Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH BAKTERIOLOGI II

“”

NAMA : HASRIANI HASBI

NIM : B1D220039

KELOMPOK : 2 ( Dua )

KELAS : 20B

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN


UNIVERSITAS MEGAREZKY

T.A 2021/2022

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urine merupakan cairan sisa dari hasil metabolisme dalam tubuh yang

dibentuk dalam ginjal melalui 3 (tiga) proses yaitu filtrasi oleh glomerulus,

reabsorbsi dan sekresi oleh tubulus. Urine merupakan hasil dari filtrasi

glomerulus dan disertai sejumlah air yang dikeluarkan oleh tubuh (Hardjono dan

Mangarengi, 2011). Urine dapat digunakan untuk menganalisis sejumlah penyakit

yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan atau analisis urine sering disebut dengan

istilah urinalisis (Mengko, 2013).

Urinalisis dilakukan dengan tiga macam cara yaitu pemeriksaan fisik,

pemeriksaan kimia urine dan pemeriksaan mikroskopis urine (Mengko, 2013).

Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering diminta untuk

mengetahui gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan metabolisme

tubuh. Urinalisis merupakan pemeriksaan medis yang digunakan di laboratorium

klinik dan biasanya berupa pengamatan mikroskopik sedimen urine.

Escherichia coli merupakan bakteri fakultatif anaerob gram negatif yang

dapat berada dalam rongga mulut. Keberadaan Escherichia coli dalam rongga
mulut dapat disebabkan oleh benda-benda yang masuk ke dalam rongga mulut

dan telah terkontaminasi feses (Slots J, 2011; Ginns, 2000). Menurut data dari

rumah sakit di Jakarta, Escherichia coli merupakan penyebab infeksi di saluran

pencernaan hingga mencapai 19%. Kondisi tersebut diperparah oleh semakin

sulitnya bakteri ini diatasi oleh berbagai rumah sakit di dunia sekalipun, bahkan di

negara dengan penanganan yang terkenal baik seperti Singapura (Arnita, 2007).

Escherichia coli menyebar melalui debu dari makanan dan minuman

yang terkontaminasi oleh feses (Ginns, 2000). Selain itu, bakteri ini juga dapat

masuk ke dalam tubuh manusia melalui tangan atau alat-alat seperti botol, dot,

termometer, dan peralatan makan yang tercemar oleh tinja (Paramitha, et al.,

2010). Oleh karena itu, masyarakat selama ini hanya menjaga kebersihan dalam

memilih makanan dan minuman, kebersihan tangan, dan peralatan makanan untuk

mencegah masuknya bakteri Escherichia coli ke dalam tubuh. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan oleh GN Karibasappa et al (2011), bakteri

Escherichia coli juga berada pada kepala sikat gigi yang sudah lama berada di

kamar mandi yang bersatu dengan toilet.

1.2 Tujuan Praktikum

Untuk mengisolasi bakteri Eschersia coli dari sampel urine


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urine

a. Pengertian

Urine atau air seni adalah sisa yang disekresikan oleh ginjal yang

kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisis.

Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah

yang disaring oleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam

mempertahankan homeostasis tubuh, peran urine sangat penting karena

sebagai pembuang cairan oleh tubuh adalah melalui proses sekresi urine

(Wahyundari, 2016). Sehingga komposisi urine dapat mencerminkan

kemampuan ginjal untuk menahan dan menyerap bahan-bahan yang penting

untuk metabolisme dasar dan mempertahankan homeostasis tubuh. Normalnya

jumlah bahan yang terdapat dalam urine selama 24 jam adalah 35 gram bahan

organik dan 25 gram bahan anorganik (Ma’arufah, 2004).

b. Proses Pembentukan

Organ yang berperan dalam pembentukan urine yaitu ginjal. Di dalam

ginjal, zat sisa metabolisme akan dipilah-pilah kembali. Hasil pemilahan

tersebut berupa zat yang sudah tidak berguna dan zat yang masih bisa
dipergunakan kembali. Zat yang tidak berguna 9 tersebut akan dikeluarkan

dari tubuh, sedangkan zat-zat yang masih dapat dipergunakan lagi akan

dikembalikan ke sirkulasi (Riswanto, dan Rizki, 2015).

Nefron terdiri atas seperangkat glomerulus dan tubulus. Glomerulus

mempunyai fungsi filtrasi, sedangkan tubulus mempunyai fungsi sekresi dan

reabsorbsi. Setidaknya salah satu dari tiga proses berikut akan dialami suatu

zat ketika diangkut melalui darah ke sistem filtrasi kompleks ginjal, yaitu

filtrasi glomerular, sekresi tubular dan reabsorbsi tubular (Riswanto, dan

Rizki, 2015).

Filtrat glomerulus memiliki zat-zat yang masih dibutuhkan oleh

tubuh, sehingga filtrat akan berpindah dari dalam tubulus ke plasma kapiler

peritubulus. Perpindahan ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus. Zat-zat yang

direabsorpsi tidak keluar sebagai urine, tetapi akan diangkut oleh kapiler

peritubulus ke sistem vena dan kembali ke jantung untuk diedarkan. Zat-zat

yang akan diserap kembali adalah glukosa, sodium, klorida fosfat, dan

beberapa ion bikarbonat yang terjadi secara pasif di tubulus proksimal. Jika

tubuh masih membutuhkan sodium dan ion bikarbonat maka terjadi

penyerapan kembali secara aktif pada tubulus distal (reabsorbsi fakultatif) dan

sisanya dialirkan ke papilla renalis (Lauralee, 2011). Tubulus proksimal

berfungsi menahan ion-ion (K+, Na+, Cl-, HCO3-), reabsorbsi glukosa dan

asam amino, serta mengeliminasi 10 ureum dan kreatinin. Ansa Henle

berperan dalam pembentukan tekanan osmotik (Sudiono, Iskandar, Halim, et


al., 2006). Setelah zat yang masih dibutuhkan tubuh diserap kembali, proses

selanjutnya adalah sekresi tubulus yaitu perpindahan selektif zat - zat dari

darah kapiler peritubulus ke lumen tubulus. Sisa dari penyerapan kembali

yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan

ke luar tubuh dalam bentuk urine (Lauralee, 2011).

c. kandungan didalam urine

Komposisi zat didalam urine bervariasi tergantung jenis makanan

serta air yang diminumnya. Urine normal terdiri dari air, urea, asam urat,

amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam-

garam terutama garam dapur dan zat- zat yang berlebihan dalam darah

misalnya vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan pembentuk urine

trsebut berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah

sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misalnya

glukosa diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa (Halander,

dkk., 2000).

2.2 Escherichia coli

a. pengertian

Escherichia coli adalah bakteri flora normal yang sering dijumpai pada

usus manusia, bersifat unik karena dapat menyebabkan infeksi primer seperti

diare (Karsinah dkk, 2011). Menurut buku yang di karang oleh Radji (2011),
Escherichia coli atau E.coli adalah bakteri Gram negatif yang termasuk dalam

family Enterobacteriaceae, yang ada di dalam tubuh manusia. Bergerak

menggunakan flagel dan berbentuk batang pendek atau biasa disebut

kokobasil.

b. Morfologi

Escherichia coli termasuk pada family Enterobacteriaceae. E. coli

merupakan bakteri gram negative yang berbentuk batang pendek atau sering

disebut kokobasil. Bakteri (Gambar 2.1) ini mempunyai flagel, yang

mempunyai ukuran 0,4-0,7 µm x 1,4 µm dan memiliki simpai (Radji, 2011).

E. coli memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7 μm, dan

bersifat anaerob fakultatif. Dan membentuk koloni yang bundar, cembung,

dan halus dengan tepi yang nyata (Hidayati dkk, 2016).

E. coli merupakan bakteri yang memilik 150 tipe antigen O, 50 tipe

antigen H, dan 90 tipe antigen K. Beberapa antigen O dapat dibawa oleh

mikroorganisme lain, sehingga sama seperti yang dimiliki oleh Shigella.

Terkadang penyakit yang spesifik berhubungan dengan antigen O, dapat

ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih dan diare (Karsinah, 2011).

c. Sifat Biakan

E.coli Dapat tumbuh berlebih apabila seseorang mengkonsumsi

makanan yang sudah terkontaminasi dengan bakteri tersebut seperti susu,


makanan yang 10 tidak diolah dengan sempurna, ataupun makanan dan

minuman yang tercemar oleh feses (Jawetz, 2005). Bakteri ini dapat menjadi

pathogen apabila terdapat banyak sekali didalam tubuh manusia. E.coli dapat

tumbuh pada suhu tinggi maupun rendah, dengan suhu rendah 7°C dan suhu

tinggi hingga 44°C. Namun bakteri E.coli tumbuh optimal pada suhu antara

35-37°C dengan pH 7-7,5. Hidup dilingkungan lembab dan akan mati saat

terjadinya proses pemanasan makanan (Sofiana, 2012).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara lain : pH,

suhu, nutrisi, tekanan osmotik dan lain-lain. Bakteri mempunyai ketetapan

suhu dan pH sendiri-sendiri untuk pertumbuhan yang optimal (Karsinah,

2011).

e. Cara Penularan

E.coli Dapat tumbuh berlebih apabila seseorang mengkonsumsi

makanan yang sudah terkontaminasi dengan bakteri tersebut seperti susu,

makanan yang tidak diolah dengan sempurna, ataupun makanan dan minuman

yang tercemar oleh feses (Jawetz, 2005). Bakteri ini juga dapat masuk ke

dalam tubuh manusia melalui tangan atau alat-alat seperti botol, dot,

termometer, dan peralatan makan yang tercemar oleh tinja. Penularan bias

terjadi apabila kontak pekerja yang membuat makanan sehingga menyebabkan


penularan penyakit melalui makanan atau Foodbone disease (Paramitha

dkk.,2010). Dapat juga tertular apabila seseorang menggaruk daerah anus lalu

ditak mencuci tangan dan kemudian memegang apapun yang ada di dekatnya.

Kemudian benda atau makanan yang telar terinfeksi di ambil oleh orang lain.

f. Media Pertumbuhan Bakteri

Escherichia coli dapat tumbuh pada media Endo agar, Macconkay

agar, dan Eosin Methylen Blue (EMB), bakteri ini mempunyai strain yang

bersifat mikroaerofilik yang membutuhkan oksigen untuk hidup namun tanpa

oksigen pun beberapa dari Escherichia coli masih bias bertahan hidup (Sari,

2015). Selain itu juga memiliki strain aerofilik yang dapat menghemolisis,

pada media Blood Agar Plate (BAP) bakteri ini dapat menghemolisa dengan

hemolisa ß (hemolysis total).

2.3 Uji Biokimia

Uji biokimia dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisiologis koloni

bakteri hasil isolasi. Biokimia bakteri berkaitan dengan proses metabolisme

sel bakteri. Identifikasi bakteri tidak dapat dilakukan dengan mengetahui sifat

mofologinya saja, namun harus mengetahui sifat fisiologis bakteri juga. Sifat

fisiologis bakteri sangat penting diketahui apabila melakukan identifikasi

bakteri karena sifat moroflogis bakteri dapat tampak serupa bahkan tidak

dikenal sehingga dengan melakukan uji biokimia terhadap koloni bakteri


dapat mengetahui sifat dan menentukan spesies bakteri. Uji biokimia yang

dilakukan menggunakan reagen test (Handayani, Ekowati, & Pakpahan,

2013).

a) Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)

Uji TSIA berfungsi untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam

fermentasi karbohidrat (glukosa, laktosa, dan sukrosa). Hasil uji TSIA dapat

diketahui bakteri dapat memfermentasi glukosa saja ditandai dengan warna

kuning (asam) pada dasar media dan berwarna merah pada lereng (basa)

Alk/A atau Alkali/Acid. Apabila bakteri dpaat memfermentasi semua

karbohidrat ditandai 11 dengan warna kuning pada dasar media (asam) dan

berwarna kuning juga pada lereng media (asam) A/A atau Acid/Acid. Apabila

bakteri tidak dapat memfermentasi semua karbohidrat ditandai dengan warna

merah pada dasar media (basa) dan berwarna merah juga pada lereng media

(basa) Alk/Alk atau Alkali/Alkali (Anggraini, Aliza, & Mellisa, 2016).

b) Uji SIM (Sulfide Indole Motility)

Media SIM merupakan media semisolid yang direkomendasikan untuk

uji kualitatif pada bakteri Gram negatif untuk melihat produksi sulfid,

pembentukan indole, dan pergerakan bakteri. Media SIM digunakan untuk

membedakan family Enterobactericeae yang menggunakan asam amino

sebagai sumber energi, asam amino triptofan merupakan komponen asam

amino yang terdapat pada protein sehingga asam amino ini dengan mudah
digunakan oleh mikroorganisme dan apabila asam amino triptofan dihidrolisis

oleh enzim triptofanase akan menghasilkan indol, asam piruvat, dan ammonia.

Hasil positif pada uji indol akan terbentuk warna merah dengan penambahan

reagen kovach atau erlich yang mengandung p-dimethylamino – benzaldehide

yang menghasilkan senyawa para amino benzaldehid yang tidak larut dalam

air dan membentuk warna merah pada permukaan medium.


BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan yaitu cawan petri, ose, kaca preparate,

Erlenmeyer, swab steril, tabung reaksi.

b. Bahan

Bahan yang di gunakan yaitu sampel urin, medium BA, MAC, EMBA,

ENDO, natrium agar (NA), medium gula-gula, NaCL 10%, Kristal violet,

lugol, alkohol, safranin, kovaks, metil red, alfa naftol 5% & KOH 40%.

III.2 Pembuatan Media

a. Pembuatan Natrium Agar

a) Spread plate ( agar tabung ulas )

Ambil suspense cairan sebanyak 0,1 ml dengan pipet ukur

kemudian teteskan diatas permukaan agar yang telah memadat. Batang

L atau batang drugal diambil kemudian disemprot alcohol dan dibakar

diatas Bunsen beberapa saat, kemudian didinginkan dan ditunggu

beberapa detik. Kemudian disebarkan dengan menggosoknya pada

permukaan agar supaya tetesan suspense merata, penyebaran akan

lebih efektif bila cawan ikut diputar. Hal yang perlu diingat bahwa
batang L yang terlalu panas dapat menyebabkan sel – sel

mikroorganisme dapat mati karena panas.

b) Pour plate ( agar tuang )

Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan ditanam

dan media padat yang masih cair ( 45ºC ). Teteskan 1 ml secara

aseptis. Suspensi sel kedalam cawan kosong.Tuangkan maedia yang

masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk menghomogenkan

suspense bakteri dan medium, kemudian diinkubasi selama 24 jam

suhu 37ºC.

b. Pembuatan Media TSIA/KIA

Ose disterilkan dan diambil biakan koloni bakteri dari media selektif

( missal Endo Agar) menggunakan jarum ose. Diinokulasikan ke media

TSIA/KIA, dengan cara jarum ditusukkan ke dalam media, lalu

diinokulasikan pada bagian slant TSIA/KIA

c. Pembuatan Media SIM

Ose disterilkan dan diambil biakan koloni bakteri dari media

TSIA/KIA menggunakan jarum ose.Diinokulasikan ke media SIM/MIO,

dengan cara ditusukkan ke dalam ¾ permukaan media.Diinkubasi pada suhu

37ºC selama 24 jam.


III.3 Isolasi Bakteri E coli dari Sampel urine ke media natrium agar

Diambil urin sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan pada tabung reaksi

yang telah berisi 10 ml NaCl 0,9% dan divortex. Selanjutnya dipipet sebanyak

100 dan dituangkan keatas media Nutrien Agar (NA) yang sudah memadat.

Selanjutnya cawan petri ditutup dengan plastik wrap. Urin yang mengandung

bakteri yang telah ditanamkan pada media Nutrien Agar selanjutnya diinkubasi

dalam inkubator pada suhu 35-36 ºC. Dibiarkan selama minimal 18 jam, tetapi

reinkubasi tambahan selama 24 jam diindikasikan jika pada pertumbuhannya

kurang dari perkiraan atau jika hanya terdapat sedikit koloni (Vandepitte

dkk,2010).

Setiap koloni yang telah ditanam pada media Nutrien Agar (NA)

diambil menggunakan jarum ose untuk dipindahkn ke media agar miring untuk

mendapatkan isolat bakteri. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 35-36 ºC selama

±18-24 jam (Vandepitte dkk,2010).

III.4 Pengecatan Gram

Dibuat preparat dari biakan kuman pada media MCA dan EMBA.

Preparat ditetesi dengan cat Gram A Kristal Violet. Dibiarkan selama 1 menit.

Zat warna dibuang dan dicuci dengan air mengalir. Preparat ditetesi dengan cat

Gram B lugol iodine. Dibiarkan selama 1 menit. Zat warna dibuang dan dicuci

dengan air mengalir. Preparat ditetesi dengan cat Gram C alkohol. Dibiarkan
selama 30 detik lalu segrera dibuang. Preparat ditetesi dengan cat Gram D

safranin. Dibiarkan selama 1 menit. Zat warna dibuang dan dicuci dengan air

mengalir. Preparat dikeringkan. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran

lensa objektif 100× 8. Dicatat hasil pengamatan.

III.5 Inokulasi Isolat E coli pada media TSIA

Isolat murni diinokulasi pada media TSIA dengan cara ditusuk pada

bagian dasar dan streak pada bidang miring, kemudian diinkubasi dalam

inkubator selama 24-48 jam. Perubahan warna pada media diamati setelah

inkubasi, apabila media berubah warna menjadi merah menandakan telah

terjadi reaksi alkali (K), jika warna media berubah menjadi kuning menandakan

telah terjadi reaksi asam (A). Pembentukan gas diamati pada bagian dasar

media, apabila terbentuk gas diberi dengan simbol (G). Kemudian diamati

pembentukan H2S pada bagian dasar dan miring, bila H2S terbentuk akan

berwarna hitam (Irianto, 2006)

III.6 Inokulasi Isolat E coli pada media SIM

Sterilkan alat-alat yang digunakan seperti erlenmeyer dan tabung

reaksi pad autoclave selama 15 menit dengan suhu 121oC dengan tekanan 15

psi. Timbang media yang digunakan sebanyak 30g dalam 1 liter. Masukkan

media yang sudah berisi aquades kedalam tabung erlenmeyer dan homogenkan

pada hot plate stirer menggunakan magnetic stirer. Setelah homogen, media
dituang kedalam tabung reaksi dan disterilkan kembali dalam autoclave selama

15 menit. Setelah steril, media dikeluarkan dari autoclave dan dibiarkan dalam

posisi tegak.
DAFTAR PUSTAKA

Hollander I, et al. 2000. Human sar – converting wnzyme (hRCEL) endoproteolytic

activity on K – ras – derived peptides. Anal Biochem 286(1):129 – 37.

Pakpahan, M., Ekowati, C.N., dan K. Handayani. 2013. Karakterisasi Fisiologi Dan

Pertumbuhan Isolat Bakteri Bacillus Thuringiensis Dari Tanah Naungan

Di Lingkungan Universitas Lampung. Lembaga Penelitian Universitas

Lampung.

Riswanto dan Rizki, M. 2015. Urinalisis: Menerjemahkan Pesan Klinis Urine.

Yogyakarta: Pustaka Rasmedia.

Wahyundari, A. 2016. Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Sampel Urine Pada Suhu

2- 8 oC Terhadap Hasil Pemeriksaan Kimia Urine. Skripsi. Yogyakarta :

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai