Penyusun :
Preseptor :
Umur : 55 tahun
1. Anamnesis
Keluhan utama: Tidak ada keluhan
● Mual (-)
● Muntah (-)
● Hipertensi (+)
● DM (+)
● Glimiperide 3x1
● Candesartan 2x1
● Furosemide 3x1
● Calos 3x1
● Lansoprazole 2x1
2. Pemeriksaan Fisik :
Status Gizi : cukup
TB : 158 cm
BB : 55 kg
Tekanan Darah: 199/91 mmHg
3. Pemeriksaan Laboratorium:
Hasil pemeriksaan Tgl 10-02-2021 :
Ureum : 158 mg/dL
Creatinin: 6,9 mg/dL
5. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : ad malam
c. Pencitraan:
ii. Pada renogram kedua ginjal, setelah fase inisial tampak kurva berjalan tidak
beraturan
iii. Corrected GFR ginjal kiri : tidak dapat diukur
7. Lampiran
Tabel Parameter Pasien
Parameters Values
Method Adult
Hematocrit 0.00
Renal Retention
ANATOMI GINJAL
Ginjal merupakan organ berwarna merah kecoklatan yang berada di rongga abdomen
berbentuk oval, terletak retroperitoneal pada dinding posterior abdomen, dan terletak di kanan
kiri kolumna vertebralis sekitar vertebra T12-L3. Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang
10 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm yaitu sekitar kepalan tangan orang dewasa. Pada bagian medial
ginjal, terdapat hilus yang merupakan tempat keluar dan masuk pembuluh, saraf, dan ureter.
Ginjal mendapatkan aliran darah sebanyak 20% dari total curah jantung melalui arteri
renalis dari percabangan abdominal aorta. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut
bercabang menjadi beberapa percabangan hingga membentuk arteriola aferen pada glomerulus
yang kemudian bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan
disebut kapiler peritubular dan vasa recta. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan
dialirkan ke dalam percabangan vena dan selanjutnya akan di drainase menuju menuju vena
ginjal. Nefron terletak pada korteks dan memanjang hingga ke medulla. Setiap nefron terdiri dari
bagian-bagian yaitu:
2. Sistem tubulus
yang akan menuju connecting tubule dan berkumpul menuju duktus kolektivus.
FISIOLOGI GINJAL
Ginjal merupakan organ yang berfungsi mengekskresikan produk sisa metabolisme, zat
kimia asing, berbagai metabolit obat dan hormon melalui pembentukan urine.
Untuk mengetahui fungsi dari ginjal dapat dilakukan dengan penghitungan laju filtrasi
glomerulus / glomerular filtration rate. Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah jumlah volume
plasma yang dijernihkan dari berbagai macam zat oleh ginjal per unit waktu. Normal LFG adalah
125 ml/menit.
Nilai normal tersebut didapat dari tekanan filtrasi bersih (net filtration pressure)
dikalikan dengan koefisien filtrasi. Net filtration pressure ditentukan oleh tekanan hidrostatik
dan tekanan koloid osmotik di glomerulus dan kapsul Bowman. Normal net filtration pressure
adalah 10 mmHg. Koefisien filtrasi ginjal merupakan nilai permeabilitas membran filtrasi
terhadap air. Normal koefisien filtrasi ginjal adalah 12,5 ml/menit/mmHg. Gambar berikut
LFG dapat mengalami penurunan disebabkan oleh perubahan pada tekanan yang
mempengaruhinya atau penyakit yang menyebabkan penurunan pada koefisien filtrasi membran
glomerulus. Berikut merupakan faktor-faktor beserta kondisi yang dapat menurunkan LFG.
Perhitungan LFG dapat dilakukan dengan menghitung dengan laju klirens ginjal dari
suatu zat khusus. Zat tersebut harus bebas di filtrasi oleh membran kapiler glomerulus dan tanpa
adanya reabsorpsi atau sekresi oleh tubulus. Kreatinin merupakan produk metabolisme otot yang
hampir sepenuhnya hanya di filtrasi glomerulus. Klirens kreatinin sering digunakan untuk
mengestimasi LFG dengan membandingkan jumlahnya pada urine dengan serum. Perhitungan
ini hanya sebagai estimasi LFG, bukan yang bersifat corrected karena terdapat sebagian kecil
secara progresif dari nefron ginjal yang secara bertahap menurunkan fungsi ginjal secara
keseluruhan dan bersifat permanen. Kerusakan progresif ini dapat berlanjut ke suatu kondisi di
mana orang tersebut harus menerima perawatan dialisis atau menjalani transplantasi dengan
ginjal fungsional untuk bertahan hidup. Keadaan ini disebut sebagai end stage renal disease,
1. Renografi konvensional
2. Renografi kaptopril
3. Renografi diuretik
Renografi Konvensional
a. Indikasi
b. Radiofarmaka
131
I hippuran sebanyak 300 uCi atau 99m
Tc-MAG3 sebanyak 5mCi disuntikkan intraverna
c. Persiapan
i. Penderita harus dalam keadaan hidrasi baik dengan memberikan minum 500ml
sebelum pemeriksaan.
lugol 10 tetes untuk memblok jaringan tiroid agar tidak menangkap 131I.
d. Peralatan
hippuran.
iii. Energy setting : Low energy pada puncak 140 KeV High energy pada puncak 364
KeV
e. Tatalaksana
ii. Detektor ditempatkan sedemikian rupa hingga ginjal dan kandung kemih berada
iii. Protokol :
Pemrosesan data :
Seluruh data kasar digabung, kemudian dibuat ROI pada kedua ginjal serta di
bawah kedua ginjal untuk substraksi latar belakang untuk membuat kurva waktu-
aktivitas.
f. Penilaian
Pada pencitraan dinilai penangkapan radioaktivitas oleh kedua ginjal untuk melihat
Penilaian kurva sebagai berikut : kurva normal memperlihatkan adanya tiga fase yang
klasik.
i. Fase pertama/initial : terjadi peningkatan secara cepat segera setelah penyuntikan
dalam ginjal. Dari fase ini dapat pula dilihat teknik dari penyuntikan
ii. Fase kedua/sekresi : menunjukkan kenaikan yang lebih landai dan meningkat
secara bertahap. Fase ini berkaitan dengan proses penangkapan radiofarmaka oleh
dan di dalam ginjal melalui proses difusi lewat sel-sel tubulus ke dalam lumen
iii. Fase ketiga/eksresi : tampak kurva menurun dengan cepat setelah mencapai
Kasus: Bila ginjal sudah tidak berfungsi, penangkapan radioaktivitas akan minim atau
tidak ada sama sekali, dan kurva akan berjalan datar/tidak beraturan sebab hanya
Renografi Kaptopril
b. Radiofarmaka: 99m
Tc-MAG3 sebanyak 5 mCi atau 300 uCi 131
I-hippuran disuntikkan
c. Prinsip: Penurunan perfusi renal (pada stenosis arteri renalis) akan mengaktifasi sistim
glomerulus sehingga menurunkan GFR (aliran umum dan retensi garam) sehingga terjadi
perubahan renogram. Pada ginjal dengan stenosis arteri renalis maka akan terlihat
pasien diberikan 25-50 mg kaptopril peroral dan dianjurkan puasa selama 4 jam
iv. 131
I-hippuran → 15 menit sebelum pemeriksaan penderita diberi 1 cc larutan
lugol.
e. Peralatan
f. Penilaian
berikut :
1. Derajat 0 : normal
c. waktu puncak (Tmaks) abnormal 6 < Tmaks < 11 menit d. fase sekresi turun
dengan lamban
3. Derajat 2 A
4. Derajat 2 B
5. Derajat 3
Penurunan yang nyata atau penangkapan radiofarmaka tidak ada sama sekali.
g. Nilai
a. Probabilitas tinggi untuk hipertensi renovaskuler, bila perubahan dari satu atau
c. Intermediate – renografi awal abnormal tanpa ada perbedaan antara pre dan
pasca kaptopril.
a. perubahan fungsi terpisah (split renal function) dengan nisbah 60/40% atau
lebih.
c. aktivitas residual korteks (cacahan pada 20-30 menit versus cacahan pada
puncak)
d. Perubahan laju filtrasi glomerulus total ( penurunan 15% atau lebih ) ; berguna
mendeteksi stenosis a. renalis bilateral atau pada pasien dengan hanya satu ginjal.
Renografi Diuresis
a. Prinsip: Pemeriksaan ini berdasarkan fenomena bahwa obstruksi yang terjadi di ginjal
dapat disebabkan oleh hambatan (statis), yang dengan aliran urin yang tinggi setelah
furosemid.
b. Indikasi
d. Peralatan
e. Tatalaksana
i. Pemeriksaan diikuti dengan seksama dan bila setelah 15 menit tidak tampak
penurunan fase III (retensi radiofarmaka pada ginjal), segera berikan furosemid
penyuntikan furosemid.
f. Penilaian
1. Pemberian furosemid tak mengubah bentuk kurva obstruksi (fase III terus naik).
3. Pengaruh furosemid pada kurva obstruktif hanya bersifat parsial. Tidak cepat dan
subtotal.
ginjal serta evaluasi trauma ginjal. Penilaian dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu :
a. Radiofarmaka
99m
Tc-DTPA 2 mCi melalui intravena
b. Peralatan
● Spuit 3 cc 2 buah
● Pencacah gamma
c. Tatalaksana
● 1 mCi 99mTc-DTPA diencerkan dalam 10 ml larutan NaCl 0,9% steril didalam vial
steril, dari vial steril diambil dua dosis masing-masing 100 uCi (1 ml) dengan
disuntikkan kepasien.
● Setelah darah membeku, putar dan pipet 1 ml serum ke dalam tabung hitung.
● Hitung cacahan dari tiap sample dengan latar belakang kamar, sampai counting
error 1%.
d. Perhitungan
Keterangan :
a = cacahan standard
b = factor pengenceran
Ao : Intersep
e. Penilaian
Normal :
a. Radiofarmaka
c. Peralatan
d. Tatalaksana
● Detektor ditempatkan sedemikian rupa hingga ginjal dan kandung kemih berada
Frame/time :
● Pre dan post injeksi : dilakukan pencitraan secara static dengan ukuran matriks
e. Proses data
● Dosis yang disuntikkan dihitung dengan mengukur pemeriksaan dan post injeksi
Radiofarmaka.
● Seluruh data kasar digabung, dibuat ROI pada kedua ginjal, aorta dan dibawah
LFG kemudian dihitung dengan pengumpulan data subyek, yaitu renal uptake
f. Penilaian
DAFTAR PUSTAKA
1. Moore's Clinically Oriented Anatomy, 8th Edition (2017)
2. Junqueira's Basic Histology, Text and Atlas, 14th Edition (2016)
3. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 13th Ed (2015)
4. Nuclear Medicine. The Requisites (Expert Consult–Online and Print)-Saunders (2014)
5. Prosedur Tetap (Protap) Kedokteran Nuklir
6. Justitia Ica, Nandana P.I., HINDRONEFROSIS BERAT KANAN YANG DISEBABKAN
OLEH DUPLIKASI PELVIS-URETER TIPE LENGKAP DENGAN STENOSIS
URETEROVESIKAL JUNCTION. Jurnal Kedokteran Unram. 2013