Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PERAN PARA PIHAK DALAM PENGELOLAAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO HULU


(Analysis of Stakeholders Role in Bengawan Solo Upstreams Watershed
Management)

C. Yudi Lastiantoro & S. Andy Cahyono


Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS, Jl. A. Yani, PO Box 295,
Pabelan, Kartasura, PO Box 295 Surakarta, Indonesia
e-mail: bpk_solo_pp@yahoo.com; lastiantoro@yahoo.co.id; sandycahyono@yahoo.com

Diterima 15 Agustus 2015, direvisi 3 November 2015, disetujui 10 November 2016

ABSTRACT
Public participation increasingly required in resouces management decision-making. Necessary understanding of who affected
by decisions, and who had the power to influence and interest to decision. The purpose of this study was to analyze the role of the parties
in the management of the Upper Bengawan Solo Watershed. The study was conducted in the Upper Bengawan Solo Watershed which
located in Wonogiri District using qualitative approach and stakeholder analysis methods. The results indicated that there were
number of stakeholders who had a major interest and influence in the success of watershed management. Duties and functions
determined the degree of influence and interests of the institution. This implies that policy makers in watershed management should
take into account their aspirations in achieving successul of Upper Solo watershed management. Coordination is necessary in order to
avoid overlap, duplication, and achievement of goals.
Keywords: stakeholder analysis, stakeholders, watershed management role

ABSTRAK
Partisipasi publik semakin dibutuhkan dalam pengambilan keputusan pengelolaan sumber daya.
Diperlukan pemahaman siapa yang dipengaruhi pengambil keputusan, siapa yang memengaruhi dan
berkepentingan pada keputusan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran para pihak dalam
pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo bagian hulu. Penelitian ini dilakukan di DAS Bengawan
Solo Hulu yang terletak di Kabupaten Wonogiri dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif dan analisis
stakeholder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis peran para pihak diketahui bahwa
terdapat sejumlah pihak yang memiliki kepentingan dan pengaruh besar dalam keberhasilan pengelolaan DAS.
Tugas pokok dan fungsi menentukan besarnya pengaruh dan kepentingan institusi. Hal ini berimplikasi bahwa
para pengambil kebijakan dalam pengelolaan DAS harus mempertimbangkan aspirasi mereka dalam
mewujudkan keberhasilan pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu. Koordinasi diperlukan agar tidak terjadi
tumpang tindih, duplikasi, dan tercapainya tujuan.
Kata kunci: analisis stakeholder, para pihak, peran pengelolaan DAS

I. PENDAHULUAN bangan wilayah yang pada akhirnya menyebabkan


peningkatan bencana banjir, longsor dan
Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) di kekeringan (Nugroho, 2015). Pada tahun 2010 saja
banyak tempat di Indonesia saat ini perlu segera di berbagai wilayah Indonesia telah terdapat 22
ditangani, mengingat daya dukung dan daya DAS prioritas dari 120 DAS yang masuk kategori
tampung lingkungan semakin terlampaui dengan kritis untuk segera ditangani (Rosalina, 2010).
bertambahnya jumlah penduduk, urbanisasi, Beberapa DAS di Jawa yang termasuk prioritas
berkurangnya areal hutan dan kawasan resapan air, antara lain DAS Ciliwung, DAS Citarum, DAS
semakin meluasnya lahan kritis dan pengem- Cisadane, dan DAS Bengawan Solo. Kerusakan

203
Ju
rnalAn
ali
si
sKe
bij
aka
nKe
hut
ana
n
Vol
.13No.1,
Apr
il2
016:2
03-21
2

DAS disebabkan antara lain tingkat kesejehteraan II. METODE PENELITIAN


masyarakat yang rendah, belum optimalnya peran
para pihak dalam mengelola DAS, dan partisipasi A. Lokasi dan Waktu Penelitian
masyarakat yang rendah. Menurut Nugroho
DAS Bengawan Solo Hulu meliputi enam
(2015), kunci keberhasilan pengelolaan DAS
Sub DAS, yaitu: Sub-DAS Wuryantoro (7.333 ha),
adalah partisipasi masyarakat. Masyarakat
Sub-DAS Alang Unggahan (23.728 ha), Sub DAS
dilibatkan dan merasakan manfaat langsung
Solo Hulu (19.976 ha), Sub DAS Temon (6.753
dengan adanya pengelolaan DAS. Diakui bahwa
ha), Sub DAS Wiroko (20.580 ha), dan Sub DAS
partisipasi publik dan peran para pihak semakin
Keduang (42.644 ha). Luas seluruh DAS
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan
Bengawan Solo Hulu mencapai 121.014 Ha atau
pengelolaan sumber daya (Reed et al., 2009).
6,22% luas DAS Bengawan Solo (1.944.344 Ha),
Pengelolaan DAS pada prakteknya seringkali
dan semuanya bermuara di Waduk Gajah
mengalami konflik kepentingan dengan peman-
Mungkur (Departemen Kehutanan, 2009).
faatan lahan dan sumber daya yang lebih
Secara administratif, lokasi penelitian men-
berorientasi pada kepentingan sektoral dan
cakup luas 121.014 Ha yang berada di tiga puluh
perbedaan persepsi para pihak (Alviya et al., 2012;
kecamatan di dua kabupaten yaitu Kabupaten
Blackstock et al., 2012). Tarlock (2003) menyebut
Wonogiri (22 kecamatan) dan Kabupaten Pacitan
ketiadaan koordinasi dan kerja sama antar
(8 kecamatan). Secara geografis DAS Bengawan
pemerintahan, konflik antar sektor/kegiatan
Solo hulu terletak antara 7o32'8'' Lintang Selatan
merupakan permasalahan tidak efektifnya dalam o
dan 110 41'18'' Bujur Timur. Kabupaten Wonogiri
pengelolaan DAS. Oleh karena itu, dalam
berkepentingan untuk menyelamatkan Waduk
pengelolaan DAS koordinasi dan peran yang
Gajah Mungkur dari pendangkalan sehingga
dilakukan oleh setiap sektor atau para pihak dalam
SKPD-SKPDnya dilibatkan dalam pengelolaan
pengelolaan menjadi penting.
DAS Bengawan Solo Hulu. Kabupaten Pacitan
Bengawan Solo Hulu merupakan salah satu
mendukung apa yang diharapkan dari Kabupaten
DAS yang kritis di Pulau Jawa. Berbagai pihak
Wonogiri dalam rangka penyelamatan Waduk
mencoba mengatasi permasalahan pengelolaan
Gajah Mungkur dari sedimentasi, sehingga
sumber daya dalam DAS, sesuai dengan tugas
penelitian ini dipusatkan di Kabupaten Wonogiri.
pokok dan fungsi dari masing-masing institusi/
Penduduk di DAS Bengawan Solo Hulu mencapai
lembaga baik pemerintah daerah kabupaten
943.415 orang bermatapencaharian utama sebagai
melalui satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
petani (52,07%) dan sisanya bekerja di sektor
maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM)
perdagangan (15,91%), industri (11,24%), jasa
peduli lingkungan. Banyaknya institusi dan pihak
(10,25%) dan lainnya (10,53%). Selain itu, tingkat
yang terlibat dalam pengelolaan DAS Bengawan
migrasi sirkuler atau perpindahan penduduk
Solo Hulu seringkali menimbulkan permasalahan
sementara di daerah kabupaten Wonogiri men-
berkaitan dengan koordinasi perencanaan,
capai 113.095 orang (11,98%) dengan tujuan
pelaksanaan, dan evaluasinya. Diperlukan
migrasi, yaitu Jakarta, Bogor, Bandung dan Luar
pemahaman siapa yang dipengaruhi pengambil
Jawa (BPS Wonogiri, 2011).
keputusan, siapa yang memengaruhi dan
Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan
berkepentingan pada pengambilan keputusan
bulan mulai Bulan April-Desember 2011.
dalam suatu DAS. Berdasarkan uraian tersebut di
Penelitian diawali dengan studi literatur di bulan
atas, tujuan penelitian ini adalah menganalisis
April-Mei 2011 dan penelitian lapangan dari bulan
peran para pihak dalam pengelolaan DAS
Juni-Desember 2011.
Bengawan Solo Hulu, sehingga dapat diambil
kebijakan yang lebih tepat dalam memberikan
B. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
gambaran nyata di lapangan siapa yang berperan
penting dan berpengaruh dalam pengelolaan DAS Parapihak (stakeholder) adalah setiap individu,
Bengawan Solo Hulu. kelompok, organisasi atau institusi yang dapat

204
An
ali
si
sPe
ranPa
raPi
hakda
lamPeng
el
ol
aanAl
i
ranS
u n
gai...
C.YudiLa
sti
ant
oro&S
.AndyCah
yon
o

memengaruhi atau dipengaruhi dan mempunyai Data dan informasi yang terkumpul
kepentingan langsung atau tidak langsung dengan selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Meinzen-
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh individu, Dick et al. (2004) menyebut analisis data secara
kelompok, organisasi atau institusi (Mitroff dan kualitatif berguna untuk mengawali kajian tentang
Linstone, 1993; Colfer et al., 1999; Brinkerhorff aksi kolektif dan para pihak kunci tidak dipahami.
dan Crosby, 2002; Puspitojati et al., 2012). Analisis ini juga lebih fleksibel bagi peneliti dan
Pengumpulan data primer menggunakan teknik pengambil kebijakan dalam menentukan peubah
wawancara mendalam (deep interview). Responden yang dianggap berpengaruh.
ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Hasil identifikasi parapihak dalam penge-
Responden adalah para pejabat di semua institusi/ lolaan DAS selanjutnya diklasifikasikan menjadi
lembaga yang berperan dalam pengelolaan DAS empat kelompok yaitu (Reed et al., 2009): (1) Key
Bengawan Solo Hulu. Jumlah responden Players : memiliki interest (kepentingan) dan influence
sebanyak 30 pejabat. (pengaruh/wewenang) yang tinggi, (2) Context
Wawancara mendalam dilakukan untuk Setters : memiliki influence (pengaruh/wewenang)
memperoleh tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi tetapi interest (kepentingannya) rendah,
dari parapihak tersebut. Selanjutnya, tingkat (3) Subjects memiliki interest (kepentingan) yang
kepentingan dan pengaruh tersebut ditampilkan tinggi tetapi influence (pengaruh/wewenang)
dalam matriks kepentingan dan pengaruh para- rendah, dan (4) Crowd : memiliki interest
pihak dalam pengelolaan DAS (Bryson, 2003). (kepentingan) dan influence (pengaruh/wewenang)
Nilai peubah kepentingan dan pengaruh dari yang rendah. Hasil klasifikasi tersebut selanjutnya
parapihak diperoleh dari hasil total nilai ditampilkan dalam bentuk diagram yang menun-
pembobotan pada setiap indikator peubah. jukkan kepentingan dan pengaruhnya dalam
Jawaban atas pertanyaan terbuka dari parapihak pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu.
terhadap indikator kepentingan dan pengaruh Cara mengidentifikasi Key Player, Context
yang diperoleh kemudian di skoring berdasarkan Setters, Subjects dan Crowd dengan wawancara
pada Skala Likert. Pembobotan Skala Likert yang
kepada para kepala SKPD, kepala suatu unit kerja,
dipergunakan yaitu nilai 1 (sangat lemah), 2
ketua lembaga swadaya masyarakat maupun ketua
(lemah), 3 (sedang), 4 (kuat) dan 5 (sangat kuat)
kelompok masyarakat yang peduli pengelolaan
baik pada aspek kepentingan maupun pengaruh.
DAS. Metode menentukan suatu institusi itu

Sumber: Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo, 2004


(Source): Centre of Watershed Management Solo, 2004
Gambar 1. Peta Sub-sub DAS di DTW Gajah Gambar 2. Peta Administrasi K abupaten
Mungkur Wonogiri. Wonogiri.

205
Ju
rnalAn
ali
si
sKe
bij
aka
nKe
hut
ana
n
Vol
.13No.1,
Apr
il2
016:2
03-21
2

masuk Key Player, Context Setters, Subjects dan Crowd lembaga swadaya masyarakat, juga berperan
dengan diskusi antar para pihak (Grimble, 1998), dalam pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu.
baik dari SKPD, lembaga swadaya masyarakat DAS Bengawan Solo Hulu telah memiliki
(LSM) maupun kelompok-kelompok yang terkait grand design pengelolaan DAS yang disusun oleh
pengelolaan DAS. BPDAS Solo. Masing-masing institusi yang terkait
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu
dilibatkan dalam kegiatan sesuai dengan tugas
A. Identifikasi dan Peran Parapihak dalam pokok dan fungsinya. Penganggaran dana
Pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu dibiayai
APBN melalui (1) kegiatan BPDAS Solo yang
Peran para pihak yang terlibat dalam pe-
dilaksanakan oleh Bidang Kehutanan Dinas
ngelolaan DAS Bengawan Solo Hulu terdiri dari
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupa-
beberapa SKPD/lembaga/kelompok masyara-
ten, (2) kegiatan Balai Besar Wilayah Sungai-
kat, yang mempunyai fungsi dan tugas pokok yang
Bengawan Solo yang dilaksanakan oleh Bidang
berbeda tetapi saling melengkapi. Hasil inven-
Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
tarisasi tugas pokok dan fungsi dari masing-
dan Dinas Pengairan Energi dan Sumber daya
masing institusi terhadap peran parapihak yang
Mineral Kabupaten dan (3) APBD SKPD
terlibat dalam pengelolaan DAS disajikan pada
Kabupaten. Proses pengelolaan DAS mulai dari
Tabel 1.
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring-
Tabel diatas menunjukan tugas pokok dan
evaluasi disajikan sebagai berikut:
fungsi dari institusi berkaitan dengan pembagian
(a) Perencanaan pengelolaan DAS yang merupa-
peran (role sharing) dalam pengelolaan DAS.
kan Rencana Strategis (Renstra) tahunan dari
Bappeda berperan dalam mengkoordinir semua
setiap SKPD kabupaten yang telah disetujui
SKPD dalam pembagian peran setiap SKPD
dan dikoordinir oleh Bappeda Kabupaten.
terutama dalam perencanaan pengelolaan DAS
Adapun instansi terkait dalam proses
agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan antar
perencanaan adalah : (1) Balai Pengelolaan
SKPD. Selain institusi yang ada di daerah,
DAS Solo, (2) Bappeda Kabupaten, (3) Dinas
beberapa instansi pemerintah pusat seperti
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupa-
BPDAS Solo, BBWS Bengawan Solo, perusahaan
ten, (4) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
pemerintah (Perum Perhutani, PLN, PDAM) dan
Hortukultura Kabupaten, (5) Dinas Kehu-

Tabel 1. Fungsi lembaga pemerintah maupun masyarakat dalam pengelolaan DAS


Table 1. Functions of government and community institutions in watershed management
Fungsi Lembaga dalam pengelolaan DAS
No. Nama Lembaga (Institutions function in watershed management)
(No) (Institutions name) Perencanaan Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi
(Planning) (Implementation) (Monitoring and evaluation)
1 Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) X - X
2 Kantor Lingkungan Hidup X X X
3 Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan X X X
4 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
5 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura X X X
6 Badan Pemberdayaan Masyarakat X X X
7 Dinas Pengairan Energi dan Sumber Daya Mineral X X X
8 Dinas Pekerjaan Umum X X X
9 Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo X - X
10 Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo X - X
11 Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah X X X
12 Perum Jasa Tirta (PDAM) - X -
13 Perusahaan Listrik Negara - X -
14 Lembaga Swadaya Masyarakat - X X
Sumber: Analisis Data, 2011
Source: Data analysis. 2011

206
An
ali
si
sPe
ranPa
raPi
hakda
lamPeng
el
ol
aanAl
i
ranS
u n
gai...
C.YudiLa
sti
ant
oro&S
.AndyCah
yon
o

tanan dan Perkebunan Kabupaten, (6) Dinas nya, terutama instansi pemerintah pusat.
Pengairan, Energi, dan Sumber Daya Mineral Sebagai gambaran, BPDAS Solo merencana-
Kabupaten, (7) Kantor Lingkungan Hidup kan penanaman sejuta pohon di Sub DAS
Kabupaten, (8) Badan Pemberdayaan Wuryantoro, yang melaksanakan penanaman
Masyarakat Kabupaten, (8) Dinas Pekerjaan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Umum Kabupaten, (9) Balai Besar Wilayah Wonogiri; sementara pada bidang pengairan
Sungai Bengawan Solo, dan (10) Perum untuk membangun saluran irigasi atau
Perhutani Unit I Semarang. Pertama SKPD bendungan, yang merencanakan BBWS
mengajukan rencana kegiatan ke Bappeda Bengawan Solo yang melaksanakan Dinas
Kabupaten terkait pengelolaan DAS yang Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral
mengacu pada tugas pokok dan fungsi serta Kabupaten. Sehingga untuk pelaksanaan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu
masing-masing kabupaten (Wonogiri dan memerlukan sinergi dan koordinasi antar
Pacitan). Setelah dikoreksi dan dikonsultasi- instansi.
kan ke Bappeda, kemudian diperbaiki oleh (c) Monitoring dan evaluasi kegiatan. Bappeda
SKPD. Kepala SKPD memaparkan seluruh bersama SKPD yang akan dimonitor dan
biaya kegiatan pada tahun berjalan di hadapan dievaluasi, melaksanakan kegiatan moni-
Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat toring-evaluasi. Hasilnya dilaporkan ke
(DPRD) Kabupaten. Setelah direvisi dan bupati. Apabila kegiatan melibatkan banyak
disetujui DPRD Kabupaten, selanjutnya instansi maka semua masukan diterima dan
rencana kegiatan tersebut digunakan sebagai akan dipelajari relevansinya sesuai dengan
pedoman pelaksanaannya. Agar tidak terjadi Renstra-nya. Kendala yang dihadapi adalah
campur-aduk (over lapping) maka dibentuklah dalam menentukan waktu untuk bersama-
Forum SKPD Kabupaten yang bertemu sama memonitor dan mengevaluasi kegiatan
sebulan satu kali di ruang rapat Bappeda di setiap SKPD terkait pengelolaan DAS
dengan koordinator Bappeda Kabupaten Bengawan Solo Hulu. Implikasinya SKPD
Wonogiri. Dalam proses perencanaan, dinas melakukan monitoring-evaluasi kegiatannya
yang mengurusi bidang kehutanan di Kabupa- sendiri yang dilaksanakan oleh seksi evaluasi
ten Wonogiri dan Pacitan, berkonsultasi ke bersama kepala SKPD nya, tidak melibatkan
BPDAS Solo dan mengacu pada grand design Bappeda. Kegiatan monitoring dan evaluasi
yang disusun BPDAS Solo. dilakukan pada kwartal, tengah tahun dan
(b) Institusi yang terlibat dalam pelaksanaan akhir tahun. Sehingga pelaksanaan kegiatan-
pengelolaan DAS Bengawan Solo hulu, yaitu: nya tepat sesuai rencana kegiatan yang telah
(1) Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten, (2) ditetapkan. Institusi yang terlibat dalam
Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten, monitoring evaluasi kegiatan pengelolaan
(3) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan DAS antara lain (1) Bappeda Kabupaten, (2)
Hortikultura Kabupaten (4) Dinas Kehutanan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten, (3)
dan Perkebunan Kabupaten, (5) Dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupa-
Peternakan, Perikanan, dan Kelautan ten, (4) Dinas Peternakan, Perikanan, dan
Kabupaten, (6) Dinas Pengairan, Energi dan Kelautan, (5) Dinas Pertanian Tanaman
Sumber Daya Mineral Kabupaten, (7) Dinas Pangan dan Hotikultura Kabupaten (6) Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten, dan (8) LSM. Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, (7)
Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan DAS Dinas Pengairan, Energi, dan Sumber Daya
mengacu pada rencana yang telah disusun Mineral Kabupaten, (8) Dinas Pekerjaan
bersama dan setiap instansi melakukan Umum Kabupaten, (9) Balai Pengelolaan
kegiatan sesuai tugas pokok dan fungsi DAS Solo, (10) Balai Besar Wilayah Sungai
(Tupoksi) nya. Tidak setiap instansi yang Bengawan Solo, (11) Perum Perhutani Unit I
merencanakan kegiatan juga melaksanakan- Semarang, dan (12) LSM. Instansi yang

207
Ju
rnalAn
ali
si
sKe
bij
aka
nKe
hut
ana
n
Vol
.13No.1,
Apr
il2
016:2
03-21
2

bertanggung jawab dalam evaluasi kegiatan Manusia Kabupaten. Instansi ini berpengaruh
adalah instansi yang melaksanakan kegiatan dalam mengubah kebijakan dan keadaan DAS
tersebut. Bengawan Solo Hulu, dengan memberikan ijin
tambang galian C ke pihak ketiga. Sehingga
B. Analisis Parapihak kegiatan yang dilakukan kadang ada konflik
kepentingan dengan upaya pelestarian DAS.
Peran parapihak (Bryson, 2003) diklasifikasi-
kan dengan pendekatan interest (kepentingan) yang
3. Subjects.
berkaitan dengan pengelolaan DAS Bengawan
Solo Hulu. Influence (pengaruh/wewenang) Para pihak yang terkait sebagai Subjects adalah
merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Kondisi
dari SKPD/insitusi/lembaga sehingga ber- saat ini menunjukkan bahwa P3A belum mampu
pengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan pe- sepenuhnya mengelola jaringan irigasi yang
ngelolaan DAS Bengawan Solo Hulu. Parapihak menjadi kewenangannya. Hal ini disebabkan
memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan yang masih terbatasnya kemampuan sumber daya
berbeda dalam pengelolaan DAS Bengawan Solo manusia, kemampuan pembiayaan dan kelemba-
Hulu. Peran parapihak sesuai dengan tingkat gaannya (Balitbang Kimpraswil, 2004) Kelompok
kepentingan dan wewenangnya/pengaruhnya Tani, Kelompok Tani Hutan Rakyat, dan
dalam pengelolaan DAS disajikan pada Gambar 3. Kelompok Konservasi Tanah Air. Institusi ini
Hasil penempatan parapihak pada matriks di tumbuh berkembang bersama masyarakat
atas adalah sebagai berikut : sehingga lembaga-lembaga ini yang akan langsung
merasakan akibat dari kegiatan pengelolaan DAS
1. Key Players. khususnya berkaitan dengan produktivitas lahan
dan ketersediaan air. Penelitian Mairi et al. (2010)
Parapihak yang terkait sebagai Key Player
menemukan bahwa lembaga-lembaga ini tidak
adalah Dinas Pertanian, Perkebunan dan
berhak mengeluarkan peraturan atupun kebijakan
Kehutanan Kabupaten, Badan Lingkungan
terkait dengan pengelolaan DAS namun hanya
Hidup Kabupaten, Dinas Pekerjaan Umum
sebatas memberikan arahan-arahan dan saran.
bidang Pengairan dan LSM pemerhati lingkungan.
Lembaga-lembaga ini perlu diberi informasi yang
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mairi,
cukup dan tepat tentang pengelolaan DAS, karena
et al. (2010) yang menunjukkan bahwa di era
mereka akan berguna bagi proses penyusunan
otonomi daerah peran Dinas Kehutanan
perencanaan sampai pelaksanaan.
Kabupaten semakin berperan dalam pengelolaan
DAS.
4. Crowd.
Para pihak yang berperan sebagai Player
merupakan potensi besar dalam pengelolaan DAS Para pihak yang terkait sebagai Crowd adalah
Bengawan Solo Hulu. Para pihak ini harus Badan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas
dilibatkan secara penuh dalam setiap proses dan Peternakan Perikanan dan Kelautan, para petani
mendorong pengelolaan DAS. Hasil penelitian ini yang belum menerapkan usahatani berbasis
sejalan dengan penelitian Fatahillah (2013) yang konservasi tanah dan air dalam mengelola
menemukan bahwa parapihak yang memiliki lahannya. Institusi-institusi ini berpandangan
kepentingan dan pengaruh tinggi di DAS Garang bahwa pengelolaan DAS belum menjadi tujuan
adalah BBWS Pemali Jratun, Bappeda Provinsi utama dalam mendukung pengembangan
Jawa Tengah, BPDAS Pemali Jratun, Dinas kegiatannya sehingga pengelolaan DAS kurang
Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Badan diperhatikan. Badan Penelitian dan Pengem-
Lingkungan Hidup Jawa Tengah dan LSM Bintari. bangan Daerah (Balitbangda) kabupaten sampai
saat ini juga belum fokus meneliti terkait
2. Context Setters. pengelolaan DAS. Kondisi ini dikarenakan
kurangnya peneliti yang berlatar belakang
Para pihak yang terkait sebagai Context Setters
pengelolaan DAS.
adalah Dinas Pengairan, Energi dan Sumber Daya

208
An
ali
si
sPe
ranPa
raPi
hakda
lamPeng
el
ol
aanAl
i
ranS
u n
gai...
C.YudiLa
sti
ant
oro&S
.AndyCah
yon
o

Kepentingan tinggi A. Subjects B. Key Players


High interest
Lembaga/kelompok: - Dinas Pertanian Tanaman Pangan
- P3A (Perkumpulan Petani dan Hortikultura Kabupaten.
Pemakai Air) - Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten.
- Kelompok Tani
- Kantor Lingkungan Hidup
- Kel Tani Hutan Rakyat Kabupaten.
- Kel Konservasi Tanah dan
- Dinas Pekerjaan Umum
Air
Kabupaten.
- Bappeda Kabupaten.
- LSM Pemerhati Lingkungan
- BPDAS Solo
- BBWS Bengawan Solo
- Perum Perhutani I Jawa Tengah
- Perum Jasa Tirta (PDAM)
- Perusahaan Listrik Negara

D. Crowd C. Context Setters


- Badan Pemberdayaan Masya- - Dinas Pengairan, Energi dan
rakat Kabupaten Sumber Daya Mineral Kabupaten
- Dinas Peternakan, Perikanan
dan Kelautan Kabupaten
- Para petani yg tidak menerap-
kan usahatani konservasi

Rendah Tinggi
Low pengaruh/wewenang High
Influence
Sumber: Analisis data ,2011
Source: Data analysis, 2011

Gambar 3. Matriks Analisis Parapihak Kelembagaan Pengelolaan DAS


Figure 3. Matrix Analysis of Watershed Management of Institutional Parties

Disamping itu, terdapat faktor sosial yang memajukan pembangunan dan pengelolaan DAS
berpengaruh dalam pengelolaan DAS antara lain Bengawan Solo hulu. Temuan ini sejalan dengan
kepadatan penduduk, tingkah laku konservasi, hasil penelitian Martin dan Winarno (2010)
hukum adat, nilai tradisional, kelembagaan dan dimana kerja sama menjadi pengikat para pihak
budaya kerja sama atau gotong royong. Budaya dalam pemanfaatan dan usaha bersama di lahan
bekerja sama antar organisasi dan instansi dalam usahatani.

209
Ju
rnalAn
ali
si
sKe
bij
aka
nKe
hut
ana
n
Vol
.13No.1,
Apr
il2
016:2
03-21
2

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Ucapan Terimakasih


Ucapan terimakasih disampaikan kepada
A. Kesimpulan
Kepala Balai Penelitian Teknologi Kehutanan
Para pihak yang memiliki kepentingan dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS)
pengaruh besar dalam pengelolaan DAS, yaitu: Surakarta dan BAPPEDA beserta Dinas/
Bappeda, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Badan lembaga/institusi yang terkait pengelolaan DAS
Lingkungan Hidup dan Dinas Pekerjaan Umum di Kabupaten Wonogiri atas fasilitas dan data yang
Bidang Pengairan. Instansi tersebut terkait penulis jadikan bahan penulisan artikel ini.
langsung dengan pengelolaan DAS yang
dikoordinir oleh Bappeda Kabupaten Wonogiri.
Besarnya kepentingan dan pengaruh dalam DAFTAR PUSTAKA
pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu setiap
institusi tergantung pada tugas pokok dan fungsi Alviya, I., Salminah, M., Arifanti, V.B., Maryani, R
yang dibebankan kepada institusi tersebut. dan Syahadat, E. (2012). Persepsi para
Koordinasi sangat diperlukan antar instansi/ pemangku kepentingan terhadap penge-
lembaga terkait pengelolaan DAS, sehingga tidak lolaan lanskap hutan di daerah aliran sungai
terjadi tumpang tindih (over lapping) lokasi maupun Tulang Bawang. Jurnal Penelitian Sosial dan
kegiatannya. Untuk itu komunikasi intensif dan Ekonomi Kehutanan, 9(4), 171-184.
terbuka diperlukan untuk mengatasi persoalan
Balitbang Kimpraswil Puskim. 2004. Pemberdayaan
tersebut.
perkumpulan petani pemakai air (P3A). Jakarta:
Bappeda Kabupaten Wonogiri merupakan
Pusat Kajian SBEW.
koordinator Dinas/lembaga/kantor di kabupaten
Wonogiri yang terkait dengan pengelolaan daerah Blackstock, K.L., Waylen, K.A., Dunglinson, J.,
aliran sungai (DAS) wilayah hulu atau wilayah Marshall, K.M. (2012). Linking process to
kabupaten dominan. Instansi pemerintah pusat outcomes-internal and external criteria for a
seperti BBWS - BS, Perum Perhutani Jawa Tengah stakeholder involment in river basin
dan Balai Pengelolaan DAS Solo dibutuhkan management planning. Ecological Economics,
keberadaan dan kegiatannya di Kabupaten 77, 113-122.
Wonogiri karena dapat meningkatkan pemba-
Brinkerhoff, D.W and Crosby, L. (2002). Managing
ngunan infrastruktur dan mendorong peran
policy reform: Concepts and tool for decesion makers
institusi dalam pengelolaan DAS.
in developing countries and transition countries.
USA: Kumarian Press Inc.
B. Saran
Bryson, J.M. (2003). What to do when stakeholder
Institusi yang berperan sebagai Key Players
matter: A guide to stakeholder identification
perlu didorong agar berperan penuh atau tingkat
and analysis techniques. Paper presented at the
partisipasinya lebih ditingkatkan dan dilibatkan
London School of Economics and Political Science.
mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai
London: London School of Economics and
monitoring evaluasi dalam pengelolaan DAS
Political Science.
Bengawan Solo Hulu. Tugas pokok dan fungsi
para pengambil kebijakan dalam pengelolaan DAS Colfer, C.J.P., Prabu, R., Gronter, M., McDougall,
Bengawan Solo Hulu harus memper-timbangkan C., Porro, M.M, & Porro, M. (1999). Siapa yang
aspirasi stakeholder untuk mewujud-kan perlu dipertimbangkan. Menilai kesejahteraan
keberhasilan pengelolaan DAS. Koordinasi sangat manusia dalam pengelolaan hutan lestari
diperlukan agar tidak terjadi campur-aduk dan (terjemahan). Bogor: SMK Grafika Mardi
duplikasi untuk tercapainya tujuan penge-lolaan Yuana.
DAS Bengawan Solo Hulu.
Fatahillah, M. (2013). Kajian keterpaduan lembaga
dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS)

210
An
ali
si
sPe
ranPa
raPi
hakda
lamPeng
el
ol
aanAl
i
ranS
u n
gai...
C.YudiLa
sti
ant
oro&S
.AndyCah
yon
o

Garang Provinsi Jawa Tengah. (Skripsi). Paimin, Sukresno, dan Purwanto. (2006). Sidik
Semarang: Program Pasca Sarjana Univer- cepat degradasi Sub DAS. Bogor: Pusat
sitas Diponegoro. Semarang. Penelitian dan Pengembangan Hutan dan
Konservasi Alam.
Instruksi Menteri Kehutanan No: INS.3/
Menhut-II/2009 tentang luas DAS/Sub Puspitojati, T., Darusman, D., Tarumingkeng,
DAS Wilayah SWP DAS Solo. R.C., & Purnama, B. (2012). Pemangku
kepentingan yang perlu diberdayakan dalam
Grimble, R. (1998). Stakeholder methodologies in
pengelolaan hutan produksi: Studi kasus di
natural resource management. Socio-economic
kesatuan pemangkuan hutan Bogor. Jurnal
methodologies, best practice guidelines. Chatham.
Analisis Kebijakan Kehutanan, 9(3), 190-201.
UK.
Reed, M.S., Graves, A., Dandy, N., Posthumus, H.,
Mairi, K., Iwanuddin, Hidayah, H.N., Karundeng,
… , & Stringer, L.C. (2009). Who's in and
M.C dan Jafaruddin. (2010). Sistem kelem-
why? A typology of stakeholder analysis
bagaan pengelolaan DAS hulu (dalam Kabupaten).
methods for natural resource management.
(Laporan Hasil Penelitian). Manado: Balai
Journal of Environmental Management, 2009(90):
Penelitian Kehutanan Manado.
1933-1949.
Martin, E & Winarno, B. (2010). Peran para pihak
Rosalina. (2010). Dua puluh dua DAS Kritis di
dalam pemanfaatan lahan gambut: Studi
Indonesia. Diunduh 20 Maret 2014 dari
kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir,
http://www.tempo.co/read/news/2010/10
Sumatera Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan
/19/173285772/22-DAS-di-Indonesia-
Kehutanan, 7(2), 81-95.
dalam-Keadaan-Kritis.
Meinzen-Dick, R., DiGregorio, M., & McCarthy,
Tarlock, A.D. 2003. The potential role of local govern-
N. (2004). Methods for studying collective
ments in watershed management. Pace environmental
action in rural development. Agricultural
law review. Paper 455. http://digitalcommons.
Systems, 82(3), 197-214.
pace.edu/envlaw/455.
Mitroff, I dan Linstone, H. (1993). The unbounded
mind. New York: Oxford University Press.

211
Ju
rnalAn
ali
si
sKe
bij
aka
nKe
hut
ana
n
Vol
.13No.1,
Apr
il2
016:2
03-21
2

Lampiran 1. Peran institusi pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu


Appendix 1. The roles institutions to Bengawan Solo watershed
No. Nama SKPD Tupoksi Peran lembaga dalam pengelolaan DAS
1 Bappeda Menyelenggarakan tugas pemerintahan dan a. Menyusun rencana tata ruang dan tata
pembangunan di bidang perencanaan pembangunan wilayah
daerah. b. Koordinator perencanaan kegiatan instansi
terkait pengelolaan DAS
c. Pelaksana Monev pengelolaan DAS
2 BPDAS (Balai Pengelolaan Menyusun rencana, penyajian informasi, pengembangan a. Menyusun rencana pengelolaan DAS
DAS) Solo model kelembagaan dan kemitraan serta pemantauan b. Mengembangkan kelembagaan DAS
evaluasi daerah aliran sungai. c. Evaluasi DAS
3 BBWS Melaksanakan pengelolaan sumber daya air yang a. Menyusun rencana pengelolaan sumber
(Balai Besar Wilayah meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi daya air yang merupakan bagian dari DAS
Sungai) Solo dan pemeliharaan dalam rangka konservasi sumber daya b. Monitoring pelaksanaan pengelolaan
air, pengem-bangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air yang merupakan bagian
sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada dari DAS
wilayah sungai bengawan solo.
4 Dinas Pertanian Tanaman Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang Pelaksana dan evaluasi monitoring pengelolaan
Pangan dan Hotikultura pertanian tanaman pangan dan hortikultura DAS bidang tanaman pangan dan hortikultura
Kabupaten berdasarkan otonomi daerah dan tugas pembantuan
5. Dinas Kehutanan dan Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang Pelaksana dan evaluasi monitoring pengelolaan
Perkebunan Kabupaten kehutanan dan perkebunan berdasarkan otonomi DAS bidang kehutanan dan perkebunan
daerah dan tugas pembantuan
6 Kantor Lingkungan Hidup Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di Pelaksana dan evaluasi monitoring pengelolaan
Kabupaten bidang Lingkungan Hidup serta tugas pembantuan. DAS bidang lingkungan hidup
7 Dinas Pengairan Energi Melaksanakan urusan pemerintahan bidang pengairan, Pelaksana dan evaluasi monitoring pengelolaan
dan Sumber Daya Mineral energi dan sumber daya mineral serta tugas DAS bidang pengairan
pembantuan.
8 Dinas Pekerjaan Umum Melaksanakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan Perencana Pelaksana dan evaluasi monitoring
Kabupaten umum serta tugas pembantuan. pengelolaan DAS bidang perkerjaan umum
9 Dinas Peternakan, Melaksanakan urusan pemerintahan bidang peternakan Perencana Pelaksana dan evaluasi monitoring
Perikanan dan Kelautan perikanan dan kelautan serta tugas pembantuan. pengelolaan DAS bidang peternakan.
10 Badan Pemberdayaan Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Perencana dan evaluasi monitoring pengelolaan
Masyarakat daerah di bidang pemberdayaan masyarakat serta tugas DAS bidang pemberdayaan masyarakat
pembantuan.
11 Perum Perhutani I Pengelolaan hutan di pulau Jawa yang terdiri atas hutan Perencana dan evaluasi monitoring pengelolaan
produksi dan hutan lindung. DAS bidang kehutanan dan masyarakat secara
tidak langsung.
12 Libangda Kabupaten Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di Tidak terkait langsung dengan pengelolaan DAS
bidang penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta tugas pembantuan.
13 Dinas Perindustrian Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di Tidak terkait langsung dengan pengelolaan DAS
Perdagangan, Koperasi dan bidang perdagangan, koperasi dan usaha mikro, kecil
Usaha Mikro, Kecil dan dan menengah, dan tugas pembantuan.
Menengah
14 Dinas Perhubungan, Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di Tidak terkait langsung dengan pengelolaan DAS
Komunikasi dan bidang perhubungan, komunikasi dan informatika serta
Informatika tugas pembantuan.
15 Dinas Kebudayaan, Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di Tidak terkait langsung dengan pengelolaan DAS
Pariwisata, Pemuda dan bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga
Olahraga serta tugas pembantuan.
16 Badan Kesatuan Bangsa, Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di Tidak terkait langsung dengan pengelolaan DAS
Politik dan Perlindungan bidang kesatuan bangsa, politik dalam negeri dan
Masyarakat perlindungan masya rakat serta tugas pembantuan.
17 Kantor Staf Ahli Bupati Memberikan telaahan permasalahan pemerintah daerah Tidak terkait langsung dengan pengelolaan DAS
bidang hukum dan politik. pemerintahan,
pembangunan, kemasyarakatan dan sdm dan ekonomi
dan keuangan dan sebagai penghubung dengan
SEKDA.
18 PDAM Kabupaten Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di Tidak terkait langsung dengan pengelolaan DAS
bidang air bersih dan tugas pembantuan.
19 Perusahaan Listrik Negara Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di Tidak terkait langsung dengan pengelolaan
di Kabupaten bidang listrik dan tugas pembantuan. DAS
20 Lembaga swadaya Penyusunan dan pelaksanaan kegiatan bidang pemerhati Tidak terkait langsung dengan pengelolaan
masyarakat lingkungan dan tugas pendampingan kelompok DAS
konservasi tanah dan air di kabupaten

212

Anda mungkin juga menyukai