Dus Carotis
Dus Carotis
1. CCA: B. Mode
Letakan tranduser diatas tulang klavikula secara short axis, kemudian arahkan tranduser
(telusur) ke arah Mandibula sambil melihat/menilai adakah penebalan tunika intima dan
plaque.
Contoh :
CCA: Doppler
Letakkan tranduser diatas tulang klavikula secara Long axis, kemudian tekan tombol PW
dan letakkan sampel volume pada CCA, kemudian ukur PSV, EDV, IMT.
(Sepertinya gambar ICA dan ECA dibawah ini terbalik, seharusnya ICA terlihat dibawah,
sedangkan ECA terlihat diatas)
Yang Diukur :
- PSV = 19 – 98 cm/s
- EDV = ≤ 30 cm/s
- Ø = 2,5 - 5 mm
5. Color
Letakkan tranduser secara long axis diatas tulang klavikula, ambil gambaran CCA
sampai terlihat bifurcatio dan ICA, kemudian klik tombol color, lebarkan color Box agar
semua bisa mengisi color.
NB :
• Gambar Morfologi Kurva Doppler pada carotis disebut monophasik end diastolik
tinggi (merupakan gambaran normal dari kurva doppler end organ)
• Gambar kurva doppler monophasik end diastolik tinggi karena menuju ke Resistensi
Rendah dan End organ pada saat diastolik masih membutuhkan perfusi yang cukup,
sehingga gambar kurva pada saat eend diastolik selalu diatas baseline.
"
• Apabila didapatkan gambar kurva doppler Triphasik pada end organ misal: carotis
maka gambar tersebut dikatakan tidak normal, karena menghadapi resistensi tinggi
mungkin ada oklusi atau sumbatan di distal (intracranial).
• Nilai IMT
≤ 1 mm = normal
1, 1 – 1,9 = penebalan intima media
≥ 2 mm = Plaque
1. Ingunalis / Femoralis
B. Mode
Letakan tranduser diatas Inguinal secara short axis, dan dapatkan gambar seperti kuping
Micky Mouse, kemudian bandingkan 2 gambar, lalu lakukan CUS (Compression Ultra
Sound) pada vena femoralis communis dengan cara menekan vena dengan tranduser.
Note = CUS (-), berarti tidak di temukan trombus, tidak terdapat DVT
"
Doppler
Ubah arah tranduser secara long axis pada daerah inguinal, kemudian akan didapatkan
gambar arteri dan vena femoralis communis, klik tombol PW letakan sampel volum pada
arteri dan vena fem com.
"
2. Poplitea
B. Mode
Letakan tranduser secara short axis pada daerah poplitea, dan dapatkan gambar dua
bulatan, kemudian bandingkan 2 gambar, lalu lakukan CUS pada Vena poplitea.
"
Doppler
Ubah tranduser secara long axis, klik PW, letakan sampel volum pada arteri dan vena
poplitea
3. Tibialia Posterior
Letakan tranduser pada daerah tibialis posterior secara long axis, tranduser diletakan
dibawah maleolus, dapatkan gambar arteri dan vena tibialis posterior, klik color, klik
PW, bila sudah dapat gambar arteri dan vena maka letakan sampel volum pada arteri dan
vena.
"
4. Tibialis Anterior
Lakukan tranduser secara long axis pada daerah tibialis anterior, bila sudah menemukan,
klik color, klik PW dan letakan sampel volum pada Tibialis Anterior
Tidak dilakukan pada Vena karena Vena sulit diidentifikasi dan tidak ada bantalan
NB :
Normal gambaran kurva doppler pada perifer adalah triphasik urutan gambar
kurva doppler.
= triphasik = Normal
"
= Mungkin ada obstruksi
namun tidak sampai
"
mengganggu aliran ATAU
= Biphasik sampel Volume yang kita
letakkan berada pada pinggir
pembuluh darah, bukan pada
tengah pembuluh darah
= Monophasik = Tidak normal, karena ada
" stenosis atau diffuse sklerotik
= kolateral baik
= Monofasik End diastolik tinggi
"
"
• Pada pengambilan gambar arteri dan vena pada setiap level, selalu diingat
bahwa arteri = tranduser diarahkan ke lateral
vena = tranduser di arahkan ke medial
• CUS (-) Berarti tidak ditemukan DVT/DVT, Augmentasi (+)
• CUS (-) Berarti ditemukan DVT/DVT (+), Augmentasi (-)
• Disebut augmentasi
• Pada pemeriksaan yang kasusnya arteri, maka mulai pemeriksaan dari distal
(a. Tibialis anterior, A. Tibialis posterior)
Pada pemeriksaan yang kasusnya vena, maka pemeriksaan dari atas/ proksimal
(vena femoralis).
DUS EKSTREMITAS ATAS
B. MODE + DOPPLER
1. Letakkan tranduser secara long axis dan arahkan ke lateral pada Regio
Radialis distal dan ulnaris distal. Setelah dapat gambar arteri A Radialis dan
Ulnaris, klik color, klik PW. Kemudian letakkan sampel volum pada Arteri
Radialis dan Arteri Ulnaris.
A. RadialisA. Ulnaris
2. Letakkan tranduser secara long axis dan arahkan ke medial Regio Radialis,
ulnaris, setelah gambar vena Radialis dan vena ulnaris, klik color, klik PW
kemudian letakkan sampel volum pada V. Ulnaris, lakukan SQD pada telapak
tangan.
3. Letakkan tranduser secara short axis pada Regio brachialis, lakukan CUS
4. Ubah tranduser secara long axis, arahkan tranduser ke arah lateral, setelah
dapat gambar arteri, klik color, klik PW
7. Letakkan tranduser secara long axis pada regio axilaris, klik color, klik PW
kemudian letakkan sampel volum pada arteri dan vena xilaris, dan lakukan SQD
pada lengan atas untuk vena.
8. Setelah tranduser secara long axis, diatas tulang klavikula, arahkan tranduser
ke lateral maka dapatkan gambar arteri subklavia, klik color, klik PW, letakkan
sampel volum pada arteri subklavia.
Tiphasik
Biphasik
Monophasik
Rounded
Normal CCA
Carodis (ekstranial) ICA
End Organ Renalis ECA
Intra Cranial VERTE
- ACA
- P1
- P2
- M1
- M2
- BAS
Colateral
Vaskulitis
Episode Spasme
DUS untuk vena
tes fungsi vena ada 2:
1. tes valsalva / tes phasik flow vena / spontaneus phasik flow / uji pernafasan
tujuannya untuk mengetahui aliran vena diatas probe atau proksimal probe normalnya
saat inspirasi velositas vena turun, saat ekspirasi velositas vena naik untuk mengetahui
refluks vena atau ada tidaknya cvi. Pasien disuruh tarik nafas trus tahan nafas sebentar
maka perhatikan:
• kalau terjadi refluks,, gambaran colour dopler akan berwarna merah saattarik
nafas perhatikan warna merahnya.. kalau pasien tidak disuruh tarik nafas saja
sudah ada gambaran merah berarti sudah cvi berat.. lihat catetan dus yang lain
• kalau terjadi refluks,.. gambaran dopler dupleks akan ada gelombang yang
refluks.. hitung waktu terjadinya refluks untuk tau derajat berat ringannya
refluks.. liat catetan dus yang lain
2. SQD
tes sqd (squeeze distal)
tujuannya untuk mengetahui aliran vena di bawah probe atau di distal probe
normalnya.. saat diperas di distal probe maka velocity akan meningkat
catatan: CUS bukan merupakan tes fungsi vena,... CUS hanya untuk mengetahui ada
tidaknya trombus..
cus (-) artinya trombus tidak ada
menurut bu sofie.. cus dan sqd itu sama.. jadi kalau cus (-), pasti sqd (+).. artinya aliran
vena normal, tidak ada trombus... tapi menurut dr. ismoyo.. cus itu bukan uji fungsi
vena..
TENTIRAN DUS…
DUS organ
misal: ginjal, carotis
perlu dilakukan DUS untuk mengetahui seberapa ketat stenosisnya berdasarkan kriteria
misal kriteria NASCET
hal ini perlu dilakukan karena berguna untuk kepentingan terapi misal: carotis stenosis 50-70
% kemudian ada simptomp misal: stroke.. maka sudah ada indikasi untuk pasang stent
tujuan dus pada organ:
1. untuk uji fungsi
2. segmental analysis
Jika Shimino tidak jalan, maka baik arteri atau vena kembali ke Normal.
Ilustrasi Kasus
Pasien dengan CKD sudah dilakukan hemodialisa sejak 10 tahun yang lalu,
sebelumnya dipasang Double Lumen terlebih dahulu (sambil menungggu AV Shunt
matang ) kemudian dipasang AV Shunt. Selama ini tidak ada keluhan pada AV Shunt,
selama 1 tahun ini sering terjadi bengkak pada tangan kanan namun hilang timbul,
selam 10 hari ini, bengkak di tangan kanan tidak hilang dan bertambahn sakit.
Diagnosis: curiga Sumbatan di vena Subclavia Dekstra akibat pemasangan Double
Lumen
Bekas pemasangan double luen menyebabkan hiperplasi otot polos vena kemudian
sampai menyebabkan oklusi vena subcalvia dekstra