Anda di halaman 1dari 4

KETENTUAN HIBAH

1. Pengertian Hibah

Tahukah kamu apa itu hibah? Kamu juga tentu sering memberikan hibah kepada

orang yang membutuhkan bukan? Hibah berasal dari bahasa Arab: ً‫ِهبَّة‬ , yang artinya

pemberian. Sedangkan menurut istilah hibah ialah pemberian sesuatu yang dilakukan oleh
seseorang ketika masih hidup kepada seseorang secara cuma-cuma, tanpa mengharapkan
apa-apa kecuali ridha Allah Swt. semata.

Gb. 1. Hibah tanah dan bangunan

Sumber: rumahpantura.com

Seseorang boleh memberikan hibah kepada orang lain, meskipun tidak ada hubungan
keluarga. Penerima hibah tidak berkewajiban memberikan balasan apapun kepada pemberi
hibah. Hibah dinyatakan sah apabila sudah ada ijab qabul (serah terima). Apabila
keinginan hibah itu baru diucapkan dan belum ada serah terima barang yang dihibahkan,
maka hal demikian belum bisa disebut hibah.

2. Hukum dan Dalil Hibah

Hukum asal hibah adalah mubah atau boleh. Sebagian ulama mengatakan hibah hukumnya
Sunah.

Sabda Rasulullah Saw.:

ٍَ ‫ي ََاِسَََر‬
َ‫اف َ ََوََل‬ َِ َ‫ف َ َِمنَ َغ‬
ٌَ ‫اء َهُ َ َِمنَ ََا َِخيَ َِو َ ََمعََُرَو‬
ََ ‫َمنَ َ ََج‬: َ َِ‫ََعنَ َ ََخ َالِ ٍَد َابَ َِن َ ََع َِديَ َهنع هللا يضرََانَ َالن‬
ََ ََ‫ب َملسو هيلع هللا ىلصَقَال‬
)‫للاََُاِلَيَ َِوَ(رواهَامحد‬ َ َُ‫قَ ََساقََو‬ ٌَ ‫اَى ََوََِرَز‬ َُ َ‫ََمسََالٍََةَفَلَيََقَبََلَ َوَُ ََوََلَََََُردَ َهَُفََِا َّن‬
Artinya:
“Khalid bin Adi r.a berkata :”Sesungguhnya Nabi Saw. bersabda :”Barang siapa yang
diberi oleh saudaranya kebaikan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak dia minta
hendaklah diterima (jangan ditolak). Sesungguhnya yang demikian itu pemberian yang
diberikan Allah kepadanya”. (HR. Ahmad).

Hibah dimakruhkan apabila tujuannya adalah riya’ (agar dilihat orang) atau sum`ah
(didengar orang lain) dan berbangga diri.

3. Syarat dan Rukun Hibah

Rukun hibah ada empat, yaitu :

a. Orang yang memberi hibah (wahib).

Waahib harus memiliki beberapa syarat antara lain:

1) Berhak dan cakap dalam membelanjakan harta, yakni baligh dan berakal,

2) Dilakukan atas dasar kemauan sendiri, bukan karena paksaan dari pihak lain,

3) Dibenarkan melakukan tindakan hukum .

b. Orang yang menerima hibah (mauhub lahu).

Penerima hibah (mauhub lahu) disyaratkan sudah ada ketika akad hibah dilakukan. Jika
ketika akad berlangsung tidak ada, atau hanya ada atas dasar perkiraan, seperti janin
yang masih dalam kandungan ibunya, maka tidak sah dilakukan hibah kepadanya. Atau
orang yang diberi hibah itu ada di waktu pemberian hibah, namun dia dalam keadaan
terganggu akalnya, maka hibah tersebut diambil oleh walinya, pemeliharanya atau orang
mendidiknya sekalipun dia tidak ada hubungan keluarga.

c. Barang yang dihibahkan (mauhub).

Syarat barang yang dihibahkan (mauhub) antara lain:

1) Milik pemberi hibah (waahib).

2) Barang sudah ada ketika akad hibah berlangsung.

3) Memiliki nilai atau harga

4) Berupa barang yang boleh dimiliki menurut agama.

5) Telah dipisahkan dari harta milik pemberi hibah (waahib)


6) Barang bisa dipindahkan status kepemilikannya dari tangan pemberi hibah (waahib)
kepada penerima hibah (mauhuub lahu)

d. Akad atau ijab dan kabul.

4. Hukum Mengambil Kembali Hibah

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa mencabut hibah itu hukumnya haram,
kecuali hibah dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya, sebagaimana dengan sabda Nabi
Saw.:

ِ ‫ََيل َلِلرج ِل َأَن ََ ع ِطي‬


َُ ً‫َع ِطية‬
ََ‫َث َََرِج ُع َفِيهاَإِل‬ َِ َ‫ال َل‬
َ ‫ق‬
َ َ‫َعنَالنب‬ ٍ
‫اَس‬ ‫ب‬ ‫َع‬ ِ
‫ن‬ ‫اَب‬‫َو‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫َع‬ ِ
‫ن‬ ‫ب‬ِ‫ع ِن َا‬
َ ُ ُ َ َ َ َ ُ َ
َ )‫َولَ َدَهُ (رواهَابوَدوود‬ ِ ِ ِ
َ ‫ال َول َدَفي َماََُعطي‬
Artinya:

“Tidak halal seorang muslim memberikan suatu barang kemudian ia tarik kembali, kecuali
seorang bapak kepada anaknya” (HR. Abu Dawud).

Sabda Nabi saw:

)‫َثَََعُو ُدَفِي َقيَئَِِوَ(متفقَعليو‬


ُ ‫بََُِق ُئ‬
ِ ‫العاَئِ َُدَفِي ِهبَتِ ِوَ َكاال َكل‬
ََ

Artinya:

“Orang yang menarik kembali hibahnya sebagaimana anjing yang muntah lalu
dimakannya kembali muntahnya itu” (Muttafak ‘Alaih).

Sekalipun demikian, hibah dapat dicabut karena beberapa sebab, antara lain:

a. Hibahnya orang tua terhadap anaknya, karena orang tua melihat bahwa mencabut itu
demi menjaga kemaslahatan anaknya.
Contoh seorang ayah menghibahkan sebuah motor kepada anaknya. Namun ternyata
motor tersebut tidak digunakan semestinya dan sering bolos sekolah. Maka orang tua
boleh menarik kembali hibahnya.

b. Bila dirasakan ada unsur ketidakadilan diantara anak-anaknya.

c. Bila dengan adanya hibah itu ada hal yang dapat menimbulkan iri hati dan fitnah dari
pihak lain.
5. Macam-Macam Hibah

Hibah ada dua macam yaitu:

1. Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada pihak lain yang mencakup
materi dan nilai manfaat harta atau barang tersebut, yang pemberiannya tanpa ada
imbalan apapun. Misalnya menghibahkan rumah, sawah, mobil, sepeda motor, baju dan
lain-lain.

2. Hibah manfaat, yaitu memberikan harta atau benda kepada pihak lain untuk
dimanfaatkan, namun materi harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah.

Dengan kata lain, dalam hibah manfaat itu penerima hibah hanya memiliki hak
menggunakan saja.

Mari, kita lakukan diskusi!

Aktifitas Siswa:

1. Bolehkah seorang muslim menghibahkan barang berharga kepada orang nonmuslim?


Jelaskan alasannya!

2. Pak Arkan menghibahkan sebidang kebun kepada anak angkatnya. Namun anak
kandungnya tidak menyetujui hal tersebut. Apakah pemberian hibah tersebut sah?
Bagaimana cara mencari solusinya?

======================

Keterangan:
Bahan ajar Fiqih untuk siswa MTs Kelas VIII
Berdasarkan KMA 183/2019

Anda mungkin juga menyukai