Hemodinamik
Rafa Fathia Suhud 130112200003
Perseptor : dr. Radian Ahmad Halimi, Sp.An-KNA, M.Kes
Monitoring Hemodinamik?
Monitoring aliran darah yang melalui sistem kardiovaskuler, untuk:
BP = Blood Pressure
CO = Cardiac Output
SVR = Systemic Vascular Resistance
HR = Heart Rate
SV = Stroke Volume
Daftar Isi
1. Monitoring tekanan darah arteri
2. Elektrokardiografi
3. Central Venous Catherization (CVC)
4. Pulmonary Artery Catherization (PAC)
5. Cardiac Output
1. Monitoring Tekanan Darah Arteri
Mean Arterial Pressure : rata-rata tekanan arteri dalam
satu siklus pulsasi
Tekanan darah
arteri yang
adekuat dapat
menandakan
aliran darah ke
organ yang
adekuat
A. Monitoring tekanan darah arteri
non invasif
KI : Abnormalitas vaskuler pada ekstremitas (eg,dialysis shunts), pasien
luka bakar
1. Palpasi
2. Doppler Probe
3. Auskultasi
4. Osilometri
5. Arterial Tonometri
a. Palpasi
- Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan:
1. Tentukan lokasi terabanya peripheral pulse
2. Pompa blood presure cuff, proksimal terhadap
denyut nadi sampai aliran terbendung
3. Lepaskan tekanan cuff 2-3 mmHg tiap denyut
nadi
4. Ukur tekanan cuff sampai pulsasi teraba kembali
- Kekurangan : Insensitivitas saat meraba & delay
antara aliran dibawah cuff dan pulsasi distal. Tidak
dapat menentukan diastolic pressure
- Kelebihan : Mudah & murah
b. Doppler probe
Doppler effect merupakan perubahan pada frekuensi gelombang suara ketika
sumber suara bergerak secara relatif terhadap pemeriksa
Kekurangan
Karena beberapa osilasi ada di atas atau di bawah tekanan darah arteri,
manometer aneroid atau raksa dapat memberikan pengukuran yang tidak akurat.
Tidak dapat digunakan pada pasien dengan bypass cardio-pulmonal
e. Arterial Tonometri
- Tonometri arterial mengukur tekanan darah arteri denyut per
denyut dengan merasakan tekanan yang diperlukan untuk
menekan sebagian arteri superfisial yang ditunjang oleh
struktur tulang (eg, arteri radialis)
- Tonometer terdiri dari beberapa transduser independen yang
ditaruh di kulit di atas arteri.
- Stress kontak antara tekanan tranduser yang langsung di atas
arteri dan kulit memantulkan tekanan intraluminal.
Kekurangan
Sensitifitas pada gerakan dan perlu sering dikalibrasi
B. Monitoring tekanan darah arteri
invasif
INDIKASI Pemilihan arteri untuk kanulasi
-Hipotensi 1. Radial a. : Sering dikanulasi karna superfisial dan
-Sepsis memiliki aliran substansial kolateral (ulnar a.)
-Antisipasi hipotensi / 2. Ulnar a. : Lebih sulit dibandingkan katerisasi radial
deviasi tekanan
karna lebih dalam dan lebih berliku
darah yang besar
-Penyakit end organ 3. Brachial a. : Besar dan mudah ditemukan di
yang membutuhkan antecubital fossa. Distorsi bentuk gelombang rendah
pengaturan tekanan karna dekat dengan aorta. Dapat terbelit
darah denyut per 4. Femoral a. : Jalan masuk sangat baik namun rentan
denyut secara tepat pembentukan atheroma dan pseudoaneurysm,
-Pemeriksaan analisis komplikasi infeksi dan thrombosis arteri.
gas darah serial
5. Dorsalis pedis & posterior tibial a. : Distorsi bentuk
KONTRAINDIKASI
gelombang paling besar
- Perifer vascular disease
- Sedang terapi 6. Axillary a. : Dapat terjadi kerusakan saraf karna dekat
antikoagulan / trombolitik axillary plexus. Jika ada udara ddapat cepat menuju
sirkulasi serebral.
a. Teknik kanulasi arteri
radial
1.
2.
Supinasi & ekstensikan pergelangan tangan
Taruh pressure tubing transducer system yang
telah diisi dengan cairan salin didekat pasien
3. Raba denyut pada area dengan denyut
maksimal
4. Setelah diasepsis, 1% lidokain diinfiltrasikan
langsung ke kulit dengan sudut 450
5. Bila ada darah yang tampak, jarum
direndahkan membentuk sudut 300 dan
dimasukan 1 – 2 mm untuk meyakinkan ujung
kateter masuk dengan baik ke lumen
pembuluh darah.
6. Kencangkan tekanan di ujung kateter dengan
jari tengah dan manis mencegah darah
menyembur ketika tube dihubungkan.
7. Gunakan selotip tahan air u/ menutup
RISIKO
KONTRAINDIKASI
- Kateterasi jangka panjang pada vena subklavia : pneumothoraks selama insersi dan dengan
- Tumor
infeksi yang terkait dengan lamanya kateter terpasang
- Gumpalan atau atau
- Risiko kanulasi vena sentral lainnya : infeksi, emboli udara atau thrombus, disritmia,
keadaan vegetasi pada
hematoma, hidrotoraks, perforasi jantung, tamponade jantung, trauma pada saraf dan arteri
katup trikuspid yang dapat
yang terdekat, trombosis, erosi vaskuler, efusi pleura dan chylothoraks
menyebabkan embolisasi.
4. Pulmonary Artery Catherization (PAC)
INDIKASI - Insersi PAC membutuhkan akses vena sentral, yang dapat
- Mengukur Indeks dikerjakan dengan tehnik Seldinger
jantung, preload, status - Dari kateter vena sentral, sebuah dilator dan pembungkus
volume dan derajat dimasukan melalui kawat pengarah
- Pasien dengan - Setelah dimasukan, kateter dicek dengan mengembangkan
ketidakstabilan dan mengempiskan balonnya dan mengirigasi semua lumen
hemodinamik / selama intravaskuler dengan salin yang diheparinisasi.
prosedur bedah yang - Bagian distal dihubungkan pada tranduser yang dipasang nol
memiliki kemungkinan pada garis midaksilaris
insiden tinggi komplikasi - Kateter dimasukkan melalui pembungkus ke dalam vena
hemodinamik juguler interna.
- Pada ±15 cm, ujung distal seharusnya memasuki atrium
KONTRAINDIKASI kanan, dan vena sentral melacak variasi respirasi yang
- Left branch bundle block memastikan posisi intrathoraks.
komplit (karena resiko - Balon dikembangkan dengan udara ( ± 1,5 mL) u/ melindungi
blok jantung komplit) endokardium dari ujung kateter dan menyebabkan curah
- Wolff-Parkinson-White jantung ventrikel kanan langsung ke kateter sewaktu migrasi.
syndrome - Sebaliknya balon selalu dikempiskan sewaktu ditarik.
- malformasi Ebstein - Selama memasukkan kateter, EKG di monitor bila terjadi
disritmia
5. Cardiac Output
Pengukuran cardiac output agar dapat memperkirakan perhitungan stroke volume yang dapat diukur
dengan kateter arteri pulmoner. Penyempurnaan teknik non invasif dapat membawa ke monitoring
curah jantung intraoperatif.
a. Thermodilution
b. Dye dilution
c. Pulse contour devices
d. Doppler esophagus
e. Thoracic Bioimpedance
f. Prinsip fick
g. Echocardiography
Terapi Oksigen
Definisi : Pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
Efek samping :
dibanding kadar di atmosfer, guna meningkatkan kadar oksigen
● Hipoventilasi
pada darah arteri hingga masuk ke jaringan dan memfasilitasi
● Kerusakan paru
metabolisme areob.
Tujuan : ● Retrolental fibroplasia
(retinopathy of
● Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg / SaO2 >90%
prematurity)
● Mencegah hipoksia sel & jaringan
● ● Kontaminasi bakteri
Menurunkan kerja napas
● Menurunkan kerja otot jantung
Indikasi :
● Hipoxemia
❖PaO2<60mmHg dan/atau SaO2<90%
❖ pada neonatus <1 bulan: PaO2<50mmHg, SaO2<88%)
● Perioperatif (anestesi umum)
● Keadaan akut: trauma berat, severe respiratory distress (asma,
pneumonia,dll), AMI, shock, keracunan CO
● Keadaan kronis: COPD
Teknik Terapi
Oksigen
Persiapan alat
● Sumber oksigen dengan
tabung oksigen atau sumber
oksigen sentral
● Tabung pelembap atau
humidifier
● Pengukur aliran oksigen
(flow meter)
● Alat pemberian oksigen
tergantung metoda yang
dipakai
Metode Pemberian Oksigen
Sistem Aliran Rendah (low flow) Sistem Aliran Tinggi