Anda di halaman 1dari 4

NAMA : HAERUL BADRI

KELAS : 20.HK.C1
PROGAM STYDY : HUKUM
MATA KULIAH : HUKUM KETENAGA KERJAAN
DOSEN PENGAMPU : M.LUTHFI RADIAN ,S.H.M.H

LEGAL OPINION
KAITAN HUKUM KETENAGAKERJAAN PADA NEGARA ANGLO
SAXON ,CIVIL LAW DENGAN HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA

A. DASAR HUKUM
Undang Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan Undang Undang No.
21 tahun 2000 tentang serikat pekerja

B. LATAR BELAKANG
System Hukum di dunia ada dua jenis yaitu system Hukum Commen law
( anglo saxon ) dan juga Civil law ( eropa Kontinental ) .Indonesia adalah negara
bekas jajahan belanda dimana belanda menganut system hukum civil law .dimana
cirikas dari Hukum Civil law adalah Hukum yang dikodifikasikan dengan baik
berbentuk kitab Undang Undang yang ditetapkan oleh pemerintah dan senantiasa
diperbaharui sedangkan Commen Law atau disebut Unwriten law pada umumnya
tidak dikodifikasi ,sumber hukum yang utama adalah kebiasaan kebiasaan yang hidup
dalam masyarakat serta perjanjian perjanjian yang telah disepakati para pihak . Apa
kaiatan system hukum tersebut dengan Hukum ketenagakerjaan kita mari kita simak
Di bidang Hukum Perburuhan Indonesia terdapat dua macam sumber hukum
yaitu: kaedah hukum otonom dan kaedah hukum heteronom. Yang pertama adalah
ketentuan-ketentuan hukum yang ditetapkan oleh para pihak yang terikat dalam suatu
Hubungan Kerja yaitu antara buruh atau Serikat Buruh dengan Pengusaha atau
Organisasi Pengusaha. Misalnya Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan dan
Perjanjian Kerja Bersama (Collective Labor Agreement). Yang kedua adalah
ketentuan-ketentuan hukum yang ditetapkan oleh Pihak Ketiga di luar para pihak
yang terikat dalam suatu Hubungan Kerja. Misalnya semua Peraturan Perundang-
undangan di bidang perburuhan yang ditetapkan atau disahkan oleh Pemerintah, yang
antara lain adalah UU No. 13 Tahun 2003, UU No. 02 Tahun 2004 dan UU No. 21
Tahun 2000 beserta peraturan pelaksanaannya.
Jika kedua tradisi hukum tersebut di atas dikaitkan dengan kedua jenis sumber
hukum perburuhan sebagaimana terurai, maka Indonesia sebagai penganut sitem civil
law menempatkan kaedah heteronom ( peraturan perundang undangan ) sebagai
sumber utama .pemerintah memiliki peran yang sangat dominan dalam pengaturan
perburuhan atau ketenagakerjaan .dimana dominasi tersebut tercermin dalam
pemerintah menetukan syarat syarat kerja dan kondisi kerja tercantum secara lengkap
di dalam peraturan perundang Udangan .sehingga system perburuhan sangat
tergantung kepda pemerintah sebagai pembuat sekaligus pelaksana peraturan
Hukum .dominasi itu berlanjut Hingga sekarang dimana UU No.13 tahun 2003 telah
di amandement menjadi UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta kerja dan juga UU
No.02 Tahun 2004 juga sedang akan di amandement .

C. PENDAPAT HUKUM
Pendapat saya Dominasi pemerintah ini sangat cocok pada masa era sebelum
reformasi dimana serikat pekerja saat itu hanya satu karena menganut sitem single
Union dan merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah sehingga pemerintah
seolah tidak ada rintangan dalam membuat peraturan peraturan perundang undangan .
kondisi tersebut tercermin dimana pengusaha dan serikat pekerja tidak leluasa
membuat Peraturan Perusahaan dan juga perjanjian kerja Bersama karena terganjal
aturan maksimum dan minimum dari pemerintah dan segala sesuatunya sudah
ditetapkan oleh pemerintah sehingga perusahaan dan serikat pekerja tinggal hanya
menjalankan apa yang ditetapkan oleh pemerintah .namun pasca era reformasi dengan
di undangkan nya UU No 21 tahun 2000 tentang serikat pekerja pembentukan serikat
pekerja semakin mudah ,ketentuan pembentukan serikat pekerja /buruh seperti
tertuang di Pasal 5 UU No.21 /2000 menyebutkan Setiap pekerja/buruh berhak
membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. Sedang ayat (2)
menyebutkan Serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) orang pekerja/buruh. Hal ini menyebakan perubahan sangat siknifikan
dalam sitem perburuhan kita dimana yang tadinya hanya single Union berubah
menjadi Multi Union hal ini di ikuti berkurangnya peran pemerintah dalam hal
dominasi dalam menentukan syarat syarat kerja dan kondisi kerja .maka pada ahirnya
serikat pekerja dan serikat pengusaha berlomba lomba mempengaruhi pemerintah
dalam membuat kebijakan .
Dalam hal kesejahtraan setelah pasca reformasi dan di undangkanya UU
No.13 tahun 2003 memliki arti yang sangat penting bagi pekerja dan juga serikat
pekerja . dimana selain kedudukannya secara Hukum telah di akui, pembuatan
Perjanjian kerja Bersama juga di atur dalam UU tersebut seperti hal nya termuat
dalam Pasal 116 UU No 13 tahun 20003 tetantang perjanjian kerja Bersama dimana
pada ayat (1) menyebutkan:” Perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang telah
tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan
pengusaha atau beberapa pengusaha”. Dalam perjanjian kerja Bersama serikat
pekerja dengan pengusaha diberikan keleluasaan oleh pemerintah untuk membuat
syarat syarat kerja dan kondisi kerja tanpa ada pihak ke tiga yang
merintangi ,meskipun tetap harus mengacu terhadap Undang Undang ketenaga
kerjaan ,akan tetapi kesepakat dalam penyusunan PKB tersebut dilaksanakan secara
musyawarah mufakat sehingga hasil yang dicapaipun akan sesuai dengan kondisi
yang diinginkan oleh kedua belah pihak .sehingga kesejahtraan buruh dan juga
kelangsungan usaha tetap terjaga .Namun jika musyawarah tidak berhasil pada Pasal
117 disebutkan :” Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116
ayat (2) tidak mencapai kesepakatan, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial” ketentuan penyelesaian
nya termuat didalam UU No.2 tahun 2004 . ketentuan perjanjian berama juga tidak
boleh bertentangan dengan Undang Undang ,namun jika muatan isinya di atas
Normatif dan disepakiti oleh para pihak maka menjadi hal yang sangat baik .
Hal ini menurut saya sudah cocok dengan tujuan reformasi dimana hak hak
setiap warga negara dijamin yaitu Hak berserikat dan berkumpul dan juga hak
mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak , sebagaimana termaktup dalam
UUD kita .sehingga posisi pemerintah bersifat netral disamping pemerintah sebagai
pembuat kebijakan dan pengontrol namun pemerintah juga perlu mendengarkan
aspirasi dari kedua belah pihak baik dari serikat pengusaha dan juga dari serikat
Buruh
Hal tersebut menandakan pergesaran wajah sumber Hukum perburuhan kita
yang awalnya besumber heteronom bergeser menjadi otonom dimana kesepakat para
pihak atau perjanjian para pihak menjadi menjadi sumber Hukum yang mengikat bagi
pihak pihak yang mengadakan kesepakatan ,missal nya perjanjian Bersama (PKB )
yang berlaku di perusahan menjadi Hukum yang mengatur rule Hubungan
kerja ,syarat,hak dan kewajiban dsb wajib dilaksanakan oleh kedua belah pihak .

D. KESIMPULAN
Jadi menurut saya kaiatanya sitem perburuhan di negara Indonesia dengan
sitem Hukum Civil law dan juga Common law sangat erat sebagaimana yang saya
uraiakan di atas dimana sitem Hukum Civil law identik dengan sumber hukum
heteronom berupa Undang Undang contoh seperti :UU No.21 /2000 tentang serikat
pekerja NO.13 /2003 tenatang ketenagakerjaan ,UU No.2 /2004 tentang perselisihan
hubungan industrial sedangkan sitem Commen Law identic dengan sumber otonom
contoh seperti : perjanjian kerja Bersama dan peraturan perusahaan .

Anda mungkin juga menyukai