Anda di halaman 1dari 5

Nama : Harkitnas Direno

Nim : 1702074

RAJA AMON

Latar belakang munculnya sistem kerajaan (monarki) di Israel Kuno


Dalam masa tuanya Samuel mengangkat anak-anaknya, yakni Yoel dan Abia
menjadi hakim sebagai ganti dirinya. Namun anak-anak Samuel tidak hidup seperti
Samuel, mereka hidup dengan cara yang tidak baik, yaitu mengejar laba, menerima
suap, dan memutarbalikkan keadilan. Akibatnya tua-tua Israel berkumpul dan
meminta agar Samuel mengangkat raja untuk memerintah mereka, seperti bangsa
lain (1 Sam. 8). Permintaan untuk mengangkat seorang raja bukan hanya
dikarenakan oleh faktor ini, ada juga faktor lain yang mempengaruhinya, yaitu
perang yang terus terjadi antara Israel, Filistin, dan bangsa sekitar lainnya. Tak
selamanya Israel menang dalam peperangan, mereka juga mengalami kekalahan
seperti saat melawan orang Filistin yang membuat Tabut Perjanjian diambil (1 Sam.
4). Menyadari keterbatasan mereka, maka sistem pemerintahan kerajaan
merupakan pilihan yang tepat untuk membentuk pasukan tentara profesional agar
dapat mengusir invasi Filistin dan negara lainnya.  Selain itu, bangsa-bangsa sekitar
yang sudah menganut sistem monarki baik besar maupun kecil juga mempengaruhi
bangsa itu karena sistem ini terlihat bahwa raja mampu untuk memimpin bangsanya
dan memberi rasa aman dan nyaman.

Raja Amon

Amon = dapat dipercaya, ikhlas dan setia, memiliki keahlian - Raja ke-15 dari
Kerajaan Yehuda Selatan (2Raj 21:19-26; 2Taw 33:21-25) - Tokoh ke -13 dalam
periode kedua silsilah Yesus Kristus Matius 1:10 "Hizkia memperanakkan Manasye,
Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia."

Ayah: Manasye (2Raj 21:18; 2Taw 33:20) Ibu: Mesulemet (anak Harus dari Yotba;
2Raj 21:19) Masa pemerintahan menjadi raja pada usia 22 tahun dan memerintah
selama 2 tahun (642-640 SM; 2Raj 21:19; 2Taw 33:21). Penilaian: Raja yang jahat
(2Raj 21:20-22; 2Taw 33:22) ia tidak merendahkan hatinya di hadapan Tuhan,
malah kesalahannya semakin banyak (2Taw 33:23).

Sumber sejarah

Kitab sejarah raja-raja Yehuda (2Raj 21:25) Sebagai putra Manasye, Amon menjadi
raja ke-15 dari Kerajaan Yehuda Selatan. Nama Amon (amown) berarti 'ikhlas dan
setia' atau 'memiliki keahlian' dan diambil dari kata Ibrani (aman) yang berarti
'memastikan', untuk setia atau percaya.

(1) Melakukan perbuatan yang jahat di mata TUHAN


2 Raja-raja 21:20 menyatakan, "la melakukan apa yang jahat di mata TUHAN
seperti yang telah dilakukan Manasye, ayah." Kalimat "seperti yang telah
dilakukan Manasye, ayahnya" menandakan bahwa Amon telah mengikuti
ketidakpercayaan, penyembahan berhala, dan perbuatan jahat ayahnya. Dari
antara semua raja Israel dan Yehuda, satu-satunya raja yang memiliki
pernyataan "seperti yang telah dilakukan." adalah Raja Daud. Ungkapan
perbuatan ini menyaksikan bahwa Daud adalah raja yang baik dan yang telah
melakukan yang benar di mata Allah. Akan tetapi, ungkapan yang sama kini
digunakan pula pada Manasye, yang berarti bahwa ia adalah raja yang jahat
yang melakukan perbuatan yang jahat di mata Allah. Tentang Amon, Alkitab
menyatakan, "perilaku hidup sama seperti ayahnya dahulu sambil beribadah
kepada berhala-berhala yang disembah oleh ayah dan sujud menyembah
kepada mereka. la meninggalkan Tuhan, Allah nenek moyangnya dan tidak
hidup menurut kehendak TUHAN" (2Raj 21:21- 22). Ketika Amon berusia 16
tahun (648 SM), ia melihat ayahnya, Manasye, diseret dengan terikat sebagai
tawanan. Ia juga menyaksikan bahwa Manasye setelah pulang dari
penawanan dan melakukan reformasi. Meskipun demikian, ia tidak mengikuti
jejak iman Manasye yang dipilih dan menjadi setia, tetapi hanya mengikuti
cara hidup yang membangkang dari masa lalu Manasye.

(2) Amon mati dengan mengenaskan karena persepakatan para pelayannya


2 Raja-raja 21:23 menyatakan, "Dan pegawai-pegawai Amon mengadakan
persepakatan melawan dia dan membunuh raja di istananya" (2Taw 33:24).
Istana adalah tempat tinggal raja dan tempat yang paling aman. Sungguhlah
konyol bagi seorang raja yang terbunuh di istananya bahkan oleh pegawai-
pegawainya sendiri. Seorang manusia yang telah meninggalkan Allah
membuat tempat perlindungan apa pun untuk menjaga dirinya, tidak akan
berguna. Mazmur 127:1 menyatakan, "Jikalau bukan TUHAN yang
membangun rumah, sia-sialah usaha yang membangunnya; jikalau bukan
TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah penjaga berjaga-jaga." Akan tetapi
rakyat negeri itu membunuh mereka yang bersepakat melawan Raja Amon
dan membuat Yosia menjadi raja sebagai pengganti ayahnya (2Raj 21:24).
yang mana "rakyat negeri itu"? Adalah orang-orang yang tersembunyi dan
dipersenjatai dengan iman pada Allah, serta yang sungguh-sungguh
mengharapkan agar Dinasti Daud terus berlanjut Mereka tanpa putus.

Alkitab mencatat bahwa Amon mengikuti jejak ayahnya, dan mungkin sekali
hal itu berarti dia melanjutkan politik Manasye yang pro-Asyur. Karena itu kita
dapat menduga bahwa dia dibunuh oleh pemberontak anti-Asyur, yang
terpengaruh untuk memberontak karena kelemahan dalam negeri Asyur pada
masa itu. Asyurbanipal bergerak ke arah barat untuk menangani para
pemberontak di kawasan tersebut, namun tidak ada catatan adanya tindakan
terhadap Yehuda. Ini mungkin disebabkan karena mereka, yang
berkonspirasi untuk membunuh Amon, telah dibunuh sebelum rencana
mereka (2Raj. 21:24). Namun, mungkin dia bertindak terhadap Samaria pada
masa ini, seperti yang kita baca dalam Ezra 4:9-10 "Asnapar yang agung dan
mulia itu" (yakni Asyur-banipal) menempatkan kelompok bangsa-bangsa
asing yang baru "di kota-kota Samaria". Selain itu, kita tidak mengetahui apa
pun berkenaan dengan peristiwa tersebut. Mungkin Samaria telah berusaha
memberontak.
Refleksi Teologis
Dari kisah raja Amon ini kita bisa belajar bahwa mengikuti jejak seorang Ayah
dan melanjutkan apa yang dia bangunnya itu memang baik, tapi jika itu hal
yang jahat di mata Tuhan janganlah kita mengikutinya karna jika kita
berpaling dari Allah dan melakukan apa yang jahat dimata-Nya, maka Allah
sudah tidak akan menolong kita dari kesialan, bahkan kematian. Melihat dari
kisah Amon yang mati di bunuh di tangan bawahannya sendiri di dalam
istana, itu merupakan hal yang sial dan konyol bagi dia, karna seorang raja
bukanya mati dalam peperangan melawan musuh bangsanya, mala dia mati
oleh bawahannya/pegawainya sendiri dalam istana, yang seharusnya menjadi
tempat paling aman oleh seorang raja.
Referensi

W. S. Lasor, W.S., dkk., Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2019.
Abraham Park . D. Min. D. D., Pemeliharaan yang Misterius dan Ajaib: Silsilah
Yesus Kristus II, Sejarah Raja-raja, Jakarta Selatan: Yayasan Damai Sejahtera
Utama 2015.

David L. Baker dan John J. Bimson., Mari Mengenal Arkeologi Alkitab, Jakarta:
Gunung Mulia 2004.

Anda mungkin juga menyukai