Anda di halaman 1dari 15

PENGGUNAAN MODEL BOLA BILYAR PADA KALIMAT PASIF

BAHASA JEPANG:
Kajian Linguistik Kognitif

Oleh
Shabrina Rahmalia
180920150512

MAKALAH

untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester

pada Mata Kuliah Linguistik Kognitif

Program Studi Linguistik Jepang Fakultas Ilmu Budaya

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

Bahasa yang ada di setiap negara memiliki ciri yang berbeda-beda. Hal ini
sesuai dengan karakteristik bahasa yaitu unik. Chaer (2012: 51) menyatakan
bahwa unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh
yang lain. Seperti bahasa Jepang tentu memiliki ciri-ciri khusus, misalnya dari
pembentukan kalimat. Pengertian dari kalimat ialah satuan di atas klausa dan di
bawah wacana. “Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan,
serta disertai intonasi final” (Chaer, 2009: 44). Struktur kalimat standar bahasa
Jepang adalah S-O-V. Akan tetapi, jika dilihat berdasarkan diatesis yaitu
hubungan antara partisipan atau subjek perbuatan yang dinyatakan oleh verba
dalam klausa, terdapat struktur kalimat yang berbeda. Salah satu contoh diatesis
yang mendasar ialah diatesis aktif dan diatesis pasif.
Diatesis aktif dapat dikatakan kalimat aktif, kalimat yang subjeknya ialah
pelaku. Sedangkan pada diatesis pasif, orang atau sesuatu yang dikenai aktivitas
atau kejadian posisinya menjadi subjek. Kalimat pasif bahasa Jepang memiliki
keistimewaan dibanding bahasa lain. Salah satu alasannya karena kalimat pasif
bahasa Jepang dapat memiliki makna mengganggu, merusak, atau perasaan tidak
enak. Selain itu, perbedaan penggunaan bentuk aktif dan pasif ini dapat dilihat
dari posisi subjek yang bukan sebagai pelaku tetapi sebagai pengalam. Bagi
pembelajar bahasa Jepang, pemahaman mengenai kalimat pasif bahasa Jepang
dapat dipermudah dengan model bola bilyar berdasarkan kajian linguistik
kognitif.
Linguistik kognitif berfokus pada pemotivasian hubungan antara makna
dan bentuk. Salah satu objek kajian yang dapat dikaji ialah kalimat pasif. Pertama
peneliti melihat bentuk kalimat pasif bahasa Jepang, menentukan peran semantik
yang terdapat dalam kalimat tersebut, kemudian dilanjutkan dengan membuat bola
bilyar yang disertai panah sebagai padangan atau gambaran kepada pembelajar
bahasa Jepang untuk mudah memahami hubungan setiap unsur dan makna dari
bentuk pasif ini. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam
penggunaan model bola bilyar guna mempermudah pemahaman kalimat pasif
bahasa Jepang.

1.1 Tujuan Penelitian


Dalam penulisan makalah ini berdasarkan latar belakang masalah di atas,
penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Mendeskripsikan bentuk dan peran semantik kalimat pasif bahasa
Jepang.
2. Mendeskripsikan penggunaan model bola bilyar pada kalimat pasif
bahasa Jepang.

1.3 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. “Deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai
dengan sifat alamiah itu sendiri” (Djajasudarma, 2010: 16). Metode deskri
ptifmerupakan suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian
yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
Sumber data penelitian ini adalah data yang diperoleh dari media
elektronik berita Jepang yaitu www.asahi.com yang diakses sejak tanggal 4
Oktober 2016 hingga 27 Desember 2016. Kemudian dipilih kalimat yang
mengandung kalimat pasif yang kemudian akan dianalisis.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Linguistik Kognitif (認知言語学)


Menurut Sutedi (2011: 188) linguistik kognitif merupakan aliran yang
banyak didasari oleh konsep- konsep dalam psikologi kognitif, beranggapan
bahwa semua aspek bahasa bisa dikaji berdasarkan pada pengalaman manusia.
Linguistik kognitif memandang bahwa setiap fenomena bahasa pasti ada yang
melatarbelakangi dan memotivasinya. Yoshimura (dalam Sutedi, 2011: 188) 
menegaskan bahwa kata kognitif yang digunakan dalam aliran ini,  yaitu seluruh
kegiatan pikiran manusia dalam memahami dan memaknai seluruh setiap
pengalaman barunya secara subjektif dalam mengatur berbagai informasi yang
diperoleh dengan tepat.
Sutedi (2011: 189) menyatakan bahwa tata bahasa generatif menjadikan
kemampuan berbahasa atau yang dikenal dengan language compotence sebagai
objek kajiannya. Kemampuan berbahasa yaitu berupa pengetahuan tentang bahasa
dari para penuturnya yang bersifat abstrak.  Sebaliknya,  linguistik kognitif
menjadikan penampilan berbahasa (language performance)  sebagai objek
kajiannya,  yaitu pemakaian bahasa secara konkret dalam situasi yang sebenarnya.
Sutedi (2011) menambahkan tata bahasa generatif berfokus pada tata bahasa
secara universal,  sedangkan linguistik kognitif berfokus pada pemotivasian
hubungan antara makna dan bentuk. Sehingga yang menjadi tolok ukur dalam
linguistik kognitif mengacu pada benar-tidaknya atau berterima atau tidak suatu
kalimat berdasarkan pada penutur pengguna bahasa tersebut. 

2. 2 Sintaksis dan Makna (構文と意味)


Kazumi (2009: 93) menyatakan bahwa apa yang kita tampilkan dengan
sebuah kalimat meupakan adegan situasi atau sebuah kejadian. Bagaimana kita
menginterpretasi berbagai macam kejadian yang terjadi di sekitar kita dan
bagaimana mereka menginterpretasi, bentuk kalimat seperti apa (sintaksis),
tergantung dari hal itu. Dengan kata lain, pemilihan sintaksis untuk menyatakan
suatu kejadian memiliki makna tersendiri.
2.2.1 Rantai Perbuatan: Model Bola Billiard (行為の連鎖:
ビリヤ-ドボ-ル・モデル)
Terdapat 3 jenis kalimat yang dapat dianalisis menggunakan model ini.
Berikut contoh menurut Kazumi (2009: 93):
1. a. John broke the window with the hammer.
b. The hammer broke the window.
c. The window broke.
Pada kalimat 1a, verba broke ‘memecahkan’ merupakan verba yang
menunjukkan aktivitas. Kalimat 1a memiliki tiga argumen, yaitu john sebagai
pelaku, window sebagai pengalam, dan hammer sebagai instrumen / alat. Peran-
peran dari setiap argumen ini disebut dengan imi no yakuwari ( 意 味 の 役 割 ).
Peran pada unsur kalimat 1a sebagai berikut:
John: agen / koudoushu ( 行動主)
Hammer : instrumen / dougu (道具)
Window : pengalam / pasien (被動作主)
Makna dari kalimat ditentukan oleh seperti apa hubungan antara sesuatu
dan sesuatu, peran seperti apa yang dimainkan. Untuk mengetahui gambaran yang
akurat, linguistik kognitif menggunakan model sebagai berikut.

John Hammer Window


(agen / pelaku) instrumen pengalam

Gambar di atas menunjukkan ‘john broke the window with hammer’. Pada
model ini, kata nomina seluruhnya adalah benda / orang (モノ). Selain itu, pada
model ini dibedakan berdasarkan jenis panah. Dua kali panah di atas
menunjukkan adanya transmisi atau perpindahan kekuatan atau energi, dan panah
yang satu kali di atas menunjukkan perubahan posisi atau keadaan suatu benda
atau orang. Dalam gambar tersebut, kekuatan John pertama-tama disampaikan
dengan menggunakan hammer, kemudian disampaikan kepada window. Setelah
itu trasmisi kekuatan berhenti. Oleh karena itu window merupakan perubahan
keadaan yang menjadi bagian yang kecil-kecil atau terbelah. Model seperti ini
disebut model bola bilyar menurut Langacker (dalam Kazumi, 2009).
Kalimat 1a, 1b, dan 1c dapat digambarkan sebagai berikut.

1a.

John Hammer Window

1b.
Hammer Window

1c.
Window

Menurut Kazumi (2009), subjek dalam sebuah kalimat yang dinyatakan


dengan model bola bilyar, digambarkan sebagai berikut.

John Hammer Window

Subjek pada kalimat aktif dan pasif, dicontohkan dengan kalimat berikut:
2. a. John broke the window
b. The window was broken by John
Jika kalimat aktif dan pasif, dapat dikatakan memiliki makna kejadian
yang sama. Akan tetapi menjadi hal yang rumit karena pada kalimat 2a, John
berada di depan yang terdapat pada model bola bilyar merupakan pelaku yang
melakukan ‘broke’, menjadi fokus yang diperhatikan. Sedangkan, pada kalimat 2b
menunjukkan fokus mengalami perpindahan kepada ‘window’ yang dipecahkan.
2a.

John Window

2b.

John Window

2.3 Kalimat Pasif Bahasa Jepang (受身文)


Diatesis pasif ialah orang atau sesuatu yang dikenai aktvitas atau kejadian
posisinya menjadi subjek. Ungkapan pasif dalam bahasa Jepang ditandai dengan
~rareu / ~reru seperti contoh berikut ini :
1. 太郎は朝早く電話で起こされた。
Ungkapan pasif dalam bahasa Jepang dapat dibagi menjadi chokusetsu
ukemi, bijou no ukemi, kansetsu no ukemi, mochinushi no ukemi.
2. 3. 1 Pasif Langsung (直接受身)
Bentuk pasif yang dikenai langsung. Partikel kasus o menjadi subjek pada
kalimat pasif ini.
能動文 : 母は娘をしかりました。
受身文: 娘は母にしかれました。
2.3.2 Pasif Netral (非情受身)
Bentuk pasif yang menjadi objeknya bukan benda hidup dan pelakunya
sudah diketahui secara umum.
受身文:展覧会は開かれました。
2.3.3 Pasif Tak Langsung (間接受身)
Bentuk pasif yang terdapat perasaan mengganggu atau adanya kerusakan.
能動文: 恋人は泣きました。
受身文: 私は恋人に泣かれました。 (terdapat perasaan sedih)
2.3.4 Pasif Kepemilikan (持ち主の受身)
Bentuk pasif yang menyatakan kepemilikan.
能動文: だれかが(私)の足を踏みました。
受身文: 私はだれかに足を踏まれました。
私の足はだれかに踏まれました。X 
2.4 Peran Semantik
Menurut Sutedi (2011: 121) yang dimaksud dengan peran ialah hubungan
antara argumen dan predikat dalam proposisi. Peran suatu argumen sangat
ditentukan oleh predikat, hubungan antar peran tersebut membentuk suatu struktur
yang disebut dengan struktur peran atau kasus. Menurut Sugono (2014: 85)
argumen adalah nomina atau frasa yang bersama-sama predikat membentuk
proposisi.
Batasan dari kasus-kasus menurut pendapat pakar seperti Koizumi,
Kaswanti, dan Parera (dalam Sutedi, 2011: 122) dan menurut Tarigan (2009):
1. Agentif
Kasus yang menunjukkan pelaku atau pemrakarsa suatu perbuatan yang
dinyatakan oleh verba yang menjadi predikatnya. Pelaku tersebut berupa nomina
bernyawa seperti manusia atau binatang.
2. Pengalam / Datif (Experiencer)
Kasus yang menunjukkan suatu mahkluk bernyawa yang dipengaruhi oleh
keadaan atau tindakan yang diperkenalkan oleh verba.
3. Instrumental
Kasus yang menunjukkan alat yang digunakan oleh pelaku melangsungkan
perbuatan yang dinyatakan oleh verba yang menjadi predikatnya.
4. Benefaktif
Kasus yang ditujukan untuk keuntungan makhluk hidup (nomina yang
bernyawa) yang memperoleh keuntungan dari tindakan yang dinyatakan oleh
verba yang menjadi predikatnya.
5. Objektif
Kasus yang secara semantis paling netral, bisa semua nomina menduduki
posisi ini. Nomina yang menjadi kasus objektif tidak melakukan perbuatan atau
juga bukan merupakan alat, melainkan yang dipengaruhi atau terkena perbuatan.
6. Sumber
Kasus yang menunjukkan hubungan semantis antara nomina dengan
verbanya, yang menyatakan titik awal suatu aktivitas yang dinyatakan oleh verba
tersebut.
7. Sasaran
Kasus yang menyatakan tempat atau objek yang menjadi tujuan dari
perbuatan yang dinyatakan oleh verba yang menjadi predikat.
8. Lokatif
Kasus yang menunjukkan lokasi, tempat, atau ruang berlangsungnya
tindakan yang dinyatakan oleh verba yang menjadi predikatnya.
9. Komitatif
Kasus yang menunjukkan nomina yang menyertai dalam suatu perbuatan
yang dinyatakan oleh verba yang menjadi predikatnya.
10. Time
Kasus yang menyatakan waktu terjadinya kegiatan atau peristiwa agen
yang dilakukan agen dalam suatu kalimat
11. Faktitif
Kasus yang menyatakan hasil dari suatu kejadian atau perbuatan yang
dinyatakan oleh verba menjadi predikatnya.
BAB III

ANALISIS DATA

1. 杉山沙織さん(32)が男に刃物で腹や首を刺され、搬送先の病院で死
亡が確認された。
Sugiyama Saori-san (32) ga otoko ni hamono de hara ya kubi o sasa re, hansō-
saki no byōin de shibō ga kakunin sareta.
‘Sugiyama Saori (32) ditusuk pada bagian perut dan leher oleh seorang pria
dengan benda tajam dan kematian tersebut telah dikonfirmasi di rumah sakit’.
(www.asahi.com, 4 Oktober 2016)

1’ 杉山沙織さん(32)が男に刃物で腹や首を刺され、。。
Sugiyama Saori-san (32) ga otoko ni hamono de hara ya kubi o sasare
‘Sugiyama Saori (32) ditusuk pada bagian perut dan leher oleh seorang pria
dengan benda tajam’.

Kalimat 1a merupakan kalimat pasif (受身文) yang ditandai dengan verba


bentuk pasif yaitu sasareru (刺される) ‘ditusuk’. Kalimat ini terdiri dari empat
argumen yaitu sugiyama saori-san, otoko, hamono, dan hara ya kubi. Sugiyama
Saori-san merupakan subjek yang menjadi pengalam karena dikenai suatu
aktivitas yaitu ‘ditusuk’. Otoko merupakan pelaku dari kegiatan, namun pada
kalimat pasif, pelaku tidak menjadi fokus utama, karena yang berada di depan
ialah kasus pengalam. Hamono ‘benda tajam’ sebagai alat atau intsrumen, dan
hara ya kubi ‘perut dan leher’ sebagai kasus objektif, kasus yang terkena
perbuatan yang dinyatakan oleh verba. Peran semantik kalimat 1a dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Sugiyama Saori-san : Pengalam / keikensha (経験者)
Otoko : Agen/pelaku / dousanushi (動作主)
Hamono : Instrumen / dougu (道具)
Hara ya kubi : Objektif / taishou (対象)
Untuk memudahkan pemahaman hubungan antara bentuk dan makna, lihat
model bola bilyar di bawah ini.

1’

otoko Sugiyama Saori hamono hara ya kubi

Dalam gambar 1’, kekuatan seorang pria ini disampaikan kepada


Sugiyama Saori sebagai kasus pengalam yang mengalami penusukan. Kemudian
disampaikan dengan menggunakan benda tajam/hamono, kemudian disampaikan
kepada perut dan leher/hara ya kubi sebagai kasus objektif. Setelah itu transmisi
kekuatan berhenti. Oleh karena itu, pada gambar 1’, perut dan leher (hara ya kubi)
merupakan perubahan keadaan yang menjadi bagian yang tersakiti, rusak.
Pengungkapan bentuk pasif yang dinyatakan dengan kalimat 1’
menunjukkan bahwa pada gambar 1’, Sugiyama Saori merupakan makhluk
bernyawa yang terkena aktivitas oleh agen, dan pada kalimat 1’ Sugiama Saori
dinyatakan dengan posisi di depan, sehingga, terjadi perpindahan fokus dari bola
bilyar ke-satu ke bola bilyar ke-dua yang diberi cetak tebal yaitu fokus kalimat
pasif adalah orang yang mengalami tindakan dari pelaku. Perpindahan sudut
pandang yang menjadi fokus ini memunculkan jenis kalimat 1’ yaitu kalimat pasif
tidak langsung.

2. 慶応大の学園祭イベント「ミス慶応コンテスト」が今年、中止されるこ
とになった。
Keioudai no gakuensai ibento `misukeiō kontesuto' ga kotoshi, chuushi sareru
koto ni natta.
‘Acara festival kampus dari Universitas Keio "Miss Keio Contest" tahun ini harus
dihentikan’.
(www.asahi.com, 4 Oktober 2016)

Kalimat 2 merupakan kalimat pasif (受身文) yang ditandai dengan verba


bentuk pasif yaitu chuusisareru (中止される) ‘diberhentikan’. Kalimat ini terdiri
dari dua kasus yaitu Keioudai no gakuensai ibento `misukeiō kontesuto' sebagai
kasus objektif dan kotoshi sebagai kasus waktu. Kasus waktu bersifat opsional dan
berhubungan dengan modalitas, sehingga tidak dapat dikatakan sebagai suatu
argumen yang membentuk proposisi. Peran semantik kalimat 2 dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Keioudai no gakuensai ibento `misukeiō kontesuto' : Objektif / taishou (対象)

Perhatikan model bola bilyar kalimat 2 sebagai berikut.

gakuensai ibento

Pada kalimat 2, hanya terdapat satu bola bilyar, yaitu argumen ‘gakuensai
ibento’ yang menyatakan kasus objektif. Kalimat ini tidak memunculkan agen
yang melakukan tindakan. Oleh karena itu, fokus kalimat hanya terdapat pada
kasus objektif gakuensai ibento. Pada kalimat pasif ini hanya terdapat jenis panah
akhir yang menunjukkan perubahan keadaan yaitu acara festival kampus yang
diberhentikan.

3. その後、米軍に引き上げられ、海岸に放置された.
Sonogo, beigun ni hikiage rare, kaigan ni houchi sareta. 
‘Setelah itu, pasukan bersenjata Amerika Serikat ditarik/dipindahkan, dan
dibiarkan di pesisir pantai’.
(www.asahi.com, 28 Desember 2016)
3a. 米軍に引き上げられ 、。。
beigun ni hikiage rare
‘Pasukan bersenjata Amerika Serikat ditarik’.

3b. 海岸に放置された
kaigan ni houchi sareta
‘dibiarkan di pesisir pantai’.

Pada kalimat 3 terdapat dua klausa yang dibagi menjadi klausa 3a dan
klausa 3b. kedua klausa ini merupakan kalimat pasif. Pada klausa 3a, verba pasif
ditandai oleh hikiagerareru ‘ditarik, dipindahkan’ dan argumen beigun ‘pasukan
bersenjata Amerika’ yang merupakan kasus pengalam. Verba pada klausa 3b
ditandai oleh houchi sareta ‘dibiarkan’ dan kasus tempat yang ditunjukkan oleh
kaigan ‘pesisir pantai’. kasus tempat menunjukkan lokasi berlangsungnya
tindakan yang dinyatakn oleh verba. Berikut model bola bilyar untuk kalimat 3.

3a.

Beigun
3b.

Kaigan

3.

beigun kaigan
Kalimat 3 tidak memunculkan agen yang melakukan tindakan, sehingga
pada gambar 3, bola bilyar langsung tergambar pada beigun, kasus pengalam yang
dikenai tindakan dari verba hikiagerareru. Transmisi tindakan hikiageru dari
pelaku kepada pengalam tidak tampak pada kalimat 3. Untuk memfokuskan sudut
pandang kepada pengalam maka kalimat pasif ini muncul. Kemudian, setelah
klausa 1 terjadi, pengalam menerima tindakan verba yaitu dibiarkan ke pesisir
pantai. Pada bola bilyar terakhir, sesuai jenis panah ini, kaigan menunjukkan
perubahan lokasi yaitu di pesisir pantai.
BAB IV

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya, sesuai dengan tujuan


penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan bentuk kalimat pasif secara umum, peran pelaku yang terdapat
dalam kalimat pasif dapat dihilangkan. Hal ini terjadi karena pada bentuk pasif,
orang atau sesuatu yang terkena tindakan menjadi subjek. Peran-peran yang
terdapat dalam kalimat pasif dalam satu kalimat dapat berupa pengalam, agen,
intsrumen, objektif, atau berupa pengalam saja, atau pengalam dan agen saja.
Selain pasif yang bersifat netral, dalam kalimat pasif selalu terdapat peran
pengalam.
2. Dengan menggunakan model bola bilyard Langacker (dalam Kazumi, 2009),
kita dapat mudah memahami sudut pandang yang menjadi fokus dalam kalimat
pasif, gambaran hubungan bentuk dan peran yang terdapat dalam kalimat, dan
bagaimana setiap rantai menjelaskan hubungan tiap unsur sehingga muncul
kalimat pasif.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Kazumi, Tachigumi. 2009. Ninchi Gengogaku. Tokyo: Hitsuji Shobou.

Sutedi, Dedi. 2011. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung:


Humaniora.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Tata Bahasa Kasus. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai