PERUNDUNGAN
YANG HARUS DI WASPADAI
ORANG TUA “
1. Perundungan Fisik
Bullying fisik adalah bentuk perundungan yang paling kentara. Hal ini terjadi ketika
seorang anak merundung anak yang lain dengan maksud merendahkan atau
melakukan tindak intimidatif.
Biasanya, pelaku perundungan secara fisik kepada anak, punya badan lebih besar,
lebih kuat, dan lebih agresif daripada rekannya yang lain. Perundungan fisik
bentuknya dapat berupa tendangan, pukulan, tinjuan, tamparan, mendorong, dan
lain sebagainya.
2. Perundungan Verbal
Salah satu jenis bullying yang paling sulit dikenali adalah perisakan verbal. Ia tidak
meninggalkan bekas fisik dan kerap terjadi ketika tak ada orang dewasa yang
mengawasi.
Selain itu, banyak orang dewasa berpikir bahwa kata-kata kasar secara verbal tidak
berdampak signifikan kepada anak. Sebab, meski berdampak besar ke mental anak,
efek secara fisik kerap tak terlihat.
Kadang kala, pengasuh atau orang tua hanya menasihati anak yang mengalami
perundungan verbal untuk tidak menghiraukan kata-kata dari orang lain. Padahal,
perisakan verbal nyatanya berdampak buruk secara emosional dan menohok mental
anak.
3. Agresi Relasi
Agresi relasi termasuk jenis perundungan yang paling berbahaya. Selain karena sulit
diidentifikasi, ia juga termasuk perilaku perisakan yang licik dan menyerang aspek
mental sekaligus sosial anak yang menjadi korban bullying.
Tujuan lain dari agresi relasi adalah untuk meningkatkan kedudukan sosial tukang
bullying, yang pada saat bersamaan mengendalikan, serta mengintimidasi anak
yang menjadi korban.
Secara umum, anak perempuan sering menggunakan agresi relasi lebih banyak
daripada anak laki-laki. Sementara anak laki-laki biasanya banyak menggunakan
perundungan fisik kepada sesama anak yang lain.
Bentuk perundungan siber lainnya bisa berupa postingan gambar menyakitkan atau
menyebarkan konten tertentu untuk mengintimidasi orang lain.
Perundungan siber dapat terjadi kapan saja dan di mana saja selama pelaku dan
korban terkoneksi dengan internet. Konsekuensi negatif dari perundungan siber ini
bagi emosi anak, juga bisa sangat besar. Apalagi, jika sampai mempermalukan anak
hingga mentalnya runtuh total. Bahkan, sudah banyak kasus perundungan di media
sosial sampai berujung pada tindakan anak melakukan bunuh diri.
5. Perundungan Prasangka
Perisakan jenis ini terjadi didasarkan atas prasangka atau stereotipe yang dimiliki
oleh si pelaku mengenai korban bullying. Prasangka atau stereotipe itu lazimnya
melekat pada ras, agama, atau orientasi seksual.
6. Perundungan Seksual
Bentuknya bisa berupa memanggil kurban dengan vulgar, gestur yang melecehkan
secara seksual, hingga menampilkan konten pornografi dengan maksud
merendahkan.
Dalam kasus ekstrem, perundungan seksual dapat menjadi gerbang bagi pelecehan
seksual.
Anak perempuan kerap menjadi target perisakan jenis ini, baik yang dilakukan oleh
anak laki-laki ataupun sesama anak perempuan yang lain.
Baca juga:
CONTOH POSTER: