Anda di halaman 1dari 8

Nama: Zaidan Muhammad Syafiq

Nim: 1204010174
Kelas: BKI 4D
UAS PERBANDINGAN DAKWAH

1. Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif adalah seorang ulama, ilmuwan dan pendidik
Indonesia. Ia pernah menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Presiden
World Conference on Religion for Peace (WCRP) dan pendiri Maarif Institute. Ahmad Syafii
Maarif lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada 31 Mei 1935. Ia lahir dari
pasangan Ma'rifah Rauf Datuk Rajo Malayu, dan Fathiyah. Ia bungsu dari 4 bersaudara seibu
seayah, dan seluruhnya 15 orang bersaudara seayah berlainan ibu. Ayahnya adalah saudagar
gambir, yang belakangan diangkat sebagai kepala suku di kaumnya. Sewaktu Syafii berusia
satu setengah tahun, ibunya meninggal. Syafii kemudian dititipkan ke rumah adik ayahnya
yang bernama Bainah, yang menikah dengan adik seibu ibunya yang bernama A. Wahid.
Syafii Maarif merupakan seorang intelektual yang aktif dalam berorganisasi.Puncak karirnya
di Muhammadiyah terjadi ketika Syafii Maarif dipercaya menjadi Ketua Umum Pimpinan
Pusat Muhammadiyah pada periode 1998 – 2005.Model kepemimpinan yang digunakan Syafii
Maarif dalam memimpin Muhammadiyahadalah tipe kepemimpinan Demokratik-Konsultatif.
Model tersebut selaras dengan kultur Muhammadiyah yang merupakan organisasi Islam yang
bergerak dalam dakwah amar makruf nahi munkar, tidak memberikan janji keuangan maupun
jabatan duniawi terhadap pengurusnya, sehingga kepemimpinan otokratif tidak efektif
diterapkan dalam organisasi Muhammadiyah yang bersifat egalitarian.

2. KH. Said Aqil Siradj dikenal sebagai pemimpin yang baik dan bijaksana, hal ini
terbukti dari bagaimana beliau membawa NU menjadi organisasi yang lebih baik dari waktu
ke waktu. Beberapa situs mengungkapkan bahwa Said merupakan figur kiai yang jujur,
istikamah bersikap tawadlu', qona'ah, karismatik, dan sesekali terkadang kontroversial.
Gaya pemikiran serta kepemimpinan beliau tidak jauh dengan karakteristik Gus Dur caranya
yang nyeleneh dan menimbulkan banyak perdebatan di atas pemerintahan. Pemikiran,
pandangan serta manhaj ulama pendahulu dengan relasi negara dan agama masih dijadikan
hal utama dalam memimpin NU. Pola pikir dan kepemimpinan seperti itulah yang sangat sulit
diterima oleh orang awam, sebab nalar beliau sudah jauh maju kedepan. Beberapa gaya
kepemimpinan KH. Said Aqil Siradj, yaitu:
1. Meniru kepemimpinan Rasulullah SAW
KH. Said Aqil Siradj adalah pemimpin yang meniru gaya Nabi Muhammad SAW, khususnya
dari bagaimana cara sang Nabi dalam mempersatukan perbedaan yang ada. KH. Said Aqil
Siradj bahkan pernah mengatakan bahwa keberhasilan sang Nabi dalam menciptakan
masyarakat yang plural merupakan sesuatu yang patut ditiru oleh para pemimpin. Beliau juga
sangat menekankan bahwa Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi perbedaan serta
menghormati penganut ajaran lain. Sikap toleran ini lah yang kemudian membuat KH. Said
Aqil Siradj tidak hanya dicintai oleh anggota NU ataupun seluruh Muslim, tetapi juga
dihargai oleh penganut agama lainnya.
2. Tidak mengejar jabatan
Sebagai pemimpin dari organisasi besar, beliau ini lebih menekankan pada kualitas dan
kemampuan setiap anggotanya, maupun para pemimpin yang ada di NU. Ia sendiri juga
pernah mengingatkan bahwa dalam intern PBNU tidak ada yang namanya target politik
maupun target jabatan. Dalam sebuah acara, beliau juga pernah mengarahkan bahwa
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang adil.
3. Menjaga NKRI dan Mengawal Perdamaian Dunia
Dalam menghadapi berbagai potensi konflik yang terjadi, NU dibawah kepemimpinan KH.
Said Aqil Siradj tetap mempertahankan gagasan Darus Salam (negera damai), bukan Darul
Islam (negera Islam), yang terinspirasi dari teladan Nabi Muhammad dalam Piagam Madinah.

Berangkat dari pemikiran dakwah Langkah inilah yang menjadi motivasi KH. Said Aqil Siroj
dalam berdakwah, mulai dari dakwah bil-lisan, bil-haal, ataupun bil-Qolam.
1. Dakwah Bil-lisan
Menurut KH. Said Aqil Siroj metode dakwah bil-lisan yaitu bentuk dakwah yang
mengedepankan “qaulan kariman” (perkataan yang mulia), “qaulan ma‟rufa” (perkataan yang
baik), “qaulan maitsura” (perkataan yang pantas), “qaulan layyinan” (perkataan yang lemah
lembut), “qaulan baligha” (perkataan yang berbekas pada jiwa), dan “qaulan tsaqila”
(perkataan yang berkualitas)- sebagaimana diamanatkan dalam Al-qur‟an dalam surat
Fhussilat ayat 33:
Artinya:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang
menyerah diri?"
Dakwah bil-lisan yang direalisasikan oleh KH. Said Aqil Siroj adalah bentuk dakwah seperti
pengajian, kajian diskusi, atau acara seminar di berbagai lembaga akademis maupun non
akademis. Beliau paparkan secara terperinci dan referentatif dari berbagai sumber kitab
disertai dalil aqli-qath‟i sehingga pemaparannya sangat jelas dan sempurna. Terlebih menjadi
penceramah/mubaligh yang tak terhitung jumlahnya di beberapa kabupaten, kecamatan, desa,
bahkan perkampungan sekalipun, beliau mengupayakan untuk selalu datang demi
kepentingan syi‟ar kepada umat.
2. Dakwah Bil-hal
Menurut KH. Said Aqil Siroj dakwah bil-hal yaitu dakwah itmamul khuluq yang berarti
tindakan nyata dalam memiliki moralitas luhur dan diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti dakwah yang di contohkan nabi Muhammad dalam sosok kepribadian
serta tingkah lakunya. Sebagai contoh menurut KH. Said Aqil Siroj nabi Muhammad pernah
beranjak dari tempat duduknya saat jenazah non-Muslim diusung melintas dihadapannya.
Sikap ini merupakan satu bentuk penghormatan kepada non-Muslim meski sudah meninggal.
Praksis dakwah Islam seperti ini merupakan bagian dari proses pembangunan image, yakni
untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi moralitas. Urgensi
akhlakul karimah harus hadir pada karakter setiap da'i karena akhlakul karimah merupakan
karakteristik ketuhanan yang melekat pada diri manusia.
Akhlak yang mulia atau moralitas merupakan sesuatu yang dilakukan bukan hanya di
ucapakan, tindakan bukan tulisan, pelaksanaan bukan kekuasaan, pengamalan bukan hafalan,
kenyataan bukan penataran, essensi bukan teori, realitas bukan identitas, afektif bukan
kognitif, aplikatif bukan normatif, amaliyah bukan ilmiyah.
Karakter dan Pribadi Unik :
1. Ulama daerah berwawasan dunia
Negara Indonesia sepertinya beruntung mempunyai ulama pemikir kaliber dunia dengan
gagasan tinggi seperti Kiai Said ini. Beliau masuk dalam jajaran tokoh paling berpengaruh di
dunia dan menduduki urutan ke 20. Posisi ini lebih tinggi daripada beberapa presiden di
negara Muslim seperti presiden Mesir Abdul Fatah Al-Sisi yang berada di urutan (21).
2. Silsilah dan nasab tersambung ke Nabi Muhammad SAW
Sebagian masyarakat Indonesia mungkin masih banyak yang tidak tahu bahwa Kiai Said
merupakan eorang "Habib" alias keturunan (dzurriyah) Rasulullah SAW.
3. Capaian sebagai Ketua PBNU
Sejak tahun 2010-2015, NU dibawa beliau berhasil mendirikan 25 universitas dan selama
2016-2021, ratusan perguruan tinggi telah didirikan. Energibangsa.com, menyebut sebanyak
143 kampus NU didirikan dalam komitmen meningkatkan pendidikan warga NU dan warga
bangsa Indonesia secara umum. Karena bagaimana pun, kemajuan suatu bangsa dapat dilihat
dari sejauh mana tingkat pendidikan warganya.
4. Komitmen menjaga NKRI
Capaian Kiai Said menahkodai NU memiliki komitmen melawan radikalisme dan terorisme
di Indonesia. Posisi beliau sebagai Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormasi Islam
(LPOI) dan keberaniannya untuk melawan ancaman terorisme, patut menjadi catatan penting
capaian beliau di mana radikalisme-terorisme masih menjadi ancaman bangsa Indonesia.
5. Kiai yang aktif sebagai penulis/intelektual
Dari sisi keilmuan, beliau dikenal sebagai kiai yang bukan saja alim, tetapi juga akademisi.
Karya-karyanya banyak menginspirasi akademisi di belahan dunia. Adapun yang terbaru Kiai
Said telah menulis buku berjudul "Allah dan Alam Semesta: Perspektif Tasawuf Falsafi".
Buku tersebut berasal dari hasil disertasi Kiai Said untuk mencapai gelar doktor di Fakultas
Ushuluddin, Jurusan Aqidah Filsafat, Universitas Umm Al-Qura, Mekkah, Arab Saudi. -
Hasyim adalah seorang sosok pemimpin yang memiliki tipologi pemimpin demokratis, hal ini
terlihat ketika dalam pengambilan kebijakan dan keputusan lembaga Hasyim
seringmelibatkan anggota atau pengurus yang lain, karena tipologi pemimpin yang
demokratis sendiri adalah pemimpin yang berdasarkan pada desentralisasi kekuasaan dan
dalam pengambilan keputusan sering melibatkan anggota yang lain. Menurut pengakuan
Hasyim, dalam mengambil keputusan lembaga ia selalu melibatkan pengurus yang lain
karena hal itu merupakan aturan main yang harus dilakukan dalam berorganisasi, di dalam
NU sendiri ada beberapa tahapan yang sudah menjadi aturan main dalam NU untuk
mengambil keputusan. Mengenai persoalan-persoalan yang bersifat prinsipil diputuskan
melalui muktamar dan musyawarah nasional alim ulama, mengenai persoalan-persoalan
strategis diputuskan melalui rapat gabungan antara syuriah dan tanfidziyah, mengenai
persoalan-persoalan taktis diputuskan oleh ketua umum yang dibantu oleh ketua-ketua PBNU
dan mengenai persoalan-persoalan praktis diserahkan kepada badan-badan otonom NU.
Indikator dalam menilai Hasyim memilliki tipologi kepemimpinan demokratis adalah
sebagaimana yang diungkapkan oleh Ahmad Bagdja, salah seorang ketua PBNU pada masa
kepemimpinan Hasyim, Ahmad Bagdja mengatakan bahwa frekuensi komunikasi struktural
dari tingkat Pengurus Besar sampai wilayah semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
Hasyim selalu berinteraksi, berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pengurus-pengurus NU,
gaya kepemimpinan Hasyim ini tidak begitu mengundang kontroversi khususnya didalam
internal organisasi karena sebagian besar pengurus terlibat di dalam pengambilan keputusan
tersebut. Pemikiran dan perjuangan Hasyim Muzadi dituangkan beberapa penulis di
antaranya Sofiuddin. Salah satunya yang ditulis adalah sebuah buku berjudul "Dakwah Bil-
Hikmah, Reaktualisasi Ajaran Wali Songo." Sofiuddin dalam bedah buku tersebut
menjelaskan, Hasyim Muzadi dari berbagai macam aspek. Dari segi pemikiran, Hasyim
Muzadi adalah orang yang piawai dalam berlogika. Hasyim Muzadi banyak melihat realitas
yang kemudian direnungkan secara mendalam. Lalu, dikombinasikan dengan kaidah-kaidah,
sehingga menghasilkan refleksi pemikiran. Beliau berdakwah dicarikan titik temunya melalui
pemaknaan Pancasila secara mendalam, sehingga melahirkan kaidah dan refleksi pemikiran
negara melindungi agama dan agama memperkuat negara. Menurutnya Pancasila bukan
agama, tetapi tidak bertentangan dengan agama. Pancasila bukan jalan, tetapi menjadi titik
temu antara banyak perbedaan jalan. KH. Hasyim Muzadi mengungkapkan bahwa dengan
Islam Rahmatan lil Alamin mampu membuat para muballighin (penyebar dan pembawa
agama) yang membawakan Islam dengan penuh keramahan, kedamaian dan kebijaksanaan,
mudah diterima oleh masyarakat dengan sukarela tanpa perlawananan dan kekerasan. Dari
kepiawaiannya meramu ajaran Islam dengan baik dan benar, ia menjadi ulama Indonesia
yang dipercaya dunia untuk menjadi “pemadam konflik” di pelbagai penjuru dunia. Bahkan
sejak menjadi ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), ia kerap
mengkampanyekan gagasannya karena ada kecocokan dengan gagasan NU yang dipimpinnya.
Gagasan Islam Rahmatan lil Alamin yang dijadikan payung dalam berdakwah, tentunya
memiliki perbedaan signifikan dalam tatanan praktiknya dengan gagasan-gagasan lainnya,
seperti: Islam Liberal dan Islam Pluralis, Islam Progresif, Islam Nusantara, Islam Kalap &
Islam Karib, Islam Berkemajuan, dan lain sebagainya. Semuanya, akan menuju kepada
agama rahmat untuk alam semesta. Namun, sama-sama memiliki visi membaca Islam dengan
penuh kelembutan, kedamaian dan menjadi solusi untuk dunia. Tetapi, istilah Islam
Rahmatan lil Alamin merupakan istilah yang bersumber dan tercantum dalam al-Qur’an
(building in Islam), Allah Swt langsung yang memberikan istilah tersebut untuk menyebut
sebuah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad akan berdampak positif, inklusif,
komprehensif dan holistik. Gagasan yang tidak memiliki kekurangan dan kelemahan, gagasan
yang ‘suci’ dan gagasan Ilahiah, lebih autentik. Islam Pluralis, Islam Progresif, Islam
3. Metode pengobatan melalui perbaikan akhlak oleh Ustaz Dhanu berpedoman pada
Alquran dan Sunnah yang menjadi petunjuk bagi umat Islam. Ustaz Dhanu memandang
metode perbaikan akhlak mengandung arti bahwa seseorang tidak semerta-merta mengetahui
dan memuji akhlak Rasul, akan tetapi memahami dan mengaplikasikan akhlak Rasul di
dalam kehidupan sehari-hari, serta pengyembuhan melalui doa. Pengobatan melalui
perbaikan akhlak dan doa oleh Ustaz Dhanu ini selalu dihubungkan dengan perilaku
seseorang di masa lalu. Bahkan ketika melakukan pengobatan, Ustaz Dhanu tidak menyentuh
pasien maupun memberikan penekanan pada titik tertentu di organ tubuh pasien. Jadi, metode
penyembuhan yang dilakukan oleh Ustaz Dhanu tidak seperti pengobatan akufuntur maupun
ahli pijat, dan pengobatan lainnya. Metode ruqyah yang dilakukan Ustadz Danu, beliau selalu
mengawali do’a dengan ta’awudz dan basmalah kemudian membaca kalimat Tahmid dan
dilanjutkan dengan membaca Sholawat Ibrahimiyah “allahummashalli ‘alaa Muhammad
wa’ala ali Muhammad, kamaa shallaita ‘ala Ibrahim wa’ala ali Ibrahim, wa barik ‘ala
Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim fil
‘alamiina innaka hamidum majid. Asyhadu al laa ilaaha illallah wa asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah. Ya Allah iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in di dalam do’a beliau
menggunakan bahasa Indonesia tidak menggunakan bacaan ayat-ayat Al-Quran sehingga
mudah dimengerti oleh semua jamaah dan selesai berdoa beliau biasanya mengakhiri doa
dengan kalimat kun fayakun. Sedangkan metode ruqyah Ustadz Danu ditinjau dari perspektif
psikoterapi Islam beliau menggunakan terapi doa dan dzikir. Hal ini peneliti dasari dari
banyaknya bacaan doa dan dzikir dalam setiap terapinya. metode penyembuhan yang
dilakukan oleh Ustaz Dhanu adalah dengan menggunakan metode psikologis yaitu melalui
sugesti dan terapi akhlak yang mulia. Metode ini bertolak dari anggapan atau pun keyakinan
Ustaz Dhanu bahwa suatu penyakit yang menimpa seseorang sebagai azab atas segala dosa-
dosanya karena akhlaknya tercela. Ustadz Muhammad Faizar Hidayatullah menggunakan
terapi al-Quran dan pengobatan terapi herbal dalam metode ruqiyahnya. Metode terapi herbal
dilakukan setelah ruqiyah terapi al-Quran. Metode terapi herbal juga bermacam-macam
tergantung kondisi pasien dan jenis jin yang bersarang di tubuh seorang pasien

4. K.H. Abdullah Gymnastiar atau biasa dikenal dengan nama Aa Gym merupakan
seorang da'I yang lahir di Bandung pada tanggal 29 Januari 1962.
Karakteristik dakwah Aa Gym baik dengan tingkat kredibilitas pada keahlian bidang moral,
life skill dan dakwah inovatif.
Pola komunikasi dakwah Aa Gym cukup dramatic dan friendly. Gaya ini sangat disukai oleh
orang-orang yang senang disentuh secara emosional. Aa Gym menjadikan jama'ah nya
sebagai sahabat sekaligus fans nya. Pola dakwah yang dilakukan oleh Aa Gym daoat
menyentuh hati para jama'ahnya, juga dapat menghibur dengan retrorika kea rah dialog.
Dakwah Aa Gym cukup praktif, dan tema-tema yang diangkat pun lebih banyak
membicarakan mengenai akhlak, kehidupan rumah tangga, kehidupan sehari-hari dan
menghindar dari tema-tema fiqih. Ideology Aa Gym juga tidak terlalu tersembunyu, sangat
mudah dibaca, yakni ideology ekonomu. Aa Gym memberikan semangat kewirausahaan dan
biasa memberi contoh. Terdapat tiga hal yang menjadi titik kuat dalam aktifitas dakwah Aa
Gym, diantaranya; pemahaman mengenai konsep komunikasi dakwah. dakwah menurut KH.
Abdullah Gymnastiar adalah upaya untuk “mengajak diri sendiri untuk berubah menuju ke
arah yang lebih baik, baru kemudian mengubah orang lain” dan “Mengajak orang atau pihak
lain dengan terlebih dahulu memgubah diri sendiri,” dan secara bersamaan “menuju ke arah
yang lebih baik dalam kehidupan seharihari berlandaskan ajaran Islam.”Jadi, subjek pelaku
terlebih dahulu mengamalkan isi pesannya untuk dirinya sendiri, orang lain mengikutinya;
Bahasa komunikasi dakwah Aa Gyn. Bahasa yang digunakan Aa Gym menggunakan bahasa
verbal, nonverbal, dan behavioral; dan Komunikasi dakwah yang inovatif. Aa Gym bersikap
terbuka dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arti, dia menyerap pengalaman orang lain, dan
menyampaikannya ke jamaahnya. Keterbukaan sikap ini tampak dari pembicaraannya, saat ia
ceramah selalu membuka diri untuk mengutip pendapat para ulama, pakar, tokoh, atau
anggota masyarakat yang ditemuinya atau dikenalnya secara dekat.
Buya Yahya. Merupakan seorang kiai yang berasal dari cirrebon memiliki nama lengkan
Yahya Zainul Ma'rif Jamzuri.
Karakteristik Buya Yahya dalam dakwah sosial media Buya Yahya merupakan sosok yang
bersahaja santun dalam bertutur dan bersikap serta mudah berinteraksi di masyarakat.
Pemahaman Buya Yahya dakwah bahwa dakwah dalam makna mengajak diri dan orang lain
kepada kebaikan dan menjauhkan diri dan orang lain dari kemunkaran, boleh dilakukan oleh
siapa saja yang merupakan ummat Rasulullah Saw. Siapapun kita baik yang kaya atau miskin,
yang pandai maupun yang bodoh selagi umat Rasulullah Saw dia harus ikut berperan aktif
dalam program mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemunkaran. Prinsip dakwah
menurut Buya Yahya diantaranya;
1) membangun keikhlasan kepada Allah dengan menirik beratkan pada pemahaman
dakwah sebagai jihad yang menuntut perjuangan dengan harta dan jiwa, berusaha melibatkan
diri dengan pengorbanan jiwa, raga dan harta sebelum orang lain, berbangga jika ada orang
yang berhasil dalam perjuangan yang serupa dengan yang diemban. Dll
2) kewajiban dan tujuan dakwah menurut Buya Yahya. Buya Yahya menjelaskan
tentang siapa yang berkewajiban dakwah. Dia menegaskan bahwa tugas dakwah merupakan
tugas semua manusia, tidak hanya tugas para kiyai ataupun ustadz.
3) Metode dakwah yang digunakan Buya Yahya. Metode dakwah yang diterapkan Buya
Yahya yaitu metode tabligh, sebagaimana yang dilakukan oleh para Nabi Allah. Tabligh
tersebut dilakukan dengan membentuk majelis ceramah. Metode tabligh adalah metode yang
dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian dan
penjelasan tentang suatu masalah dihadapan orang banyak.selain metode tabligh, Buya Yahya
juga menggunakan metode dakeah lainnya, diantaranya metode al-hikmah, metode mauidzah
al-hasanah, metode al-mujadalah, metode Tanya jawab.
4) Gaya bicara dakwah Buya Yahya. Ketika melakukan kegiatan tablighnya Buya Yahya
membawakannya dengan intonasi yang tegas, dengan nada yang lantang, namun
pembawaannya tetap santai sehingga banyak mad’u yang tersentuh dengan apa yang
diucapkannya. Seringkali Buya Yahya menyampaikan sesuatu yang sedang hangat
dimasyarakat. Serta penyampaian dakwahnya itu penuh dengan ketegasan, sehingga jama’ah
tidak merasa bingung. Mimik wajah yang tampilkan sesuai dengan apa yang diucapkan,
Bahasa yang digunakan oleh Buya Yahya ketika melaksanakan kegiatan tablighnya yaitu
bahasa komunikatif, bahasa yang dapat dimengerti oleh para mad’unya, mudah dipahami,
tidak monoton, dan tidak kaku.
Persamaan dan perbedaan
Persamaan keduanya dalam berdakwah dapar dilihat dari segi menyampaikan pesan
dakwahnya, yaitu dengan praktis dan dapat dipahami dengan mudah bagi para jamaahnya.
Sedangkan perbedaannya, Aa Gym menggunakan metode bil hal dalam berdakwah
sedangkan Buya Yahya menggunakan metode tabligh

5. Penyebutan radikal terhadap kelompok yang memiliki karakter dan pola umum
sebagai sebuah gerakan yang menginginkan ditegakannya syari’at Islam secara terminologi
sebagaimana disebutkan oleh Kallen setidaknya memiliki tiga karakteristik yaitu: Pertama,
radikalisasi muncul sebagai respon yang berupa evaluasi, penolakan atau perlawanan
terhadap kondisi yang sedang berlangsung, baik itu berupa asumsi nilai sampai dengan
lembaga agama atau negara.
Dakwah yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai agama yang ditransfer ke dalam jiwa
dan raga manusia di dalam praktiknya dapat diaplikasikan melalui dua bentuk pendekatan
yaitu dakwah secara kultural dan struktural. Dakwah dengan pendekatan kultural merupakan
suatu konsep pendekatan dakwah dengan cara menyentuh akar budaya yang ada,
menyampaikan ajaran Islam dengan tetap menghormati dan menghargai tradisi terdahulu
yang sudah lama tertanam seperti yang telah dicontohkan oleh Walisongo dalam penyebaran
dakwahnya.
moderasi beragama merupakan sebuah jalan tengah di tengah keberagaman agama di
Indonesia. Moderasi merupakan budaya Nusantara yang berjalan seiring, dan tidak saling
menegasikan antara agama dan kearifan lokal (local wisdom). Tidak saling
mempertentangkan namun mencari penyelesaian dengan toleran.
Untuk diketahui, bahwa konsep Islam moderat telah lama ditanamkan oleh para leluhur
ulama pembawa risalah Islam ke tatar Nusantara yang dikenal dengan gelar kehormatan wali
songo. Para leluhur wali songo yang saat itu berada di Hadramaut (Yaman) telah berupaya
mengajarkan sikap tasamuh dengan mengedepankan perilaku moderasi dalam ber-Islam.
Dengan demikian, kuat dugaan, bahwa konsepsi Islam moderat di Indonesia, tidak jauh
berbeda dengan gagasan yang diamini oleh orang-orang Muslim Hadramaut, Yaman.
Sampai hari ini pun, pendekatan Islam moderat yang dianut oleh kaum Muslim Indonesia dan
Hadramaut, diduga masih berada dalam satu manhaj, yaitu ahlusunnah wal jama’ah.

6. Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Pengurus Nahdlatul Ulama dalam membina
masyarakat pada kehidupan pluralitas tidak menyalahi aturan atau undang-undang dalam
agama maupun negara. Pembinaan itu harus sesuai dengan aturan pemahaman pluralisme
dalam perspektif pembenaran keberagaman. Dalam kegiatan dakwah paham pluralisme
betapa banyak disampaikan oleh pengurus Nahdlatul Ulama melalui kegiatan dakwahnya.
Nilai-nilai dakwah telah disampaikan pada masyarakat untuk membina kehidupan
masyarakat secara pluralitas. Dapat dipahami bahwa nilai-nilai ajaran dakwah yang begitu
luas seluas cakupan seluruh bidang kehidupan manusia, maka nilai-nilai tersebut harus dapat
diimplementasikan dalam kehidupan pada masyarakat pluralitas. Tujuan dan Fungsi
Implemnetasi Nilai-Nilai Dakwah Nahdlatul Ulama dalam membina Masyarakat Pluralitas.
Metode dakwah yang digunakan Muhammadiyah sejak awal berdiri sampai saat ini dalam
rangka mendidik dan mencerahkan kehidupan. Pertama dakwah bil lisan (melalui perkataan)
dilakukan Muhammadiyah antara lain melalui ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, seminar
dan nasihat-nasihat. Kedua dakwah bil-hal, yaitu metode dakwah melalui perbuatan langsung.
Dalam dakwah bil-hal, Muhammadiyah mempelopori adanya kepanitiaan pengelolaan zakat,
infaq, shodaqah termasuk qurban untuk diperuntukan kepada para anak yatim, fakir miskin.
Metode ini sekaligus implementasi dakwah Muhammadiyah dalam menjalankan perintah al-
qur’an dalam surat al-ma’un. Ketiga dakwah bi-tadwin adalah metode dakwah yang
dilakukan melalui tulisan. Para tokoh awal Muhammadiyah hingga ini menggunakan metode
tulisan untuk menyampaikan penjelasan mengenai seruan yang hendak disampaikan seluas-
luasnya kepada warga, anggota, pimpinan Muhamadiyah dan masyarakat. Keempat adalah
dakwah bil-hikmah yaitu menyampaikan seruan secara arif dan bijaksana. Jadi kalau ingin
mengingatkan Muhammadiyah cenderung menyampaikan dengan arif dan bijaksana. Pada
dasarnya perhatian Persis ditunjuk berdasarkan terutama pada penyebaran faham al-Qur’an
dan as-Sunnah. Hal ini dilakukan dengan berbagai macam aktivitas diantaranya dengan
mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tablig, kelompok studi (halaqah), tadarus,
mendirikan sekolah-sekolah (pesantren), menerbitkan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta
berbagai aktivitas keagamaan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai