Anda di halaman 1dari 42

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

SULAWESI BARAT

LAPORAN PENDAHULUAN
PEKERJAAN
LANJUTAN PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI
PERTANIAN TOBADAK
KABUPATEN MAMUJU TENGAH
TAHUN ANGGARAN 2019

KONSULTAN PENGAWAS
Mamuju, 24 September 2019

Nomor : 01/P/TH/TTP/XII/2019
Lampiran : 5 (Lima) Buku

Kepada Yth,
Pejabat Pembuat Komitmen
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sulawesi Barat
Di –
Mamuju

Perihal : LAPORAN PENDAHULUAN

Dengan hormat,

Bersama ini kami sampaikan Laporan Pendahuluan Pekerjaan Pengawasan Pembangunan Taman
Teknologi Pertanian Tahap II, Kaqbupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat, Tahun
Anggaran 2019, berdasarkan Kontrak Nomor : B-1716/PL-240/H.12.33/09/2019, tanggal 24
September 2019.

Demikian kami sampaikan untuk diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Hormat Kami,
CV. Titik Hilang

Rony Hamka,ST
Team Leader
KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan Pengawasan Pembangunan Taman


Teknologi Pertanian Tahap II, Kabupaten Mamuju Tengah, maka CV. TITIK HILANG sebagai
konsultan Pengawas yang tertuang pada kontrak Nomor : B-1716/PL-240/H.12.33/09/2019,
tanggal 24 September 2019, menyampaikan “Laporan Pendahuluan” ini.

Laporan ini berisikan tentang Latar Belakang dan Data Proyek, . Pada laporan ini juga
diuraikan pula mengenai tugas dan tanggung jawab tenaga ahli/tenaga pendukung
metodologi dan Metode kerja konsultan.

Akhirnya dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang memberikan arahan sehingga laporan ini dapat kami selesaikan.

Mamuju, 2019

CV. TITIK HILANG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Laporan pendahuluan ini merupakan laporan awal dari pelaksanaan Pengawasan


Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Tahap II
Laporan Pendahuluan ini berisikan antara lain menjabarkan program kerja,
konsepsi pola pemikiran, metodologi serta sasaran-sasaran yang hendak dicapai
dari pokok-pokok pekerjaan serta memberikan kesempatan kepada konsultan dan
Direksi Pekerjaan untuk menetapkan dan mengukur program kerja dan
merundingkan beberapa perubahan yang penting untuk dipertimbangkan sebagai
hasil dari pembuatan penetapan dan keputusan.

1.2 LATAR BELAKANG


Upaya Pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani dilakukan
melalui berbagai program dan pendekatan. Dan itu tidak hanya dilakukan oleh
satu kementerian. Hampir semua kementerian orintasi kegiatannya ditujukan
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu program yang dijalankan kementerian Pertanian saat ini adalah
Pengembangan Teknologi Pertanian (TTP). Ketika membaca taman, tentu
pikiran kita mengarah pada suatu area atau lokasi yang mengesankan adanya
keindahan dan kenyamanan sehingga seringkali yang namanya taman menjadi
ajang untuk istirahat, menghilangkan kepenatan. Dengan duduk-duduk ditaman,
rasanya kepenatan itu tergantkan oleh kenyamanan yang dirasakan ditaman itu.
Inisiatif munculnya TTP bersumber dari program Jokowi-JK yang dikemas
dalam Nawa Cita yang berisi sembilan agenda prioritas. Salah satunya
"Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional". Untuk
merefleksikan agenda tersebut dirancang pembangunan "Scinece Park dan
Techno Park". Dalam lima tahun ke depan, Bappenas mengagendakan untuk
membangun Science Park dan 100 Techno Park yang dituangkan dalam program
quick win. Dalam merespon kebijakan pembangunan nasional tersebut,
Kementerian Pertanian berencana membangun Agro Science Park (ASP) dan Agro
Techno Park (ATP) di beberapa lokasi.
ASP lebih bernuansa sebagai sumber inovasi teknologi yang dapat diakses oleh
masyarakat pengguna, yang dilengkapi dengan sarana berlatih bagi masyarakat
yang ingin menerapkan inovasi teknologi yang ada. Sedangkan ATP merupakan
wahana penerapan inovasi teknologi langsung di area kawasan lahan pertanian
milik masyarakat, dengan pendampingan intensif dari para peneliti dan penyuluh agar
petani dapat secara terampil menerapkan teknologi modern.
Ketika mengoperasionalkan program tersebut, istilah ASP dan ATP yang terkesan
asing itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. ASP menjadi TSP (Taman
Sains Inovasi) dan ATP menjadi TTP.
TTP yang menjadi fokus tulisan ini, pengertiannya sebagaimana tertulis
dalam panduannya adalah tempat untuk mengembangkan dan menerapkan
inovasi pertanian. TTP diarahkan berfungsi sebagai: a) pengembangan inovasi bidang
pertanian dan peternakan yang telah dikaji, untuk diterapkan dalam skala ekonomi;
b) tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat
advokasi bisnis ke masyarakat luas.
TTP itu merupakan suatu kawasan implementasi inovasi yang telah dikembangkan
pada TSP, berskala pengembangan dan berwawasan agribisnis hulu-hilir yang
bersifat spesifik lokasi dengan kegiatannya meliputi: penerapan teknologi pra
produksi, produksi, panen, pasca panen, pengolahan hasil, dan pemasaran, serta
wahana untuk pelatihan dan pembelajaran bagi masyarakat serta pengembangan
kemitraan agribisnis dengan swasta Dalam bahasa sederhana, dibentuknya TTP
adalah untuk menghilirkan inovasi. Artinya mendekatkan inovasi hasil penelitian dan
pengkajian untuk dekat dengan pengguna. Hasil penelitian dan pengkajian tidak
berhenti hanya menjadi laporan atau jurnal yang tersimpan di perpustakaan. Hasil
penelitian berupa invensi di bawa ke pangguna sehingga menjadi inovasi yang
diharapkan akan memperbaiki teknologi yang selama dilakukan petani,
sehingga akan meningkatkan kinerja usahataninya.
Agar tujuan pembentukan TTP itu memenuhi harapan, tentu dalam pelaksanaan
pembangunan TTP tersebut perlu dilakukan pengawasan oleh konsultan
pengawas agar tujuan dari perencanaan TTP dapat Terlaksana dengan baik. Sarana
dan prasarana pendukung seperti fasilitas bangunan gedung yang memadai
memiliki fungsi memberikan rasa nyaman,baik pada petani, maupun
pendidik, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang
Untuk mewujudkan hal tersebut melalui Balai Penkajian Teknologi
Pertanian Provinsi Sulawesi Barat memandang perlu untuk melibatkan peran
Konsultan Pengawas untuk melaksanakan pengawasan teknis terhadap
pelaksanaan pekerjaan dilapangan,

1.3 MAKSUD, DAN TUJUAN PEKERJAAN


Maksud pekerjaan ini adalah membantu pemilik pekerjaan dalam memantau,
mengawasi, mengelola, mengendalikan, serta mengambil keputusan terkait dengan
pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
Tujuan dilaksanakannya pekerjaan ini adalah Terlaksananya pemantauan status
pekerjaan, koordinasi, komunikasi, kemajuan, permasalahan yang timbul,
pengumpulan data serta informasi, dan lain-lain terkait dengan Pengawasan
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Tahap II. Terlaksananya suatu
mekanisme pengelolaan (manajemen), pengendalian mutu konstruksi, dan
pengawasan (supervisi) terhadap pelaksanaan Pengawasan Pembangunan Taman
Teknologi Pertanian Tahap II

1.4 WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Waktu pelaksanaan Pengawasan Pembangunan Taman Teknologi Pertanian
Tobadak adalah 90 (Sembilan Puluh) hari kalender terhitung sejak diterbitkannya
SPMK Nomor : B-1716/PL.240/H.12.33/09/2019 tanggal 24 September 2019
sampai dengan tanggal 22 Desember 2019.

1.5 LINGKUP PEKERJAAN


Proyek yang memiliki kinerja yang baik salah satunya diakibatkan dari adanya
pengawasan yang baik Pengawasan dalam lingkup kecil adalah upaya agar suatu
pekerjaan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan, dalam
artiluas pengawasan merupakan usaha mengendalikan suatu pekerjaan agar
dicapai hasil yang seoptimal mungkin. Termasuk dalam pengendalian ini adalah
upaya mengawasi,mengarahkan, mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan sehingga
dicapai target kualitas,kuantitas dan waktu
Pengawasan yang dilakukan oleh Konsultan Pengawas secara garis besar
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Kegiatan Pemantauan (monitoring)
Kegiatan Pemeriksaan (validasi)
Kegiatan Pengevaluasian (evaluasi)
Peran ini biasanya dijalankan oleh Konsultan Pengawas yang juga merupakan
wakil dari owner

a. Data Proyek
DATA KONSULTAN SUPERVISI
1. Instansi : B al ai Pe n gkaj ia n Te k no lo gi Pe rt an i an
S ul a we si Ba rat
2. Pekerjaan : Jasa Konsultan Pengawas Taman Teknologi
Pertanian Tahap II
3. Konsultan Supervisi : CV. Titik Hilang

4. Nomor Kontrak : B-1716/PL-240/H.12.33/09/2019

5. Tanggal Kontrak : 24 September 2019

6. Nomor SPMK : B-1717/SPMK-PL.210/09/2019

7. Tanggal SPMK : 24 September 2019 – 22 Desember 2019

8. Periode Supervisi : 90 (Sembilan Puluh) hari Kalender

DATA KONTRAKTOR
1. Instansi : B al ai Pe n gkaj ia n Te k n ol ogi Pe rta n ia n
Su l a we si Ba rat
2. Pekerjaan : Pembangunan Taman Teknologi Pertanian
Sulawesi Barat
3. Lokasi Proyek : Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah

4. Kontraktor Pelaksana : CV. Bintang Mandiri


5. Nomor Kontrak : B-1718/PL-240/H.12.33/09/2019
6. Tanggal Kontrak : 24 September 2019
7. Waktu Pelaksanaan : 90 (Sembilan Puluh) hari Kalender
b. Uraian Kegiatan
Kegiatan Konsultan Supervisi meliputi kegiatan pengawasan terhadap kegiatan
pembangunan Taman Teknologi Pertanian Tobadak yang meliputi tahapan
masa persiapan pelaksanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan
pembangunan.

c. Batasan Kegiatan
a) Melakukan pemantauan status pekerjaan pengembangan pembanugunan
kawasan permukiman hari per hari.
b) Melakukan pengumpulan data, analisis, dan pelaporan secara rutin (harian,
mingguan, dan bulanan) pelaksanaan kemajuan pekerjaan pembangunan
prasarana dan sarana transportasi kawasan permukiman.

c) Melakukan pemeriksaan lapangan dengan dibuktikan dokumentasi visual


(foto) pada kemajuan pelaksanaan pekerjaan fisik 0 %, 25 %, 50 %, dan
100 %.
d) Melakukan fungsi pengelolaan (manajemen) proyek, pengendalian terhadap
pelaksanaan Pengawasan Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Tahap
II, Propinsi Sulawesi Barat dalam hal ini meliputi pemantauan persiapan
pelaksanaan pekerjaan, melakukan analisis kondisi pekerjaan, analisis potensi
risiko atau kemungkinan yang akan timbul, memberikan masukan dan
nasihat kepada berbagai pihak yang terkait dalam hal bidang teknis dan non
teknis.

d. Jenis Pekerjaan yang akan di laksanakan oleh pelaksana/kontraktor


1. Pekerjaan Gapura Selamat Datang
2. Pekerjaan Pos Jaga
3. Pekerjaan Gedung Processing
4. Pekerjaan Tempat Pembibitan
5. Pekerjaan Rumah Dinas
6. Pekerjaan Lanjutan Sclupture
7. Pekerjaan Jalan Penghubung
1.6 Indikator Keluaran dan Pelaporan
a. Indikator Keluaran
Hasil yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah terlaksananya fungsi pengendalian,
pemantauan, dan pendataan terhadap kegiatan Pengawasan Pembangunan
Taman Teknologi Pertanian Tahap II propinsi Sulawesi Barat.

b. Pelaporan
Pelaporan yang dihasilkan supervisi konstruksi pembangunan kawasan
permukiman. Yang tahapan laporannya meliputi:
a. Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi antara lain latar belakang kegiatan, ruang lingkup,
pendekatan, metodologi dan strategi pelaksanaan pekerjaan, organisasi
pelaksana, serta rencana dan jadwal kegiatan. Laporan diserahkan 1 (satu)
bulan sejak diterbitkan SPMK sebanyak 5 eksemplar.
b. Laporan Bulanan
Antara lain kemajuan pelaksanaan pekerjaan, analisis permasalahan,
rencana kerja, dan lain-lain terkait aspek teknis dan manajemen konstruksi
masing-masing pelaksanaan pekerjaan pembangunan infrastruktur. Laporan
diserahkan setiap satu bulan sejak akhir bulan kedua pelaksanaan pekerjaan
(3 bulan sejak terbit SPMK) sebanyak 5 eksemplar. Laporan diserahkan
pada pemilik pekerjaan (Balai Pengembangan Teknologi Pertanian
Sulawesi Barat).
c. Laporan Akhir
Laporan ini berisi kemajuan pelaksanaan pekerjaan terakhir, analisis dan
pembahasan seluruh rangkaian dan aspek pekerjaan supervisi sebanyak 5
eksemplar. Laporan diserahkan pada pemilik pekerjaan (Balai
Pengembangan Teknologi Pertanian Sulawesi Barat).
Gambar 1.1 Lokasi Pengawasan Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Tahap II

LOKASI
PROYEK
BAB II
PEKERJAAN AWAL

1.1 Berta Acara Mutual Chek 0%


Sebelum Pelaksanaan dimulai dari Pihak Konsultan, Pelaksana dan pihak Proyek
terlebih dahulu melakukan suvey awal dilapangan dan membuat berita acara
Pemeriksaan Lapangan sesuai keadaan dilapangan dapat kita lihat pada lampiran ini

2.3 Shop Drawing


Pengambaran Awal yang dilaksanakan oleh Kontraktor sebelum pelaksanaan sesuai
dengan kondisi dilapangan dapat kita lihat pada lampiran berikut :

2.4 Berita Acara Panitia Pelaksana Kontrak


Dari hasil Pengukuran dan back up data MC 0% kita dapat membahas bersama
kepada pihak proyek dan pihak yang berkaitan dengan proyek ini maka dapat kita
simpulkan hasil pembahasan yang akan dilaksanakan dilapangan seperti yang
tercantum berita acara Panitia Pelaksana Kontrak ( terlampir)

2.5 Photo-Photo MC 0%
Dokumentasi Awal sangat perlu dilakukan sebelum Pelaksanaan dimulai maka dari itu
pihak konsultan dan pelaksana melampirkan photo-photo 0% untuk Melaporkan kepada
pihak Proyek, seperti yang terlampir.
BAB III
GAMBARAN UMUM

2.1. Gambaran Umum Kabupaten Mamuju Tengah


2.1.1. Kondisi Geografis dan Iklim
Secara astronomis, Kabupaten Mamuju Tengah pada posisi 10
47’ 82’’ - 20 17’ 31’’ Lintang Selatan dan 1190 08’ 13’’ - 1190
24’ 08’’ Bujur Timur
Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Mamuju Tengah memiliki
batas-batas: Utara – Kabupaten Mamuju Utara; Selatan – Kabupaten
Mamuju; Barat – Selat Makassar; Timur – Provinsi Sulawesi Selatan.
Kabupaten Mamuju Tengah terdiri dari 5 kecamatan, yaitu Kecamatan
Pangale, Kecamatan Budong Budong, Kecamatan Tobadak, Kecamatan
Topoyo dan Kecamatan Karossa.
Kabupaten Mamuju Tengah terletak di Provinsi Sulawesi Barat pada
posisi 10 47’ 82’’ – 20 17’ 31’’ Lintang Selatan dan 1190
08’ 13’’ – 1190 24’ 08’’ Bujur Timur. Kabupaten Mamuju Tengah
memiliki luas wilayah sebesar 3.014,37 km2 yang secara administratif
terbagi ke dalam lima kecamatan. Kecamatan yang paling luas
wilayahnya adalah Kecamatan Karossa dengan luas
1.093,54 km2 atau 36,28 persen dari luas wilayah Kabupaten Mamuju
Tengah. Sementara, kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah
Kecamatan Pangale dengan luas 115,69 km2 atau
3,84 persen.
Tiga dari lima kecamatan yang terdapat di Kabupaten Mamuju Tengah
dilintasi oleh sungai. Tiga kecamatan tersebut adalah Kecamatan Budong-
Budong, Kecamatan Pangale, dan Kecamatan Karossa. Kecamatan yang
paling banyak dilintasi sungai adalah Kecamatan Budong-Budong dengan
4 sungai yang melintasinya.
Wilayah Administrasi
Mamuju Tengah merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten
Mamuju yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14
Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah
Otonomi Baru (DOB).
Kabupaten Mamuju Tengah yang ibukotanya terletak di Kecamatan
Tobadak, sejak berdirinya hingga kini tetap terdiri atas lima kecamatan,
54 desa dan dua UPT. Kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah
Kecamatan Topoyo, yaitu sebanyak
15 desa. Sedangkan Kecamatan Tobadak yang terdiri atas 8 desa
merupakan Kecamatan dengan jumlah desa terkecil di Kabupaten Mamuju
Tengah.
Kependudukan
Data penduduk tahun 2016 yang disajikan pada bab ini adalah angka
estimasi penduduk yang dihitung berdasarkan proyeksi penduduk. Jumlah
penduduk Kabupaten Mamuju Tengah pada tahun 2016 adalah 124.380
jiwa yang terdiri atas 64.157 laki-laki dan 60.223 perempuan. Pada
periode yang sama, diperkirakan terdapat sekitar 28.056 rumah tangga
dengan rata-rata banyaknya anggota rumah tangga sekitar 4,43 orang.
Pada 2016, kepadatan penduduk Kabupaten Mamuju Tengah mencapai
41,26 jiwa per km2. Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk
tertinggi adalah Kecamatan Budong Budong dengan kepadatan penduduk
109,82 jiwa per km2. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Mamuju
Tengah di atas 100. Ini berarti jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten
Mamuju Tengah lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan.
Semua kecamatan memiliki angka rasio jenis kelamin di atas 100.

Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah sebuah modal bagi pembangunan suatu bangsa.
Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami
perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pada tahun
2015 di Kabupaten Mamuju Tengah terdapat 82.519 penduduk usia
kerja. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi
disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Kabupaten Mamuju Tengah pada tahun 2015 sebesar 72,91 persen.
Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka pada tahun 2015 sebesar 2,92
persen.
Pada Tabel 3.2.1 menunjukkan bahwa penduduk yang memiliki kegiatan
bekerja seminggu yang lalu pada tahun 2015 mencapai
58.415 orang atau 97,08 persen terhadap jumlah angkatan kerja.
Sementara penduduk yang sedang mencari pekerjaan masih
sekitar 1.754 orang. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan yang
tertinggi yang ditamatkan, 45.407 penduduk yang bekerja memiliki latar
belakang pendidikan SMP ke bawah.
Pendidikan
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah
adalah tersedianya cukup sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Partisipasi penduduk bersekolah disajikan berdasarkan persentase
penduduk berumur 7-24 tahun yang tidak/belum pernah bersekolah, masih
bersekolah, dan tidak bersekolah lagi. Secara umum, persentase
penduduk berumur 7-
24 tahun yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 1,53 persen. Apabila
dibandingkan menurut jenis kelamin, persentase penduduk laki-laki yang
tidak/belum pernah sekolah lebih banyak dari persentase penduduk
perempuan, yaitu 2,09 persen berbanding 0,92 persen.
Ketersediaan fasilitas pendidikan akan sangat menunjang dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Tabel 4.1.3 sampai dengan Tabel
4.1.9 memuat data tentang jumlah murid, sekolah, dan guru dari tingkat
sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah sampai sekolah menengah
(SMA dan SMK) dan Madrasah Aliyah, yang bersumber dari Dinas
Pendidikan Kabupaten Mamuju Tengah dan Kementerian Agama
Kabupaten

Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan
kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik
maka terjadi peningkatan kesejahteraan. Ketersediaan sarana kesehatan
akan sangat menunjang peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Pada
tahun 2016 terdapat 1 rumah sakit, 10 puskesmas, 41 puskesmas
pembantu,
31 poskesdes, dan 152 posyandu di Kabupaten Mamuju Tengah. Sedangkan
jumlah tenaga kesehatan dapat dilihat pada Tabel
4.2.2. Salah satu upaya untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana (KB).
Pada tahun 2016, jumlah klinik KB mencapai 10 klinik. Jumlah peserta KB
aktif mencapai 14.882 perserta atau 68,11 persen jika dibandingkan jumlah
pasangan usia subur.

Agama
Pada tahun 2016, jumlah tempat peribadatan seperti masjid, mushola, gereja,
pura, dan vihara di Kabupaten Mamuju Tengah masing-masing sebanyak 189,
81, 48, 22, dan 1 buah Jumlah penduduk menurut agama yang dianut 1
Pada tahun 2016 jama’ah haji yang diberangkatkan ke Tanah Suci sebanyak
56 orang. Ditinjau menurut kecamatan, jumlah jamaah haji paling banyak
berasal dari Kecamatan Topoyo.

Kemiskinan
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis
kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada tahun
2016, garis kemiskinan sebesar Rp.
215.769 per kapita per bulan. Sedangkan, jumlah penduduk miskin
mencapai 8,43 ribu orang atau 6,83 persen dari seluruh penduduk
BAB IV
METODOLOGI DAN PENDEKATAN PELAKSANAAN

4.1. PENDEKATAN PELAKSANAAN


Pendekatan pelaksanaan pekerjaan meliputi :
1. Pekerjaan Persiapan.
2. Pekerjaan Lapangan.
3. Membuat kajian permasalahan Lapangan dan melaporkan ke Pengguna Jasa dan
Direksi.
4. Melakukan Check terhadap review dan modifikasi desain yang dibuat
kontraktor.
5. Menyiapkan produk laporan supervisi, review/modifikasi desain dan manual
OP.

4.2. KEGIATAN PERSIAPAN


Dalam tahap kegiatan pekerjaan persiapan akan mencakup pekerjaan evaluasi data
perencanaan terhadap kondisi lapangan yang ada, proses mobilisasi Kontraktor dan
koordinasi awal, dengan detail aktivitas sebagai berikut :

4.2.1. Pertemuan Awal


Pertemuan awal sebelum memulai kegiatan di lapangan ketiga pihak pelaku
proyek, yaitu Pihak Pemberi Pekerjaan, Konsultan dan Kontraktor mengadakan
koordinasi awal, koordinasi kerja diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan
pekerjaan serta mencapai hasil pekerjaan yang sebaik-baiknya. Untuk itu
diperlukan kejelasan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-
masing pihak. Dalam hal ini konsultan supervisi memberikan nasehat dan
sasaran penyelesaian masalah serta administrasi proyek. Selanjutnya
koordinasi yang erat selama periode pelaksanaan konstruksi dilakukan dengan
mengadakan pertemuan berkala secara teratur.
Hal penting dalam koordinasi awal adalah mencakup semua persiapan
yang akan dilakukan oleh masing-masing pihak. Pekerjaan perisiapan
tersebut mencakup:
a. Organisasi dari masing-masing pelaku proyek (Pemberi Pekerjaan,
Konsultan dan Kontraktor) telah ada dan dipahami dan disepakati jalur
koordinasinya.
b. Pembahasan mengenai spesifikasi teknis yang kurang jelas dan kurang
dimengerti.
c. Bentuk serta jenis/ macam pelaporan dan system serta batas waktu
pelaporan hendaknya telah dijelaskan dalam pertemuan awal.
d. Wewenang dan tanggung jawab serta segala sangsi yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan dibahas dengan jelas.
e. Menentukan waktu untuk kunjungan bersama ke lokasi, menentukan
batas awal serta akhir proyek serta survey lapangan dengan kondisi
saat ini sebagai bahan dalam diskusi lanjutan dan menentukan metode
kerja selanjutnya.

4.2.2. Evaluasi Dokumen Kontrak


Konsultan akan melakukan pengecekan secara detail terhadap seluruh
kelengkapan data yang ada akan dipergunakan sebagai acuan pelaksanaan
konstruksi antara lain :
a. Persyaratan Kontrak
b. Spesifikasi Teknis
c. Gambar Rencana
Dalam hal ini konsultan memberikan catatan tambahan yang mungkin
masih diperlukan sebagai penjelasan detail yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan konstruksi.

4.2.3. Mobilisasi Kontraktor


Pelaksanaan konstruksi akan terselenggara dengan baik apabila didukung
dengan personil, peralatan dan perlengkapan teknis lainnya, secara
lengkap dengan kondisi baik serta tepat waktu dalam pengadaannya.

Untuk itu Konsultan akan memeriksa dan memberikan saran-saran yang


mencakup proses mobilisasi berikut ini :
a. Rencana Lay out Base Camp
b. Mobilisasi Personil dan Peralatan Kantor
Selain dari pada itu, Konsultan akan mengevaluasi secara detail terhadap
rencana kerja kontraktor seperti berikut :
 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
 Rencana Anggaran Biaya
 Metode Pelaksanaan
 Metode Pengujian mutu dan pekerjaan terlaksana
 Sistem pelaporan
 Rapat Koordinasi
Konsultan akan memeriksa, membuat koreksi perbaikan dan memberi
usulan agar diperoleh efisiensi waktu dan biaya pelaksanaan konstruksi
dengan pertimbangan yang dapat diterima secara teknis.

4.2.4. Persiapan Konsultan Supervisi


Konsultan akan menyiapkan format standar untuk dipergunakan dalam
pelaksanaan pengawasan pekerjaan konstruksi berupa format :
a. Laporan harian dan mingguan Inspector
b. Laporan Pengujian mutu bahan dan pekerjaan terlaksana
c. Pengukuran topografi
d. Pengukuran dan perhitungan kuantitas pekerjaan
e. Permohonan dan Persetujuan melaksanakan pekerjaan
f. Korespondensi Proyek

4.3. PENGAWASAN
Upaya Pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani dilakukan

satu kementerian. Hampir semua kementerian orintasi kegiatannya ditujukan


pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu program yang dijalankan kementerian Pertanian saat ini adalah
Pengembangan Teknologi Pertanian (TTP). Ketika membaca taman, tentu
pikiran kita mengarah pada suatu area atau lokasi yang mengesankan adanya
keindahan dan kenyamanan sehingga seringkali yang namanya taman menjadi
ajang untuk istirahat, menghilangkan kepenatan. Dengan duduk-duduk
ditaman, rasanya kepenatan itu tergantkan oleh kenyamanan yang dirasakan
ditaman itu.
Inisiatif munculnya TTP bersumber dari program Jokowi-JK yang dikemas
dalam Nawa Cita yang berisi sembilan agenda prioritas. Salah satunya
"Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional".
Untuk merefleksikan agenda tersebut dirancang pembangunan "Scinece Park
dan Techno Park".. Dan menyediakan prasarana yang cukup bila terjadi adanya
pola pengangkutan dimasa yang akan datang.

4.4. STANDAR TEKNIS DAN APRESIASI PROYEK


Dalam Pekerjaan Pengawasan, standar teknis yang digunakan dalam pekerjaan fisik
mengacu pada standar yang dikeluarkan Ditjen Cipta Karya.
Konsultan akan meyakinkan Direksi Teknik dan Kontraktor akan filosofi dari
program pembangunan,
Secara khusus konsultan akan memberikan pengertian kepada semua personil
yang terlibat dilapangan bahwa Dokumen Kontrak didasarkan pada perencanaan
yang disederhanakan, hal ini dimaksudkan agar setiap pekerjaan yang dilaksanakan
senantiasa cocok/sesuai dengan keadaan dilapangan dan dapat dilaksanakan sesuai
persyaratan-persyaratan yang dikehendaki dalam dokumen kontrak fisik, oleh karena
itu Konsultan akan membuat review design apabila diperlukan dengan mengacu
kepada :
a) Metodologi perencanaan yang digunakan
b) Dokumen Tender Jasa Konstruksi
c) Spesifikasi teknis yang berlaku.
Secara umum, supervisi pelaksanaan kontruksi yang dilakukan antara lain :
 Menjamin bahwa semua pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan oleh
kontraktor sesuai dengan disain, spesifikasi teknik, dan dokumen kontrak
lainnya.

 Menjamin telah dilaksanakannya semua pekerjaan teknis dilapangan, sesuai


dengan dana yang tersedia dalam kontrak

4.5. KOMPONEN PROYEK


Konsultan memahami bahwa komponen utama proyek terdiri dari :
 Feasibility (Study Kelayakan)
 Final Engineering Design Review (Tinjauan Rancangan Bangun)
 Final Engineering Design (Rancang Bangun)
 Persiapan proyek yang mengarah pelaksanaan kontruksi.
 Supervisi pelaksanaan konsultan sesuai yang dikehendaki oleh Kerangka
Acuan Kerja (KAK)
 Bantuan dan dukungan oleh BPTP setempat pada pengawasan terhadap
pekerjaan TTP
 Jaminan kualitas bahwa pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan sesuai
dengan rancang bangun yang telah disetujui dalam dokumen kontrak.
 Persetujuan terhadap perhitungan volume pekerjaan dan memeriksa serta
menyetujui perhitungan sementara dan akhir kontraktor
 Penyusunan laporan rutin kemajuan proyek (fisik, finansial)

4.6. STUDY PENDAHULUAN


Segera setelah diterbitkan Surat Perintah Kerja (SPMK), maka konsultan
akan memulai pengadaan jasanya dengan mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
 Mempelajari dokumen kontrak dari proyek yang akan diawasi
 Mengumpulkan dan me-review data yang tersedia
 Field investigation (Peninjauan lapangan)
 Mempelajari desain dan lingkup pekerjaan fisik serta menyiapkan program
kerja pelaksanaannya.

4.7. STUDY PEKERJAAN FISIK


Pada tahapan ini ada beberapa hal yang perlu di koordinasikan terlebih
dahulu antara kontraktor, konsultan dan pemimpin bagian proyek guna
mendapatkan dan menetapkan program kerja pelaksanaan fisik antara lain :
 Schedule mobilisasi peralatan yang sesuai dengan kebutuhan

 Manajemen alat berat, termasuk kapasitas alat minimum yang bisa diperlukan,
jumlah alat, jenis alat dan penempatan alat.
 Penentuan Base Camp Kontraktor,
 Detail Rencana Kerja Kontraktor yang mencakup antara lain :
- Metode pelaksanaan kontruksi
- Penentuan / perhitungan volume
pekerjaan
- Perhitungan waktu dan kapasitas alat minuman, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang tertentu, dalam kontark.
- Time schedule berupa Bachart “S”.
Detail rencana kerja ini dibahas bersama antara kontraktor, konsultan dan PPK
yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman pelaksanaan dilapangan.

4.8. REKAYASA LAPANGAN


Pihak konsultan akan mengarahkan pihak kontraktor dalam menyediakan
seluruh kebutuhan tenaga ahli teknik dan peralatan guna keperluan melayani
penanganan pekerjaan kontruksi sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan
seperti menyangkut masalah mutu, performance, dan ukuran-ukuran yang
dipersyaratkan.

4.8.1 Survey Lapangan dan Evaluasi Existing


Sebelum pekerjaan pengukuran atau survey dimulai, kontraktor harus
mempelajari gambar kerja yang ada dalam kontrak dan berkonsultasi dengan
konsultan supervisi, kemudian memperbaiki serta mengoreksi setiap kesalahan
yang ada.
Pada pekerjaan survey lapangan kontraktor harus mengerahkan personil
tekniknya melakukan survey lapangan bersama-sama dengan Konsultan dan
Direksi Teknik

4.8.2 Penentuan Titik Pengukuran


Bila menurut pertimbangan Direksi Teknik diperlukan memasang patok secara
tetap (Bench Mark), maka kontraktor harus memasang dan mengukur secara
teliti Patok Permanen pada lokasi tertentu sepanjang proyek untuk
memungkinkan perancangan kembali, pengukuran ketinggian dari perkerasan
atau penentuan titik dari pekerjaan yang akan dilakukan.

4.9. STANDAR RUJUKAN

Merupakan kewajiban dan tanggung jawab kontraktor agar seluruh material


yang akan digunakan setiap item pekerjaan harus dapat memenuhi atau melebihi dari
yang dipersyaratkan dalam spesifikasi dan juga disyaratkan didalam Dokumen
Kontrak atau karena adanya permintaan tertulis dari Direksi Teknik, untuk
menyerahkan kepada Direksi Teknik seluruh bukti-bukti yuang diperlukan bahwa
bahan atau hasil kerja, atau kedua-duanya memenuhi atau melampaui persyaratan
pada spesifikasi.
Adapun standar rujukan (nara sumber) yang biasa dipakai tetapi tidak terbatas
pada standar yang telah dirumuskan oleh badan-badan dan organisasi-organisasi
berikut :
SNI : Standar Normalisasi Indonesia
AASHTO : Standar dari Bahan Jalan Raya dan Angkutan
AS ACI : Standar Institut Beton AS
ASTM : Standar dari Badan Penguji dan Material AS

4.10. JADWAL PELAKSANAAN KONTRUKSI


Jadwal pelaksanaan kontruksi diperlukan untuk perencanaan pelaksanaan dan
pemantauan pekerjaan yang benar. Jadwal tersebut diperlukan untuk menguraikan
aktivitas pekerjaan dan kemajuan keuangan.
Dalam batas waktu yang ditentukan pada syarat-syarat umum kontrak, maka
kontraktor harus telah menyiapkan Jadwal Pelaksanaan Kontruksi tersebut, yang
harus diserahkan dan mendapat persetujuan dari Direksi, dengan terlebih dahulu dicek
oleh konsultan dan harus dapat mempercepat memperlihatkan urutan kegiatan
pelaksanaan pekerjaan fisik, serta kemajuan keuangan.
Jika kemajuan fisik atau keuangan pada waktu pelaksanaan pekerjaan terdapat
perbedaan lebih 20% dari jadwal yang direncanakan atau bila ada tanda-tanda terjadi
perubahan kuantitas yang menyolok akibat diterbitkannya “Change Order” atau
“Addendum”, maka harus dilakukan perbaikan terhadap Jadwal Pelaksanaan
Konstrusi tersebut.
Pada saat penyerahan perbaikan Jadwal pelaksanaan konstruksi, maka harus
dibuat penjelasan mengadakan perbaikan yang harus meliputi :
a. Uraian dari perbaikan, termasuk pengaruh pada seluruh jadwal karena adanya
perubahan cakupan, revisi dalam kuantitas dan lamanya aktivitas serta perubahan
lainnya yang dapat mempengaruhi jadwal pelaksanaan dan keuangan.

b. Pembangunan mengenai masalah yang dihadapi, termasuk faktor-faktor


penghambat yang ada yang diperkirakan akan timbul sertta dampaknya
c. Tindakan perbaikan yang diambil atau diusulkan dan pengaruhnya.
d. Tindakan perbaikan yang diambil atau diusulkan dan pengaruhnya.
4.11. LINGKUP PELAYANAN PENGAWASAN
4.14.1 Umum
Konsultan diisyaratkan untuk kerja penuh waktu dalam pemberian
saran kepada pelaksana pekerjaan atau memberikan advis dalam pengawasan
pada konstruksi dan pelaksanaan kontrak-kontrak.
Konsultasi akan menentukan dengan jelas dan spesifik, luas dan dalam
cakupan kerja pengawasan dalam penugasan ini, dan akan
mengkonfirmasikan tingkat pelayanan dan atau masukan-masukan dari yang
disyaratkan untuk kepastian cakupan pengawasan dan pemeriksaan.
Konsultan akan mengusulkan pendekatan Quality Assurance secara rinci,
termasuk teknologi, prosedur dan dokumentasi (rekaman komputer).
Konsultan akan diwajibkan melaksanakn dan membantu dengan
kegiatan rutin sebagai berikut :
a. Konsultan bertanggung jawab dalam memberitahukan kepada kontruktor
hal-hal baru, perbaikan rencana, dan dokumen-dokumen.
b. Penyebaran dari instruksi-instruksi di lapangan memperhatikan
interpretasi dari rencana, dan spesifikasi atau meliputi khusus yang masuk
dalam kontrak. Instruksi-instruksi dicatat rangkap tiga yang diberikan
kepada kontraktor, konsultan dan manajer proyek.

4.14.2 Konsep Dasar Dalam Supervisi Pekerjaan Fisik


Tujuan supervisi pekerjaan fisik yaitu untuk mencapai hasil pekerjaan
fisik khususnya pekerjaan konstruksi jalan yang optimal sesuai dengan
spesifikasi teknis dan berwawasan lingkungan.
Keberhasilan pengendalian kualitas/mutu pekerjaan kontruksi di
lapangan akan sangat banyak memberikan manfaat yaitu tercapainya
kemungkinan kinerja jalan seperti yang telah direncanakan sedangkan apabila
pengendalian mutu dilapangan berjalan tidak baik akan memberikan kerugian
yang cukup besar. Untuk mencapai keberhasilan pengndalian kualitas (mutu)
dilapangan, ada beberapa faktor yang harus dipenuhi antara lain :
A. Adanya spesifikasi pengendalian mutu yang baik.
Dengan adanya spesifikasi yang lengkap, isinya jelas dan sesuai dengan
standar yang berlaku, akan memberikan kemudahan bagi kontraktor
dalam melaksanakan pekerjaan dan bagi pengawas dalam pengawasan
dilapangan.
Spesifikasi pengendalian mutu yang baik mencakup :
a. Jenis/nama pekerjaan/pengujian
b. Metode pemeriksaan / pengujian yang harus dilaksanakan
c. Frekuensi dan jumlah pemeriksaan
d. Standar mutu yang harus dipenuhi
e. Toleransi hasil yang masih dapat diterima
B. Cakupan pengendalian mutu yang harus dilaksanakan
Cakupan pengendalian mutu yang harus dilaksanakan di lapangan
mencakup :
a. Pengendalian mutu yang berkaitan dengan dimensi atau geometri dari
hasil pekerjaan seperti lebar, tinggi, tebal, kemiringan dan lain-lain.
b. Pengendalian mutu yang mencakup proporsi dari bahan baku seperti
gradasi bantuan, faktor air semen, dan lain-lain.
c. Pengendalian mutu yang mencakup kualitas dari bahan baku, bahan
olahan dan pekerjaan jadi seperti nilai kuat tekan beton dan lain-lain
C. Peralatan yang digunakan
Ketetapan dan kondisi jenis peralatan yang digunakan pada saat
pemeriksaan di laboratorium maupun yang dilakukan di lapangan.
D. Kemampuan dan kejujuran personil pengawas
Kemampuan personil mengenai tahapan dan pelaksanaan pemantauan
serta kejujuran personil dalam pelaksanaan sangat menentukan mengenai
kevalidan dari hasil pemantauan yang dilaksanakan.

4.14.3 Pelayanan Pengawasan


Untuk keperluan supervisi lapangan, Konsultan akan membentuk team
pengawas (Field Supervisi Team)
Standar Teknis dan Apresiasi Proyek, secara umum, supervisi pelaksanaan
kontruksi yang dilakukan antara lain :

 Menjamin bahwa semua pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan oleh


kontraktor sesuai dengan disain, spesifikasi teknis dan dokumen kontrak
lainnya.
 Menjamin telah dilaksanakan semua pekerjaan teknis dilapangan, sesuai
dengan dana yang tersedia dalam kontrak.
Dalam hal pengawasan (Supervisi) sektor jalan dan jembatan, ada beberapa
tahap yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Tahap Sebelum Pelaksanaan Pengawasan
- Segera setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dikeluarkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen , pihak konsultan akan memobilisasi
personilnya. Mobilisasi Team Supervisi akan disesuaikan dengan
kebutuhan dan jadwal pemakaian tenaga.
- Menguasai semua data dan dokumen / kontrak pelaksanaan dan
mengevaluasi kelengkapannya serta membantu Pemimpin Proyek.
- Mengambil foto-foto dokumentasi sesuai petunjuk Pinpro/Pinbagpro
sebagai dokumentasi sebelum pelaksanaan (0%).
2. Tahap Masa Pelaksanaan Pengawasan Pekerjaan Fisik
Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus mengajukan Request
(permohonan) kepada konsultan dan direksi Teknik, yang berisikan antara
lain :
- Jenis pekerjaan yang dilaksanakan lokasi pekerjaan
- Lokasi pekerjaan
- Waktu pelaksanaan
- Peralatan yang akan digunakan
- Estimasi volume pekerjaan
- Material yang akan dipergunakan

Konsultasi akan memeriksa, mengawasi dan melakukan pengendalian


pelaksanaan serta memberikan advis teknis agar pekerjaan dapat
memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh spesifikasi.
a. Pengawasan dan pengendalian progress, kuantitas, kualitas dan
keamanan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dan disain.
b. Memeriksa dan menyetujui bahan-bahan konstruksi yang akan
digunakan oleh kontraktor.

c. Melakukan inspeksi bagi setiap pekerjaan yang dikerjakan oleh


kontraktor.
d. Menolak material dan pekerjaan yang tidak memenuhi syarat
(spesifikasi)
e. Memeriksa dan mensertifikasi pembayaran hasil pekerjaan kontraktor.
f. Melaksanakan “Final inspection” terhadap semua pekerjaan yang
dilaksanakan oleh kontraktor dan menertibkan sertifikasi penyelesaian
pekerjaan
Jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor adalah yang tercantum
didalam Bid Schedule kontrak pembotongan fisik yaitu yang terdapat
pada mata pembayaran /pay-item sesuai dengan kontrak.
Pada setiap item pekerjaan fisik, didalam spesifikasi disebutkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Uraian
Menerangkan uraian dan pengertian bagi setiap item pekerjaan
b. Toleransi
Menjelaskan toleransi terhadap : batas-batas yang diperkenankan
mengenai atau pengukuran, pengujian, toleransi pada waktu
pelaksanaannya.
c. Pembatasan Cuaca
Menerangkan kondisi cuaca, dapat tidaknya pekerjaan dilaksanakan.
d. Material
 Jenis bahan / material yang dapat digunakan
 Kualitas dan persyaraan material

 Test-test laboratorium dan lapangan yang harus dilaksanakan


 Sumber material e.
Campuran
 Macam bahan dan campuran
 Proporsi atau perbandingan campuran
 Test laboratorium dan lapangan
 Kualitas dan persyaratan campuran f.
Peralatan
 Jenis, jumlah dan kapasitas minimum alat yang digunakan
 Pengoperasian alat

 Persyaratan peralatan yang dapat digunakan


g. Pembuatan dan produksi campuran
 Persiapan, cara dan metode pembuatan campuran
 Cara pengangkutan dan pengiriman campuran ke lapangan.
h. Penempatan campuran
 Persiapan tempat kerja
 Alat bantu untuk penempatan campuran
 Cara dan metode penempatan campuran sampai menghasilkan
produk akhir
i. Test dan Pengendalian Mutu
 Pelaksanaan dan metode tes laboratorium
 Pelaksanaan dan metode test lapangan
 Pemeriksaan produk akhir, permukaan elevasi, kemiringan,
ketebalan, kerataan dan lainnya seperti yang sipersyaratkan
j. Pengukuran dan Pembayaran
 Cara metode pengukuran : panjang, lebar, luas, volume, berat,
buah, lumpsum dan sebagainya.
 Batasan kualitas dan kuantitas yang bisa diterima
 Cara pembayaran, koreksi pembayaran dan sebagainya.
3. Tahap Akhir Pelaksanaan Pengawasan
 Mencatat, menyimpan, mengevaluasi, menyajikan semua data yang
diperlukan dan memberikan rekomendasi kepada pinbagpro untuk
dapat dilakukannya serah terima sementara pekerjaan (PHO), masa
pemeliharaan dan serah terima akhir (FHO)
 Menyiapkan dan menyajikan laporan akhir termasuk gambar hasil
nyara pelaksanaan pekerjaan kepada Pemimpin Proyek
 Membuat daftar hal-hal yang dianggap penting untuk pedoman PPK
untuk memantau hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan
pekerjaan.

4.14.4 Aktifitas Pengawasan


a. Memeriksa dan menyetujui Rencana Pelaksanaan Fisik Rencana dan realisasi
pelaksanaan fisik dibuat dan diperiksa oleh Kosultan awal bulan pertama
pelaksanaan.
b. Memeriksa Program Mobilisasi Sesuai dengan penawaran kontraktor maka pihak
konsultan juga telah memeriksa program mobilisasi kontraktor yang meliputi
pembelian atau sewa menyewa tanah, peralatan, fasilitas kontraktor seperti base
camp, kantor lapangan dan barak kerja. Fasilitas Direksi berupa bangunan
laboratorium dan peralatan laboratorium, papan proyek dan lain-lain.
c. Pemeriksa dan menyetujui gambar-gambar kerja
Karena gambar yang tersedia pada umumnya dalam bentuk typical pada
saat tender, maka pihak kontraktor harus membuat gambar kerja dan
rencana tertulis sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
tercantum dalam Dokumen Kontrak antara lain :
 Perincian urutan pekerjaan, jadwal pengajuan gambar kerja serta
metode pelaksanaan kontruksi, yang mencerminkan pekerjaan yang
akan dilaksanakan dengan ketergantungan pekerjaan satu dengan yang
lainnya.
 Schedule ini penting, karena merupakan pedoman sebagaimana kita
melaksanakan suatu pekerjaan.
 Shop drawing dibuat dan disiapkan oleh kontraktor, diperiksa oleh
konsultan supervisi.
d. Pemotongan dan Pembayaran Kembali Jaminan Pemeliharaan
Pada setiap pembayaran sertifikat bulanan, ditahan 5% sebagai jaminan
pemeliharaan terhadap total sertifikat bulanan dan akan dibayarkan
kembali setelah selesainya masa pemeliharaan.
e. Membuat Concract Change Order
Perubahan-perubahan atas pekerjaan dapat terjadi karena prakarsa Direksi
Teknik atau prakarsa dari kontraktor, dimana persetujuannya. Dilaksanakan
melalui Concract Change Order dan ditanda tangani oleh kedua belah
pihak, dimana penelitian dan pembuatannya dibantu oleh konsultan.
Jika dasar dari pembayaran yang ditetapkan dengan memakai CCO,
menyebabkan terjadinya perubahan pada struktur harga satuan mata
pembayaran atau diperkirakan menyebabkan terjadinya perubahan dalam

jumlah harga kontrak, maka CCO tersebut harus dinegosiasikan dan


dibuat dalam bentuk addendum.
f. Show Cause Meeting
Dalam dokumen kontrak ditentukan bahwa jika terjadi keterlambatan
pekerjaan melebihi batas-batas yang telah ditentukan, maka perlu
diadakan rapat pembuktian (Show cause meeting) untuk menyelidiki
sebab terjadinya keterlambatan dan mencari jalan keluarnya.
Rapat tersebut umumnya dilakukan dalam 3 (tiga) tingkat) :
1. Tingkat proyek
2. Tingkat propinsi
3. Tingkat Pusat
Tergantung pada besarnya persentase (%) keterlambatan pekerjaan yang
terjadi.
Dalam rapat, setelah diadakan analisa, maka ditentukan target yang akan
dicapai pada tiap minggu dan dimonitor kemajuannya setiap minggu,
untuk dapat dipastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
g. Serah Terima Pekerjaan
Pada saat pekerjaan secara keseluruhan telah mencapai 97% dari seluruh
pekerjaan, maka kontraktor dapat mengajukan permohonan untuk serah
terima pertama/Provisional Hand Over (PHO). Owner selanjutnya akan
membentuk suatu panitia untuk pelaksanaan serah terima pekerjaan
tersebut.
Dimana panitia akan melaksanakan pemeriksaan pekerjaan yang telah
dilaksanakan di lapangan serta dokumen-dokumen seperti gambar akhir,
perhitungan pengukuran, hasil pengujian mutu serta kelengkapan
administrasi lainnya.
Jika masih ada hasil pekerjaan yang tidak sempurna, maka komite akan
menginstruksikan kepada pelaksana untuk melaksanakan perbaikan dalam
batas tenggang waktu yang sesuai tercantum dalam kontrak.
Setelah selesai maka panitia akan memeriksa ulang dan jika disetujui,
maka panitia akan mengeluarkan acara serah terima pertama (sementara)
pekerjaan

Hari dan tanggal dimana disetujui PHO adalah merupakan hari pertama
seperti yang tercantum dalam kontrak.
Setelah selesai masa pemeliharaan, maka panitia akan kembali memeriksa
pekerjaan di lapangan apakah ada kerusakan atau tidak, jika ada apakah
kerusakantersebut telah diperbaiki atau belum.
Jika tidak ada kerusakan atau kekurangan atau telah diadakan perbaikan
terhadap kerusakan/kekurangan dimana panitia dapat menerimtanya,
maka panitia akan mengeluarkan berita acara serah terima terakhir / Final
Hand Over (FHO).
h. Pemeriksaan Kuantitas dan Kualitas
 Pemeriksaan kuantitas dan kualitas dilaksanakan pada setiap item
pekerjaan
 Jika suatu pekerjaan tidak memenuhi kualitas yang dipersyaratkan,
maka pekerjaan tersebut tidak akan dihitung kuantitasnya atau belum
dapat dibayarkan sampai memenuhi persyaratan.
 Pemeriksaan kuantitas dilaksanakan setiap minggu pada waktu
pembuatan Laporan Mingguan konsultan sedangkan pemeriksaan
kualitas dilaksanakan setelah pekerjaan selesai dikerjakan.
i. Pemeriksaan Laporan Harian Standar
Laporan harian standar diisi setiap hari oleh kontraktor disesuaikan
dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan pada hari itu. Laporan harian ini
diperiksa oleh konsultan Supervisi sebelum disampaikan ke proyek untuk
dimintai persetujuannya.
Laporan harian standar ini penting untuk melihat perkembangan kegiatan
pekerjaan dan dapat menggambarkan semua sumber daya yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan seperti tenaga, alat, bahan, keadaan cuaca,
demikian juga setiap problema yang mungkin terjadi.
j. Penutupan dan penyelesaian kontrak
Pihak kontraktor harus mengikuti seluruh ketentuan seperti dinyatakan
dalam ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Kontrak
yang menyangkut pekerjaan penyelesaian kontrak.

4.12. Pengendalian Biaya

Konsultan menyadari dengan sepenuhnya pentingnya pengendalian semua


biaya-biaya yang berhubungan dengan proyek dan membuat usaha-usaha
pengendalian dari permulaan hingga akhir tahap konstruksi. Cara terbaik untuk
mengendalikan biaya proyek secara keseluruhan adalah mengkonsentrasikan
kepada pekerjaan yang sudah diselesaikan tanpa adanya perpanjangan waktu.
BAB V
KOORDINASI DAN PELAPORAN

5.1 JENIS LAPORAN


Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, diperlukan beberapa macam laporan
untuk mengetahui jalannya pelaksanaan yang berlangsung.
Tujuan utama laporan adalah:
a. Mencatat fakta-fakta tentang aspek kualitas, kuantitas, harga dan waktu yang
digunakan, untuk mencegah kesulitan dalam pemkbicaraan mengnai fakta-fakta
ini di kemudian hari.
b. Mencatat fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan untuk dapat melakukan
rekonstruksi beberapa bagian pekerjaan bila diperlukan.
c. Mencatat banyaknya material, seperti beton, pipa, pasir, dan sebagainya, yang
diogunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, untuk menentukan nilai akhir
kontrak.
d. Mencatat semua perubahan dalam pelaksanaan di atas gambar asli, untuk dapat
membuat gambar sesuai pelaksanaan (as built drawing).

Kontraktor harus membuat laporan / dokumen berikut ini, yang harus diperiksa
oleh pengawas lapangan/site inspector serta disetujui oleh Site Engineer, yaitu:
 Jadwal pelaksanaan.
 Laporan harian.
 Laporan Mingguan.
 Tagihan berdasarkan kemajuan proyek.
Adapaun catatan-catatan berikut ini harus ditangani oleh Pengawas Lapangan (site
inspector) dengan bimbingan dari site engineer, yaitu:
 Buku catatan harian (log book)
 Lembar gambar pelaksanaan pekerjaan beserta perubahannya.

Site Engineer harus membuat dokumen-dokumen berikut ini:

 Kemajuan pekerjaan.
 Catatan tentang keadaan sebelum pelaksanaan pekerjaan (mutual check 0% atau
biasa disebut MC-0)
 Perintah-perintah (instruksi) dari Team Leader
 Pengesahan/persetujuan dari laporan yang dibuat oleh kontraktor yang telah
diperiksa oleh Pengawas Lapangan

Team Leader, berdasarkan informasi dari Site Engineer dan Site Inspector
(Pengawas Lapangan) akan membuat / mengurus:
 Catatan Rapat
 Surat menyurat
 Perintah perubahan
 Catatan tentang claim dari kontraktor
 Persetujuan atas laporan dari Site Engineer,

5.2 LAPORAN OLEH KONTRAKTOR


5.2.1 Jadwal Pelaksanaan.
Jadwal untuk pekerjaan (Time Schedule) harus dibuat oleh kontraktor,
sesuai dengan waktu yang diberikan di dalam kontrak. Jadwal ini harus
diperiksa oileh Site Engineer, bila diperlukan diperbaiki, kemudian disetujui
oleh Team Leader.
Site Engineer haruis memeriksa apakah kemajuan pekerjaan masih sesuai
dengan waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan. Bila terjadi ketidak
sesuaian, kontraktor harus diberitahu dan diperbaiki seperlunya.

5.2.2 Laporan Harian


Laporan harian harus dibuat oleh kontraktor dan diperiksa oleh Site
Inspector (Pengawas Lapangan). Proyek/Konsultan akan menyediakan
format khusus laporan harian.
Adapun hal-hal yang harus dicatat dalam laporan harian adalah sbb:
 Jenis bahan yang didatangkan berikut volumenya. Semua material yang
disediakan oleh kontraktor harus dicatat, termasuk barang yang
disediakan oleh pemberi Tugas/Proyek juga harus dicatat di laporan
harian ini.
 Peralatan yang digunakan; Hanya alat yang digunakan yang dicatat,
nama jenis alat dan banyaknya alat yang dicatat.
 Kondisi cuaca pada waktu itu.
 Catatan lain: misalnya ada perubahan desain dicatat pada laporan
harian ini.

5.2.3 Laporan Mingguan


Laporan Mingguan dibuat oleh Kontraktor dan harus diperiksa oleh Site
Engineer setelah konsultasi dengan Site Inspector (Pengawas Lapangan)
Proyek / Konsultan menyediakan format khusus laporan mingguan.
Di dalam laporan mingguan dicantumkan kemajuan dari semua bagian
pekerjaan yaitu:
 Butir-butir dari BOQ (Bill of Quantity) sesuai volume dalam kontak.
 Persentase dari jumlah nilai kontrak untuk setiap butir pekerjaan.
 Banyaknya dan persentase pelaksanaan pekerjaan dari minggu
sebelumnya.
 Banyaknya dan persentase pelaksanaan dalam minggu ini.
 Banyaknya dan persentase pelaksanaan di akhir minggu ini.

5.2.4 Tagihan berdasarkan kemajuan pekerjaan.


Kemajuan pekerjaan yang ditagihkan harus dibuat oleh kontraktor dan
diperiksa oleh Site Engineer dan Administrasi kontrak.
Site Engineer harus memeriksa apakah kemajuan yang ditagihkan sesuai
dengan kenyataan.
Persentase dari butir-butir pekerjaan dalam tagihan, tidak boleh melebihi,
ini harus dikonsultasikan dengan pengawas lapangan dan di cross check
dengan catatan yang dibuat pengawas lapangan.
Bila kemajuan pekerjaan terlah diperiksa, serta tagihan pada bagian ini telah
dinyatakan benar, Tagihan akan diberikan kepada administrator proyek,
yang selanjutnya dapat dibayarkan seperti yang diatur dalam perjanjian
kontrak.
Jadi Site Engineer bertanggung jawab untuk memeriksa kuantitas dan
administrator kontrak untuk memeriksa harga, perhitungan dan pengesahan
berdasarkan spesifikasi kontrak. Proses penagihan bisa berbeda berdasarkan
instansi yang berbeda.
5.3 LAPORAN OLEH PENGAWAS LAPANGAN (SITE INSPECTOR)
5.3.1 Pengawas Lapangan (Site Inspector) harus membuat buku harian (log book)
yang akan digunakan untuk memeriksa laporan harian dan mingguan yang dibuat
kontraktor.
Site Engineer harus memeriksa buku harian ini setiap minggu.
Butir – butir yang harus ditulis dalam buku harian tersebut antara lain:
 Tanggal
 Nomor gambar
 Bagian gambar
 Lokasi,
Tanggal, nomor gambar, yang bersangkutan dan lokasi dari pekerjaan,
harus dicantumkan.
 Tenaga kerja di lapangan,
Jumlah pekerja dari kontraktor yang bekerja di lapangan pada hari
tertentu harus dicatat termasuk keahliannya masing-masing.
 Peralatan di lapangan.
Peralatan yang disediakan oleh kontraktor harus dicatat, termasuk
kondisinya dan jumlahnya. Kebutuhan peralatan harus disediakan
dengan kebutuhan jenis pekerjaan , bila kekurangan, pengawas
lapangan harus meminta kontraktor untuk menambah jumlahnya.
 Keadaan cuaca
Keadaan cuaca dicatat kondisinya cuaca baik, cuaca hujan gerimis,
cuaca hujan lebat dengan mencantumkan waktu lamanya.
 Kedatangan material dilapangan.
Sangat penting untuk mencatat semua material yang disediakan oleh
Pemberi Tugas. Untuk kontrak pemasangan pipa, perlu dicantumkan
panjang pipa, alat tambahan (accesories) berikut kodenya. Begitu juga
material yang diadakan oleh kontraktor.
 Uraian Pekerjaan.
Dalam lembar ini harus ditulis uraian pekerjaan secara garis besar dari
pekerjaan yang dikerjakan pada hari pelaporan, juga semua instruksi
kepada kontraktor.
5.3.2 Lembar gambar pelaksanaan
Untuk sebagian kontrak dihitung berdasarkan harga satuan yang ditawarkan
kontraktor di dalam BOQ dan kuantitas pada BOQ yang diambil dari
gambar rencana.
Setelah pelaksanaan pada bagian tertentu dari kontrak selesai, semua
kuantitas dari BQQ akan dihitung kembali dan kuantitas ini akan digunakan
untuk menentukan besarnya kontrak sesungguhnya.
Sangat penting untuk menghitung kembali semua butir-butir yang tertulis
dalam BOQ, Pengawas Lapangan harus mencatat perhitungan kembali pada
gambar yang bersangkutan.
Jadi pengawas Lapangan harus punya 2 (dua) gambar di Lapangan yaitu 1
(satu) gambar untuk dibawa-bawa ke Lapangan/tempat pelaksanaan
pekerjaan yaitu untuk memonitor pelaksanaan sesuai dengan gambar
rencana, gambar ini disebut gambar kerja dan 1 (satu) gambar lagi untuk
menandai pekerjaan yang telah dilaksanakan berikut perubahan yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas (Team Leader), maupun atas permintaan dari
Pemberi Tugas dan gambar ini disebut gambar Kemajuan.

5.4 LAPORAN OLEH SITE ENGINEER


5.4.1 Laporan Kemajuan
Site Engineer harus memeriksa kemajuan pekerjaan untuk mengesahkan
tagihan dari kontraktor. Prosedur pengesahan sudah diuraikan diatas.
Site Engineering menyiapkan Draft Laporan Kemajuan Bulanan (Monthly Progres
Report) berdasarkan data dari laporan mingguan yang disiapkan oleh
Pengawas Lapangan. Draft laporan ini kemudian disampaikan kepada Team
Leader untuk diperiksa dan diperbaiki seperlunya, selanjutnya diserahkan
kepada Pemberi Tugas sebagai laporan kewajiban Supervisi sesuai kontrak.

5.4.2 Instruksi Lapangan


Site Engineer dapat memberi perintah/instruksi tertulis kepada kontraktor
dan tembusannya kepada Team Leader.

Anda mungkin juga menyukai