PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang mempunyai
fisik yang tangguh, mental yang kuat, dan kesehatan yang prima. (Nurheni, 2012)
Untuk membangun SDM yang berkualitas haruslah dimulai dari masa anak – anak
sehingga kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka
anak. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan
antara asupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses
biologis. (Samkani, 2013) Status gizi yang baik dapat membantu proses
Brown dan Pollit (1996) dalam Andi Nurlinda, 2012 memaparkan bahwa
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut
2
atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. (Samkani,
2013)
protein yang di derita waktu lampau. (Samkani, 2013) Stunting merupakan suatu
masalah yang sedang dihadapi di dunia ini. Menurut data WHO 2012, terdapat
sebanyak 162 juta anak usia di bawah 5 tahun (balita) secara global mengalami
memfokuskan pada empat program prioritas yang salah satunya adalah penurunan
prevalensi balita pendek (stunting). Childhood stunting atau tubuh pendek pada
masa anak merupakan akibat kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan
dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang
neurokognitif dan risiko menderita penyakit tidak menular di masa depan. (Situasi
Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan
pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely
stunted (sangat pendek). Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang
balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan
standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita pendek adalah balita dengan
status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila
Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat
pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD. Masalah balita pendek
ibu, masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama
masa balita. Seperti masalah gizi lainnya, tidak hanya terkait masalah kesehatan,
namun juga dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung
mempengaruhi kesehatan.
sebagai berikut :
37
36.5
36
35.5
35
34.5
2007 2010 2013
cukup tinggi yaitu 2013 adalah 37,2%, jika dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan
signifikan. (Situasi Balita Pendek, 2016) Jawa Barat sebagai wilayah yang cukup
tahun 2015 dan 25,1% pada tahun 2016, balita pendek (stunting) masih menjadi
berikut :
Garut di tahun 2013 untuk keadaan 5,42%, sedangkan di tahun 2014 adalah
6,99%, pada tahun 2015 angka balita pendek adalah 7,67%, prevalensi stunting
pada balita di tahun 2016 adalah 6,80%. (data Kesga Dinkes Garut)
angka tertinggi di tahun 2015 dan menurun pada tahun 2016, namun penurunan
yang terjadi tidaklah begitu besar. Berikut 10 besar Puskesmas yang menyumbang
Tabel 1.1
10 Besar Puskesmas dengan Kasus Stunting Tertinggi
Berdasarkan Kategori TB/U
Di Kabupaten Garut
Tahun 2016
2014 2015 2016
N
PUSKESMAS Pende
O S D % S D Pendek % S D Pendek %
k
191 219
1 Mekarwangi 1863 1860 385 20,70 1965 6 385 20,09 3 2193 956 43,59
332 441
2 Sukahurip 3788 3596 1018 28,31 4085 0 1246 37,53 9 3958 1322 33,40
319 305
3 Cibiuk 2829 2829 228 8,06 3197 7 127 3,97 3 2481 737 29,71
281 273
4 Karangmulya 2659 2659 100 3,76 2918 0 92 3,27 7 2673 709 26,52
444 618
5 Citeras 6078 5207 20 0,38 4844 0 14 0,32 8 5590 1398 25,01
147 163
6 Karangsari 1478 8 282 19,08 2 1631 402 24,65
181 188
7 Karangtengah 1864 1864 220 11,80 1814 4 98 5,40 0 1748 387 22,14
173 192
8 Sukawening 1600 1600 18 1,13 1758 7 328 18,88 3 1923 412 21,42
298 294
9 Sukasenang 2649 2649 703 26,54 3003 5 147 4,92 3 2943 588 19,98
130
10 Cimari 1215 1222 99 8,10 858 858 143 16,67 1 1301 258 19,83
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Garut 2016
Puskesmas yang memiliki prevalensi balita stunting tertinggi pada tahun 2016 di
Kabupaten Garut. Dari 2193 balita yang ditimbang terdeksi 956 balita (43,76%)
mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari tahun 2015 yaitu dari 22,39%
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor
saja tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor – faktor tersebut saling
berhubungan satu dengan lainnya, ada tiga faktor utama penyebab yaitu asupan
makanan yang tidak seimbang, riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), dan
menunjukkan Intelligence Quotient (IQ) yang rendah, tinggi badan ibu, jenis
kelamin laki – laki, tingkat pendidikan ayah dan ibu, kemiskinan, status
sosioekonomi, tempat tinggal, perilaku merawat anak (pemberian makan dan ASI
masih terdapatnya kasus stunting di Kabupaten Garut. Stunting ini tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor saja namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti
riwayat kesehatan saat bayi, kondidsi ibu saat hamil, lingkungan, pola asuh, dan
Puskesmas yang menyumbang angaka balita stunting tertinggi pada tahun 2016
yaitu terdapat 956 balita (44,76%) yang mengalami stunting menurut katagori
TB/U. Dari uraian tersebut maka pertanyaan masalah dalam penelitian ini adalah :
2017?”.
pendek (stunting)?
(stunting)?
(stunting)?
(stunting)?
riwayat BBLR dan perawatan anak dengan kejadian balita stunting di wilayah
Tahun 2017”.
2017”.
1.4.2 Teoritis
Diharapkan kajian hasil penelitian ini memberikan sumbangan bagi
gizi masyarakat.