Anda di halaman 1dari 240

Kajian Epistemologi Terhadap Ilmu Hikmah Dan

Penyimpangan Prakteknya Dalam Masyarakat


(Studi Pada Wirid Hizib Asror Di Pesantren Nurul Hikmah
Bojonegara Serang-Banten)

Tesis

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memenuhi Gelar Magister Aqidah dan Filsafat Islam
(M.Ag)

Di susun Oleh:
Ahmad Wahyudin
NIM: 21160331000001

PROGRAM MAGISTER AQIDAH FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H
LEHBAN PENGESAHAN PA}ITIIA UJTATT

.
Tcsis bcddd'ICAJIAN EPISTEI,fOLOGI TERHADAP ILMU HIKI{AH ($azdi
Pda Yirid IMb A*a? Di Pe-sonfirn Nurut ttitzlah EoJotqam fuaag-Bertea1" trlatl
diujilm dalaur ri&ng E@rp Frlulus Uetuluddin UIN SfdfHidayeuillah Jrlmrln pda 27
A6nil 2020. Tosis iti Ehh ditcrima mb€li srhh sanr syrfl mcn?croldr gclu \lagistcr
Agura (M-A) trrh fekutns U$nluddn.

Jstsrt& 2l Mci 2020

SiduryTairTcttlup

Kctn Mcrrngtqp Anggots

NrP. te630701 r90fl)3 1 m3

tflP. ltft0ft? 190ffi 2ml l0 lge{o! 2 00f

PcdffiingI

Mesi Mrnsocr- t&q,


Ih,of. Dr-
NlP. t962r0619,m3 I m2
ABSTRAK
Pengamalan ilmu hikmah merupakan suatu kebiasaan yang sering
dilakukan bagi masyarakat Banten. Karena tingginya suatu kepercayaan
terhadap hal-hal yang bersifat supranatural. Masyarakat Bojonegara masih
meyakini bahwa dengan pengamalan ilmu hikmah segala urusan baik urusan
sosial maupun ekonomi dapat tercapai karena menganggap ilmu hikmah
mempunyai kekuatan yang dapat mempercepat keinginan secara pragmatis.
Bagi masyarakat Bojonegara ilmu hikmah yang berkembang saat ini ialah
suatu amalan yang berupa ayat al-Qur`an, do`a-do`a tertentu, wirid dan hizib
yang semata-mata dijadikan sebagai ikhtiyar untuk mendekatkan diri dan
meminta pertolongan kepada Allah SWT. Akan tetapi tanpa disadari masih
banyak masyarakat yang praktek pengamalannya tidak sesuai dengan ajaran
Islam Untuk Pengamalan ilmu hikmah tersebut biasanya, para warga dapat
berguru kepada sang kiyai, yang mengajarkan ilmu hikmahnya melalui
pesantren-pesantren, khusunya pesantren salafi, dari berbagai macam ilmu
hikmah yang di ajarkan lewat pesantren-pesantren tersebut, maka penulis
tertarik untuk meneliti tentang bagaiman memperoleh ilmu hikmah Wirid
Hizib Asror dan Penyimpangan prakteknya dalam masyarakat Bojonegara
Serang Banten
Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mendiskripsikan tentang apa itu
ilmu hikmah Wirid Hizib Asror, bagaimana proses memperoleh dan manfaat
lmu hikmah Wirid Hizib Asror, bagaimana kedudukan ilmu hikmah dalam
epistemologi, serta mendiskripsikan praktek pengamalan masyarakat sesuai
dengan ajaran Islam dan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Penelitian
ini, menggunakan metode kualitatif dengan Pendekatan epistemologi Islam,
teknik pengumpulan data yang digunakan Library Research dan Field
Research.
Ilmu Hikmah Wirid Hizib Asror ialah amalan-amalan baik berupa
bacaan zikir, dan do`a-do`a yang mampuh memberikan kekuatan spiritual
yang bersifat rahasia, yang diperoleh melalui niat, adanya seorang guru,
berijazah, berpuasa,wirid, dan Istiqamah. Kemanfaatan dari ilmu hikmah
Wirid Hizib Asror membantu mempercepat tercapainya keinginan menolak
suatu bahaya, dan pengobatan. Serta dilihat dari sebuah kedudukannya dalam
epistemologi Ilmu hikmah Wirid Hizib Asror jelas dapat dikatakan sebagai
epistemologi, sebab unsur-unsur dari sub ontologi, epistemologi dan
aksiologinya terpenuhi.

vi
ABSTRAC

The practice of wisdom is a habit that is often done for the people of
Banten. Because of the high trust in things that are Supranatural. Bojonegara
community still believes that by practicing wisdom all matters of both social
and economic affairs can be achieved because they consider wisdom to have
the power to accelerate wishes and expectations pragmatically. For the
Bojonegara community, the wisdom that is developing at this time is a
practice in the form of the Al- Qur'anic verses, certain wirid and hizib
prayers which are merely used as an endeavor to draw closer to Allah and
solely ask for help from Allah. Apart from that in practice there are still
many citizens who experience the science of wisdom that is not in
accordance with the teachings of Islamic law. In the practice of wisdom that
developed in the Bojonegara community of Serang Banten, residents can
learn from the Kiyai, which teaches its wisdom through pesantren especially
Salaf pesantren from various kinds of wisdom taught through these
pesantren. Then the writer is interested in researching about how to obtain
knowledge of wisdom Hizib Asror and irregularities in practice in the
Bojonegara community of Serang Banten.
The purpose of this research is : to describe what is the science of
wisdom wizards Hizib Asror, describes how the process of obtaining and the
process of practicing the wisdom lessons learned Hizib Asror, to find out the
benefits of Hizib Asror's wisdom lessons, describing how the position of
Hizib Asror's wisdom lessons in epistemology, as well as describing the
practice of community practice in accordance with Islamic teachings and that
is not in accordance with Islamic teachings.
In this research, the method used is a qualitative method using the
perspective of Islamic epistemology, data collection techniques used by
library research and field research, namely the method of collecting data
from books relating to the problem, and by conducting observations,
interviews and documentation.
Wirid Hizib Asror is a good practice in the form of reading, and
prayers that are able to provide spiritual power that is confidential, obtained
through intention, the existence of a teacher, certified, fasting, wirid and
istiqomah. The benefits of Wirid Hizib Asror's science of wisdom help
accelerate the achievement of the desire to resist a danger, and treatment.
And viewed from a position in the epistemology of the wisdom of wirid
Hizib Asror clearly can be said to be an epistemology, because the elements
of the sub ontology, epistemology and axiology are fulfilled.

vii
‫ملخص البحث‬

‫ممارسة علم الروحانيات أو يسمى أيضا بعلم احلكمة هي من العادات اليت كثر فعلها عند‬
‫اجملتمع يف باننت لشدة معتقدهم باألشياء الغيبية‪ .‬و كذالك اجملتمع يف بوجونيكارا ما زالوا أن يعتقدوا بأن‬
‫ممارسة علم الروحانيات أو علم احلكمة ميكن حتقيق مجيع األمور ادلتعلقة بالشؤون االجتماعية واالقتصادية‬
‫ألهنم يعتربون أن علم الروحانيات أو علم احلكمة لديها القدرة على تسريع الرغبات والتوقعات بشكل‬
‫عملي‪ .‬وبالنسبة إليهم أن علم الروحانيات أو علم احلكمة اليت شاعت بني أيدي جمتمعهم اليوم هي‬
‫القراءة من األيات القرآنية و األدعية ادلعينة و األوراد و األحزاب اليت اختذوها وسيلة للتقرب إىل اهلل و‬
‫االستعان فحسب‪ .‬بصرف النظر عن ذلك ‪ ،‬ال يزال هناك العديد من اجملتمع الذين ميارسون علم احلكمة‬
‫ال يتوافق مع تعاليم الشريعة اإلسالمية‪ .‬ففي ممارسة علم الروحانيات أو علم احلكمة اليت انتشرت يف‬
‫منطقة بوجونيكارا اليت تقع يف مدينة سريانغ باننت‪ ،‬ميكن اجملتمع أن يتعلم هذا العلم من وسيطة مرشد‬
‫يسمى كياهي من أنه يعلم يف ادلعاهد وخاصة يف معاهد السلف‪ .‬فمن خالل تنوع هذا العلم مع منهج‬
‫تعليمه يف كثري من ادلعاهد أعجبت الباحثة به أن يكون حبثا يف كيفية تعلم هذا العلم بواسطة قراءة حزب‬
‫األسرار وكيف احنراف عمليتها أثناء اجملتمع يف بوجونيكارا‪ ،‬سريانغ باننت‪.‬‬

‫فادلوضوع من هذا البحث هو التعريف ووصف ما يتعلق بعلم الروحانيات أو علم احلكمة‬
‫بواسطة قراءة حزب األسرار و كيفية األخذ يف تعلمها و ممارستها ‪،‬و فوائدها و التعريف عن منزلتها يف‬
‫نظرية ادلعرفة و ممارستها عند اجملتمع فيما يتعلق بالشريعة االسالمية من احنرافها ام ال‪.‬‬

‫فإن الطريقة ادلستخدمة هي طريقة نوعية باستخدام منظور نظرية ادلعرفة اإلسالمية ‪ ،‬وتقنيات‬
‫مجع البيانات اليت يستخدمها أحباث ادلكتبة والبحث ادليداين ‪ ،‬أي طريقة مجع البيانات من الكتب ادلتعلقة‬
‫بادلشكلة ‪ ،‬وإجراء ادلالحظة وادلقابلة والتوثيق‪.‬‬

‫علم الروحانيات أو علم احلكمة بواسطة قراءة حزب األسرار هي ممارسة القراءة من األذكار و‬
‫األدعية ادلعينة اليت تقدر على توفري قوة روحية سرية ‪ ،‬واليت يتم احلصول عليها عن طريق النية ‪ ،‬ووجود‬
‫ادلعلم ‪ ،‬و وجود السند ‪ ،‬والصيام ‪ ،‬وقراءة األوراد واالستقامة‪ .‬ومن فوائد هذا العلم يساعد على تسريع‬
‫حتقيق الرغبة يف رفض اخلطر والعالج‪ .‬وكذالك ميكن رؤيته من موقع يف نظرية ادلعرفة عن حكمة ويريد‬
‫حزيب أسور بوضوح أنه ميكن أن يكون نظرية ادلعرفة ‪ ،‬ألن عناصر األنطولوجيا وادلعرفية وادلعايرة تتحقق ‪.‬‬

‫‪viii‬‬
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya milik Allah SWT yang karena ridho-Nya,


penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, utusan
Tuhan manusia sempurna yang telah membawa pelita dalam
kehidupan ini. Semoga kita sebagai umatnya senantiasa diberikan
syafa`atnya serta ampunan yang berlimpah, amin.
Ucapan terima kasih yang teramat dalam selanjutnya saya
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Jeliman dan
Ibu Syarianah yang telah memberikan dorongan berupa materil
maupun imateril. Saya tahu betul untuk mendukung dalam
penulisan tesis ini bukanlah perkara biasa. Semoga segala kasih
sayangnya, hanya Allah SWT yang mampu membalasnya. Amin.
Ucapan terima kasih selanjutnya kepada rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar
Lubis,Lc.,M.A. beserta jajarannya yang memberikan kesempatan
untuk menimba ilmu pada almamater ini. Terutama kepada
pengelola Program Magister Fakultas Ushuluddin yang karena
terbatasnya ruang sulit untuk menyebutkan satu persatu. Namun
yang tidak terbatas adalah ucapan terima kasih atas pelayanan
yang maksimal dalam hal administrasi maupun dalam hal belajar
mengajar, yang juga telah menularkan semangat literasi, Dr.
Bustamin, SE,M.Si. dan Dr. Ahmad Fudhaili, M.A. Terlebih
kepada pembimbing tesis, Prof. Dr. Masri Mansoer, MA dan Dr.
Edwin Syarif, MA. Yang selalu meluangkan waktu dan pikiran

ix
x

untuk mendiskusikan persoalan tesis ini yang sama artinya telah


menuntut saya menuju pelita pemahaman.
Tidak lupa ucapan terima kasih pada keluarga yang di
Bojonegara yang selalu senantiasa mendukung dan mendo`akan
terselesainya penulisan tesis ini. Atas kesabarannya, semoga
menghasilkan “buah manis” nanti. Terlebih pada seseorang yang
setia menunggu dan selalu memberikan dorongan dan do`anya.
Selanjutnya, tak lupa kepada teman-temanku seperjuangan
terutama jurusan Filsafat Agama, terima kasih atas tradisi
akademis yang ditularkan dan diskusinya yang sangat
bermanfaat. Pada akhirnya, hanya Allah SWT yang mampu
membalas semuanya kebaikan. Amin.

Serang, Januari 2020

Penulis

Ahmad Wahyudin

x
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL.................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN.................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING........................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................. iv
ABSTRAK ........................................................................ ..... vi
KATA PENGANTAR........................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI.......................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN..................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................... 1

B. Batasan Masalah ............................................... 15

C. Rumusan Masalah .............................................. 17

D. Tujuan Penelitian ............................................... 18

E. Manfaat Penelitian.............................................. 18

F. Kerangka Pemikiran............................................ 19

G. Tinjauan Pustaka ................................................ 26

H. Metodelogi Penelitian ........................................ 28

I. Sistematika Penulisan ......................................... 34

xi
xii

BAB II KONDISI OBYEKYIF PONDOK PESANTREN


........................................................................................... 36

A. Nama dan Lokasi Pesantren Nurul Hikmah....... 36

B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Hikmah


.......................................................................... 39

C. Metode Pembelajaran Di Pondok Pesantren Nurul


Hikmah ............................................................. 62

D. Aktivitas Santri Pondok Pesantren Nurul


Hikmah............................................................... 65

E. Kondisi Sosial Pesantren Nurul Hikmah.......... 69

BAB III TEORI EPISTEMOLOGI ISLAM DAN ILMU


HIKMAH..................................................................... 74

A. Epistemologi Islam........................................... 74
1. Empiris ...................................................... 77
2. Rasional ..................................................... 85
3. Intuisi......................................................... 91
B. Ilmu Hikmah ..................................................... 105
1. Pengertian .................................................. 105
2. Dasar-dasar ilmu hikmah............................. 107
3. Ilmu Hikmah Dalam Epistemologi Islam ... 116
xiii

BAB IV EPISTEMOLOGI ILMU HIKMAH DALAM


WIRID HIZIB ASROR.......................................... 119

A. Pengertian, Dasar dan Amalan Wirid Hizib Asror


........................................................................... 119
B. Proses Memperoleh Wirid Hizib Asror ... ....... 98
C. Manfaat Ilmu Hikmah Wirid Hizib Asror ....... 135
D. Langkah-langkah Pengamalan Ilmu Hikmah Wirid
Hizib Asror.................................................... .. 146
E. Kedudukan Ilmu Hikmah Wirid Hizib Asror Dalam
Epistemologi..................................................... 152
F. Kritik Atas Praktek Ilmu Hikmah Dalam Masyarakat
Islam ................................................................... 161

BAB V PENUTUP................................................................ 167

A. Kesimpulan ..................................................... 167


B. Saran ................................................................. 168
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 170
LAMPIRAN ......................................................................... 180
PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Padanan Aksara
ARAB LATIN KETERANGAN
‫ا‬ a
‫ب‬ b be
‫ت‬ t te
‫ث‬ ts ted an es
‫ج‬ j je
‫ح‬ h ha dengan garis di bawah
‫خ‬ kh ka dan ha
‫د‬ d de
‫ذ‬ dz de dan zet
‫ر‬ r er
‫ز‬ z zet
‫س‬ s es
‫ش‬ sy es dan ye
‫ص‬ s es dengan garis di bawah
‫ض‬ d de dengan garis di bawah
‫ط‬ t te dengan garis di bawah
‫ظ‬ z ze dengan garis di bawah
‫ع‬ ʽ koma terbalik diatas hadap
kanan
‫غ‬ gh ge dan ha
‫ف‬ f ef

xiv
xv

‫ق‬ q ki
‫ك‬ k ka
‫ل‬ l el
‫م‬ m em
‫ن‬ n en
‫و‬ w we
‫ھ‬ h ha
‫ء‬ ʼ apostrof
‫ي‬ y ye

2. Vokal
Tanda Vokal Tanda Vokal Keterangan
Arab Latin
-----------َ----- A fathah
-----------َ---- I kasrah
-----------َ----- U dammah

3. Vokal Rangkap
Tanda Vokal Tanda Vokal Keterangan
Arab Latin
‫ ي‬--- Ai a dan i
‫ و‬--- Au a dan u

Contoh:
xvi

‫حول‬: kaifa ‫كيف‬: haula


4. Vokal Panjang (madd):
Tanda Vokal Tanda Vokal Keterangan
Arab Latin
‫ا‬ Ȃ a dengan topi di
atas
‫ي‬ Ȋ i dengan topi di
atas
‫و‬ Ȗ u dengan topi di
atas
Contoh:

‫قال‬ : qȃla ‫قيل‬ : qîla

‫رمى‬ : ramȃ ‫يقول‬ : yaqûlu

5. Ta Marbûtah
Ta Marbûtah jika berdiri sendiri maupun yang
bersambung dengan al (‫ ) ال‬di aksarakan menjadi huruf
“h”
‫ طلحت‬: Talhah
‫ المدينت المنورة‬: al- Madinah al-Munawwarah

6. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydid)


xvii

Transliterasi syaddah atau tasydid dilambangkan


dengan huruf yang sama, baik ketika berada di awal atau
di akhir kata.

Contoh:
‫ ن ّزل‬: nazzala
‫ الب ّر‬: al-birr

7. Kata Sandang “‫“ ال‬


Kata sandang “‫“ ال‬ ditransliterasikan dengan “ al “
diikuti dengan kata penghubung “-“, baik ketika bertemu
dengan huruf qamariyah maupuh huruf syamsiyyah.
Contoh:
‫القلم‬ : al-qalam
‫ الشمس‬: al-syams

8. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf capital
tidak dikenal, dalam alih aksara ini juga digunakan,
dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal
nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.
xviii

Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata


sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
sandangnya.
Contoh:
Abû Hȃmid al-Ghazȃlî, bukan Abû Hȃmid Al-Ghazȃlî
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama merupakan suatau aturan yang mengatur
kehidupan manusia agar menjadi teratur. Berbagai macam
perkembangan yang muncul dalam sebuah agama baik itu
perkembangan budaya, adat, sosial, atau ilmu pengetahuan.
Dalam sudut pandang ilmu-ilmu sosial pada umumnya,
agama adalah berkaitan dengan kepercayaan (belief) dan upacara
(ritual) yang dimiliki bersama oleh suatu kelompok masyarakat.1
Wallace mengatakan bahwa, agama adalah suatu perangkat ritual,
dirasionalisasikan oleh mitos-mitos, untuk menggerakkan
kekuatan supranatural dengan tujuan untuk memperoleh, atau
mencegah dan mengubah keadaan manusia dalam alam.2
Dalam sebuah disertasi yang ditulis oleh Muhammad
Athoullah Ahmad juga dijelaskan bahwa agama Islam datang dan
menyebar ke Indonesia telah dipengaruhi oleh ajaran mistik yakni
Islam Sufi, disamping dipengaruhi mistik tasawuf/tarekat, Islam
juga telah diwarnai berbagai aliran, baik itu aqidah ataupun
fiqiyah, dalam perkembangannya pengaruh aliran itu sampai
sekarang masih terasa dan dirasakan oleh manusia.3
Melihat sebuah perkembangan ilmu pengetahuan yang
seharusnya diiringi pula dengan meningkatnya tingkat

1
Amri Marzali, “Agama dan Kebudayaan”, dalam UMBARA :
Indonesian Journal of Anthropology, Volume 1, 1 Juli 2016, h. 59.
2
Marzali, “Agama dan Kebudayaan”..., h. 61.
3
Muhammad Athoullah Ahmad, “Ilmu Hikmah Di Banten”, (Desertasi
Program pasca Sarjana, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004), h. 4.

1
2

rasionalisme dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena esensi dari


ilmu pengetahuan ialah untuk menjelaskan suatu kejadian secara
logis dan membuktikannya secara empiris melalui metode
penelitian ilmiah. Ilmu pengetahuan yang berkembang
merupakan hasil dari kemampuan manusia mengembangkan
pemikiran-pemikiran kritis dan logis yang mempertahankan asas
empiris bukan sesuatu yang tidak logis seperti ilmu-ilmu yang
memiliki kekuatan supranatural, akan tetapi, dalam kenyataannya
dan realita yang terjadi justru tidak menunjukkan korelasi positif
antara perkembangan ilmu pengetahuan dan tingkat rasionalisme
dalam masyarakat, seperti pemikiran mengenai ilmu-ilmu yang
memiliki kekuatan supranatural paling terasa pengaruhnya dalam
masyarakat ialah fenomena tentang makna dari angka-angka atau
huruf.4 Misalnya huruf-huruf di bawah ini:

‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬

‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫د‬

‫م‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬


‫ح‬ ‫م‬ ‫د‬ ‫م‬

Angka-angka di atas ini bila ditulis dan membawanya


dapat menimbulkan kekuatan-kekuatan dari angka-angka yang

4
Karel Karsten Himawan, Pemikiran Magis Ketika Batas Antara Magis
dan Logis Menjadi Biasa, (Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2013), h.
74-75.
3

ditulis tersebut.5 Seperti: (1) Aman dari gangguan/serangan


musuh. (2) Selamat dari niat jahat orang lain. (3) Terhindar dari
gangguan Jin dan Syetan.(4) Selamat dari hasutan orang yang
dengki. (5) Terhindar dari gangguan binatang buas.

‫ط‬ ‫ي‬ ‫ح‬ ‫م‬


‫ط‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ي‬
‫م‬ ‫ط‬ ‫ي‬ ‫ح‬
‫ي‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ط‬

Huruf-huruf di atas ini bila digunakan memiliki khasiat


untuk pengobatan, salah satunya penyakit yang dapat
disembuhkan oleh huruf-huruf/rajah di atas ini ialah bila mana
seseorang menderita penyakit ayan, salah satu cara
menggunakannya pertama, tulislah rajah nama Allah “Al-
Muhiith” ini pada keping besi, lalu buatlah kalung untuk
dipakaikan kepada orang yang menderita penyakit ayan, insya
Allah dengan izin Allah SWT orang tersebut akan mendapatkan
kesembuhan.
Selanjutnya manfaat dari huruf-huruf di atas ini dapat
digunakan untuk anak kecil yang suka menangis, caranya
kalungkan rajah ini yang sudah dibuat kalung kepada anak kecil

5
M. Arif S, Rahasia Ilmu Ghaib Al-Ghazali Intisari Kitab Al-Aufaq,
(Surabaya: Mutiara Ilmu, 1990), h. 5-6
4

yang rewel (suka menangis), insya Allah tangisan anak tersebut


akan segera terhenti.6
Selain dari pada itu dilihat dari misi Islam yang
dikembangkan oleh Khulafa al-Rasyidin, yakni pada
pemerintahan Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali, pada masa
pemerintahan mereka Islam membedah antara Timur dan Barat,
yakni Persia dan Romawi yang pada saat itu merupakan dua
raksasa yang menguasai Timur dan Barat. Perkembangan Islam
ini telah bersentuhan dengan budaya lain, sehingga terjadi
asimilasi pada tempat-tempat tertentu. Dengan persentuhan dan
pergesekan itu, perkembangan ilmu pengetahuan pun tumbuh
dengan pesat seperti halnya perkembangnya ilmu-ilmu agama
dalam berbagai dimensinya, begitu pula dengan asimilasi
pengetahuan luar yang diadopsi Islam melalui penerjemahan dan
komentar para ahlinya mengalami kepesatan, sehingga ilmu itu
akhirnya menjadi milik Islam.
Dalam perkembangannya, ilmu-ilmu keagamaan
mempunyai warna dan karakteristik tertentu, sehingga dapat
dibedakan satu sama lain seperti ilmu-ilmu yang bersumber dari
al-Qur`an yaitu, ilmu tafsir, ilmu qira`at, asbah al-Nuzul dan lain-
lain, dari sunnah tumbuh ilmu dirayah dan riwayat, rijal al-Hadis,
asbab al-Wurud dan seterusnya, begitu pula ilmu fiqih, nahwu,
sharaf dan lain sebagainya. Adapun ilmu dari luar seperti halnya
ilmu mantiq, ilmu nujum, (perbandingan, astronomi), sastra, dan
lain-lainnya mempunyai bidang masing-masing, salah satu ilmu

6
Miftahus Salim, Senjata Orang Mukmin, (Surabaya: Ampel Mulia,
2003), h. 3
5

yang berkembang di dunia yang tercampur dari luar yakni


kepercayaan atau agama sebelum Islam adalah ilmu hikmah yang
merupakan ilmu terapan dengan melalui riyadhah (latihan) dan
mujahadah (kesungguhan).7
Adapaun pengertian ilmu hikmah di sini ialah ilmu yang
membicarakan rahasia dan kegunaan huruf, ayat dan surat dalam
al-Qur`an dengan cara tertentu untuk suatu tujuan.
Pernyatan di atas ini penulis rasa cukup jelas untuk
dijadikan sebuah gambaran tentang suatu kebenaran akan adanya
ilmu-ilmu yang memiliki unsur kekuatan-kekuatan yang didapat
melalui riyadhah-riyadhah. Karena bila kita lihat dari fenomena
yang ada di masyarakat aktivitas kehidupan sehari-harinya begitu
dipengaruhi oleh ajaran agama, akulturasi budaya yang dinamis,
ditambah lagi dengan masih tingginya tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap ajaran-ajaran yang memiliki unsur magis.
Begitupun dalam masyarakat Banten, sebagaimana kita
ketahui bahwa masyarakat Banten bukan hanya terkenal dengan
masyarakat yang relegius serta bukan hanya dikenal dengan
masyarakat yang taat dengan ajaran agama, akan tetapi juga
memiliki reputasi yang kuat sebagai surga bagi praktik ilmu
hikmah yang menghasilkan kekuatan-kekuatan supranatural
dengan melalui sebuah riyadhah dari praktik ilmu hikmah.8 Oleh
karena itu, tidak mengherankan apabila masyarakat Banten
khususnya masyarakat Bojonegara saat ini dalam mewujudkan

7
Athoullah Ahmad, “Ilmu Hikmah Di Banten...”, h. 3.
8
Ayatullah Humaeni, llmu Hikmah Dalam Demokrasi Lokal Banten,
(Jakarta: Kultura Jakarta, 2014), h. 5.
6

suatu tujuan dan keinginan atau yang lainnya, masih


menggantungkan harapan mereka pada kekuatan-kekuatan
supranatural seperti kekuatan yang dihasilkan dari pengamalan
ilmu hikmah yang berkembang saat ini. Mereka percaya betul
bahwa dengan meminta bantuan para ahli hikmah seperti kiyai
dan dengan amalan ilmu hikmah yang diberikannya mampu
membantu mewujudkan tercapainya suatu keinginan dan tujuan.
Tercatat dalam sebuah sejarah bahwa dahulu pemikiran
Islami yang ada di Indonesia khususnya Banten pada saat itu
berkiblat kepada pemikiran Ki Nawawi (sebutan akrab Syekh
Muhammad Nawawi) baik itu tafsir, fiqih, tasawuf, dan ilmu-
ilmu lainnya. Dengan ilmu-ilmunya yang luas dan dalam, Syekh
Nawawi mendapat gelar Al-Allȃmah (orang yang sangat
mendalam pengetahuannya tentang agama). Selain Ki Nawawi,
terkenal pula Ki Abdul Karim (paman Ki Nawawi) ia sebagai
orang yang mengembangkan tarekat Qodiriyah-Naqsyabandiyah
yang murid-muridnya bertebaran di Banten, tidak sedikit ahli
tarekat mengembangkan ilmu hikmah. Sebagai contoh yang dapat
diambil bahwa perang Cilegon pada tahun 1888, yang dipelopori
oleh K.H. Wasyid, dijiwai oleh ajaran tarekat yang
dikembangkan oleh Ki Abdul Karim, hanya dengan modal parang
dan golok dan diberi sugesti dengan amalan-amalan serta wirid
oleh ahli tarekat yang mengembangkan ilmu hikmah, mereka
melawan Belanda yang pada saat itu sudah mempunyai peralatan
modern seperti tank, bedil mesin dan semacamnya, meskipun
7

akhirnya Ki Wasyid beserta rombongannya, dipukul mundur oleh


kompeni Belanda.9
Dalam beberapa penjelasan masyarakat bahkan sampai
kepada para tokoh dan kiyai di masyarakat setempat khususnya
masyarakat Bojonegara Serang-Banten. Bapak KH. Bahaudin
mengatakan 80% dari ±3000 warga penduduk masyarakat Desa
Lambangsari Kecamatan Bojonegera yang meminta bantuan
kepada para ahli hikmah, seperti kepada para kiyai, yang mereka
yakini bahwa seorang kiyai itu mampu serta menguasai ilmu
hikmah atau mempunyai banyak amalan-amalan ilmu hikmah,
dengan melalui amalan tersebut sebuah keinginan dan tujuannya
menjadi mudah tercapai. Semua ini mereka lakukan sebagai
ikhtiar untuk mempercepat dan mempermudah agar suatu
keinginannya menjadi terwujud. Mereka bisa melakukan dengan
cara mengamalkan bacaan, do`a-do`a atau amalan-amalan ilmu
hikmah yang dianggap bisa membantu terwujudnya suatu
keinginannya, baik itu urusan untuk usaha (perdagangan) agar
supaya dagangannya cepat terjual, keasihan, pengobatan, ilmu
penjagaan diri, dan masih banyak yang lainnya, yang lebih
menarik lagi ialah keberadaan sosial ekonomi yang kurang
menentu, situasi politik dan keamanan yang kurang stabil, yang
mengakibatkan masyarakat mencari alternative dalam pemecahan
problem hidup, salah satunya dengan pengamalan ilmu hikmah
tersebut.10

9
Athoullah Ahmad, “Ilmu Hikmah Di Banten...”, h. 8.
10
Wawancara pribadi dengan Bahaudin, Bojonegara, 05 Januari 2019.
8

Selain dari pada itu, Ustadz Sukari menuturkan bahwa


manyarakat Bojonegara Serang Banten, masih erat dan terkenal
dengan praktik-praktik ilmu hikmah seperti halnya dalam
masalah sosial dan politik, hampir seluruh masyarakat Banten
masih mempercayai para kiyai yang mempunyai amalan ilmu
hikmah untuk mencapai kedudukan sosial. Misalnya dalam hal
pemilihan Kepala Desa, hampir seluruh calon Kepala Desa
mendatangi para ahli-ahli hikmah untuk membantu mereka
memenangkan pilkadesnya. Ini menandakan bahwa tingginya
kepercayaan masyarakat Banten khususnya masyarakat
Bojonegara terhadap hal-hal yang memiliki kekuatan suprnatural
seperti yang berkembang saat ini di Bojonegara ialah praktik-
praktik ilmu hikmah, yang sangat berperan penting dalam
kehidupan masyarakat sebagai ikhtiar mereka dalam menjalani
kehidupannya untuk lebih baik atau untuk lebih maju lagi.11
Dengan kekuatan-kekuatan yang dihasilkan dari praktik-
praktik ilmu hikmah itulah yang dipercayai dan diyakini oleh
masyarakat bahwa mampu memenuhi keinginan-keinginan dan
harapan-harapan yang bersifat pragmatis, yang tidak bisa
dipenuhi dengan cara-cara yang bersifat rasional dan ilmiah,
seringkali dimanfaatkan oleh masyarakat Banten untuk
memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan
sosial mereka. Kekuatan praktik ilmu hikmah ini tidak hanya
digunakan untuk kepentingan-kepentingan yang bersifat personal,
seperti pengobatan, untuk menimbulkan kewibawaan dan cinta,
tetapi juga untuk kepentingan-kepentingan yang bersifat komunal
11
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 Desember 2018.
9

seperti dalam upacara-upacara adat, pemilihan kepala desa, dan


lain-lain.
Hal lain yang bisa kita lihat dan dapat dijadikan contoh,
yakni sangat banyaknya kegiatan-kegiatan masyarakat Banten
khususnya di daerah Bojonegara. Misalnya dalam bidang
olahraga Volly Ball. Sebuah pengalaman pribadi penulis, yang
sering mengantar teman untuk pergi ke kiyai meminta suatu
amalan berupa wirid atau yang berbentuk wafaq, yang digunakan
untuk suatu kesohoran atau kekuatan agar terlihat kuat dari
teman-teman dan lawan-lawannya dalam bermain. Serta ada juga
wafaq tersebut digunakan untuk sebuah kelanacaran dalam
bidang usaha, asihan, dan menambah kewibawan. Hal ini Sesuai
dengan kemanfaatan sebuah wafaq, bahwa wafaq bisa digunakan
untuk menambah kewibawaan, menarik rizki dan masih banyak
lainnya.12
Kasus lain yang dapat dijadikan contoh, hal ini dituturkan
oleh Ustadz Syatibi bahwa sering sekali warga masyarakat
khususnya masyarakat Bojonegara yang meminta amalan ilmu
hikamah kepada sang kiyai, sebagai media untuk menambah
kewibawaan dan meningkatkan aura. Karena bagi orang-orang
tertentu di masyarakat Bojonegara, wibawa dan aura manusia
dapat ditambah, diubah atau dipoles dengan cara tertentu, dan
dengan amalan-amalan ilmu hikmah yang mereka yakini
mempunyai daya magis, agar orang yang sebelumnya terlihat
biasa saja menjadi terlihat berwibawah, lebih disegani, lebih

12
M. Arif S. & Abu Shofia, Rahasia Ilmu Ghaib al-Ghazali, Intisari Kitab
Al-Aufaq…, h. 34.
10

muncul auranya ketika dilihat oleh orang lain. Selain dari pada itu
dilihat dalam kehidupan ekonomi, banyak sekali para pedagang,
pengusaha, maupun yang bekerja di instansi pemerintahan dan di
perusahaan, juga memanfaatkan kekuatan ilmu hikmah sebagai
bagian dari usaha mereka memeperoleh rezeki yang berlimpah
serta memperoleh jabatan tertentu. Kedangan mereka kepada para
ahli hikmah tentunya seorang kiyai, dengan beragam tujuan dan
kepentingan, hal ini menunjukkan betapa tingginya kepercayaan
masyarakat Bojonegara yang masih menggantungkan kesuksesan
dan kelancaran perekonomian mereka kepada hal-hal peraktik
ilmu hikmah yang dijadikan sebagai ikhtiyar bagi
kehidupannya.13
Dalam perkembangan ilmu hikmah pada masyarakat
Banten khususnya masyarakat Bojonegara yang menjadi suatu
alasan, megapa hingga saat ini ilmu hikmah semakin
berkembang. Karena selain faktor ekonomi, dan tingkat
keyakinan masyarakat yang tinggi terhadap kekuatan-kekuatan
yang didapat dari praktik ilmu hikmah, yang mereka yakini
melalui pengamalan ilmu hikmah dapat mempercepat
terwujudnya suatu keinginan dan tujuan, juga karena mereka
menganggap bahwa ilmu Allah sangatlah luas.14 Hal ini sesuai
dengan firman Allah Swt yang berbunyi:

13
Wawancara Pribadi dengan Syatibi, Bojonegara, 25 Desesmber 2018
14
Wawancara Pribadi dengan Bahaudin, Bojonegara, 25 Desesmber 2018
11

ُۗ َ ُّ ًَۡ‫ص ُدٔر ُكىۡ أَ ۡٔ حُ ۡب ُدُِٔ َي ۡعه‬


‫ٱّللُ َٔيَ ۡعهَ ُى َيا فِي‬ ْ ُ‫قُ ۡم إٌِ حُ ۡخف‬
ِ ُ ‫ٕا َيا ِفي‬
ۡ
: ٌ‫يز( ال عًزا‬ ٞ ‫ٱّللُ َعهَ َٰى ُك ِّم َش ۡي ٖء قَ ِد‬ ِ ُۗ ‫ث َٔ َيا فِي ٱۡلَ ۡر‬
َ َٔ ‫ض‬ ِ َٕ َٰ ًَ َٰ ‫ٱن َس‬
)٩٢
“Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada
dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahui".
Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang
ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. ( QS.
Al-Imran: 29). Dalam surat yang lain Allah Swt berfirman yang
berbunyi:

‫ب ََل يَ ۡعهَ ًَُٓآ إِ ََل ُْ َۚ َٕ َٔيَ ۡعهَ ُى َيا فِي ۡٱنبَ ِّز َٔ ۡٱنبَ ۡح َۚ ِز َٔ َيا‬
ِ ‫َٔعُدِ يفاحح ۡٱن َغ ۡي‬
‫ب‬ ٖ ‫ض َٔ ََل َر ۡط‬ ِ ‫ج ٱۡلَ ۡر‬
ۡ ِ ًَ َٰ ُ‫حَ ۡسقُطُ ِيٍ َٔ َرقَ ٍت إِ ََل يَ ۡعهَ ًَُٓا َٔ ََل َحب َٖت فِي ظُه‬
) ٩٢ :‫يٍ(اۡلَعاو‬ ٖ ِ‫ب ُّيب‬ ٖ َ‫س إِ ََل فِي ِك َٰخ‬
ٍ ‫َٔ ََل يَا ِب‬
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai
daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan
tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak
sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam
kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”. ( QS. Al-An`am: 59).
Ustadz Syarifudin menuturkan bahwa dengan adanya
anggapan bahwa ilmu Allah Swt itu sangat luas dan tak terbatas,
dan Allah akan mengajarkan kitab hikmah dan apa yang belum
diketahui manusia, maka segala kemungkinan bisa terjadi. Oleh
karenanya apa yang diusahakan oleh pengamal ilmu hikmah
dengan permohonan yang sungguh-sungguh dapat terkabul. Ini
salah satu pertolongan Allah SWT yang diberikan kepada
ahlinya. Semakin dekat ahli hikmah kepada Allah sesuai dengan
12

tuntunannya, makin banyak ma`unah (pertolongan) yang


diterimanya.15

Dari beberapa uraian di atas, maka munculah sebuah


pertanyaan: bagaimana manusia mampu menguasai atau
mendapatkan kekuatan-kekuatan yang dimunculkan dari amalan-
amalan ilmu hikmah?
Berbicara ilmu hikmah, kita ketahui bahwa ilmu hikmah
adalah suatu amalan spiritual yang berupa ayat-ayat al-Qur`an
doa-doa tertentu atau amalan-amalan hizib yang berbahasa arab
dan diimbangi dengan laku batin untuk mendekatkan kepada
Allah Swt, serta membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati.
Kemudian yang dimaksud amalan hizib di sini adalah bacaan
yang isi kandungannya tidak melanggar syariat Islam. Ilmu
hikmah bisa dipelajari melalui amalan berupa zikir, tabarruk,
menyendiri, membersihkan hati, bersikap bijaksana atau
riyadhah sesuai ajaran para guru atau ulama. Sesungguhnya
dalam al-Qur`an terkadang banyak sekali rahasia-rahasia yang
hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang dibukakan hatinya
oleh Allah SWT. Kemampuan memahami secara mendalam
terhadap al-Qur`an, dan as-Sunnah itulah anugerah terbesar dari
Allah SWT, yang bisa dimiliki oleh setiap orang, begitu juga
kemudahan dalam mengamalkannya.16

15
Wawancara Pribadi dengan Syarifudin, Bojonegara, 05 Januari 2019.
16
Masrukhan, Ketua Asosiasi Para Psikologi Nusantara, Perum Pankis
Griya Jawa Tengah, artikel diakses Pada 20 Januari 2019 dari http://www.ilmu
Hikmah.Com-Pusat belajar ilmu Hikmah. html
13

Dalam berbagai faidah dan fungsinya, ilmu hikmah


terbagi dalam tiga bentuk. Pertama, bentuk tulisan yang lazim
disebut wafaq, yang sering kali disebut azimat, yang berarti
keteguhan, karena diyakini dapat membantu mendapatkan
keteguhan setalah berdo`a atau mengamalkannya. Isi dari azimat
tersebut ada yang berupa ayat-ayat al-Qur`an, asma Allah, nama-
nama Nabi, nama malaikat atau nama orang-orang shalih. Serta
ada pula yang berisi huruf atau angka-angka Arab dalam
rangkaian tertentu.
Kedua, berupa bacaan ilmu hikmah berupa bacaan ini
banyak ragamnya, seperti ratib, yaitu rangkaian do`a susunan dari
ayat-ayat al-Qur`an dan zikir ma`tsur, yaitu zikir dari Rasulullah
SAW yang diijazahkan secara umum kepada umat (manusia).
Ada pula amalan yang berupa hizib, yaitu do`a perlindungan yang
berupa hizib yang disusun oleh para auliya yang ijazahnya
diberikan secara khusus.
Bentuk ilmu hikmahyang ketiga berupa amalan, yang
biasanya berupa puasa atau shalat sunnah, serta menyertai
pengamalan bacaan ilmu hikmah atau penulisan wifaq.17 Wafaq,
Rajah, Isim dan Hizib adalah empat kata yang sangat populer
dalam ilmu hikmah, serta banyak sekali yang diajarkan oleh para
kiyai di pesantren-pesantren tradisional yang sering disebut
sebagai ilmu hikmah. Melalui cara-cara tersebut, para praktisi

17
Perdana Ahmad, Ilmu Hikmah Antara Karamah dan Kedok
Perdukunan, (Magersaren Delanggu klaten : Wafa Press, 2009), h. 26-27.
14

ilmu hikmah berusaha mendapatkan kemampuan yang diluar


kewajaran.18
Dalam sebuah kefaidahan ilmu hikmah di atas jelas bahwa
banyak amalan-amalan didalam ilmu hikmah yang diamalkan
melalui zikir dan wirid, seperti wirid hizib, dari semua wirid hizib
itu mengandung fungsi dan makna tujuannya.
Selanjutnya, dari sebuah data yang penulis dapat dari
kitab yang menjadi acuan oleh para santri Pondok Pesantren
Nurul Hikmah di Bojonegara Serang Banten, dimana pesantren
itu salah satu pesantren yang menekuni pengamalan ilmu hikmah
yang semua amalan-amalan ilmu hikmahnya itu dikumpulkan
dalam sebuah kitab Majmuatul Ahkam,(kitab yang disusun oleh
pimpinan pondok pesantren yang dijadikan sebagai acuan dalam
pengalaman ilmu hikmah), kitab ini sebuah kumpulan-kumpulan
ilmu hikmah yang di dalamnya banyak terisi dengan berbagai
macam amalan ilmu hikmah seperti Wirid Hizib Barqi, Hizib
Asror, Hizib Mubarok, Hizib Nasor, Hizib Zailani Baghdadi,
Hizib Syih Abdil Qodir Zailani, Hizib Darul A`la, Hizib Bahri,
Hizib Nawawi, Hizib, Rifa`i, Hizib Dollah, Hizib Barqi, Hizib
Istighasiyah, Hizib Salamah, Hizib Tawassul, Hizib Bhukhari,
Hizib Latif, dan lain lain. Pada pesantren ini dalam pengamalan
ilmu hikmahnya bukan hanya dari kalangan santrinya saja yang
dapat mempelajari ilmu hikmah, akan tetapi banyak warga
masyarakat yang meminta dan mengamalkan amalan ilmu
hikmah sesuai dengan tujuan dan keinginan mereka.

18
Perdana Ahmad, Ilmu Hikmah Antara Karamah dan Kedok
Perdukunan..., h. 27.
15

Berdasarkan penjelasan di atas, berbicara tentang ilmu


hikmah dan pengamalan ilmu hikmah dalam proses menjalani
kehidupan di masyarakat Bojonegara Serang Banten ini menjadi
subyek yang menarik untuk dikaji serta diungkap, karena sangat
diketahui bahwa ilmu hikmah ini salah satu peran penting sebagai
bentuk ikhtiyar dalam kehidupan masyarakat Banten khususnya
masyarakat Bojonegara.
Selanjutnya, dilihat dari permasalahan-permasalahan di
atas penulis sangat tertarik untuk dijadikan sebuah penulisan tesis
dengan judul, “Kajian Epistemologi Terhadap Ilmu Hikmah” (
Studi Pada Wirid Hizib Asror Di Pondok Pesantren Nurul
Hikmah Bojonegara Serang-Banten)

B. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan dan pertanyaan yang
mengaburkan maka fokus dari penelitian ini perlu dikasi batasan
masalah. Dalam hal ini penulis membatasi hanya seputar ilmu
hikmah mengenai wirid hizib yaitu ilmu hikmah wirid hizib
asror. Adapun pengertian ilmu hikmah di sini ialah ilmu yang
membicarakan rahasia dan kegunaan huruf, ayat dan surat dalam
al-Qur`an dengan cara tertentu untuk suatu tujuan.
Dalam kajian ilmu hikmah wirid hizib di sini sesuai
dengan apa yang berkembang di daerah Bojonegara Serang
Banten, bahwa amalan wirid hizib ini ialah sebagai silah
(senjata). Jadi bisa disimpulkan bahwa Hizib di sini suatu amalan
atau do`a-do`a yang dapat dijadikan sebuah senjata bagi
kehidupan masyarakat.
16

Dalam kajian ilmu hikmah, wirid hizib asror ini penulis


akan menguraikan suatu pembahasan yang berkaitan dengan
Epistemologi wirid hizib asror, dimana kajian ini berkaitan
dengan apa, bagaimana proses memperoleh amalan wirid hizib
asror serta apa manfaat dari ilmu hikmah Wirid Hizib Asror
tersebut.
Secara garis besar penelitian ini penulis fokuskan
pembahasannya meneganai ilmu hikmah di Banten yaitu kajian
terhadap epistemologi wirid hizib asror di Pondok Pesantren
Nurul Hikmah, yang bertempat di daerah Bojonegara Desa
Lambangsari Serang-Banten.
Secara fenomena Pondok Pesantren Nurul Hikmah ini
dipimpin oleh Ustadz Sukari. Beliau sangat menganjurkan kepada
santrinya untuk mengamalkan ilmu hikmah, bahkan yang
mengamalkan ilmu hikmah di pesantren ini bukan hanya para
santri, akan tetapi banyak orang-orang dari warga masyarakat
yang meminta amalan-amalan kepada Ustadz Sukari Pimpinan
Pondok Pesantren Nurul Hikmah sesuai dengan apa yang
diinginkan atau tujuan si peminta.
Ilmu hikmah dalam wirid hizib asror yang penulis
maksudkan ini ialah amalan-amalan atau do`a-do`a, zikir dan
wirid yang dianggap oleh orang-orang Banten, khususnya para
santri di Pondok Pesantren Nurul Hikmah dan umumnya
masyarakat Desa Lambangsari, Kec.Bojonegara Serang-Banten
bahwa ilmu hikmah tersebut semata-mata dijadikan sebagai
ikhtiyar untuk mendektkan diri kepada Allah serta meminta
pertolongan hanya kepada-Nya, lebih tepatnya bahwa ilmu
17

hikmah yang berkembang di masyarakat Bojonegara ini juga


dapat disebut dengan istilah mujarobat.
Selanjutnya dalam penulisan penelitian ini, penulis
menggunakan pendekatan epistemologi. Dalam pandangan Harun
Nasution, epistemologi ialah ilmu yang membahas tentang apa
pengetahuan itu dan bagaimana memperolehnya.19 Maka inti dari
sebuah penulisan ini tidak lain membahas apa Ilmu Hikmah
Wirid Hizib Asror itu, Bagaimana proses memperolehnya,
bagaimana proses pengamalannya dan apa tujuan atau manfaat
ilmu hikmah Wirid Hizib Asror ini.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari permasalahan latar belakang di atas,
dapat dijadikan momentum untuk bahan pertanyaan yang cukup
menarik untuk dikemukakan, tetapi penulis akan memberikan
beberapa point permasalahan untuk diteliti, dengan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa itu ilmu hikmah Wirid Hizib Asror ?
2. Bagaimana proses memperoleh dan pengamalan Wirid
Hizib Asror di Pesantren Nurul Hikmah ?
3. Apa manfaat dan kegunaan ilmu hikmah Wirid Hizib
Asror?
4. Bagaimana kedudukan ilmu hikmah Wirid Hizib Asror
dalam perspektif epistemologi?

19
Harun Nasution , Falsafah Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h.
10
18

5. Bagaimana praktek ilmu hikmah di masyarakat yang


diajarkan syariat Islam dan yang tidak disyari`atkan oleh
ajaran Islam

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebuah dari pada
untuk mengetahui masalah-masalah yang tercatan dalam
penulisan karya ilmiah ini di antaranya ialah:

1. Untuk mendeskripsikan tentang Wirid Hizib Asror.


2. Untuk mendeskripsikan tentang bagaimana proses
memperoleh serta pengamalannya ilmu hikmah Wirid
Hizib Asror di Pesantren Nurul Hikmah.
3. Untuk mendeskripsikan tentang manfaat dan untuk apa
kegunaan ilmu hikmah Wirid Hizib Asror.
4. Untuk mendeskripsikan tentang kedudukan ilmu hikmah
Wirid Hizib Asror dari segi epistemologi.
5. Untuk mendeskripsikan praktek ilmu hikmah dalam
masyarakat yang sesuai dengan syari`at Islam dan yang
tidak disyari`atkan oleh ajaran Islam.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini setidaknya memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran seputar pengamalan ilmu hikmah,
khususnya dengan pengamalan ilmu hikmah dalam Wirid
Asror di Bojonegara Serang-Banten, sehingga bisa menjadi
rujukan tambahan bagi pemerhati sosial dan budaya Banten
19

bahwa mereka masih banyak yang memanfaatkan kekuatan-


kekuatan supranatural melalui ilmu hikmah sebagai ikhtiyar
masyarakat Banten sebagai jalan pintas untuk membantu
mempercepat tercapainya keinginan atau tujuan.
2. Dapat memberi sumbangsih dalam khazanah ke Islaman,
sedikitnya bisa memberi penerangan dan menjawab
pertanyaan akan kejelasan setatus keabsahan ilmu hikmah
ini. Syukur-syukur penulis pun berharap hasil dari penelitian
ini bisa dikembangkan lebih lanjut hingga diterbitkan
menjadi sebuah buku ilmiah yang nantinya bisa menjadi
bahan konsumsi, serta dapat menjadi sebuah bahan rujukan
bagi peneliti dalam suatu riset dan penulisan terkait ilmu
hikmah selanjutnya.

F. Kerangka pemikiran
Islam, sebagai agama yang memiliki nilai-nilai universal
bagi kehidupan manusia. Sebenarnya Islam sendiri telah memberi
jalan cukup jelas tentang keberadaan dan kebenaran ilmu-ilmu
yang memiliki unsur kekuatan supranatural. seperti unsur
kekuatan dari angka-angka atau huruf-huruf yang berfungsi
sebagai petunjuk untuk memahami alam, mengenali jiwa, alam
spiritual dan pada akhirnya kepada Tuhan. 20
Ketika masyarakat Islam berhadapan dengan tradisi-
tradisi lokal seperti Yunani, Persia, India, warisan Arab kuno
(seperti Ibrani, Kaldea, Suryani) yang kaya dengan praktik mistik

20
Mohammad Sondan Arfando, Misteri Angka Di Balik al-Qur`an,
(Malang: Perestasi Pustaka Raya, 2008), h. 19.
20

(penerjemahan makna bilangan) karena bagi bangsa Ibrani


penerjemahan makna bilangan di anggap sangat penting, mereka
meyakini bahwa susunan huruf Ibrani ini terkait dengan kekuatan
21
Tuhan. Sehingga masyarakat Islam terdorong dan terilhami
untuk mengaktifkan kembali kegiatan ini sesuai dengan nilai-nilai
Islam.
Kemudian muncul istilah dalam Islam yaitu Ulum al-
Hikam yang berisi antara lain rahasia-rahasia huruf al-Qur`an
yang mengandung kekuatan, rahasia do`a-do`a, rahasia asma
ilahi, rahasia ayat-ayat ilahi dan sebagainya, dari berbagai
kontemplasi dan pengolahan spiritual, para tokoh yang disebut
akhirnya mampu merumuskan berbagai formulasi kekuatan
ruhaniyah yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Qur`an. Setiap
pecahan huruf Arab yang terkandung dalam al-Qur`an itu
memiliki kekuatan tertentu bila diamalkan .22
Seperti diceritakan dalam sebuah legenda para wali Islam
bahwa kemenangan Islam sering dihubungkan dengan
keunggulan zikir, wirid dan do`a-do`a para wali Islam. Karena itu
banyak orang yang berasusmsi bahwa pesatnya perkembangan
Islam pada masa itu melalui jalur tarekat, karena ajaran-ajarannya
yang dekat dengan budaya masyarakat saat itu, seperti praktik-
praktik ilmu hikmah melalui bacaan do`a-do`a, wirid dan zikir 23

21
Sondan Arfando, Misteri Angka Di Balik al-Qur`an..., h. 18.
22
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),
h. 127-128
23
Moh.Hudaeri, Debus Dalam Tradisi Masyarakat Banten, (Serang: FUD
Press, 2010), h. 2
21

Ilmu hikmah juga dapat disebut sebagai kebenaran dalam


memahami sesuatu dan mengajarkannya, pengetahuan yang benar
adalah sifat yang tersusun rapi dalam jiwa, dan juga salah satu
ilmu spiritual Islam yang membimbing kita mengenal ajaran-
ajaran Allah SWT dan sunah Rasul-Nya. Selain dari pada itu ilmu
hikmah juga mengandung arti sebuah keutamaan dan kemuliaan
yang menjadikan penyandangnya mampu menempatkan segala
sesuatu pada tempatnya.24 Sedangkan lukman al-Hakim
memandang hikmah merupakan sesuatu yang bisa didapatkan
dengan duduk bersama orang-orang shalih yang dijadikan
panutan, sebagaimana dalam wasiatnya kepada anaknya: “ wahai
anakku, duduklah bersama para ulama dan bersimpuhlah
dihadapan mereka dengan kedua lututmu. "25
Selanjutnya dari beberapa pandangan yang berkaitan
dengan ilmu hikmah di atas, mungkin tidaklah mudah untuk kita
menguasai kekuatan yang dihasilkan dari pengamalan ilmu
hikmah tersebut. banyak cara dan riyadha-riyadha untuk kita bisa
sampai menguasai kekuatan yang di hasilkan dari amalan ilmu
hikmah tersebut. seperti dalam perkataan Jakob Sumardjo, yang
mana:
“Manusia dapat mengusai, memiliki dan memanfaatkan
daya-daya kekuatan ilmu hikmah dengan cara pandang yang
sama, yakni melalui jalan tengah. Kalau manusia makan dengan
cara biasa (budaya), maka ia harus makan dan minum diluar

24
Perdana Ahmad, Ilmu Hikmah Antara Karamah dan Kedok
Perdukunan..., h. 19-21.
25
Mahmud Muhammad al-khazandar, Al-Hikmah, Penerjemah
Mohammad Iqbal al-Ghazali, (Jakarta: Islam House, 2009), h. 2.
22

budaya. Misalnya tidak makan untuk beberapa hari, atau makan


diluar kebiasaan (puasa), atau ia harus pantang makanan tertentu,
minum air putih saja. Kalau manusia tidur secara biasa, maka ia
tidak tidur. Kalau manusia bisa bergaul, ia justru harus
menyendiri. Kalau manusia mandi secara biasa, ia harus tidak
mandi atau malah mandi terus menerus kungkum26 (berendam
dalam air selama berjam-jam pada waktu malam dengan maksud
menahan hawa nafsu).27

٣ ٌَُٕ‫صهَ َٰٕةَ َٔ ِي ًَا َر َس ۡق ََُُٰٓىۡ يُُفِق‬ ِ ‫ٱنَ ِذيٍَ ي ُۡؤ ِيٌَُُٕ بِ ۡٱن َغ ۡي‬
َ ‫ب َٔيُقِي ًٌَُٕ ٱن‬
Artinya: “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki
yang kami anugerahkan kepada merekah”. ( QS. Al-Baqarah: 3).

Melihat eksistensi “ilmu hikmah”, secara subtantif telah


diabadikan dalam al-Qur`an, sesuai firman Allah Swt. (Q.S. Al-
Baqarah: 269). Allah Swt menganugerahkan al-hikmah
(kefahaman yang dalam tentang al-Qur`an dan as-Sunnah)
kepada siapa saja yang dikendakinya. Serta barang siapa yang
dianugerahi hikmah ia telah dianugerahi karunia yang banyak.28
Dalam latar belakang yang penulis uraikan di awal, bahwa
dilihat dari kefaidahannya ilmu hikmah memiliki bermacam-
macam amalan-amalan yang terkandung didalamnya, yang
amalan-amalan tersebut di amalkan melalui zikir dan wirid seperti

26
Jakob Soemardjo, Arkeologi Budaya Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit
Qalam , 2013), h.14
27
KBBI Online, diakses Pada 0 8 Januari 2020 dari
https://kbbi.web.od/kungkum.html.
28
ٗ ِ‫ي ُۡؤحِي ۡٱن ِح ۡك ًَتَ َيٍ يَ َشآ َۚ ُء َٔ َيٍ ي ُۡؤثَ ۡٱن ِح ۡك ًَتَ فَقَ ۡد أُٔحِ َي خ َۡي ٗزا َكث‬
‫يزا‬
23

wirid hizib yang macam-macam wirid tersebut memiliki arti,


makna dan tujun tertentu.29
Dengan masing-masing wirid atau do`a yang sering
ditentukan bilangannya dalam pembacaannya, biasanya sesuai
dengan kekuatannya yang ada di dalam wirid atau do`a-do`a itu.
Pengertian yang dapat diambil ialah bahwa do`a dan wirid dapat
menjembatani manusia dengan kebutuhannya dan Tuhan yang
memiliki apa yang dibutuhkan itu. Para ahli hikmah telah
mengembangkan teknik-teknik membuat wirid dan do`a untuk
keperluan seperti itu. Teknik itu dikembangkan dalam apa yang
disebut asrar al-huruf (rahasia-rahasia huruf) dan asrar al-asma
(rasia-rahasia nama Tuhan)..30 karena bagi para ahli hikmah
bahwa setiap huruf atau kalimat dalam al-Qur`an itu jika
diberdayakan maka akan ada kekuatan yang dahsyat di dalamnya.
Selanjutnya berkaitan dengan pengamalan praktik ilmu
hikmah di daerah Bojonegara Serang Banten ini tidak begitu
terbuka ataupun dari ahli hikmah pun tidak memberikan
pemberitahuan bahwa dirinya membuka praktik pengamalan ilmu
hikmah. Karena pengamalan ilmu hikmah itu tidak bisa
diamalkan secara paksa serta tidak kepada tempat-tempat
terbuka. Selain dari pada itu juga dilihat dari kepemilikan bahwa
tidak semua orang memiliki dan mahir dalam ilmu hikmah,
biasanya orang yang terpercaya dan dianggap mampu dalam ahli
hikmah yaitu kiyai, yang mengajarkan ilmu hikmahnya lewat
dunia pesantren-pesantren, karena di dalam pesantren itulah

29
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu..., hal.130
30
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu..., hal.130
24

tempat yang pas untuk mempelajari ilmu hikmah yang berkaitan


dengan pengamalan atau riyadhah dalam kehidupan sehari-hari,
seperti shalat, zikir, atau wirid yang tidak dapat ditinggalkan
dalam keseharian. Oleh karena itu berdasarkan fenomena dan
kenyataan itu penulis melakukan penelitian mengenai ilmu
hikmah ini bertempat di pesantren Nurul Hikmah Bojonegara
Serang Banten.
Dalam khazanah tradisi pesantren dikenal apa yang
disebut dengan sastra pesantren, yakni sastra yang lahir dan
berkembang di dalam komunitas pesantren ciri-ciri sastra
pesantren tersebut adalah (1) lahir dan berkembang setelah sekitar
abad ke-19, (bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa, bahasa
Arab, kadang bercampur bahasa Arab dan Jawa, (3) tulisan yang
dipakai adalah tulisan Arab Jawa (pegon) dan tulisan Arab, (4)
lahir dan berkembang dikawasan pondok pesantren, dan (5)
isinya berkisar masalah tauhid, fiqih, ilmu kalam dan do`a-do`a.31
Sastra sendiri yaitu bahasa dalam karya tulis yang mampu
menggetarkan jiwa.32 Hal itu banyak sekali ditemukan dalam
dunia pesantren, melihat dari suatu perkembangannya, sastra
pesantren terbagi ke dalam tradisi tulis dan tradisi lisan. Salah
satu tradisi lisan pesantren ini meliputi naskah-naskah tentang (1)
puji-pujian, (2) biografi orang-orang suci, (3) al-Barzanji, (4)
Wirid, (5) Hizib, dan (6) wifiq. Puji-pujian biasanya dibuat
berdasarkan sumber tertentu, misalnya al-Qur`an, al-Burdah,

31
Muhammad Abdullah, “Fungsi Wirid dan Hizib dalam Sastra Lisan
Pesantren”, dalam Metasastra Vol. 4 No. 1, Juni 2011, h. 38.
32
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo Lestari , 1998),
h. 502.
25

atau Syaraful Anam. Higiografi orang suci adalah cerita orang-


orang suci dalam sejarah Islam atau orang-orang suci dari
kalangan sufi, misalnya cerita sufi Syeh Abdul Qadir Al-Jailani,
yang terkenal dengan sebutan Manakib Syaih Abdul Qadir
Jailani, cerita tentang Syaikh Abu Hasan asy-Syazali, atau
Quaysy al-Qarni. Dalam tradisi Jawa dikenal teks wawancan
Syeh Berzanji adalah teks tulis yang biasa di lisankan bersama
dalam bulan Rabiul Awal, untuk memperingati lahirnya Nabi
Muhammad Saw.33 Sastra pesantren yang banyak dikembangkan
dalam tradisi pesantren adalah tradisi lisan yang masih banyak
dipraktikkan oleh para santri, seperti pembacaan sastra lisan yaitu
wirid dan hizib. wirid adalah amalan yang berisi bacaan zikir,
do`a-do`a amalan-amalan lain yang biasa dibaca secara rutin
setiap hari dalam waktu tertentu.34 Selain dari pada itu bacaan-
bacan wirid dan hizib dapat menggetarkan dan menenangkan
jiwa.
Dalam tradisi santri, amalan wirid terbagi dalam dua
macam, yakni (1) bacaan wirid yang bersifat amm `umum`, yakni
zikir jahri atau zikir yang dibaca dengan formula eksoterik atau
dalam bentuk amalan lahir menurut beberapa ukuran tertentu,
seperti membaca istigfar beberapa ratus kali. (2) bacaan wirid
yang bersifat khas `Khusus`, yakni zikir yang dikerjakan secara
samar-samar tanpa suara. Misalnya, dengan wirid hizib. Hizib

33
Didit Januansyah, “Peran Wirid Hizib Dalam Kehidupan Santri”,
(Skripsi Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri SMH Banten,
2013), h. 7.
34
Muhammad Abdullah, “Fungsi Wirid dan Hizib dalam Sastra Lisan
Pesantren…”, h. 39.
26

ialah amalan-amalan yang berisi do`a-do`a ma`tsurat, yang


merupakan peninggalan dari Nabi SAW dan do`a-do`a mustajab
yang dibaca menurut waktu tertentu. Biasanya hizib diamalkan
untuk menghadapi bahaya besar atau untuk menghancurkan
musuh yang mengancam dan dibaca dengan kaifiyah (cara)
tertentu.35 Sesuai dalam kamus munawwir kata hizib pun

diartikan sebagai ‫ان ِّسالَ ُح‬ yang berarti senjata.36 Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan pesantren ialah salah


satu kehidupan yang penuh dengan berbagai kajian-kajian
keagamaan serta praktik-praktik ke Islaman salah satunya praktik
ilmu hikmah.

G. Tinjauan Pustaka
Dalam kajian tentang ilmu hikmah tentunya sudah banyak
ditulis atau diteliti. informasi tentang ilmu hikmah di Banten yang
berkaitan dengan amalan-amalan ilmu hikmah seperti wirid hizib
ini masih sangat jarang diteliti orang apalagi penelitiannya di
daerah Bojonegara Serang Banten, belum ada yang meneliti
untuk dijadikan sebuah karya ilmiah. Beberapa penulis asal
Banten sudah mendiskusikan ilmu hikmah di daerah Banten
dalam berbagai perspektif, akan tetapi sejauh pengetahuan
penulis tidak ada satu karya pun yang meneliti tentang ilmu
hikmah di Banten mengenai Wirid Hizib Asror ini.

35
Muhammad Abdullah, “Fungsi Wirid dan Hizib dalam Sastra Lisan
Pesantren…”, h. 39
36
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Munawir Arab – Indonesia
Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progresif, 19884), h. 259.
27

Beberapa tulisan tentang ilmu hikmah di Banten yang


ditulis oleh beberapa penulis lokal diantaranya: Tihami dalam
tesisnya Kiyai dan Jawara di Banten: Studi Tentang Agama, ilmu
hikmah, dan kepemimpinan di Desa pesanggrahan serang,
Banten. Tulisan ini membahas tentang kyai dan Jawara sebagai
figur-figur karismatik yang memanfaatkan kekuatan dari ilmu
hikmahnya mereka sebagai alat untuk melegitimasi
37
kepemimpinan dalam masyarakat. Tulisan ini juga membahas
bagaimana seorang kiyai atau jawara memanfaatkan kemampuan
suprnatural yang didapat dari amalan-amalan ilmu hikmah, untuk
memperoleh pengakuan masyarakat bahwa mereka memang
layak untuk diangkat dan dianggap sebagai pemimpin
masyarakat.
M. Athoullah Ahmad dalam karya tulisnya juga
membahas tentang “Ilmu Hikmah Di Banten Study kajian Praktik
Islam Mistik Di Baten”. M.Athoullah Ahmad lebih banyak
mendiskusikan konsep ilmu hikmah di Banten berdasarkan
pandangan historis yang hanya melihat secara umum, baik dari
segi perkembangan ilmu hikmah di Banten serta jenis dan
kegunaan ilmu hikmah di Banten tetapi dalam tulisanya sama
sekali tidak menyinggung mengenai amalan-amalan ilmu hikmah
seperti wirid hizib .38

37
Tihami, Kiyai dan Jawara di Banten: Studi Tentang Agama, Magic, dan
kepemimpinan di Desa pesanggrahan serang, Banten, (Tesis Program Studi
Antropologi, Universitas Indonesia Jakarta,1992)
38
Muhammad Athoullah Ahmad, Ilmu Hikmah Di Banten, (Desertasi,
Program pasca Sarjana UIN Jakarta, 2004-2005)
28

Ahmad Zainal Arifin dalam tulisan skripsinya yang


berjudul, Kedudukan Ilmu Hikmah Dalam Sudut Pandang
Epistemologi Dan ilmu Pengetahuan “Sebuah Studi Deskriptif
Tentang Praktik Keilmuan Hikmah di Wilayah Banten”. Pada
tulisan ini membahas ilmu hikmah yang hanya dilihat dari titik
fokus pembahasannya hanya pada beberapa corak keilmuan
hikmah berupa, ilmu laduni, ilmu pelet, asihan, ilmu hadiran,
ilmu kekebalan tubuh dan ilmu pengobatan. Serta melihat
kedudukan ilmu hikmah serta peraktik pengamalannya dilihat
dari sudut pandang epistemologi dan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya, Rahmat Fazri dalam tulisan skripsinya yang
berjudul, Zikir dan Wirid Sebagai Metode Penyembuhan
Penyakit, Studi Kasus Pada Yayasan Sinar Jati di Bandar
Lampung. Pada tulisan ini membahas bagaimana ilmu hikmah
yakni zikir dan wirid adalah salah satu bentuk alternatif bagi
masyarakat untuk penyembuhan penyakit.
Dari semua karya tulisan mengenai Ilmu Hikmah di atas
lagi-lagi para penulis tidak membahas atau menyinggung
mengenai amalan-amalan ilmu hikmah yang terkait dengan wirid
hizib asror.

H. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah
metode kualitatif dengan menggunakan perspektif epistemologi
Islam. Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai
penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata
29

lisan maupun tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari
orang-orang yang diteliti.39 Jenis penelitian ini yaitu studi kasus
lapangan.

2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek darimana
data dapat diperoleh.40 Dalam penelitian ini penulis
menggunakan dua sumber data yaitu:
a. Sumber data primer, ialah data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya,
yaitu Kiyai Sukari sebagai pimpinan Pondok
Pesantren Nurul Hikmah, santri serta sebagian
masyarakat.
b. Sumber data sekunder, ialah data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari
sumber pertama, data ini diambil dari buku-buku yang
berkaitan dengan penelitian ini, buku-buku yang
berkaitan dengan epistemologi dan ilmu hikmah
seperti, Filsafat ilmu, Filsafat Agama, Epistemologi
Islam, Kamus Filsafat, Pengantar Filsafat, Filsafat
ilmu Klasik dan Kontemporer, Fungsi Wirid dan
Hizib, Ilmu Hikmah Antara Karamah, Misteri Angka
Di Balik al-Qur`an, Al-Ghazali Intisari Kitab Al-
Aufaq, Zikir dan Wirid, Sastra Hizib, Pondok

39
Bagong Suryanto dan Sutinah, dkk., Metode penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan, (Jakarta: kencana, 2005), h. 166
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 172.
30

Pesantren Lembaga Pendidikan Pembentukan


Karakter serta masih banyak buku-buku dan jurnal
yang berkaitan dengan pembahasan ini yang dapat
dijadikan sebagai data penunjang dalam melakukan
penulisan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data


a. Library Research, yaitu mengumpulkan data-data dari
buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas dalam penulisan penelitian ini.
b. Field Research, yaitu mengumpulkan data yang diperoleh
dari lapangan (obyek Penelitian ). Adapaun teknik yang
digunakan adalah:

- Observasi
Observaasi yaitu kunjungan ke lokasi atau obyek
penelitian dengan mengadakan pencatatan terhadap hal-hal yang
di anggap penting. Pengamatan observasi ini untuk melihat
fenomena sosial yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dari
masyarakat, terutama objek yang akan diteliti.41 Oleh karena itu,
pengamatan observasi ini menjadi tekhnik penelitian yang
penting dalam penelitian kualitatif ini, untuk bisa memperoleh
informasi yang lengkap tentang kepercayaan terhadap berbagai
ilmu hikmah yang berkaitan dengan wirid hizib, dan amalan-
amalan praktik ilmu hikmah yang ada di daerah Bojonegara

41
Abu Ahmadi dan Cholid Narkubo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2005), h. 80
31

Serang Banten ini, peneliti akan terlibat langsung dengan


kehidupan sehari-hari di tempat penelitian.

- Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan untuk melengkapi hasil pengamatan.42 Apabila dari
hasil pengamatan tidak terlalu banyak didapatkan informasi,
maka wawancara tidak terencana (unstandarized interview)
dilakukan agar memberikan penggalian informasi sebanyak-
banyaknya secara bebas.
Wawancara utamanya dilakukan kepada informan kunci,
yaitu, kyai pimpinan pesantren, santri-santri yang mempelajari
ilmu hikmah dengan kegiatan amalan wirid hizib di pesantrennya.
Sedangkan untuk informasi tambahan, dilakukan wawancara
kepada beberapa tokoh masyarakat masyarakat dan warga biasa
di daerah Bojonegara itu sendiri.
Adapun topik-topik yang ditanyakan dalam wawancara
disesuaikan dengan topik inti dari penelitian ini, yaitu seputar
dengan pengamalan ilmu hikmah wirid hizib asror, yakni
mencari alasan mengenai mengapa pimpinan pondok pesantren
ini mengajarkan amalan-amalan serta menerapkan praktik-praktik
ilmu hikmah tersebut, apa dan bagaimna proses memperoleh
amalan ilmu hikmah, tentunya yang berkaitan dengan penelitian
ini yaitu wirid hizib asror, dan apa manfaatnya, serta masih

42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik...,
h. 175
32

banyak pertanyaan-pertanyaan tambahan lainnya untuk


melengkapi hasil penelitian ini.

- Dokumentasi
Dokumentasi ialah Sebuah cara yang dilakukan untuk
mengambil data-data yang ada di Pondok Pesantren Nurul
Hikmah yang dapat dijadikan sebagai bukti yang akurat dari
pencatatan sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan judul
penelitian ini. Seperti, dokumentasi wawancara dengan pimpinan
Pondok Pesantren Nurul Hikmah yaitu Bapak Ustadz Sukari,
wawancara dengan para tokoh masyarakat seperti dengan Bapak
K.H. Bahaudin, Ustadz Syatibi, Ustadz Syarifudin, dan para
santri diantaranya dengan Asep Saefulloh, Januri, Safrudin,
Ahmad Solehan, selanjutnya dalam dokumentasi ini tidak
terlepas dari kegitan-kegiatan santri baik berupa pengajian atau
aktivitas santri dalam mengamalkan ilmu hikmah.

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


a. Pengolahan Data:
1. Colecting data,
Collecting data yaitu menghimpun seluruh data yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Baik data
yang didapat dengan cara observasi, Seperti: melihat
kondisi obyektif pesantren, mengetahui kegiatan-kegiatan
santri, melihat prilaku sosial santri, atau wawancara, yang
dilakukan dengan pengasuh pondok pesantren Nurul
Hikmah yaitu, Kiyai Sukari, dengan santri yaitu, Januri
33

Sebagai lurah Pesantren, Ahmad Saefullah, Safrudin,


Ahmad Solehan, dan Saefudin sebagai santri pesantren
Nurul Hikmah serta dengan tokoh masyarakat yaitu,
Bapak KH. Bahaudin, Ustadz Syatibi, Ustadz Syarifudin.

2. Editing data
Editing data yaitu meneliti data-data yang telah
diperoleh, terutama dari kelengkapan jawaban, keterbacaan
tulisan, kejelasan makna, kesesuaian dengan dsata yang
lain.43 Seperti, makna ayat al-Qur`an dan Hadits, kalimat
yang susah dimengerti seperti, kalimat Kungkum, dll.

3. Klasifikasi data
Klasifikasi data adalah proses pngelompokan semua
data baik yang berasal dari wawancara dengan subyek
penelitian, pengamatan dan pencatatan langsung
dilapangan atau observasi. Seluruh data yang didapat
tersebut dibaca dan ditelaah secara mendalam, kemudian
digolongkan sesui kebutuhan. hal ini dilakukan agar data
yang telah diperoleh menjadi mudah dibaca dan dipahami,
serta memberikan informasi yang objektif yang
diperlukan oleh peneliti. Kemudian data-data tersebut
dipilah dalam bagian-bagian yang memiliki persamaan
berdasarkan data yang diperoleh pada saat wawancara dan
data yang diperoleh melalui referensi. Data tersebut
berkaitan dengan apa itu ilmu hikmah wirid hizib asror,
43
Abu Ahmadi dan Cholid Narkubo, Metode Penelitian..., h. 85.
34

dasar-dasar yang berkaitan dengan ilmu hikmah wirid


hizib asror, amalan-amalan ilmu hikmah wirid hizib
asror, cara memperoleh ilmu hikmah wirid hizib asror,
serta kemanfaatan pada amalan ilmu hikmah wirid hizib
asror.

b. Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk penelitian tesis ini
adalah analisis data deskriptif, yaitu menguraikan suatu
fenomena- fenomena yang diperoleh di lapangan.
Selanjutnya berkenaan dengan metode penulisan,
penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan karya
Ilmiah yang dikeluarkan oleh kampus UIN Jakarta 2017.

I. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini secara keseluruhan dapat diuraikan berdasarkan
sistematika penulisan sebagai berikut.
Bab Pertama tesis ini berisi uraian gambaran umum penulisan
tesis yang meliputi latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka
dan metodologi penelitian.
Bab kedua, berisi gamabaran umum tentang Kondisi obyektif
pesantren, terdiri dari: Nama dan Lokasi Pesantren, Sejarah
berdirinya pesantren serta kondisi sosial Pesantren.
Bab ketiga, akan memabahas mengenai Teori Epistemologi
dan Ilmu Hikmah. Isinya terkait dengan pengertian epistemologi,
35

epistemologi Barat dan Timur, pengertian, dasar-dasar Ilmu


Hikmah, serta ilmu hikmah dalam pandangan Epistemologi.
Bab empat, akan memaparkan Epistemologi Ilmu Hikmah
wirid hizib asror. Dalam bab ini akan menguraikan mengenai apa
dan bagaimana Proses memperoleh wirid hizib asror, langkah-
langkah pengamalan Wirid Hizib Asror, Kedudukan wirid hizib
asror dalam Epistemologi, serta praktek pengamalan dalam
masyarakat
Terakhir Bab lima, yang berisi dengan kesimpulan akhir
yang ditarik dari hasil uraian rumusan masalah penelitian dan
saran.
BAB II
KONDISI OBYEKTIF PONDOK PESANTREN NURUL
HIKMAH

A. Nama Dan Lokasi Pondok Pesantren Nurul Hikmah


Pondok pesantren merupakan wujud proses
perkembangan syistem pendidikan nasional, dari segi historis
pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi
juga mengandung makna keaslian Indonesia.
Sama seperti Pondok Pesantren Nurul Hikmah yang
terletak di Kampung Pengrango Desa Lambangsari Kecamatan
Bojonegara Kabupaten Serang-Banten. Pondok Pesantren Nurul
Hikmah merupakan lembaga pendidikan Islam yang cukup
terkenal pada masa sekarang di daerah Bojonegara.
Keberadaannya sangat sederhana dan potensial untuk lembaga
pendidikan dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM),
khususnya di Desa Lambangsari dan umumnya di wilayah
Bojonegara Kabupaten Serang.
Keberadaan Pondok Pesantren Nurul Hikmah di tengah-
tengah masyarakat sangatlah tepat. Menurut salah satu tokoh
masyarakat setempat bahwa keberadaan pondok pesantren
tersebut dapat mengembangkan pembentukan karakter yang harus
dilakukan secara sistematis dan kesinambungan terhadap para
santri kususnya dan umumnya kepada warga wasyarakat, karena
menurutnya kehidupan manusia akan terasa tentram dan damai
bila manusianya slalu berkarakter atau bersikap yang baik dan

36
37

sopan.1 Sesuai dengan pemaknaan pesantren sebagai lembaga


pendidikan Islam yang sederhana dan mengajarkan sekaligus
menginternalisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
agar anak didiknya (santri) menjadi orang yang baik-baik sesuai
standar agama dan diterima oleh masyarakat luas.2
Selanjutnya untuk mencapai ke lokasi Pondok Pesantren
Nurul Hikmah bisa menggunakan jasa transportasi roda dua,
sebagai satu-satunya jasa transportasi yang dapat digunakan,
karena untuk mencapai lokasi Pondok Pesantren Nurul Hikmah
tidak ada angkutan umum seperti Bus, Taksi, disebabkan tidak
termasuk jalan trayek yang bisa dilewati untuk menuju Pondok
Pesantren Nurul Hikmah.
Adapun jalur yang ada saat ini adalah jalan umum, dari
jalan umum tersebut untuk menuju ke lokasi Pondok Pesantren
Nurul Hikmah itu memakan waktu kurang lebih 15 menit, untuk
sampai ke Pondok Pesantren Nurul Hikmah dengan jasa
transportasi roda dua. Sementara itu bila ditempuh dengan jalan
kaki, bisa memakan waktu yang cukup lama, yaitu kurang lebih
60 menit (1 jam).
Sementara itu untuk tarif jasa transportasi roda dua
dikenakan biaya Rp.15.000/orang pada saat sekarang ini, karena
kondisi jalan untuk sampai ke tempat pondok pesantren kurang
baik, masih banyak jalan yang rusak hingga sampai saat ini
belum mengalami perbaikan oleh pihak Pemerintah Daerah

1
Wawancara Pribadi dengan Bahaudin, Bojonegara, 01 Januari 2019.
2
Kholis Thohir, “Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren
Salafi”, dalam Analytica Islamica Vol. 6, No. 1, Januari 2017, h. 14.
38

setempat setelah sekian lama di perbaiki. Walaupun demikian,


dengan kondisi jalan yang begitu kurang baik tersebut masih bisa
digunakan dan dimanfaatkan untuk dilalui sebagai kebutuhan
jalan warga setempat.
Melalui observasi yang penulis lakukan, berkenaan
dengan letak bangunan pondok pesantren, penulis mendapatkan
data mengenai batas-batas bangunan Pondok Pesantren Nurul
Hikmah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan tanah milik Bapak Sami`an.


b. Sebelah Selatan berbatasan tanah milik PT. BAM.
c. Sebelah Barat berbatasan tanah milik Bapak Hamse
(Alm).
d. Sebelah Timur berbatasan tanah milik Bapak Jemari.

Berdasarkan data yang ada, Pondok Pesantren Nurul


Hikmah memiliki area tanah seluas 3000 m2. Tanah yang tidak
begitu luas tersebut, digunakan untuk tempat tinggal, fasilitas dan
lain-lain, diantaranya yaitu: pertama, rumah keluarga pengurus
Pondok Pesantren Nurul Hikmah seluas tanah kurang lebih 862
2
m . Kedua, asrama santri, untuk asrama laki-laki seluas 167 m2
dan luas asrama putri seluas 250 m2 , selanjutnya digunakan untuk
membangun majlis pengajian seluas 216 m2, serta selebihnya
digunakan untuk halaman pesantren seluas 452 m2.3 Untuk lebih
jelasnya, penulis akan cantumkan pada lampiran-lampiran.

3
Wawancara Pribadi dengan Januri, Bojonegara, 30 Desember 2018.
39

Tanah tersebut telah di bangun sebanyak enam buah


bangunan rumah keluarga pendiri pondok pesantren, termasuk
salah satu rumah pendiri pondok pesantren, 8 unit bangunan
asrama laki-laki dan 7 unit bangunan asrama perempuan, 1 unit
majlis pengajian dan lima unit MCK yang cukup sederhana, dan
selebihnya digunakan untuk lain-lain.
Berkenaan data di atas, dapat dilihat bahwa sebagian
besar dari luas tanah yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Nurul
Hikmah telah dimanfaatkan untuk kebutuhan dan keperluan
pondok pesantren, serta bangunan rumah keluarga pendiri pondok
pesantren. Sementara sisa dari tanah yang belum digunakan
pembangunan, dapat di jadikan untuk pembangunan pesantren
selanjutnya.

B. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Nurul Hikmah


Berbicara soal pesantren, ada istilah selain pesantren yang
jenis lembaga pendidikan Islam kurang lebih memiliki ciri yang
sama, yaitu di Jawa kita kenal dengan istilah Pesantren, Pondok
atau Pondok Pesantren, sedangkan di daerah Aceh dikenal
dengan nama Dayah, rangkang atau muenasah dan adapun di
daerah Minangkabau dikenal dengan sebutan Surau.4
Pondok pesantren yang melembaga di masyarakat,
terutama di pedesaan merupakan salah satu lembaga pendidikan
Islam tertua di Indonesia. Awal kehadirannya bersifat tradisional
untuk mendalami ilmu-ilmu agama Islam sebagai pedoman hidup

4
Dawan Raharjo, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, 1986),
h. 44
40

dalam bermasyarakat. Karena keunikannya itu, pesantren dapat


dikatakan sebagai subkultur masyarakat Indonesia (khususnya
Jawa).5
Sejarah pendidikan Islam di Indonesia telah mencatat
bahwa pesantren menyimpan social capital yang begitu besar
ditengah masyarakat muslim Indonesia, bukan hanya dilihat dari
sumbangsihnya dalam pengembangan pendidikan nasional, tetapi
juga dalam membentuk watak kultural yang berbasiskan nilai-
nilai agama Islam, bahkan bersemangatkan kemandirian umat.6
Perkembangan pesantren sebagai lembaga pendidikan
Islam pada awal abad XX menunjukkan adanya tanda-tanda ke
arah perubahan seiring dengan perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat. Ini merupakan ditandai dengan adanya perubahan
sistem pendidikan yang dilaksanakan di pesantren, khususnya
menyangkut metode dan materi pendidikan yang diberikan.7
Pembaharuan penting yang terjadi di pesantren menurut
Dhofier terjadi pada tahun 1910, Pesantren Denanyar di Jombang,
telah membuka murid-murid untuk wanita. Tahun 1920-an
Pesantren Tebuireng Jombang dan Pesantren Singosari di
Malang, mulai mengajarkan pelajaran umum, seperti; bahasa
Indonesia, berhitung, ilmu bumi, dan sejarah, tampaknya sudah
mulai adanya sistem klasikal di pesantren. Selanjutnya awal abad

5
Imam Syafei, “Pondok Pesantren Lembaga Pendidikan Pembentukan
Karakter”, dalam Al-Tazkiyyah Volume 8, N0 1, 2017, h. 62.
6
Amin Haedari, Transformasi Pesantren; Pengembangan Aspek
Pendidikan, Keagamaan, dan Sosial, (Jakarta: CV. Transwacana Offset,
2006), h. 8-9.
7
Joko Sayono, “Perkembangan Pesantren di Jawa Timur”, dalam
Bahasa dan Seni V, Nomor 1, 2005, h. 8-9
41

20 misalnya, Gontor mempelopori berdirinya pesantren yang


menekankan aspek kaderisasi pendidikan Islam dan menejemen
terbuka (open menegement). Pesantren ini santri dibekali dasar-
dasar ilmu agama dan berbagai keterampilan hidup sehingga
kelak ia bisa berwirausaha dan membina masyarakat.8
Dengan adanya pembaharuan sistem pendidikan di
lingkungan pesantren terdapat dua aspek yang menonjol.
Pertama, pesantren semakin mempertegas dirinya sebagai
pendidikan yang bercorak kerakyatan dengan basis masyarakat
pedesaan, dan membuka peluang lebih luas kepada seluruh
kalangan masyarakat. Kedua, pesantren menjadi lembaga
pendidikan yang prestisius mampu mengangkat status seseorang
di tengah-tengah masyarakat, menjadi harapan sebagian anggota
masyarakat untuk dapat mengirimkan anak-anaknya ke pesantren
dengan tujuan agar anak-anaknya menggali dan mempelajari
ilmu-ilmu agama tentunya agama Islam.9
Dalam pengamatan Kuntowijoyo, pesantren berperan
sebagai tempat bermuaranya kreativitas budaya bagi kehidupan
orang Jawa di pedesaan. Bahkan, pesantren juga menjadi basis
ekonomi, sosial, dan modalitas kultural yang didasarkan pada
semangat pemberdayaan. Kuntowijoyo juga menegaskan, bahwa
pesantren memiliki jalinan hubungan struktural dan fungsional
dengan masyarakat, sehingga pesantren mempunyai kapasitas
kemandirian maupun bagi pemberdayaan masyarakat di

8
Imam Syafe`i, “Pondok Pesantren Lembaga Pendidikan Pembentukan
Karakter...”, h. 68.
9
Joko Sayono, “Perkembangan Pesantren di Jawa Timur”..., h. 63.
42

sekitarnya. Dalam konteks hubungan sosial keagamaan, tidak


heran kalau ternyata pesantren kemudian menjadi benteng
pertahanan terakhir bagi kalangan muslim tradisional yang
umumnya menetap di kawasan pedesaan, terutama dalam
menghadapi gencarnya pengaruh negatif globalisasi yang
penyebarannya sangat pesat di tengah masyarakat.10
Istilah pesantren berasal dari akar kata “santri”, suatu
istilah yang digunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu
agama di lembaga pendidikan Islam tradisional di Jawa. Kata
“pesantren” mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti
tempat para santri menuntut ilmu.11 Sedangkan kata santri dalam
Kamus Bahasa Indonesia berarti orang yang mendalami agama
Islam.12 Pengertian serupa juga diungkapkan oleh Soegarda
Poerbakawatja, yang menyebutkan, kata santri berarti orang yang
belajar agama Islam, sehingga pesantren mengandung pengertian
sebagai tempat orang belajar agama Islam. Lebih jelasnya bahwa
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam Indonesia untuk
mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai
pedoman hidup keseharian, atau dalam ungkapan lain bahwa
pesantren adalah lembaga tafaqquh fiddin.13
Pesantren mempunyai kaitan erat dengan tempat
pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat ini berdasarkan

10
Amin Haedari, Transformasi Pesantren; Pengembangan Aspek
Pendidikan, Keagamaan, dan Sosial..., h. 9
11
Harun Asrohah, Pesantren di Jawa, (Jakarta: Depag RI, 2002), h. 15.
12
Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h.
783.
13
Adi Fadli , “Pesantren: Sejarah dan Perkembangannya” dalam
Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram, Vol. V, No. 1, 2002, h. 32
43

fakta bahwa penyiaran Islam di Indonesia pada awalnya lebih


banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat. Hal ini ditandai
dengan terbentuknya kelompok-kelompok organisasi tarekat yang
melaksanakan amalan-amalan zikir dan wirid tertentu. Pemimpin
tarekat itu disebut kiyai, yang mewajibkan para pengikutnya
untuk melaksanakan suluk selama empat puluh hari dalam satu
tahun dengan cara tinggal bersama anggota tarekat dalam sebuah
masjid untuk melakukan kegiatan ibadah di bawah bimbingan
kiyai. Selain dari pada itu dalam mengajarkan amalan tarekat,
para pengikut tarekat juga diajarkan kitab-kitab agama dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan agama Islam. aktivitas yang
dilakukan oleh pengikut-pengikut tarekat ini kemudian
dinamakan pengajian, yang dalam perkembangan selanjutnya
lembaga pengajian ini tumbuh dan berkembang menjadi lembaga
pendidikan yang disebut pesantren. Selain dari pada itu ada juga
yang berpendapat bahwa pesantren beasal dari lembaga pengajian
dan pengajaran Islam di masjid-masjid Khan di Mesir, karena jika
penyebaran Islam berasal dari Arab, maka secara otomatis
gerakan dakwah mereka akan dipengaruhi oleh lembaga tersebut,
sehingga paling tidak mereka akan menyebarkan ajaran Islam
berdasarkan apa yang ada di negara mereka.14
Menurut Nurcholis Madjid, ada dua pendapat yang bisa
dipakai sebagai acuan untuk melihat asal-usul perkataan santri.
Pertama pendapat yang mengatakan bahwa santri berasal dari
kata “sastri” (sansekerta) yang artinya melek huruf, yang dapat
dikatakan bahwa kaum santri adalah kaum yang melek huruf,
14
Adi Fadli , “Pesantren: Sejarah dan Perkembangannya”..., h. 33
44

oleh karena pengetahuan mereka tentang agama melalui kitab-


kitab atau paling tidak seorang santri dapat membaca al-Qur`an.
Pendapat kedua, kata “santri” berasal dari bahasa Jawa “Cantrik”,
artinya seorang yang mengabdi kepada guru. Cantrik selalu
mengikuti kemana saja gurunya menetap, dengan tujuan dapat
belajar darinya mengenai satu keahlian. Pola hubungan guru
dengan cantrik melalui proses evolusi berubah menjadi guru dan
santri. Kata guru lebih di khususkan lagi menjadi kiyai yang
berarti lebih memiliki makna sakral, keramat, sakti. Pada
perkembangan selanjutnya dikenal istilah kiyai dan santri.15

Dalam sebuah pesantren biasanya dipimpin oleh kiyai,


untuk mengatur kehidupan pesantren, kiyai menunjuk seorang
santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya
dalam pesantren salaf (tradisional) disebut dengan “lurah
pondok”. Tujuannya santri dipisahkan dari orang tua dan
keluarga mereka agar mereka hidup mandiri, dapat meningkatkan
hubungan yang baik dengan kiyai dan juga Tuhan.16
Adapun perbedaan pesantren dengan lembaga pendidikan
madrasah atau lembaga pendidikan pada umumnya yaitu bahwa
pesantren memiliki asrama atau pondok untuk para santri, yang
sekarang-sekarang ini muncul istilah madrasah model, atau

15
Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan,
(Jakarta: Paramadina, 1997), h. 19-20.
16
Imam Syafe`i, “Pondok Pesantren Lembaga Pendidikan Pembentukan
Karakter...”, h. 65.
45

Boarding School, madrasah khususnya semuanya mengadopsi


ciri-ciri asrama dari pesantren.17
Dalam perbedaan pesantren dengan pendidikan yang lain
terdapat beberapa elemen-elemen yang membedakan diantaranya,
yaitu; (1) pondok pesantren tempat menginap para santri, (2)
santri: peserta didik, (3) masjid: sarana ibadah dan pusat kegiatan
pesantren, (4) kiyai: tokoh atau sebutan seseorang yang memiliki
kelebihan dari sisi agama, dan kharisma yang dimilikinya, (5)
kitab kuning: sebagai referensi pokok dalam kajian ke Islaman.18
Pesantren dapat tumbuh atas peran kiyai, santri,
masyarakat dan pemerintah desa, dalam hal ini peran kiyai sangat
diperlukan dalam mengembangkan suatu pesantren. Sehingga
pondok pesantren merupakan lembaga yang paling otonom yang
tidak bisa dipengaruhi oleh pihak-pihak luar kecuali dengan
seizin kiyai. Adapun perbedaan variasi bentuk pendidikan pondok
pesantren diakibatkan perbedaan kondisi sosial dan kultur
masyarakat yang mengelilinginya.19
Secara garis besar, pondok pesantren dapat dibedakan
menjadi dua macam diantaranya:
Pertama, pesantren tradisional, yaitu pesantren yang
masih mempertahankan sistem pengajaran tradisional (sistem
sorogan dan bandongan) dengan materi pengajaran kitab-kitab
klasik yang sering disebut dengan kitab kuning.

17
Fadli , “Pesantren: Sejarah dan Perkembangannya...”, h. 31
18
Imam Syafe`i, “Pondok Pesantren Lembaga Pendidikan Pembentukan
Karakter...”, h. 65.
19
Mujamil Qomar, Pesantren dari Tranformasi Metodologi Menuju
Demokrasi Institusi, (Jakarta: Erlanga, 2015), h. 14.
46

Ke dua, pesantren moderen, pesantren ini merupakan


pesantren yang berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem
klasikal dan sekolah ke dalam pesantren. Semua santri yang
masuk pesantren terbagi dalam tingkatan kelas, pengajian kitab-
kitab kuning tidak lagi bersifat sorogan dan bandongan, tetapi
berubah menjadi bidang studi yang dipelajari secara individu atau
umum.20
Sementara itu, Pondok Pesantren Nurul Hikmah yang
berada di Kampung Pengrango Desa. Lambangsari Kec.
Bojonegara, Serang Banten, salah satu pesantren tradisional atau
pesantren salafi. Pesantren ini boleh dikatakan pesantren yang
sudah cukup tua, dilihat dari awal berdirinya sampai sekarang ini
sudah 40 tahun lebih Pondok Pesantren Nurul Hikmah dijadikan
sebagai tempat pendidikan agama melalui pendidikan tradisional.
Pesantren ini, didirikan oleh seorang kiyai yang sederhana beliau
bernama Bapak Ustadz Sukari, pada tahun 1965. Beliau
mendirikan pondok pesantren ini tidak begitu mewah, megah, dan
banyak mengeluarkan uang, beliau mendirikan pondok pesantren
ini hanya dengan biaya yang seadanya dan dengan niat beliau
yang ikhlas, serta dengan banyaknya dukungan dari warga
masyarakat sekitar yang membantu peduli pada bidang
pendidikan agama, salah satunya yaitu dunia pesantren. Karena
bagi mereka saat itu pondok pesantren salah satu jalan yang baik
untuk menitipkan anak-anak para penduduk warga masyarakat
setempat untuk dapat menggali dan mendalami ilmu-ilmu agama,

20
Fadli , “Pesantren: Sejarah dan Perkembangannya...”, h. 39
47

serta belajar membiasakan bersikap mandiri dan berprilaku yang


baik.21.
Bapak Ustadz Sukari adalah salah satu kiyai yang cukup
disegani dan dikagumi oleh para penduduk warga masyarakat
khusnya pada wilayah masyarakat Desa Lambangsari dan
umumnya pada wilayah masyarakat sekitarnya, oleh karena itu
beliau termasuk salah satu guru besar dari berbagai masyarakat
yang ada di wilayah Bojonegara Serang-Banten. Aktivitas lain
dari Bapak Ustadz Sukari selain beliau pimpinan pondok
pesantren, yang selalu mengurus pesantren serta memberikan
pengetahuan ilmu agama terhadap para santrinya, beliau juga
adalah salah satu guru agama bagi masyarakat dengan selalu
memberikan pengajaran ilmu-ilmu agama melalui pengajian-
pengajian keliling di setiap masjid-masjid untuk memberikan
suatu ilmu agama yang dilakukan secara rutin setiap harinya
kepada masyarakat, khusunya masayarakatnya sendiri dan
umumnya masyakat sekitarnya.
Selanjutnya untuk mengetahui latar belakang pendidikan
Ustadz Sukari, beliau pada masa kecilnya pernah mengalami
pendidikan Sekolah Rakyat (SR) selama enam tahun dan
dilanjutkan dengan sekolah SMP selama tiga tahun, selebihnya
beliau menekuni dunia pesantren salafi yang berada di kawasan
Banten. Adapun pesantren-pesantren yang pernah beliau tinggali
atau tempati di daerah Banten seperti pondok pesantren yang
berada di kawasan Cilegon, nama pesantrennya adalah Pondok
Pesantren Salaf Al-Zahratunnaqiyah Cibeber, beliau menuntut
21
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 Desember 2018.
48

ilmu di pesantren tersebut selama 15 tahun yang di pimpin oleh


bapak KH. Muhsin, selanjutnya beliau juga menggeluti ilmu-ilmu
agama ke pondok pesantren salaf yang ada di Baros selama 2
tahun, dan juga beliau selain menuntut ilmu agama di pesantren-
pesantren, beliau juga tidak pernah meninggalkan pengajian
pasaran kitab yang dilakukan setahun sekali pada bulan
Ramadhan yang ada di pesantren-pesantren salaf lainnya.22
Karena menurutnya tradisi santri pada waktu itu bahkan hingga
sekarang para santri yang gemar mengaji ilmu-ilmu agama setiap
bulan Ramadhan pasti selalu keliling mencari wawasan
pengetahuan agama kepada kiyai-kiyai atau pesantren-pesantren
lain yang dapat memberikan pengetahuan baru atau mengulas
pengetahuan-pengetahuan agama yang mereka dapat sebelumnya.
Selanjutnya, setelah beliau benar-benar menyelesaikani
belajarnya di pesantren beliau langsung menikah. Setelah
beberapa minggu dari hari pernikahannya, beliau berangkat lagi
ke Pondok Pesantren Cibeber yakni Pondok Pesantren Salaf Al-
Zahratunnaqiyah Cibeber, dalam rangka untuk mengambil kitab-
kitab beliau yang masih tertinggal di pesantren tersebut, untuk
dibawa pulang sekaligus beliau meminta izin untuk berpamitan
dan minta do`a kepada sang guru Bapak KH. Muhsin, semoga
ilmu-ilmu yang beliau dapat selama di pesantren menjadi ilmu
yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat. karena ia slalu
ingat dengan pesan gurunya bahwa carilah ilmu yang bermanfaat
walau pun ilmu itu sedikit.

22
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 01 Januari 2019
49

Setelah pulang kerumah keluarganya dan berkumpul


bersama sang istrinya, beberapa minggu kemudian beliau
mendapatkan kepercayaan yang kepercayaan itu diberikan oleh
masyarakat setempat, khususnya masyarakat Desa Lambangsari
untuk mengisi pengajian di Masjid, kemudian beliau pun dengan
senang hati dan dengan niat yang ikhlas beliau menerimanya dan
menjalaninya untuk mengisi pengajian di Masjid, beliau merasa
terhormati dan terangkat derajatnya karena banyak sekali orang-
orang pintar dan berilmu di masyarakatnya, akan tetapi justru
masyarakat hanya memberikan kepercayaan ini kepada beliau
untuk dapat mengisi pengajian dengan materi-materi keIslaman
kepada warga masyarakatnya.23
Setelah satu tahun kurangnya, beliau bukan hanya mengisi
pengajin di kampungnya sendiri, melainkan beliau juga megisi
pengajian di beberapa masyarakat yang terdapat di daerah
Bojonegara dengan mengisi pengajian-pengajian tentang ilmu-
ilmu agama yakni agama Islam. Hingga sampai saat ini beliau
setiap hari keliling ke masyarakat-masyarakat tertentu sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan dengan masyarakat yang
bersangkutan untuk mengisi pengajian tersebut.24 Melalui sebuah
kisah perjalanan yang penulis cantumkan di atas, beliau di
anggap oleh warga masyarakat Bojonegara sebagai sosok
seorang kiyai yang menjadi panutan kehidupan bermasyarakat
oleh warga masyarakat setempat, khususnya pada masyarakat
Desa Lambangsari Kec. Bojonegara.

23
Wawancara Pribadi dengan Syatibi, Bojonegara, 01 Januari 2019.
24
Wawancara Pribadi dengan Syatibi, Bojonegara, 01 Januari 2019.
50

Sikap pengagungan para warga masyarakat terhadap


beliau selain beliau dilihat orang yang lebih berwibawah karena
beliau sebagai pengasuh pondok pesantren yang berada di
masyarakat setempat dan sekaligus seorang pemimpin bagi
masyarakat yang slalu membina dalam masalah keagamaan dan
kemasyarakatan, juga karena memang di masyarakat kiyai
menduduki peran top leader dengan memiliki wewenang yang
besar dalam aspek kehidupan. Hal ini karena secara tradisi
masyarakat mengaitkan dirinya dengan etos spiritual dan mistik,
di mana setiap aspek kehidupan orang Jawa senantiasa memiliki
makna batin atau rasa yang bersifat spiritual. Peran inilah yang
membangun pola hubungan antara kiyai dan masyarakat bersifat
paternalistik. kiyai dipandang sebagai seorang yang yang
memiliki daya “linuwih” terutama dalam persoalan agama atau
spiritual, pada umumnya kiyai merupakan sosok seorang pembuat
keputusan yang efektif dalam sistem kehidupan sosia, tidak hanya
dalam kehidupan beragama tetapi dalam soal-soal politik. Dengan
demikian kedudukan kiyai tidak hanya bersifat agama saja
melainkan juga memiliki peran menawarkan kepada masyarakat
hal-hal yang berkaitan dengan agenda perubahan sosial
keagamaan, baik menyangkut masalah interpertasi agama, cara
hidup berdasarkan rujukan agama, memberi bukti kongkrit
agenda perubahan sosial, melakukan pendampingan ekonomi,
maupun menuntun prilaku keagamaan masyarakat.25

25
Marmiarti Mawardi, “Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Kiyai di
Daerah Istimewa Yogyakarta” dalam Analisa Vol 20 No. 02 Desember 2013,
h. 134
51

Setelah beliau diketahui oleh banyaknya masyarakat


bahwa beliau adalah salah satu kiyai besar di daerah Bojonegara
Serang Banten, karena dilihat dari keikhlasan dan ketulusan
beliau dalam mengajar ilmu-ilmu agama khususnya. Karena itu,
ada beberapa warga atau masyarakat yang menitipkan seoarang
anaknya kepada beliau untuk menuntut ilmu, mengaji ilmu-ilmu
agama di rumah beliau dengan fasilitas seadanya. Dengan adanya
anak-anak yang mau belajar bersama beliau, beliau mulai
merintis membuat sebuah kobong kecil untuk kegiatan pengajian
tersebut. Akan tetapi justru banyak sekali dukungan dan
dorongan warga masyarakat serta para tokoh-tokoh warga
masyarakat Desa Lambangsari untuk mendirikan lembaga
pesantren, agar dapat dijadikan tempat pengajian dan menuntut
ilmu agama bagi anak-anak warga masyarakatnya sendiri dan
umumnya untuk anak-anak warga masyarakat yang lainnya.
Melalui dorongan dan bantuan para tokoh-tokoh dan warga
masyarakat, maka pada tahun 1965 berdirilah sebuah pesantren
yang bernama Pondok Pesantren Nurul Hikmah yang
berpedoman pada al-Qur’an dan al-Hadits.
Melihat perkembangannya dari tahun ketahun Pesantren
Nurul Hikmah semakin maju dan semakin meningkat, karena
santri-santrinya tahun demi tahun bukan hanya dari lingkungan
sekitar pesantren yang mengaji dan menuntut ilmu agama
terhadap beliau, akan tetapi justru terdapat santri-santrinya dari
luar daerahnya sendri seperti dari Lampung, Kediri, dan lain
sebagainya, yang bertujuan semuanya ingin menuntut ilmu agama
di Pesantren Nurul Hikmah, sehingga mau tidak mau sedikit demi
52

sedikit Pondok Pesantren Nurul Hikmah membutuhkan pelebaran


tempat untuk tempat tinggal para santri agar para santri tetap
nyaman dalam belajar.
Setelah begitu pesatnya perkembangan pondok pesantren
tersebut dan memiliki santri-santri yang begitu banyak, Pondok
Pesantren Nurul Hikmah bukan hanya lagi mengajarkan
pengajian yang selama ini sudah banyak diketahui oleh
masyarakat seperti kitab-kitab agama dan alat seperti; ilmu
Nahwu, Sharaf, Fiqih, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
ilmu-ilmu agama. Akan tetapi juga pesantren ini mengajarkan
ilmu hikmah kepada santrinya seperti dengan bacaan-bacaan
wiridan, hizib, do`a-do`a. Dengan adanya pengajaran yang
berkaitan tentang ilmu hikmah tersebut. Pimpinan Pondok
Pesantren Nurul Hikmah Bapak Ustadz Sukari menganjurkan
kepada santrinya khusnya santri-santri yang di anggap layak
untuk menjalani amalan atau bacaan-bacaan ilmu hikmah
tersebut. Tujuan Pimpinan Pesantren Nurul Hikmah mengajarkan
ilmu hikmah ini adalah salah satu bentuk untuk menjaga
keimanan, keislaman dan ketaqwaan untuk santri-santrinya
khususnya, dan umumnya untuk masyarakat sekitarnya, melalui
bacaan-bacan zikir dan wirid pada ilmu hikmah. Karena bagi
pimpinan pondok pesantren Bapak Ustadz Sukari bahwa santri-
santrinya itu dianggap sebagai masa depan yang harus diberikan
nilai-nilai spiritual keagamaan yang tinggi, melalui bacaan zikir
dan wirid tersebut para santri-santrinya agar selalu mendekatkan
diri kepada Tuhan, serta dapat melahirkan prilaku dan perbuatan
dalam kehidupan manusia sesuai dengan ajaran agama Islam,
53

serta bisa memelihara dan merawat keislaman dan ketaqwaan


kepada Allah SWT.26
Pimpinan Pondok Pesantren mengajarkan ilmu hikmah di
pesantrennya tentunya tidak terlepas dari silsilah atau keturuan
dari sebuah pengijazahan ilmu hikmah yang pernah beliau
amalkan , karena tidak mungkin beliau mendapatkan ilmu
hikmah tanpa belajar atau tanpa oarang yang memberikan
pengetahuan dan pengamalan ilmu hikmahnya. Sesuai dengan
pandangan Lukman al-Hakim bahwa ilmu hikmah merupakan
sesuatu yang bisa didapatkan dengan duduk bersama orang-orang
shalih yang dijadikan panutan, sebagaimana dalam wasiatnya
kepada anaknya: “wahai anakku, duduklah bersama para ulama
dan bersimpuhlah dihadapan mereka dengan kedua lututmu”.27
Bapak Ustadz Sukari sekaligus pimpinan Pondok
Pesantren Nurul Hikmah, beliau mendalami ilmu hikmah dari
seorang guru yang bernama Syaikh Jauhari Umar, Syaikh Jauhari
Umar, belajar dari Syaikh Harun bin Abdullah Banyu Wangi,
Syaikh Harun belajar dari Syaikh Hasim Asari Jombang, Syaikh
Hasim Asari belajar dari Syaikh Mahfud bin Abdullah dari
wilayah Turmusi negara Mekah, Syaikh Mahfud belajar dari
seorang guru bernama Syaid Ibnu Bakar bin Muhammad Syato`
Al-Maki, Syaid Ibnu Bakar melajar dari Syaid Ahmad bin Zaini
Dahlan Al-Maki, Syaid Ahmad bin Zaini belajar dari Syaikh
Usman bin Husen Addimyati, Syaikh Usman belajar dari Syaikh

26
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 01 Januari 2019
27
Mahmud Muhammad al-khazandar, Al-Hikmah, (terj) Mohammad Iqbal
al-Ghazali, (Jakarta: Islam House, 2009), h. 2.
54

Muhammad bin Ali Assanwani, Muhammad bin Ali Assanwani


belajar dari Syaikh Isa al-Barowi, Syaikh Isa al-Barowi belajar
dari Syaikh Ahmad Addifri, Syaikh Ahmad Addifri belajar dari
Syaikh Salim bin Abdullah al- Bisri, Abdullah al- Bisri belajar
dari bapaknya yang bernama Abdullah bin Salim al-Bisri,
Abdullah bin Salim al-Bisri belajar dari Syaikh Muhammad bin
Alauddin al-Babili, Syaikh Muhammad bin Alauddin belajar dari
Syaikh Ibnu Najah, nama aslinya Salim dari bangsa wilayah
Sanhuri, Syaikh Ibnu Najah belajar dari Syaikh Nazmuddin,
nama aslinya Muhammad bin Ahmad al-Ghoiti, Syaikh
Nazmuddin belajar dari Zainuddin, nama aslinya Zakariyah bin
Muhammdan al-Ansori, Zainuddin belajar dari Fadli Marzani,
Fadli Marzani belajar dari Abi Hurairah nama aslinya
Abdurrahman bin Hafid bin Ahmad bin Usman Addahabi,
Abdurrahman bin Hafid belajar Umar bin Ilyas al-Maroqi, Umar
bin Ilyas al-Maroqi belajar dari Imam Nasiruddin, nama aslinya
Abdullah bin Umar al-Baidhawi, Imam Nasiruddin belajar dari
Mualif ilmu hikmah yaitu Ahmad bin Ali al-Bunni.28
Perkembangan ilmu hikmah di Pesantren Nurul Hikmah
ini selain dari tumbuhnya keinginan atau niat dan tujuan dari pada
Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hikmah yaitu Bapak Ustadz
Sukari sendiri, juga tidak terlepas dari adanya beberapa faktor
atau dasar-dasar tertentu yang dapat dijadikan sebagai pendorong
dan penunjang dalam perkembangan pengajaran ilmu hikmah
yang diterapkan oleh pimpinan di Pesantren Nurul Hikmah,
diantaranya seperti: Pertama karena pimpinan Pondok Pesantren
28
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 01 Januari 2019
55

Nurul Hikmah memegang salah satu sebuah tarekat yaitu tarekat


Qodiriyah wa Naqsabandiyah. Menurutnya sebuah tarekat itu
sangatlah berpengaruh dalam pengamalan-pengamalan ilmu
hikmah, karena dalam ajaran tarekat ini banyak amalan-amalan
seperti zikir dan wirid.29 Dalam sebuah sejarah legenda para wali
sering diceritakan bahwa kemenangan Islam sering dihubungkan
dengan keunggulan zikir dan wirid para wali Islam melalui jalur
tarekat.30
Dalam uraian di atas penulis perlu menegaskan bahwa
pesantren ini bukanlah pesantren tarekat, pesantren ini adalah
pesantren salaf yang masih menggunakan sistem tradisional, serta
pimpinan pesantren pun juga bukan tergolong mursyid dalam
sebuah tarekatnya beliau masih keadaan murid, namun dalam
ilmu hikmah beliau dapat disebut sebagai mursyid karena beliau
sudah banyak membimbing orang-orang dalam pengalaman ilmu
hikmah. Selanjutnya adanya sebuah tarekat yang dimiliki oleh
pimpinan pondok pesantren tersebut hanya sebagai faktor
pendorong atau penunjang dalam mengajarkan ilmu hikmah di
Pesantren Nurul Hikmah. Karena menurutnya dengan ajaran
tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah menjadikan seseorang agar
selalu dekat dengan Allah SWT, untuk itu seseorang harus dapat
mencapai maqom-maqom tertentu dengan latihan-latihan yang
teratur dan berkesinambungan. Latihan tersebut yang harus di
tempuh antara lain melalui zikir, wirid secara teratur.31 Melalui

29
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 01 Januari 2019.
30
Moh.Hudaeri, Debus Dalam Tradisi Masyarakat Banten..., h. 2
31
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 01 Januari 2019
56

keistiqomahan beliau dalam mengamalkan ajaran tarekat yakni


zikir dan wirid tersebut beliau mempunyai keinginan
mengajarkan praktik wirid dan zikir kepada santri dengan
merujuk pada suatu amalan yang disebut ilmu hikmah, karena
beliau sendiri salah satu seorang ahli hikmah. Pengamalan Ilmu
hikmah yang diajarkan dipesantren Nurul Hiikmah ialah amalan-
amalan yang berkaitan dengan bacaan-bacaan, do`a-do`a, wirid
dan zikir.
Ilmu hikmah dengan melalui bacaan doa-doa atau wirid
dan zikir, tentu sangat berhubungan dengan sebuah tarekat yang
dipegang oleh pimpinan pesantren sendiri yakni tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah, karena dalam sebuah tarekat
tersebut banyak sekali amalan-amalan yang umumnya bertujuan
untuk tazqiyat al-nafs (penyucian jiwa) diantaranya melalui zikir
dan wirid tertentu yang bertujuan untuk bertafakur dengan penuh
kesungguhan hati mendekatkan diri kepada Allah.32 Dengan
demikian ilmu hikmah yang berkembang di Pesantren Nurul
Hikmah ini melalui bacaan amalan dan doa-do`a berupa zikir dan
wirid semata-mata bertujuan untuk mengingat Allah,
mendekatkan diri kepada Allah serta meminta pertolongan hanya
kepada Allah semata.33
Kedua, adanya kitab-kitab yang berkaitan dengan ilmu
hikmah, dalam sebuah pesantren mungkin sudah tidak asing lagi
dengan adanya kitab-kitab, biasanya kitab-kitab yang dipakai

32
Fathullah Gulen, kunci-Kunci Rahasia Sufi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada), h. 67
33
Sukari, Kitab Majmuatul Ahkam, Kumpulan dan Panduan Ilmu Hikmah,
(Bojonegara: Pondok Pesatren Nurul Hikmah, t,tp), h. 7
57

dalam dunia pesantren disebut dengan istilah kitab kuning. Kitab


kuning menjadi istilah yang identik dengan pesantren karena
menjadi rujukan pertama bagi pesantren. Tetapi dalam hal ini
terkait dengan kitab-kitab yang dapat dijadikan sebagai
penunjang pengajaran ilmu hikmah di Pesantren Nurul Hikmah
ini yaitu kitab- kitab Mujarobat. Dalam fungsinya teks Mujarobat
dapat digunakan: Pertama, sebagai pedoman dalam
mengamalkan bacaan do`a-do`a khusus untuk tujuan tertentu.
Kedua, dapat dijadikan sebagai azimat berupa wafaq, (simbol-
simbol dalam huruf Arab atau kata-kata dalam bahasa Arab
dengan pola tertentu).34
Dalam kitab Mujarobat yang digunakan dalam pengajaran
ilmu hikmah ini yaitu kitab Syamsul Ma`arif, kitab ini termasuk
jenis kitab yang isinya mencakup wirid (bacaan/do`a-do`a
khusus semacam bacaan wirid/hizib) dan wafaq, kitab Syamsul
Ma`arif ini merupakan kitab yang banyak terdapat amalan-
amalan do`a-do`a serta wirid, yang apabila bacaan dan do`a-do`a
tersebut bila diamalkan akan ada kekuatan-kekuatan atau
kemanfaatan yang dirasakan oleh seorang yang
mengamalkannya.
Selanjutnya, Pesantren Nurul Hikmah pada waktu penulis
mengadakan observasi, pesantren ini masih diasuh oleh pendiri
pondok pesantren Nurul Hikmah sendiri yaitu Ustadz Sukari.
Maka dengan itu, pesantren Nurul Hikmah belum mengalami

34
Umi Ibroh, “Fungsi Teks Mujarobat Dalam Masyarakat Desa
Pasarean”, (Skripsi Pada Program Studi Bahsa dan Sastra Indonesia
Universitas Di Ponegoro Semarang, 2017), h. 22.
58

pergantian pimpinan selama kurang lebih 40 tahun, hanya saja


dalam bentuk kepengurusannya yang dibantu dengan anak-
anaknya untuk membimbing dan membina santri-santrinya.
Adapun susunan kepengurusan pondok pesantren Nurul
Hikmah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Nama-nama Struktural kepengurusan di Pon-Pes Nurul Hikmah


59

Bagi santri yang akan mengaji ilmu-ilmu agama di


Pondok Pesantren Nurul Hikmah tidak ada kebijakan dari
pengasuh atau pengurus yang memberatkan santri untuk masuk
menjadi santri baru, dalam arti siapa pun boleh menjadi santrinya
tidak terbatas pada usia ataupun latar belakang pendidikannya.
Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hikmah yaitu Bapak Ustadz
Sukari dengan sangat senang hati menerimanya menjadi
santrinya, selagi santri-santrinya benar-benar hanya untuk
menuntut ilmu-ilmu agama, dengan demikian maka para
santrinya pun bervariasi ada yang sudah dewasa dan ada pula dari
tingkatan anak-anak. Pimpinan pondok pesantren dalam
Mekanisme penerimaan santri baru ini, tidak dipungut atau
diwajibkan untuk membayar uang pendaftaran dengan jumlah
tertentu, seperti uang honor tenaga pengajar atau uang bangunan
pesantren yang lainnya yang digunakan untuk merenovasi
pondok pesantren, pimpiman pondok pesantren menerima santri
barunya dengan hati yang ikhlas dan semampunya sesuai dengan
kemampuannya serta beliau semata-mata hanya mengharapkan
ridha Allah SWT.35
Kepada para santri tidak ada diskriminatif, antara santri
yang satu dengan santri lainya, antara anak kaya ataupun dengan
anaknya orang yang kurang mampu semuanya diperlakukan
sama. Sesama santri hanya ada rasa kebersamaan, satu tekad satu
harapan dalam menggapai cita-cita agar nantinya berbahagia di
dunia dan akhirat dalam mencapai ridha Allah SWT. Santri yang
senior (lama) menyayangi dan membimbing santri yang junior
35
Wawancara dengan Asep Saefulloh, Bojonegara, 05 Januari 2019.
60

(baru), santri yang muda atau yang baru menghormati santri yang
tua yang diterapkan dalam tingkah laku sehari-hari.36
Adapun santri yang terdapat di Pondok Pesantren Nurul
Hikmah ini berjumlah sebanyak 106 santri yang terdiri dari santri
laki-laki dan santri perempuan. Santri-santri tersebut berasal dari
berbagai daerah, baik dari dalam daerah (daerah Bojonegara)
maupun dari luar daerah (Lampung, Kediri, dan dari daerah lain-
lainnya), karena Pondok Pesantren Nurul Hikmah ini menerima
siapapun yang bertujuan untuk belajar ilmu-ilmu agama Islam.
Selanjutnya berkaitan dengan nama-nama santri yang ada di
Pondok Pesantren Nurul Hikmah penulis cantumkan pada
lampiran.
Santri-santri yang ada di pesantren Nurul Hikmah terdiri
dari laki-laki dan perempuan, maka dapat dipastikan pesantren ini
menerima santri laki-laki dan santri perempuan yang ingin belajar
dan menuntut ilmu agama. Aturan ini sudah berlaku sejak awal
berdirinya pesantren hingga sekarang, maka jangan heran bila
dijumpai ada santri perempuan serta ada juga santri wanitanya.
Bagi mereka keberadaan di lingkungan pesantren terasa suasana
yang relegius, tentram, dan damai, penuh ketenangan, rasanya
enggan untuk meninggalkan tempat ini, suasana ini salah satu
yang menjadi faktor para santri terasa nyaman tinggal di
pesantren meskipun dari kondisi yang sederhana.37

36
Wawancara Pribadi dengan Januri, Bojonegara, 05 Januari 2019.
37
Wawancara Pribadi dengan Asep Saefulloh, Bojonegara, 05 Januari
2019
61

Dalam pembinaan para santri di pesantren ini


menggunakan istilah jenjang kelas, seperti dalam pendidikan
formal (umum), karena melihat santri yang cukup banyak, serta
santri yang bervariasi ada yang anak-anak dan dewasa serta juga
melihat dari segi kemampuan menangkap ilmu pun sangat
berbeda-beda maka metode untuk pembinaan seperti ini sangat
tepat sekali untuk diterapkan di pesantren ini, dengan demikian
maka jenjang kelas yang digunakan ada tiga kelas yaitu kelas
satu,dua dan tiga.
Santri yang berada di Pondok Pesantren Nurul Hikmah ini
mayoritas keseluruhan diiringi dengan pendidikan formal yaitu
pendidikan tingkat SLTP (MTs) dan SLTA (Aliyah), maka
pembagian kelas santri pun untuk pengajian di pesantren sesuai
dengan para santri menduduki kelas sekolah formalnya, kelas
satu itu untuk santri yang masih sekolah di tingkat MTs, kelas
dua untuk santri yang sudah sekolah MA dan kelas tiga di
peruntukkan untuk santri yang sudah lulus sekolah SMA , santri
yang melanjutkan sekolah di perguruan tinggi (kuliyah) atau
santri yang masih mengabdikan dirinya untuk pesantren dan
masih tingginya niat untuk belajar ilmu-ilmu agama di pondok
pesantren. Adapun seorang santri baru, yang dianggap telah
mampu boleh memberikan bimbingan kepada santri-santri yang
lain, sebelum mendapatkan bimbingan dari kiyai secara langsung.
Para santri baik yang diluluskan atau keluar sendiri, dari
pertama berdiri sampai sekarang tidak terhitung jumlahnya, tetapi
para santri ini telah membuktikan kemampuan dan loyalitasnya di
masyarakat masing-masing dengan mengamalkan ilmunya yang
62

diperoleh dari pesantren sebagai wujud pengabdian masyarakat,


sehingga dapat dijadikan sebagai motivasi generasi berikutnya
untuk belajar agama di Pesantren Nurul Hikmah.

C. Metode Pembelajaran Di Pondok Pesantren Nurul


Hikmah
Sementara itu, berkaitan dengan metode belajar mengajar
yang diterapkan di Pesantren Nurul Hikmah ini menggunakan
metode klasik dengan mempelajari ilmu-ilmu agama yang
bersumber pada kitab-kitab kuning atau kitab-kitab klasik seperti,
mencakup ilmu tauhid, tafsir, ilmu tafsir, ilmu hadis, fiqih,
tasawuf, ilmu akhlak, nahwu, sharaf, dan lain-lain. Dalam metode
ini Pondok Pesantren Nurul Hikmah menggunakan beberapa
metode dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya seperti,
Sorogan, Majelis Ta`lim, Bandongan, dan metode hafalan.38

 Sorogan
Istilah sorogan berasal dari bahasa Jawa yang berarti
“sodoran” atau yang “disodorkan”.39 Dalam sistem belajar secara
sorogan ini maksudnya di mana santri menghadap guru secara
satu persatu dengan membawa kitab yang dipelajari, di sini
terjadi interaksi saling mengenal dan saling memahami.40
Menurut penulis metode ini sangat efektif untuk dilakukan dalam

38
Wawancara Pribadi dengan Januri, Bojonegara, 05 Januari 2019.
39
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarat: PT. Remaja
Grafindo Persada, 1996), h. 50.
40
Kholis Thohir, “Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren
Salafi”, h. 15.
63

pembelajaran karena dalam metode ini terjadi interaksi yang


fokus antara seorang santri dengan gurunya.
Menurut Ustadz Januri sorogan ini sangat memungkinkan
untuk dilakukan dalam pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul
Hikmah ini bahkan tidak hanya di pondok pesantren ini di
masyarakat pun bisa untuk dilakukan bahkan juga dapat
dilakukan di rumah-rumah masyarakat sekitar.41

 Majelis Ta`lim
Metode majelis ta`lim merupakan metode yang digunakan
dalam menyampaikan ajaran Islam yang bersifat umum dan
terbuka, yang dapat dihadiri oleh jama`ah yang memiliki berbagai
latar belakang pengetahuan, tingkat usia, dan jenis kelamin.42
Menurut salah satu santri dalam metode ini tidak hanya
melibatkan para santri saja tetapi juga dapat diikuti oleh setiap
kalangan masyarakat atau bersifat umum, metode ini sengaja
dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Hikmah guna menjalin
hubungan yang akrab dan baik antara masyarakat dengan
lingkungan pondok pesantren termasuk santri-santri yang ada.43

 Bandongan
Metode bandongan merupakan bagian dari metode yang
paling utama di pondok pesantren. Metode bandongan ialah

41
Wawancara Pribadi dengan Januri, Bojonegara, 05 Januari 2019.
42
Imron Arifin, Kepemimpinan Kiyai Kasus Pondok Pesantren
Tebuireng,(Malang: Kalimasada Press, 1993), h. 39
43
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Solehan, Bojonegara, Kamis 05
Januari 2019.
64

metode pembelajaran dengan berpusat pada guru, dalam metode


ini guru yang aktif dan santri yang pasif, di mana para santri
dengan duduk di sekeliling guru (kiyai) yang membaca kitab dan
santri menyimak masing-masing kitab dan mencatat jika
dipandang perlu.44 Menurut penulis dalam menggunakan metode
bandongan ini mengakibatkan para santri menjadi diam saja tidak
ada interaksi lebih jauh, karena dalam metode ini para santri tidak
dituntut untuk kreatif berdiskusi atau mengajukan pertanyaan
kepada sang kiyai, hal ini dikarenakan dalam pengajarannya
didominasi oleh kiyai sedangkan para santrinya hanya
mendengarkan dan memperhatikan.
Menurut Ahmad Solehan, ia mengungkapkan bahwa
dalam hal lain metode bandongan ini seorang kiyai kurang bisa
memperhatikan seluruh santri-santrinya dikarenakan dalam
jumlah yang begitu banyak semuanya dikumpulkan dalam satu
ruangan atau majelis, dengan waktu yang sama dan dalam
pelajaran yang sama sehingga para santri tidak bisa terkontrol
apakah mengikuti pelajaran atau pengajian dengan baik atau
tidak.45

 Metode hafalan
Dalam metode pembelajaran hafalan ini menurut Asep
Saefulloh bahwa dalam penerapan metode ini di Pondok
Pesantren Nurul Hikmah berlangsung di mana santri menghafal

44
Kholis Thohir, “Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren
Salafi...”, h. 15.
45
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Solehan, Bojonegara, 05 januari
2019.
65

teks atau kaimat-kalimat tertentu dari kitab atau surat-surat


pendek dari al-Qur`an. Hafalan-hafalan tersebut bisa disetorkan
langsung kepada para pengurus atau masing-masing pembimbing
santri.46
Metode-metode pembelajaran di atas merupakan metode
pembelajaran yang diterapkan oleh Pimpinan Pondok Pesantren
Nurul Hikmah dalam pembelajaran kitab-kitab yang di ajarkan di
pesantrennya.

D. Aktivitas Santri Pondok Peesantren Nurul Hikmah


Aktivitas adalah suatu kegiatan.47 Menurut Nasution
aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-duanya
harus dihubungkan.48 Dalam hal ini aktivitas-aktivitas yang ada
di Pondok Pesantren Nurul Hikmah salah satu bentuk
pembelajaran untuk melatih kebiasaan remaja serta menjadikan
remaja yang mandiri secara ekonomi, cerdas spiritual dan
intelektual.49 Dalam aktivitas-aktivitas santri yang penulis
maksud di sini ialah yang sudah menjadi tradisi atau kebiasaan di
Pesantren Nurul Hikmah Bojonegara, yakni tidak lain ialah
belajar atau mengkaji kitab. Kitab-kitab yang dipelajari atau di
kaji di Pondok Pesantren Nurul Hikmah ini ialah kitab kuning.

46
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Saefulloh, Bojonegara, 05 januari
2019.
47
Tim Penyusun kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (
Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 23.
48
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), h. 89.
49
Wawancara Pribadi dengan Januri, Bojonegara, 05 januari 2019.
66

Dalam dunia pesantren, posisi kitab kuning sangat


strategis karena kitab kuning dijadikan sebagai text book,
references, dan kurikulum dalam sistem pendidikan pesantren,
selain sebagai pedoman bagi tatacara keberagamaan, kitab kuning
difungsikan juga oleh kalangan pesantren sebagai referensi
universal dalam menyikapi segala tantangan kehidupan.
Pelestarian pengajaran kitab kuning di pesantren telah berjalan
terus menerus, dan secara kultural telah menjadi ciri khusus
pesantren sampai saat ini. Melalui tradisi membaca kitab kuning
ini, para kiyai pesantren telah berhasil mewarnai corak kehidupan
keagamaan masyarakat pada khususnya dan kehidupan sosial
kemasyarakatan pada umumnya.50
Kuatnya pengaruh ajaran ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah di
kalangan umat Islam, yang dicirikan dengan penggunaan paham
Asy`ariyah dalam bidang teologi, penggunaan paham al-Syafi`i
dalam bidang fiqih, dan penggunaan tasawuf al-Ghazali terjadi
karena pengaruh dari tradisi membaca kitab kuning oleh para
kiyai di pesantren.51
Melalui sebuah observasi dengan pengamatan dan
wawancara yang penulis lakukan dalam aktivitas santri ini.
Pesantren Nurul Hikmah memiliki aktivitas-aktivitas sebagai
berikut:

50
Amrizal, “Eksistensi Tradisi Kajian Kitab Kuning Dalam Lingkup
Perubahan Sosial” dalam Sosial Budaya Vol 13, No 1, Juni 2016, h. 76
51
Amrizal, “Eksistensi Tradisi Kajian Kitab Kuning Dalam Lingkup
Perubahan Sosial...”, h. 76
67

1). Setiap hari selain dari hari Jum`at setelah Maghrib


para santri melakukan pengajian membaca al-Qur`an
bersama ustadz yang telah dijadwalkan.
2). Setiap hari selain dari hari Jum`at ba`da Isya para
santri melakuakn aktivitas pengajian kitab yang di
pimpin oleh para ustadz yang telah dijadwalkan
3). Setiap hari selain dari hari Jum`at setelah Shalat
Subuh para santri mengaji kitab yang langsung
dipimpin oleh pimpinan pondok pesantren sendiri
yaitu Kiyai Sukari.
4). Setiap hari selain dari hari Jum`at setelah Dzuhur para
santri melakukan aktivitas sesuai dengan jadwal yang
sudah ditentukan oleh pengurus pesantren. Misalnya,
bersih-bersih halaman pesantren, bersih-bersih rumah
pak kiyainya, serta ada yang mengurus tanam-
tanaman, dll.
5). Setiap hari selain dari hari Jum`at setelah Asar
seluruh santri melakukan aktivitas membaca kitab
Dalail Khairot.

Selain dari aktivitas itu ada juga aktivitas pengembangan


bakat. Seperti, pengembangan dakwah, qori` serta kesenian
lainnya. Ini dilakukan pada hari Jum`at dimulai dari malam
Jum`at setelah shalat Isya.
1. Kegiatan Muhadoroh, kegiatan ini diisi dengan
pidato/ceramah yang setiap kegiatan bisa dilakukan
dengan 10 santri yang ditampilkan memberikan
68

pidatonya, kegiatan ini dilakukan setelah shalat Isya, yang


bertujuan untuk melatih para santri agar nanti hidup
bermasyarakatnya sudah terbiasa dalam menghadapi
urusan kemasyarakatan yang berhubungan dengan
berbicara misalnya, menjadi MC acara pernikahan atau
sambut-sambutan pada acara-acara tertentu yang
dibutuhkan oleh masyarakatnya nanti.52
2. Kegiatan marhabanan, kegiatan ini adalah kegiatan
yang biasanya dilakuakn untuk acara syukuran
memberikan nama pada seorang anak, untuk
pemebelajaran terhadap santrinya itu dilakukan pada
setiap malam Jum`at setelah shalat Maghrib
3. Istighosah, kegiatan ini dilakukan setiap malam Jumat,
kegiatan ini dipimpin langsung oleh pimpinan pesantren
atau lurah pesantren.
4. Kesenian, kegiatan ini diisi dengan berbagai ragam
kegiatan misalnya, marawis, nasyid, olahraga dll,
kegiatan ini dilakukan pada hari Jum`at pagi. Menurut
salah satu s pengurus bahwa dengan kegiatan-kegiatan
seni ini, para santri dapat mengembangkan bakatnya
sesuai dengan apa yang para santri senangi dan benar-
benar minati.53

52
Wawancara Pribadi dengan Januri, Bojonegara, 05 Januari 2019
53
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Saefulloh, Bojoegara, 05 Januari
2019
69

Bidang-bidang disiplin ilmu yang diajarkan di pesantren


ini secara keseluruhan adalah bidang ilmu-ilmu agama, tidak ada
satu pun mata pelajaran yang ada di pendidikan umum itu
diajarkan di Pondok Pesantren Nurul Hikmah seperti: bahasa
Inggris, matematika, Pkn dan lain-lain. Pendidikan yang
diajarkan di Pondok Pesantren Nurul Hikmah murni pendidikan
agama di antaranya: ilmu nahwu, ilmu sorof, ilmu fiqh, ilmu
tasrif, ilmu falaq, ilmu tafsir, ilmu tasawuf dan lain-lain.54 Untuk
lebih jelasnya, mengenai jadwal pengajian yang ada di Pondok
Pesantren Nurul Hikmah penulis akan cantumkan pada lampiran-
lampiran.

E. Kondisi Sosial Pesantren dan Masyarakat


a. Kondisi Sosial Pesantren Nurul Hikmah
Pesantren yang terdapat di tengah-tengah kalangan
masyarakat tentunya ini sangat membantu dalam lingkungan
masyarakat setempat khususnya, karena hampir kita temukan
masyarakat yang di sekitar lingkungannya terdapat pesantren itu
relatif lebih menonjol dan terangkat nama masyarakatnya
dibandingkan masyarakat yang tidak ada pesantren.
Dalam pandangan masayarakat pun adanya suatu
pesantren ini justru sangat membantu sekali, baik dalam bidang
pendidikan agama, terutama untuk anak-anak dan remaja
khususnya masyarakat Ds. Lambangsari dan umumnya semua
lapisan masyarakat lainnya.

54
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 05 Januari 2019
70

KH. Bahaudin, tokoh masyarakat Desa Lambangsari


Bojonegara Menuturkan ungkapan bahwa “sudah seharusnya di
jaman yang sudah penuh dengan kemajuan ini, serta dengan
meningkatnya budaya-budaya barat yang begitu berkembang
pesat di tengah-tengah kehidupan masyarakat pedesaan, yang
tidak layak dilihat dan dicontoh bagi anak-anak muda sekarang
yang dapat merusak nilai-nilai prilaku dan akhlak anak-anak
remaja, sebagai generasi bangsa dan agama di masa depan ini.
Dengan demikian, justru kita harus meningkatkan dan
megembangkan kajian ilmu-ilmu agama. Ilmu-ilmu agama harus
benar-benar dikembangkan dan dipelajari oleh anak-anak muda
khususnya, melalui pendidikan pesantren yang sudah jelas dan
dikenal dikalangan masyarakat bahwa pesantren ialah tempat
belajar ilmu agama semoga dengan ilmu-ilmu agama yang
dipelajari tersebut dapat meningkatkan nilai-nilai keagamaan
khususnya nilai agama Islam bagi anak-anak remaja, agar mereka
tidak mengikuti budaya-budaya asing yang dapat merusak akhlak
anak-anak generasi masa kedepan ini, serta dengan melalui ilmu-
ilmu agama yang wajib di ajarkan kepada anak-anak remaja itu
agar mereka tertanam suatu sikap dan akhlak yang baik dan
mulia dan selalu bertaqwa kepada Allah SWT”.55
Tholkhah Hasan mantan Menteri Agama RI, bahwa
pesantren harus mampu menghidupkan fungsi-fungsi pesantren.56
Pertama, pesantren sebagai lembaga pendidikan yang melakukan

55
Wawancara Pribadi dengan Bahaudin, Bojonegara, 01 Januari 2019.
56
Syafe`i Imam, “Pondok Pesantren Lembaga Pendidikan Pembentukan
Karakter”, h. 94.
71

transfer ilmu-ilmu agama. Kedua, pesantren sebagai lembaga


keagamaan yang melakukan kontrol sosial dan yang ketiga,
pesantren sebagai lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa
sosial atau perkembangan masyarakat.
Selanjutnya, berkaitan dengan kondisi hubungan sosial
santri Pesantren Nurul Hikmah dengan masyarakat sangat baik,
karena para santri benar-benar sangat berpengaruh kepada
lingkungan masyarakat setempat khususnya. Misalnya, para
santri biasanya diundang oleh warga masyarakat setempat untuk
ngeriung, marhabanan, dalailan, yasinan.57
Berbagai macam bentuk sosial santri terhadap
masyarakat, hal ini menandakan bahwa Pesantren Nurul Hikmah
sangatlah membantu dalam segala urusan dan kebutuhan
masyarakat, serta sangat menjaga hubungan tali persaudaraan
antar sesama santri maupun penduduk warga masyarakat dengan
menjaga prilaku, ucapan atau pun yang lainnya. Sesuai dengan
perintah Allah SWT dalam Q.S al-Imrȃn ayat 103.

         

      


    

          

      

57
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Solehan, Bojonegara, 05 Januari
2015
72

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali


(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk. (Q.S Al-Imran ayat 103).

b. Kondisi Sosial Masyarakat Pengrango Desa Lambangsari


Masyarakt Desa Lambangsari bila dilihat dari sosial
keagamaan bahwa keseluruhan masyarakat Desa Lambangsari
Kecamatan Bojonegara beragama Islam, dengan demikian, tidak
ada satu pun penduduk masyarakat Desa Lambangsari yang non
muslim atau pemeluk agama Kristen. melalui keislaman dan
keagamaannya masyarakat setempat kental dengan budaya-
budaya yang bersifat religius, seperti pembacaan marhabanan
yang diajarkan kepada anak-anak, remaja hingga orang tua
sebagai pemandu kegiatan ini, pengajian membaca al-Qur`an
untuk anak-anak dan remaja, yasinan, tahlilan, serta masih
banyak beberapa acara keagamaan lainnya seperti mauludan,
(memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW), serta
peringatan hari besar Islam yang sering menghadirkan para
ulama/kiyai.58
Selanjutnya, dilihat dari bidang sosial perekonomian
bahwa masyarakat Desa Lambangsari secara keseluruhan adalah
masyarakat yang sederhana, bila dilihat dari tingkat penghasilan
dan pendidikannya, umumnya masyarakat mendapat penghasilan

58
Wawancara dengan Syatibi, Bojonegara, 01 Januari 2019.
73

dari bertani, dengan demikian hasil pertanian itu merupakan


penghasilan pokok masyarakat yang dijadikan mata pencaharian
yang paling utama di samping mata pencaharian yang lainnya,
seperti menjadi pedagang (warung), menjadi buruh bangunan,
menjadi buruh kasar, dan menjadi karyawan perusahaan.59
Berdasarkan hal itu maka pertanian adalah salah satu yang cukup
mendominasi setelah mata pencaharian yang lainnya. Hal ini
sesuai dengan letak wilayah masyarakat Desa Lambangsari yang
wilayahnya masih dapat disebut dengan daerah pesawahan, maka
hal ini hampir keseluruhan warga masyarakat Desa Lambangsari
memperoleh mata pencaharianya dari bertani seperti menanam
padi atau menanm sayur-sayuran, dan lain-lainnya.

59
Wawancara dengan Syrifudin, Bojonegara, 01 Januari 2019.
BAB III
TEORI EPISTEMOLOGI ISLAM DAN ILMU HIKMAH

Salah satu cabang filsafat yang jumlah pembahasannya


hampir mencakup isi keseluruhan filsafat itu sendiri adalah
epistemologi. Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani,
Philosopia, yang merupakan gabungan dari kata Philos (cinta)
dan Sophia (kebijaksanaan), jadi secara harfiah filsafat bisa
diartikan sebagai pecinta kebijaksanaan.1 Filsafat sendiri secara
umum, bisa dibagi menjadi tiga kelompok yakni ontologi,
epistimologi dan aksiologi. Dalam pembahasan ini yang menjadi
sorotan penting adalah mengenai salah satu cabang dari ilmu
filsafat itu sendiri yaitu epistemologi.

A. Teori Epistemologi Islam


Secara historis, istilah epistemologi dipakai pertama kali
oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 yang tujuannya untuk
membedakan antara dua cabang filsafat. yaitu epistemologi dan
ontologi.2
Ditinjau dari segi etimologi, epistemologi berasal dari
kata Yunani yaitu episteme dan logos. Episteme berarti
pengetahuan, sedangkan logos berarti teori, uraian atau alasan.3
Dengan demikian epistemologi adalah teori tentang pengetahuan,

1
Mukhtar Latif, Orieantasi Kearah Pemahaman Filsafat Ilmu,
(Jakarta:Prenada media Group, 2014), h. 43.
2
Mukhtar Latif, Orieantasi Kearah Pemahaman Filsafat Ilmu..., h.197.
3
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 31.

74
75

dalam bahasa Inggris populer dengan istilah theory of knowledge


dan di Indonesia dikenal dengan istilah filsafat pengetahuan.
Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga
merupakan suatu upaya rasioanal untuk menimbang dan
menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam
interaksinya dengan diri, lingkungan sosial, dan alam sekitarnya.4
Secara terminologi, epistemologi merupakan teori
pengetahuan atau kajian tentang asal usul, anggapan dasar, tabiat,
rentang, kecermatan (kebenaran, keterdalaman, keabsahan)
pengetahuan.5
Harun Nasution dalam bukunya yang berjudul Filsafat
Agama, menjelaskan bahwa epistemologi ialah ilmu yang
membahas tentang apa pengetahuan itu, dan bagaimana
memperolehnya.6
R.B.S Fudyartanto, epistemologi berarti ilmu filsafat
tentang ilmu pengetahuan atau dengan kata lain, filsafat
pengetahuan. Sedangkan, menurut Antun Suhono, Epistemologi
adalah teori mengenai hakekat ilmu pengetahuan, ialah bagian
filsafat mengenai refleksi manusia atas kenyataan.7

4
J. Sudarminta, Epistemologi Dasar:Pengantar Filsafat Pengetahuan,
(Yogyakarta: PT. Kanisius, 2002), h. 18.
5
Akhmad Sodiq, Epistemologi Islam Argumen al-Ghazali Atas
Superioritas Ilmu Ma`rifat, (Depok: PT Kharisma Putra Utama, 2017), h. 2
6
Harun Nasution, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h.10.
7
Miska Muhammad Amin, Epistemologi Islam: Pengantar Fislafat
Pengetahuan Islam, (Jakarta: UI-Press, 2006), h. 2.
76

Jujun, S. Suriasumantri, epistemologi ialah membahas


cara untuk mendapatkan pengetahuan, yang dalam kegiatan
keilmuan disebut dengan metode ilmiah.8
D.W. Hamlyin mengatakan bahwa epistemologi
sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian-pengandaian serta
secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan
bahwa orang memiliki pengetahuan.9
Sementara Haidar Bagir berpanddangan bahwa
epistemologi ialah pengetahuan yang sistematis tentang sumber-
sumber, batas-batas, dan verifikasi (pemeriksaan nilai kebenaran)
ilmu pengetahuan.10
Dengan demikian, epistemologi adalah bagian filsafat
yang membicarakan terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode
dan kesahihan pengetahuan.

Epistemologi dalam Islam memiliki tiga kajian, yaitu:


pertama, empiris, kedua, rasional, dan yang ketiga, adalah
intuisi.11 Apa dan bagaimana empiris, rasional, dan intuisi,
berikut penulis uraikan dibawah ini:

8
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007), h. 119.
9
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional
Hingga Metode Kritik. (Jakarta: Erlangga,2005), h. 3.
10
Haidar Bagir, Epistemologi Tasawuf: Sebuah Pengantar, (Bandung, PT
Mizan Pustaka, 2017), h. 16.
11
Faris Pari, “Epistemologi dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan...”, h.
203
77

1. Empiris

Istilah empiris atau dalam bahasa Inggris disebut dengan


empiricism yang merupakan sarapan kata dari bahasa Yunani,
yaitu: empeiria, empeiros yang berarti “berpengalaman dalam”,
“berkenalan dengan”, “terampil untuk”, atau dalam bahasa latin
dikenal dengan istilah experientia yang artinya “pengalaman”.12
Sementara secara terminologi, empiris adalah suatu aliran
pemikiran yang berpandangan bahwa sumber seluruh
pengetahuan manusia adalah ditemukan pada pengalaman.13
Dengan demikian berarti semua pengetahuan manusia pada
akhirnya berdasarkan pada pengalaman.
Doktirin empiris menyatakan bahwa pengalaman adalah
sumber utama seluruh pengetahuan manusia. Oleh karena itu,
doktrin ini bersandar pada penyataan bahwa tetkala manusia itu
kehilangan berbagai jenis pengalamannya, mereka
tidakmengetahui kebenaran apa pun tanpa memedulikan
kejelasannya. Ini menunjukkan bahwa manusia itu lahir tanpa
pengetahuan bawaan.14
Lebih lanjut, hal ini dapat kita lihat bilamana
memperhatikan pertanyaan sebagai berikut: “Bagaimana orang
mengetahui es itu dingin?” seorang empiris akan mengatakan.
“karena saya telah merasakan hal itu dan karena ilmuan pun telah
merasakan seperti itu”. Dalam pernyataan ini, ada tiga unsur yang
perlu dicermati, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui

12
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, h. 197.
13
Muniron, Epistemologi Ikhwan as-Sh afa..., h. 297.
14
Muhammad Baqir Shadr, Falsafatuna: Materi, Filsafat, dan Tuhan
Dalam Filsafat Barat dan Rasionalisme Islam..., h. 23.
78

(objek), dan cara dia mengetahui bahwa es itu dingin.


“Bagaimana dia mengetahui es itu dingin?” dengan menyentuh
langsung lewat alat peraba. Dengan demikian, seorang empiris
akan mengatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh lewat
pengalaman-pengalaman indrawi yang sesuai.15
John Locke16, tokoh aliran empirisme, mengatakan bahwa
segala sesuatu berasal dari pengalaman indrawi, bukan budi
(akal). akal merupakan sejenis buku catatan yang kosong, dan di
dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman
indrawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh
dengan jalan menggunakan serta membandingkan ide-ide yang
diperoleh dari pengindraan serta refleksi yang pertama dan
sederhana.17
Ia memandang bahwa akal sebagai sejenis tempat
penampungan, yang secara pasif menerima hasil-hasil
pengindraan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita, betapa
pun rumitnya, dapat dilacak kembali sampai pada pengalaman-
pengalaman indrawi yang pertama-tama dapat diibaratkan
sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa
yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali secara demikian

15
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.
98.
16
Jhon Locke, Filusuf Inggris, ia mengingkari adanya innate idea yaitu
ide bawaan lahir. Menurutnya, sumber segala ide kita adalah pengalaman yang
terdiri dari pengindraan dan refleksi.
17
Lois O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono..., h.
133.
79

itu bukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukan


18
pengetahuan mengenai hal-hal faktual.
Selain dari pada itu David Hume, tokoh empiris juga
melanjutkan gagasan Locke. Menurutnya, manusia tidak
membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya, sumber
pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua
hal, kesan-kesan (impression) dan pengertian-pengertian atau ide-
ide (ideas), yang dimaksud kesan-kesan adalah pengalaman
langsung yang diterima dari pengalaman, baik pengalaman
lahiriyah maupun pengalaman batiniah, yang menampakan diri
dengan jelas, Ketika seorang anak telah merasakan sensasi sakit
karena menyentuh nyala lilin, dia akan berhati-hati untuk tidak
meletakkan tangannya di dekat lilin, yang dimaksud dengan ide
adalah gambaran tentang pengamatan yang redup, samar-samar
yang dihasilkan dengan merenungkan kembali dalam kesadaran
kesan-kesan.19 Oleh sebab itu empirisme berpendirian bahwa
pengetahuan dapat di peroleh melalui indra, indra memperoleh
kesan-kesan dari alam nyata, kemudian kesan-kesan tersebut
berkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman.20
Dalam teori empiris menegaskan hanya pengindraan
manusia dengan konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan bahwa
kekuatan mental adalah hal yang merefleksikan dalam pikiran
berbagai persepsi indra. Jadi tetkala kita memandang sesuatu, kita

18
Lois O. Kattsoff, Pengantar Filsafat..., h. 135.
19
David Hume, An Enquiry Concerning Human Understanding..., h. 135.
20
Ilham Efendi & M. Zakaria Kurniawan, dkk., “Aliran-Aliran Filsafat
Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme”, (Makalah Pada Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Raden Fatah Palembang, 12 Desember 2018), h. 5.
80

dapat memiliki konsepsi tentangya yakni, kita dapat menangkap


bentuknya secara mental. Menurut teori ini, pikiran hanya
mengelola konsepsi dan gagasan yang bersifat indra.21
Pengalaman lebih memberi keyakinan dibanding
kesimpulan logika atau kemestian sebab akibat. Sebab dan akibat
hanya hubungan yang saling berurutan saja dan secara konstan
terjadi seperti api yang membuat air mendidih. Padahal dalam api
tidak dapat diamati adanya “Daya aktif” yang mendidihkan air.
Jadi, “Daya aktif” yang disebut “Hukum kuasalitas” itu bukanlah
hal yang diamati, bukan hal yang dapat dilihat dengan mata
sebagai berada dalam ”Air” yang direbus. Dengan demikian,
kuasalitas tidak bisa digunakan untuk menetapkan peristiwa yang
akan datang berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terdahulu.22
Menurut Hume, ketika kita hidup dan telah terbiasa dengan
bentuk alam, kita memperoleh kebiasaan umum, di mana kita
selalu mentransfer yang dikenal dengan yang tidak diketahui dan
membayangkan yang terakhir menyerupai yang sebelumnya,
dengan menggunakan prinsip kebiasaan umum, ini ia anggap
sebagai suatu pengalaman sebagai landasan pemikiran, di mana
tingkat kepastian dan percobaan telah dilakukan secara akurat.23
Jadi, pengalaman adalah sumber informasi bahwa roti itu
mengenyangkan untuk selanjutnya hanya kemungkinan belaka,
bukan kepastian.

21
Baqir Shadr, Falsafatuna..., h. 85.
22
Amsal Bahtiar, Filsafat Agama, h. 43-44.
23
David Hume, An Enquiry Concerning Human Understanding..., h. 126
81

Para filosof, berpendapat bahwa akal berfungsi untuk


memastikan hubungan urutan-urutan peristiwa tersebut. Padahal,
hubungan yang demikian itu bersifat kemungkinan belaka dan
pengetahuan kita tentang peristiwa tersebut sesungguhnya berasal
dari pengalaman.24 Demikian al-Ghazali seorang ahli hukum dan
teolog yang memahami filsafat dengan baik dan pada titik yang
sama kejatuhannya pada keraguan religius telah mengantarnya
pada sufisme untuk mengobati penyakit spiritualnya, di sana ia
menemukan kepastian dan penyelamatan tertinggi. Akibatnya
dengan seluruh karunia pengetahuan yang niscaya, kefasihan dan
pengalamannya, ia mulai meruntuhkan kekuasaan rasionalisme
dalam masyarakat islam.25 Teori Pengalaman mengajarkan bahwa
kesenangan dihubungkan dengan perbuatan tertentu dan bahwa
ketidak senangan dihubungkan dengan perbuatan-perbuatan
lainnya.26
Secara lebih detail, paham empirisme dapat diindikasikan
dengan beberapa karakter, diantaranya sebagai berikut:27
1. Dunia merupakan suatu keseluruhan sebab akibat.
2. Perkembangan akal ditentukan oleh perkembangan
pengalaman empiris.
3. Sumber pengetahuan adalah kebenaran yang nyata
(empiris)

24
Amsal Bahtiar, Filsafat Agama..., h. 44.
25
Seyyed Hossein Nasr, Tiga Mazhab Utama Filsafat Islam,
(Banguntapan Jogjakarta: IRCISOD Press, 1964), h. 99.
26
Misnal Munir Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012), h. 25
27
Sativa, “Empirisme, Sebuah Pendekatan Penelitian Arsitektur”, dalam
Inersia Vol. VII, No. 2, Desember 2011, h. 118.
82

4. Pengetahuan datang dari pengalaman.


5. Akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya
sendiri.
6. Mengajukan kritik terhadap rasionalisme yang
dianggap tidak membawa kemajuan apapun.
7. Asas filsafatnya bersifat praktis (bermanfaat).
8. Awal digunakannya prosedur ilmiah penemuan
pengetahuan, karena sesungguhnya hakikat ilmu
pengetahuan itu adalah pengamalan, percobaan,
penyusunan fakta, dan penarikan hukum-hukum
umum.
9. Metode yang dipakai adalah metode induktif.

a. Pokok-pokok Ajaran Empiris


Ada beberapa ajaran pokok dalam pemikiran empiris ini.
Adapun yang menjadi pokok-pokok penting dalam pemikiran
ajaran kaum atau madzhab empirisme ini, yaitu:28
1). Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan
abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang
dialami.
2). Pengalaman indrawi adalah satu-satunya sumber
pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3). Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung
pada data indrawi.
28
Lorens Bagus, Kamus Filsafat..., h. 197-198.
83

4). Semua pengetahuan turun secara langsung, atau


disimpulkan secara tidak langsung dari data indrawi
(kecuai beberapa kebenaran definisional logika dan
matematika).
5). Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita
pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada
pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita.
Akal budi mendapatkan tugas untuk mengolah bahan-
bahan yang diperoleh dari pengalaman.
6). Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mangaku
bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan.

b. Jenis-jenis Empiris
Selanjutnya, aliran empiris ini memiliki varian macam
atau jenis. Adapun berkenaan dengan jenis-jenis aliran dalam
pemikiran empiris ini, yaitu:
1). Empiris-kritisisme, disebut juga machisme. Ini sebuah
aliran filsafat yang besrifat subjektif-idealistik.
Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti dari
aliran ini ialah ingin “membersihkan” pengertian
pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan,
kuasalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori.
Pengertian-pengertian apriori ini secara salah dimasukan
kedalam pengalaman. Sebagai intinya, aliran ini
mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah
elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi (penerapan-
84

penerapan). Dengan mengajukan ajaran tentang kordinasi


dasar, empirio-kritisisme berubah menjadi idealisme
subyektif.29

2). Empiris logis.


Empiris logis ini berpegang pada pandangan-
pandangan sebagai berikut:
a). Analisis logis modern dapat diterapkan pada
pemecahan problem filosofis dan ilmiah. [Problem filsafat
tradisional dibagi kedalam dua klasifikasi: 1) problem
fakta, yang digeluti ilmu pengetahuan, dan 2) problem
metodologi dan analisis konseptual, yang ditangani
filsafat. Semua problem lain tidak relevan dan tidak
bermakna.] b) Ada batas-batas bagi empirisme. Perinsip
sistem logika formal dan prinsip kesimpulan induktif
tidak dapat dibuktikan dengan mengacu kepada
pengalaman. c) Semua proposisi yang benar dapat
dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi
mengenai data indrawi yang kurang lebih merupakan data
indrawi yang ada seketika. d) Pertanyaan-pertanyaan
mengenai hakekat kenyataan yang terdalam pada dasarnya
tidak mengandung makna dan faham ini merendahkan
tugas filsafat menjadi analisis bahasa dan makna.
3). Empiris radikal: suatu aliran yang berpendirian bahwa
semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada
pengalaman indrawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara
29
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, h. 201.
85

demikian itu dianggap bukan pengetahuan. Penganut


empirisme radikal disebut juga penganut sensasionalisme.
Tetapi tidak semua penganut empirisme merupakan
penganut sensasionalisme, diantra mereka ada yang
mengatakan kita tidak mengetahui suatu corak
pengetahuan yang tidak dapat dijabarkan pada
pencerapan, sekalipun dikatakan pula bahwa hal itu
bukanlah menyangkut pengetahuan mengenai eksistensi.
Contoh: mungkin bagi kita untuk mengetahui sesuatu
tanpa pengalaman. Kita dapat mengatakan, misalnya,
“kertas itu berwarna putih atau tidka putih”, karena kita
dapat mengatakan segala hal merupakan A atau bukan A.
Dengan cara yang sama saya juga dapat mengetahui tanpa
menunjuk pada pengalaman indrawi bahwa suatu segitiga
merupakan bangunan datar yang berisi tiga, karena
memang demikianlah cara saya mendefinisikan segitiga.
Sementara penganut empiris radikal mengatakan bahwa
kedua contoh tersebut bukanlah pengetahuan, tetapi hanya
menerangkan bagaimana kita menggunakan kata-kata.30

2. Rasional
Rasional termasuk salah satu media (alat) memperoleh
pengetahuan bagi seorang individu, di samping alat indrawi yang
hanya berelasi dengan objek-objek akal, penafsiran lain juga
disebutkan dalam teori rasional bahwa rasional dianggap sebagai
ide bawaan yang ada dalam jiwa secara potensial dan ide bawaan
30
Lorens Bagus, Kamus Filsafat…, h. 201-202.
86

itu memperoleh kualitas menjadi aktualnya dengan


perkembangan mental dari jiwa. Dengan demikian, konsepsi
bawaan lahir tidak dihasilkan oleh indra, karena itu kesaksian
apapun yang bersumber dari luar nalar manusia (selain rasio)
cendrung bersifat tidak pasti atau tidak dapat dipercaya.31
Menurut Plato32 dunia ideal (yang terdiri dari ide-ide)
merupakan obyek bagi rasio kita. Apalagi, dunia jasmani dengan
cara tak sempurna meniru saja dunia ideal yang sama sekali
sempurna, itulah sebabnya para filusuf sedapat mungkin harus
melepaskan diri dari dunia jasmani, agar sanggup memandang
dunia ideal yang sempurna.33 Idea dasar itu sesungguhnya telah
tercermin dalam istilah rasional itu sendiri, dalam pandangan
Muhammad Baqir Shadr dalam teori rasionalnya menyebutkan
bahwa pikiran manusia memiliki ide-ide dan konsepsi yang tidak
diturunkan dari indra, melainkan tetap dalam keberadaan yang
paling dalam dari diri manusia itu sifat bawaan sebelum lahir,
34
maka dari itu, jiwa menarik ide tertentu dari dirinya sendiri.
konsepsi sebelum lahir ini adalah ide tentang Tuhan, jiwa,

31
Ayatullah Muhammad Baqir Shadr, Falsafatunah: Materi Filsafat Dan
Tuhan Dalam Filsafat Barat Dan Rasionalisme Islam, (Yogyakarta: Rausyan
Fikr Institute, 2013), h. 10.
32
Plato, ialah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis
philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena. Plato
juga termasuk murid dari Socrates dan guru dari Aristoteles.
33
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: KANISUS,
1998), h. 13.
34
Ayatullah Muhammad Baqir Shadr, Falsafatuna: Materi, Filsafat, dan
Tuhan Dalam Filsafat Barat dan Rasionalisme Islam, (Yogyakarta: Rausyan
Fikr nstitute, 2013), h. 7
87

perluasan, dan gerakan serta ide-ide serupa yang memiliki ciri


yang jelas dalam pikiran manusia.35
Rasional ditinjau dari etimologi, berasal dari sarapan kata
bahasa Inggris rational, dan dari bahasa latin ratio yang berarti “
akal budi”.36 Sementara secara terminologi, rasional ialah suatu
cara mendapatkan pengetahuan dengan pikiran dan pertimbangan
yang logis, menurut pikiran yang sehat, cocok dengan akal.37
Sebagian besar filsuf modern awal dapat setuju bahwa melihat
akal sebagai fungsi utama dari jiwa abadi.38 Selain itu
pengetahuan rasional lebih tinggi dan khas untuk manusia, yang
dicirikan oleh kesadaran akan sebab musabab suatu keputusan. Ia
tak terbatas pada kepekaan indra tertentu, dan tidak hanya tertuju
pada objek tertentu.39
Ibnu Khaldun juga mengunggulkan rasion dengan yang
lainnya, misalnya ia memperkenalkan hubungan sosialnya. Sebab
Allah menciptakan tabi`at-tabi`at dalam diri makhluknya diantara
manusia dan hewan, di mana allah membagi kemampuan diantra
keduanya, Allah menjadikan hewan terutama yang buas,
memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada kekuatan
manusia. Sebagai contoh, kuda memiliki kekuatan lebih besar
daripada kekuatan manusia sedangkan manusia allah berikan

35
Ayatullah Muhammad Baqir Shadr, Falsafatuna: Materi, Filsafat, dan
Tuhan Dalam Filsafat Barat dan Rasionalisme Islam…, h. 8
36
Lorens Bagus, Kamus Filsafat..., h. 928.
37
Ahmad Athaillah, Konsep Teologi Rasional Dalam Tafsir al-Manar,
(Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2006), h. 730.
38
David Hume, An Enquiry Concerning Human Understanding, (New
York : Oxford University Press, 2007), h. 26.
39
Anton Bakker, Metodologi Penelitian Filsafat,(Yogyakarta: PT
Kanisus, 1990), h. 23
88

daya pikir dan tangan. Selanjutnya berkenaan dengan hubungan


sosial manusia, bagaiman manusia bisa bersosial dengan baik
tetkala Allah tidak memberikan rasion terhadap manusia,
sedangkan insting memusuhi itu ada dalam diri setiap binatang,
maka disinilah letak keunggulan rasion dari yang lainnya dalam
mencari suatu kebenaran.40
Descartes41, salah seorang pelopor rasionalisme, berusaha
menemukan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi.
Kebenaran itu, menurutnya adalah tidak ragu bahwa dia ragu.
Pernyataan tersebut terkenal dengan semboyan cogito ergo sum
(saya ragu maka saya ada). Ia yakin, kebenaran-kebenaran
semacam itu ada dan kebenaran-kebenaran tersebut dikenal
dengan cahaya tentang dari akal budi. Dengan demikian,
kebenaran itu bisa dipahami lewat sejenis perantara khusus, yang
dengan perantara itu dapat dikenal kebenaran dan dengan suatu
teknik deduktif, dan dengan memakai teknik tersebut dapat
menemukan kebenaran.42
Dalam paham rasionalisme ini sangat mendamba-
dambakan akal atau rasio sebagai satu-satunya yang menjadi alat
untuk menyelesaikan masalah, karena menurut teori ini, di dalam
rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat membangun
40
Ibnu Khaldun, Mukaddimah Ibnu haldun, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2011), h. 69-70.
41
Rene Descartes, filsuf Perancis (1596-1650). Descartes mengingatkan
kita pada al-Gahzali yang dalam pencarian pengetahuan tertentu, mulai dengan
meragukansegala sesuatu. Namun, jika meragukan segalanya, ia harus ada
untuk merasa ragu karena keraguan adalah bentuk pemikiran dan berfikir itu
untuk ada. “Saya berfikir maka saya ada” adalah proposisi pertama yang
menyebabkan ia menjadi yakin.
42
Rene Descartes, Diskursus dan Metode Mencari Kebenaran Dalam
Ilmu Pengetahuan, (Banguntapan Yogyakarta: IRCISOD, 2105), h. 8.
89

suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas diluar


rasio.43 Para penganut paham rasionalisme yakin, bahwa
kebenaran dan kesesatan terletak didalam ide, dan bukan di dalam
diri sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna dan mempunyai
ide yang sesuai dengan menunjuk kepada kenyataan, maka
kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat
diperoleh dengan akal budi saja.44 Sementara itu al-Ghazali
mengatakan bahwa, tidak semua orang mengetahui suatu
kebenaran mukjizat kecuali dengan pemikiran yang teliti.45
Dengan demikian bahwa, paham rasionalisme ini menyatakan
bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh
suatu pengetahuan, dan kebenaran tertinggi ada pada akal atau
rasio manusia.46
Selanjutnya, Berkaitan dengan ajaran pokok dalam
madzhab pemikiran rasionalisme ini, sebagaimana dikatan oleh
Lorens Bagus. Bahwa yang menjadi pokok-pokok penting dalam
ajaran rasionalisme ini, diantaranya:47
1) Dengan proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai
kebenaran fundamental , yang tidak dapat disangkal.
2) Realitas dapat diketahui atau beberapa kebenaran
tentang realitas dapat diketahui secara tidak

43
A. Susanto, Filsafat Ilmu Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologi
Epistemologi dan Aksiologi, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2016), h.36.
44
Lois O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Terj. Soejono Soemargono,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h. 135.
45
AL.Ghazali, Pembebasan Dari Kesesatan. Trj, Al-Munqidz Min adh-
Dhalal, (Jakarta: Al-Tawfikia Bo0kshop, Kairo, 2017), h. 87.
46
Ngismatul Choiriyah, “Rasionalisme Rane Descartes”, dalam Anterior
Jurnal Vol. 13, No. 2, Juni 2014. h. 237
47
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 2005), h. 929-930.
90

tergantung dari pengamatan, pengalaman, dan


penggunaan metode empiris.
3) Pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran
tentang realitas yang mendahului pengetahuan apapun
juga ( tetapi yang bukan kebenaran analitis)
kebenaran-kebenaran ini adalah gagasan bawaan dan
secara isomorfis cocok dengan realitas.
4) Akal budi adalah sumber utama pengetahuan, dan
ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah suatu sistem
deduktif yang dapat dipahami secara rasional yang
hanya secara tidak langsung berhubungan dengan
pengalaman indrawi.
5) Kebenaran tidak diuji dengan prosedur verifikasi
indrawi tetapi dengan kriteria seperti konsisten logis.
6) Terdapat metode (cara) rasional (deduktif, logis,
matematis, inferensial) yang dapat diterapkan pada
materi soal pokok apa saja yang dapat memberikan
kita penjelasan yang memadai.
7) Kepastian mutlak mengenai hal-hal adalah ideal
pengetahuan dan sebagian dapat dicapai dengan
pikiran murni. Kepastian dan keniscayaan mutlak
adalah ciri pokok baik dari realitas maupun dari semua
pengetahuan yang benar.
8) Hanya kebenaran-kebenaran niscaya dan benar pada
dirinya sendiri, yang timbul dari akal budi saja yang
dikenal sebagai benar, nyata dan pasti.
91

9) Alam semesta (realitas) mengikuti hukum-hukum dan


rasionalitas (bentuk) logika. Ia adalah suatu sistem
yang dirancang secara rasional (logis) yang aturannya
cocok dengan logika.
10) Begitu logika dikuasai, segala sesuatu dalam alam
semesta dapat dianggap deduksi dari prinsip-prinsip
atau hukum-hukumnya. Berbeda dari aliran pemikiran
seperti: empirisme, positivisme-logis; intuisionisme;
relasionalisme.

3. Intuisi
Selain dua aliran atau madzhab pemikiran epistemologi
yang telah dijelaskan di atas rasional dan empiris masih terdapat
satu aliran dalam bidang pengetahuan yang begitu khusus
sehingga seakan-akan merupakan suatu macam tersendiri yaitu
pengetahuan intuisi.48 Pengetahuan intuisi salah satu pengetahuan
yang diperoleh melalui pengamatan langsung, dari pengetahuan
intuisi ini melahirkan objek hakikat, para sufi menyebutnya
sebagai kebenaran yang mendalam (Dzauq) yang terikat dengan
persepsi batin, dengan demikian pengetahuan intuisi sejenis
pengetahuan yang dikaruniakan Tuhan kepada seseorang dan
diperaktikan kepada kalbunya, pengetahuan ini dipeoleh bukan
dengan jalan penyimpulan logis sebagaimana pengetahuan

48
Anton Bakker, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: PT
Kanisius , 1989), h. 25
92

rasional, melainkan dengan jalan keshalehan sehingga seseorang


memiliki kebeningan kalbu dan wawasan spiritual.49
Dari segi etimologi, intuisi berasal dari sarapan kata
bahasa Inggris intuition, dari bahasa Latin intueri- intuitus
(artinya: memandang), dari in (artinya, pada) dan tueri (artinya,
melihat, menonton).50 Secara terminologi, intuisi adalah cahaya
alami yang memancar dari tabiat yang memungkinkan akal untuk
mengenali apa saja dalam waktu yang bersamaan, bukan secara
simultan. Ia merupakan proses pengenalan langsung tanpa
didahului suatu premis apa pun. Ia tidak didasarkan pada
eksperimen ataupun kontemplasi akal.51 Intuisi juga suatu
pencerahan intelektual atau spiritual, biasanya dijabarkan sebagai
lintasan pemahaman atau pengertian yang datang secara tiba-
tiba.52 Ibnu Sina menyebut intuisi dengan al-hads-al-qudsi
(intuisi suci). Pengenalan intuisi disebut juga hudhuri, karena
objek penelitiannya hadir dalam jiwa penelitinya, sehingga
menjadi satu dengannya.53
Pengetahuan intuisi sepanjang menyangkut pengetahuan
tentang diri sendiri atau pengetahuan diri, pengetahuan Tuhan
tentang dunia dan keberadaan dunia sebagai pengetahuan
kehadiran oleh Tuhan. Ha`iri menjelaskan lebih jauh makna
intuisi sebagai emanasi yang berkaitan dengan pengetahuan hadir

49
Samsul Amin Munir, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amazah, 2015), h. 153
50
Lorens Bagus, Kamus Filsafat…, h. 363.
51
Ismail Asy- Syarofa, Ensiklopedi Filsafat, terj. Shofiyullah Mukhlas,
(Jakarta: Khalifa, 2005), h. 3.
52
Haidar Bagir, Buku Saku Filsafat Islam, (Bandung: PT Mizan Pustaka,
2005), h. 12.
53
Sayyed Hossein Nasr,Tiga Azhab Utama Filsafat Islam, (Banguntapan
Jogjakarta: IRCSOD Press, 2014), h. 96
93

Tuhan dan makna fana` atau “kelenyapan” sang sufi, sebagai


proses kembalinya yang dengannya diri manusia kembali kepada
Tuhan.54
Intuisi dipahami sebagai pemahaman langsung akan
kebenaran-kebenaran agama, realitas dan eksistensi Tuhan, tanpa
melewati prosedur logis biasa ( yakni, tanpa harus menyusun
premis-premis), langsung melalui kehadiran wujud “objek” di
dalam pikiran. Intusi juga dikaitkan dengan daya mengungkap
pengetahuan secara khayali (imajinal) atau dzauq
(eksperiensial).55 Intiusi juga dapat dipahami sebagai kegiatan
mental yang menghasilkan kembali dan menciptakan gambaran-
gambaran tanpa adanya objek real yang seseuai dengannya.
Gambaran-gambaran itu dapat dipadukan tanpa arah dengan
kombinasi tak terduga. Selain itu intuisi pun sebagai imajinasi
yang ikut membentuk bangunann intelektual ilmu pengetahuan,
yang imajinasi tersebut dapat dengan tiba-tiba membuka
pemahaman tanpa ada suatu metodik terarah.56 Maka dapat
disimpulkan bahwa intuisi ialah suatu pengetahuan yang
didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Al-Ghazali
berpendapat bahwa pengetahuan yang paling benar adalah
pengetahuan intusi yang disinartkan oleh Allah langsung kapada
seseorang.57

54
Mehdi Ha`iri Yazdi, Ilmu Hhudhuri: Prinsip-Prinsip Epistemologi
dalam Filsafat Islam, (Bandung: Mizan Anggota IKAPI, 1994), h. 14-15.
55
Haidar Bagir, Epistemologi Tasawuf, Sebuah Pengantar, (Bandung, PT
Mizan Pustaka, 2017), h.18.
56
Anton Bakker, Metodologi Penelitian Filsafat…, h. 25-26
57
Al-Ghazali, Pembebas Dari Kesesatan..., h. 132.
94

Lorens Bagus, menerangkan:


“Intuisi, berarti:
1) Pemahaman atau pengenalan terhadap sesuatu secara
langsung dan bukan melalui inferensi (penyimpulan).
Penglihatan langsung atau penangkapan (aprehensi)
kebenaran. Kontras dengan empiris dan rasional sebagai
sumber pengetahuan.
2) Daya (kemampuan) untuk memiliki pengetahuan segera
dan langsung tentang sesuatu tanpa menggunakan rasio.
3) Pengetahuan atau insight (pemahaman) bawaan, naluriah
tanpa menggunakan panca indra, pengalaman biasa, atau
akal budi kita. Intuisi berpangkal pada konsep ide-
bawaan, paling tidak bila kebawaan dimengerti sebagai
trendensi (kecendrungan)”.58
Bagi kaum intisionisme, menyatakan bahwa, ia
berkeyakinan bahwa akal dan indra memiliki keterbatasan.
Karena menurutnya, objek-objek yang kita tangkap itu adalah
objek yang selalu berubah. Jadi pengetahuan yang telah dimiliki
manusia tidak pernah tetap. Demikian halnya dengan akal, akal
hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan
dirinya dengan objek itu. Dengan menyadari keterbatasan indra
dan akal seperti itu maka, Bergson mengembangkan satu
kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia yaitu intuisi.59
Baginya intuisi adalah hasil evolusi pemahaman yang tertinggi.

58
Lorens Bagus, Kamus Filsafat..., h. 364.
59
A. Susanto, Filsafat Ilmu Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologi
Epistemologi Dan Aksiologi..., h. 142.
95

Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan


kesadaran dan kebebasannya. Ia juga mengatakan, bahwa intuisi
adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak, dan bukan
pengetahuan yang nisbi. Menurutnya, intuisi mengatasi sifat
lahiriyah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat
analisis, menyeluruh, mutlak dan tanpa dibantu oleh
penggambaran secara simbolis. Karena itu, intuisi adalah sarana
untuk mengetahui secara langsug dan seketika.60
Kaum intuisionisme berpendapat, bahwa manusia
mempunyai kemampuan khusus, yaitu cara khusus untuk
mengetahui yang tidak terikat kepada indra maupun penalaran.
Menurut mereka , dengan intuisi kita mampu mengetahui diri kita
, mengetahui karakter, perasaan, dan motif orang lain serta kita
mengetahui, mengalami hakekat yang sebenarnya tentang waktu,
gerak, dan aspek-aspek yang fundamental dalam jagat raya ini.61
Al-Ghazali,62 memperkenalkan sebuah pengalaman
mendapatkan pengetahuan secara lagsung setelah beliau
melakukan uzlah dengan rentang waktu yang panjang, dan
dengan sebab uzlah tersebut beliau mendapatkan penglihatan
secara pasti (dharuri) terkadang juga dengan dzauq dan kadang-
kadang dengan penerimaan iman, bahwa manusia itu diciptakan
dari tubuh dan hati. Sementara yang dimaksud hati menurutnya
ialah hakikat ruh manusia yang menjadi tempat hinggapnya

60
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),
h. 27
61
Burhanuddin, Logika Materill..., h. 102-103.
62
Al-Ghazali nama lengkap dari Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi`i, beliau dalah seorang filsuf dan teolog muslim
Persia yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad pertengahan.
96

ma`rifatullah (pengenalan kepada Allah) bukan daging dan darah


yang tak ada bedanya anatar bangkai dan binatang. 63 Menurutnya
bahwa pengetahuan intuisi itu didapat dengan cahaya kenabian
atau pengalaman ma`rifat, serta menurutnya sarana pengetahuan
intuitif adalah hati bukan indra atau akal.
Kehadiran intuisi, tentu dalam posisinya sebagai sumber
pengetahuan secara langsung ialah untuk mengatasi keterbatasan
rasio (akal) tentu saja juga panca indra. Meski intuisi merupakan
sarana pengetahuan yang paling handal, namun bagi kalangan
intuisionisme peran akal tentu juga indra tidak serta merta
diingkari. Dalam konteks ini peran intuisi lebih sebagai
penyempurna akal, khususnya menyangkut hal-hal yang berada
diluar jangkauan akal. Henry Bergson, sebagaimana yang dikutip
oleh Iqbal, menyatakan bahwa intuisi adalah semacam intelek
yang lebih tinggi, yang mampu menjangkau apa yang sudah tidak
mampu dipahami oleh akal, sehingga intuisi itu selain diatributi
sebagai bersifat supra indrawi juga disebut bersifat supra
rasional.64
Dalam tasawuf, intuisi disebut dengan ma`rifah, yaitu
pegetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan
penyinaran. Istilah ini juga sering disebut illuminasi.65
Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu
diperoleh dengan cara latihan yang dalam Islam disebut riyadah.

63
Al-Ghazali, Pembebasan Dari Kesesatan,Terj: Al-Munqid Min al
Dhalal, (Jakarta: Khazanah Pustaka Islam, 2017), h. 131.
64
Muniron, Epistemologi Ikhwan as-Sh afa..., h. 305.
65
Al-Ghazali, Pembebasan Dari Kesesatan,Terj: Al-Munqid Min al
Dhalal..., h.132
97

Metode ini secara umum dipakai dalam tariqah atau tasawuf.


Menurut ajaran tasawuf, manusia itu dipengaruhi oleh nafsunya.
Bila nafsu dikendalikan, dan penghalang material dapat
disingkirkan, kekuatan rasa itu mampu bekerja, mampu
menangkap objek-objek yang bersifat supranatural, sehingga
dalam tasawuf ini digambarkan sebagai dalam keadaan fana, jiwa
mampu melihat alam ruhaniyah, dari situlah diperoleh
66
pengetahuan.
Para sufi juga mengakui bahwa segala pengetahuan yang
bersumber dari intuisi-intuisi, lebih sesuai dengan kebenaran
daripada ilmu-ilmu yang digali dari argumentasi-argumentasi
rasional dan akal. Karena bagi mereka indra-indra manusia dan
fakultas akalnya hanya menyentuh wilayah lahiriah alam dan
manifestasi-manifestasinya, namun melalui intuitif manusia dapat
berhubungan secara langsung dengan hakekat tunggal alam (sang
pencipta).67
Dengan demikian semua aliran-aliran tasawuf tidak
meragukan bahwa segala pengetahuan diperoleh lewat jalur
intuitif, sebagai jalan memperoleh pengetahuan dan kebenaran.
Mereka berkeyakinan bahwa tidak ada ilmu dan pengetahuan
yang lebih tinggi selain dari pengetahuan intuitif.68
Kebenaran yang dicapai melalui intuisi dalam dunia
tasawuf, metodenya memang tidak bisa dibuktikan secara

66
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu..., h. 109.
67
Bambang Irawan, “Intuisi Sebagai Sumber Pengetahuan Tinjauan
terhadap Pandangan Filosof Islam”, dalam Teologia Vol. 25 No. 1, Januari
2014, h. 10.
68
Bambang Irawan, “Intuisi Sebagai Sumber Pengetahuan Tinjauan
terhadap Pandangan Filosof Islam...”, h. 15.
98

rasional dan empiris, akan tetapi hasil dari kebenaran intuisi


sendiri ternyata dapat dibuktikan secara rasional sekaligus
empiris. Karena pengetahuan intiusi dapat digunakan sebagai
hipotesis.69 Yakni sesuatu yang dianggap benar meskipun
kebenarannya masih belum dapat dibuktikan.70
Mehdi Ha`iri Yazdi, menjelaskan pengetahuan dengan
pencerahan itu dapat dianggap sebagai sumber pengetahuan.
Sebab pengetahuan korespondensi melibatkan objek di luar
dirinya, sedangkan pengetahuan dengan pencerahan menyadarkan
bahwa pengetahuan tentang yang di luar harus didahului dengan
pengetahuan tentang dirinya sendiri. Tidak mungkin seseorang
mengetahui suatu objek di luar dirinya tanpa mengetahui terlebih
dahulu pengetahuan ada dalam dirinya. Pengetahuan dalam
dirinya ini diperoleh berkat anugerah Tuhan, baik sejak lahir
maupun setelah dewasa. Kalau semua orang, demikian Ha`iri
Yazdi, mengakui adanya pengetahuan tentang dirinya
”mengetahui” sebelum mengetahui yang lain, artinya hubungan
mengetahui dalam bentuk pengetahuan tersebut adalah hubungan
swaobjek tanpa campur tangan koneksi dengan objek eksternal.71
Dalam pandangan Suhrawardi berkaitan dengan intuisi
yang diperkenalkan lewat filsafat iluminasinya atau penerangan
(cahaya), menurutnya bahwa seluruh realitas tak lain dari cahaya

69
Zulfahmi Lubis, “Intuisi Sebagai Sumber Pengetahuan dan
Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam Menurut Abd al- Wahhab al-
Sya`rani”, (Disertasi, Program Studi Pendidikan Islam, UIN Sumatra Utara
Medan, 2018), h. 38.
70
Tim Peyusun, Kamus Besar Indonesia, (Surabaya: Apollo Lestari,
1998), h. 147.
71
Mehdi Ha`iri Yazdi, Ilmu Huduri, Prinsip-Prinsip Epistemologi Dalam
Filsafat Islam, (Bandung, Mizan Anggota IKAPI, 1992), h. 76.
99

yang memiliki beragam tingkatan dan intensitas. Pada dasarnya


segala sesuatu dibuat jelas oleh cahaya dan seharusnya
didefinisikan dengan merujuk kepadanya. Esensi cahaya mutlak
pertama. Tuhan, memberikan penyinaran konstan, yang
memberikan penyinaran konstan, yang dengan itu ia
termanifestasi dan membawa segala sesuatau pada keberadaan
memberikan kehidupan kepadanya dengan sinarnya.72
Sebagaimana diketahui karya-karya mistis yang diketahui
Suhrawardi melalui aktivitas-aktivitas para filsuf, sang filsuf
dengan kekuatan intuitifnya yang di dalam dirinya bersemayam
seberkas “cahaya Tuhan” bisa menerima realitas keberadaannya
dan mengakui kebenaran intuisinya melalui “ilham” dan
“penyingkapan spiritual”.73

a. Konsep-konsep Intuisi
Berkenaan dengan konsep-konsep dalam intuisi,
sebagaimana yang dipaparkan Lorens Bagus, yang mana:
1) Pengetahuan konseptual kita adalah kebalikan atau
dilawankan dengan seluruh intuisi, karena pengetahuan
konseptual ditujukan kepada yang universal, berabstraksi dan
mengangkat hanya ciri-ciri partikular dari keseluruhan yang
konkret. Selain itu, pengetahuan konseptual tidak pernah
merupakan pemahaman langsung, tetapi ia selalu dijembatani
intuisi indrawi atau refleksi. Kendati demikian, karena yang

72
Seyyad Hossein Nasr, Tiga Mazhab Utama Filsafat Islam,
(Jogjakarta:IRCISOD, 2014), h. 126
73
Hossein Ziai, Suhrawardi & Filsafat Ilmuninasi: Pengetahuan
Penerahan Pengetahuan, (Bandung: Sadra Press 2012), h. 50.
100

universal terutama diketahui sebagai terkandung seluruhnya di


dalam cara-cara intuitif ini, konsep mendapatkan keintuitifan
tertentu sekian rupa sehingga orang dapat berbicara tentang suatu
pandangan hakiki.
2) . Selian itu, pengetahuan konseptual disebut intuitif
sejauh ia menangkap objeknya secara langsung, yaitu tanpa
melalui suatu proes pemikiran atau suatu kesimpulan, apakah ia
menyangkut ciri-ciri atau hubungan-hubungan hakiki partikular.
Dalam arti ini, Thomas Aquinas berbicara mengenai intellectus
principiorum ( pengertian yang memahami prinsip-prinsip).
Kemudian ia juga membedakan intellectus dan ratio. Intellectus
adalah pengetahuan intuitif sedangkan ratio adalah pengetahuan
diskursif. Lebih jauh lagi bahwa Intellectus merupakan suatu
potensialitas dalam diri manusia untuk mengetahui dan
memahami sesuatu.74
3) . Orang berbicara tentang intuisi secara khusus kalau dia
merangkumi perspektif-perspektif lebih besar sekali pandang (
tanpa mediasi diskursif). Hal ini sangat mengena pada jiwa seni.
Karena disini apa yang dilihat juga dikonkretkan dalam bentuk-
bentuk intuitif yang dapat dilihat. Kalau penglihatan semacam ini
tiba-tiba membuka kemungkinan-kemungkinan yang tidak pernah
diimpikan sebelumnya dan kalau ia muncul secara serentak,
seakan-akan suatu rahmat, orang mengalami sebagai suatu ilham.

74
Lorens Bagus, Kamus Filsafat..., h. 367.
101

b. Karakteristik Pengetahuan Intuisi


Abu al-`Ala Afifi merinci karakteristik pengetahuan
intuitif yang ia peroleh dari hasil pemikiran sufi Ibn `Arabi.75
Menurutnya bahwa, ciri-ciri yang paling menonjol dari
pengetahuan intuitif ini ialah:
1. Pengetahuan intuitif itu bersifat bawaan, bahwa intelek
itu sifatnya perolehan
2. Pengetahuan intuitif ini berada di luar sebab, dan kita
tidak perlu meminta pertolongan otoritas sebab itu,
untuk menguji validitasnya.
3. Pengetahuan intuitif ini memanifestasikan dirinya
dalam bentuk cahaya yang memenuhi setiap bagian dari
hati sufi ketika ia mencapai derajat penyucian spiritual
tertentu.
4. Pengetahuan intuitif mematerialkan dirinya sendiri
hanya di dalam diri manusia tertentu, tidak semua
orang memperoleh anugerah itu.
5. Pengetahuan intuitif pada dasarnya identik dengan
pengetahuan Tuhan, dan meskipun bermacam-macam,
namun pada dasarnya satu, bahwa pengetahuan itu
adalah pengetahuan Tuhan yang dapat dibuktikan oleh
fakta, yang tidak seorang pun memperolehnya kecuali
jika ia telah benar-benar memperoleh apa yang dalam
dunia sufi yang biasa disebut dengan istilah
“pengalaman mistik”.

75
Syaifan Nur, “Epistemologi Sufi dan Tanggung Jawab Ilmiah”, dalam
Kanz Philosophia Vol.2 No.1, Juli 2012, h. 139-140.
102

6. Pengetahuan intuitif sangat sulit diucapkan dengan


kata-kata atau lisan. Pengalaman dalam pengetahuan
ini ibarat persepsi-persepsi indra dan perasaan, yang
artinya tidak dapat diketahui kecuali melalui
pengalaman langsung.

c. Jenis-jenis Intuisi
Selanjutnya, berkenaan dengan jenis intuisionisme ini,
ada beberapa macam atau jenis dari pada intuisi itu sendiri.
Lorens Bagus dalam Kamus Filsafatnya, mengungkapkan: “
Intuisi dijumpai dalam dua bentuk, yaitu: intuisi indrawi dan
intuisi intelektual”.76
1) Intuisi indrawi ditemukan dalam bintang dan secara
lebih sempurna dalam manusia. Karena berjalin dengan organ-
organ tubuh, intuisi terbatas pada penampakan dunia benda-
benda. Nama intuisi timbul dari indra penglihatan manusia (
Bahasa Latin intueor= saya melihat). Namun, indra-indra lain
juga mempunyai intuisi dengan cara mereka sendiri. Dalam arti
penuh, hanya persepsi langsung dapat dicirikan sebagai intuisi.
Sebab, prsepsi langsung sendiri turut menyajikan eksistensi
individu dalam penampakan-penampakan indrawi. Dalam arti
luas imajinasi disebut intuitif sejauh imajinasi tersusun dari
unsur-unsur intuitif, murni indrawi, seraya sekaligus berabstraksi
dari eksistensi hal-hal partikular yang disajikan. Intuisi indrawi
sebagai persepsi dan imajinasi sangat penting. Kita mendapat
banyak pokok dari intuisi ini dan bahkan dalam perkembangan
76
Lorens Bagus, Kamus Filsafat..., h. 364-365
103

lebih jauh pemikiran tetap berakar secara terus menerus dalam


intuisi.
2) Sesungguhnya, hanya roh murni mempunyai intuisi
intelektual sempurna, contohnya adalah dimana Allah memahami
diri-Nya sendiri dan didalamnya Allah melihat semua eksisten
yang terbatas. Intuisi intelektual ditata untuk berada (berbeda
dengan penampakan) dan karenanya dalam hal-hal bendawi
intuisi intelektual ditujukan kepada inti hakiki hal-hal tersebut.
dan Berdasarkan titik tersebut intuisi intelektual bukan hanya
penangkapan kabur terhadap hal yang ada secara aktual (seperti
intuisi indrawi), melainkan sekaligus ia secara niscaya merupakan
penangkapan mental terhadap hal-hal yang ada berdasarkan
landasannya dalam ada.77 Intuisi intelektual jenis ini tidak
berhubungan dengan manusia, kendatipun ontologisme dan
idealisme mempertalikan intuisi intelektual ini dengan manusia.
Namun demikian, dalam pengetahuan rohani manusia terdapat
intuisi dalam arti lebih luas, sejauh intuisi tersebut mengambil
bagian dalam beberapa ciri pokok intuisi intelektual.
3) Hal yang paling dekat dengan intusi ini adalah
pemahaman kegiatan rohani pemikiran dan kehendak. Karena
bagian dari kegiatan ini menampilkan dirinya sendiri secara
langsung sebagai eksisten partikular, disini orang dapat berbicara
mengenai intuisi tetapi bukan dalam arti penuh, karena kegiatan
ini tidak menyingkapkan dirinya melalui refleksi.
4) Intuisi Mistik. Jika intuisi mistik tidak digunakan
secara sinonim dengan pengalaman mistik, istilah ini digunakan
77
Lorens Bagus, Kamus Filsafat..., h. 364
104

untuk mengartikan kemampuan laten atau aktif dari pikiran.


Dengan kemampuan itu, dan hanya dengan kemampuan itu
terbukalah pengetahuan tentang realitas yang lebih tinggi.
Pemaparan Lorens bagus di atas berkenaan jenis
intuisionisme ini bisa dikatakan dengan intuisionisme yang
melibatkan tuhan dalam memberikan pencerahan, dan
intuisionisme yang tidak melibatkan tuhan, yang mana golongan
intuisionisme jenis ini hanya memandang firasat sebagai suatu
insting dari hasil penggunaan dan pencerapan alat-alat indra
semata, sehingga melahirkan suatu imajinasi.
105

B. Ilmu Hikmah
1. Pengertian Ilmu Hikmah
Dalam memberikan pengertian tentang ilmu hikmah ini,
agaknya penulis merasa hati-hati, karena sejauh pengetahuan
penulis belum banyak peneliti yang mengupas persoalan
keilmuan ilmu hikmah ini secara fokus dan mendalam.
Secara etimologi, kata hikmah )‫(الحكمة‬, merupakan
sarapan kata yang diambil dari bahasa arab: ‫ حكمة‬-‫ يحكم‬-‫حكم‬,
yang memiliki arti: 1) kebijaksanaan ; 2) pendapat atau pikiran
yang bagus; 3) pengetahuan; 4) filsafat; 5) kenabian; 6) keadilan;
7) pribahasa (kata-kata bijak), dan 8) al-Qur`anul Karim.78
Dalam „Kamus Besar Bahasa Indonesia‟ disebutkan,
bahwa ilmu hikmah merupakan gabungan dari dua unsur kata,
yakni: kata ilmu dan hikmah. Ilmu artinya, pengetahuan tentang
sesuatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode
tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu di bidang pengetahuan itu, sedangkan hikmah berarti: 1)
kebijaksanaan dari Allah; 2) sakti atau kesaktian; 3) arti atau
makna yang dalam; 4) manfaat.79
Ibnu Sina, menerangkan:
‫ص ُُّ ِس ْاْلُ ُمُْ ِس‬ ِ ‫ اِ ْصحِ ْك َمب ٌل انىَ ْف‬: ‫اَ ْن ِح ْك َمةُ ٌِ َي‬
َ َ‫ش اَ ْ ِْل ْو َضبوِيَ ِة بِح‬
ِ ْ ‫ق انىَّعْ ِشيَ ِة ََ ْان َع َمهِيَ ِة َعهَّ قَ ْذ ِس ْانطَبقَ ِة‬
‫اْل ْو َضبوِيَة‬ ِ ِ‫ْق بِ ْبن َحقبَئ‬ َّ ‫ََان‬
ِ ‫ص ِذي‬
“ Hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia
dengan menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala

78
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,
(Yogyakarta: Penerbit Pustaka Progressif, 1997), h. 287.
79
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1989), h. 325.
106

hakekat baik yang bersifat teori maupun praktik menurut kadar


kemampuan manusia.”80

Lebih lanjut, pemaparan ilmu hikmah ini penulis


cantumkan dalam beberapa pendapat/ penjelasan pakar ahli/
praktisi dibawah ini.
Menurut KH. Bahaudin (kesepuhan masyarakat
Bojonegara Serang-Banten) mengatakan bahwa, ilmu hikmah
adalah kemampuan supranatural yang dimiliki oleh orang-orang
yang dekat dengan Gusti Allah. Biasanya, yang dimiliki oleh
orang-orang ahli tariqah, seperti tariqah qadariyah khidriyah,
satiriyah, syadziliyah, samani naqsyabandiyah dan masih banyak
lagi tariqah yang lainnya.81
Sementara itu, Kiyai Sukari Pimpinan Pondok Pesantren
Nurul Hikmah Bojonegara Serang Banten, menuturkan ilmu
hikmah tidak terlepas dari huruf, ayat dan surah dalam al-Qur`an
serta nama-nama Allah dan do`a-do`a. Oleh karenanya beliau
menyimpulkan bahwa ilmu hikmah ialah suatu amalan spiritual
yang berupa ayat al-Qur`an, do`a-do`a tertentu, wirid atau hizib
yang berbahasa Arab dan diimbangi dengan laku batin untuk
mendekatkan diri kepada Allah serta membersihkan jiwa dari
berbagai penyakit hati.82 Pengamalan ilmu hikmah dapat
memberikan jiwa psikologi yang baik, mensucikan jiwa-jiwa dari
kotoran kedhaliman, jiwa yang mengetahui suatu hikmah akan

80
Ibrahim Madkur, Al-Mu`jam al-Falsafi, (Kairo: Dar al-Kutub, 1982), h.
72.
81
Wawancara Pribadi dengan Bahaudin, Bojonegara, 06 April 2019.
82
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, Bojonegara, 15 April
2019
107

selalu mendambakan pergi ke alam ruh, jiwa akan condong pada


syahwat badan yang telah mati untuk menghidupkan jiwa dan
menyelamatkannya dari pengaruh syahwat yang condong kepada
keburukan.83
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, ilmu hikmah
adalah suatu ma`unah, bacaan atau amalan berupa ayat al-
Qur`an, doa`-do`a tertentu yang menimbulkan suatu kemampuan
atau kekuatan yang di luar kenormalan manusia pada umumnya,
yang diberikan Allah kepada hamba-Nya dengan senantiasa
mendekat, mensucikan dirinya dari perbuatan dosa, mengerjakan
perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, serta selalu
menyatu dan menyibukan dirinya dengan Allah (taqarrûb
ilallȃh).

2. Dasar-Dasar Ilmu Hikmah


a. Dasar Landasan Ilmu Hikmah dalam Tinjauan Al-
Qur`an
Berdasarkan penelusuran penulis, dasar landasan ilmu
hikmah, banyak sekali dalil-dalilnya dalam al-qur`an.
1). Firman Allah SWT, dalam Surah Yunus ayat 1:

ِ َ‫ث ۡٱن ِك َٰح‬


‫ب ۡٱن َح ِك ِيم‬ َ ‫ا ٓن ۚش جِ ۡه‬
ُ َ‫ك َءا َٰي‬
Artinya: “Alif laam raa, inilah ayat-ayat al-Qur`an yang
mengandung hikmah.” (QS. Yunus: 1)

83
Rusyda Nur Bani Hasyim, “Penglaris Dalam Perspektif Kiyai Ilmu
Hikmah, (Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2018), h. 27
108

2). Surah al-Baqarah ayat 129:

َ َ‫ُا َعهَي ٍِم َءا َٰيَحِكَ ََيُ َعهِّ ُمٍُ ُم ٱن ِك َٰح‬


‫ب‬ ْ ُ‫َسبَّىَب ََٱب َعث فِي ٍِم َسصُُْل ِّمىٍُم يَحه‬
)٩٢١( ‫ٱنح ِكي ُم‬ َ ‫وث ٱن َع ِزي ُز‬َ َ‫ك أ‬
َ َّ‫ََٱن ِحك َمةَ ََي َُز ِّكي ٍِم إِو‬
Artinya: Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang
Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka
al-Kitab (al-Qur`an) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah: 129).

3). Surah al- Baqarah ayat 151:

‫ُا َعهَي ُكم َءا َٰ َيحِىَب ََيُ َز ِّكي ُكم ََيُ َعهِّ ُم ُك ُم‬ْ ُ‫كمب أَس َصهىَب فِي ُكم َسصُُْل ِّمى ُكم َيحه‬
)٩٥٩( َ‫ُا جَعهَ ُمُن‬ ْ ُ‫ٱنحك َمةَ ََيُ َعهِّ ُم ُكم َّمب نَم جَ ُكُو‬ َ َ‫ٱن ِك َٰح‬
ِ ََ ‫ب‬
Artinya: Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan
nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul
diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu
dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan
al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah: 151).

4. Surah al-Baqarah ayat 269:

‫يُؤتِي ٱل ِحك َمةَ َمه يَشَا ُء ََ َمه يُؤتَ ٱل ِحك َمةَ فَقَد أَُتِ َي َخيزا َكثِيزا‬
)٢٦١( ‫ب‬ ِ ‫ََ َما يَ َّذ َّك ُز إِ ََّّل أ ُ َْلُُ ْا ٱألَل َٰ َب‬
Artinya: Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman
yang dalam tentang al-Qur`an dan as-Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran
(dari firman Allah). (QS. Al-Baqarah: 269)

Dalil al-Qur`an dalam kutipan ayat di atas yakni, sûrah


Yûnus ayat 1, Sûrah Luqmȃn ayat 2, dan Sûrah al-Baqarah ayat
129, 151, ini ialah sebagian bukti dari pada ke syar`i-an nya ilmu
109

hikmah dalam pandangan islam. bahkan tidak hanya sebatas


syar`i belaka, justru Allah SWT, telah mengajarkan dan
menganugerahkan ilmu hikmah kepada manusia lewat firman-
Nya, sebagai bekal untuk hidup dimuka bumi dan mempermudah
beribadah kepada-Nya. Al-Qur`an sendri mengandung banyak
kandungan hikmah, hikmah disini bisa berisi kebijaksanaan,
faedah, bisa juga berisi kekuatan magis, obat penawar dan lain
sebagainya. Oleh karenanya, hal biasa bilamana ilmu hikmah dari
wirid-wiridnya banyak sekali yang mengambil petikan ayat-ayat
al-Qur`an, karena memeng al-Qur`an sendiri mengandung
kandungan ilmu hikmah. Katakanlan misalnya, dengan
mengamalkan sûrah al-Hadîd, seseorang bisa menjadi sekuat
besi, anti senjata tajam dan kebal badannya, dengan sûrah Yûsuf,
bisa dijadikan ilmu asihan, Sûrah al-Insyirȃh bisa dijadikan untuk
amalan lmu ladunnȋ, dan surat al-Fȃtȋhah, dapat dijadikan untuk
segala macam hajat.84

5). Sûrah Luqmȃn ayat 12:

‫ََلَقَد َءاتَيىَا لُق َٰ َمهَ ٱل ِحك َمةَ أَ ِن ٱش ُكز ِ َّّلِلِ ََ َمه يَش ُكز فَئِوَّ َما يَش ُك ُز‬
)٩٢( ‫ٱّلِلَ َغىِ ٌّي َح ِميد‬ َّ َّ‫س ِۖۦً ََ َمه َكفَ َز فَئِن‬
ِ ‫لِىَف‬
Artinya: Dan Sesungguhnya telah kami berikan hikmah
kepada Luqmȃn, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah maha kaya lagi maha
terpuji". (QS. Luqmȃn ayat 12)

84
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 15 April 2015
110

Dalil al-Qur`an Sûrah Luqmȃn ayat 12 di atas,


menceritakan tentang ilmu hikmah yang diberikan Allah SWT,
kepada hambanya yang salih dan senantiasa mendekatkan diri
kepada-Nya sampai-sampai orang salih yang diberikan ilmu
hikmah tersebut dikisahkan namanya dalam al-Qur`an.

6). Surah Maryam ayat 12:

        

Artinya: Hai Yahya, ambillah al-Kitab (Taurat) itu dengan


sungguh-sungguh, dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia
masih kanak-kanak. (QS. Maryam: 12).

Kata al-hikmah` dalam Surah Maryam ayat 12 di atas,


menceritakan tentang suatu ilmu hikmah yang diberikan Allah
kepada Nabi Yahya, As., yang mana Nabi Yahya, As., sudah
diberikan perbekalan ilmu (ilmu hikmah) dari semenjak Nabi
Yahya, As., masih kecil, sebagai bekal untuk menyiarkan kalimat
tauhid `La ilahaillallah`. Bila mana dicermati, dalam dalil naqli
ini terlihat jelas bahwa adanya ilmu hikmah itu sudah ada sejak
zaman nabi-nabi terdahulu; yakni, jauh sebelum zamannya Nabi
Muhammad SAW.

7) Q.S. Al-Baqarah ayat 251


َ‫ك ََٱن ِحك َمة‬ َّ ًُ‫ُت ََ َءاجَ َٰى‬
َ ‫ٱَّللُ ٱن ُمه‬ َّ ‫رن‬
َ ُ‫ٱَّللِ ََقَحَ َم دَا ُۥَ ُد َجبن‬ ِ ِ ‫فٍََ َز ُمٌُُم بِئ‬
ِ ‫عٍُم ِببَعط نَّفَ َض َذ‬
‫ت‬ َ ‫بس بَع‬ َّ ‫ُْل دَف ُع‬
َ َّ‫ٱَّللِ ٱنى‬ َ َ‫ََعَهَّ َمًۥُ ِم َّمب يَ َشب ُء ََن‬
)٢۵٩( ‫ٱَّللَ ُرَ فَع ٍم َعهَّ ٱن َٰ َعهَ ِميه‬ َّ ‫ٱْلَسضُ ََ َٰنَ ِك َّه‬
111

Artinya: “Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara


Jalut dengan izin Allah Swt dan (dalam peperangan itu) Daûd
membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya
(Daûd) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut)
dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya,
seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat
manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini,
tetapi Allah Swt mempunyai karunia (yang dicurahkan atas
semesta alam.” ( QS. Al-Baqarah :251).
Firman Allah Swt, dalam Sûrah al-Baqarah ayat 251 ini
menceritakan al-hikmah yang diberikan oleh Allah SWT kepada
Nabi Daûd As.

8). Surah Al-Mȃ`idah ayat 110:

‫ك إِر‬ َ ِ‫ك ََ َعهَ َّٰ َٰ ََنِ َذج‬ َ ‫ٱَّللُ َٰ َي ِعي َضّ ٱبهَ َمشيَ َم ٱر ُكش ِوع َمحِي َعهَي‬َّ ‫إر قَب َل‬
‫ب‬َ َ‫بس فِي ٱن َمٍ ِذ ََ َكٍال ََإِر عَهَّمحُكَ ٱن ِك َٰح‬ َ َّ‫س جُ َكهِّ ُم ٱنى‬ ِ ‫أَيَّذجُّكَ بِش‬
ِ ‫َُح ٱنقُ ُذ‬
ِ َّ‫طي ِه َكٍَيئَ ِة انط‬
‫يش‬ ِّ ‫ق ِمهَ ٱن‬ُ ُ‫يم ََإِر جَخه‬ َ ‫ََٱن ِحك َمةَ ََٱنحَُّ َس َٰىةَ ََٱ ِإلو ِج‬
َ ‫ا اْلَ ْك َمًَ ََاْلَ ْب َش‬
‫ص‬ ُ ‫بِبِروِي فَحَىفُ ُخ فِيٍَب فَحَ ُك‬
ِ ُ‫ُن غَي َشا بِئِروِي ََج‬
ُ ‫بش‬
َ ‫فث بَىِي إِص َٰ َش ِءي َم عَى‬
‫ك إِر‬ ُ َ‫بِبِروِي ََاِر جُ ْخ ِش ُج ان َمُجَي بِبروِي ََإِر َكف‬
)٩٩.(‫َُا ِمىٍُم إِن ٌََٰ َزا إِ َّْل ِصحش ُّم ِبيه‬ ِ َ‫ِجئحٍَُم بِٱنبَيِّ َٰى‬
ْ ‫ث فَقَب َل ٱنَّ ِزيهَ َكفَش‬
Artinya: “(Ingatlah), ketika Allah Swt, mengatakan: “Hai
Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada
ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul qudus.
Kamu dapat berbicara dengan manusia diwaktu masih dalam
buaian dan sesudah dewasa, dan ingatlah di waktu Aku mengajar
kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan ingatlah pula
diwaktu kamu membentuk dari tanah suatu bentuk yang berupa
burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu
bentuk itu menjadi burung yang sebenarnya dengan seizin-Ku.
Dan ingatlah diwaktu kamu menyembuhkan orang yang buta
sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak
112

dengan seizin-Ku, dan (Ingatlah) diwaktu kamu mengeluarkan


orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan
ingatlah di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan
merek membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir
diantara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang
nyata.” (QS. Al-Ma`idah : 110).
Sementara itu, dalil al-Qur`an dalam Surah al-Ma`idah
ayat 110, menceritakan tentang al-hikmah yang diberikan oleh
Allah SWT kepada Nabi Isa, As., yang mana dengan kuasa-Nya,
Nabi Isa, As., mampu bebrbicara dikala ia masih bayi, mampu
membuat burung hidup dari tanah liat, mampu menyembuhkan
kebutaan, mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, dan
mampu menghidupkan orang mati, dan lain-lainnya sebagai
wujud tajalli atau membuktikan kebesaran Dzat Allah Swt.
KH. Bahaudin menuturkan, kepada penulis bahwasannya:
“ Ilmu hikmah diberikan Allah kepada siapa saja hamba-Nya
yang senantiasa dekat dengan-Nya” beliau pun juga
menambahkan; kemampuan di luar kebiasaan normal yang
diberikan Allah kepada rasul, lazimnya disebut dengan istilah
mukjizat; yang diberikan Allah kepada auliya disebut dengan
istilah karamah; dan yang diberikan Allah kepada manusia biasa
yang terkadang masih suka berbuat fasiq namun berusaha untuk
membersihkan hati, jiwa, dan pikirannya; kemampuan di luar
manusia pada umumnya yang diberikan Allah kepadanya, ini
disebut dengan ilmu hikmah.85

85
Wawncara Pribadi dengan Bahaudin, Bojonegara, 12 April 2019
113

b. Dasar Landasan Ilmu Hikmah Dalam Tinjauan Al-


Hadis
Jika diatas berbicara tentang landasan ilmu hikmah dalam
tinjauan al-Qur`an, maka landasan ilmu hikmah dalam tinjauan
al-Hadis pun sungguh sangat banyak sekali bila dicari dengan
penuh kesabaran.
Ustadz Sukari menuturkan “..pohon bisa jalan ketika
ditunjuk Rasul, bulan bisa tampak belah, se-ekor unta pun dengan
izin Allah bisa berbicara bahasa manusia ketika diajak berbicara
oleh Rasulullah SAW, atau hal lain ketika sahabat Abu Bakar as-
Sidiq, Ra., telah terkena bisa (racun) oleh sengatan lebah,
kemudian Rasulullah SAW mengobati Abu Bakar, Ra., dengan
membaca surat al-Falaq dan an-Nȃs kepada beliau, dan sahabt
Abu Bakar, Ra., pun sembuh.86
Dari sini bisa dilihat, bahwa peraktik keilmuan hikmah di
zaman Rasulullah, Saw memang benar-benar ada, dan Rasulullah
Saw sendiri pun telah memperaktikkan dan mencontohkannya
kepada kita selaku umatnya.
Adapun landasan dalil-dalil al-Hadis sahih, yang
berkenaan dengan dasar-dasar ilmu hikmah diantaranya, yakni:

1). Hadis Riwayat Bukhari Muslim:

ًِ ِ‫سلَّطًَُ َعلَى ٌَلَ َكت‬ َ َ‫ ف‬،ً‫سىَتَ ْيىِ ْي َر ُج ٌل اَتَايُ هللاُ َماَّل‬ ْ َ‫س َد أَ ََّلَّ فِى أ‬
َ ‫َّلَ َح‬
‫ضي بِ ٍَا ََيُ َعلِّ ُم ٍَا ( سَاي‬ ِ ‫ فٍَُ َُيَ ْق‬،ً‫ ََ َر ُج ٌل اَتَايُ هللاُ ا ْل ِح ْك َمة‬،ِّ‫فِي ا ْل َحق‬
)‫انبخبسِ َمضهم‬

86
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 15 April, 2019.
114

“Tidak boleh hasud, kecuali dalam dua hal. Iri kepada


orang yang diberikan harta oleh Allah (lalu ia habiskan hartanya
dijalan yang benar) dan iri kepada orang yang diberi ilmu hikmah
oleh Allah SWT, lalu ia peraktikkan ilmu tersebut dan
mengajarkannya (kepada yang lain).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kutipan dalil hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari


Muslim di atas, Ustadz Sukari menjelaskan tentang eksistensi
ilmu hikmah itu sendiri, yang mana dalam hadis tersebut
pendeknya dikatakan bahwasannya, kita boleh saja iri kepada
orang-orang yang diberikan ilmu hikmah oleh Allah SWT, dan
diperaktikkannya ilmu itu untuk syi`ar Islam, hingga menjadi
suatu amal dan ladang ibadah buat pemegang atau orang yang di
anugerahi ilmu hikmah tersebut.87
Dengan kata lain, penulis pun memahami, bahwasanya
orang yang diberikan oleh Allah SWT ilmu hikmah, sudah pasti
orang tersebut dekat dengan Allah sampai ia dianugerahkan
kemampuan lebih dan bisa menyaksikan kebesaran Allah SWT.
Oleh karenanya, wajar saja bila rasul membolehkan kata iri dalam
hal ini, adalah iri karena kedekatannya dengan Allah SWT,
hingga membuat kita terpancing untuk rajin ibadah, memperbaiki
diri dan mendekatkan diri dengan Allah, Sang Rabbul`Izzati.
2). Hadis Riwayat Abu al-Darda:

‫ َم ْه يَحَ َُظَّأ َ فَب َ ْصبَ َغ‬: ‫صهَّّ هللاِ َعهَ ْي ًِ ََ َصهَّ َم يَقُُْ ُل‬ َ ِ‫ْث َسصُُْ َل هللا‬ ُ ‫َص ِمع‬
ََْ‫صهِّي َس ْك َعحَ ْي ِه بِحَ َمب ِم ٍِ َمب اَ ْعطَبيُ هللاُ َمب َصأ َ َل ُم َع ِّجالَ أ‬
َ ‫ْان ُُظُُْ َء ثُ َّم‬
‫ُمؤَ ِّخشًا‬

87
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 20 April 2019
115

Artinya: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Siapa


saja yang berwudhu dengan sempurna, lalu shalat dua rekaat
dengan sempurna, maka Allah akan memberikan apa yang dia
minta cepat atau lambat.” (HR. Abu al-Darda).

Sementara itu, dalam hadts riwayat Abu al-Darda ,


merupakan suatu landasan bagi ahli hikmah dalam menjalani dan
menangani kasus-kasus praktik kehikmahan. Hadis ini
menerangkan tentang tata cara meminta dan jaminan Allah SWT,
tetkala mempunyai suatu hajat atau kebutuhan tertentu.
Ustadz Sukari menuturkan kepada penulis, yang mana
tetkala beliau kedatangan tamu dengan segala keperluan, seperti:
mengobati penyakit, kenaikan jabatan, dan lain sebagainnya; dari
segi peraktiknya, beliau ambil wudhu, shalat hajat, dan
menyediakan air untuk di do`a-kan, dan ternyata segala hajat dari
tamunya (Ustadz Sukari) pun berkat kuasa Allah SWT terpunuhi
hajat dan keperluannya.88

3). Hadis Riwayat al-Tarmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah:

‫ ا ُ ْد ُع‬:‫صهَّّ هللاُ َعهَ ْي ًِ ََ َصهّ َم فَقَب َل‬ َ ‫ص ِشأَجَّ انىَّبِ َي‬ َ َ‫ظ ِش ْي ُش ْانب‬ َ ‫أَ َّن َسج ًُال‬
‫ت فٍَ َُُ َخ ْي ٌش‬ َ ْ‫صبَش‬ َ ‫ْث‬ َ ‫ت ََاَ ْن ِشع‬ َ َُ ‫ث َد ْع‬ َ ‫ أَ َّن ِش ْئ‬:‫هللاَ أَ ْن ُّي َعبفِيَىِّ قَب َل‬
َ ‫ظُْ َءيُ فَحَ َُظَّأ‬ َ ُُْ‫بل فَأ َ َم َشيُ أَ ْن يَحَ َُظَّأ َ فَيُ َح ِّضى‬ َ َ‫ فَب ْد ُعًُ ق‬:‫ك قَب َل‬ َ َّ‫ن‬
َ ‫ك ََأَجَ ُُ َّجًُ اِنَ ْي‬
َ‫ك بِىَبِيِّك‬ َ ُ‫ اَنَّهٍُ َّم أِوِّي أَصْأَن‬: ُْ‫صهِّي َس ْك َعحَ ْي ِه ثُ َّم يَ ْذ ُع‬ َ ُ‫ََي‬
‫بجحِي‬ َ ‫ك اِنَّ َسبِّي فِي َح‬ َ ِ‫ْث ب‬ ُ ٍ‫ُم َح َّم ٌذ وَّبِ ِّي انشَّحْ َم ِة يَب ُم َح َّم ُذ اِوِّي جَ َُ َج‬
. ‫شفَ َعًُ فِي‬ َ َ‫عي نِي اَنَّهٍُ َّم ف‬ ِ ‫ٌَ ِز ِي نِحَ ْق‬
Artinya: “Seorang laki-laki yang buta mendatangi Nabi
Muhammad SAW, seraya berkata :”Berdo`alah kepada Allah

88
Wawancara Pribadi dengan Sukari, 15 April 2019
116

untuk menyembuhkanku!” Rasulullah SAW, bersabda: “jika


kamu mau, maka aku akan berdo`a, atau bersabarlah dengan itu
semua. Niscaya itu lebih baik.”Laki-laki itu berkata: “berdo`alah
kepada-Nya.” Maka Rasulullah SAW, memerintahkannya untuk
berwudhu, menyempurnakan wudhunya dan berdo`a : “Ya Allah,
sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, dan aku menghadap-Mu,
dengan perantara Nabi-Mu, Muhammad, Nabi yang penyayang.
Hai Muhammad SAW, sesungguhnya aku menghadap tuhan-Ku
untuk memenuhi hajat, dengan perantaraan-Mu ini agar do`aku
dikabulkan. Ya Allah, berilah syafa`at kepadanya untukku.” (HR.
Al- Tarmidzi, Ahma, Ibnu Majah, dari Usman bin Hunaif).

Dalam hadis diatas, dalam pandangan Ustadz Syatibi,


menurutnya adanya makna tentang metode/ aplikasi keilmuan
hikmah jenis pengobatan yang diajarkan oleh baginda Rasulullah
SAW, yang mana, disini Rasulullah SAW mengajarkan kita,
dengan modal kedekatan diri dengan Allah SWT, atau bisa juga
dengan bertawasul kepada Nabi, ataupun kepada orang-orang
yang maqam-nya dekat dengan Allah Swt (seperti, auliya atau
waliyullah), tatkala kita sedang ada suatu kebutuhan atau perlu
maka akan terjadi suatu keajaiban, semisal kasus yang diatas:
orang buta bisa sembuh dari kebutaannya hanya dengan berdo`a
dan bertawasul kepada Nabi dengan tanpa melalui operasi atau
mengkonsumsi obat-obatan.89

3. Ilmu Hikmah Dalam Epistemologi Islam


Telah diuraikan bahwa dalam kajian epistemologi sendiri
ialah ilmu yang membahas tentang apa pengetahuan itu, dan
bagaimana proses memperolehnya.90 Dengan demikian banyak

89
Wawancara Pribadi dengan Syatibi, Bojonegara, 20 April 2019
90
Harun Nasution, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h.10.
117

cara dan sumber untuk memperoleh atau mendapatkan


pengetahuan ilmu hikmah ini.
Secara kefaidahan dan fungsinya, ilmu hikmah terbagi
dalam tiga bentuk. Pertama, bentuk tulisan yang lazim disebut
wafaq yang sering kali disebut azimat, yang berarti keteguhan,
karena diyakini dapat membantu mendapatkan keteguhan setalah
berdo`a atau mengamalkannya. Amalan-amalan tersebut ada yang
berupa ayat-ayat al-Qur`an, nama-nama Allah, nama-nama Nabi,
nama malaikat atau nama orang-orang shalih. Serta ada pula yang
berisi huruf atau angka-angka Arab dalam rangkaian tertentu.
Kedua, berupa bacaan. ilmu hikmah berupa bacaan ini
banyak ragamnya, seperti ratib, yaitu rangkaian do`a susunan dari
ayat-ayat al-Qur`an dan zikir ma`tsur, yaitu zikir dari Rasulullah
SAW yang diijazahkan secara umum kepada umat, selain itu ada
pula amalan yang berupa hizib, yaitu do`a perlindungan yang
berupa hizib yang disusun oleh para auliya yang ijazahnya
diberikan secara khusus.
Ketiga berupa amalan, yang biasanya berupa puasa atau
shalat sunnah, serta menyertai pengamalan bacaan ilmu hikmah
atau penulisan wafaq.91
Wafaq dan Hizib adalah kata yang sangat popular dalam
ilmu hikmah yang sangat banyak diajarkan para Kiyai di
pesantren-pesantren tradisional yang disebut sebagai ilmu
hikmah. Dengan cara-cara tersebut, para praktisi ilmu hikmah
berusaha mendapatkan kemampuan yang diluar kewajaran

91
Perdana Ahmad, Ilmu Hikmah Antara Karamah dan Kedok
Perdukunan, (Magersaren Delanggu klaten: Wafa Press, 2009), h. 26-27.
118

manusia kebanyakan. Dengan cara-cara itu pula mereka menarik


membuka praktik pengobatan, mendirikan padepokan atau
perguruan untuk menularkan ilmunya.92
Dalam Islam terdapat banyak cara untuk mengamalkan
dan memperoleh kekuatan dari macam-macam amalan-amalan
imu hikmah, yaitu dengan metode riyadhah (latihan jiwa). Hal ini
berkaitan dengan perkataan Jakob Sumardjo, yang mana:
“Manusia dapat mengusai, memiliki kekuatan-kekuatan
yang supranatural dengan cara pandang yang sama, yakni melalui
jalan tengah. Kalau manusia makan dengan cara biasa (budaya),
maka ia harus makan dan minum di luar budaya. Misalnya tidak
makan untuk beberapa hari, atau makan diluar kebiasaan (puasa),
atau ia harus pantang makanan tertentu, minum air putih saja.
Kalau manusia tidur secara biasa, maka ia tidak tidur. Kalau
manusia mandi secara biasa, ia harus tidak mandi atau malah
mandi terus menerus (kungkum). Kalau manusia bisa bergaul, ia
justru harus menyendiri.”93
Dari uraian diatas mengenai kajian ilmu hikmah ini
penulis hanya fokus berbicara mengenai ilmu hikmah wirid hizib
yaitu wirid hizib asror. Tentunya untuk memperoleh amalan ilmu
hikmah wirid hizib asror ini tidak terlepas dari suatu riyadhah
yang harus ditempuh untuk mendapatkan kemanfaatan dari amalan-
amalan ilmu hikmah wirid hizib asror ini.

92
Perdana Ahmad, Ilmu Hikmah Antara Karamah dan Kedok
Perdukunan..., h.27
93
Jakob Soemardjo, Arkeologi Budaya Indonesia..., h.14.
BAB IV
EPISTEMOLOGI ILMU HIKMAH WIRID HIZIB ASROR

A. Pengertian, Dasar dan Amalan Wirid Hizib Asror


1. Pengertian Wirid Hizib Asror
Sebagai individu beragama kita tentu sudah akrab dengan
“do`a”. bahkan tanpa pendalaman konsep yang serius, kita dapat
menerapkannya disetiap jengkal aktivitas terlebih dalam ritual
ibadah. Namun, bagi pemeluk agama Islam ada fenomena lain
tentang do`a yang cukup menarik untuk diketahui yaitu “wirid”
dan “hizib”.
Wirid ialah amalan yang berisi bacaan zikir, doa-doa, atau
amalan-amalan yang bisa dibaca secara tetap (rutin) setiap hari
dalam waktu tertentu wirid.1 Kata diambil dari bahasa Arab, yang
mempunyai banyak arti sesuai dengan konteks kalimatnya, Salah
satu diantaranya adalah “ kehadiran pada sumber air”, baik
memasuki/bercelup dengan sumber air itu, maupun sekedar
berada di sekitarnya. Selanjutnya kata wirid khususnya oleh
agamawan atau pengamal tasawuf digunakan untuk menunjukan
amalan-amalan keagamaan, baik bacaan al-Qur`an atau do`a-do`a
tertentu maupun aktifitas tertentu seperti shalat sunnah malam
atau siang yang dilakukan seseorang secara rutin pada waktu-
waktu yang ditentukan.2

1
Muhammad Abdullah, "Fungsi Wirid dan Hizib Dalam Sastra Lisan
Pesantren”, dalam Metasastra Vol.4 No.1, Juni 2011, h. 39.
2
M. Quraish Sihab, Wawasan Al-Qur`an Tentang Zikir dan Doa, (Jakarta:
Lentera Hati, 2006), h. 158.

119
120

Menurut Ustadz Sukari kata wirid ialah bentuk kata


tunggal (mufrad) dan bentuk plural (jama`)-nya ialah aurad yang
memiliki arti (wirid-wirid, amalan-amalan atau do`a-do`a). wirid
sendiri tradisi yang lazim dalam dunia ilmu hikmah, yang selalu
dibaca berulang-ulang supaya tajam. Menurutnya bahwa, do`a
mirip dengan handphone dan wirid aalah proses charge
(pengisian batre) jika pengisiannya maksimal maka energinya
akan berfungsi maksimal juga.3
Wirid juga dapat diartikan sebuah amalan yang dikerjakan
di dunia secara tetap dan tertib, juga berupa ibadah secara tertib
yang dikerjakan secara terus menerus tidak pernah ditinggalkan.
Oleh karena itu wirid merupakan karunia Allah SWT kepada para
hambanya, berupa penjelasan, kenikmatan merasakan ibadah,
hidayah dan taufiq Allah, semuanya merupakan amalan batin
yang kuat. Bagi orang yang melaksanakan wirid dalam ibadahnya
adalah orang yang memelihara hubungannya dengan Allah SWT
secara tetap. Ia selalu senantiasa menjaga ibadah rutinnya itu
dengan baik dan dikerjakan dengan sebagus-bagusnya.4
Dalam tradisi santri, amalan wirid terbagi dalam dua
macam, yakni (1) bacaan wirid yang bersifat amm (umum), yakni
zikir yang dibaca dengan formula eksoterik atau dalam bentuk
amalan lahir menurut beberapa ukuran tertentu, seperti membaca
istighfar beberapa ratus kali; (2) bacaan wirid yang bersifat khass
(khusus), yakni zikir sirr yang dikerjakan secara samar-samar
tanpa ada suara. Sejak itu pula kata wirid telah diidentikkan

3
Sukari, Wawancara Pribadi, Bojonegara, 25 April 2019.
4
Samsul Munir Amin, Energi Zikir, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 132
121

dengan kata zikir, walau zikir pada hakekatnya dapat terjadi tanpa
melakukannya secara rutin.5 hal ini didasarkan pada al-Qur`an,
salah satunya pada surah al-Hujrurat “Sesungguhnya orang yang
merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-
orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa.
Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar”, dan dalam
literaur sufi zikir diam ini terkedang dikenal sebagai zikir
tersembunyai, zikir rahasia, atau zikir hati.6
Selanjutnya berbicara hizib dalam tradisi Arab, kata hizib
semula ditandai untuk merujuk sesuatu yang “berduyun-duyun”
dan “kelompok”. Karena itulah ada kata hizbullȃh, artinya
“sekumpulan” bala tentara yang berjuang atas nama Allah. Tetapi
kata hizbullȃh sendiri terkadang juga untuk menyebut nama para
malaikat.7 Dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa hizib
ialah kutipan-kutipan dari al-Qur`an yang ditetapkan untuk
dibaca atau zikir yang diucapkan setelah sembahyang.8
Secara istilah hizib memiliki makna lebih khusus lagi,
yakni kumpulan do`a-do`a yang ditalqinkan (diajarkan) oleh
seorang syaikh atau mursyid kepada murid-muridnya untuk
dibaca secara mudawamah (rutin) dan istiqamah (terus menerus).
Selain dari pada itu hizib juga merupakan sebuah do`a-do`a yang
dibuat oleh para mursyid sufi terdahulu, dimana dalam hizib
5
Muhammad Abdullah, "Fungsi Wirid dan Hizib Dalam Sastra Lisan
Pesantren...,” h. 39.
6
Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyyah Dengan
Referensi Utama Suryalaya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
h. 324.
7
Murtado Hadi, Sastra Hizib (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2007), h. 1.
8
Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo Lestari,
1998), h. 601.
122

tersebut banyak terkandung rahasia-rahasia atau memiliki khawas


(keistimewaan tertentu) yang berhasil diungkap oleh sang syaikh
sufi yang di klaim sebagai waliyullah.9
Masih diingatan kepada kita, ketika Nabi dan para sahabat
bertempur melawan kaum musyrikin dalam perang Badar, Allah
SWT sengaja mendatangkan 5000 pasukan sebagai bala bantuan
yang bertandakan putih-putih mereka adalah malaikat
(Hizbullah.). Terkadang hizib sendiri juga digunakan untuk
menyebut “mendung yang berarak” atau “mendung yang tersisa”
Semisal hizban min al-ghumum ( sebagian atas sekelompok
mendung) 10.
Ternyata selanjutnya, perkembangan hizib dalam tradisi
tarekat atau yang berkembang di pesantren-pesantren adalah
untuk “menandai” sebuah bacaan-bacaan tertentu. Misalnya, hizib
yang dibaca dihari Jum`at, yang dimaksud adalah wirid-wirid
tertentu yang dibaca dihari Jum`at, selanjutnya makna hizib
adalah wirid itu sendiri atau juga bisa bermakna munajat
sehingga terbagi menjadi beberapa macam hizib seperti; hizib
bahry, hizib nashr, hizib nawawi, hizib khofi dan masih banyak
yang lainnya.11
Oleh karena itu hizib dapat diartikan sebagai amalan-
amalan yang berisi do`a-do`a ma`tsurat, yang merupakan
peninggalan dari Nabi SAW dan do`a-do`a mustajab yang dibaca
menurut waktu tertentu, serta hizib juga diamalkan untuk

9
Perdana Ahmad, Ilmu Hikmah Antara Karamah dan Perdukunan,
(Magersaren: Wafa Press, 2009), h. 62.
10
Murtado Hadi, Sastra Hizib..., h. 1
11
Murtado Hadi, Sastra Hizib..., h. 2.
123

menghadapi bahaya besar atau untuk menghancurkan musuh


yang mengancam dan dibaca dengan kaifiyah (cara) tertentu.12
Kata hizib pun terdapat di dalam al-Qur`an pada ayat yang
berbeda dan mengandung arti yang berbeda pula seperti dalam
surat ;

1. Surah Al-Ma`idah ayat 56:


ِ َّ‫ والَّ ِذين ءامنُوا فَِا َّن ِح ْزب ال‬,ُ‫لو ورسولُو‬
‫لو ُى ُم‬ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َّ‫َوَمن يَتَ َو َّل ال‬
‫الْغَلِبُو َن‬
“ Dan barang siapa yang menjadikan Allah, rasul-
Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolong,
maka sesungguhnya, pengikut (agama) Allah itulah
yang menang”.13

2. Surah Al-Kahfi ayat 12:

‫أضم ًدا‬ ِ ِ َ ‫لح ْزبَ ْي ِن اَ ْح‬ ُّ َ‫ثُ َّم بَ َعثْ نَ ُه ْم لِنَ ْعلَ َم ا‬
ِ َ‫ي ا‬
َ ‫صى ل َما لَبثُوا‬
“ kemudian kami bangunkan mereka, agar kami
mengetahui manakah diantara kedua golongan itu (al-
Hizbaini) itu yang lebih tepat dalam menghitung
berapa lamanya mereka tinggal di dalam gua itu”.14

3. Surah Ar-Ruum ayat 32:


ٍ ‫ين فَ َّرقُوا ِدينَ ُهم وَكانُوا ِشيَ ًعا ُك ُّل ِح‬
‫زب بِ َما لَ َديْ ِهم‬ ِ َّ
َ ‫من الذ‬
َ
‫فَ ِر ُحون‬

12
Suripan Sadi Hutomo, Mutiara Yang Terlupakan, Pengantar Studi
Sastra Lisan, (Malang: HISKI Jawa Timur, 1991), h. 39.
13
QS. Al-Kahfi ayat 12
14
QS. Al-Kahfi ayat 12.
124

“Dari orang-orang yang memecah belah agama


mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.
Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada golongan mereka”.15

4. Surah Al-Fathiir ayat 6:


ِ ِ‫ج‬ َّ ‫اِ َّن‬
ُ‫الش ْيطَ َن لَ ُك ْم َع ُد ّّو فَاتَّ ِخ ُذوهُ َع ُد ًوا أنَّ َما يَ ْدعُوا خ ْزبَو‬
‫لس ِعي ِر‬
َّ َ‫ب ا‬ ِ ‫َص َح‬ ِ ِ
ْ ‫ليَ ُكونُوا م ْن أ‬
“sungguh setan itu membawa permusushan
bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh,
sesungguhnya mereka mengajak golongannya
(hizbuhu) agar menjadi penghuni neraka yang
menyala-nyala”.

5. Surah Al-Mujaadilah ayat 19:

ِ َ ِ‫لو أُولَئ‬
ِ َّ‫لشيطَن فَأَنْسهم ِذ ْكرال‬
‫ب‬
ُ ‫ك ح ْز‬ َ ْ ُ َ ُ ْ َّ َ‫اَ ْستَ ْح َوذَ َعلَْي ِه ُم ا‬
‫لش ْيطَ ِن ُى ُم الْ َخ ِس ُرو َن‬ ِ ِ
َ ‫لش ْيطَ ِن أَالَ أ َّن ح ْز‬
َّ َ‫ب ا‬ َّ ّ‫ا‬
“ Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan
mereka lupa mengingat Allah SWT, mereka itulah
golongan (hizbu) setan. Ketahuailah bahwa golongan
(hizba) setanlah yang merugi”.16
Dari uraian diatas wirid dan hizib di atas dapat
disimpulkan bahwa pada hakekatnya adalah kumpulan dari zikir,
do`a, dan kegiatan yang mengarah kepada Allah SWT yang
disusun untuk mengingat, merenung dan memohon perlindungan
kepada Allah SWT, dari aneka keburukan serta meraih aneka

15
QS. Ar-Ruum ayat 32.
16
QS. Al-Mujaadilah ayat 19.
125

kebajikan. Keduanyan adalah cara untuk membuka pintu guna


meraih ma`rifat dan pengetahuan, itu semua disertai dengan
kebulatan hati dan tekad mengarah kepada Allah SWT. 17

Dalam pengertian kamus munawir kata hizib diartikan

sebagai ُ‫ال ِح ْزب‬ (golongan), ‫الىر ُد‬


ِ (wirid), serta ‫ال ِّسالَ ُح‬
(senjata).18 Dengan demikian dalam pembahasan hizib disini
penulis lebih meletakkan pengertian hizib pada silah yaitu
senjata, yang sampai sekarang ini pengertian itu berkembang dan
dikenal pada pesantren-pesantren bahkan sudah banyak diketahui
oleh beberapa kalangan masyarakat, khususnya pada masyarakat
Bojonegara Serang Banten.

Sedangkan Asror ialah asal kata dari bahasa arab yaitu ‫َسر‬
‫– يَسُرُّ – ِس ّر‬, lafad ‫ِس ّر‬ menurut ilmu shorof ialah kalimat isim

masdar tauqid dalam keadaan mufrod ( menunggal). Kemudian


ّ ‫ ِس‬di buat kalimat jama` menjadi
dari lafadz ‫ر‬ ‫ اَ ْس َرر‬kalimat ini

dalam ilmu nahwu ialah kalimat jama`taksir dengan

menggunakan wajan ْ‫اَ ْف َعل‬, yang memiliki arti

rahasia/tersembunyi.19
Menurut Ustadz Syatibi salah satu tokoh masyarakat Desa
Lambangsari sekaligus pengajar di Pondok Pesantren Nurul
Hikmah. Menuturkan, bahwa yang dimaksud wirid hizib asror
ialah amalan-amalan-doa`a-do`a yang dilakukan pengamalannya

17
M. Quraish Sihab, Wawasan al-Qur`an Tentang Zikir dan Doa, h. 159.
18
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Munawwir Arab – Indonesia
Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1984), h. 259.
19
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 April 2019.
126

secara rutin, terus menerus, maka dengan kerutinan


pengamalannya dengan sendirinya akan merasakan keajaiban
atau kekuatan dari amalan tersebut tanpak kita berfikir dan
mengetahui sebelumnya.20
Dengan berbagai macam pengertian di atas, maka dapat di
simpulkan bahwa wirid hizib asror ialah amalan-amalan baik
berupa bacaan zikir, do`a-do`a yang mengandung suatu
kelebihan atau kekuatan dengan penuh kerahasian. Artinya
bahwa manusia tidak mampu untuk mengetahui suatu
keajaiban/kekuatan apa yang dikeluarkan dengan amalan-amalan
tersebut, sebelum Allah SWT yang memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada manusia itu sendiri.

2. Dasar-Dasar Wirid Hizib Asror


berbagai pengertian yang diuraikan di atas bahwa wirid
hizib asror sendiri merupakan suatu amalan-amalan atau bacaan
do`a-do`a yang mempunyai kekuatan atau keajaiban yang tidak
bisa diukur dan diketahui bahkan dibuktikan secara langsung,
melainkan dengan sebuah keyakinan bahwa melalui amalan-
amalan wirid hizib asror yang kita amalkan tersebut dengan izin
Allah akan muncul suatu kekuatan pada sendirinya dengan
keadaan yang mendesak atau tak disangka-sangka.
Tentunya segala sesuatu itu mesti ada landasan sebagai
tolak ukur dan penguat, maka dari itu penulis akan cantumkan
beberapa dasar atau landasan yang berhubungan dengan ilmu
hikmah wirid hizib asror ini.
20
Wawancara Pribadi dengan Syatibi, Bojonegara, 25 April 2019.
127

Dalam sebuah ayat al-Qur`an yang tercantum pada surah


an-Nisa ayat 113.

        

          

          

     

Artinya: “Sekiranya bukan Karena karunia Allah SWT


dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka
berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. tetapi mereka tidak
menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat
membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena)
Allah telah menurunkan kitab dan hikmah kepadamu, dan telah
mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan
adalah karunia Allah sangat besar atasmu”. (Q.S. Annisa: 113).21

Kutipan dalil dari ayat al-Qur`an di atas, Ustadz Sukari


menjelaskan bahwa “Allah SWT, telah memberikan suatu
pertolongan kepada Nabi Muhammad SAW, pada saat ada
sekolompok/golongan (Bani Ubairiq) yang berkeinginan keras
untuk menyesatkannya, akan tetapi justru yang mereka sesatkan
dirinya sendiri. Ini menandakan bahwa Nabi Muhammad dijaga
dari segala sesuatau yang buruk, baik berupa kejahatan atau yang

21
Q.S. Annisa, Ayat 113.
128

lainnya. dengan diturunkannya al-Qur`an (ayat-ayat yang


mengandung hukum-hukum dan kaidah-kaidah yang
mengandung kebaikan yang banyak), serta al-Hikmah (yakni
Allah menurunkan sunnah dan mengajarkan sesuatu yang belum
diketahui sebelumnya oleh Nabi.22
Dalam hal ini beliau juga menegaskan bahwa melalui
kitab-kitab Allah dan Hikmah yang diturunkan kepada Nabi,
sehingga Nabi mendapatkan pertolongan Allah yang
dirahasiakan, yang sebelumnya tidak diketahui oleh Nabi sendiri,
yakni dengan memutar balikkan suatu perbuatan jahat yang
dilakukan oleh sekelompok/golongan tersebut sehingga golongan
itu sendiri yang menerima kesesatannya. Inilah menurut Ustadz
Sukari yang dinamakan dengan hizib yaitu suatu senjata yang
dijadikan sebuah pencegahan dari datangnya suatu kejahatan
yang menimpah pada dirinya.23
Dalam sebuah hadits juga di riwayatkan oleh Anas
radliallahu 'anhu, dengan keajaiban tuhan yang diperlihatkan
kepada manusia secara rahasia melalui doa-doa yang dilakukan
oleh makhluk-Nya.
ِ َ‫ض ِر َع ْن قِت‬
‫ال بَ ْد ِر‬ َ َّ‫س بْنِى بْ ِن اَلن‬ِ َّ‫اب َع َمى أَن‬ َ َ‫ غ‬:‫قال‬ َ ‫س رضي اهلل عنو‬ ٍ َ‫َع ْن أَن‬
‫ين لَئِ ِن اهللُ اَ ْس َه َدنِى‬ ِ
َ ‫الم ْش ِرك‬
ُ ‫ْت‬ َ ‫ال قَاَتَل‬ٍ َ‫ت َعن اَّو ِل قِت‬ ُ ‫ول اهلل ِغ ْب‬ َ ‫ال يَ َار ُس‬َ ‫فَ َق‬
.‫الم ْس ِل ُمو َن‬
ُ ‫ف‬ َ ‫ش‬ َ ‫وم اُ ُح ٍد َوان َك‬
ُ َ‫صنَ ُع فَ لَ َما َكاَ َن ي‬
ْ َ‫ين لَيَ َريَ َّن اهللَ َماا‬
ِ
َ ‫المس ِرك‬ُ ‫ال‬ َ َ‫قِت‬
‫ك ِم َّما‬ ِ ِ ِ َ َ‫ الَّله َّم إِنّْى اَ ْعت ِدر اِل‬:‫قَل‬
َ ‫َص َحابَوُ َواَبْ َرأُ الَْي‬ْ ‫صنَ َع َى ُؤَالء يَعنِى أ‬ َ ‫يك م َّما‬ ُ َ ُ َ

22
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 April 2019.
23
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 April 2019.
129

‫اس ْع ُد‬ ٍ ‫ ثُ َّم تَ َق َّدم فَاستَ ْقب لَوُ سع ُد بن مع‬.‫صنَع ى ُؤَالَ ِء يعنِى الم ْش ِركِين‬
َ َ‫ال ي‬
َ ‫اد فَ َق‬ َُ ُ ْ َ َ َ ْ َ َْ ُ َ ََ َ
َ َ‫ ق‬.‫ُح ٍد‬ ِ ِ ِ ٍ
:‫ال َس ْع ٌد‬ ُ ‫ض ِر إِنّْى أَج ُد ِريْ َح َها م ْن ُد ْون أ‬ ْ َ‫ب الن‬ّْ ‫ْجنّةَ َوَر‬
َ ‫بْ َن ُم َعاد اَل‬
ً‫ض ْربَة‬
َ ‫ين‬ ِ ْ ِ‫س فَ َو َج ْدنَا بِ ِو ب‬
ً ‫ض ًعا َوثَ َمان‬ ْ َ‫ال أَن‬َ َ‫ ق‬.‫اصنَ َع‬ ِ َ ‫ت يارس‬
َ ‫ول اهلل َم‬ ُ َ َ ُ ‫فَ َماستَطَ ْع‬
‫س ْه ٍم َوَو َج ْدنَاهُ قَ ْد قُتِ َل َوقَ ْد َمثَ َل بِ ِو‬ ِ ِ
َ ‫ اَ ْوَرْميَةً ب‬٬‫ش ْيف اَ ْوطَ ْعنَةً ب ُرْم ٍح‬
ِ َ ‫بِاال‬
.‫الم ْش ِرُكو َن فَ َما َع َرفَوُ اَ َح ٌد اِآل اَ ْختُوُ بِبَ نَانِِو‬
ُ
Dari Anas Radhiallahu 'anhu berkata: "Pamanku, Anas
bin an-Nadhar tidak ikut perang badar kemudian dia berkata:
"Wahai Rasulullah, aku tidak ikut saat pertama kali Tuan
berperang menghadapai kaum musyrikin. Seandainya Allah
memperkenankan aku dapat berperang melawan kaum musyrikin,
pasti Allah akan melihat apa yang akan aku lakukan". Ketika
terjadi perang Uhud dan kaum muslimin ada yang kabur dari
medan pertempuran, dia berkata: "Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari apa yang dilakukan oleh mereka, yakni para
sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan aku berlepas diri
dari apa yang dilakukan oleh mereka yakni kaum musyrikin".
Maka dia maju ke medan pertempuran lalu Sa'ad bin Mu'adz
menjumpainya. Maka dia berkata kepadanya: "Wahai Sa'ad bin
Mu'adz, demi Robbnya an-Nadhar, aku menginginkan surga.
Sungguh aku mencium baunya dari balik bukit Uhud ini". Sa'ad
berkata: "Wahai Rasulullah, aku tidak sanggup untuk
menggambarkan apa yang dialaminya". Anas berkata: "Kemudian
kami temukan dia dengan luka tidak kurang dari delapan puluh
sabetan pedang atau tikaman tombak atau terkena lemparan
panah dan kami menemukannya sudah dalam keadaan terbunuh
dimana kaum musyrikin telah mencabik-cabik jasadnya sehingga
tidak ada satupun orang yang mengenalinya kecuali saudara
perempuannya yang mengenali jarinya". Anas berkata: "Kami
mengira atau berpedapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
dia dan orang yang serupa dengan dia. ("Dan diantara kaum
mu'minin ada orang-orang yang membuktikan janji mereka
kepada Allah"). 24

24
HR.Bukhori Muslim, Soheh al-Bukhari , No: 2708, h. 431.
130

Hadits ini menjelaskan ketika terjadi suatu peperangan


yaitu yang disebut dengan Perang Uhud. Perang ini adalah perang
dahsyat antara kaum muslimin dan kaum musyrikin. Dalam
terjadinya perang ini salah satu dari kalangan kaum musyrikin
lari atau kabur untuk menjauhi peperangan dalam perang uhud
ini. Tetapi semua lawan dan kawannya melihat bahwa salah satu
orang dari golongan kaum muslimin ini berada di tengah-tengah
medan pertempuran, bahkan sampai sahabat Rasulullah SAW
sendiri yakni Annas melihatnya kalau orang ini telah mati dengan
banyak luka di tubuhnya yang parah dengan tidak kurang dari
delapan puluh sabetan pedang, serta tikaman tombak dan terkena
lemparan panah oleh rombongan kaum musyrikin. Akan tetapi
justru orang yang ia lihat dengan keadaan luka yang parah
tersebut adalah orang yang di serupakan dengan Allah semata.25
Dalam hadits yang lain yang di riwayatkan oleh Malik
dari Yahya Bin Sa`id, dalam kitab Dardir al-Mi`raj.

‫صلَّى‬ ِ ِ ‫أُس ِري بِرس‬:‫ال‬ ٍِ ِ ِ


َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ ْ َ َ‫و َح َّدثَني َع ْن َمالك َع ْن يَ ْحيَى بْ ِن َسعيد أَنَّوُ ق‬
‫ت‬ َ ‫ش ْعلَ ٍة ِم ْن نَا ٍر ُكلَّ َما الْتَ َف‬ ِ ‫اللَّوُ َعلَْي ِو وسلَّم فَ رأَى ِع ْف ِريتًا ِمن ال‬
ُ ِ‫ْج ّْن يَطْلُبُوُ ب‬ ْ َ َ ََ
ٍ ‫ك َك ِلم‬ ِ َ ‫ول اللَّ ِو صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو وسلَّم رآهُ فَ َق‬
‫ات‬ َ َ ‫ُعلّْ ُم‬ ُ ‫ال لَوُ ج ْب ِر‬
َ ‫يل أَفَ ََل أ‬ َ َ ََ َ ُ ‫َر ُس‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ِِ ْ َ‫تَ ُقولُ ُه َّن إِذَا قُلْتَ ُه َّن طَِفئ‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ ‫ت ُش ْعلَتُوُ َو َخ َّر لفيو فَ َق‬
‫ات‬ِ ‫َّام‬ َّ ‫لو الت‬ ِ ‫لو ال َك ِري ِم وبِ َكلِم‬
ِ َّ‫ات ال‬ ِ َّ‫جو ال‬
ِ ‫وسلَّم ب لَى فقال جبريل قل اَعُوذُ بِو‬
َ َ ْ َ ْ ُ َ َ ََ
ِ ِ َّ ‫اجر ِمن س ّْرما ين ِز ُل ِمن‬ ِ ِ
‫ج‬ُ ‫الس َماء َومن َش ّْرَما يَ ْع ُر‬ َ َ َ َ ْ ٌ َ‫الّتى الَيُ َجا ِوُزُى َّن بِّّر َوالَ ف‬
‫ج ِم ْن َها َوِم ْن فِتَ ِن الَّ ْلي ِل‬ ِ ِ ‫فِي ها وِمن َش ّْرما َذراء فى االَر‬
ُ ‫ض َوم ْن َش ّْرَما يَ ْخ ُر‬ ْ ََ َ َ َْ
25
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 April 2019.
131

َّ ‫ فَ ْن َك‬.‫َّها ِر َوِم ْن طََوا ِر ِق الَّ ْلي ِل َونَّ َها ِر اِالَّ طَا ِرقًا يَط ُْر ُق بِ َخ ْي ِريَ َار ْح َمن‬
‫ب لِ ِف ْي ِو‬ َ ‫َوالن‬
ً ‫َوطَِف‬
.ُ‫ئت ُش ْعلَتُو‬

Artinya: ”Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari


Yahya bin Sa'id ia berkata, "Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam diisrakan, beliau melihat 'Ifrit dari golongan jin
mengikutinya dengan membawa sebuah obor api. Setiap
menoleh, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihatnya.
Maka Jibril berkata; "Maukah aku ajarkan kepadamu beberapa
kata yang jika engkau membacanya, maka apinya akan padam
dan ia akan jatuh tersungkur mulutnya?" Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam menjawab: "Ya." Maka Jibril pun berkata;
"Bacalah: (Aku berlindung dengan wajah Allah Yang Maha
Mulia dan dengan kalimat-Nya yang sempurna, yang tidak
dilampaui seorang yang baik maupun pendosa, dari kejahatan
yang turun dari langit maupun kejahatan yang naik ke arahnya,
dan kejahatan yang tertanam di dalam bumi dan yang keluar
darinya. Dari fitnah malam dan siang, dan dari bencana malam
maupun siang kecuali bencana yang mendatangkan kebaikan,
Wahai Dzat Yang Maha Pengasih) .26 selanjutnya Untadz Sukari
juga menjelaskan berkaitan dengan hadis ini bahwa ketika Nabi
Muhammad telah selesai membacakan do`a ini ifrit tersebut
benar-benar jatuh tersungkur mulutnya ke bawah”.27

3. Amalan Wirid Hizib Asror

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬


‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َو َعلَى اَلِ ِو‬ ٍ َ ‫اِلَى ح‬
َ ُ‫ول اهلل‬
َ ‫صطََفى َر ُس‬ ْ ‫ض َرة النَّبِ ِي ال ُْم‬ َ
...........‫لك َر ِام ِش ْيءٌلِلَ ِو لَ ُه ُم الْ َفتِ َحة‬
ِ ْ‫واَصحابِ ِو ا‬
َْ َ

26
١١ .‫ زص‬, ‫ كوبݟ لبان ݘليغون سرياݟ بننت‬-‫ مكفوݟ كدوݟ‬,‫ امحد حمضوري بن محمد طاهر بن هتاية‬,‫ترمجة دردير املعراج‬
27
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 April 2019.
‫‪132‬‬

‫ان والْه ْي َك ِل النُّورانِى س ْلطَ ِ‬ ‫ث ِ‬ ‫ِ‬ ‫ب ِ‬ ‫ثُ َّم اِلَى اَرو ِ ِ‬


‫ان‬ ‫َْ ُ‬ ‫الربَّ َ َ‬‫الربَّانى َوغَ ْو َ‬ ‫اح َش ْيحنَا قُطُ ِ َ‬ ‫َْ‬
‫الش ْيح اَ ْح َم ْد‬ ‫الج ْيَلَنِى َو َس ْي ِدنَا َّ‬ ‫ِ ِ‬ ‫اْالَ ْولِيَ ِاء اْلبَ غْ َد ِادي َس ْي ِدنَا ال َ‬
‫ش ْي ِخ َع ْبداْل َقاد ْر َ‬
‫الدس ِ‬ ‫اعى سي ِدنَا ال َ ِ ِ‬ ‫الرفَ ِ‬
‫ش ْيح اَ ْح َم ْد َكبِي ِر ّْ‬ ‫الب َدا ِوي وس ِ‬
‫وء‬ ‫ش ْيح ابْ َراى ْيم َّ ُ‬ ‫َْ‬ ‫يدنَا ال َ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬
‫قَ َّدس اهلل اَسرارىم الع ِزيز واِلَى اُصولِ ِهم وفُرو ِع ِهم َشيءلِ ِ‬
‫لو لَ ُه ُم‬ ‫ُْ ْ َ ُْ ْ ْ ٌ‬ ‫َ ُ ْ َ َُ ْ َ ْ َ‬
‫اْل َفتِ َحة‪..........‬‬
‫ادتِنَا اَبِي‬
‫ّم َس َ‬ ‫ِ‬
‫صلى اهللُ َعلَيو َو َسل َ‬
‫ول ِ‬
‫اهلل َ َّ‬ ‫َ‬ ‫َى َذا َى ِديَتَ نَا اِلَى اَ ْرَو ِ‬
‫اح َخ ِل ْي َف ِة ر ُس ِ‬
‫لو لَ ُه ُم ال َفتِ َحة‪...........‬‬ ‫ب ْك ٍر وعُم ٍر و ُعثمان و َعلِي َشيءلِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ َ ّ ٌ‬
‫يل َو َس ْي ِدنَا اِ ْس َرفِ ْي َل َو َس ْي ِدنَا‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫يل َو َسيدنَا مي َكائ َ‬
‫حصوصا اِلَى ح ِ ِ ِ ِ‬
‫ضرة َسيدنَا ج ْب َرائ َ‬ ‫َ َ‬ ‫ُ ُ ً‬
‫ضرةِ نَّبِ ِي ِ‬
‫اهلل تَ َعالَى‬ ‫لو لَهم ال َفتِحة‪ ..........‬حص ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬
‫وصا الَى َح َ َ‬ ‫ُ ُ ً‬ ‫ع ْج َرائ ْي َل َشيءٌل ُ ُ َ‬
‫سي ِدنَا ِحضّْر ب لْيابِن مل َكان َشيء لِ ِ‬
‫لو لَ ُه ُم ال َفتِ َحة‪.......‬‬ ‫ٌ‬ ‫ََ َ‬ ‫َْ‬
‫هلل لَهم‬ ‫يدنَا َعلِي َكرم اهلل و ْج َهة شيئ ِ‬ ‫ضرِة س ِ‬ ‫حص ِ‬
‫ٌ‬ ‫ََ ُ َ‬ ‫وصا الَى َح َ َ َ‬ ‫ُ ُ ً‬
‫الفتحة‪.............‬‬
‫الع ِزيْز‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ض َرةِ َّ‬ ‫حص ِ‬
‫الج َيَلني قَ َّد َ‬
‫س اهللُ س َّرهُ َ‬ ‫الش ْيخ َع ْب ُد ال َقادر َ‬ ‫وصا الَى َح َ‬
‫ُ ُ ً‬
‫شيئ لِِلو لَ ُهم ال َفتِ َحة‪.............‬‬
‫ٌ‬
‫الرحيم‪011×..........‬‬ ‫بسم اهلل الرحمن‬
‫×‪011‬‬ ‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬استغفراهلل العظيم انو كان َّ‬
‫غف َارا‪........‬‬
‫محم ًدا رسول‬
‫ان ّ‬ ‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬اشهد ان الّالو اآل اهلل واشهد َّ‬
‫‪011×.......‬‬ ‫اهلل‬
‫‪133‬‬

‫محمد وعلى ال شيدنا‬


‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬اللهم صل على سيدنا ّ‬
‫‪011×.........‬‬ ‫محمد‬
‫ّ‬
‫وبِح ِ‬
‫مده‪011×...‬‬ ‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬سبحان ِ‬
‫اهلل العضيم‬
‫َ‬ ‫ُ‬
‫العظيم‪011×.....‬‬ ‫والقوةَ االّ بِاهلل ُّ‬
‫العلي‬ ‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬الحول َّ‬
‫ين‪000×......‬‬‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬يااهلل ياَقَ ِديم ياقَ ِو ُّ ِ‬
‫ي يَ َأمت ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬

‫بسن هللا الرحوي الرحين‬


‫وس ّْر َس ّْار ِس ُّرهُ من َج ِم ِع‬
‫الدات ِ‬
‫ِ‬ ‫صل على سيدنا محمد ن النَّبي النُّوِر‬ ‫اللهم ّْ‬‫َّ‬
‫اهلل ِ‬
‫العظ ِيم‬ ‫لك ِ‬ ‫اهلل صَلَ ًة َدائمةً بِ َدو ِام م ِ‬
‫َ َ ُ‬ ‫َ‬
‫لم ِ‬ ‫ات َع َد َد َما فى ِع ِ‬ ‫سم ِاء َو ّْ‬
‫الص َف ِ‬
‫االَ َ‬
‫القيَ َام ِة وعلى الو‬
‫وم ِ‬ ‫قت و ِحي ٍن اضعافًا مضاع َفة ابدا سرمدا الى ي ِ‬
‫َ‬ ‫فِى ُك ّْل َو ٍ َ َ َ ُ َ َ ً ََ ً َ َ ً‬
‫وصحبو وسلَّم‪...........‬اع ×‬
‫بسن هللا الرحوي الرحين‬
‫الس ِمع ِ‬ ‫السمو ِ‬
‫مي فَ ُهم‬
‫ص ّّم بُ ْك ٌم عُ ٌ‬
‫العليم‪ُ ,‬‬ ‫ات َو ْاالَ ْر ِ‬
‫ض َو ُى َو َّ ُ َ‬ ‫ور َّ َ َ‬ ‫اَلَّ ُ‬
‫له َّم نُ ُ‬
‫مي فَ ُهم الَيَف َق َهو َن‪,‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫كم عُ ٌ‬
‫ص ّّم بُ ٌ‬
‫مي فَ ُهم الَيَعقلُو َن‪ُ ,‬‬
‫ص ّّم بُ ْك ٌم ُع ٌ‬
‫َاليَرجعُون‪ُ ,‬‬
‫كم‬
‫ص ّّم بُ ٌ‬
‫مي فَ ُهم الَيسعُ ُرون‪ُ ,‬‬ ‫ص ٌم بُ ْك ٌم ُع ٌ‬
‫سمعُو َن‪ُ ,‬‬ ‫مي فَ ُهم الَيَ َ‬
‫كم ُع ٌ‬ ‫ص ّّم بُ ٌ‬
‫ُ‬
‫ِ‬
‫مي فَ ُهم‬
‫كم ُع ٌ‬ ‫مي فَ ُهم اليَتَ َكلَّ ُم ْون‪ُ ,‬‬
‫ص ّّم بُ ٌ‬ ‫ص ّّم بُ ْك ٌم عُ ٌ‬
‫مي فَ ُهم الَيُبص ُرون‪ُ ,‬‬ ‫عُ ٌ‬
‫ؤمنُون‬‫اليتح َّرُكون‪ ,‬ص ّّم بكم عمي فَ هم الَي ت َد َّكرون‪ ,‬ص ّّم بكم عمي فَ هم الي ِ‬
‫ُ ُ ٌ ُ ٌ ُ ُ‬ ‫َ َ ْ ُ ُ ٌ ُ ٌ ُ ََ ُ‬
‫الع ِظ ِيم ‪.......‬اع ×‬ ‫ِ ِ‬
‫ول والقُ َّو َةاالَّبِااهلل العل ِى َ‬
‫الَ َح َ‬
134

‫بسن هللا الرحوي الرحين‬


,‫بصرون‬ ِ ‫ومن َخ‬
َ ‫لف ِهم َس ِّدا فَأَغ‬ ِ ‫يدي ِهم س ِّدا‬
ِ َ‫وجعلنَا ِمن بي ِن ا‬
ُ ُ‫اىم فَهم الَي‬ ُ َ‫شين‬ َ َ ََ َ
‫يم ِة‬ ِ ِِ ِ َ ‫َش‬
َ ‫اخ َّد َام َىده االَيَة ال َك ِر‬
ُ َ‫ ي‬,‫ابص َارُىم‬
َ ‫) ُخ ُدوااَعيُ نَ ُهم َو‬2×( ُ‫الو ُجوه‬ُ ‫اىت‬
ِ ‫ات حتَّى الَي رونِى صم بكم عمي فهم الي‬ ِ ِ ِ
,‫بص ُرون‬ ُ ََ َ ‫فى بَح ٍرم َن الظُلُ َم‬
ِ ‫يدنَا مح َّمد وبِ َكر‬
‫مة‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ ُ ‫ يااهلل ب ُمعج َزة َس‬.)× ‫ (اع‬,‫حسبُ ُهم اَي َقاظَال َو ُىم َرقُو ٌد‬ َ َ‫َوت‬
ِ ِ ِ ِ
‫ (فيتوع‬.......‫قص ْود‬ ُ ‫ ُكوالَ عن َدا َحاضر َم‬, ‫الج َيَلنى‬ َ ‫ش ْيخ َعبدال َقاد ِر‬َ ‫ال‬
28
)‫بالين‬
Bacaan do`a-do`a yang penulis cantumkan di atas ini ialah
amalan-amalan ilmu hikmah pada wirid hizib asror. Dalam
proses mengamalkannya amalan-amalan yang tertulis diatas ini
khusus di amalkan pada waktu malam hari sesudah shalat hajat
sekitar jam 12.00 malam keatas, maksudnya dalam proses
menjalani wiridan ini, dapat dilaksanakan pada waktu malam hari
tepatnya jam 12.00, hingga sampai pukul 02.00 WIB. karena
menurt penjelasan Ustadz Sukari bahwa waktu yang bagus untuk
solat hajat (Shalat malam) dan wirid di malam hari ialah
sepertiga malam.29 Sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang
berbunyi:

28
Sukari, Kitab Majmuatul Ahkam, Kumpulan dan Panduan Ilmu Hikmah,
(Bojonegara: Pondok Pesatren Nurul Hikmah, t,tp), h. 2-3.
29
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 30 April 2019.
135

ِ َّ‫الصي ِام اِلَى ال‬ ِ ِ ِ َّ ‫ب‬


‫لو‬ َ ّْ ‫ب‬
ُّ ‫السَلَ ُم َواَ َح‬ َ ‫الصَلَ َة الَى اللَّو‬
َ ‫صَلَةُ َد ُاو َد َعلَْيو‬ ُّ ‫اَ َح‬

‫وم يَ ْوًما‬
ُ ‫ص‬ُ َ‫ام ُس ُد َسوُ وي‬ ُ ‫ف الَّ ْلي ِل َويَ ُق‬
ُ َ‫وم ثُلُثَوُ َويَن‬ ْ ِ‫ام ن‬
ُ ‫ص‬ ُ َ‫ام َد ُاو َد َوَكا َن يَن‬
ِ
ُ َ‫صي‬

)‫َويُ ْف ِط ُر يَ ْو ًم (رواه بخاري‬


Artinya: “Shalat yang paling dicintai Allah SWT adalah
shalat Nabi Daud, dan puasa yang dicintai Allah adalah puasa
Nabi Daud, yaitu beliau tidur pada separuh malam, mengerjakan
shalat malam pada sepertiga malam, dan tidur lagi pada
seperenam malam, berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (HR.
Bukhari).

B. Proses Memperoleh Ilmu Hikmah Wirid Hizib Asror


Dalam sebuah proses atau metode untuk memperoleh
amalan- amalan ilmu hikmah wirid hizib asror ini tidaklah
mudah, banyak riyadha-riyadha yang harus dijalani serta tidak
semua orang atau santri dapat memperoleh amalan-amalan ilmu
hikmah wirid hizib ini, serta harus melalui izin atau ijazah dari
seorang guru atau mursyid sebagai orang yang mempunyai dan
mahir dalam ilmu hikmah untuk dapat membimbing dan
mengarahkan dalam pengamalan ilmu hikmah, agar pengamalan
ilmu hikmah tersebut tidak berakhir dengan cuma-cuma.
Adapun langah-langkah atau metode dalam memperoleh
amalan-amalan ilmu hikmah dalam wirid hizib asror ini
diantaranya:
1. Niat
Niat adalah langkah awal sebelum seseorang melakukan
dan mengajarkan suatu perbuatan, serta niat juga suatu kehendak.
136

Dalam memperoleh amalan-amalan ilmu hikmah niat juga sangat


di utamakan karena menurut Ustadz Sukari jika seseorang dalam
mengamalakan ilmu hikmah diiringi dengan niat yang setengah-
setengah atau dengan niat yang dianggap tidak baik maka pastilah
akan mengakibatkan hasil yang tidak baik pula. Tetapi jika
seseorang mempelajari ilmu apapun diiringi dengan niat yang
tekun dan baik maka hasilnyapun akan baik.30 Karena pada
dasarnya niat adalah syarat yang mutlak agar seseorang
mendapatkan pahala atau keutamaan dari Allah SWT, dan tidak
diiringi dengan niat yang lainnya misalnya ingin dipuji orang dan
lain-lainnya. Akan tetapi niat juga bisa dikembangkan dalam
rangka ketaatan.31

2. Guru (Mursyid/Kiyai)
Para kiyai yang menjadi guru atau mursyid dalam suatu
pengajaran ilmu praktik-praktik ilmu hikmah . Banten daerah
yang hingga saat ini memiliki reputasi yang cukup dikenal
sebagai daerah tempat bersemayamnya dalam praktik-praktik
pengamalan ilmu hikmah sehingga tidak sedikit orang Banten
yang memanfaatkan reputasi ini dengan bertindak sebagai juru
ramal, pengusir setan, pelancar usaha untuk mendapatkan

30
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 30 April 2019.
31
Muhammad Muhsinin, “Ilmu Hikmah Dalam Pandangan Perguruan
Tapak Sunan Di Desa Sidorejo Karangawen Demak,” (Skripsi Fakultas
Ushuluddin, IAIN Walisongo Semarang, 2012), h. 21.
137

kesuksesan dalam usaha, kedudukan dan perlindungan


32
supernatural serta kedamaian jiwa.
Guru atau mursyid ialah orang yang terpercaya. Seperti
anak di sekolah, dalam mempraktikkan ibadah maka standar anak
adalah guru. Ada orang tua yang menegur bacaan shalat anaknya
karena kurang pada tempatnya, si anak tetap dalam pendiriannya
bahwa yang dibacanya ialah benar, karena yang mengajari ialah
gurunya.
Begitupun dalam mempelajari ilmu hikmah, seorang guru
sangatlah penting untuk memperoleh atau mengamalkan suatu
amalan ilmu hikmah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan. Banyak pengalaman yang terjadi dari orang-orang
pengamal ilmu hikmah dengan tidak adanya bimbingan dari
seorang guru atau mursyid yang mengakibatkan seorang
pengamal ilmu hikmah bisa fatal seperti terjadinya setres/ gila,
ilang ingatan atau tidak sadar diri, dan masih banyak hal-hal yang
tentunya tidak diinginkan oleh seorang pengamal ilmu hikmah.33
Seseorang mungkin bisa mengamalkan ilmu hikmah
sendiri yang dibacanya dari sebuah buku, namun belum tentu
seseorang itu mendapatkan keberkahan dari amalannya. Dengan
kata lain, amalannya menjadi sia-sia karena tidak ada keberkahan
didalamnya. Oleh karena itu peran guru atau Mursyid disini ialah
sebagai pembimbing dan penyalur berkah menjadi sangat penting
dalam mempelajari ilmu hikmah atau ilmu spiritual lainnya.

32
Mohammad Huderi, Tasbih dan Golok, Kedudukan, Peran, dan
Jaringan Kiyai Dan Jawara di Banten, (Serang: Biro Humas Setda Propinsi
Banten, 2007), h. 154.
33
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 30 April 2019.
138

Dalam tradisi spiritual, peran seorang guru merupakan syarat


penting untuk mencapai tahapan-tahapan menuju puncak
spiritual. 34
Dengan belajar dari seorang guru atau mursyid, perjalanan
kita dalam menjalani ilmu hikmah menjadi lebih lancar, berbagai
kendala yang terjadi selama belajar ilmu bisa dikonsultasikan
kepada sang guru. Oleh karena itu apabila seseorang ingin
mendalami ilmu hikmah harus mencari seorang guru yang bener-
bener siap membimbing. Melalui bimbingan seorang guru itulah
kita bisa mempelajari dan menguasai kandungan-kandungan dari
amalan-amalan ilmu hikmah tersebut, dengan ketentuan ada niat
yang baik dan membuang yang buruk serta dapat menjalankan
apa saja yang diperintahkan oleh sang guru/mursyid tersebut.
Banyak sudah contoh nyata dalam kehidupan, dimana orang
belajar ilmu hikmah secara mandiri tanpa bimbingan dari seorang
guru yang didapatkan adalah kesia-siaan, bahkan malah ada yang
tersesat, gangguan mental dikarenakan ilmu yang diamalkan tidak
cocok dan raga si pengamal belum siap untuk menampung ilmu
tersebut.35
Banyak ulama besar dan tokoh sufi seperti Ibnu Athaillah
as-Sakandari, Syekh Abdul Wahab asy-Sya`rani, dan Abu Hamid
al-Ghazali yang mencoba mempelajari ilmu spiritual sendiri
tanpa adanya bimbingan dari seorang guru, dan mereka akhirnya
harus meyerah pada pengembaraannya sendiri, bahwa dalam

34
Mohammad Huderi, Tasbih dan Golok, Kedudukan, Peran, dan
Jaringan Kiyai Dan Jawara di Banten..., h. 120.
35
Wawancara pribadi dengan Ahmad Saefulloh, Bojonegara, 05 Mei
2019.
139

proses menuju kepada keberkahan Allah SWT tetap harus


membutuhkan seorang guru pembimbing. Masing-masing ulama
besar tersebut memberikan kesaksian seorang dengan kehebatan
ilmu agamanya, atau kecerdasan otaknya tidak akan mampuh
menempuh jalan spiritual kecuali atas bimbingan seorang guru
yang berpengalaman .36
Ilmu hikmah tidak bisa begitu saja ditempuh dengan
mengandalkan pengetahuan akal rasional. Sebab, dalam ajaran
ilmu hikmah mereka yang menempuh jalan spiritual tanpa
bimbingan dari seorang guru tidak akan mampu membedakan
mana bisikan-bisikan lembut yang datang dari Allah SWT, dari
alaikat atau dari syaitan. Oleh sebab itu, seseorang yang
menempuh jalan Allah SWT tanpa disertai seorang guru, maka
gurunya adalah syaitan, selain dari pada itu mempelajari ilmu
hikmah tanpa guru adalah bentuk kesombongan dan keangkuhan
pribadi. Kita bisa melihat dari sejarah perjalanan hidup para
orang-orang alim sebelum kita, para Guru, Ulama, para Syaikh,
mursyid, para Nabi dan Rasul semua dibimbing oleh seorang
guru. Nabi Muhammad SAW di tuntun oleh Allah SWT melalui
malaikat Jibril, Nabi Musa di bimbing oleh Nabi Khidir, dan para
sahabat dibimbing oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan para
Wali Allah di bimbing oleh para guru-guru spiritual
pendahulunya, seperti halnya Wali Sanga, Sunan Kalijaga juga
mendapat bimbingan dari Sunan Bonang, dan Sunan Bonang pun
juga dibimbing oleh guru sebelumnya. Mereka semua bisa

36
Imam Abu Hamid al-Ghazali, Samudra Ma` rifat, (Yogyakarta:
Sajadah Press, 2008), h. 274.
140

mencapai derajat spiritual yang tinggi seperti itu tak pernah lepas
dari bimbingan seorang guru, karena guru dapat membawa
keberkahan dalam menjalani ilmu spiritual atau ilmu hikmah. 37
Karena sebab itu peran guru/ mursyid ialah sebagai
petunjuk/bimbingan kepada murid-muridnya. Seorang guru tentu
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk membimbing dan
memberikan petunjuk bagi murid-muridnya yang sedang
melakukan pengamalan ilmu hikmah secara lahir maupun batin.
Bimbingan guru/mursyid kepada murid akan sangat
mempengaruhi terhadap perkembangan murid-muridnya yang
sedang mengamalkan amalan ilmu hikmah, karena seorang murid
tidak diperkenankan melakukan perbuatan-perbuatan yang
berkaitan dengan pengamalan ilmu hikmah atas kemauannya
sendiri tanpa petunjuk dari seoarang guru/mursyid nya. Karena
petunjuk dan bimbingan seorang guru terhadap seorang murid
senantiasa akan mendapat limpahan cahaya dan hidayah dalam
melakukan pengamalan ilmu hikmahnya.38 Maka dengan belajar
dari seorang guru atau mursyid, perjalanan kita dalam dalam
mendalami ilmu hikmah menjadi lebih lancar, bernagai kendala
yang terjadi selama belajar ilmu hikmah bisa dikonsultasikan
kepada sang guru.

37
Muhammad Muhsin, “Ilmu Hikmah Dalam Pandangan Perguruan
Tapak Sunan Di Desa Sidorejo karangawen…,” h. 21.
38
Syarif Anam, “Kualifikasi Mursyid Dalam Tarekat,” (Program Ilmu
Agama Islam Pasca Sarjana UIN Walisongo Semarang, 2015), h. 38.
141

3. Ijazah
Istilah ijazah dalam ilmu hikmah ialah sebuah pernyataan
restu dari seorang guru kepada muridnya untuk mengamalkan
atau mempergunakan serta mengajarkan suatu ilmu tertentu
kepada orang lain. Ijazah ini sangat penting, karena diyakini
dapat menentukan berguna atau tidaknya suatu ilmu yang
diberikan oleh seorang guru terhadap muridnya. Pemberian ijazah
ini merupakan suatu pengesahan bagi sang murid dari sang
gurunya bahwa ia telah dianggap menguasai ilmu (elmu) yang
dipelajarinya. Ijazah diperlukan terutama ilmu (elmu) yang
bersifat rohani atau spiritual. Dalam lingkaran pergaulan antara
kiyai-santri dikenal displin ilmu-ilmu tertentu seperti ilmu
tarekat, karomah dan ilmu hikmah. Sehingga si murid dapat
melacak dari siapa saja ilmu itu didapatkan.39
Dalam mempelajari ilmu hikmah maka harus ada guru
yang berperan dalam mengajarkan ilmu hikmah untuk dapat
memberikan izajah yang dapat dijadikan sebagai penuntun.
Sebelum sang guru mengizajahkan keilmuan kepada sang murid,
maka harus di selaraskan terlebih dahulu melalui peroses
pengizajahan yaitu dengan cara melalui nama lengkap, agama,
tanggal lahir, dan nama ibu kandung. Proses pengizajahan ini bisa
bermacam-macam caranya sesuai dengan kebijaksanaan guru
masing-masing. Proses pengizajahan itu sangat penting sebab

39
Mohammad Huderi, Tasbih dan Golok, Kedudukan, Peran, dan
Jaringan Kiyai Dan Jawara di Banten..., h. 124.
142

disitu terletak keberkahan dari ilmu hikmah yang hendak kita


amlakan. 40

4. Puasa
Dalam langkah memperoleh ilmu hikmah puasa juga
dijadikan sebagai riyadhah yaitu suatu proses pelatihan untuk
menguasai teori-teiri amalan tersebut. Dalam sebuah latihan
sudah barang tentu mendapatkan pelatiahan pengemblengan yang
keras seperti puasa, wirid, tabarruk, menyendiri, dan lain-lain
sesuai dengan ajaran guru/mursyid yang telah di tentukan.
Menurut Ustadz Sukari bahwa puasa dalam sebuah
pengamalan ilmu hikmah sangatlah penting karena dengan
berpuasa kita dapat menghilangkan kotoran-kotoran yang
terdapat pada jiwa dan badan serta dapat mencegah dari
perbuatan-perbuatan yang buruk.41 Sesuai dengan
kemanfaatannya bahwa, Puasa sebagai metode taqarrub ilallah
(mendekatkan diri kepada Allah), puasa dapat dijaikan sebagai
penyucian jiwa, karena Allah SWT membuat puasa sebagai
sarana untuk mensucikan jiwa, puasa juga dapat melatih jiwa dan
membiasakan sabar dalam menghadapi kesusahan hidup,
termasuk puasa dapat menghancurkan tajamnya syahwat untuk
menguasai badan agar terhindar dari perbuatan keji, serta Puasa
dapat menumbuhkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, dengan
berpuasa kita akan merasakan lapar dan dahaga, hingga saat di

40
Syarif Anam, “Kualifikasi Mursyid Dalam Tarekat…,” h. 63.
41
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 April 2019.
143

puncak rasa lapar, dahaga, dan kelemahan datanglah waktu


berbuka.42
Karena itu dengan menjalankan berpuasa yang dijadikan
suatu riyadhah dalam pengamalan ilmu hikmah itu semata-mata
agar apa yang diamalkannya berhasil dan mencapai nilai spiritual
yang tinggi. Untuk mencapai nilai spiritual yang tinggi itu perlu
penyucian diri dan terhindar dari sifat tercela.
Adapun yang berkaitan dengan cara memperoleh ilmu
hikmah wirid hizib asror melalui berpuasa ini, yaitu dengan
mengamalkan puasa selama 7 hari dan dimulai pada hari jum`at,
dan di hari yang ketujuh diakhiri dengan puasa Mati Geni (puasa
yang dilakuakan dari pagi hari hingga sampai saat pagi hari
kembali) dengan tidak tidur di waktu malam hari yang ke
tujuhnya.

5. Wirid/ Zikir
Selain melakukan riyadhah berpuasa wirid atau zikir juga
salah satu metode untuk memperoleh suatu amalan ilmu hikmah
wirid hizib asror. Wirid juga dapat menentukan besar kecilnya
kecintaan seorang hamba dengan Allah SWT, seseorang yang
melaksanakan wirid dalam ibadah adalah orang yang memelihara
hubungannya dengan Allah yang selalu mengingat, mengisi, atau
menaungi, artinya bahwa bagi orang yang melakukan wirid atau
zikir berarti mencoba mengisi dan menaungi pikiran dan hatinya

42
Jamal Muhammad az-Zaki, Hidup Sehat Tanpa Obat:Manfaat
Kesehatan Dalam Shalat, Puasa, Zakat dan Haji, (Jakarta: Cakrawala
Publishing, 2013), h. 195.
144

dengan kata-kata suci.43 Wirid sendiri suatu amalan yang berisi


bacaan zikir, doa-doa amalan-amalan lain yang biasa dibaca
secara tetap (rutin) setiap hari dalam waktu tertentu dengan
melalui bimbingan guru dan bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah atau tujuan tertentu serta menyatakan kehadiran
Tuhan seraya membayangkan wujudnya atau suatu metode yang
dipergunakan untuk mencapai konsentrasi spiritual dengan
menyebut nama Tuhan secara ritmis dan berulang-ulang.44

Menurut Ustadz Sukari, beliau seorang ahli hikmah


menuturkan bahwa semakin kita mengamalkan wirid-wirid yang
telah diijazahkan itu maka ilmu hikmah akan dapat kita kuasai
dan dapat memberikan apa yang kita minta sesuai dengan
manfaat dan faedah amalan-amalan ilmu hikmah yang kita
amalkan.45 Pada hakekatnya wirid dalam suatu pengamalan ilmu
hikmah ialah riyadha yang tidak kalah pentingnya dengan
riyadhah-riyadhah lainnya untuk suatu keberhasilah dalam
mengamalakan dan memperoleh ilmu hikmah.
Dalam suatu wirid yang dilakukan untuk mengamalkan
ilmu hikmah wirid hizib asror ini dapat dilakukan dengan melalui
cara-cara yaitu: pertama, dianjurkan sebelum melakukan wirid
terlebih dahulu melaksanakan shalat sunnah dua rekaat atau
empat rekaat. Setelah menunaikan shalat sunnah barulah dapat

43
Ahmad Chidjim, Alfatihah, Membuka Matahari Dengan Surat
Pembuka, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003), h. 181.
44
Afif Ansori, Zikir dan Kedamaian Jiwa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), h. 158.
45
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 April 2019.
145

mengamalkan Wirid Hizib Asror dengan amalan-amalan yang


telah di ijazahkan dan dengan bilangan atau ketentuan yang telah
ditentukan oleh sang guru/ ahli hikmah.

6. Istiqamah
Istiqamah secara etimologi berasal dari kata Istiqama-
Yastaqimu, yang berarti tegak lurus, dan dalam terminologi
istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan
dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan
dan godaan.46
Dalam pandangan Ustadz Sukari bahwa istiqamah dalam
pemahaman ilmu hikmah beliau mengatakan bahwa mampuhnya
seseorang dalam menjalankan perintah guru, baik ketika
mempelajari ilmu hikmah maupun ilmu yang lainnya demi
tercapainya suatu keberhasilan.47 dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa istiqamah dalam mengamalkan ilmu hikmah
apapun yang disuruh untuk dikerjakan oleh seorang guru terhadap
muridnya jangan pernah putus asa dan mengeluh karena salah
satu keberhasilan dalam mengamalkan ilmu hikmah ialah suatu
ketekunan dan keihlasan dalam mengamalakan amlan-amalan
yang telah diberikan oleh sang guru/mursyid.

46
Mohammad Solikhin, Terapi Sufistik, ( Bandung: Pustaka Setia, 2004),
h. 97.
47
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 April 2019.
146

C. Manfaat Ilmu Hikmah Wirid Hizib Asror


Dalam kajian ilmu hikmah tentunya setiap amalan-amalan
yang di amalkan itu sudah tentu mempunyai kemanfaatan atau
kelebihan dari amalan-amalan tersebut. Selanjutnya berkaitan
dengan manfaat amalan ilmu hikmah Wirid Hizib Asror yang
penulis uraikn ini, tidak lain dari beberapa pengalaman yang
dirasakan oleh pengamal ilmu hikmah wirid hizib ini, seperti
pengalaman yang dirasakan oleh Ustadz Sukari, santri-santri yang
pernah mengamalkan ilmu hikmah wirid hizib asror serta dari
pengalaman atau kejadian yang pernah dialami oleh diri penulis
sendiri. Ada beberapa manfaat dari ilmu hikmah Wirid Hizib
Asror diantaranya:

1. Untuk membantu mewujudkan suatu maksud (hajat).


Fungsi dari ilmu hikmah yang tidak kurang populernya
ialah sebagai media untuk mencapai kesuksesan materi, karir, dan
cinta.48 Pada dasarnya manusia tidak pernah luput dengan sebuah
ikhtiar baik berupa proses tindakan atau melalui dengan sebuah
ikhtiar melalui bacaan do`a-do`a dan wirid atau yang biasa
disebut dengan ilmu hikmah, hal ini yang sangat berkembang
pada masyarakat Bojonegara Serang-Banten. Menurut Ustadz
Sukari hampir seluruhnya orang yang mempunyai suatu tujuan
atau keinginan dan keinginan tersebut agar cepat terpenuhi,
mereka selalu mengambil jalan pintas yaitu melalui jalan ilmu

48
Ahmad Hidayat, “Ilmu Hikmah Pedukunan Dalam Islam dan
Perakteknya Di Wilayah Paringan Jawa Barat, (Yogyakarta: Wafa Press,
2000), h. 156.
147

himah, yakni dengan sebuah amalan-amalan yang didapat dari


seorang guru atau kiyai yang dianggap mempunyai kelebihan
dalam ilmu hikmah. Tradisi ini sudah sangat berkembang pada
kalangan masyarakat Banten khususnya di daerah Bojonegara
Serang Banten, melalui ilmu hikmah yang dilakukan sebagai
salah satu bentuk ikhtiar seseorang demi tercapainya sebuah
keinginannya.49
Salah satu kisah yang diceritakan oleh Ustadz Sukari bahwa
Pada tahun 2001 Beliau kedatangan seorang warga yang
mempunyai niat mendaftarkan diri menjadi seorang Tentara
Negara Indonesia (TNI), orang itu bernama Bapak Saptuni, beliau
sebelum mengikuti proses pelatihan tes seleksi penerimaan
anggota TNI meminta amalan ilmu hikmah agar apa yang ia
inginkan tercapai. Singkat cerita, Ustad Sukari pun memberikan
amalan ilmu hikmah tersebut yaitu menyuruh mengamalkan ilmu
hikmah wirid hizib asror ini. Setelah sekian lama Bapak Saptuni
mengikuti seleksi peneriamaan anggota TNI, tak lama kemudian
ia berkunjung kembali kerumah Ustadz Sukari dengan
mengutarakan bentuk terimaksih karena berkat do`a dan amalan-
amalan yang beliau berikan untuk diamalkan sehingga Bapak
Saptuni lulus dan sudah resmi menjadi anggota TNI.50
Selain dari pada itu pengalaman pribadi penulis pun tanpa
disadari telah merasakan kemanfaatan itu, salah satunya
tercapainya tujuan yang pernah dialami oleh saya pribadi, setelah
saya (penulis) mengamalkan ilmu hikmah ini saya mempunyai

49
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 12 Mei 2019.
50
Wawancara pribadi dengan Ahmad Solehan, Bojonegara, 05 Mei 2019.
148

keinginan untuk mengajar disekolah, pada tanggal 25 Bulan Mei


2019 penulis mengajukan lamaran sebagai guru honorer di SMP
al-Wutsqo Kota Serang, kemudian 2 hari kemudian saya pun
diberi kabar oleh Kepala Sekolahnya untuk menghadap
kepadanya, setelah keesokan harinya saya menghadap beliau
dengan berbicara bahwa saya diterima mengajar di sekolahan
tersebut.Ini menandakan benar adanya dari suatu kemanfaatan
ilmu hikmah wirid hizib asror tersebut.

2. Menjaga diri dari suatu bahaya (keselamatan)


Dalam hal ini penulis pernah mengalami suatu kejadian
kecelakaan tabrakan sepeda motor. Kejadian ini terjadi sekitar
hari Senin tanggal 9 November pukul 12.30 WIB. Mulanya saya
pulang mengajar dari sekolah SMP al-Wutsqo Kota Serang
dengan menggunakan sepeda motor, saya mengendarai sepeda
motor dengan kecepatan yang begitu kencang, dengan kecepatan
tersebut saya menyalip beberapa kendaraan. Tiba-tiba di depan
saya secara mendadak ada seseorang pegawai yang belok tanpa
melihat arus jalan lawan, dengan begitu kencangnya kendaraan
saya, saya pun kehilangan kendali karena jarak antara pegawai
yang berkendaraan sepeda motor tersebut sangat dekat. akhirnya
saya pun tak bisa mengerem untuk memberhentikan kendaraan
saya. Hingga akhirnya dari pada saya membuang kendaraan saya
ke arah yang lain, yang saya fikir akibatnya lebih berat, saya pun
dengan rasa yang sudah pasrah serta sudah benar-benar
kehilangan pikiran saya, dengan tak sadar saya pun menabrakkan
kendaraan saya kepada kendaraan pegawai yang tersebut. Dengan
149

kejadian tersebut semuan orang di jalan bahkan warung-warung


yang di pinggir jalan semuanya menjerit karena begitu kerasnya
benturan kendaraan saya dengan pegawai tersebut. Setelah
kejadian itu salah seorang bengkel pun mengatakan kepada saya,
ia mengatakan “salut kepada mu nak dengan kecelakaan yang
begitu keras namun kamunya tidak apa-apa”.

Ustad Syarifudin beliau termasuk salah satu Ustadz


sekaligus pengajar di Pondok Pesantren Nurul Hikmah
menuturkan bahwa banyak manfaat dalam sebuah amalan Wirid
Hizib Asror, mengenai keselamatan ini bukan hanya bahaya
secara terlihat oleh mata seperti kejadian-kejadian kecelakaan,
dihadang musuh atau yang lainnya. Akan tetapi amalan Hizib ini
juga dapat mencegah dari bahaya-bahaya ghaib yang sering
disebut dalam istilah Santet atau sejenisnya. Dengan selalu
mengamalkan Wirid Hizib Asror ini insaallah akan terhindar dari
segala bahaya.51

3. Sebagai pengobatan
Salah satu fungsi dari Ilmu hikmah wirid hizib asror ini
yaitu tidak terlepas dari pengobatan alternatif. Pengobatan ini
adalah pengobatan yang paling populer dan dipandang oleh
sebagian orang sebagai kekuatan ajaran islam dalam memelihara
manusia.
Pengobatan alternatif ini bukan suatu monopoli
masyarakat tradisional, tetapi juga dikenal pada masyarakat
51
Wawancara pribadi dengan Syarifudin, Bojonegara, 05 Mei 2019.
150

modern. Negara Amerika Serikat misalnya, belanja masyarakat


untuk pengobatan alternatif ini termasuk dengan cara paranormal
dan pedukunan timur dapat menghabiskan sejumlah puluhan
milyar dolar dalam setahun.52 Pengobatan secara ilmu hikmah di
masyarakat Bojonegara Serang Banten pun sangat berkembang,
sudah banyak orang-orang yang meminta kesembuhan kepada
para Kiyai yang dianggap mempunyai kekuatan untuk
menyembuhkan segala penyakitnya. Ustad Sukari juga
menjelaskan bahwa hampir separuhnya warga masyarakat yang
datang untuk meminta kesembuhan dari segala penyakit yang di
derita, biasanya yang sering dikeluhkan oleh warga masyarakat
itu penyakit yang bersangkutan dengan perut, kerasukan arwah
ghaib, serta penyakit yang ditimbulkan oleh orang lain sperti
santet. Dengan penyakit-penyakit semacam itu biasanya warga
yang bersangkutan cukup beliau kasih air putih yang telah
dibacakan do`a-do`a untuk dijadikan sebagai penyembuhan
penyakit yang dideritanya.53 Air putih salah satu media yang
paling banyak digunakan dalam praktek ahli hikmah untuk
pengobatan. Air melambangkan kemurnian, dan dibalik
kesederhanaannya air putih mempunyai kekuatan yang luar biasa
untuk menyimpan suara, termasuk jika dibacakan do`a-do`a
tertentu, sehingga tidak aneh jika banyak ahli hikmah (kiyai)
yang menggunakan air sebagai media penyembuhan.54

52
Ahmad Hidayat, “Ilmu Hikmah Pedukunan Dalam Islam dan
Perakteknya Di Wilayah Paringan Jawa Barat...” h. 155
53
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 12 Mei 2019.
54
Mohammad Huderi, Tasbih dan Golok, Kedudukan, Peran, dan
Jaringan Kiyai Dan Jawara di Banten..., h. 24.
151

Selanjutnya, pengalaman pribadi penulis pun yang terjadi


pada hari Senin tanggal 25 November 2019 pukul 08.00 WIB,
pada waktu itu ada salah seorang guru di sekolah tempat saya
mengajar beliau bernama Bapak Hanif. Ketika itu beliau
mengeluh menahan sakitnya perut, hingga lama kelamaan
sakitnya pun bertambah lebih merasakan kesakitan. Aku pun ikut
membantunya dan membawanya ke shofa untuk di istirahatkan,
akan tetapi sakitnya justru semakin bertambah sampai akhirnya
beliau pun berteriak minta tolong saking tak kuatnya menahan
sakitnya. Kemudian datanglah temen mengajar saya yang
bernama Bapak Endang, beliau tanpa di sengaja menyuruh saya
untuk mengobati karena sebelumnya guru-guru di sekolah
mengetahui jika saya adalah orang Bojonegara dimana daerah
tersebut terkenal kesohorannya berkaitan dengan ilmu-ilmu
hikmah. Dengan tanpa mengelak lagi saya pun mengambil
segelas air putih dan saya bacakan pula amalan-amalan yang
telah saya pelajari, kemudian air itu saya minumkan. Singkat
cerita beberapa jam kemudian beliau bangun dari tempat
istirahatnya serta mengatakan bahwa ia merasa perutnya sudah
enakan. Ini pun tanpa disadari termasuk salah satu bentuk dari
kemanfaatan yang langsung dialami oleh penulis sendiri
berkaitan dengan ilmu hikmah wirid hizib asror ini.
berkembangnya pengobatan dengan ilmu hikmah dikalangan
kaum muslimin disebabkan beberapa faktor. Diantaranya: 1)
Kepercayaan atas kekuasaan Allah yang tak terbatas dan di atas
hukum alam termasuk berkuasa menyembuhkan penyakit yang
menurut diagnose dokter tak mungkin bisa disembuhkan lagi; 2)
152

Kepercayaan yang didasarkan pada hadits yang sangat populer


bahwa segala penyakit ada obatnya, kecuali penyakit usia dan
kematian; 3) Kegagalan atau ketidakmampuan ilmu kedokteran
modern untuk mengobati penyakit. 4) Ketidakmampuan pasien
dalam membayar dokter yang biasanya amat mahal untuk
mengobati penyakit-penyakit tersebut. 5) Adanya pandangan
sebagian orang bahwa ilmu hikmah lebih cepat menyembuhkan
penyakit tertentu dari pada ilmu ilmu kedokteran modern. 6)
Adanya penyakit di luar wilayah wewenang ilmu kedokteran
yang diyakini terjadi karena kekuatan sihir atau mahluk ghaib
seperti sakit karena disantet atau karena kesurupan55

D. Langkah-langkah Pengamalan Ilmu Hikmah Wirid Hizib


Asror

Dalam pengamalan ilmu hikmah wirid hizib asror ini,


terdapat beberapa langkah atau car yang dilakukan. Langkah atau
cara-cara tersebut dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-
beda sesuai dengan manfaatnya masing-masing.56 Adapun
langkah-langkah tersebut penulis uraikan di bawah ini sesuai
dengan fungsi dan tujuannya.

1. Langkah pengamalan dengan tujuan Untuk membantu


mewujudkan suatu maksud atau keinginan ( Hajat ).

55
Ahmad Hidayat, “Ilmu Hikmah Pedukunan Dalam Islam dan
Perakteknya Di Wilayah Paringan Jawa Barat...”, h. 155-156
56
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 Juni 2019.,
‫‪153‬‬

‫‪Pertama, sebelumnya kita di anjurkan shalat sunah hajat‬‬


‫‪dua rekaat pada waktu malam hari. Kedua, Setelah melakukan‬‬
‫‪shalat sunah hajat tersebut kita dapat memulai mengamalkan‬‬
‫‪amalan-amalannya dengan mengawali pembacaan hadoroh‬‬
‫‪(sislsilah) yaitu:57‬‬

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬


‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َو َعلَى اَلِ ِو‬ ‫اِلَى ح َ ٍ‬
‫ول اهللُ َ‬ ‫صطََفى َر ُس َ‬ ‫ض َرة النَّبِ ِي ال ُْم ْ‬ ‫َ‬
‫لك َر ِام ِش ْيءٌلِلَ ِو لَ ُه ُم الْ َفتِ َحة‪...........‬‬
‫واَصحابِ ِو اْ ِ‬
‫َ َْ‬
‫ان والْه ْي َك ِل النُّورانِى س ْلطَ ِ‬ ‫ث ِ‬ ‫ِ‬ ‫ب ِ‬ ‫ثُ َّم اِلَى اَرو ِ ِ‬
‫ان‬ ‫َْ ُ‬ ‫الربَّ َ َ‬ ‫الربَّانى َوغَ ْو َ‬ ‫اح َش ْيحنَا قُطُ ِ َ‬ ‫َْ‬
‫الج ْيَلَنِى َو َس ْي ِدنَا َّ‬
‫الش ْيح اَ ْح َم ْد‬ ‫ِ ِ‬ ‫اْالَ ْولِيَ ِاء اْلبَ غْ َد ِادي َس ْي ِدنَا ال َ‬
‫ش ْي ِخ َع ْبداْل َقاد ْر َ‬
‫الدس ِ‬ ‫اعى سي ِدنَا ال َ ِ ِ‬ ‫الرفَ ِ‬
‫ش ْيح اَ ْح َم ْد َكبِي ِر ّْ‬ ‫الب َدا ِوي وس ِ‬
‫وء‬ ‫ش ْيح ابْ َراى ْيم َّ ُ‬ ‫َْ‬ ‫يدنَا ال َ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬
‫قَ َّدس اهلل اَسرارىم الع ِزيز واِلَى اُصولِ ِهم وفُرو ِع ِهم َشيءلِ ِ‬
‫لو لَ ُه ُم‬ ‫ُْ ْ َ ُْ ْ ْ ٌ‬ ‫َ ُ ْ َ َُ ْ َ ْ َ‬
‫اْل َفتِ َحة‪..........‬‬
‫ادتِنَا اَبِي‬
‫ّم َس َ‬ ‫ِ‬
‫صلى اهللُ َعلَيو َو َسل َ‬
‫ول ِ‬
‫اهلل َ َّ‬ ‫َ‬ ‫َى َذا َى ِديَتَ نَا اِلَى اَ ْرَو ِ‬
‫اح َخ ِل ْي َف ِة ر ُس ِ‬
‫لو لَ ُه ُم ال َفتِ َحة‪...........‬‬ ‫ب ْك ٍر وعُم ٍر و ُعثمان و َعلِي َشيءلِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ َ ّ ٌ‬
‫يل َو َس ْي ِدنَا اِ ْس َرفِ ْي َل َو َس ْي ِدنَا‬‫ِ ِ ِ‬
‫يل َو َسيدنَا مي َكائ َ‬
‫حصوصا اِلَى ح ِ ِ ِ ِ‬
‫ضرة َسيدنَا ج ْب َرائ َ‬ ‫َ َ‬ ‫ُ ُ ً‬
‫ضرةِ نَّبِ ِي ِ‬
‫اهلل تَ َعالَى‬ ‫لو لَهم ال َفتِحة‪ ..........‬حص ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬
‫وصا الَى َح َ َ‬ ‫ُ ُ ً‬ ‫ع ْج َرائ ْي َل َشيءٌل ُ ُ َ‬
‫سي ِدنَا ِحضّْر ب لْيابِن مل َكان َشيء لِ ِ‬
‫لو لَ ُه ُم ال َفتِ َحة‪.......‬‬ ‫ٌ‬ ‫ََ َ‬ ‫َْ‬

‫‪57‬‬
‫‪Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 Juni 2019.‬‬
‫‪154‬‬

‫يدنَا َعلِي َكرم اهلل و ْج َهة شيئ ِ‬


‫هلل لَهم‬ ‫ضرِة س ِ‬ ‫حص ِ‬
‫ٌ‬ ‫ََ ُ َ‬ ‫وصا الَى َح َ َ َ‬
‫ُ ُ ً‬
‫الفتحة‪.............‬‬
‫الع ِزيْز‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ض َرِة َّ‬ ‫ِ‬
‫الج َيَلني قَ َّد َ‬
‫س اهللُ س َّرهُ َ‬ ‫الش ْيخ َع ْب ُد ال َقادر َ‬ ‫وصا الَى َح َ‬‫ص ً‬ ‫ُح ُ‬
‫شيئ لِِلو لَ ُهم ال َفتِ َحة‪.............‬‬
‫ٌ‬
‫‪Setelah pembacaan hadoroh selesai barulah dilanjut‬‬
‫‪dengan mengamalkan bacaan di bawah ini:‬‬

‫الرحيم‪011×..........‬‬ ‫بسم اهلل الرحمن‬


‫العظيم‪011× ........‬‬ ‫بسم اهلل الرحمن الرحيم استغفراهلل‬
‫محم ًدا رسول‬
‫ان ّ‬‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬اشهد ان الّالو اآل اهلل واشهد َّ‬
‫‪011×.......‬‬ ‫اهلل‬
‫محمد وعلى ال شيدنا‬
‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬اللهم صل على سيدنا ّ‬
‫محمد ‪011×.........‬‬
‫ّ‬
‫وبِح ِ‬
‫مده‪011×...‬‬ ‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬سبحان ِ‬
‫اهلل العضيم‬
‫َ‬ ‫ُ‬
‫العظيم‪011×.....‬‬ ‫والقوةَ االّ بِاهلل ُّ‬
‫العلي‬ ‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬الحول َّ‬
‫ين‪011×......‬‬‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬يااهلل ياَقَ ِديم ياقَ ِو ُّ ِ‬
‫ي يَ َأمت ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫‪Setelah amalan tersebut selesai dapat dilanjutkan dengan‬‬
‫‪amalan sebagai berikut:‬‬

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬


‫وس ّْر َس ّْار ِس ُّرهُ من َج ِم ِع‬
‫الدات ِ‬
‫ِ‬ ‫صل على سيدنا محمد ن النَّبي النُّوِر‬ ‫اللهم ّْ‬‫َّ‬
‫اهلل ِ‬
‫العظ ِيم‬ ‫لك ِ‬ ‫اهلل صَلَ ًة َدائمةً بِ َدو ِام م ِ‬
‫َ َ ُ‬ ‫َ‬
‫لم ِ‬ ‫ات َع َد َد َما فى ِع ِ‬ ‫سم ِاء َو ّْ‬
‫الص َف ِ‬
‫االَ َ‬
‫‪155‬‬

‫القيَ َام ِة وعلى الو‬


‫وم ِ‬‫قت و ِحي ٍن اضعافًا مضاع َفة ابدا سرمدا الى ي ِ‬
‫َ‬ ‫فِى ُك ّْل َو ٍ َ َ َ ُ َ َ ً ََ ً َ َ ً‬
‫وصحبو وسلَّم‪14× ...........‬‬
‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬
‫الس ِمع ِ‬ ‫السمو ِ‬
‫مي فَ ُهم‬
‫ص ّّم بُ ْك ٌم عُ ٌ‬
‫العليم‪ُ ,‬‬ ‫ض َو ُى َو َّ ُ َ‬ ‫ات َو ْاالَ ْر ِ‬ ‫ور َّ َ َ‬ ‫اَلَّ ُ‬
‫له َّم نُ ُ‬
‫مي فَ ُهم الَيَف َق َهو َن‪,‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫كم عُ ٌ‬‫ص ّّم بُ ٌ‬ ‫مي فَ ُهم الَيَعقلُو َن‪ُ ,‬‬ ‫ص ّّم بُ ْك ٌم ُع ٌ‬
‫َاليَرجعُون‪ُ ,‬‬
‫كم‬
‫ص ّّم بُ ٌ‬ ‫مي فَ ُهم الَيسعُ ُرون‪ُ ,‬‬ ‫ص ٌم بُ ْك ٌم ُع ٌ‬
‫سمعُو َن‪ُ ,‬‬ ‫مي فَ ُهم الَيَ َ‬ ‫كم ُع ٌ‬
‫ص ّّم بُ ٌ‬‫ُ‬
‫ِ‬
‫مي فَ ُهم‬
‫كم ُع ٌ‬ ‫مي فَ ُهم اليَتَ َكلَّ ُم ْون‪ُ ,‬‬
‫ص ّّم بُ ٌ‬ ‫ص ّّم بُ ْك ٌم عُ ٌ‬
‫مي فَ ُهم الَيُبص ُرون‪ُ ,‬‬ ‫عُ ٌ‬
‫ؤمنُون‬‫اليتح َّرُكون‪ ,‬ص ّّم بكم عمي فَ هم الَي ت َد َّكرون‪ ,‬ص ّّم بكم عمي فَ هم الي ِ‬
‫ُ ُ ٌ ُ ٌ ُ ُ‬ ‫َ َ ْ ُ ُ ٌ ُ ٌ ُ ََ ُ‬
‫الع ِظ ِيم ‪14× .......‬‬ ‫ِ ِ‬
‫ول والقُ َّو َةاالَّبِااهلل العل ِى َ‬‫الَ َح َ‬
‫بسن هللا الرحوي الرحين‬
‫َو َج َعلٌَا ِهي بَي ِي اَي ِدي ِهن َس ّدا و ِهي َخلفِ ِهن َس ّدا فَأَغ َشيٌَاهُن فَهن‬
‫صا َرهُن‪ ,‬يَا ُخدا َم‬
‫ج ال ُىجُىٍُ (×‪ُ )2‬خ ُدوااَعيٌَُهُن َواب َ‬ ‫الَيُبصرُوى‪َ ,‬شاهَ ِ‬
‫ث َحخى الَيَ َرو ًِى صن بكن‬ ‫حر ِهيَ الظُلُ َوا ِ‬ ‫هَ ِد ٍِ االَيَ ِت ال َك ِري َو ِت ِفى َب ٍ‬
‫صرُوى‪َ ,‬وحَح َسبُهُن اَيقَاظَالِ َىهُن َرقُى ٌد‪)10× ( ,‬‬ ‫عوي فهن اليُب ِ‬
‫ياهللا بِ ُوع ِج َز ِة َسي ِدًَا ُه َحود َوبِ َك َره ِت ال َش ْيخ عَب ِدالقَا ِد ِرال َج َ‬
‫يالًِى ‪,‬‬
‫صىْ د‪)8×( .......‬‬ ‫ضر َهق ُ‬ ‫ىال عٌدَا َحا ِ‬ ‫ُك َ‬
‫‪Amalan-amalan ini harus dilakukan rutin setiap malam‬‬
‫‪sesudah melaksakan shalat sunah hajat dua rekaat tersebut.‬‬

‫‪2. Langkah pengamalan dengan tujuan untuk mencegah diri‬‬


‫)‪dari suatu Marabahaya (untuk keselamatan‬‬
‫‪Dalam langkah ini amalan Wirid Hizib Asror di amalakan‬‬
‫‪dengan rutin sama dengan langkah pengamalan yang pertama.‬‬
‫‪Akan tetapi pengamalan untuk hal ini mengamalkannya di‬‬
156

tambah dengan setelah shalat fardhu yaitu setelah shalat maghrib


dan shalat asar.58 Adapun amalan-amalan yang harus dibaca
stelah shalat fardhu sebagai berikut:
011×..........‫الرحيم‬ ‫بسم اهلل الرحمن‬
011× ........‫العظيم‬ ‫بسم اهلل الرحمن الرحيم استغفراهلل‬
‫محم ًدا رسول‬
ّ ‫ان‬َّ ‫ اشهد ان الّالو اآل اهلل واشهد‬,‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬
011×....... ‫اهلل‬
‫محمد وعلى ال شيدنا‬
ّ ‫ اللهم صل على سيدنا‬,‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬
011×......... ‫محمد‬
ّ
ِ ‫وبِح‬
011×...‫مده‬ ِ ‫ سبحان‬,‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬
‫اهلل العضيم‬
َ ُ
011×.....‫العظيم‬ ُّ ‫والقو َة االّ بِاهلل‬
‫العلي‬ َّ ‫ الحول‬,‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬
011×......‫ين‬ِ ُّ ‫ يااهلل ياَقَ ِديم ياقَ ِو‬,‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬
ُ ‫ي يَ َأمت‬ ُ ُ
Amalan-amalan ini bisa di wirid dengan jumlah masing-
masing sebanyak 100x, 41 x, 21 x, atau yang paling sedikit bisa
dibaca 7 x. Adapun jika dipakai untuk berpergian dan
menggunakan kendaraan, agar kita mendapatkan keselamatan dan
diri kita terjaga dari sebuah bahaya, maka amalan yang di atas
sebelum berangkat atau mengemudi kendaraan masing-masing
dibaca sebanyak 7x.

3. Langkah pengamalan dengan tujuan pengobatan


Biasanya untuk tujuan pengobatan ini di tunjukkan kepada
pasien yang menderita penyakit tertentu, seperti penyakit perut,

58
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 Juni 2019.
‫‪157‬‬

‫‪terkena santet, atau memberhentikan tangisan seorang bayi.‬‬


‫‪Dalam metode untuk menggunakan amalan ini terlebih dahulu‬‬
‫‪pengamal harus menyediakan segelas air putih untuk dibacakan‬‬
‫‪mantra-mantra atau amalan-amalan tersebut yang bertujuan air‬‬
‫‪tersebut bisa untuk diminumkan juga bisa untuk di basuhkan‬‬
‫‪kepada orang yang sakit.59 Adapun amalan-amalan yang harus‬‬
‫‪dibaca:‬‬

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬


‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َو َعلَى اَلِ ِو‬ ‫اِلَى ح َ ٍ‬
‫ول اهللُ َ‬‫صطََفى َر ُس َ‬ ‫ض َرة النَّبِ ِي ال ُْم ْ‬ ‫َ‬
‫لك َر ِام ِش ْيءٌلِلَ ِو لَ ُه ُم الْ َفتِ َحة‪...........‬‬ ‫واَصحابِ ِو اْ ِ‬
‫َ َْ‬
‫ث الربَّ ِ‬
‫ان َوال َْه ْي َك ِل الن ُّْوَرانِى‬ ‫ِ‬ ‫ب ِ‬ ‫ثُ َّم اِلَى اَرو ِ ِ‬
‫الربَّانى َوغَ ْو َ‬ ‫اح َش ْيحنَا قُطُ ِ َ‬ ‫َْ‬
‫الج ْيَلَنِى َو َس ْي ِدنَا َّ‬
‫الش ْيح‬ ‫ِ ِ‬
‫ش ْي ِخ َع ْبداْل َقاد ْر َ‬‫ان اْالَ ْولِيَ ِاء اْلبَ غْ َد ِادي َس ْي ِدنَا ال َ‬
‫س ْلطَ ِ‬
‫ُ‬
‫ش ْيح اِبْ َر ِاى ْيم‬ ‫اعى َس ْي ِدنَا ال َ‬ ‫الرفَ ِ‬
‫ش ْيح اَ ْح َم ْد َكبِي ِر ّْ‬‫يدنَا ال َ‬‫اَحم ْد الب َدا ِوي وس ِ‬
‫ََ‬ ‫َْ َ‬
‫وء قَ َّدس اهلل اَسرارىم الع ِزيز واِلَى اُصولِ ِهم وفُرو ِع ِهم َشيءلِ ِ‬ ‫الدس ِ‬
‫لو لَ ُه ُم‬ ‫ُْ ْ َ ُْ ْ ْ ٌ‬ ‫َ ُ ْ َ َُ ْ َ ْ َ‬ ‫َّ ُ‬
‫اْل َفتِ َحة‪..........‬‬
‫ادتِنَا‬
‫ّم َس َ‬ ‫ِ‬
‫صلى اهللُ َعلَيو َو َسل َ‬
‫ول ِ‬
‫اهلل َ َّ‬ ‫َ‬ ‫َى َذا َى ِديَتَ نَا اِلَى اَ ْرَو ِ‬
‫اح َخ ِل ْي َف ِة ر ُس ِ‬
‫لو لَ ُه ُم ال َفتِ َحة‪...........‬‬ ‫اَبِي ب ْك ٍر وعُم ٍر و عُثمان و َعلِي َشيءلِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ َ ّ ٌ‬
‫يل َو َس ْي ِدنَا اِ ْس َرفِ ْي َل‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫يل َو َسيدنَا مي َكائ َ‬
‫حصوصا اِلَى ح ِ ِ ِ ِ‬
‫ضرة َسيدنَا ج ْب َرائ َ‬ ‫َ َ‬ ‫ُ ُ ً‬
‫ض َرِة نَّبِ ِي‬ ‫لو لَهم ال َفتِحة‪ ..........‬حص ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫وصا الَى َح َ‬ ‫ُ ُ ً‬ ‫َو َس ْيدنَا ع ْج َرائ ْي َل َشيءٌل ُ ُ َ‬
‫لو لَ ُه ُم ال َفتِ َحة‪.......‬‬ ‫اهلل تَعالَى سي ِدنَا ِحضّْر ب لْيابِن مل َكان َشيء لِ ِ‬
‫ٌ‬ ‫ََ َ‬ ‫ِ َ َْ‬

‫‪59‬‬
‫‪Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 Juni 2019.‬‬
‫‪158‬‬

‫يدنَا َعلِي َكرم اهلل و ْج َهة شيئ ِ‬


‫هلل لَهم‬ ‫ضرِة س ِ‬ ‫حص ِ‬
‫ٌ‬ ‫ََ ُ َ‬ ‫وصا الَى َح َ َ َ‬
‫ُ ُ ً‬
‫الفتحة‪.............‬‬
‫الع ِزيْز‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ض َرةِ َّ‬ ‫حص ِ‬
‫الج َيَلني قَ َّد َ‬
‫س اهللُ س َّرهُ َ‬ ‫الش ْيخ َع ْب ُد ال َقادر َ‬ ‫وصا الَى َح َ‬
‫ُ ُ ً‬
‫شيئ لِِلو لَ ُهم ال َفتِ َحة‪.............‬‬
‫ٌ‬
‫‪Setelah selesai membaca hadarah dilanjut dengan‬‬
‫‪membaca amalan dibawah ini:‬‬

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪7×..........‬‬


‫بسم اهلل الرحمن الرحيم استغفراهلل العظيم‪7× ........‬‬
‫محم ًدا رسول‬
‫ان ّ‬‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬اشهد ان الّالو اآل اهلل واشهد َّ‬
‫اهلل ‪7×.......‬‬
‫محمد وعلى ال شيدنا‬
‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬اللهم صل على سيدنا ّ‬
‫محمد ‪7×.........‬‬‫ّ‬
‫اهلل العضيم وبِح ِ‬
‫مده‪7×...‬‬ ‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬سبحان ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬
‫والقوةَ االّ بِاهلل ُّ‬
‫العلي العظيم‪7×.....‬‬ ‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬الحول َّ‬
‫ين‪7×......‬‬ ‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‪ ,‬يااهلل ياَقَ ِديم ياقَ ِو ُّ ِ‬
‫ي يَ َأمت ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬
‫اىم فَهم‬ ‫يدي ِهم س ِّدا ِ‬
‫ومن َخ ِ‬
‫لف ِهم َس ِّدا فَأَغ َ‬ ‫وجعلنَا ِمن بي ِن اَ ِ‬
‫شينَ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ََ‬
‫اخ َّد َام َى ِد ِه‬
‫ابص َارُىم‪ ,‬يَ ُ‬
‫الو ُجوهُ (×‪ُ )14‬خ ُدوااَعيُ نَ ُهم َو َ‬ ‫اىت ُ‬
‫الَيبصرون‪َ ,‬ش َ ِ‬
‫ُ ُ‬
‫ات َحتَّى الَيَ َرونِى صم بكم عمي فهم‬ ‫االَي ِة ال َك ِريم ِة فِى بح ٍرِمن الظُلُم ِ‬
‫َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫حسبُ ُهم اَي َقاظَالَِو ُىم َرقُو ٌد‪.)14×( ,‬‬ ‫ِ‬
‫اليُبص ُرون‪َ ,‬وتَ َ‬
159

, ‫الج َيَلنِى‬ ِ ِ ِ ‫عجزةِ س‬


ِ ‫يدنَا محمد وبِ َكر‬ ِ
َ ‫شيخ َعبدال َقاد ِر‬
َ ‫مة ال‬َ َ ّ َ َ ‫يااهلل بِ ُم‬
60
)7×( .......‫وال عن َدا حاضر مقصود‬
َ ‫ُك‬
Setelah selesai membacakan amalan tersebut pada air
yang sudah ada digelas lalu kita meniupkan air yang ada digelas
tersebut. Setelah selesai air tersebut dapat diminumkan pada
orang yang sakit.
Selanjutnya untuk mengasah amalan ini agar amalan ini
lebih manjur dan mujarab dengan melakukan perbanyak diwirid
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh sang kiyai.
Ustadz Sukari memberikan suatu contoh, beliau mengatakan
bahwa “pisau yang baru dibuat oleh tukang pandai besi, setelah
selesai pembuatannya maka yang harus dilakukan adalah
mengasahnya secara berulang-ulang agar sebuah pisau itu lebih
dan tambah tajam”, begitupun dengan suatu amalan-amalan atau
do`a-do`a wiridan ini. Maka dari itu amalan ini harus slalu di
amalkan pada waktu malam hari, atau juga bisa diamalkan setelah
shalat Maghrib sebayak 7x, bisa 21x juga bisa kalau mampuh
sebanyak 41 sampai 100 x.61

E. Kedudukan Ilmu Hikmah Wirid Hizib Asror Dalam


Epistemologi
Ketika berbicara masalah kedudukan ilmu hikmah wirid hizib
asror ini dilihat dari sudut pandang epistemologi maka tidak
terlepas kaitannya dengan ontologi dan aksiologi.

60
Sukari, Majmuatul Ahkam, Kumpulan dan Panduan Ilmu Hikmah
Pesantren Nurul Hikmah…, h. 2-3.
61
Wawancara Pribadi dengan Sukari, Bojonegara, 25 Juni 2019
160

Ontologi adalah teori tentang sesuatu yang `ada` yakni,


tentang apa yang dipikirkan, apa yang diteliti, apa yang menjadi
objek kajiannya.62 Epistemologi adalah teori dari pengetahuan,
yaitu suatu pembahasan tentang bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan dari objek yang dikaji atau diteliti. Sedangkan
aksiologi adalah teori tentang nilai itu sendiri, yang membahas
akan manfaat, nilai guna atau kegunaan, maupun fungsi dari
objek kajian.63
Pertama, ditinjau dari sub ontologinya, ilmu hikmah Wirid
Hizib Asror ini memang benar-benar ada saat ini. Bisa dilihat dari
adanya orang yang mengamalkan amalan (wirid) atau
berkecimpung dalam dunia kehikmahan (adanya praktisi/ahli
hikmah). Dengan ini unsur-unsur ontologinya pun sah dan
terpenuhi. Kedua, ditelaah dari sub epistemologi, ilmu hikmah
wirid hizib asror ini juga memenuhi syarat unsur sub ini.
Penjelasan ini bisa dilihat dan dibuktikan dengan adanya
riyadhah, redaksi wirid yang harus di dawamkan, puasa sekian
hari, serta tata cara dan rangkaian proses dengan segala syarat
dan ketentuannya. Ketiga, dilihat dari sub aksiologinya, sudah
sangat jelas ilmu hikmah wirid hizib asror ini memiliki nilai guna
atau kegunaan atau fungsi. Katakanlah dengan syari`at wirid dan
puasa, kita dapat mengobati penyakit, bisa membuat orang
kasihan(welas),dll. Ini merupakan ciri atau tanda bahwa ilmu
hikmah Wirid Hizib Asror ini mengandung unsur sub aksiologi.

62
Bahrum, “Ontologi, Epistemologi dan Aksilogi” dalam Selesana
Volume 8, Nomor 2, 2013, h. 36.
63
Ahmad Zainal Arifin, “Kedudukan Ilmu Hikmah Dalam Sudut Pandang
Epistemologi dan lmu Pengetahuan..., h. 91
161

Dengan demikian penulis simpulkan bahwa ilmu hikmah wirid


hizib asror ini benar-benar jelas adanya, sebagai filsafat ditinjau
dari segi epistemologi.

F. Kritik Atas Praktek Ilmu Hikmah Dalam Masyarakat


Bojonegara
a. Praktek ilmu hikmah sesuai ajaran Islam
Pertama, dalam pengamalan ilmu hikmah tentunya kita
sudah mengetahui bahwa praktek ilmu hikmah tidak terlepas dari
beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai alat atau media-media
dalam praktek pengamalan ilmu hikmah, diantranya yang sering
dipergunakan dalam pengamalan ilmu hikmah pada masyarakat
Banten khususnya daerah Bojonegara Serang Banten, itu tidak
terlepas dari bacaan-bacaan berupa ayat-ayat al-Qur`an, do`a-
do`a, amalan-amalan berupa wirid dan hizib.
Media-media tersebut biasanya digunakan dengan para
pengamal ilmu hikmah untuk tujuan-tujuan dan kepentingan para
pengamal ilmu hikmah sendiri, diantaranya, untuk pengobatan,
membantu mempercepat tercapainya suatu tujuan, memperlancar
dalam bidang usaha, kewibawaan, asihan, dan masih banyak yang
lainnya yang dapat dijadikan sebagai manfaat dan tujuan dalam
praktek pengamalan ilmu hikmah.
Ilmu hikmah merupakan salah satu khazanah keilmuan
yang dimiliki oleh umat Islam, dan memiliki sifat-sifat magis.
Karena dalam ilmu hikmah banyak terkandung tujuan-tujuan
magis bagi orang yang mengamalkannya, terutama sebagai media
dalam mempercepat tercapainya suatu keperluan atau hajat.
162

Praktek-praktek pengamalan ilmu hikmah melalui wirid dan hizib


tersebut ialah salah satu bentuk praktek pengalaman ilmu hikmah
yang sesuai dengan syar`at islam. karena praktek melalui wirid
dan hizib hanya sebagai do`a yang bertujuan semata-mata
meminta kepada Allah dan hanya semata-mata mengingat Allah
SWT. Dalam al-Qur`an secara jelas disebutkan dalam Q.S. Ghafir
ayat 60 yang berbunyi:
‫َّم‬ ِ َ ‫تجب لَ ُكم إِ َّن الَّ ِذين يستَ ْكبِرو َن َعن ِعب‬
ِ ِ
َ ‫ادتي َسيَ ْد ُخلُ ْو َن َج َهن‬ َ ْ ُ ْ َ َْ ْ ْ ‫ال ّربُّ ُك ْم ا ْدعُونى اَ ْس‬
َ َ‫َوق‬
ِ‫د‬
.‫اخ ِريْ َن‬ َ

Artinya: Dan Tuhan berfirman, “berdo`alah kepada-Ku,


niscaya akan Aku perkenankan bagimu, sesungguhnya orang-
orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Q.S Ghafir: 60).

Kedua, praktek pengamalan ilmu hikmah melalui meminta


kepada orang-orang shaleh seperti para kiyai, ulama yang
dianggap mempunyai tingkat ketaqwaan yang lebih tinggi kepada
Allah . Praktek-praktek pengamalan ilmu hikmah seperti ini pun
sampai sekarang masih sangat berkembang di tengah-tengah
kalangan masyarakat Banten khususnya pada wilayah masyarakat
Bojoengara. Biasanya orang-orang yang melakukan praktek ilmu
hikmah sperti ini pun sama pada hakekatnya mereka meminta
do`a dan di do`akan agar segala keinginan dan keperluannya
cepat tercapai dan terkabul.64 Praktek pengamalan ilmu hikmah
seperti ini pun salah satu praktek pengamalan ilmu hikmah yang
tidak menyimpang dari ajaran Islam. karena meminta do`a

64
Wawancara Pribadi dengan Bahaudin, Bojonegara, 10 Juni 2020.
163

kepada orang shaleh itu sebagai bentuk tawassul atau washilah


semata. Secara etimologi tawassul berasal dari bahasa Arab,
“tawassala yatawassalu”, yang artinya mengambil perantara
yang bisa mengantarnya kepada yang dituju yakni Tuhan.
Sedangkan perantara (washilah) itu adalah segala sesuatu yang
membantu agar keinginan bisa terpenuhi.65 Maka dapat
disimpulkan bahwa pengamal praktek ilmu hikmah yang
meminta do`a kepada seorang kiyai ialah tawassu, sedangakan
kiyai sebagai perantara agar terkabulnya do``a disebut dengan
washilah. Rasulullah SAW meriwayatkan dalam sebuah hadisnya
yaitu:

ٍ ‫ص َه ْي‬ ِ ٍ
ِ َ‫ب َع ْن أَن‬
‫س بْ ِن‬ ُ ‫اد بْ ُن َزيْد َع ْن َع ْبد ال َْع ِزي ِز بْ ِن‬
ُ ‫س َّد ٌد َح َّدثَنَا َح َّم‬ َّ
َ ‫حدثَنَا ُم‬
ٌ ‫اب أ َْى َل ال َْم ِدينَ ِة قَ ْح‬
‫ط‬ ٍ َ‫ت َع ْن أَن‬ ٍ ِ‫ك ويونُس بْ ِن عُب ْي ٍد َعن ثَاب‬ ٍِ
َ ‫َص‬َ ‫ال أ‬ َ َ‫س ق‬ ْ َ َ ُ َ ‫َمال‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم فَ بَ ْي نَ َما ُى َو يَ ْخطُبُ نَا يَ ْو َم ُج ُم َع ٍة‬ ِ ِ ‫َعلَى َع ْه ِد رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ
‫الشاءُ فَا ْدعُ اللَّوَ أَ ْن‬
َّ ‫ك‬ َ َ‫ول اللَّ ِو َىل‬
َ َ‫ك الْ ُك َراعُ َىل‬ َ ‫ال يَا َر ُس‬ َ َ‫إِ ْذ ق‬
َ ‫ام َر ُج ٌل فَ َق‬
ِ ‫الزج‬ ِ ‫السم‬ ِ َ‫ال أَن‬ ِ ِ
ٌ ‫ت ِر‬
‫يح‬ ْ ‫اج‬ َ ‫اجة فَ َه‬ َ َ ُّ ‫اء لَمثْ ُل‬َ َ َّ ‫س َوإ َّن‬ ٌ َ َ‫يَ ْسقيَ نَا فَ َم َّد يَ َديْو َو َد َعا ق‬
‫وض‬ ِ َ ْ‫ثُ َّم أَن‬
ُ ‫الس َماءُ َع َزاليَ َها فَ َخ َر ْجنَا نَ ُخ‬
َّ ‫ت‬ ْ َ‫ت ثُ َّم أ َْر َسل‬
ْ ‫اجتَ َم َع‬
ْ ‫َت َس َحابَةً ثُ َّم‬ْ ‫شأ‬
َ َ‫َمنَا ِزل‬
.‫ن‬ ‫اء َحتَّى أَتَ ْي نَا‬
َ ‫ال َْم‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Abdul Aziz
bin Shuhaib dari Anas bin Malik, dan Yunus bin 'Ubaid dari
Tsabit dari Anas dia berkata; "Penduduk Madinah pernah di
timpa bencana kekeringan pada masa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, ketika beliau tengah menyampaikan khutbah
Jum'at, tiba-tiba seorang laki-laki berdiri seraya berkata; "Wahai
65
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Perantara Terkabulnya Do`a
(Tawassul), (Jakarta: Akbar Media, 2015), h. 195.
164

Rasulullah, telah binasa kuda dan kambing, oleh karena itu,


berdo'alah kepada Allah agar menurunkan hujan kepada kami."
Lalu beliau merenggangkan kedua tangannya dan berdo'a." Anas
berkata; "Saat itu, langit sangat cerah laksana kaca, lalu angin
bertiup yang membawa awan yang menggumpal, setelah itu
langit menurunkan hujan, lalu kami keluar mencebur ke air hujan,
sehingga kami tiba di rumah kami, dan hujan senantiasa turun.66
Para ulama pun sepakat bahwa bertawassul dalam arti
berdo`a kepada Allah dengan melalui perantara adalah suatu hal
yang disyariatkan. Hal ini sesuai dengan Q.S. al-Maidah: 35.

‫ين َء َامنُوا ٱتَّ ُقوا ٱللَّوَ َوٱبْتَ غُوا إِلَْي ِو ٱل َْو ِسيلَةَ َو ََٰج ِه ُدوا فِى َسبِ ِيل ِوۦ‬ ِ َّ
َ ‫يََٰأَيُّ َها ٱلذ‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-
Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapatkan
keberuntungan. (Q.S. al-Ma`idah:35).

b. Praktek ilmu hikmah yang tidak sesuai dengan ajaran


Islam.
Dalam praktek pengamalan ilmu hikmah tentunya selain
yang disyari`atkan oleh ajaran Islam adapula praktek-praktek
pengalaman ilmu hikmah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam,
diantaranya:
Pertama, percaya kepada dukun.
Dukun ialah orang yang dianggap bahwa dirinya tahu
tentang perkara-perkara ghaib yang belum terjadi dan perkara
yang tersebunyi bagi manusia.67 Biasanya dukun banyak

66
HR.Muslim, Shahih Muslim, No. 993.
67
Muhammad Sulaiman al-Asyqar, Candu Mistik Menyingkap Rahasia
Sihir dan Perdukunan, (Jakarta: PT Darul Falah, 2005), h. 21.
165

dipercayai oleh orang-orang yang bertujuan untuk mencari jodoh,


melihat nasib, tercepainya suatu keinginan oleh masyarakat. Pada
dasarnya praktek ilmu hikmah yang percaya kepada seorang
dukun salah satu bentuk praktek ilmu hikmah yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam, karena salah satu perbuatan yang
mengandung unsur kemusyrikan dan salah satu perbuatan syetan.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dengan larangan
tidak boleh manusia mempercayai seorang dukun.

ً‫ين ل َْي لَة‬ ِ ٍ


َ ‫صَلَةٌ اَ ْربَع‬
َ ُ‫َم تُ ْقبَ ْل لَو‬
ْ ‫ساَلَوُ َع ْن َش ْيء ل‬
َ َ‫َم ْن أَتَى َع َّرافًا ف‬
Artinya: “Barangsiapa yang mendatangi dukun lalu
bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima
seseorang itu darinya shalat 40 hari. (HR. Muslim)68
Dengan uraian di atas maka sangat jelas praktek ilmu
hikmah melalui percaya kepada seorang dukun sangat dilarang
dan tidak boleh untuk dilakukan karena termasuk salah satu
perbuatan yang diluar dari ajaran Islam dan dapat merusak
sebuah keyakinan manusia kepada Allah SWT.

Kedua, praktek ilmu hikmah dengan meminta pertolongan


dari Jin.
Meminta bantuan dengan Jin tentunya sudah tidak asing
lagi dalam dunia praktek ilmu hikmah, meminta pertolongan agar
dirinya merasa berani, agar terjaga dari gangguan dan
marabahaya. karena Jin dipercayai memiliki kemampuan-
kemapuan yang luar biasa. Pada hakekatnya meminta pertolongan
kepada Jin termasuk dalam perbuatan yang tidak sesuai dengan

68
HR.Muslim, Shahih Muslim, No. 2230.
166

ajaran Islam, karena meminta pertolongan kepada Jin termasuk


perbuatan menyekutukan Allah, serta Jin hanya dapat menambah
perbuatan dosa kepada Allah. Firman Allah SWT dalam QS. Al-
Jin: 6
ِ ‫ال ِمن ال‬
ٍ ِ ِ ‫ال ِمن‬ ِ
‫وىم َرَى ًقا‬
ُ ‫اد‬
ُ ‫ْج َّن فَ َز‬ َ ‫س يَعُوذُو َن ب ِر َج‬
ِ ْ‫االن‬ َ ٌ ‫َوانَّوُ َكا َن ِر َج‬
Artinya: “Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki
dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada
beberapa laki-laki diantara Jin, maka Jin-Jin itu menambah bagi
mereka dosa dan kesalahan”. (QS. Al-Jin:6).
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa tetkala manusia itu
berusaha meminta bantuan atau pertolongan kepada Jin, maka Jin
tersebut akan selalu memberikan pertolongannya agar selalu
manusia bertambah yakin bahwa Jin memberikan pertolongan
dan agar manusia slalu meminta pertolongan kepada Jin. Dengan
demikian sangat jelas meminta pertolongan kepada Jin termasuk
perbuatan yang sesat dan keluar dari ajaran Islam serta merusak
sebuah keyakinan manusia kepada Allah SWT.

Ketiga, praktek ilmu hikmah dengan meminta kepada


orang yang sudah meninggal.
Meminta kepada orang yang sudah meninggal dalam hal
ini pun termasuk dalam perbuatan yang di luar dari syari`at Islam.
Banyak orang-orang yang tanpa menyadari bahwa perbuatan itu
salah satu bentuk perbuatan menyimpang yang keluar dari ajaran
Islam, misalnya dalam kasus ziarah kubur. Pada wilayah Banten
khususnya daerah Bojonegara banyak orang yang berziarah ke
makam-makam orang shaleh seperti makam Syaikh Maulana
Hasanudin Banten, orang-orang tersebut berziarah dengan
167

meminta pertolongan agar segala urusannya bisa terkabul,


diajuhkan dari segala penyakit, dapat disembuhkan dari penyakit
yang diderita dan hal-hal yang lain yang dianggap perlu
diselesaikan melalui jalan ziarah tersebut.
Praktek ilmu hikmah dengan berdo`a kepada kuburan
termasuk perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam karena
telah meminta bantuan atau pertolongan selain dari pada Allah,
dan termasuk perbuatan yang musyrik karena telah
menyekutukan Allah. Sekalipun itu sebagi washilah, akan tetapi
washilah seperti itu tidak disyari`atkan oleh ajaran Islam. oleh
karena itu para sahabat pun tidak pernah bertawassul dengan
meminta kepada Nabi setelah beliau wafat.69 Alah SWT
berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 200.

‫ول َربَّنَا اَتِنَا فِي الدُّنْ يَا َوَما لَوُ فِي ْاالَ ِخ َرةِ ِمن َخ ََل ٍق‬ ِ ‫فَ ِم َن الن‬
ُ ‫َّاس َم ْن يَ ُق‬

Artinya: “Maka diantara manusia ada orang yang berdo`a,


`Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia, dan tiadalah
baginya bagian yang menyenangkan di akhirat”. (QS. Al-
BAqarah: 200).
Dengan penjelasan ayat di atas maka dapat disimpulkan,
bahwa jika manusia mempunyai keinginan dan tujuan di dunia
maka mintalah dan berdo`alah kepada Allah SWT karena itulah
bagian untuknya kesenangan di akhirat.
Keempat, praktek ilmu hikmah memanggil ruh orang yang
sudah meninggal.

69
Nashiruddin al-Albani, Perantara Terkabulnya Do`a (Tawassul)…, h.
206.
168

Memanggil ruh orang yang sudah meninggal dunia


biasanay ditemui pada praktek ilmu hikmah atau perdukunan.
Praktek seperti ini termasuk dalam perbuatan di luar dari Islam
karena jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Allah SWT. Allah
berfirman dalam QS. Az-Zumar ayat 42.
‫ضى َعلَْي َها‬ َ َ‫ك الَّتِي ق‬ ُ ‫ت فِي َمنَ ِام َها فَ يُ ْم ِس‬
ْ ‫َم تَ ُم‬ َِّ ِ
ْ ‫ين َم ْوت َها َوالتي ل‬
ِ ‫اللَّو ي ت وفَّى ْاْلَنْ ُف‬
َ ‫سح‬ َ َ ََ ُ
‫ات لِ َق ْوٍم يَتَ َف َّك ُرو َن‬
ٍ ‫ك َآلي‬ ِ ِ
َ َ ‫س ِّمى إِ َّن في َذل‬
ِ َ ‫الْمو‬
َ ‫ت َويُ ْرس ُل ْاْلُ ْخ َرى إِلَى أ‬
َ ‫َج ٍل ُم‬ َْ
Artinya: “Allah memegang nyawa seseorang pada saat
kematiannya dan nyawa seseorang yang belum mati ketika dia
tidur, maka Dia tahan nyawa seseorang yang telah Dia tetapkan
kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu
yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir (QS. Az-
Zumar ayat 42).
Dari uraian ayat tersebut sangat jelas bahwa ruh yang
sudah meninggal tidak bisa dipanggil oleh siapa pun kecuali
Allah SWT. Praktek ilmu hikmah seperti ini termasuk salah satu
yang dilarang oleh ajaran Islam, karena selain menyebabkan
kehancuran sebuah moral dan keyakinan manusia kepada Allah
SWT juga sudah bertentangan dengan al-Qur`an karena tidak
berpedoman pada al-Qur`an. Dan apabila banyak orang yang
berlaku demikian, maka tentu akan terjadi bencana moral pada
masyarakat, karena pada dasarnya moral seorang muslim tentu
dibentuk atas dasar petunjuk dari al-Qur`an. Hal ini diungkap
oleh Allah SWT dalam surat al-A`raf ayat 96: “Akan tetapi
mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami azab mereka
akibat kedustaan mereka”.70

70
QS. Al-A`raf, Ayat 96.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian penulis, yang berjudul “Kajian
Epistemologi Terhadap Ilmu Hikmah (Studi Pada Wirid Hizib
Asror Di Pondok Pesantren Nurul Hikmah Bojonegara Serang-
Banten). Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ilmu hikmah wirid hizib asror yang di terapkan di Pondok
Pesantren Nurul Hikmah ialah amalan-amalan baik
berupa bacaan zikir atau wirid dan do`a-do`a yang dapat
dijadikan sebagai silah (senjata), serta ilmu hikmah
tersebut dianggap oleh masyarakat setempat sebagi bentuk
ikhtiar dan wasilah tercapainya suatu tujuan.
2. Dalam memperoleh amalan ilmu hikmah wirid hizib asror
ini, harus menjalankan riyadhah-riyadhah atau sebuah
latihan khusus diantaranya: Pertama niat, kedua adanya
seorang guru, ketiga ijazah, keempat Puasa, Kelima
wirid/ zikir, keenam istiqamah.
3. Untuk peraktik pengamalan ilmu hikmah wirid hizib asror
ini dapat dilakukan pada waktu malam hari pukul 12.00,
01.00, 02.00 atau yang disebut dengan sepertiga malam,
dengan diawali shalat sunnah terlebih dahulu, setelah
selesai shalat sunnahnya, kemudian amalan ilmu hikmah
wirid hizib asror itu di baca atau di wirid sesuai dengan
perintah atau petunjuk guru yang telah di tentukan.

167
168

4. Ilmu hikmah Wirid Hizib Asror mempunyai beberapa


manfaat yaitu, Untuk mewujudkan suatu maks keinginan
(hajat), untuk menjaga diri (keselamatan), dan sebagai
pengobatan.
5. Keudukan ilmu hikamah dalam epistemologinya jelas
bahwa ilmu hikmah dinyatakan sebagai kajian
epistemologi. Ontologi: adanya peraktisi dalam ilmu
hikmah, Epistemologi: adanya sebuah riyadhah-riyadhah
yang didawamkan, Aksiologi: adanya kemanfaatan dari
ilmu hikamh tersebut salah satunya dapat dijadikan
sebagai pengobatan.
6. Pertama praktek pengamalan ilmu hikmah sesuai ajaran
Islam bahwa ilmu hikmah hanya dapat dijadikan sebagai
do`a kepada Allah semata dan hanya dapat dijadikan
sebagai tawassul atau wasilah yang bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kedua, praktek pengamalan ilmu hikmah yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam diantranya percaya kepada
dukun, meminta pertolongan kepada jin, meminta kepada
orang yang sudah meninggal, dan memanggil ruh orang
yang sudah meninggal.

B. SARAN
Beberapa saran yang dapat penulis uraikan berdasarkan hasil
penelitian ini adalah:
1. Penulis maupun pembaca diharapkan untuk menjadikan
hasil penelitian ini sebagai penambah wacana keilmuan.
169

2. Diharapkan seseorang dalam mempelajari ilmu hikmah


tidak hanya dapat menguasai ilmunya saja. Akan tetapi juga
dapat meningkatkan pengalaman sepiritualnya, serta dapat
meningkatkan akhlaknya sehingga akan menjadikan
seseorang tersebut dekat dengan Allah SWT.
3. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam
mempelajari dan memperoleh ilmu hikmah, maka jangan
lupakan jasa guru yang telah memberikan ijazah, senantiasa
jaga sikap dan akhlak agar menjadi manusia yang tidak
tercela.
DAFTAR PUSTAKA
Athaillah, Ahmad. 2006. Konsep Teologi Rasional Dalam Tafsir
al-Manar. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Abdullah, Muhammad. 2011. Fungsi Wirid dan Hizib Dalam
Sastra Lisan Pesantren. Semarang: Program Magister Ilmu
Susastra UNDIP
Ahmad, Muhammah Athoullah. 2005. Ilmu Hikmah Di Banten
(Desertasi). Jakarta: Program pasca Sarjana UIN Jakarta
Ahmad, Perdana. 2009. Ilmu Hikmah Antara Karamah dan
Kedok Perdukunan. Klaten: Wafa Press.
Ahmadi, Abu dan Cholid Narkubo. 2005. Metode Penelitian.
Jakarta : Bumi Aksara.
Al-Asyiqar, Muhammad Sulaiman. 2005. Candu Mistik
Menyingkap Rahasia Sihir Dan Perdukunan. Jakarta: PT
Darul Falah.
Al-Bani, Muhammad Nashiruddin. 2015. Perantara Terkabulnya
Do`a (Tawassul). Jakarta: Akbar Media.
Al-Ghazali, 2017. Pembebasan Dari Kesesatan,Terj: Al-Munqid
Min al Dhalal. Jakarta: Khazanah Pustaka Islam.
Al-Ghazali, Imam Abu Hamid. 2008. Samudra Ma`rifat.
Yogyakarta: Sajadah Press.
Al-Khazandar, Muhammad Mahmud.2009. Al-Hikmah. Islam
House.
Anam, Syarif. 2015. Kualifikasi Mursyid Dalam Tarekat.
Semarang: Program Pascasarjana UIN Walisongo
Semarang.

170
171

Ansori, Afif. 2001. Zikir dan Kedamaian Jiwa. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Amin, Miska Muhammad. 2006. Epistemologi Islam Pengantar
Filsafat Pengetahuan Islam. Jakarta: UI Press
Amin, Samsul Munir. 2008. Energi Zikir. Jakarta: Bumi Aksara.
Arfando, Mohammad Sondan. 2008. Misteri Angka Dibalik al-
Qur’an. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.
Arif, M dkk. 2002. Rahasia Ilmu Gaib Al-Ghazali intisari Kitab
Al-Aufaq. Surabaya: Ampel Mulia.
Arifin, Ahmad Zainal. 2014. Kedudukan Ilmu Hikmah Dalam
Sudut Pandang Epistemologi dan lmu Pengetahuan (skripsi),
Jakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah.
Arifin, Imron. 1993. Kepemimpinan Kiyai Kasus Pondok
Pesantren Tebuireng. Malang: Kalimasada Press.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.
Asrohah, Harun . 2002. Pesantren di Jawa, Depag: INCIS
Asy-Syarofa, Ismail. 2005. Ensiklopedia Filsafat terj. Shofiyullah
ukhlas. Jakarta: Khalifa.
Az-Zaki, Jamal Muhammad. 2013. Hidup Sehat Tanpa
Obat:Manfaat Kesehatan Dalam Shalat, Puasa, Zakat dan Haji.
Jakarta: Cakrawala Publishing.
Bagir, Haidar. 2017. Epistemologi Tasawuf Sebuah Pengantar.
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia
Bahaudin (Pimpinan Pesantren Salafiah Bani Rijah Bojonegara).
2019 Wawancara pribadi tgl 5 Januari 2019. Banten.
172

Bakhtiar, Amsal. 2015. Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan


Kepercayaan Manusia. Jakarta: Rajawali Pers.
Bakhtiar, Amsal. 2017. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Pers.
Bakker, Anton. 1989. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: PT Kanisius.
Bertens, K. 1998. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta:
KANISUS.
Chidjim, Ahmad. 2003. Alfatihah, Membuka Matahari Dengan
Surat Pembuka, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Choiriyah, Ngismatul. 2014. Rasionalisme Rane Descartes.
Anterior Jurnal, Vol 13, No 2: 237-243.
Daryanto. 1998. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo
Lestari.
Departemen Agama. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta :
Cahaya Intan Gemilang.
Efendi, Ilham dkk. 2018. Makalah Aliran-aliran Fisafat
Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme. Palembang: Program
Studi Pendidikan Agama slam UIN Raden Fatah
Palembang.
Descartes, Rene. 2015. Diskursus dan Metode Mencari
Kebenaran Dalam Ilmu Pengetahuan. Banguntapan
Yogyakarta: IRCISOD.
Fadli, Adi. Tt. Pesantren: Sejarah dan Perkembangannya.
Fazri, Rahmat. 2016. Dzikir dan Wirid Sebagai Metode
Penyembuhan Penyakit,. Lampung: UIN Lampung.
Hadi, Murtadho. 2007. Sastra Hizib. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren
173

Haedari, Amin . 2006. Transformasi Pesantren; Pengembangan


Aspek Pendidikan, Keagamaan, dan Sosial. Jakarta: CV.
Transwacana Offset.
Halim, Abdul. Hikmah, Kisah. https://islami.co/kisah-abu-
umama-al-bahili-yang -terlilit-hutang//. Diakses pada
tanggal 29 Desember 2019.
Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarat: PT.
Remaja Grafindo Persada.
Hidayat, Ahmad. Tt. Ilmu Hikmah (Pedukunan Dalam Islam)
Dan Prakteknya Di Wilayah Paringan Jawa Barat.
Yogyakarta.
Himawan, Karel Karsten. 2013. Pemikiran Magis Ketika Batas
Antara Magis Dan Logis Menjadi Biasa. Jakarta: PT Indeks
Permata Puri Media.
Hudaeri Moh. 2010. Debus Dalam Tradisi Masyarakat Banten
Serang: FUD Press.
Hudaeri, Moh. 2007. Tasbih dan Golok; kedudukan dan Peran
kiyai dan Jawara di Banten. Serang: Biro Humas Setda
Propinsi Banten.
Humaeni, Ayatullah. 2014. llmu Hikmah Dalam Demokrasi Lokal
Banten, Jakarta: Kultura.
Humaeni, Ayatullah. 2015. Ritual, Kepercayaan Lokal dan
Identitas Budaya masyarakat Ciomas Banten, Banten:
Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab IAIN SMH
Banten.
Hume, David. 2007. An Enquiry Concerning Human
Understanding. New York : Oxford University Press.
174

Hunnex, Milton D. 2004. Peta Filsafat: Pendekatan Kronologis


dan Tematis, terj. Zubaik. Jakarta: Teraju.
Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara Yang Terlupakan,
Pengantar Studi Sastra Lisan. Malang: HISKI Jawa Timur.
Ibroh, Umi.2017. Fungsi Teks Mujarobat Dalam masyarakat
Desa Pasarean. Semarang: Program Studi Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Diponegoro
Irawan, Bambang. 2014 .“Intuisi Sebagai Sumber Pengetahuan
Tinjauan terhadap Pandangan Filosof Islam”. Teologia
Vol. 25 No. 1.
Januansyah, Didit. 2013. Peran Wirid Hizib (skripsi). Banten:
Fakultas Ushuluddin IAIN Banten.
Januri, Lurah Pon-Pes, Wawancara Pribadi, Lambangsari, 2
Januari 2019
Kattsoff, Lois O. 2004. Pengantar Filsafat terjemahan Soejono
Soemargono. Yogyakarta:Tiara Wacana.
Khaldun, Ibnu. 2011. Mukaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Latif, Mukhtar. 2014. Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat
Ilmu. Jakarta: Prenadamedia Group.
Lubis, Akyar Yusuf. 2016. Filsafat Ilmu Klasik Hingga
Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Lubis, Zulfahmi. 2018. Intuisi sebagai sumber pengetahuan dam
relevansi terhadap pendidikan Islam menurut Abd Al-
Wahhab Al-Sya’rani. Medan: UIN Sumatera Utara.
Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret
Perjalanan. Jakarta: Paramadina.
175

Marzali, Amri. 2016. Agama dan Kebudayaan. UMBARA :


Indonesian Journal of Anthropology,Volume 1.
Masrukhan. file://Referens//lmu Hikmah.Com-Pusat belajar ilmu
Hikmah htm. Di Akses Pada Hari Rabu tanggal 20 Januari
2019
Mawardi, Marmiarti. 2013. Persepsi Masyarakat Terhadap Peran
Kiyai di Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisa Vol 20 No. 02.
Muhsinin, Muhammad. 2012. Ilmu Hikmah Dalam Pandangan
Perguruan Tapak Sunan Di Desa Sidorejo Karangawen
Demak. Semarang: IAIN Walisongo.
Mulyati, Sri. 2010. Peran Edukasi Tarekat Qadiriyah
Naqsabandiyyah Dengan Referensi Utama Suryalaya.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Munawwir, Ahmad Warson. 19884. Kamus Munawir Arab –
Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif.
Muniron, A. 2011. Epistemologi Ikhwan As-shafa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar STAIN Jember Press
Muslim, Bukhori. Soheh Bukhari No: 2807.
Mustansyir, Misnal Munir. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nasr, Seyyad Hossein. 2014. Tiga Mazhab Utama Filsafat Islam.
Jogjakarta:IRCISOD.
Nasution, Harun. 1973. Falsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, S. 2010. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nur, Syaifan . 2012. Epistemologi Sufi dan Tanggung Jawab
Ilmiah . Kanz Philosophia Vol.2 No.1.
176

Nurhayati, 2018. Memahami Konsep Syari’ah, Fikih, Hukum dan


Ushul Fikih. Jurnal Vol 2 No 2 2018.
Pari, Faris. 2016. Epistemologi Dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan. Jurnal Vol 5, No 2 2018
Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi pendidikan Islam: dari
Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta: Erlangga.
Raharjo, Dawan. 1986. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta:
LP3ES.
Royyan, Mohamad Danial. Kitab syamsul ma’arif.
https://pcnukendal.com/kitab-syamsul-maarif/ di akses pada
tanggal 06 februari 2019.
Saefullah, Asep. Santri Ponpes, Wawancara Pribadi, 02 Januari
2019
Safrudin, Santri Ponpes, Wawancara Pribadi, 02 Januari 2019
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil (Filsafat Ilmu
Pengetahuan). Jakarta: Rineka Cipta.
Salim, Miftahus, 2003. Senjata Mukmin Terjemah Syamsul
Ma`arif. Surabaya: Ampel Mulia.
Sari, Nita. 2018. Jual Beli Jus Cacing Untuk Pengobatan Dalam
Persepktif Hukum Islam(skripsi). IAIN Tulungagung.
Sayono, Joko (Dosen Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra Pada
Universitas Negeri Malang). 2005. Dalam Sebuah
Artikelnya “Perkembangan Pesantren Di jawa Timur” .
Malang: Fakultas Sastra Pada Universitas Negeri Malang.
Sativa.2011. Empirisme Sebuah Pendekatan Penelitian
Arsitektur.Inersia, Vol.VII No. 2: 115-123.
177

Shadr, Ayatullah Muhammad Baqir. 2013. Falsafatunah: Materi


Filsafat Dan Tuhan Dalam Filsafat Barat Dan
Rasionalisme Islam. Yogyakarta: Rausyan Fikr Institute.
Shihab, M. Quraish. 2006. Wawasan Al-Qur`an Tentang Dzikir
Dan Doa. Jakarta: Lentera Hati.
Sodik, Akhmad. 2017. Epistemologi Islam Argumen Al-Ghazali
Atas Superioritas Ilmu Ma`rifat. Depok: PT Kharisma Putra
Utama
Solehan, Ahmad. Wawancara Pribadi, 02 Januari 2019
Solihin, M. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat Dari
Klasik Hingga Modern.Bandung: Pustaka Setia
Solikhin, Mohammad. 2004. Terapi Sufistik.Bandung: Pustaka
Setia.
Sudarminta, J. 2002. Epistemologi Dasar:Pengantar Filsafat
Pengetahuan. Yogyakarta: PT. Kanisius.
Sukari. 2019. Kitab Majmuatul Ahkam Kitab Kumpulan/Panduan
Ilmu Hikmah Pesantren Nurul Hikmah Bojonegara Serang
Banten.
Sukari, pimpinan pon-pes, Wawancara Pribadi, 20 Desember
2019
Sumardjo, Jakob. 2013. Arkeologi Budaya Indonesia Pelacakan
Hermeneutis Historis terhadap Artefak - artefak
Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Qalam.
Surajio. 2009. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia
Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunarto, Ahmad. 1990. Terjemah Syamsul Ma`arif. Surabaya:
Mutiara Ilmu.
178

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat ilmu: Sebuah Pengantar


Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suryanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial
Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Susanto, A. 2016. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi
Ontologis, Epistemologi dan Aksiologis. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suyono. 2007. Dunia Mistik Orang Arwah, Roh, Ritual, Benda
Magis. Jogjakarta: LKIS.
Syafe`i, Imam. 2017. Pondok Pesantren Lembaga Pendidikan
Pembentukan Karakter. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan
Islam. Volume 8: 85-103.
Syatibi. Wawancara Pribadi, 1Januari 2019
Tafsir, Ahmad. 2017. Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tihami, A, M. 1992. Kyai dan Jawara di Banten: Studi Tentang
Agama, Magic, dan kepemimpinan di Desa pesanggrahan
serang, Banten. Banten: IAIN Sultan Hasanuddin Serang
Banten.
Tim Penyusun kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Thohir, Kholis . 2017. Kurikulum dan Sistem Pembelajaran
Pondok Pesantren Salafi. Analytica Islamica Vol. 6, No. 1.
Yazdi, Mehdi Ha`iri. 1994. Ilmu Hhudhuri: Prinsip-Prinsip
Epistemologi dalam Filsafat Islam. Bandung: Mizan
Anggota IKAPI.
179

Ziai, Hossein. 2012. Suhrawardi & Filsafat Ilmuninasi:


Pengetahuan Penerahan Pengetahuan. Bandung: Sadra
Press.
180

LAMPIRN
181

Table 1

Luas areal tanah lokasi pondok pesantren Nurul Hikmah

No JENIS LUAS TANAH KETERAN


BANGUNAN (M2) GAN
1 Rumah Keluarga

Pengurus Pon-Pes 860 m2

Salafiyah Nurul

2 Hikmah

Asrama Santri

a) Laki-laki 167 m2

3 b) Perempuan 250 m2

4 Musholah/Majlis 216 m2

Halaman 452 m2

Sumber data : Dokumentasi Pon-pes, tahun 2019


182

Table 2

Nama-nama bangunan di Pondok Pesantren Nurul Hikmah

NO JENIS BANGUNAN KETERANGAN

1 Rumah Keluarga Pengurus

Pon-Pes Salafiyah Nurul 6 unit

2 Hikmah

Asrama Santri

a) Laki-laki 8 unit

3 b) Perempuan 7 unit

4 Musholah/Majlis 1 unit

MCK 5 unit

Sumber data: Dokumentasi Pon-pes, tahun 2019


183

Tabel 3

Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Hikmah


184

Table 4

Nama-nama santri pon-pes Nurul Hikmah

No NAMA-NAMA ASAL SANTRI KETERARANGA


SANTRI
N

1 A. Solehan Lampung

2 Husen Kp. Jepih tengah

3 Satori Kp. Merapit

4 Januri Kp. Tamansari

5 Iswadi Kp. Jepih

6 A.Bani Rija Lampung

7 Mujiburrahman Lampung

8 M. Iqbal Lampung

9 Mufrod Serang

10 Faujan kamal Serang

11 Ali Rohman Kp. cikadu

12 Rohmanul Hakim Kp. Cikadu

13 Tb. Oktafiani Serang

14 Sahrul Gunawan Kp. Cikadu

15 Mas Buang Kp. Jepih tengah


185

16 Afwan Ghofari Kp. Merapit

17 A.Saefullah Kp. Sumurwatu

18 Hablana Pulo Panjang

19 Rifki Maulana Pulo Panjang

20 Nastain Pulo Panjang

21 A.Suhebi Kp. Jepih Masjid

22 Nikmatullah Kp. Taman sari

23 Solihin Kp. Tanjung

24 Heri Suheri Kp. Kentir

25 Saefullah Kp. Cikadu

26 Abdul Aziz Kp. Jepih Tengah

27 Safrudin Kp. Cikadu

28 Saefudin Kp. Cikadu

29 Sujaudin Kp. Pakuncen

30 Sahrullah Kp. Cikadu

31 A. Suheli Kp. Sumurwatu

32 Faijul Maadi Serang

33 Nurjaman Kp. Mulyajadi

34 Anis Surahman Kp. Cikadu

35 Naji Hidayatullah Kp. Cikadu


186

36 Hidayatullah Kp. Cikadu

37 Asep Supriyani Lampung

38 Sarba`i Kp. Sumurwatu

39 A.Hasbullah Kp. Cikadu

40 Rendi Hermawan Kp. Cikadu

41 Fathul Arifin Pulo Panjang

42 Rojanah Lampung

43 St. Soleha Lampung

44 Nasriya Kp. Merapit

45 Faro Amalia Kp. Merapit

46 Nita Mulyasari Cilegon Mancak

47 Istikomah Kp. Merapit

48 St. naibah Kp. Jepih Sawah

49 Subayyinah Kp. Cikadu

50 Sohanah Kp. Tanjung

51 St. Mutahiyah Kp. Jepih tengah

52 Rina Ervianah Kp. Cikadu

53 St. Aisyah Kediri

54 St. Rohilah Kp. Jepih Masjid

55 Ulfah Malihatul ulfiyah Kediri


187

56 Deviyanti Kediri

57 Fatonah Lampung

58 Lindah Supriyanti Lampung

59 Lilis Nurul Hidayah Lampung

60 Evi Yurlita Lampung

61 Iin Inayah Kediri

62 St. Mahmudah Lampung

63 Nida Mustabsiroh Serang

64 St. Sa`adah Lampung

65 Juleha Kp. Jepih Tengah

66 Mastebok Kp. Cikadu

67 Martini Kp. Ragas

68 Ernawati Kp. Jepih tengah

69 Mariyah Kp. Mulyajadi

70 Mafiyah Kp. Tamansari

71 Hayatinnufus Kp. Tamansari

72 St, Nurfatayat Lampung

73 Anjarwati Kp. Jepih Tengah

74 Usmawati Kp. Cikadu

75 Nelawati Kp. Tanjung


188

76 Royanah Kp. Cikadu

77 St. Novaniyah Kp. Cikadu

78 Rosmawati Kp. Kalilanang

79 Umayah Kp. Jepih Tengah

80 Umi kulsum Kp. Tamansari

81 Badriyah Kp. Jepih Tengah

82 Linnah Kp. kalilanang

83 Syamsiyah Kp. Jepih Tengah

84 St. Masruroh Kp. Ragas

85 St. Aisyah Kediri

86 Nia Amaniyah Kp. Kubang

87 Rina Sari Watu

88 Safiatuddianah Kp. Cikadu

89 Asnawati Kp. Merapit

90 Khoirunnisa Kp. Jepih Tengah

91 Sri hartati Kp. Cinanggrek

92 Sofiyah Kp. Tanjung

93 Hotimah Kp. Kubang

94 Sunenah Kepuh

95 Aam Ameliyah Kp. Kubang


189

96 Lailatil Fitri Kepuh

97 Muimatuzahro Kp. Tanjung

98 Toimah Lampung

99 Lilis Hidayah Lampung

100 Mamduhah Kp. Kubang

101 Sania Kepuh

102 Musdahlifah Kp. Kubang

103 Ilfatul uyun Kepuh

104 Annisa Putri Lampung

105 Riska Maulani Kp. Kubang Kepuh

106 Hasana Rahwati Serang

Kp. kedung

Banteng

Kp. Kejuruan

Kp. Wadas

Kp. Wadas

Kp. pakuncen

Sumber data: Dokumentasi Pon-Pes, tahun 2019


190

Table 5

Jadwal pengajian Pon-Pes Nurul Hikmah

HARI KELAS NAMA KITAB WAKTU

1 Jurumiyah

Pagi
2 Matanbina

3 Tafsir Zalalen
SENIN
1 Safinatunnajah

2 Nasoihul Ibad Ba`da Isya

3 Muhtar Al- Hadist

1 Qomi`Tugyan

2 Qomi`Tugyan Pagi

Selasa 3 Samsul Maarif

1 Hadis arbain

2 Mukhtsor Zidan Ba`da Isya

3 Qowaidulle`lal

1 Amil

2 Hidayatul Mustafid Pagi

Rabu 3 Risalah

1 Tafsir Quran
191

2 Salamun Taufiq Ba`da Isya

3 Kifayatul Akhyar

1 Minhussaniyah

2 Minhussaniyah Pagi

Kamis 3 Minhussaniyah

1 Mawaris

2 Tashil Ba`da Isya

3 Minhussaniyah

2 - Marhabanan Ba`da Magrib

Jumat 3

2 - Muhadoroh Ba`da Isya

3 - Istighasah

1 Matanbina

2 Amil Pagi

Sabtu 3 Samsul Maarif

1 I`rab Jurumiyah
192

2 Riyadullbadiah B`da Isya

3 Mutamimah

1 Tasrifan

2 Muhtasorjidan Pagi

Minggu 3 Nadom Maksud

1 Durratullyatimah

2 Uqudulljen Ba`da Isya

3 Kailani
193

Lampiran 1 Surat Keterangan Desa


194

Lampiran 2 Surat Keterangan Pondok Pesanten


195

Lampiran 3 Daftar Wawancara

DAFTAR WAWANCARA DENGAN PENGASUH PON-PES

NURUL HIKMAH

1. Apa latar belakang berdirinya Pon-Pes Nurul Hikmah?


2. Pada tahun berapa Pondok Pesantren didirikan?
3. Apa latar belakang pendidikan pendiri Pon-Pes Nurul
Hikmah?
4. Apa visi pondok pesantren salafiyah Nurul Hikmah?
5. Apa misi pondok pesantren salafiyah Nurul Hikmah?
6. Berapa banyak santri yang ada di pondok pesantren
salafiyah Nurul Hikmah?
7. Berapa luas tanah yang dimiliki oleh pondok pesantren
salafiyah Nurul Hikmah?
8. Materi-materi apa saja yang diajarkan di pondok
pesantren salafiyah Nurul Hikmah?
9. Apa target yang ingin dicapai oleh pondok pesantren
salafiah Nurul Hikmah?
10. Bagaimana pandangan pimpinan Pondok Pesantren
tentang ilmu hikmah yang diajarkan kepada para
santrinya?
11. Apa faktor yang mendorong Pondok Pesantren Nurul
Hikmah dapat mengembangkan ilmu hikmah?
12. Bagaiaman silsilah guru-guru ilmu hikmah pimpinan
Pondok Pesantren Nurul Hikmah?
13. Bagaiman cara/ proses memperoleh ilmu hikmah wirid
hizib asror di Pondok Pesantren Nurul Hikmah?
14. Bagaimana pandanag pimpinan pesantren terhadap ilmu
hikmah wirid hizib asaror sendiri?
15. Apa manfaat ilmu hikmah Wirid Hizib Asror?
196

16. Bagaimana cara/langkah-langkah pengamalan ilmu himah


Wirid Hizib Asror?
DAFTAR WAWANCARA DENGAN TOKOH

MASYARAKAT DS. LAMBANGSARI

1. Bagaimana peran pondok pesantren Nurul Hikmah pada


masyarakat Ds. Lambangsari?
2. Bagaimana kondisi sosial keagamaan masyarakat Ds.
Lambangsari?
3. Bagaiaman kondisi sosial ekonomi masyarakat Ds.
Lambangsari?
4. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap keberadaan
pondok pesantren Nurul Hikmah?
5. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap
pengembangan Ilmu Hikmah yang di kembangkan di
pondok pesantren Nurul Hikmah?
6. Apa faktor pendorong masyarakat sehingga masyarakat
meyakini dengan pengamalan ilmu hikmah?
7. Apa saja kegiatan pimpinan Pondok Pesantren Nurul
Hikmah selain sebagai pengasuh pesantren?
8. Bagaimana hubungan santri pondok pesantren Nurul
Hikmah dengan warga atau penduduk masyarakat
setempat?
197

DAFTAR WAWANCARA DENGAN SANTRI

1. Apa yang menyebabkan/ memilih belajar Agama (nyantri)


di Pondok Pesantren Nurul Hikmah ?
2. Bagaimana kegiatan atau aktifitas santri di Pondok
Pesantren Nurul Hikmah?
3. Berapa luas tanah yang dimiliki oleh Pesantren Nurul
Hikmah
4. Apa materi-materi yang diajarkan di Pondok Pesantren
Nurul Hikmah?
5. Bagaimana hubungan santri Pondok Pesantren Nurul
Hikmah dengan masyarakat?
6. Bagaimana fasilitas yang ada di Pondok pesantren Nurul
Hikmah?
7. Apa metode yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul
Hikmah?
8. Berapa Jumlah santri yang ada di Pondok Pesantren Nurul
Hikmah?
9. Bagaimana pandangan santri mengenai kegiatan ilmu
ahikmah yang diterapakan oleh pimpinan Pondok Pesantren
Nurul Hikmah?
10. Sudah berapa lama menjadi santri di Pondok Pesantren
Nurul Hikmah?
11. Apa suka duka selama menjadi santri di Pondok Pesantren
Nurul Hikmah?
198

JAWABAN WAWANCARA DENGAN

PENGASUH PON-PES NURUL HIKMAH

Nama : Bapak Ustad Sukari


Alamat : Kp. Pengrango
Jabatan : Pimpinan Ponpes
1. Pada mulanya beliau hanya dipercaya untuk mengisi
pengajian di masjid, hususnya masyarakat Ds.Lambangsari.
Beberapalama kemudian dari rutinnya kegiatan pengajian itu
beliau ditarik pula untuk mengisi pengajian di kampung-
kampung yang lain. Jadi beliau bukan hanya mengisi
pengajian di kampungnya sendri melainkan di masyarakat-
masyarakat luar yang bukan dari lingkungan masyarakat
Ds.Lambanagsari. dari beliau mengajar pengajian di
masyarakat tersebut ada beberapa warga atau masyarakat
yang menitipkan anaknya untuk mengaji kepada beliau,
sehingga beliau menampung anak-anak dari masyaraka tuntuk
belajar Agama dan didukung oleh masyarakat sekitar. Karena
cintanya masyarakat yang tinggi terhadap pendidikan untuk
mendidik putra-putri mereka agar menjadi orang yang
berguna nanti di masyarakatnya. Sehingga semakin besar niat
dalam hati yang merupakan hidayah dari Allah SWT. Dalam
menegakkan kalilulah dimuka bumi karena ilmu yang tidak
diamalkan di ibaratakan pohon yang takberbuah, maka orang
yang tidak mengamalkan ilmunya hukumnya berdosa.
2. Pernah menginjak pendidikan Sekolah Rakyar (SR) selama 6
(Enam) tahun dan dilanjutkan sekolah SMP. Dan selebihnya
dari pendidikan pesantren Salafi Al-Zauhratunnaqiyah
Cibeber daerah Cilegon selama 15 tahun yang di pimpin oleh
bapak KH. Muhsin, pesantren salafi yang ada di baros selama
199

2 tahun, pesantren Nurul Muhtadin 1th serta beliau tidak


perneh meninggalkan pengajian pasaran kitab yang di
lakukan rutin dalam setahun sekali di pesantren-pesantren
salafi lainya.

3. Tuntutlah ilmu daribuaian sampai keliang lahat


4. Membentuk manusia/ generasi-generasi muda yang bertakwa
kepada Allah SWT, serta sehat dalam segi rohaniyah maupun
jasmaniahnya.
5. Kuranglebih sebanyak 106 santri dari berbagai tempat.
6. tanah seluas kurang lebih 3000 m2.
7. Kegiatan yang diterapkan dipesantren Nurul Hikmah seperti
membaca al-qur`an, sorogan, menghafal kitab-kitab nadhom,
mengaji kitab setiap pagi setelah shalat subuh, sholat isa dan
shalat asar, serta kegiatan-kegiatan seperti dalail khoirot dan
marhabanan.
8. Materi yang diajarkan terbagi dalam empat kelompok bidang
disiplin ilmu yaitu; Ilmu Alat, Ilmu Fiqh, Ilmu Tauhid dan
Ilmu Hadis.
9. Menjadikan manusia ilmuan yang beragama serta manusia
agamawan yang berilmu.
10. Perkembangan ilmu hikmah di pondok pesantren nurul
hikmah sudah sangat meluas dengan berbagai macam-macam
amalan ilmu hikmah yang sudah dikasihkan kepada santri-
santrinya untuk diamalakan. Bahkan bukan saja dari
golongann santri saja melainkan dari masyarakt-masyarakt
sekitarpun sampai meminta dan ikut gabung untuk
mengamlakan ilmu hikmah sesuai dengan keinginan mereka
masing-masing.
11. Sebagai salah satu bentuk untuk menjaga keimanan,
keislaman dan ketaqwaan untuk santri-santrinya hususnya,
dan umumnya masyarakat sekitarnya, melalui Aurot/ Wirid (
Ilmu Hikmah). Karena bagi beliau Santri-santrinya itu
dianggap sebagai masa depan dan masyarakat umumnya
dapat melahirkan prilaku dan perbuatan dalam kehidupannya
200

manusia sesuai dengan ajaran agama (Islam), serta bisa


memelihara dan merawat keislaman dan ketaqwaan kepada
Allah Swt.
12. Beliau Mendalami Ilmu Hikmah dari seorang guru yang
bernama Syeh Jauhari Umar, Syeh Jauhari Umar, belajar dari
Syeh Harun bin Abdullah Banyu Wangi, Syeh Harun belajar
dari Syeh Hasim Asari Jombang, Syeh Hasim Asari belajar
dari Syaikh Mahfud bin Abdullah dari wilayah Turmusi dari
negara Mekah, Syeh mahfud belajar dari seorang guru
bernama Syaid Ibnu Bakar bin Muhammad Syato` Al-Maki,
Syaid Ibnu Bakar melajar dari Syaid Ahmad bin Zaini
Dahlan Al-Maki, Syaid Ahmad bin Zaini belajar dari Syaikh
Usman bin Husen Addimyati, Syaikh Usman belajar dari
Syaikh Muhammad bin Ali Assanwani, Muhammad bin Ali
Assanwani belajar dari Syaikh Isa Al-Barowi, Syaikh Isa Al-
Barowi belajar dari Syaih Ahmad Addifri, Syaih Ahmad
Addifri belajar dari Syaikh Salim bin Abdullah Al- Bisri,
Abdullah Al- Bisri belajar dari bapaknya yang bernama
Abdullah bin Salim Al-Bisri, Abdullah bin Salim Al-Bisri
belajar dari Syaikh Muhammad bin Alauddin Al-Babili,
Syaikh Muhammad bin Alauddin belajar dari Syaikh Ibnu
Najah, Nama Aslinya salim dari bangsa wilayah Sanhuri,
Syaikh Ibnu Najah belajar dari Syaikh Nazmuddin, nama
aslinya Muhammad bin Ahmad Al-Ghoiti, Syaikh
Nazmuddin belajar dari Zainuddin, nama aslinya Zakariyah
bin Muhammdan Al-Ansori, Zainuddin belajar dari Fadli
Marzani, Fadli Marzani belajar dari Abi Hurairah nama
aslinya Abdurrahman bin Hafid bin ahmad bin Usman
Addahabi, Abdurrahman bin Hafid belajar Umar bin Ilyas Al-
Maroqi, Umar bin Ilyas Al-Maroqi belajar dari Imam
Nasiruddin, nama aslinya Abdullah bin Umar Al-Baidhawi,
Imam Nasiruddin belajar dari Mualif Ilmu Hikmah yaitu
Ahmad bin Ali Al-Bunni.
13. Faktor yang melatar belakangi perkembangan ilmu hikmah
pertama, karena didasari dengan niat dan keinginan ingin
201

mempelajari ilmu hikamh, kedua, kuatnya keyakinan dengan


kekuatan yang berbau mistik yang menganggap akan dapat
memperlancar niat dan tujuan, ketiga, dengan kekurangan
ekonomi, hal ini biasanya orang yang meminta untuk
kesembuhan suatu penyakit karena ketertinggalan ekonomi
yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk berobat ke
dokter,
14. Banyak macam ilmu hikamh yang diajarkan oleh pimpinan
pondok pesantren Nurul Hikmah terkait dengan amalan
diantranya dengan hizib latif, hizib baher, hizib asror, hizib
nasor, hizib yasin, hizib asmaul husna dan masih banyak
yang lainnya.
15. Harus dengan niat, guru, ijazah, puasa, wirid dan dzikir/ do`a-
do`a, serta istiqomah
16. Biasanya langkah-langkah pengamalan ilmu hikmah ini
sesuai dengan kefaedahannya masing-masing dan ini terlampi
pada bab pembahasan mengenai langkah-langkah
mengamalkan ilmu hikmah Wirid Hizib Asror
17.
‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‬

ّ‫انى دضزة انُبً انًصطفى رسٕل هللا صهى هللا ػهٍّ ٔسهى ٔػهى ان‬
...........‫ٔاصذابّ انكزاو شًءهلل نٓى انفخذت‬

‫ثى انى ارٔاح شٍذَُا قَطب انزبّاَى ٔغٕد انزبّاٌ ٔانٍٓكم انُٕراَى‬
‫سهطاٌ االٔنٍاء انبغدادي سٍدَا انشٍخ ػبدانقادر انجٍالَى ٔسٍدَا انشٍخ‬
‫ادًد انبدأي ٔسٍدَا انشٍخ ادًد كبٍز انزّفاػى سٍدَا انشٍخ ابزاٍْى‬
‫ان ّدسٕء ق ّدس هللا اسزارْى انؼزٌز ٔانى اصٕنٓى ٔفزٔػٓى شًءهلل نٓى‬
..........‫انفخذت‬

ً‫ْذا ْدٌخُا انى ارٔاح خهٍفت رسٕل هللا صهى هللا ػهٍّ ٔسهّى سادحُا اب‬
...........‫بكز ٔ ُػًز ٔ ػثًاٌ ٔ ػه ًّ شًءهلل نٓى انفخذت‬
‫‪202‬‬

‫دصٕصا انى دضزة سٍدَا جبزائٍم ٔسٍدَا يٍكائٍم ٔسٍدَا اسزفٍم‬


‫ٔسٍدَا ػجزائٍم شًءهلل نٓى انفخذت‪ ..........‬دصٕصا انى دضزة َبً هللا‬
‫حؼانى سٍدَا ِدضِّ ز بَ ْهٍَابٍِ َيه َكاٌ شًء هلل نٓى انفخذت‪.......‬‬

‫دصٕصا انى دضزة سٍدَا ػهً كزو هللا ٔجٓت شٍ ٌئ هلل نٓى‬
‫انفخذت‪.............‬‬

‫دصٕصا انى دضزة انشٍخ ػبد انقادر انجٍالًَ ق َّدس هللا سزِّ‬
‫انؼزٌز شٍ ٌئ هلل نٓى انفخذت‪.............‬‬
‫‪Setelah pembacaan hadorot selesai barulah membacakan‬‬
‫‪amalan-amalan Wirid Hizib Asrornya. Yaitu:‬‬

‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‪011×..........‬‬

‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى اسخغفزهللا انؼظٍى‪011× ........‬‬


‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‪ ,‬اشٓد اٌ الّانّ اَ هللا ٔاشٓد َّ‬
‫اٌ يذ ًّدًا رسٕل‬
‫هللا ‪011×.......‬‬

‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‪ ,‬انهٓى صم ػهى سٍدَا يذ ًّد ٔػهى ال شٍدَا‬
‫يذ ًّد ‪011×.........‬‬

‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‪ ,‬سُبذاٌ هللاِ انؼضٍى ٔبِ َذً ِدِ‪011×...‬‬

‫انؼهً‬
‫ُّ‬ ‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‪ ,‬الدٕل ٔالق َّٕةَ االّ بِاهلل‬
‫انؼظٍى‪011×.....‬‬
‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‪ٌ ,‬اهللاُ ٌاَقَ ِدٌ ُى ٌاقَ ِٕيُّ ٌَأ َيخِ ُ‬
‫ٍٍ‪011×......‬‬

‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‪ٌ ,‬اهللا ٌاربًِّ‪011×........‬‬

‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‪ٌ ,‬اشٍخ ػبدانقادر جٍالَى‪011×..........‬‬

‫ضزْ ‪011×...........‬‬
‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‪ ,‬هللاُ َد ِ‬
‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‪ ,‬الّانّ اَ هللاُ انًهك انُاصز‪011 ×..........‬‬
‫‪203‬‬

‫‪Setelah amalan tersebut selesai dapat dilanjutkan dengan‬‬


‫‪amalan sebagai berikut:‬‬

‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‬

‫ٔسزِّ َسارِّ ِسزُّ ُِ يٍ‬ ‫ث ِ‬ ‫انهٓ َّى صمِّ ػهى سٍدَا يذًد ٌ انَُّبً انُُّ ِ‬
‫ٕر اندا ِ‬
‫صالَةً دَائ ًَتً بِد ََٔ ِاو ُي ِ‬
‫هك هللاِ‬ ‫ث َػ َد َد َيا فى ِػ ِهى هللاِ َ‬‫صفَا ِ‬ ‫َج ًِ ِغ االَس ًَا ِء َٔان ِّ‬
‫ضا َػفَتً اَبَدًا َسز َيدًا انى ٌَ ِ‬
‫ٕو انقٍَِا َي ِت‬ ‫ٍٍ اَض َؼافًا ُي َ‬ ‫انؼظ ٍِى فِى ُكمِّ َٔق ٍ‬
‫ج َٔ ِد ٍ‬ ‫ِ‬
‫ٔػهى انّ ٔصذبّ ٔسهَّى‪...........‬اع ×‬

‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‬

‫انهٓ َّى َٕرانسًّٕاث ٔاالرض ْٕٔانسًغ انؼهٍى‪ ,‬صى بكى ػًً فٓى‬
‫الٌزجؼٌٕ‪ ,‬صى بكى ػًً فٓى الٌََؼقِهٌَُٕ ‪ ,‬صى بكى ػًً فٓى الٌََفقٌَََٕٓ ‪ ,‬صى‬
‫بكى ػًً فٓى الٌََس ًَؼٌَُٕ ‪ ,‬صى بكى ػًً فٓى الٌَس ُؼزٌُٔ‪ ,‬صى بكى ػًً فٓى‬
‫ُبصزٌُٔ‪ ,‬صى بكى ػًً فٓى الٌَخَ َكهَّ ًٌُٕ‪ ,‬صى بكى ػًً فٓى الٌخ ََذ َّز ُكٌٕ‪,‬‬ ‫الٌ ِ‬
‫صى بكى ػًً فٓى الٌََخَ َد َّكزٌُٔ‪ ,‬صى بكى ػًً فٓى الٌُؤ ِيٌُٕ الَ َد َ‬
‫ٕل‬
‫ٔالقُ َّٕةَاالَّبِاهللاِ انؼهِ ِى ان َؼ ِظ ٍِى ‪.......‬اع ×‬

‫بسى هللا انزدًٍ انزدٍى‬

‫ٍٍ اٌَ ِدٌ ِٓى َس ًّدا ٔ ِيٍ خَ هفِ ِٓى َس ًّدا فَأَغ َشٍَُاُْى فَٓى الٌَُبصزٌُٔ‪,‬‬ ‫َٔ َج َؼهَُا ِيٍ بَ ِ‬
‫ارُْى‪ٌَ ,‬ا ُخ َّدا َو َْ ِد ِِ االٌََ ِت ان َك ِزٌ ًَ ِت فِى‬ ‫ج ان ُٕجُُِٕ (×‪ُ )2‬خ ُدٔااَػٍَُُُٓى َٔ َ‬
‫ابص َ‬ ‫َشاَْ ِ‬
‫صزٌُٔ‪َٔ ,‬حَذ َسبُُٓى‬ ‫ث َدخَّى الٌََ َزَِٔى صى بكى ػًً فٓى الٌُب ِ‬ ‫ذز ِيٍَ انظُهُ ًَا ِ‬
‫بَ ٍ‬
‫ؼجزَ ِة َسٍ ِدََا يذ ًّد َٔبِ َك َزي ِت ان َشٍخ‬ ‫اٌَقَاظَانِ َُْٕى َرقُٕ ٌد‪( ,‬اع ×)‪ٌ .‬اهللا بِ ًُ ِ‬
‫ٕال ػُدَا داضز يقصٕد‪( .......‬فٍخٕع بانٍٍ)‬ ‫ٍالَِى ‪ُ ,‬ك َ‬ ‫ػَب ِدانقَا ِد ِر َ‬
‫انج َ‬

‫‪18. Kitab yang diajarkan dalam kajian ilmu hikmah‬‬


‫‪yaitu diktab mujarobat yaitu salah satunya kitan‬‬
‫‪Syamsul Maarif‬‬
204
205

JAWABAN WAWANCARA DENGAN TOKOH

MASYARAKAT

Nama : KH. Bahaudin


Alamat : Kp. Pengarango Desa Lambangsari
Jabatan : Tokoh masyarakat

1. Ponpes salafi bani rajah berperan sekali dalam bidang


pendidikan agama, terutama untuk anak-anak dan remaja
khususnya masyarakat Ds. Lambangsari dan umumnya
semua lapisan masyarakat, terutama pada acara syukuran,
tahlilan, Peringatan Hari Besar Islm (PHBI) dan masih
banyak lagi hal-hal yang benilai agama.
2. Dilihat dari segi keagamaan warga masyarakat desa
lambangsari seluruhnya agama Islam, dan selalu
memperkuat nilai-nilai keagamaannya dengan beragai
kegiatan-kegiatan yang bernilai agama.
3. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Ds. Lambangsari
bersifat heterogen dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat
ekonomi, dan propesinya. Tetapi mayoritasnya
penghasilannya dari pertanian, selebihnya profesi-profesi
lain.
4. Keberadaan Pondok Pesantren Nurul Hikmah di tengah-
tengah masyarakt sangatlah tepat. Menurut salah satu
tokoh masyarakat setempat bahwa keberadaan pondok
pesantren tersebut dapat mengembangakan pembentukan
karakter yang harus dilakukan secara sistematis dan
206

kesinambungan terhadap para santri kususnya dan


umumnya kepada warga wasyarakat, karena menurutnya
kehidupan manusia akan terasa tentram dan damai bila
manusianya slalu berkarakter atau bersikap yang baik dan
sopan
5. sudah seharusnya di jaman yang sudah penuh dengan
kemajuan ini, serta dengan meningkatnya budaya-budaya
barat yang begitu berkembang pesat di tengah-tengah
kehidupan masyarakat pedesaan, yang tidak layak di lihat
dan di contoh bagi anak-anak muda sekarang yang dapat
merusak nilai-nilai prilaku dan akhlak anak-anak kita
sebagai generasi bangsa dan agama di masa depan ini.
Dengan demikian, justru kita harus meningkatkan dan
megembangkan kajian ilmu-ilmu agama, seperti ilmu
tauhid, ilmu akhalak, ilmu tasawuf, ilmu hikmah dan
ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan ilmu-ilmu
agama Islam. Ilmu-ilmu tersebut harus benar-benar di
kembangkan dan dipelajari oleh anak-anak muda kita
khususnya, melalui pendidikan pesantren yang sudah jelas
dan dikenal di kalangan masyarakat bahwa pesantren
ialah tempat belajar ilmu agama
207
208
209
210
211

JAWABAN WAWANCARA DENGAN SANTRI

Nama ` : Ahmad Solehan


Alamat : Lampung
Status : Pengurus Santri Pon-Pes Nurul Hikmah

1. Pada awalnya diajak teman dan kebetulan tempatnya


nyaman.
2. Mengaji Qur`an, mengaji kitab kuning, marhabanan,
pengembangan bakat, istighosah, dan lain-lain.
3. Kurang lebih seluas 3000 M2
4. Materi yang diajarkan yaitu: Ilmu alat, ilmu Fiqh, ilmu,
ilmu tauhid, ilmu tasawuf, dan ilmu hadis.
5. Hubungan sangat baik sekali. Kyai merupakan sosok
yang sangat dimuliakan bagi semua santri.
6. Fasilitsnya sangat sederhana, terdiri dari; asrama untuk
tempat tidur, majlis untuk tempat belajar, MCK untuk
kebutuhan mandi, dapur sebagai kebutuhan untuk masak
dan lain-lain.
7. Metode yang diterapkan yaitu: Sorogan, Bandongan,
hafalan.
8. Untuk saat ini berjumlah kurang lebih 106 santri.
9. Kegiatan ilmu hikmah yang diterapkan di pesantren
tersebut sangat membantu untuk meningkatkan nilai
spiritualitas santri, melalui amalan dan puasa hati terasa
tenang dan menurunkan sikap amarah.
10. Kurang lebih 10 tahun
212
213

JAWABAN WAWANCARA DENGAN

SANTRI

Nama ` : Asep Saefullah


Alamat : Lampung
Status : Santri

1. karena keinginan sendiri.


2. Mengaji Qur`an, mengaji kitab kuning, marhabanan,
ngeriung, muhadoroh, dan lain-lain.
3. Kurang lebih seluas 3000 M2
4. Ilmu nahwu, shorof, ilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu tasawuf,
ilmu hikmah, ilmu akhlak, dan masih banyak yang
lainnya.
5. Hubungan sangat baik sekali. Semua santri menghormati
dan mentaati segala aturan-aturan yang diterapkan di
pesantren
6. Fasilitsnya sangat sederhana, terdiri dari; asrama untuk
tempat tidur, majlis untuk tempat belajar, MCK untuk
kebutuhan mandi, tempat mencuci, dapur, ruangan
mengaji dan lain-lain.
7. Metode yang diterapkan yaitu: sorogan, bandongan,
metode hafalan, dan majlis ta`lim
8. Untuk saat ini berjumlah 106 santri.
9. Bagi santri yang dewasa kegiatan pengamalan ilmu
hikmah yang diterapakan di pesantren memang sangat
baik untuk dijadikan sebagai kegiatan tambahan atau
214

sebagai melatih jiwa agar terbiasa untuk slalu bangun


malam, shalat malam selain dari pada itu pun pengamalan
ilmu hikmah sangat digemari dan banyak yang
menginginkan untuk mengamalkan ilmu hikmah.
Selanjutnya menurutnya bahwa, ilmu hikmah adalah ilmu
pembersih hati dan wirid-wirid itu fondasinya, jadi ilmu
hikmah itu tidak terlepas dari wirid-wirid.
215

Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara

Dokumentasi wawanacara dengan Ustadz Sukari Pimpinan


Pondok Pesantren Nurul Hikmah Bojonegara Serang-Banten 2019

Dokumentasi wawanacara dengan Ustadz Januri Lurah Pondok


Pesantren Nurul Hikmah Bojonegara Serang-Banten 2019
216

Dokumentasi wawanacara dengan Ahmad Saefulloh pengurus


santri Pondok Pesantren Nurul Hikmah Bojonegara Serang-Banten
2019.

Dokumentasi wawanacara dengan Ahmad Solehan pengurus


santri Pondok Pesantren Nurul Hikmah Bojonegara Serang-Banten
2019.
217

Dokumentasi wawanacara dengan KH. Bahaudin tokoh


masyarakat Kp. Pengrango Desa Lambangsari, Bojonegara, Serang-
Banten 2019.

Dokumentasi wawanacara dengan Ustadz Syarifudin tokoh


masyarakat Kp. Pengrango Desa Lambangsari, Bojonegara, Serang-
Banten 2019.
218

Dokumentasi wawanacara dengan Ustadz Syatibi tokoh


masyarakat Kp. Pengrango Desa Lambangsari, Bojonegara, Serang-
Banten 2019.

Dokumentasi Santri Pondok Pesantren Nurul Hikmah dalam


mengaji kitab kuning.
219

Dokumentasi kegiatan Santri Nurul Hikmah dalam mengaji al-


Qur`an

Dokumentasi kegiatan Santri Pesantren Nurul Hikmah dalam


kegiatan marhabanan.
220

Anda mungkin juga menyukai