca

perusahaan, tetapi ciri dari masing-masing macam persediaan tersebut adalah

merupakan suatu faktor yang sangat penting.

a. Persediaan Bahan Mentah

b. Persediaan Barang dalam Proses

c. Persediaan Barang Jadi

Selain itu, perhitungan struktur modal kerja juga diperlukan oleh pihak

manajemen untuk mengetahui titik baik atau buruk nya perusahaan dan modal

kerja sendiri mengandung arti :

Pengertian modal kerja di atas masih bersifat umum, sehingga masih

megalami kesulitan untuk menetapkan elemen-elemen modal kerja. Untuk

memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja. Menurut Martono

dan Agus Harjito (2003:72), adalah :

“Ada tiga konsep modal kerja antara lain :

4. Konsep Kuantitatif.

5. Konsep Kualitatif.

6. Konsep Fungsional.
38

Tabel 2.1
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya

Penulis Tahun Judul Hasil Persamaan Perbedaan


Milwan 2008 Pengaruh Berubahnya Terletak pada Terletak pada
Purnata Piutang modal kerja variabel X1 X2, penulis
terhadap Modal yaitu transaksi dan Y yaitu meneliti
Kerja pada PT. piutang yang tentang tentang
Telekomunikasi mempengaruhi piutang persediaan.
Indonesia aktiva lancar terhadap
(Persero) yakni piutang modal kerja
Bandung usaha, piutang
lain-lain dan
penyisihan
piutang tak
tertagih.
Nita 2008 Tingkat Perputaran Terletak pada Terletak pada
Nurhayati perputaran piutang X1 dan Y X2, penulis
piutang mempunyai yaitu meneliti
terhadap modal pengaruh perputaran tentang
kerja pada PT. terhadap piutang persediaan.
Telekomunikasi modal kerja. berpengaruh
Indonesia Semakin cepat terhadap
(Persero) perputaran modal kerja
Bandung piutang terjadi
dalam
perusahaan hal
ini berarti
semakin
singkat waktu
tertanamnya
modal kerja
dalam piutang
sehingga
semakin kecil
modal kerja
yang
dibutuhkan.
Widi 2007 Pengaruh Tinggi Terletak Terletak pada
Sariningsih perputaran rendahnya dimana X2 dan Yyaitu
piutang perputaran penulis sama- penulis
terhadap piutang akan sama meneliti
tingkat mempunyai membahas tentang
likuiditas Pada pengaruh tentang persediaan dan
PT. Indusri terhadap besar perputaran modal kerja
telekomunikasi kecilnya piutang.
39

(PERSERO) modal yang


Bandung. disesuaikan
dalam
piutangmakin
cepat
perputarannya
berarti
semakin
pendek waktu
terikatnya
modal dalam
piutang.
Woro Resmi 2008 Hubungan Perputaran Terletak Terletak pada
Kurniasih Perputaran piutang usaha dimana X2 dan Yyaitu
Piutang usaha adalah suatu penulis sama- penulis
dengan Quick ukuran sama meneliti
Ratio tertentu dalam membahas tentang
Pada unit menilai usaha tentang persediaan dan
pertokoan dan berapa perputaran modal kerja
koperasi kali piutang piutang.
pegawai usaha tersebut
Republik dapat
Indonesia dikonversikan
(KPRI) Diklat ke dalam kas
PU Wilayah selama
Bandung periode
tertentu.
40

Berdasarkan kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel X1
Perputaran Piutang

• penjualan bersih

• Saldo Pitang rata-rata Dwi Prastowo Modal Kerja


dan Rifka Juliati
• Kas
( 2005 : 115 ) • Surat-surat berharga
Darsono (2004:59) • Piutang Dagang
• Persediaan

( Variabel Y )

Variabel X2
Persediaan Fred Weston dan Eugene F
Agnes Sawir, 2005 : 129
1. Bahan Baku, Menurut J. Fred
Weston dan
2. Barang dalam proses, Eugene F.
Brigham
3. Dan barang jadi.
(1990 : 500)

Lukman Syamsudin
(2007:281)

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
41

2.3 Hipotesis

Menurut Ummi Narimawati (2008:63) “hipotesis adalah kesimpulan

penelitian yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan

membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian”.

Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji yaitu hipotesis penelitian

yang berkaitan dengan berpengaruh atau tidaknya perputaran piutang dan

persediaan terhadap perkembangan modal kerja.

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

hipotesa penelitian adalah terdapat pengaruh antara :

perputaran piutang (X1) terhadap perkembangan modal kerja (Y),

Persediaan (X2) terhadap Perkembangan Modal kerja (Y), dan

Perputaran Piutang (X1), dan Persediaan (X2) terhadap Perkembangan Modal

Kerja (Y).
42

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian menurut Sugiyono (2005:32) diartikan bahwa,

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek

atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulan.”

Berdasarkan pengertian tersebut, objek penelitian merupakan variabel

yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian

yang berjudul Pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap

perkembangan modal kerja.

Objek penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini

adalah :

1. Perputaran Piutang sebagai variabel bebas (independent)

2. Persediaan sebagai variabel bebas (independent)

3. Perkembangan Modal Kerja sebagai variabel terikat (dependent)

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk

membuat deskriptif secara sistematik, akrual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta pengaruh antar fenomena yang diteliti, sedangkan verifikatif


43

digunakan untuk meneliti ulang hasil penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk

memverifikasikan kebenaran hasil penelitian sebelumnya, serta kuantitatif

merupakan penelitian yang menekankan pada analisis dan numerik (angka).

Pengertian deskriptif menurut Ummi Narimawati (2008:21) adalah :

“metode yang menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian melalui

pengungkapan berupa narasi, grafik, maupun gambar”.

Pengertian verifikatif menurut Umi Narimawati (2008:21) adalah:

“Metode pengujian hipotesis melalui alat analisis statistik”

Pengertian data kuantitatif menurut Sugiyono (2006:13) adalah:

“Data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan”.

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa metode deskriptif adalah metode

yang berisi mengungkapkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan

data yang aktual, yakni dengan menyajikan data, menganilis serta

menginterprestasikannya. Sedangkan penelitian verifikatif adalah suatu jenis

penelitian yang bertujuan menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan melalui

pengumpulan data-data dilapangan sehingga diketahui pengaruh variabel (X1)

yaitu perputaran piutang dan variabel (X2) yaitu persediaan terhadap variabel (Y)

yaitu perkembangan modal kerja melalui alat analisis statistik.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan

dan perancangan penelitian, agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan

sistematis.
44

Menurut M. Nasir (2003:84) :

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian”.

Langkah-langkah yang akan dilakukan penulis dalam melakukan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data mengenai perputaran piutang pada PT.

Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.

2. Mengumpulkan data-data mengenai persediaan pada pada PT.

Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.

3. Mengumpulkan data-data mengenai perkembangan modal kerja pada PT.

Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.

4. Melakukan pengujian hipotesis untuk membuktikan hubungan atau

pengaruh piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja.

5. Membuat kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis.

Dari pemaparan diatas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian

merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam

melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan

penelitian yang dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan.


45

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Sugiyono (2010:33) mengemukakan bahwa, “Variabel bebas adalah

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel terikat (dependen)”.

Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat

mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur,

dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan

suatu gejala yang diobservasi.

Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua, pertama (X1)

adalah perputaran piutang dan persediaan (X2) adalah perkembangan modal

kerja.

Sesuai dengan judul yang telah dipilih oleh penulis yaitu : “pengaruh

perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja”, maka

penulis menetapkan 3 variabel penelitian yaitu :

1. Perputaran Piutang sebagai variabel Independent (X1)

Menurut Sugiyono (2008:59) variabel Independent adalah:

“Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel Independent (terikat)”.

Dalam hal ini Piutang merupakan harta perusahaan yang timbul

karena terjadinya transaksi penjualan secara kredit atau barang dan jasa

yang dihasilkan oleh perusahaan. Semakin cepat piutang tertagih maka kas

akan cepat terealisasi.


46

2. Persediaan sebagai variabel Independent (X2)

Menurut Sugiyono (2008:59) variabel Independent adalah:

“Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel Independent (terikat)”.

Dalam hal ini persediaan menunjukan seberapa cepat dan banyak

nya persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin baik jumlah

persediaan maka kegiatan penjualan berjalan cepat.

3. Perkembangan Modal Kerja sebagai variabel Dependent (Y)

Menurut Sugiyono (2008:59) variabel Dependent adalah:

“Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab, karena

adanya variabel bebas”.

Dalam hal ini variabel Dependent adalah perkembangan modal

kerja merupakan kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek

(net working capital).

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala Sumber Data


Piutang perputaran piutang Perputaran piutang Laporan
(Independent adalah seberapa kali = Keuangan
Penjualan bersih
Variabel X) saldo rata-rata piutang Saldo piutang rata-rata
Neraca
di konversikan kedalam
kas selama periode Piutang rata-rata=
tertentu. saldo tahun Kali Rasio
sebelumnya+saldo
tahun sekarang
2
Persediaan Persediaan terdiri dari
(Independent persediaan bahan baku, Persediaan awal + Laporan
Pembelian bersih
47

Variabel X) persediaan bahan – Harga Pokok Rupiah Keuangan


setengah jadi, dan Penjualan = Neraca
persediaan bahan jadi. Persediaan akhir Rasio
Lukman Syamsudin
(2007:281)
Perkembangan Modal Kerja adalah Aktiva Lancar –
Modal Kerja kelebihan aktiva lancar Hutang Lancar
(Dependent di atas hutang lancar. Rupiah Rasio
Variabel Y)
Agus Sartono
(2001:385)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana

data diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data yang

telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain.

Sugiyono (2010:137) mengungkapkan bahwa, “Sumber sekunder adalah

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau dokumen.”

Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan

memahami melalui media lain yang bersumber pada literatur dan buku-buku

perpustakaan atau data-data dari perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan-

laporan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti yaitu data tentang

perputaran piutang, persediaan dan perkembangan PT. Telekomunikasi. Tbk.

keuangan tahunana selama masa pengamatan.


48

Adapun macam-macam sumber data sebagai berikut:

a. Data Primer

Merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu

maupun perorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian

kuisioner yang bisa dilakukan oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh melalui perantara, sehingga informasi tidak

diperoleh langsung dari sumber pertama.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

3.2.3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2002:74) menjelaskan bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

mempelajari kemudian ditarik kesimpulan”.

Dalam hal ini sasaran populasi yang dipilih oleh penulis adalah data

laporan keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.

3.2.3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2007:73) menjelaskan bahwa :

“Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut”.

Dalam penelitian ini yang di jadikan sampel adalah data laporan keuangan

pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung, pada tahun 2001
49

sampai dengan 2009. Teknik sampel yang digunakan adalah dengan

menggunakan Rancangan Sampel Nonprobabilitas (Nonprobability Sampling

Design) bahwa suatu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang

atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelah

berbagai sumber berupa buku-buku yang menunjang, majalah-majalah

serta studi yang telah didapat di perkuliahan yang berhubungan dengan

masalah yang dibahas.

2. Pengamatan (Observation)

Merupakan teknik yang menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik

secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya.

Hasil dari observasi dapat dijadikan data pendukung dalam menganalisis

dan mengambil kesimpulan. Observasi dalam penelitian ini akan

dilaksanakan di PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung.

3. Wawancara (Interview)

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab

langsung secara lisan dengan pihak-pihak yang dianggap dapat

memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan khususnya yang

menyangkut pengaruh seleksi karyawan terhadap prestasi kerja karyawan.


50

Adapun sumber informasi dalam penelitian ini adalah pihak bagian

keuangan perusahaan.

3.2.5 Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.2.5.1 Metode Analisis

Kegiatan penelitian setelah data dari seluruh sumber data terkumpul

adalah melakukan analisis data. Menurut Wirartha (2006: 261) dijelaskan bahwa,

“menganalisis data dapat digunakan dengan dua teknik (metode) yaitu teknik

analisis kualitatif dan teknik analisis kuantitatif (analisis statistika).”

a. Analisis Kualitatif

Pengertian analisis kualitatif menurut Wirartha (2006: 261), “analisis

kualitatif pada dasarnya menggunakan pemikiran logis analisis dengan

logika, induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya.”

b. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif menurut Sugiyono (2010: 31) sebagai berikut,

“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik.

Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif.

Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris.

Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel

yang dilakukan secara random.”

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang digunakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :


51

1. Pengujian Asumsi Klasik Regresi

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis regresi berganda

maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh merupakan

persamaan regresi yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE).

Beberapa asumsi klasik regresi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum

menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Linear Regression) sebagai alat

untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti terdiri atas :

a. Uji Normalitas Data Residual

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai

distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang

sangat penting pada pengujian signifikansi koefisien regresi. Model regresi yang

baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati

normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas

(Asymtotic Significance), yaitu:

a) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

b) Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal

Probability Plots dalam program SPSS. Dengan dasar pengambilan keputusan

sebagai berikut:

a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas.
52

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas.

Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang

diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk

menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini

akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi

normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua

variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama

variabel independen maka konsekuensinya adalah:

a) Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

b) Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel

independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang

mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk

mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan:menggunakan Variance

Inflation Factors (VIF),

1
VIF = 2
1 − R i

(Gujarati, 2004: 351).


53

Dimana Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan

salah satu variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF nya

kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2004:

362).

c. Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien

regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau

melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi

tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan

dari model regresi.

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji Rank

Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap

nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing

variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan,

maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak

homogen) (Gujarati, 2004: 406).

Selain itu, dengan menggunakan program SPSS, heteroskedastisitas juga bisa

dilihat dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen

yaitu ZPRED dengan residualnya SDRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-

titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi

heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak membentuk pola tertentu yang teratur,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


54

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur

berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari

observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya.

Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang

diperoleh menjadi tidak effisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat

besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil.

Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu

dihitung nilai statistik Durbin-Watson (D-W):

( e t − e t −1 )
D−W =
e 2t
(Gujarati, 2004: 467)

Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson:

a) Jika D-W< dL atau D-W > 4-dL, maka pada data tersebut terdapat
autokorelasi
b) Jika dU < D-W < 4-dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi
c) Tidak ada kesimpulan jika dL D-W dU atau 4-dU D-W 4-dL
(Gujarati, 2003: 470)

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Penerapan analisis regresi berganda ini Menurut Sugiyono (2005: 210), adalah
55

“analisis regresi linier digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud


meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen
(kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor predictor
dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan
dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua.”

Penjelasan garis regresi menurut Andi Supangat (2007:325) yaitu:

“Garis regresi (regression line/line of the best fit/estimating line) adalah suatu
garis yang ditarik diantara titik-titik (scatter diagram) sedemikian rupa
sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu
berdasarkan variabel yang lain, dan dapat juga dipergunakan untuk
mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya).”

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk

membuktikan sejauh mana pengaruh perputaran piutang dan modal kerja terhadap

perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk.

Untuk dapat membuat ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel

harus tersedia. Selanjutnya berdasarkan data itu peneliti harus dapat menemukan

persamaan melalui perhitungan. Dimana persamaan regresi untuk dua variabel

adalah sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2002:250)

Dimana:

Y = variabel tak bebas (Perkembangan Modal Kerja)


a = bilangan berkonstanta
b1,b2 = koefisien arah garis
X1 = variabel bebas X1 (Perputaran Piutang)
X2 = variabel bebas X2 (Persediaan)

Koefisien-koefisien a, b1, dan b2 dalam regresi linier berganda dengan dua

variabel bebas X1 dan X2 metode kuadrat kecil dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

y = na + b1 X1 + b2 X2

X1y = a X1 + b1 X12 +b2 X1X2

= a X2 + b1 X1X2 + b2 X22
56

sumber: Sugiyono (2009:279)

3. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan)

linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional.

Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen

dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang

digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).

Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y,

Variabel X2 dan Y, X1 dan X2 sebagai berikut:

a) Koefisien korelasi antara perputaran piutang (X1) dengan perkembangan

modal kerja (Y), dengan perhitungan sebagai berikut:

b) Koefisien korelasi antara persediaan (X2) dengan perkembangan modal kerja

(Y) dengan perhitungan sebagai berikut:


57

c) Koefisien korelasi antara perputaran piutang (X1) dengan persediaan (X2)

dengan perhitungan sebagai berikut:

n( X1X2 - ( X1 X2)
rx1x2 =
X1X2 - ( X1)2 ][n X22 – ( Y)2]

Setelah koefisien korelasi antar-variabel diketahui, selanjutnya dapat

diperoleh nilai korelasi parsial . Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan

menggunakan analisis korelasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Koefisien korelasi secara simultan

Koefisien korelasi simultan antar X1 dan X2 terhadap Y dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ryx21 + ryx2 2 − 2ryx1ryx2 rx1x2


Ryx1x2 =
1− rx21x2

b) Korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial antar X1 terhadap Y, bila X2 dianggap konstan

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

r y x1 − r y x 2 r x1 x 2
r y x1 . x 2 =
(1 − r )(1 − r )
2
yx2
2
x1 x 2
64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah perusahaan yang mayoritas

sahamnya dimiliki oleh negara , yang pada prinsipnya menyelenggrakan jasa

telekomunikasi di Indonesia, memberikan sambungan layanan lokal, sambungan

langsung jarak jauh. PT. Telekomunikasi Tbk didirikan untuk suatu jangka waktu

yang tidak terbatas. Tujuan dan objektifitas perusahaan adalah untuk

mengoperasikan jaringan telekomunikasi dan menyelenggarakan kegiatan

komunikasi dan layanan informasi.

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang selanjutnya disebut TELKOM

atau perseroan, merupakan peusahaan informasi dan komunikasi (InfoCom) serta

penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and

network provider) yang terbesardi Indonesia.

TELKOM menyediakan jasa telepon tetap kabel (fixed wire line), jasa

telepon tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (mobile sevice), data

dan internet serta jasa multimedia lainnya, dan network & interkoneksi, baik

secara langsung maupun melalui perusahaan asosiasi.

Sebagai BUMN, Pemrintah Republik Indonesia merupakan pemegang

saham mayoritas yang menguasai sebagian besar saham biasa perusahaan

sedangkan sisanya dimiliki oleh publik.


65

TELKOM mencatatkan sahamnya di bursa efek dalam dan luar negeri yaitu

Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange

(NYSE), London Stock Exchange (LSE), dan Tokyo Stock Exchange (TSE).

Untuk menjawab tantangan yang terus berkembaang di industri

telekomunikasi dalam negeri maupun tingkat global TELKOM bertekad

melakukan transformasi secara fundamental dan mnyeluruh di seluruh ini bisnis.

Yang mencakup transformasi bisnis dan portofolio, transformasi infrastruktur dan

sistem, transformasi organisasi dan sumber daya manusia serta transformasi

budaya. Pelaksanaan transformasi ini dilakukan dalam rangka mendukung upaya

diversifikasi bisnis TELKOM dari ketergantungan pada portofolio bisnis Legacy

yang terkait dengan telekomunikasi, yakni layanan telepon tidak bergerak (Fixed),

layanan telepon seluler (Mobile), dan Multimedia (FMM), menjadi portofolio

TIME. Konsistensi TELKOM dalam berinovasi telah berhasil memposisikan

perusahaan sebagai salah satu perusahaan yang berdaya saing tinggi dan unggul

dalam bisnis New Wave.

Komitmen TELKOM untuk mendukung mobilitas dan konektivitas tanpa

batas diyakini akan meningkatkan kepercayaan pelanggan ritel maupun korporasi

terhadap kualitas, kecepatan, dan kehandalan layanan serta produk yang

TELKOM tawarkan. Hal itu terbukti dengan kontinuitas peningkatan di sisi

jumlah pelanggan TELKOM, yakni mencapai 120,5 juta pelanggan per 31

Desember 2010, atau meningkat sebesar 14,6%. Dari jumlah tersebut, sebanyak

8,3 juta pelanggan merupakan pelanggan telepon kabel tidak bergerak, 18,2 juta
66

pelanggan telepon nirkabel tidak bergerak, dan 94,0 juta pelanggan telepon

seluler.

Adapun yang menjadi visi, misi dan tujuan dari PT. Telekomuniksi

Indonesia adalah sebagai berikut :

Visi

Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan

Telecommunication, Information, Media dan Edutainment (TIME) di kawasan

regional.

Misi

1. Menyediakan layanan TIME yang berkualitas tinggi dengan harga yang

kompetitif.

2. Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia.

Tujuan

Menciptakan posisi terdepan dengan memperkokoh bisnis legacy &

meningkatkan bisnis new wave untuk memperoleh 60% dari pendapatan industri

pada tahun 2015.

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. TELKOM, Tbk pada awanya merupakan suatu badan usaha bersama

penyedia layanan pos dan telegraf yang bernama Post-en Telegraafdients yang

didirikan pada masa pemerintahan Kolonial Belanda yaitu Gubernur Jendral

Hindia Belanda berdasarkan keputusan Staatsblad No. 52 tanggal 25 Maret 1884,

dan diumumkan dalam berita negara Hindia Belanda pada tanggal 3 April 1884.
67

Perusahaan ini merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang ekspedisi

surat menyurat untuk domestik dan jasa layanan telegraf internasional. Jasa

telepon mulai ada di Indonesia pada tahun 1882 saapi 1906. Bentuk

perusahaannya adaah swasta, teapi telah mendapatan izin dari pemerintah selama

25 tahun. Pada tahun 1906 pemerintah Kolonial Belanda membentuk departemen

untuk menguasai kegiatan jasa pos dan telekomunikasi di Indonesia.

Pada tahun 1961 jasa pos dan telekomunikasi baru berdiri dengn nama

Perusahaan Pemerintah Belanda, untuk menjaga jasa pos dan telekomunikasi di

wilayah Sumatera, dan pada tahun 1970 jasa pos dan telekomunikasi diresmikan

secara nasional. Pemerintah memisahkan jasa pos dan telekomunikasi pada tahun

1965 ke dalam dua perusahaan milik negara, yaitu perusahaan negara pos dan

giro, dan perusahaan negara telekomunikasi. Kemudian padatahun 1974 menjadi

perusahaan negara yang terbagi menjadi dua perusahaan milik negara, yaitu

perusahaan umum telekomunikasi (Perumtel) dan PT. Inti untuk meningkatkan

jasa telekomunikasi dalam dan luar negeri, juga pembuatan peralatan

telekomunikasi pada khususnya.

Pada tahun 1980, telekomunikasi internasional di pindahkan dari Perumtel

ke Indosat. Pada tahun 1991, pemerintah meraskan perlunya percepatan

pembangunan telekomunikasi, karena sebagai infrastruktur diharapkan dapat

memacu pembangun sektor lainnya. Selain hal tersebut penyelanggaraan

telekomunikasi membutuhkan manajemen yang lebih yang lebih profesional, oleh

sebab itu perlu menyesuaikan benuk perusahaan. Untuk itu berdasarkan Peraturan

Pemerinta No. 25 tahun 1991, maka bentuk Perusahaan Umum (PERUM)


68

dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), sebagaimana di maksud dalam

Undang-Undang No. 9 tahun 1969. Sejak itu berdiriah Perusahaan Perseroan

Telekomunikasi Indonesia atau TELKOM.

Perkembangan selanjutnya, PT. TELKOM Tbk melakukan penawaran

umum perdana sahamnya (Initial Public Offering/IPO) yang dilakukan tanggal 14

November 1995. Sejak itu saham PT. TELKOM, Tbk tercatat dan diperdagangkan

di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock

Exchange (NYSE), dan London Stock Exchange (LSE). Saham TELKOM juga

diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing/PWOL) di

Tokyo Stock Exchange.

Perubahan di lingkungan PT. TELKOM, Tbk juga terus berlangsung, seperti

peubahan bentuk perusahaan seperti sejak dari jawatan, Perum, Persero lalu

kemudian menjadi perusahaan publik. Perubahan tersebut dimaksudkan untuk

meningkatkan kemampuan perusahaan. Perubahan besar-besaran yang terjadi

pada TELKOM terjadi pada tahun 1995 yang meliputi Restrukturisasi Internal,

Kerjasama Operasi (KSO), Initial Public Offering (IPO).

Penerbitan Undang-Undang Telekomunikasi No. 36 tahun 1999, yang

berlaku efektif pada bulan Sepetember 2000, PT TELKOM, Tbk telah memfalitasi

masuknya pemain baru dan menumbuhkan persaingan usaha di industri

telekomunikasi. Pada tahun 2002, PT. TELKOM, Tbk melepaskan kepemilikan

sahamnya sebesar 12,7% di Telkomsel kepada Singapore Telecom Mobile Pte Ltd

(“Singtel Mobile”). Pada tahun 2004, PT Telkom meluncurkan layanan

sambungan telepon langsung internasional tidak bergerak.


69

Tahun 2009 PT. TELKOM bertransformasi dari perusahaan InfoComm

menjadi perusahaan penyelenggara TIME. Wajah baru TELKOM diperkenalkan

kepada publik dengan menampilkan logo dan tagline baru perusahaan “the world

in your hand”. Dan pada tahun April 2010 PT. TELKOM, Tbk telah berhasil

merampungkan proyek kabel bawah laut JaKaLaDeMa dan serat kabel optik yang

menghubungkan Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Denpasar, dan Mataram.

Sejarah singkat PT. Telkom

Pada tahun 1882, didirikan sebuah badan usah aswasta penyedia layanan pos dan

telegraf. Layanan komunikasai di konsolidasikan oleh pemerintah hindia belanda

ke dalam jawatan post telegraaf telefoom(PTT). Pada tahun 1961, statrus jawatan

diubah menjadi perushaan negara pos dan telekomunikasi (PN Postel), kemudian

pada tahun 1965, PN Postel dipecah menjadi perususahaan negara pos dan giro

(PN Pos dan Giro) dan perusahaan negara telekomunikasi (PN telekomunikasi).

Pada tahun 1974, PN telekomunikasi diubah namanya menjadi perusahaan umum

telekomunikasi (perumtel) yang menyelenggarkan jasa telekomukasi nasional

maupun intyernasional, keberadaan perumtel dikukuhkan dengan adanya

peraturan pemerintah no. 36 tahun 1974 yang menetapkan sebagai pengelola

telekomunikasi untuk umum dalam dan luar negeri. Pada tahun 1980, seluruh

saham pt. Indonesia satelite corporation tbk. ( indosat) diambil alih oleh

pemerintah RI menjadi badan usaha milik negara (BUMN) berbentuk persero.

Persyaratan modal negara republik indonesia dalam saham pt. Indosat tersebut

dituangkan dalam peraturan pemerintah no. 52 tahun 1980


70

Selanjutnya agar dapat lebih meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi untuk

umum, maka dengan peraturan pemerintah no. 22 tahun 1974, yakni dengan

menetapkan perumtel sebagai badan usaha yang diberikan wewenang untuk

menyelenggarakan telekomunikasi dalam negeri dan pt. Indosat sebagai badan

usaha yang diberi wewenang menyelengarakan telekomunikasi untuk umum

internasioanl. Pada tahun 1989, ditetapkan undang-undang nomor 3 tahun 1989

tentang telekomunikasi

4.1.2 Job description

PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung memiliki struktur organisasi

dimana dijelaskan secara garis besar pada bagian keuangan, diantaranya :

1. Dewan komisaris

Dewan komisaris bertanggung jawab dalam pengawasan kebijakan dan

aktivitas yang dilakukan oleh direksi dalam pengelolaan perseroan, dan

memberikan masukan pada direksi pada hal-hal yang berhubungan dalam

perkembangan perseroan, anggaran tahunan dan rencana bisnis, sertra anggaran

dasar perseroan. Dewan komisaris juga menyetujui laporan keuangan dan laporan

tahunan perseroan yang disiapkan oleh direksi.

Dalam melaksanakan tugasnya dewan komisaris dibantu oleh sejumlah

komite yang tugas dan tanggung jawabnya diuraikan dibawah ini:

a. Komite audit

Komite audit beranggotakan tujuh orang, terdiri dari dua komisaris

independen, komisaris, dan empat orang anggota independen dari luar

TELKOM. Komite audit diketuai oleh seorang komisaris independen


71

perseroan. Dua orang anggota memiliki keahlian dibidang keuangan dan

akuntansi, serta pengendalian internal. Komite audit bekerja berdasarkan

charter kmite audit yang ditetapkan dengan keputusan dewan komisaris yang

antara lain berisi tujuan, fungsi, tanggung jawab, dan wewenang komite audit.

Komite ini mengkaji laporan keuangan sebelum dipublikasikan, memilih dan

merekomendasikan kandidat untuk auditor independen ( akuntan publik),

mengawasi tugas akuntan publik. Memantau efektifitas pengendalian internal,

dan menyelia kepatuhan perseroan sesuai peraturan dan perundangan, serta

mengemban tugas-tugas khusus dari dewan komisaris. Sampai dengan akhir

tahun 2006, anggota komite audit adalah:

Nama” komisaris

Seluruh anggota komite audit ( kecuali arif, sartono dan gatot) adalah anggota

independen dari luar telkom. Sahat pardede merupakan ahli dalam bidang

akuntansi dan keuangan. Secara garis besar charter berisi maksud, fungsi, dan

tanggung jawab komite audit, dan secara khusus menerangkan bahwa komite

audit bertanggung jawab untuk:

1) Mengawasi proses pelaporan keuangan TELKOM dengan seijin dewan

komisaris. Sebagai bagian dari tanggung jawabnya, komite audit

memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai pemilihan

auditor eksternal untuk disetujui pemegang saham

2) Melakukan pembahasan bersama dengan auditor internal dan eksternal

mengenai cakupan dan rencana-rencana khusus untuk keiayan audit mereka


72

masing-masing. Selain itu juga membahas laporan keuangan konselidasi

TELOKM, dan kecukupan perangkat pengendalian internal TELKOM.

3) Melakukan pertemuan rutin dengan auditor internal dan eksternal

TELKOM tanpa dihadiri menajemen untuk membahas hasil pemeriksaan,

evaluasi terhadap pengendalian internet perseroan dan kualitas laporan

keuangan keseluruhan, dan

4) Menjalankan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh dewan komisaris,

khususnya yang berhubungan dengan keuangan dan akuntansi.

b. Komite nominasi dan remunerasi

Komite nominasi dan remunerasi terdiri dari:

1) Nama|”

Tugas komite nominasi dan remunerasi adalah:

1) Merumuskan kriteria seleksi dan prosedur nominasi untuk posisi-posisi

strategis dalam perseroan berdasarkan prinsip-prinsip GCG;

2) Membantu dewan komisaris dan berkonsultasi dengan direksi dalam

memilih kandidat untuk posisi strategis dalam perseroan, dan

3) Merumuskan sistem remunerasi untuk direksi berdasarkan kinerja dan

prinsip kewajaran.

c. Komite pengkajian dan perencanaan (KPP)

komite ini dibentuk untuk mengakji rencana jangka panjang perusahaan (RJPP)

dan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) yang dilanjutkan dengan

memberikan rekomendasi kepada direksi. Komite ini juga bertanggung jawab


73

dalam menyelia dan memantau pelaksanaan rencana kerja perusahaan. Sampai

akhir tahun 2005, KPP terdiri dari sembilan anggota:

1) NAMA”

Seluruh anggota KPP ( nama) adalah anggota independen dari luar TELKOM.

Selama tahun 2005, KPP telah melakukan sejumlah kegiatan, diantaranya

menyelia pelaksanaan belanja modal (capital expediture) yang telah disetujui

dalam anggaran tahunana; menyampaikan ususlan penyempurnaan kebijakan

manajemen logistik; secara rutin mengevaluasi kinerja manajemen; melakuakn

kajian atas: RJPP atau corporate strtegic scenario (CSS) untuk periode 2006-2010,

investasi di anak-anak perusahaan, keuntungan dan kerugian melakuakn dual

listing, dan secara komprehensif melakukan evaluasi rencana dan anggaran kerja

perusahaan untuk tahun 2006.

2. Direksi

Direksi telkom bertanggung jawab dalam penyusunan kebijakan , strategi

bisnis, dan pelaksanaannya dalam kerangka manajemen perusahaan. Direktur

utama bertanggung jawab dalam memadukan kebijakan dan sumber daya

TELKOM untuk mencapai sasaran dan tujuan, serta memastikan pelaksanaan

kebijakan dan rencana kerja direksi. Sementara direktur lainnya bertanggung

jawab dalam merumuskan kebijakan, rencana pengembangan, pengawasan

pelaksanaan dan administrasi sesuai lingkup kerjanya. Dalam melaksanakan

tugasnya, direksi dibantu oleh sejumlah komite eksekutif yang tugas dan tanggung

jawabnya diuraikan di bawah ini.


74

Sampai dengan akhir 2005, direksi terdiri dari tujuh direktur, yang terdiri

dari direktur utama sebagai chief executive officer dan wakil direktur utama

sebagai chief operating officer, serta lima direktur yang masing-masing

bertanggung jawab untuk bidang network & solution, konsumer, enterprise &

wholesale, keuangan, dan sumber daya manusia. Tiga direktorat yang pertama

berada dalam koordinasi chief operating officer.

Dalam melaksanakan tugasnya dewan direksi dibantu oleh sejumlah

komite yang tugas dan tanggung jawabnya diuraikan di bawah ini:

a. Komite disclosure

Komite disclosure (pengungkapan) terdiri dari 14 anggota senior dari berbagai

unit yang diketahui oleh chief financial officer (CFO). Tugas komite ini adalah

mendukung manajemen TELKOM dalam merancang dan mengevaluasi

prosedur dan pengendalian disclosure dan ikut serta dalam proses disclosure.

Sejak dibentuk 18 februari 2005, komite ini telah menyusun prosedur kerja

internl yang berhubungan dengan pengkajian dan persiapan laporan tahunan

telkom dalam form 20-f

Pembentukan komite disclosure membakukan proses disclosure yang telah

dirancang sebelumnya oleh sejumlah staf senior dari berbagai unit yang

bertangging jawab untuk proses disclosure yang diperlukan.

b. Komite GCG

Komite GCG terdiri dari tujuh anggota dan diketahui oleh direktur sumber

daya manusia. Komite ini bertanggung jawab dalam memantau sanksi hukum

dan administrasi yang dikeluarkan oleh TELKOM.


75

3. Rapat dewan komisaris dan direksi

Rapat dewan komisaris TELKOM harus diselenggarakan sedikitnya satu

kali dalam tiga bulan dan setiap saat:

a. Atas permintaan komisaris utama

b. Atas permintaan sepertiga anggota dewan komisaris

c. Atas permintaan tertulis dewan komisaris, atau

d. Atas permintaan seorang atau sekelompok pemegang saham TELKOM yang

memiliki sedikitnya 10% dari saham TELKOM dengan hak suara yang sah.

Kuorum rapat dewan komisaris tercapai jika lebih dari stengah anggota

dewan komisaris hadir atau diwakilkan dengan kuasa kepada komisaris lain.

Keputusan rapat diambil secara diambil secara mufakat. Jika mufakat tidak

terjadi, maka dilakukan pemungutan suara di antara anggota dewan komisaris

yang hadir atau yang diwakilkan dalam rapat. Jika hasilnya imbang, maka

keputusan yang akan diambil tersebut akan dipertimbangkan untuk ditolak. Rapat

direksi dapat diselenggarakan sesuai keperluan atas permintaan :

a. Direktur Utama

b. Sedikitnya sepertiga anggota direksi

c. Direksi, atau

d. Permintaan tertulis dari pemegang saham atau sekelompok pemegang saham

TELKOM yang memiliki sedikitnya 10% dari saham TELKOM dengan hak

suara yang sah.


76

Kuorum rapat tercapai bila lebih dari setengah anggota direksi hadir atau

diwakilkan dengan kuasa kepada direktur lain. Pada rapat direksi, setiap direktur

memiliki satu hak suara dan satu hak suara tambahan dari direktur lain yang

diwakilinya.

Keputusan rapat diambil secara mufakat. Jika mufakat gagal memperoleh

keputusan maka dilakukan pemungutan suara diantara anggota direksi yang hadir

atau yang diwakilkan dalam rapat. Jika jumlah suaranya berimbang, maka

keputusan akan ditentukan oleh ketua rapat.

4. Sekretaris perusahaan

Sekretaris perusahaan bertanggung jawab di antaranya untuk memastikan

bahwa fungsi dewan komisaris dan direksi sejalan dengan prosedur dan peraturan

yang berlaku; menghadiri seluruh rapat dewan komisaris dan direksi serta

membuat notulensi; menyampaikan informasi-informasi material dan bertindak

sebagai penghubung dengan otoritas pasar modal; melakukan koordinasi kegiatan

hubungan investor; dan secara umum melakukan tugas-tugas kesekretariatan

untuk dewan komisaris dan direksi.

5. Corporate compliance group

Corporate compliance group beranggotakan sejumlah staf senior dari unit

yang bertanggung jawab untuk membantu dan memberikan saran kepada direksi

dalam hal yang berhubungan dengan aspek kepatuhan dan perlindungan hukum

pada setiap kegiatan usaha TELKOM.


77

6. Corporate transformation group

Corporate tranformation group terdiri dari sejumlah staf senior dari

berbagai unit yang bertanggung jawab untuk membantu dan memberikan saran

kepada direksi dalam hal-hal yang berkaitan dengan proses transformasi

TELKOM menuju perusahaan jasa yang customer-centric.

7. Corporate planning group

Corporate planning group beranggotakan sejumlah staf senior dari

berbagai unit yang bertanggung jawab untuk membantu dan memberikan saran

kepada direksi berkaitan dengan perumusan rencana bisnis TELKOM baik jangka

pendek maupun jangka panjang.

8. Unit sarbanes oxley act (SOA)

Selain unit-unit pendukung, direksi juga dibantu oleh unit SOA yang

terdiri dari beberapa staf senior dari bidang keuangan, akuntansi, pengendalian

internal, dan legal. Tanggung jawab utamanya adalah melakukan koordinasi agar

antara rencana dan pelaksanaan kegiatan pengendalian internal TELKOM dapat

berlangsung secara terpadu.

Unit audit internal merupakan bagian dari struktur pengendalian internal

TELKOM yang bertangguing jawab untuk melakukan audit dan penilaian secara

independen mengenai kehandalan dan efektifitas sistem dan mekanisme

pengendalian internal TELKOM, serta membantu manajemen dan unit

operasional untuk mencapai target mereka masing-masing,


78

Audit internal melakukan kajian terhadap ketepatan dan kebenaran

informasi perseroan; kepatuhan pada kebijakan, rencana bisnis, prosedur kerja

TELKOM, serta peraturan dan perundangan yang ada; pengendalian internal

untuk menyelamatkan aset-aset perseroan; pemanfaatan sumber daya manusia

secara efisien dan efektif, dan pencapaian sasaran dan tujuan TELKOM.

Perseroan telah membentuk forum, komunikasi auditor internal yang bekerja pada

unit-unit yang berbeda untuk berbagi informasi yang berkaitan dengan aktivitas

audit TELKOM.

Sebagai perusahaan yang tercatat di New York Stock Exchange,

TELKOM diantaranya harus mematuhi SOA section 404 mengenai pengendalian

internal terhadapo pelaporan keuangan. Dengan bantuan dari konsultan

manajemen ernst & young, TELKOM berhasil mengembangkan prosedur operasi

standar untuk proses pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan yang

telah diterapkan pada persiapan laporan keuangan TELKOM untuk tahun yang

berakhir 31 Desember 2005. Karena luas kompleksnya proyek tersebut,

TELKOM telah membentuk gugus tugas khusus yang ditugaskan untuk

menangani proyek pengendalian internal terpadu TELKOM.


79

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Perputaran piutang

Berikut ini akan disajikan data mengenai Perputaran piutang pada PT.

Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung.

Tabel 4.1
Perputaran piutang (Rp Milyaran)

Tahun Penjualan Piutang Rata- Perputaran Perkembangan


Bersih rata Piutang
X1
2001 16.283 2.444 6,6 0.0
2002 20.802 2.625 7,9 130.0%
2003 27.116 2.820 9,6 170.0%
2004 33.948 3.076 11 140.0%
2005 41.807 3.448 12.1 110.0%
2006 51.294 3.647 14 190.0%
2007 59.440 3.539 16.7 270.0%
2008 60.689 3.435 17,6 90.0%
2009 64.596 3.789 17,0 -60.0%
Total 112.5 10
Rata-Rata 12 1
Maximum 17,6 3.2
Minimum 6,6 -0.2

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Perputaran

piutang dari tahun 2001 - 2009 adalah sebesar 12, dimana nilai terendahnya

dicapai pada tahun 2001 (sebesar 6,6), sedangkan nilai tertingginya dicapai pada

tahun 2008, yaitu sebesar 17,2. Untuk lebih jelasnya, perkembangan Perputaran

piutang pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung yang diteliti dapat

dilihat pada grafik berikut ini :


80

Gambar 4.1 Perputaran piutang


81

4.2.2 Persediaan

Berikut ini akan disajikan data mengenai Persediaan pada PT.

Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung.

Tabel 4.2
Persediaan (Rp Milyaran)
Persediaan Perkembangan
Tahun
X2
2001 191 0.0
2002 140 -5100.0%
2003 154 1400.0%
2004 203 4900.0%
2005 220 1700.0%
2006 213 -700.0%
2007 211 -200.0%
2008 511 30000.0%
2009 435 -7600.0%
Total 2,278 244
Rata-Rata 253 27
Maximum 511 300
Minimum 140 -76

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Persediaan

dari tahun 2001 - 2009 adalah sebesar 253, dimana nilai terendahnya dicapai pada

tahun 2002 (sebesar 140), sedangkan nilai tertingginya dicapai pada tahun 2008,

yaitu sebesar 511. Untuk lebih jelasnya, perkembangan Persediaan pada PT.

Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung yang diteliti dapat dilihat pada grafik

berikut ini :
82

Gambar 4.2 Persediaan

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat persediaan dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan dan penurunan, untuk persediaan tertinggi dicapai pada

tahun 2008.
83

4.2.3 Perkembangan modal kerja

Tahun Aktiva Lancar Hutang Modal Kerja Perkembangan


Lancar
Y
2001 7.300 9.543 -2.243 0.0
2002 10.547 9.708 893 313600.0%
2003 8.942 11.170 -2.228 -312100.0%
2004 9.204 11.677 -2.473 -24500.0%
2005 10.305 13.513 -3,208 -73500.0%
2006 13.920 20.535 -6,615 -340700.0%
2007 15.978 20.674 -4,696 191900.0%
2008 14.622 26.998 -12,376 -768000.0%
2009 16.186 26.717 -10,531 184500.0%
Total -43,477 -8,288
Rata-Rata -4,830.778 -920.889
Maximum 893 3,136
Minimum -12,376 -7,680
Berikut ini akan disajikan data mengenai Perkembangan modal kerja pada PT.

Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata

Perkembangan modal kerja dari tahun 2001 - 2009 adalah sebesar 66,244, dimana

nilai terendahnya dicapai tahun 2008 (sebesar -12,376), sedangkan nilai

tertingginya dicapai tahun 2002, yaitu sebesar 641. Untuk lebih jelasnya,

perkembangan Perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia.

Tbk Bandung yang diteliti dapat dilihat pada grafik berikut ini :
84

Gambar 4.3 Perkembangan modal kerja

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat perkembangan modal kerja dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan dan penurunan, untuk penurunan terbesar

perkembangan modal kerja dicapai pada tahun 2008.

4.3 Perhitungan Statistik dan Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis penelitian, penulis menggunakan metode

analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi berganda. Metode ini dapat

menjelaskan pengaruh Perputaran piutang dan Persediaan terhadap

Perkembangan Modal Kerja pada PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA. Tbk

BANDUNG. Pengujian hipotesis dilakukan dengan mengolah data dan informasi

yang dikumpulkan dengan menggunakan statistik.


85

4.3.1. Pengujian Asumsi Klasik Regresi

Analisis regresi linear berganda memerlukan uji persyaratan yang sangat

ketat. Uji persyaratan pada regresi linear berganda biasa disebut dengan uji

asumsi klasik. Persyaratan awal untuk menggunakan regresi adalah variabel

penelitian harus diukur paling rendah dalam bentuk interval atau rasio.

Persyaratan lainnya berupa uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, uji

autokorelasi, dan uji normalitas.

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna di antara

beberapa atau semua variabel independen yang menjelaskan model regresi. Jika

terdapat multikolinearitas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu dan tingkat

kesalahannya menjadi sangat besar. Dalam hal ini digunakan nilai Variance

Inflation Factors (VIF) sebagai indikator ada tidaknya multikolinearitas diantara

variabel bebas. Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF berada di bawah nilai

10 atau tolerance value lebih besar dar 0,1. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat

nilai untuk masing-masing variabel bebas.

Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Tolerance
No Variabel VIF Kesimpulan
Value
1 Perputaran piutang 0,450 2,223 Tidak terjadi multikolinearitas
2 Persediaan 0,450 2,223 Tidak terjadi multikolinearitas

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai tolerance value kedua variabel

bebas lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF masing-masing variabel lebih kecil dari
86

10. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pada data tersebut tidak terjadi

pelanggaran asumsi multikolinearitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas pada prinsipnya adalah menguji apakah

antar predictor (variable bebas) mempunyai pengaruh yang signifikan dengan

nilai residualnya. Jika nilai korelasi ini signifikan maka nilai residualnya tidak

dapat diabaikan. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan

korelasi Rank Spearman dari nilai residual dengan nilai variabel bebas. Jika nilai

korelasi tidak signifikan berarti tidak terjadi pelanggaran asumsi

heteroskedastisitas.

Ho : Korelasi tidak signifikan (tidak terjadi heteroskedastisitas)

Ha : Korelasi signifikan (terjadi heteroskedastisitas)

= 5%

Kriteria Uji : 1. Terima Ho jika p-value (sig) > 0,05

2. Tolak Ho jika p-value (sig) 0,05

Hasil pengujian heterokedastisitas disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
No Variabel rs p-value (sig) Keterangan Kesimpulan
Tidak Terjadi
1 Perputaran Piutang -0,433 0,244 Ho diterima
Heterokedastisitas
Tidak Terjadi
2 Persediaan -0,500 0,170 Ho diterima
Heterokedastisitas
87

Dari tabel diatas tampak bahwa p-value (sig) untuk kedua variabel bebas

lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Artinya korelasi tidak signifikan,

sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat pelanggaran asumsi heteroskedastisitas

pada variabel-variabel tersebut.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin

Watson, yaitu dengan membandingkan angka Durbin-Watson hitung (DW)

dengan nilai kritisnya (dL dan dU).

Kriteria pengambilan kesimpulan :

• Jika DW < dL atau DW > 4 – dL, maka terdapat autokorelasi.

• Jika dU < DW < 4 – dU, maka tidak terdapat autokorelasi.

• Jika dL DW dU atau 4 – dU DW 4 – dL, uji Durbin Watson tidak

menghasilkan kesimpulan yang pasti (inconclusive).

Dengan ukuran sample n = 9, α = 0,05 dan banyaknya variabel independen k = 2,

didapat nilai kritis dL = 0,408 dan dU =1,389.

Hasil pengujian autokorelasi disajikan pada tebel berikut :

Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin-Watson dL dU 4-dU 4-dL Kesimpulan
tidak menghasilkan
3,062 0,408 1,389 2,611 3,592 kesimpulan yang pasti
(inconclusive)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 3,062.

Karena nilainya berada diantara 4 – dU DW (3,062) 4 – dL, maka dapat


88

disimpulkan bahwa pada data tersebut tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti

(inconclusive).

d. Uji Normalitas

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis

statistik parametrik yaitu uji normalitas data. Apabila data pengamatan tidak

berdistribusi normal maka analisis parametrik tidak bisa digunakan karena

statistik dalam analisis parametrik diturunkan dari distribusi normal. Pada

penelitian ini digunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov untuk menguji

normalitas.

Ho : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

= 5%

Kriteria Uji : 1. Terima Ho jika p-value (sig) > 0,05

3. Tolak Ho jika p-value (sig) 0,05

Tabel 4.7
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz
ed Residual
N 9
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 1074.723197
Most Extreme Absolute .194
Differences Positive .100
Negative -.194
Kolmogorov-Smirnov Z .583
Asymp. Sig. (2-tailed) .886
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
89

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa p-value (sig) bernilai 0,886.

Karena nilai p-value (sig) > 0,05, maka Ho diterima. Artinya, data tersebut berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh karena itu, data tersebut memenuhi

asumsi normalitas dan dapat digunakan untuk mengambil keputusan.

Berdasarkan seluruh hasil pengujian di atas, tidak diperoleh pelanggaran

terhadap asumsi regresi klasik. Oleh karena telah memenuhi asumsi, maka analisis

selanjutnya dapat dapat dilanjutkan.

4.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk melihat pengaruh Perputaran piutang dan Persediaan terhadap

Perkembangan Modal Kerja pada PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA. Tbk

BANDUNG, maka digunakan analisis regresi linier berganda dengan persamaan

sebagai berikut :

Y = a + b1 X1+ b2 X2

Dimana :

Y = Perkembangan Modal Kerja

X1 = Perputaran piutang

X2 = Persediaan

a = Konstanta

b1,- b3 = Koefisien Regresi

Hasil pengolahan software SPSS 13 untuk analisis regresi berganda

disajikan pada tabel berikut :


90

Tabel 4.8
Analisis Regresi Berganda
Koefisien
Variabel Std, Error t Sig.
Regresi
(Constant) 5297,462 1362,565 3,888 0,008
X1 -360,059 157,249 -2,290 0,062
X2 -22,613 5,072 -4,458 0,004

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, diperoleh bentuk

persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 5297,462 – 360,059X1 – 22,613X2

Nilai koefisien regresi pada variabel-variabel bebasnya menggambarkan

apabila diperkirakan variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan nilai variabel

bebas lainnya diperkirakan konstan atau sama dengan nol, maka nilai variabel

terikat diperkirakan bisa naik atau bisa turun sesuai dengan tanda koefisien regresi

variabel bebasnya.

Dari persamaan regresi linier berganda diatas diperoleh nilai konstanta

sebesar 5297,462. Artinya, jika variabel Perkembangan modal kerja (Y) tidak

dipengaruhi oleh kedua variabel bebasnya (Perputaran piutang dan Persediaan

bernilai nol), maka besarnya rata-rata nilai Perkembangan modal kerja akan

bernilai 5297,462%.

Tanda koefisien regresi variabel bebas menunjukkan arah hubungan dari

variabel yang bersangkutan dengan Perkembangan modal kerja. Koefisien regresi

untuk variabel bebas X1 bernilai negatif menunjukkan adanya hubungan yang

terbalik antara Perputaran piutang (X1) dengan Perkembangan modal kerja (Y).

Koefisien regresi variabel X1 sebesar -360,059 mengandung arti untuk setiap


91

pertambahan Perputaran piutang (X1) sebesar satu satuan akan menyebabkan

menurunnya Perkembangan modal kerja (Y) sebesar -360,059%.

Tanda koefisien regresi variabel bebas menunjukkan arah hubungan dari

variabel yang bersangkutan dengan Perkembangan modal kerja. Koefisien regresi

untuk variabel bebas X2 bernilai negatif menunjukkan adanya hubungan yang

terbalik antara Persediaan (X2) dengan Perkembangan modal kerja (Y). Koefisien

regresi variabel X2 sebesar -22,613 mengandung arti untuk setiap pertambahan

Persediaan (X2) sebesar satu satuan akan menyebabkan menurunnya

Perkembangan modal kerja (Y) sebesar -22,613 %.

4.3.3 Menguji Koefisien Regresi

Pengujian Hipotesis Secara Simultan ( Uji F )

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya suatu pengaruh dari variabel-

variabel bebas secara bersama-sama atas suatu variabel tidak bebas digunakan uji

F.

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari Perputaran piutang dan Persediaan

secara simultan terhadap Perkembangan modal kerja.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan dari Perputaran piutang dan Persediaan

secara simultan terhadap Perkembangan modal kerja.


92

= 5%

Statistik Uji:
2
R ( n − k −1 )
F =
k (1 − R )
2

Kriteria Uji : 1. Terima Ho jika F hitung < F tabel

2. Tolak Ho jika F hitung F tabel

F tabel = F ; (df1, df2) ; df1 = k , df2 = n-k-1

Hasil uji F berdasarkan pengolahan SPSS disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.9
Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
F hitung df F tabel Sig Keterangan Kesimpulan
df1 = 2 Ada pengaruh
44,742 7,260 0,000 Ho ditolak
df2 = 6 (Signifikan)

Dari tabel diatas, diperoleh nilai F hitung sebesar 44,742. Karena nilai F

hitung (44,742) > F tabel (7,260), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Perputaran piutang dan Persediaan secara simultan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Perkembangan modal kerja.

Pengujian Hipotesis Secara Parsial ( Uji t )

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya suatu pengaruh dari variabel-

variabel bebas secara parsial atas suatu variabel tidak bebas digunakan uji t.

Hipotesis :
93

• Ho1 : 1 0 Tidak ada pengaruh yang signifikan dari Perputaran

piutang (X1) secara parsial terhadap Perkembangan modal

kerja (Y).

• Ha1 : 1= 0 Ada pengaruh yang signifikan dari Perputaran piutang (X1)

secara parsial terhadap Perkembangan modal kerja (Y).

• Ho2 : 2 0 Tidak ada pengaruh yang signifikan dari Persediaan (X2)

secara parsial terhadap Perkembangan modal kerja (Y).

• Ha2 : 2 =0 Ada pengaruh yang signifikan dari Persediaan (X2) secara

parsial terhadap Perkembangan modal kerja (Y).

= 5%

Statistik Uji :

b
thit = , derajat bebas = n-k-1
Se(b)

Kriteria Uji : 1. Terima Ho jika –t tabel t hitung t tabel

2. Tolak Ho jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

Hasil uji t berdasarkan pengolahan SPSS disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.10
Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Variabel t hitung df t tabel Sig Keterangan Kesimpulan
X1 -2,290 ± 2,447 0,062 Ho diterima Tidak Signifikan
6
X2 -4,458 ± 2,447 0,004 Ho ditolak Signifikan

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Untuk variabel Perputaran piutang (X1) diperoleh nilai t hitung sebesar -

2,290. Karena -t tabel (-2,447) < t hitung < t tabel (2,447) maka Ho
94

diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Perputaran piutang

(X1) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Perkembangan modal kerja.

2. Untuk variabel Persediaan (X2) diperoleh nilai t hitung sebesar -4,458.

Karena t hitung < -t tabel (-2,447) maka Ho ditolak. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa Persediaan (X2) secara parsial memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Perkembangan modal kerja.

4.3.4 Analisis Korelasi Berganda

Untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara Perputaran

piutang dan Persediaan dengan Perkembangan modal kerja, digunakan analisis

korelasi berganda(R).

Tabel 4.11
Analisis Korelasi Berganda
Model Summary

Model R R Square
1 .968a .937
a. Predictors: (Constant), Persediaan, Perputaran Piutang

Berdasarkan hasil output software SPSS di atas, diperoleh nilai koefisien

korelasi (R) sebesar 0,968. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

sangat kuat antara variabel Perputaran piutang dan Persediaan dengan

Perkembangan modal kerja.


95

4.3.5 Analisis Korelasi Parsial

Analisis korelasi parsial digunakan untuk mengetahui seberapa erat

hubungan masing-masing variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Analisis

korelasi parsial berdasarkan hasil pengolahan SPSS adalah sebagai berikut :

Tabel 4.12
Besarnya Pengaruh Secara Parsial

Standardized Besarnya Besarnya


Correlations
Variabel Coefficients Pengaruh Pengaruh Secara
Secara Parsial Parsial (%)

Beta Zero-order
X1 -0,349 -0,854 0,298 29,8%
X2 -0,680 -0,939 0,639 63,9%
Pengaruh Total 0,937 93,7%

Korelasi parsial diperoleh dengan mengalikan standardized coefficient

beta dengan zero-order. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa besarnya

pengaruh Perputaran piutang (X1) terhadap Perkembangan modal kerja (Y)

secara parsial adalah sebesar 29,8%. Sedangkan besarnya pengaruh Persediaan

(X2) terhadap Perkembangan modal kerja (Y) secara parsial adalah sebesar

63,9%. Jadi, total keseluruhan pengaruh Perputaran piutang (X1) dan

Persediaan (X2) terhadap Perkembangan modal kerja (Y) secara bersama-sama

adalah sebesar 93,7%. Hal ini pun dapat terlihat dari nilai koefisien

determinasinya.
96

4.3.6 Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh Perputaran piutang dan Persediaan terhadap

Perkembangan modal kerja dapat ditunjukkan oleh koefisien determinasi dengan

rumus sebagai berikut :

KD = R2 x 100%

= (0,968)2 x 100%

= 93,7 %

Artinya, variabel Perputaran piutang dan Persediaan memberikan

pengaruh sebesar 93,7% terhadap Perkembangan modal kerja. Sedangkan sisanya

sebesar 6,3% Perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia.

Tbk Bandung dapat diterangkan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti oleh

penulis.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Perputaran piutang pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung

mengalami peningkatan setiap tahunnya kecuali pada tahun 2009,dan nilai

perputaran piutang tertinggi dicapai tahun 2008 hal ini disebabkan oleh

persaingan semakin ketat karena semakin banyak provider komunikasi

yang semakin beragam.

2. Persediaan pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung

mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya,dan nilai

persediaan tertinggi dicapai tahun 2008 hal ini disebabkan oleh persaingan

semakin ketat karena semakin banyak provider komunikasi yang semakin

beragam.

3. Perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM)

Bandung mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya,dan nilai

perkembangan modal kerja tertinggi dicapai tahun 2002 Hal ini

disebabkan oleh dampak krisis global, persaingan semakin ketat karena

semakin banyak provider komunikasi yang semakin beragam, sehingga

pendapatan Telkom untuk tahun 2008 menurun, serta regulasi pemerintah

yang berubah-ubah.

97
98

4. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa perputaran piutang dan

persediaan tidak berpengaruh terhadap perkembangan modal kerja. Hal ini

dapat dilihat dari nilai F hitung (0,755) < F tabel (7,260), maka Ho

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perputaran piutang

dan Persediaan secara simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Perkembangan modal kerja.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan

beberapa saran, yaitu:

1. PT. Telekomunikasi Indonesia perlu melakukan promosi yang menarik

dalam hal memperkenalkan produk-produknya kepada publik, dilihat

makin ketatnya persaingan dalam bidang komunikasi terutama produk

seluler dan provider internet. Hal ini akan mempengaruhi tingkat

penjualan. Yang secara langsung akan meningkatkan tingkat

perkembangan modal kerja perusahaan.

2. Perputaran piutang dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan

sedangkan pada tahun 2008 perputaran piutang mengalami penurunan,

sebaiknya manager menganalisis lebih detail khususnya di bagian

perputaran piutang agar menghasilkan perputaran yang efektif dan

efisien.

3. Bagi perusahaan sebaiknya selalu memperhatikan kondisi keuangan dan

arus kas perusahaan, karena jika kondisi keuangan stabil dan arus kas
99

tersedia maka tingkat perkembangan modal kerja pada PT.

Telekomunikasi Indonesia. Tbk, akan cenderung stabil dan sedikit

kemungkinan untuk terus menurun.

4. Bagi Perusahaan sebaiknya, selalu memperhatikan perkembangan dan

pertumbuhan perusahaan, hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas

perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan. Jika perusahaan berada

dalam keadaan stabil, maka para investor dan para calon investor akan

lebih percaya kepada perusahaan atas saham yang mereka tanamkan.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:


BPFE-Yogyakarta.

Agnes Sawir. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Bambang Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:


Yayasan Penerbit Gadjah Mada.

Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan
Aplikasi edisi dua. UPP.AMP.YKPN: Jakarta.

Indriyo Gitosudarmo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta. BPFE.

Lukman Syamsuddin.2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Konsep Aplikasi


dalam Perencanaan, pengawasan dan Pengambilan Keputusan. PT. Raja
Grafindo Persada: Jakarta.

Martono dan Agus Harjito. 2003. Manajemen Keuangan, Yogyakarta: Liberty.

Milwan Purnata. 2008. Pengaruh Piutang terhadap Modal Kerja pada PT.
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung, Bandung.

Muchlis. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Gramedia.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Aditya Media. Yogyakarta.

Munawir,S. 2004: Analisis Laporan Keuanga. Yogyakarta: Liberty.

Nita Nurhayati. 2008. Tingkat perputaran piutang terhadap modal kerja pada PT.
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung. Bandung

Soemarsono. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Salemba Empat. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. ALFABETA, Bandung.

Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi). Jakarta:


Salemba Empat.

Umi narimawati. 2010. Metode Penelitian : Dasar-dasar Penelitian Ekonomi.


Jakarta: penerbit Genesis.
Widi Sariningsih. 2007. Pengaruh perputaran piutang terhadap tingkat likuiditas
Pada PT. Indusri telekomunikasi (PERSERO) Bandung. Bandung.

Woro Resmi Kurniasih. 2008. Hubungan Perputaran Piutang usaha dengan


Quick Ratio Pada unit pertokoan koperasi pegawai Republik Indonesia
(KPRI) Diklat PU Wilayah Bandung. Bandung.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :
Nama : Defi Nugraha
NIM : 21207017
Jurusan : Manajemen
Fakultas : Ekonomi
Tempat Tanggal Lahir : Bandung 23 Februari 1989
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Cibangkong no.12 rt.08 rw.11
Bandung 40273
No Tlp : (022) 7317022 / 085759948851

Riwayat Pendidikan

TAHUN KETERANGAN
Lulus 1994 - 1995 Taman Kanak-kanak Mitra Bandung
Lulus 1995 - 2001 SDN Gumuruh III Bandung
Lulus 2001 - 2004 SLTP Taman Siswa Bandung
Lulus 2004 - 2007 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung
Lulus 2007 - 2011 Universitas Komputer Indonesia
Bandung

Anda mungkin juga menyukai