ID Analisis Peran para Pihak Dalam Pengelol
ID Analisis Peran para Pihak Dalam Pengelol
ABSTRACT
Public participation increasingly required in resouces management decision-making. Necessary understanding of who affected
by decisions, and who had the power to influence and interest to decision. The purpose of this study was to analyze the role of the parties
in the management of the Upper Bengawan Solo Watershed. The study was conducted in the Upper Bengawan Solo Watershed which
located in Wonogiri District using qualitative approach and stakeholder analysis methods. The results indicated that there were
number of stakeholders who had a major interest and influence in the success of watershed management. Duties and functions
determined the degree of influence and interests of the institution. This implies that policy makers in watershed management should
take into account their aspirations in achieving successul of Upper Solo watershed management. Coordination is necessary in order to
avoid overlap, duplication, and achievement of goals.
Keywords: stakeholder analysis, stakeholders, watershed management role
ABSTRAK
Partisipasi publik semakin dibutuhkan dalam pengambilan keputusan pengelolaan sumber daya.
Diperlukan pemahaman siapa yang dipengaruhi pengambil keputusan, siapa yang memengaruhi dan
berkepentingan pada keputusan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran para pihak dalam
pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo bagian hulu. Penelitian ini dilakukan di DAS Bengawan
Solo Hulu yang terletak di Kabupaten Wonogiri dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif dan analisis
stakeholder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis peran para pihak diketahui bahwa
terdapat sejumlah pihak yang memiliki kepentingan dan pengaruh besar dalam keberhasilan pengelolaan DAS.
Tugas pokok dan fungsi menentukan besarnya pengaruh dan kepentingan institusi. Hal ini berimplikasi bahwa
para pengambil kebijakan dalam pengelolaan DAS harus mempertimbangkan aspirasi mereka dalam
mewujudkan keberhasilan pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu. Koordinasi diperlukan agar tidak terjadi
tumpang tindih, duplikasi, dan tercapainya tujuan.
Kata kunci: analisis stakeholder, para pihak, peran pengelolaan DAS
203
Ju
rnalAn
ali
si
sKe
bij
aka
nKe
hut
ana
n
Vol
.13No.1,
Apr
il2
016:2
03-21
2
204
An
ali
si
sPe
ranPa
raPi
hakda
lamPeng
el
ol
aanAl
i
ranS
u n
gai...
C.YudiLa
sti
ant
oro&S
.AndyCah
yon
o
memengaruhi atau dipengaruhi dan mempunyai Data dan informasi yang terkumpul
kepentingan langsung atau tidak langsung dengan selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Meinzen-
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh individu, Dick et al. (2004) menyebut analisis data secara
kelompok, organisasi atau institusi (Mitroff dan kualitatif berguna untuk mengawali kajian tentang
Linstone, 1993; Colfer et al., 1999; Brinkerhorff aksi kolektif dan para pihak kunci tidak dipahami.
dan Crosby, 2002; Puspitojati et al., 2012). Analisis ini juga lebih fleksibel bagi peneliti dan
Pengumpulan data primer menggunakan teknik pengambil kebijakan dalam menentukan peubah
wawancara mendalam (deep interview). Responden yang dianggap berpengaruh.
ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Hasil identifikasi parapihak dalam penge-
Responden adalah para pejabat di semua institusi/ lolaan DAS selanjutnya diklasifikasikan menjadi
lembaga yang berperan dalam pengelolaan DAS empat kelompok yaitu (Reed et al., 2009): (1) Key
Bengawan Solo Hulu. Jumlah responden Players : memiliki interest (kepentingan) dan influence
sebanyak 30 pejabat. (pengaruh/wewenang) yang tinggi, (2) Context
Wawancara mendalam dilakukan untuk Setters : memiliki influence (pengaruh/wewenang)
memperoleh tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi tetapi interest (kepentingannya) rendah,
dari parapihak tersebut. Selanjutnya, tingkat (3) Subjects memiliki interest (kepentingan) yang
kepentingan dan pengaruh tersebut ditampilkan tinggi tetapi influence (pengaruh/wewenang)
dalam matriks kepentingan dan pengaruh para- rendah, dan (4) Crowd : memiliki interest
pihak dalam pengelolaan DAS (Bryson, 2003). (kepentingan) dan influence (pengaruh/wewenang)
Nilai peubah kepentingan dan pengaruh dari yang rendah. Hasil klasifikasi tersebut selanjutnya
parapihak diperoleh dari hasil total nilai ditampilkan dalam bentuk diagram yang menun-
pembobotan pada setiap indikator peubah. jukkan kepentingan dan pengaruhnya dalam
Jawaban atas pertanyaan terbuka dari parapihak pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu.
terhadap indikator kepentingan dan pengaruh Cara mengidentifikasi Key Player, Context
yang diperoleh kemudian di skoring berdasarkan Setters, Subjects dan Crowd dengan wawancara
pada Skala Likert. Pembobotan Skala Likert yang
kepada para kepala SKPD, kepala suatu unit kerja,
dipergunakan yaitu nilai 1 (sangat lemah), 2
ketua lembaga swadaya masyarakat maupun ketua
(lemah), 3 (sedang), 4 (kuat) dan 5 (sangat kuat)
kelompok masyarakat yang peduli pengelolaan
baik pada aspek kepentingan maupun pengaruh.
DAS. Metode menentukan suatu institusi itu
205
Ju
rnalAn
ali
si
sKe
bij
aka
nKe
hut
ana
n
Vol
.13No.1,
Apr
il2
016:2
03-21
2
masuk Key Player, Context Setters, Subjects dan Crowd lembaga swadaya masyarakat, juga berperan
dengan diskusi antar para pihak (Grimble, 1998), dalam pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu.
baik dari SKPD, lembaga swadaya masyarakat DAS Bengawan Solo Hulu telah memiliki
(LSM) maupun kelompok-kelompok yang terkait grand design pengelolaan DAS yang disusun oleh
pengelolaan DAS. BPDAS Solo. Masing-masing institusi yang terkait
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu
dilibatkan dalam kegiatan sesuai dengan tugas
A. Identifikasi dan Peran Parapihak dalam pokok dan fungsinya. Penganggaran dana
Pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu dibiayai
APBN melalui (1) kegiatan BPDAS Solo yang
Peran para pihak yang terlibat dalam pe-
dilaksanakan oleh Bidang Kehutanan Dinas
ngelolaan DAS Bengawan Solo Hulu terdiri dari
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupa-
beberapa SKPD/lembaga/kelompok masyara-
ten, (2) kegiatan Balai Besar Wilayah Sungai-
kat, yang mempunyai fungsi dan tugas pokok yang
Bengawan Solo yang dilaksanakan oleh Bidang
berbeda tetapi saling melengkapi. Hasil inven-
Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
tarisasi tugas pokok dan fungsi dari masing-
dan Dinas Pengairan Energi dan Sumber daya
masing institusi terhadap peran parapihak yang
Mineral Kabupaten dan (3) APBD SKPD
terlibat dalam pengelolaan DAS disajikan pada
Kabupaten. Proses pengelolaan DAS mulai dari
Tabel 1.
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring-
Tabel diatas menunjukan tugas pokok dan
evaluasi disajikan sebagai berikut:
fungsi dari institusi berkaitan dengan pembagian
(a) Perencanaan pengelolaan DAS yang merupa-
peran (role sharing) dalam pengelolaan DAS.
kan Rencana Strategis (Renstra) tahunan dari
Bappeda berperan dalam mengkoordinir semua
setiap SKPD kabupaten yang telah disetujui
SKPD dalam pembagian peran setiap SKPD
dan dikoordinir oleh Bappeda Kabupaten.
terutama dalam perencanaan pengelolaan DAS
Adapun instansi terkait dalam proses
agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan antar
perencanaan adalah : (1) Balai Pengelolaan
SKPD. Selain institusi yang ada di daerah,
DAS Solo, (2) Bappeda Kabupaten, (3) Dinas
beberapa instansi pemerintah pusat seperti
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupa-
BPDAS Solo, BBWS Bengawan Solo, perusahaan
ten, (4) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
pemerintah (Perum Perhutani, PLN, PDAM) dan
Hortukultura Kabupaten, (5) Dinas Kehu-
206
An
ali
si
sPe
ranPa
raPi
hakda
lamPeng
el
ol
aanAl
i
ranS
u n
gai...
C.YudiLa
sti
ant
oro&S
.AndyCah
yon
o
tanan dan Perkebunan Kabupaten, (6) Dinas nya, terutama instansi pemerintah pusat.
Pengairan, Energi, dan Sumber Daya Mineral Sebagai gambaran, BPDAS Solo merencana-
Kabupaten, (7) Kantor Lingkungan Hidup kan penanaman sejuta pohon di Sub DAS
Kabupaten, (8) Badan Pemberdayaan Wuryantoro, yang melaksanakan penanaman
Masyarakat Kabupaten, (8) Dinas Pekerjaan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Umum Kabupaten, (9) Balai Besar Wilayah Wonogiri; sementara pada bidang pengairan
Sungai Bengawan Solo, dan (10) Perum untuk membangun saluran irigasi atau
Perhutani Unit I Semarang. Pertama SKPD bendungan, yang merencanakan BBWS
mengajukan rencana kegiatan ke Bappeda Bengawan Solo yang melaksanakan Dinas
Kabupaten terkait pengelolaan DAS yang Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral
mengacu pada tugas pokok dan fungsi serta Kabupaten. Sehingga untuk pelaksanaan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu
masing-masing kabupaten (Wonogiri dan memerlukan sinergi dan koordinasi antar
Pacitan). Setelah dikoreksi dan dikonsultasi- instansi.
kan ke Bappeda, kemudian diperbaiki oleh (c) Monitoring dan evaluasi kegiatan. Bappeda
SKPD. Kepala SKPD memaparkan seluruh bersama SKPD yang akan dimonitor dan
biaya kegiatan pada tahun berjalan di hadapan dievaluasi, melaksanakan kegiatan moni-
Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat toring-evaluasi. Hasilnya dilaporkan ke
(DPRD) Kabupaten. Setelah direvisi dan bupati. Apabila kegiatan melibatkan banyak
disetujui DPRD Kabupaten, selanjutnya instansi maka semua masukan diterima dan
rencana kegiatan tersebut digunakan sebagai akan dipelajari relevansinya sesuai dengan
pedoman pelaksanaannya. Agar tidak terjadi Renstra-nya. Kendala yang dihadapi adalah
campur-aduk (over lapping) maka dibentuklah dalam menentukan waktu untuk bersama-
Forum SKPD Kabupaten yang bertemu sama memonitor dan mengevaluasi kegiatan
sebulan satu kali di ruang rapat Bappeda di setiap SKPD terkait pengelolaan DAS
dengan koordinator Bappeda Kabupaten Bengawan Solo Hulu. Implikasinya SKPD
Wonogiri. Dalam proses perencanaan, dinas melakukan monitoring-evaluasi kegiatannya
yang mengurusi bidang kehutanan di Kabupa- sendiri yang dilaksanakan oleh seksi evaluasi
ten Wonogiri dan Pacitan, berkonsultasi ke bersama kepala SKPD nya, tidak melibatkan
BPDAS Solo dan mengacu pada grand design Bappeda. Kegiatan monitoring dan evaluasi
yang disusun BPDAS Solo. dilakukan pada kwartal, tengah tahun dan
(b) Institusi yang terlibat dalam pelaksanaan akhir tahun. Sehingga pelaksanaan kegiatan-
pengelolaan DAS Bengawan Solo hulu, yaitu: nya tepat sesuai rencana kegiatan yang telah
(1) Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten, (2) ditetapkan. Institusi yang terlibat dalam
Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten, monitoring evaluasi kegiatan pengelolaan
(3) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan DAS antara lain (1) Bappeda Kabupaten, (2)
Hortikultura Kabupaten (4) Dinas Kehutanan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten, (3)
dan Perkebunan Kabupaten, (5) Dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupa-
Peternakan, Perikanan, dan Kelautan ten, (4) Dinas Peternakan, Perikanan, dan
Kabupaten, (6) Dinas Pengairan, Energi dan Kelautan, (5) Dinas Pertanian Tanaman
Sumber Daya Mineral Kabupaten, (7) Dinas Pangan dan Hotikultura Kabupaten (6) Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten, dan (8) LSM. Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, (7)
Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan DAS Dinas Pengairan, Energi, dan Sumber Daya
mengacu pada rencana yang telah disusun Mineral Kabupaten, (8) Dinas Pekerjaan
bersama dan setiap instansi melakukan Umum Kabupaten, (9) Balai Pengelolaan
kegiatan sesuai tugas pokok dan fungsi DAS Solo, (10) Balai Besar Wilayah Sungai
(Tupoksi) nya. Tidak setiap instansi yang Bengawan Solo, (11) Perum Perhutani Unit I
merencanakan kegiatan juga melaksanakan- Semarang, dan (12) LSM. Instansi yang
207
Ju
rnalAn
ali
si
sKe
bij
aka
nKe
hut
ana
n
Vol
.13No.1,
Apr
il2
016:2
03-21
2
bertanggung jawab dalam evaluasi kegiatan Manusia Kabupaten. Instansi ini berpengaruh
adalah instansi yang melaksanakan kegiatan dalam mengubah kebijakan dan keadaan DAS
tersebut. Bengawan Solo Hulu, dengan memberikan ijin
tambang galian C ke pihak ketiga. Sehingga
B. Analisis Parapihak kegiatan yang dilakukan kadang ada konflik
kepentingan dengan upaya pelestarian DAS.
Peran parapihak (Bryson, 2003) diklasifikasi-
kan dengan pendekatan interest (kepentingan) yang
3. Subjects.
berkaitan dengan pengelolaan DAS Bengawan
Solo Hulu. Influence (pengaruh/wewenang) Para pihak yang terkait sebagai Subjects adalah
merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Kondisi
dari SKPD/insitusi/lembaga sehingga ber- saat ini menunjukkan bahwa P3A belum mampu
pengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan pe- sepenuhnya mengelola jaringan irigasi yang
ngelolaan DAS Bengawan Solo Hulu. Parapihak menjadi kewenangannya. Hal ini disebabkan
memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan yang masih terbatasnya kemampuan sumber daya
berbeda dalam pengelolaan DAS Bengawan Solo manusia, kemampuan pembiayaan dan kelemba-
Hulu. Peran parapihak sesuai dengan tingkat gaannya (Balitbang Kimpraswil, 2004) Kelompok
kepentingan dan wewenangnya/pengaruhnya Tani, Kelompok Tani Hutan Rakyat, dan
dalam pengelolaan DAS disajikan pada Gambar 3. Kelompok Konservasi Tanah Air. Institusi ini
Hasil penempatan parapihak pada matriks di tumbuh berkembang bersama masyarakat
atas adalah sebagai berikut : sehingga lembaga-lembaga ini yang akan langsung
merasakan akibat dari kegiatan pengelolaan DAS
1. Key Players. khususnya berkaitan dengan produktivitas lahan
dan ketersediaan air. Penelitian Mairi et al. (2010)
Parapihak yang terkait sebagai Key Player
menemukan bahwa lembaga-lembaga ini tidak
adalah Dinas Pertanian, Perkebunan dan
berhak mengeluarkan peraturan atupun kebijakan
Kehutanan Kabupaten, Badan Lingkungan
terkait dengan pengelolaan DAS namun hanya
Hidup Kabupaten, Dinas Pekerjaan Umum
sebatas memberikan arahan-arahan dan saran.
bidang Pengairan dan LSM pemerhati lingkungan.
Lembaga-lembaga ini perlu diberi informasi yang
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mairi,
cukup dan tepat tentang pengelolaan DAS, karena
et al. (2010) yang menunjukkan bahwa di era
mereka akan berguna bagi proses penyusunan
otonomi daerah peran Dinas Kehutanan
perencanaan sampai pelaksanaan.
Kabupaten semakin berperan dalam pengelolaan
DAS.
4. Crowd.
Para pihak yang berperan sebagai Player
merupakan potensi besar dalam pengelolaan DAS Para pihak yang terkait sebagai Crowd adalah
Bengawan Solo Hulu. Para pihak ini harus Badan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas
dilibatkan secara penuh dalam setiap proses dan Peternakan Perikanan dan Kelautan, para petani
mendorong pengelolaan DAS. Hasil penelitian ini yang belum menerapkan usahatani berbasis
sejalan dengan penelitian Fatahillah (2013) yang konservasi tanah dan air dalam mengelola
menemukan bahwa parapihak yang memiliki lahannya. Institusi-institusi ini berpandangan
kepentingan dan pengaruh tinggi di DAS Garang bahwa pengelolaan DAS belum menjadi tujuan
adalah BBWS Pemali Jratun, Bappeda Provinsi utama dalam mendukung pengembangan
Jawa Tengah, BPDAS Pemali Jratun, Dinas kegiatannya sehingga pengelolaan DAS kurang
Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Badan diperhatikan. Badan Penelitian dan Pengem-
Lingkungan Hidup Jawa Tengah dan LSM Bintari. bangan Daerah (Balitbangda) kabupaten sampai
saat ini juga belum fokus meneliti terkait
2. Context Setters. pengelolaan DAS. Kondisi ini dikarenakan
kurangnya peneliti yang berlatar belakang
Para pihak yang terkait sebagai Context Setters
pengelolaan DAS.
adalah Dinas Pengairan, Energi dan Sumber Daya
208
An
ali
si
sPe
ranPa
raPi
hakda
lamPeng
el
ol
aanAl
i
ranS
u n
gai...
C.YudiLa
sti
ant
oro&S
.AndyCah
yon
o
Rendah Tinggi
Low pengaruh/wewenang High
Influence
Sumber: Analisis data ,2011
Source: Data analysis, 2011
Disamping itu, terdapat faktor sosial yang memajukan pembangunan dan pengelolaan DAS
berpengaruh dalam pengelolaan DAS antara lain Bengawan Solo hulu. Temuan ini sejalan dengan
kepadatan penduduk, tingkah laku konservasi, hasil penelitian Martin dan Winarno (2010)
hukum adat, nilai tradisional, kelembagaan dan dimana kerja sama menjadi pengikat para pihak
budaya kerja sama atau gotong royong. Budaya dalam pemanfaatan dan usaha bersama di lahan
bekerja sama antar organisasi dan instansi dalam usahatani.
209
Ju
rnalAn
ali
si
sKe
bij
aka
nKe
hut
ana
n
Vol
.13No.1,
Apr
il2
016:2
03-21
2
210
An
ali
si
sPe
ranPa
raPi
hakda
lamPeng
el
ol
aanAl
i
ranS
u n
gai...
C.YudiLa
sti
ant
oro&S
.AndyCah
yon
o
Garang Provinsi Jawa Tengah. (Skripsi). Paimin, Sukresno, dan Purwanto. (2006). Sidik
Semarang: Program Pasca Sarjana Univer- cepat degradasi Sub DAS. Bogor: Pusat
sitas Diponegoro. Semarang. Penelitian dan Pengembangan Hutan dan
Konservasi Alam.
Instruksi Menteri Kehutanan No: INS.3/
Menhut-II/2009 tentang luas DAS/Sub Puspitojati, T., Darusman, D., Tarumingkeng,
DAS Wilayah SWP DAS Solo. R.C., & Purnama, B. (2012). Pemangku
kepentingan yang perlu diberdayakan dalam
Grimble, R. (1998). Stakeholder methodologies in
pengelolaan hutan produksi: Studi kasus di
natural resource management. Socio-economic
kesatuan pemangkuan hutan Bogor. Jurnal
methodologies, best practice guidelines. Chatham.
Analisis Kebijakan Kehutanan, 9(3), 190-201.
UK.
Reed, M.S., Graves, A., Dandy, N., Posthumus, H.,
Mairi, K., Iwanuddin, Hidayah, H.N., Karundeng,
… , & Stringer, L.C. (2009). Who's in and
M.C dan Jafaruddin. (2010). Sistem kelem-
why? A typology of stakeholder analysis
bagaan pengelolaan DAS hulu (dalam Kabupaten).
methods for natural resource management.
(Laporan Hasil Penelitian). Manado: Balai
Journal of Environmental Management, 2009(90):
Penelitian Kehutanan Manado.
1933-1949.
Martin, E & Winarno, B. (2010). Peran para pihak
Rosalina. (2010). Dua puluh dua DAS Kritis di
dalam pemanfaatan lahan gambut: Studi
Indonesia. Diunduh 20 Maret 2014 dari
kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir,
http://www.tempo.co/read/news/2010/10
Sumatera Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan
/19/173285772/22-DAS-di-Indonesia-
Kehutanan, 7(2), 81-95.
dalam-Keadaan-Kritis.
Meinzen-Dick, R., DiGregorio, M., & McCarthy,
Tarlock, A.D. 2003. The potential role of local govern-
N. (2004). Methods for studying collective
ments in watershed management. Pace environmental
action in rural development. Agricultural
law review. Paper 455. http://digitalcommons.
Systems, 82(3), 197-214.
pace.edu/envlaw/455.
Mitroff, I dan Linstone, H. (1993). The unbounded
mind. New York: Oxford University Press.
211
Ju
rnalAn
ali
si
sKe
bij
aka
nKe
hut
ana
n
Vol
.13No.1,
Apr
il2
016:2
03-21
2
212