Anda di halaman 1dari 4

Nama: Ismail

Nim: D 101 20 566

SUMBER HUKUM PERBURUAN

Sumber hukum perburuhan di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu hukum heteronom

dan hukum otonom. Adapun yang dimaksud dengan hukum heteronom dan hukum otonom

adalah:

Hukum heteronom adalah semua peraturan perundang-undangan di bidang

perburuhan yang ditetapkan oleh pemerintah yang berbentuk peraturan perundang-undangan

perburuhan baik yang berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah dan berbagai aturan

teknis lainnya.

Hukum otonom adalah ketentuan-ketentuan di bidang perburuhan yang dibuat oleh buruh dan

majikan.

Hukum Heteronom menjadi pedoman utama dalam membuat  hukum perburuhan

otonom yang dilakukan oleh buruh dan majikan. Hukum heteronom dijadikan sebagai alat

ukur utama dalam meverifikasi apakah hukum perburuhan otonom yang dibuat sudah seuai

dengan standar normatif atau tidak.

Setiap pelaku hubungan kerja dalam membuat hukum perburuhan otonom minimal

muatan atau isinya sama dengan hukum perburuhan heteronom, namun tidak boleh di bawah

norma dari hukum yang bersangkutan.

Yang perlu menjadi catatan bersama adalah seringkali para pihak (buruh dan majikan)

memasukkan muatan atau isi hukum otonom yang bertentangan dengan hukum heteronom

sehingga membuat ketentuan yang berpotensi menimbulkan konflik. Sejatinya ketentuan


yang diatur dalam hukum otonom haruslah muatannya lebih tinggi atas kesepakatan kedua

belah pihak.

Adapun sumber hukum heteronom yang dimaksud sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. TAP MPR

3. Undang-Undang

4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

5. Peraturan Pemerintah

6. Peraturan Presiden

7. Peraturan Daerah Provinsi

8. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota

Sumber hukum otonom terdiri atas tiga yaitu, Perjanjian Kerja, Perjanjian Kerja

Bersama, dan Peraturan Perusahaan.

Hukum perburuhan otonom tidak boleh bertentangan dengan hukum perburuhan

heteronom dan dianggap tidak berlaku sehingga yang berlaku adalah ketentuan yang ada di

dalam hukum perburuhan heteronom.

Sehingga hukum perburuhan otonom baru berlaku apabila isi dari hukum perburuhan

di atas atau minimal sama dengan norma hukum perburuhan heteronom. Artinya, isi hukum

perburuhan otonom memiliki kualitas di atas hukum perburuhan heteronom. Artinya hukum

perburuhan heteronom menjadi standar minimal yang harus dipatuhi dalam membuat hukum

perburuhan otonom.
Bahkan sesungguhnya pembuatan hukum perburuhan otonom menjadi tidak perlu

apabila isinya sama dengan hukum heteronom, karena sesungguhnya akan terjadi duplikasi

yang tidak perlu antara hukum perburuhan otonom dan hukum perburuhan heteronom.

Dengan melihat berbagai peraturan perudang-undangan yang kini dikeluarkan oleh

Pemerintah semakin tidak berpihak kepada kaum buruh, maka sudah seharusnya kaum buruh

memperjuangkan kesejahteraan mereka dan keluarganya secara kolektif di tingkat

perusahaan.

Dengan mengorganisir buruh bergabung dalam serikat dan membangun kekuatan

kolektif, maka buruh pun memperjuangkan pembentukan hukum otonom yaitu Perjanjian

Kerja Bersama di tingkat perusahaan. Karena Perjanjian Kerja Bersama yang lahir atas

kesepakatan antara majikan dengan buruh tersebut berlaku bagai undang-undang bagi mereka

yang mengikatkan diri, artinya masing-masing pihak harus mentaati ketentuan-ketentuan

yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama.

Ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama kualitasnya dapat

lebih tinggi dari ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan perburuhan di Indonesia,

oleh karenanya salah satu batu uji kekuatan kolektif serikat buruh yaitu di tingkatan

perusahaan mereka mampu secara kolektif membuat Perjanjian Kerja Bersama yang mampu

mensejahterakan buruh dan keluarganya.

Pada dasarnya hukum perburuhan heteronom dibentuk dalam rangka menetapkan

standar normatif yang dijadikan sebagai pedoman minimal bagi hukum perburuhan otonom

agar dibuat dengan kualitas minimal seperti kualitas hukum perburuhan heteronom.

Apabila hukum perburuhan otonom dibuat dengan kualitas lebih tinggi dari pada

hukum perburuhan heteronom maka yang berlaku adalah hukum perburuhan otonom. Doktrin
ini didasarkan atas  pemikiran bahwa fungsi dari hukum perburuhan otonom selain mengisi

kekosongan hukum yang belum dibuat oleh hukum perburuhan heteronom juga memiliki

fungsi sebagai pranata untuk meningkatkan kualitas hubungan kerja antara perusahaan dan

pekerja.

Salah satu batu uji kekuatan kolektif serikat buruh yaitu di tingkatan perusahaan

mereka mampu secara kolektif membuat Perjanjian Kerja Bersama yang mampu

mensejahterakan buruh dan keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai