Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PELAKSANAAN PELATIHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pelatihan


Dosen Pengampu: Drs. Syamsudin, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Ahmad Thobroni Sufi 20190720119
Innayatun Nawangsih Weninginggalih 20190720124
Vina Fauzizah Zulitasari 20190720125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Landasan Teori...........................................................................................................................4
D. Pembahasan................................................................................................................................5
1. Model-Model Pelatihan............................................................................................................5
2. Strategi Pelatihan.....................................................................................................................9
3. Langkah-langkah (tahapan) Pelaksanaan Pelatihan................................................................11
E. Penutup.....................................................................................................................................13
1. Kesimpulan............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................15

2
A. Latar Belakang Masalah
Banyak orang yang beranggapan bahwa pelatihan merupakan sebuah kegiatan yang
hanya membuang-buang waktu saja. Asumsi tersebut adalah salah besar, karena
pelatihan merupakan sebuah aktivitas dengan tujuan untuk meng-upgrade pengetahuan,
pemahaman dan ketrampilan individu atau sekelompok orang. Pelatihan adalah aktivitas
dalam rangka untuk mengembangkan sumber daya manusia dan kinerja individu atau
kelompok yang dirancang secara benar dan tepat agar tujuan tersebut tercapai.
Manajemen pelatihan adalah aktivitas pengoptimalan fungsi-fungsi manajemen yang
berkaitan dengan pembelajaran dalam pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk pengembangan sumber daya
manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian
manusia. Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi sering
dijadikan satu menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan) pengelolaan pelatihan yang
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya.
Pelatihan menjadi salah satu sarana bagi karyawan di mana mereka memperoleh
atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku spesifik yang
berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan prestasi kerja para karyawan. Pelatihan diarahkan untuk membantu
karyawan melaksanakan pekerjaan saat ini secara lebih baik dari sebelumnya. Pelatihan
sangat penting bagi karyawan baru maupun karyawan yang sudah lama. Pelatihan,
secara singkat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini
dan kinerja di masa mendatang.
Menurut Rivai dan Sagala (2009:212), pelatihan adalah proses secara sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini.
Walaupun pelatihan dapat membantu karyawan untuk mengerjakan pekerjaan mereka
saat ini, keuntungan dari pelatihan dapat diperoleh sepanjang kariernya dan dapat
membantu peningkatan kariernya di masa mendatang. Kegiatan pelatihan pada dasarnya
dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dari orang-orang yang
mengikuti pelatihan. Perubahan tingkah laku yang dimaksud disini adalah dapat berupa
bertambahnya pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perubahan sikap dan perilaku.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas timbul rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja model pelaksanaan pelatihan?
2. Bagaimana strategi pelaksanaan pelatihan?
3. Bagaimana langkah-langkah (tahapan) pelaksanaan pelatihan?

C. Landasan Teori
Model pelatihan pada awalnya berkembang pada dunia usaha terutama melalui
magang tradisional, dalam sebuah magang tradisional kegiatan belajar membelajarkan
dilakukan oleh seorang warga belajar (sasaran didik) dan seorang sumber belajar (tutor).
dalam perkembangan selanjutnya interaksi edukatif yang terjadi tidak hanya melalui
perorangan akan tetapi terjadi melalui kelompok warga belajar (sasaran didik, sasaran
pelatihan) yang memiliki kebutuhan dan tujuan belajar yang sama dengan seorang, dua
orang, atau lebih pelatih (sumber belajar, trainers). Salah satu konsep mengapa model
pelatihan dibangun adalah sangat bergantung pada kondisi itu (warga belajar, sasaran
didik dan pelatih/tutor). Hal tersebut sangat beralasan karena kebutuhan dan tujuan
pelatihan (Allison Rosset, 1987) dapat tercapai apabila warga belajar, tutor saling
memahami, menghargai, pengertian dan saling membelajarkan satu dengan lainnya
(Djudju Sudjana, 1993: 12).

Menurut Sastradipoera (2006) pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka


pendek yang menggunakan prosedur yang sistematik dan terorganisasi yang dengan
prosedur itu, personalia nonmenejerial belajar pengetahuan dan keterampilan teknis
untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu model pelatihan dianggap efektif manakala
mampu dilandasi kurikulum, pendekatan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan
belajar sasaran didik dan permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah-tengah nya.
Untuk itu diperlukan persyaratan khusus dalam membangun sebuah model pelatihan
yang efektif dan efesien. Persyaratan tersebut diantaranya adalah kebutuhan belajar
peserta pelatihan (sasaran didik, warga belajar dll.) istilah tersebut dalam dunia
pendidikan luar sekolah dikenal dengan TNA (Training Needs Assessment), SMA
(Subject Matter Analysis) dan ATD (Approaches to Training and Development).
(Allison Rossett and Joseph W. Arwady, 1987). Sedangkan menurut Bernadian dan
Russel, metode training (pelatihan) dibagi atas dua kategori yaitu informational methods
dan experimental methods.

4
D. Pembahasan
1. Model-Model Pelatihan
Para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda mengenai model- model
pelatihan. Menurut Allison Rossett and Joseph W. Arwady, 1987 menemukakan
bahwa model pelatihan dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Model-model training yang berdasar kepada kebutuhan pelatihan (training


need assessment).
1) Model Induktif
Pendekatan yang digunakan dalam model Induktif menekankan pada
usaha yang dilakukan dari pihak yang terdekat, langsung, dan bagian-bagian
ke arah pihak yang luas, dan menyeluruh. Oleh karena itu, melalui
pendekatan ini diusahakan secara langsung pada kemampuan yang telah
dimiliki setiap sasaran didik (pelatihan), kemudian membandingkannya
dengan kemampuan yang diharapkan atau harus dimiliki sesuai dengan
tuntutan yang datang kepada dirinya.
Keuntungan Model induktif ini adalah dapat diperoleh informasi yang
langsung, dan tepat mengenai jenis kebutuhan Peserta pelatihan, sehingga
memudahkan kepada tutor (pelatih) untuk memilih materi pelatihan (belajar)
yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Namun kerugiannya, dalam
menetapkan materi pendidikan yang bersifat menyeluruh, dan umum untuk
peserta pelatihan yang banyak dan luas akan membutuhkan waktu, dana, dan
tenaga yang banyak.
2) Model Deduktif
Pendekatan pada model ini dilakukan secara deduktif, dalam, pengertian
bahwa identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan secara umum, dengan
sasaran yang luas. Kebutuhan belajar hasil identifikasi model deduktif
termasuk jenis kebutuhan terduga (expected needs), dalam pengertian bahwa
peserta pelatihan (sasaran) pada umumnya diduga membutuhkan jenis
kebutuhan belajar tersebut. Apabila akan menetapkan kebutuhan pelatihan
(belajar) untuk peserta pelatihan yang memiliki karakteristik yang sama,
maka pelaksanaan identifikasinya dilakukan pengajuan pertimbangan kepada
semua peserta pelatihan (sasaran). Hal ini sebagaimana telah dilakukan
dalam menetapkan kebutuhan pelatihan minimal untuk peserta pelatihan
dengan sasaran tertentu seperti melihat latar belakang pendidikan, usia, atau

5
jabatan dll. Kemudian dikembangkan ke proses pembelajaran dalam
pelatihan yang lebih khusus.
Keuntungan dari tipe ini adalah bahwa hasil identifikasi dapat diperoleh
dari sasaran yang luas, sehingga ada kecenderungan penyelesaiannya
menggunakan harga yang murah, dan relatif lebih efesien dibanding dengan
tipe induktif karena informasi kebutuhan belajar yang diperoleh dapat
digunakan untuk penyelenggaraan proses belajar dalam pelatihan secara
umum. Namun demikian, model ini mempunyai kelemahan dari segi
efektifitasnya, karena belum tentu semua peserta pelatihan (sasaran) diduga
memiliki karakteristik yang sama akan memanfaatkan, dan membutuhkan
hasil identifikasi tersebut. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa
keanekaragaman peserta pelatihan (sasaran) cenderung memiliki minat dan
kebutuhan belajar yang berbeda.
3) Model Klasik
Model klasik ini ditujukan untuk menyesuaikan bahan belajar yang telah
ditetapkan dalam kurikulum atau program belajar dengan kebutuhan belajar
yang dirasakan peserta pelatihan (sasaran). Berbeda dengan model yang
pertama, pada model ini pelatih (tutor) telah memiliki pedoman yang berupa
kurikulum, umpamanya Kurikulum pelatihan prajabatan, kurikulum pelatihan
kepemimpinan, satuan pelajaran dalam pelatihan, modul, hand-out, dll.
Identifikasi kebutuhan belajar pelatihan dilakukan secara terbuka dan
langsung kepada peserta pelatihan (sasaran) yang sudah ada di kelas. Pelatih
(tutor) mengidentifikasi kesenjangan di antara kemampuan yang telah
dimiliki peserta pelatihan (sasaran) dengan bahan belajar yang akan
dipelajari.
Tujuan dari model klasik ini adalah untuk mendekatkan kemampuan
yang telah dimiliki dengan kemampuan yang akan dipelajari, sehingga
peserta pelatihan (sasaran) tidak akan memperoleh kesenjangan dan kesulitan
dalam mempelajari bahan belajar yang baru. Keuntungan dari model ini
adalah untuk memudahkan peserta pelatihan (sasaran) dalam mempelajari
bahan belajar, di samping kemampuan yang telah dimiliki akan menjadi
modal untuk memahami bahan belajar yang baru. Kelemahannya adalah bagi
peserta pelatihan (sasaran) yang terlalu jauh kemampuan dasarnya dengan
bahan belajar yang akan dipelajari menuntut untuk mempelajari terlebih
6
dahulu kesenjangan kemampuan tersebut, sehingga dalam mempelajari
kebutuhan belajar yang diharapkannya membutuhkan waktu yang lama.
b. Model-model Pelatihan berdasar pada Proses dan Materi Latihan (Subject
Matter Analysis (SMA))
1) Model latihan keterampilan kerja (Skill training for the job)
Model latihan ini dikembangkan oleh Louis Genci (1966). Model ini
mencakup empat langkah yang harus ditempuh dalam penyelenggaraan
pelatihan. Langkah pertama, mengkaji alasan dan menetapkan program
latihan. Kedua, merancang tahapan pelaksanaan latihan. Ketiga, memilih
sajian yang efektif. Keempat, melaksanakan dan menilai hasil latihan.
2) Model Pengembangan Strategi Latihan.
Model ini terdiri atas lima langkah. Pertama, menganalisis masalah
latihan. Kedua, merumuskan dan mengembangkan tujuan-tujuan latihan.
Ketiga, memilih bahan latihan, media belajar, metode dan teknik latihan.
Keempat, menyusun kurikulum dan unit, mata latihan, dan topik latihan.
Kelima, menilai hasil latihan.
3) Model Rancang Bangunan Latihan dan Evaluasi (Training Design and
Evaluation Model)
Model ini terdiri atas tujuh tahapan kegiatan. Ketujuh tahapan kegiatan
itu adalah menganalisis kebutuhan-kebutuhan latihan, mengembangkan
tujuan-tujuan latihan, merancang kurikulum latihan, merancang dan memilih
latihan, merancang pendekatan evaluasi latihan, melaksanakan program
latihan, dan mengukur hasil latihan. Tahapan-tahapan tersebut merupakan
kegiatan berangkai dan berurutan.
4) Model pelaksanaan latihan empat langkah (Model empat langkah).
Langkah pertama adalah mempersiapkan kelompok belajar. Ke dalam
langkah ini termasuk upaya menggali harapan warga belajar terhadap program
latihan, pembinaan keakraban dan kerjasama di antara mereka, pembagian
sub-sub kelompok. Langkah kedua ialah mengidentifikasi kebutuhan belajar
dan analisis tujuan latihan. Langkah ketiga adalah memilih dan
mengembangkan metode serta bahan belajar. Langkah Keempat yaitu menilai
pelaksanaan dan hasil latihan. Termasuk ke dalam kegiatan ini adalah
menentukan strategi evaluasi terhadap proses dan perolehan latihan. Langkah-
langkah tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
7
5) Model latihan Tujuh Langkah (The Seven-step Model).
Model ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut. Pertama adalah
melaksanakan identifikasi dan analisis kebutuhan latihan. Kedua ialah
merumuskan dan mengembangkan tujuan-tujuan latihan. Ketiga, merancang
kurikulum latihan. Keempat, Memilih dan mengembangkan metode latihan.
Kelima, menentukan pendekatan evaluasi latihan. Keenam, melaksanakan
program latihan. Ketujuh, melakukan pengukuran hasil latihan. Langkah-
langkah hendaknya dilakukan secara berurutan.

Sedangkan menurut Bernadian dan Russel, metode training (pelatihan) dibagi atas
dua kategori yaitu informational methods dan experimental methods.

a. Metode Informasi
Metode ini biasanya menggunakan pendekatan satu arah, melalui informasi-
informasi yang disampaikan kepada para peserta oleh seorang pelatih. Metode
jenis ini dipakai para pekerja mengenai hal-hal faktual, keterampilan atau sikap
tertentu. Para peserta biasanya tidak diberi kesempatan untuk mempraktikkan
atau untuk melibatkan diri dalam hal-hal yang diajarkan selama pelatihan.
Biasanya metode ini dipakai saat kuliah, presentasi audiovisual dan self directed
learning.
b. Metode Experimental
Experimental methods adalah metode yang mengutamakan komunikasi yang
luwes, fleksibel, dan lebih dinamis, baik dengan instruktur, sesame peserta, dan
langsung menggunakan alat-alat yang tersedia misalnya komputer. Metode ini
biasanya digunakan untuk mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan serta
kemampuan, baik yang bersifat soefware maupun hardware. Contoh pemakaian
metode ini misalnya diskusi kelompok, studi kasus dan lain sebagainya.
Secara speseifik metode pelaatihan maish dibagi menjadi beberapa bagian,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Metode On The Job Training
Metode dimana pegawai akan memepelajari pekerjaaan dengan cara
mengamati pegawai lain yang sedang bekerjakemudian mengobservasi
perilakunya. Selain itu metode ini juga menggunakan gambar, peta, sampel
masalah dan mendemonstrasikan pekerja sebagai media pembantu agar
pegawai baru mendapatkan pemahaman dengan jelas.

8
2) Metode Vestibule (balai)
Metode vestibule adalah metode pelatihan dimana pegawai baru yang
akan menduduki suatu pekerjaan akan mendapatkan suatu pelatihan di
ruangan atau tempat terpisah dengan diawasi instruktur. Misalnyaseperti
operator mesin, pengetikan klerek, pelatihan pekerjaan, dan sebagainya.
3) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pelatihan yang melibatkan penguraian
dan peragaan sesuatu melalui contoh sebagai alat bantu untuk mengajarkan
pegawai baru. Dalam metode ini akan ditunjukkan dan direncanakan
bagaimana sebuah pekerjaan bekerja (aktivitas nyata) mulai dari perencanaan
sampai hasil dari perencanaan tersebut.
4) Metode Simulasi
Metode simulasi adalah metode pelatihan dimana didalamnya akan dibuat
suatu situasi atau peristiwa yang menyerupai keadaan sebenarnya. Dengan
metode ini pegawai akan diajak untuk merasakan bagaimana situasi saat
mereka bekerja secara nyata sehingga saat sudah bekerja sebenarnya mereka
akan paham dengan kondisi yang mereka hadapi.
5) Metode Apprenticeship
Metode Apprenticeship adalah suatu acara untuk mengembangkan skill
(keterampilan) pengrajin atau pertukangan. Dengan metode ini pegawai akan
mendapatkan sebuah bimbingan secara umum lalu dapat langsung
mengerjakan pekerjaannya.
6) Metode Ruang Kelas
Metode ruang kelas adalah metode training (pelatihan) dimana pegawai
akan dilatih secara menyeluruh di dalam kelas. Contoh dari metode ini adalah
kuliah, studi kasus, konferensi, bermain peran serta pengajaran berprogram.

2. Strategi Pelatihan
Pelatihan adalah sebuah proses pendidikan yang lebih menekankan kepada
praktek daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan
menggunakan pedekatan berbagai macam pembelajaran dan bertujuan meningkatkan
dan mengembangkan pengetahuan. Selain itu pelatihan merupakan sebuah rangkaian
acara untuk meningkatkan keahlian pada diri seseorang, dalam melakukan sebuah
pelatihan maka ada tujuan yang harus diselesaikan dengan baik. Untuk itu Agar

9
pelatihan bisa berjalan dengan baik maka dibutuhkan beberapa beberapa strategi
diantaranya yaitu :

Strategi penguatan. Strategi penguatan adalah dukungan pada saat pra-pelatihan


kepemimpinan, baik dalam bentuk pertemuan, koordinasi, ataupun pelatihan awal
yang fungsinya menjembatani ekspektasi organisasi dengan harapan/ kebutuhan
peserta pelatihan (trainee) yang hendak ditugaskan mengikuti pelatihan. Strategi ini
dilaksanakan untuk menunjukkan dan memastikan dukungan organisasi bagi peserta
pelatihan (trainee). Strategi kedua adalah mengoptimalkan seluruh ‘perangkat’
pelatihan secara baik dan efektif. Perangkat pelatihan ini meliputi seluruh elemen
dalam pelaksanaan pelatihan meliputi, ketepatan metode yang dilaksanakan, kualitas
isi pelatihan, kualitas trainer, serta kelengkapan sarana dan prasarana yang modern.
Startegi yang ketiga yaitu pemberdayaan atau pelibatan trainee pasca pelatihan
kepemimpinan. Pada fase ini pencapaian training performance mampu ditransfer atau
diterapkansebagai job performance dalam lingkup tugas kerjanya. Berikut adalah
strategi agar pelatihan tidak membosankan :
2. Adanya variasi dalam penyampaian materi. Disetiap penyampaian materi oleh
trainer hendaknya diberikan sebuah variasi agara peserta pelatihan tidak bosan
dengan materi yang disampaikan.
3. Melakukan pengulangan dengan cara yang berbeda. Agar pelatihan bisa lebih
menarik hendaknya disaat melakukan pengulangan materi diberikan cara yang
berbeda atau bisa diberikan variasi lain.
4. Memanfaatkan berbagai media seperti gambar, foto, video atau ilustrasi yang
dapat membangkitkan semangat peserta pelatihan untuk memberikan respon.
Disisi lain agar penyampaian materi tidak membosankan bisa diberikan sedikit
tayangan gambar,foto, dan video.
5. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memberikan umpan balik
terhadap pelatihan diikuti, yang nantinya dapat digunakan untuk evaluasi
pelatihan
6. Menyampaikan materi pelatihan karyawan dengan singkat, jelas, dan tidak
membosankan. Agar materinya bisa diterima dengan baik maka hendaknya
disampaikan dengan singkat padat dan jelas
7. Memanfaatkan jasa lembaga pelatihan karyawa yang handal, terpercaya,
profesional, dan telah memiliki reputasi yang baik. Selain menerapkan beberapa

10
srategi diatas maka juga perlu kita perhaikan yaitu masalah trainer. Trainer yang
baik akan meberikan dampak yang positif dan baik. Namun juga sebaliknya
Ketika trainer kurang berpengalaman maka pelatihan akan kurang maksimal
8. Memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta untuk terlibat langsung
dalam pelatihan. Peserta diharapkan bisa terlibat langsung dengan pemateri agar
bisa saling terjadi komunikasi yang baik antara trainer dengan peserta pelatihan.

3. Langkah-langkah (tahapan) Pelaksanaan Pelatihan


Tahapan pelaksanaan ini dapat dibagi dalam 3 (tiga) langkah yaitu: Persiapan
(administrasi dan edukatif), Pelaksanaan proses belajar mengajar, dan Evaluasi.
a. Persiapan Administrasi
a. Mempersiapkan Surat Keputusan Penyelenggaraan/ kepanitiaan
a. Mempersiapkan tugas dan fungsi anggota panitia termasuk jadwal piket, dan
tata tertib penyelenggaraan,
b. Mempersiapkan dan memanggil peserta pelatihan lengkap dengan kriteria
peserta, waktu dan tempat penyelenggaraan serta syarat atau apa saja yang
harus disiapkan dan dilakukan oleh peserta,
c. Menyiapkan formulir:
- Daftar hadir, biodata peserta, fasilitator dan narasumber;
- Sertifikat;
d. Mempersiapkan dan mengirimkan surat permohonan:
- Membuka dan menutup pelatihan;
- Nara sumber dan Fasilitator;
- Penggunaan tempat: penginapan peserta; ruang belajar; dan tempat praktik
lapangan
- Sarana lain yang di perlukan.
e. Menyediakan perlengkapan diklat, antara lain:
- ATK;
- Perlengkapan peserta;
- Sarana penunjang pembelajaran, seperti : OHP, Video, LCD, White Board
dan lain-lain; Sound Sistem; Transportasi.
- Spanduk
- Lokasi dan tempat : akomodasi dan konsumsi; ruang belajar; praktik
lapangan; olah raga; out bound; perpustakaan/ruang baca; sekretariat.

11
- Sarana dokumentasi.
f. Menyusun dan menyediakan biaya pelaksanaan pelatihan yang terdiri dari:
- Biaya administrasi; dan
- Biaya edukatif
g. Persiapan Edukatif
Mengadakan rapat persiapan baik dengan komponen, atau pihak-pihak
terkait maupun rapat intern pelatihan untuk membahas dan menyepakati
berbagai hal sebagaimana terurai di bawah ini. Menyiapkan buku panduan
diklat/TOR, yang memuat antara lain: Latar belakang, tujuan dan hasil yang
diharapkan; Waktu dan tempat penyelenggaraan; Materi, metode dan media
pembelajaran; Narasumber dan Fasilitator; Kriteria / persyaratan peserta.
Persiapan edukatif dibagi lagi menjadi:
1) Menyiapkan aturan dan tata tertib;
2) Menyiapkan petunjuk/panduan :
- Penugasan atau simulasi;
- Diskusi;
- Praktik lapangan;
- Garis-garis besar rencana pembelajaran.
3) Menyusun jadwal diklat, termasuk menentukan fasilitator yang akan
memfasilitasinya.
4) Menyiapkan instrumen-instrumen monitoring dan teknis penilaian proses
diklat, terhadap: Peserta; Fasilitator; Penyelenggaraan.
5) Menyiapkan dan menyediakan :
- Materi pembelajaran;
- Metode dan media pembelajaran;
- Kurikulum dan Satuan Acara Pembelajaran (SAP).
b. Pelaksanaan Pelatihan
1) Pembukaan
- Pendaftaran dan penerimaan peserta pelatihan sesuai kriteria/syarat yang telah
ditentukan;
- Mengisi daftar hadir;
- Menerima para undangan, nara sumber, fasilitator dll.
- Membuka secara resmi pelatihan.
2) Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM). 
12
- Orientasi Diklat.
Kegiatan proses belajar mengajar dimulai setelah acara pembukaan
selesai, dengan penjelasan program pelatihan atau orientasi pelatihan meliputi
berbagai hal menyangkut aspek edukatif serta hak dan kewajiban peserta.
3) Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM)
- Pelaksanaan Pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran ini peserta memperoleh materi pelajaran
yang telah di programkan sesuai dengan kurikulum dan jadwal diklat.
Pelaksanaan proses belajar mengajar ini baik di kelas maupun di luar kelas
sesuai dengan metode dan media yang telah di tetapkan.
- Melayani kebutuhan peserta melalui pretest, wawancara, diskusi dan
sebagainya.
- Menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif baik di kelas, maupun di
luar kelas.
- Memberikan dukungan dan pelayanan dana dan sarana demi kelancaran
proses pelaksanaan diklat.
- Mendiskusikan dan memecahkan permasalahan proses belajar mengajar
maupun kendala peserta.
- Melaksanakan review pelatihan (sesuai kebutuhan) bersama komponen
terkait.
- Melakukan monitoring, supervisi, dan evaluasi selama proses pembelajaran.
c. Evaluasi Pelatihan
Adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu sehingga penilaian dapat digunakan untuk
merekomendasikan kegiatan pelatihan selanjutnya, apakah program pelatihan perlu di
lanjutkan dan di tingkatkan.

E. Penutup
1. Kesimpulan
Pelatihan adalah aktivitas dalam rangka untuk mengembangkan sumber daya
manusia dan kinerja individu atau kelompok yang dirancang secara benar dan tepat
agar tujuan tersebut tercapai. Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk
pengembangan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek
kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Kegiatan pelatihan pada dasarnya

13
dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dari orang-orang yang
mengikuti pelatihan. Perubahan tingkah laku yang dimaksud disini adalah dapat
berupa bertambahnya pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perubahan sikap dan
perilaku. Dalam melakukan sebuah pelatihan ada beberapa model yang bisa kita
lakukan diantaranya yaitu model training yang berdasarkan kepada kebutuhan
pelatihan yang didalamnya terdapat model induktif, deduktif, dan afektif. Dan model
model pelatihan berdasarkan pada proses dan materi latihan, didalamnya terdapat
model latihan ketrampilan kerja dan model pengembangan strategi latihan. Jadi saat
melakukan pelatihan kita bisa menyesuaikan model pelatihan mana yang cocok untuk
digunakan, agar pelatihan bisa berjalan sesuai yang diinginkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

E.J, V. R. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Rachman, M., Masrukhi, Munandar, A., & Suhardiyanto, A. (2017). Perkembangan Model
Manajemen Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Karakter Berlokus Padepokan
Karakter. Jurnal Refleksi Educatika.

Santoso, B. (2010). Skema dan mekanisme pelatihan: panduan penyelenggaraan pelatihan. .


Yayasan Terumbu Karang Indonesia.

Suryanto, A. (2018). Strategi Peningkatan efektifitas pelatihan kepemimpinan: telaah teoretis


dan empiris. Jurnal Borneo Administrator, 14; 69-86.

https://konsultanpelatihankaryawan.com/strategi-pelatihan-terhadap-karyawan/

15

Anda mungkin juga menyukai