Anda di halaman 1dari 15

KALA DAN ASPEK DALAM BAHASA JEPANG

Oleh
Shabrina Rahmalia
180920150512

MAKALAH

untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester

pada Mata Kuliah Linguistik Komparatif

Program Studi Linguistik Jepang Fakultas Ilmu Budaya

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu ciri dari bahasa ialah bahasa sebagai sistem. Chaer (2012: 34)
menyatakan bahwa sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna atau berfungsi sehingga bahasa tidak tersusun
secara acak dan bukan merupakan sistem tunggal, tetapi dari sub-subsistem.
Subsistem-subsitem yang dimaksud ialah subsitem fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Tiap unsur dalam setiap subsistem tersebut tersusun
menurut aturan yang secara keseluruhan membentuk suatu sistem.
Sistem bahasa yang ada di seluruh dunia dapat bersifat universal atau unik.
Seperti bahasa Jepang dan bahasa Indonesia yang memiliki perbedaan dalam
menyatakan kala dan aspek. Keunikan bahasa Jepang ialah perubahan kata kerja
yang bersifat infleksi sedangkan bahasa Indonesia tidak. Dalam bahasa
Indonesia, kala lampau dapat dinyatakan dengan tambahan ‘sudah’, ‘telah’ yang
mengikuti verba seperti contoh ‘telah makan’, sedangkan dalam bahasa Jepang,
verba mengalami perubahan menjadi verba bentuk lampau yang ditandai dengan
akhiran ta seperti kata ‘taberu’ (makan) menjadi ‘tabeta’ yang artinya telah
makan.
Kala menurut Chaer (2012: 260) ialah informasi dalam kalimat yang
menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman
yang disebutkan dalam predikat. Kala menyatakan waktu sekarang, sudah lampau,
dan akan datang. Menurut Iori (2000: 40) pemikiran tentang tense atau kala dalam
bahasa Jepang dibagi menjadi bentuk ~ta dan bentuk ~ru. Dalam bahasa Jepang,
kala dapat disebut dengan tensu atau jisei. Sedangkan aspek menurut Chaer (2012:
259) adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam
suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses. Dari berbagai bahasa dikenal adanya
berbagai aspek, antara lain aspek kontinuatif, aspek perfektif, aspek imperfektif,
aspek repetitif, dan aspek resultatif. Aspek-aspek ini dalam bahasa Jepang
memiliki penanda khusus. Salah satu penanda aspek bahasa Jepang yang
berbentuk morfem terikat ditandai dengan bentuk verba + teiru. Bentuk teiru
dapat meyatakan aspek yang berbeda-beda yang salah satunya dapat dibedakan
berdasarkan makna verbanya yaitu verba sekejap dan verba yang terdapat rentan
waktu.
Bagi pembelajar bahasa Jepang membedakan penggunaan kala dan aspek
bahasa Jepang serta mengetahui makna kalimat yang dicirikan dengan aspek
merupakan hal yang kompleks. Cara melihat kalimat sebagai tense dan aspek
perlu diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih
dalam penggunaan dan ciri dari kala dan aspek dalam bahasa Jepang melalui
penelitian ini.

1.2 Tujuan Penelitian


Dalam penulisan makalah ini berdasarkan latar belakang masalah di atas,
penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Mendeskripsikan penanda kala dan aspek dalam bahasa Jepang.
2. Mendeskripsikan penggunaan kala dan aspek dalam bahasa Jepang.
3. Mendeskripsikan perbedaan kala dan aspek dalam bahasa Jepang.

1.3 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. “Deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai
dengan sifat alamiah itu sendiri” (Djajasudarma, 2010: 16). Metode deskri
ptifmerupakan suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian
yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
Sumber data penelitian ini adalah data yang diperoleh dari media
elektronik berita Jepang yaitu asahi yang diakses sejak tanggal 25 Desember 2016
hingga 26 Desember 2016. Kemudian dipilih kalimat yang menganduk kala dan
aspek.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kala / Tense (時制・テンス)


Menurut Chaer (2012: 260) kala ialah informasi dalam kalimat yang
menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman
yang disebutkan dalam predikat. Kala ini lazimnya menyatakan waktu sekarang,
sudah lampau, dan akan datang. Kala dalam bahasa Jepang terbagi menjadi 2
bentuk yaitu kala kini yang dinyatakan dengan ~ru dan kala lampau yang
dinyatakan dengan ~ta. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Iori (2000: 40)
sebagai berikut.
テンスについて考えるには述語のル形とタ形を区別する必要があります。
Tensu ni tsuite kangaeru ni wa jutsugo no ru kei to ta kei o kubetsusuru hitsuyou
ga arimasu.
‘Pemikiran tentang tense atau kala perlu dibagi menjadi bentuk ~ta dan bentuk
~ru’.

Tabel 1 Bentuk ~ru ( ル形) dan bentuk ~ta (タ形) menurut Iori (2000: 41)
ル形 タ形
動詞 ~ます、辞書形 ~ました、~た
~ません、否定形 ~ませんでした、
~なかった
い形容詞 ~い(です) ~かった(です)
~くない(です) ~くなかった(です)
~くありません ~くありませんでした
な形容詞 ~です ~でした、~だったです
名詞+だ ~だ ~だった
~である ~であった
~ではりません ~ではありませんでした
~ではない ~でなかった

Kala dalam bahasa Jepang menurut Yasuhiko dan Tsutomu (1989: 1)


以前・過去 現在 以後・未来
(sebelumnya / lampau) (kini) (setelahnya / yang akan datang)

発語の時点   時間 (waktu)
  (waktu berbicara)

Penggunaan kala dalam bahasa Jepang menurut Yasuhiko dan Tsutomu


(1989: 5) terdapat empat penggunaan dasar yaitu bentuk ta untuk aktivitas masa
lampau, bentuk ta untuk kejadian masa lampau, bentuk ru untuk keadaan saat ini,
dan bentuk ru untuk kejadian yang akan datang. Selain empat penggunaan ini,
terdapat penggunaan kala yang lain yang dinyatakan dalam tabel di bawah ini.
Empat penggunaan dasar dari kala diberi cetak tebal.
述語の種類 タ形の用法 ル形の用法
状態 a 過去の状態 d 現在の状態 i 真理・本質
e 未来の状態に j 現在の習慣・
ついての確信 反復
動作・出来事 b 過去の出来事 f 未来の出来事
c過去の習慣・反復 につぃての
確信
g 現在の事象
h 手続・使用法
等の説明

2.2 Aspek (相・アスペクト)

Aspek menurut Chaer (2012: 259) adalah cara untuk memandang


pembentukan waktu secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau
proses. Dari berbagai bahasa dikenal adanya berbagai aspek, antara lain aspek
kontinuatif yaitu menyatakan perbuatan terus berlangsung, aspek inseptif yaitu
menyatakan peristiwa atau kejadian baru mulai, aspek progresif yaitu aspek yang
menyatakan perbuatan sedang berlangsung, aspek repetitif yaitu yang menyatakan
perbuatan itu terjadi berulang-ulang, aspek prefektif yaitu yang menyatakan
perbuatan sudah selesai, aspek imperfektif yaitu yang menyatakan perbuatan
berlangsung sebentar, dan aspek sesatif yaitu yang menyatakan perbuatan
berakhir.
Menurut Masaoka dan Takubo (1993: 99) aspek dalam bahasa Jepang
diartikan sebagai berikut:
働きの展開の様々な局面を表す文法形式を「アスペクト」という。
Hataraki no tenkai no samazana na kyokumen o arawasu bunpou keishiki o
asupekuto toiu.
‘Yang disebut aspek ialah bentuk tata bahasa yang mengungkapkan
perkembangan pergerakan dan situasi lain .’

Menurut Iori (2000: 54) yang termasuk aspek dalam bahasa Jepang ialah:
アスペクトを持つのは動詞に限られ[継続] [開始] [終了]などの種類があり
ます。
Asupekuto o motsu no wa doushi ni kagirare (keizoku) (kaishi) (shuuryou) nado
no shurui ga rimasu.
‘Yang termasuk di dalam aspek ialah verba yang dibatasi jenisnya untuk keadaan
yang berkelanjutan, mulainya kegiatan, dan berakhirnya kegiatan.’

Contoh aspek dalam bahasa Jepang yang dinyatan dengan ~teiru (~ て い る )


sebagai berikut:
1. 田中さんはレストランで夕食をたべています。
2. 教室の窓ガラスが割れています。
3.昨日、田中さんはレストランで夕食を食べていました。
4. 私が入ったとき、教室の窓ガラスが割れていました。

Untuk lebih jelasnya, mari lihat garis aspek yang menyatakan verba dalam contoh
kalimat di atas.
1.〈動作・出来事の継続〉(Aktvitas berkelanjutan)
食べている
OOO OOO

発語時  時間(waktu)
(waktu berbicara)
2. 〈状態の継続〉(Kelanjutan dari keadaan)
       割れている
OOO OO
割 れて いな い                  発 語時       時間 (waktu)
割れた (変化点) (titik perubahan) (waktu berbicara)

3. 〈動作・出来事の継続〉(Aktvitas berkelanjutan)
食べていた
OOO OOO

昨日 (基準時) 発語時    時間(waktu)


(kemarin) (Waktu standar) (waktu berbicara)

4. 〈状態の継続〉(Kelanjutan dari keadaan)


       
割れていなかった  O O O OO 割れている

          私が入った時 (基準時)   発語時 時間
割れた (変化点)    (Waktu standar)   (waktu berbicara) (waktu)
(titik perubahan)

Verba menurut Kindaichi (1950) terbagi menjadi 4 dan verba ini memiliki
hubungan dengan aspek, yaitu:
1. Shunkan doushi (瞬間動詞)
Kata kerja yang menunjukkan perbuatan yang selesai dalam sesaat atau
disebut juga verba momentan/sekejap. Hasilnya berupa kekka sou. Kata
kerja ini dapat diubah menjadi bentuk 「ている」dan menunjukkan hasil
setelah perbuatan selesai dilakukan atau terjadi. Contohnya pada verba 結
婚する、感染する、死ぬ、咲く、開く、始 まる.
 する した している
2. Keizoku doushi (継続動詞)
Kata kerja yang menunjukkan suatu perbuatan yang berlangsung secara
berkelanjutan. Hasilnya berupa keizoku sou. Bentuk kata kerja ini dapat
diubah menjadi bentuk 「 て い る 」 dan menyatakan suatu keadaan yang
tengah berlangsung. Contohnya pada verba 書く、読む、走る.
する している した
3. Joutai doushi (状態動詞)
Kata kerja yang menerangkan kondisi atau keadaan. Kata kerja ini
diterjemahkan sebagai ‘kata kerja keadaan’ dan bentuknya tidak dapat
diubah ke dalam bentuk 「ている」. Contohnya ialah verba ある、い
る、要る.
4. Daiyonshu no Doushi (第四種の動詞) atau shizen ni kansuru doushi
Verba yang sifatnya khusus dan bentuknya dinyatakan dengan bentuk
「ている」. Contohnya ialah verba 優れる、そびえる、ばかげる.
BAB III

ANALISIS DATA

3.1 Kala (テンス)

1. 巨人は26日、内海哲也投手(34)が都内の病院で左右の肺の胸膜に
囲まれた縦隔と呼ばれる部分の腫瘍摘出手術を受けたと発表した。
Kyojin wa 26-nichi, utsumi tetsuya tōshu (34) ga tonai no byouin de sayuu no hai
no kyoumaku ni kakoma reta juukaku to yobareru bubun no shuyou tekishutsu
shujutsu o uketa to happyou shita.
‘Tokyo Giants (tim baseball Jepang) pada tanggal 26, telah mengumumkan
pelempar (pitcher) Tetsuya Utsumi (34 tahun) telah menjalani operasi
pengangkatan tumor di bagian yang disebut mediastinum yang dikelilingi oleh
paru-paru di sebelah kiri dan kanan, di rumah sakit di Tokyo’.
(www.asahi.com, 26 Desember 2016)

Kalimat 1 merupakan kalimat majemuk yang termasuk klausa


kutipan/inyou setsu ( 引 用 節 ) yang ditandai dengan to happyou shita. verba
sebagai inti proposisi pada kalimat ini ialah happyou shita. Verba happyou shita
berasal dari happyou suru kemudian mengalami perubahan bentuk dengan akhiran
ta menjadi happyou shita yang menyatakan kala lampau. Pada kalimat ini, kala
menyatakan kejadian masa lampau atau kako no dekigoto (過去の出来事),
berdasarkan titik waktu yaitu tanggal 26 Desember dan kejadian ‘telah
mengumumkan’ ini telah dilakukan sebelumnya dari waktu berbicara. Kemudian,
isi dari kutipan ini juga dinyatakan dengan kala lampau yang ditandai oleh
shujutsu o uketa yaitu ‘telah menjalani operasi’. Oleh karena itu, pada kalimat ini
aktivitas ‘mengumumkan’ telah berakhir dan keadaan yang dikutip yaitu
‘menjalani operasi’ juga telah terjadi.

2. 10月6日に瓶詰めされたものだった。
10 Tsuki 6-nichi ni bindzume sareta monodatta.
Ini telah dibotolkan pada tanggal 6 Oktober.
(www.asahi.com, 26 Desember 2016)
Pada kalimat 2, predikat dalam kalimat ini adalah kata benda (meishi)
yang ditandai dengan mono dan memiliki bentuk lampau yang ditandai dengan
akhiran datta. Pada kalimat ini, kala menyatakan kejadian masa lampau atau
kako no dekigoto ( 過 去 の 出 来 事 ), berdasarkan titik waktu yaitu tanggal 6
Oktober sebagai peristiwa masa lampau yang telah dilakukan sebelumnya,
sedangkan waktu berbicara saat ini yaitu 26 Desember.

3. 31日に、フジテレビ系が格闘技特番「RIZIN(ライジン)」を、
TBS系がスポーツ特番「KYOKUGEN(キョクゲン)2016」を、
それぞれ放送する。
 31-Nichi ni, Fujiterebi-kei ga kakutougi tokuban `RIZIN (raijin)' o, TBS-kei ga
supootsu tokuban `KYOKUGEN (kyokugen) 2016' o, sorezore housou suru.
‘Pada tanggal 31 Desember, Fuji TV akan menyiarkan program televisi martial
art yaitu ‘RIZIN’, TBS akan menyiarkan program televisi olahraga
‘KYOKUGEN 2016’ secara berturut-turut’.
(www.asahi.com, 26 Desember 2016)

Pada kalimat 3, verba sebagai inti proposisi pada kalimat ini ialah housou
suru. Bentuk ru menunjukkan kala tidak lampau, bisa berupa kala kini atau kala
yang akan datang. Pada kalimat ini, kala ~ru menyatakan keyakinan mengenai
kejadian yang akan datang atau mirai no dekigoto ni tsuite kakushin (未来の
出 来 事 に つ ぃ て の 確 信 ), berdasarkan titik waktu yaitu tanggal 31 Desember
sebagai kejadian yang akan datang, sedangkan waktu berbicara yaitu tanggal 26
Desember.

4. 沖ノ島の宝物を中心に、奈良など日本各地や朝鮮半島の計160件を並
べた特別展は1月1日に開幕する。
 Okinoshima no takaramono o chuushin ni, Nara nado nihonkakuchi ya
Chousenhantou no kei 160-ken o narabeta tokubetsu-ten wa 1 tsuki 1-nichi ni
kaimaku suru.
‘Spesial pameran dengan total 160 barang yang berpusat pada harta-harta
berharga Okinoshima, Nara, berbagai tempat di Jepang, Semenanjung Korea, dan
lain-lain, akan dimulai pada 1 Januari’.
(www.asahi.com, 26 Desember 2016)

Pada kalimat 4, verba sebagai inti proposisi pada kalimat ini ialah kaimaku
suru. Bentuk ru menunjukkan kala tidak lampau, bisa berupa kala kini atau kala
yang akan datang. Pada kalimat ini, kala ~ru menyatakan keyakinan mengenai
kejadian yang akan datang atau mirai no dekigoto ni tsuite kakushin (未来の
出来事につぃての確信), berdasarkan titik waktu yaitu tanggal 1 Januari sebagai
kejadian yang akan datang, sedangkan waktu berbicara yaitu tanggal 26
Desember.

3.2 Aspek (アスペクト)


5. 世界観光都市ランキング上位の京都で、外国人観光客向けの和食の家庭
料理教室が人気を集めている。
Sekai kankou toshi rankingu joui no Kyouto de, gaikokujin kankoukyaku muke no
washoku no katei ryouri kyoushitsu ga ninki o atsumeteiru.
‘Kelas memasak makanan rumah khas Jepang untuk turis luar negeri kian populer
di Kyoto, peringkat teratas dunia kota turisme’.
(www.asahi.com, 26 Desember 2016)

Pada kalimat 5, verba sebagai inti proposisi adalah atsumeteiru. Verba


atsumeru dinyatakan dengan bentuk ~teiru menjadi atsumeteiru yang menyatakan
aspek. Pada kalimat ini, aspek menyatakan suatu keadaan yang tengah
berlangsung yaitu fenomena kian maraknya kelas memasak bagi turis asing.

6.12月上旬、京都市下京区の町家を改造した料理教室「クッキングサ
ン」で、外国人4人が巻きずしづくりに挑戦していた。
12 Tsuki joujun, kyoutoshi shimigyouku no machiya o kaizou shita ryouri
kyoushitsu `kukkingusan' de, gaikokujin 4-nin ga makizushi-dzukuri ni chousen
shite ita.
‘Di awal bulan Desember, empat turis asing ditantang membuat makizushi (sushi
yang digulung dengan nori) di kelas memasak ‘kukkingu san’ yang direnovasi
rumah kota tradisional di kota Kyoto, distrik Shimigyo’.
(www.asahi.com, 26 Desember 2016)

Kalimat 6, verba sebagai inti proposisi dalam kalimat ini ditandai oleh
chousen shieita. Bentuk ~teita pada kalimat ini merupakan aspek yang
menyatakan suatu proses kejadian di masa lampau yang telah terjadi. Perbedaan
bentuk aspek ~teita dengan bentuk ~ta yang menyatakan kala lampau ialah cara
memandang sebuah kejadian yang berbeda. Jika diungkapkan dengan bentuk ~ta
yaitu chousen shita, hanya sebagai fenomena yang telah terjadi di masa lampau,
Sedangkan jika diungkapkan dengan bentuk aspek ~teita yaitu chousen shiteita,
kalimat ini menunjukkan sebuah proses di masa lampau yang sudah tercapai atau
selesai. Kala melihat suatu kejadian sudah atau belum terjadinya sesuatu,
sedangkan aspek melihat suatu kejadian sudah selesai atau belum selesainya
sesuatu.

7. 全20曲を1人で歌い切った。
 Zen 20 kyoku o hitori de utai kitta.
‘Saya menyanyikan sampai habis seluruh 20 lagu sendirian’.
(www.asahi.com, 26 Desember 2016)

Pada kalimat 7, terdapat verba utai kitta yang merupakan bentuk renyoukei
+ hojodoushi(補助動詞 ) atau verba bantu. Utau yang memiliki arti ‘menyanyi’
mengalami perubahan bentuk menjadi utai dan dilekati verba bantu kiru yang
artinya menjadi ‘menyanyi sampai habis atau selesai’. Pada kalimat seperti ini
mengandung aspek yang menunjukkan derajat atau situasi/kondisi. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan Yasuhiko dan Tsutomu (1989: 64) bahwa bentuk ~kiru
dapat memiliki makna teido/youtai o arawasumono (程度・様態を表すもの).
Utaikitta pada kalimat ini menjadi aspek yang menyatakan suatu aktivitas dengan
derajat tertentu yaitu ‘menyanyikan sampai habis atau selesai’ dan akhiran ~ta
menunjukkan kala lampau, bahwa aktivitas ini telah dilakukan.

8.「寒かったでしょう」と紙コップに入れたコーヒーを記者に差し出し、
やや早口で話し始めた。
 ‘Samukattadesho’ to kami koppu ni ireta kouhii o kisha ni sashidashi, yaya
hayakuchi de hanashi hajimeta.
‘Saya sedikit telah mulai berbicara, mengirimkan kopi yang “saya pikir sudah
dingin” dan telah saya masukkan ke dalam gelas untuk diberikan kepada
wartawan’.

(www.asahi.com, 26 Desember 2016)

Pada kalimat 8, terdapat verba hanashi hajimeta yang merupakan bentuk


renyoukei + hojodoushi(補助動詞 ) atau verba bantu. Hanasu yang memiliki arti
‘berbicara’ mengalami perubahan bentuk menjadi hanashi dan dilekati verba
bantu hajimeru yang artinya menjadi ‘mulai berbicara’. Pada kalimat seperti ini
mengandung aspek yang menunjukkan hubungan yang bersifat waktu. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan Yasuhiko dan Tsutomu (1989: 64) bahwa bentuk
~hajimeru dapat memiliki makna jikanteki kankei o arawasu mono (時間的関係
を表すもの). Hanashihajimeru pada kalimat ini menjadi aspek yang menyatakan
suatu aktivitas yang bersifat waktu yaitu mulainya suatu kegiatan atau dapat
disebut juga dengan aspek inkoatif (起動相)

.
BAB IV

SIMPULAN

Berdasarkan analsis pada bab sebelumnya, sesuai dengan tujuan


penelitian, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Penanda pada kala bahasa Jepang ditandai dengan bentuk verba dasar dilekati
akhiran ~ru atau akhiran ~ta. Penanda pada aspek bahasa Jepang bermacam-
macam, dapat ditandai dengan bentuk morfem terikat yaitu bentuk verba+~teiru,
verba+ ~teita dan dapat ditandai dengan morfem bebas yaitu bentuk renyoukei +
hojodoushi seperti pada verba utau dan verba kiru menjadi utaikiru.
2. Kala memiliki beberapa penggunaan, namun yang sering muncul pada data
yang dianalisis yaitu fungsi kala untuk menyatakan kejadian masa lampau dan
keyakinan untuk kejadian yang akan datang. Aspek dalam bahasa Jepang terdapat
berbagai macam jenis. Pada data yang dianalisis, terdapat aspek yang menyatakan
kejadian yang sedang berlangsung (aspek progresif), aspek yang menyatakan
derajat dalam melakukan aktivitas (teido o arawasumono), aspek yang
menyatakan keadaan, aspek yang menyatakam proses kejadian di masa lampau
yang ditandai dengan bentuk ~teita.
3.Perbedaan penggunaan kala dan aspek dapat dilihat dari cara melihat suatu
kejadian. Kala melihat kejadian sebagai telah terjadinya atau belum, sehingga
dilihat dari waktu berbicara, dan terdapat titik waktu yang merupakan keterangan
waktu. Oleh karena itu dalam kala hanya ada lampau, kini, dan yang akan datang.
Sedangkan dalam aspek, tidak selalu ada keterangan waktu karena aspek melihat
kejadian sebagai tercapainya sesuatu kegiatan atau belum, sehingga terdapat aspek
yang menyatakan peristiwa yang mulai dilakukan, sedang dilakukan, telah selesai
dilakukan, dalam keadaan sebagai hasil dari kegiatan yang telah dilakukan, dan
lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Masaoka, Takashi dan Yukinori Takubo, 1993. Kiso Nihongo Bunpou. Jepang:
Kuroshio Shuppan.

Iori, Isao. 2000. Nihongo Bunpou Handobukku. Tokyo: Surii E Nettowaaku.

Yasuhiko, Katou dan Fukuchi Tsutomu. 1989. Tensu, Asupekuto, Muudo. Tokyo:
Aratake Shuppan.

Anda mungkin juga menyukai