Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

REVIEW VIII

KELOMPOK VIII

(A. Nurul Fadiah Agustin, Karmila, Andi Hartina Halal dan Jurlia)

(Hakikat Teori-Teori Perkembangan)

29 Juni 2022

Muhammad Firdaus

2169010386

Pendidikan Bahasa Indonesia

Semester 2

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

2022
1. Masalah apa yang mungkin muncul bila dalam suatu proses pembelajaran
diterapkan teori belajar behaviorisme? (Mutmaina)
Jawaban
Teori beheviorisme merupakan teori yang mempelajari perilaku manusia.
Suatu penekanannya menjelaskan bahwa perspektif beheviorisme berfokus
pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkat laku manusia yang terjadi
pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku dari manusia dan
terjadi melalui stimulus yang menimbulkan hubungan perilaku yang
meresponsif hukum-hukum mekanik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku
menurut teori behaviorisme ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya
ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan dan bisa ditentukan. Teori ini
melibatkan seseorang untuk terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka
telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu yang pernah
di lalui, menghubungkan tingkah laku tersebut adalah hadiah. Seseorang
menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum
diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Dasarnya adalah semua tingkah
laku yang bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang
dipelajari (Mokalu et al., 2022).
Menurut teori behaviorisme apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan
apa saja yang dihasilkan siswa (respons) semua harus bisa diamati, diukur, dan
tidak boleh hanya implisit (tersirat). Faktor lain yang juga penting adalah faktor
penguat (reinforcement). Penguat adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respons. Bila penguatan ditambah (positive reinforcement) maka
respons akan semakin kuat. Begitu juga, bila penguatan dikurangi (negative
reinforcement) responspun akan tetap dikuatkan. Seorang anak bertambah giat
belajar apabila uang sakunya ditambah maka penambahan uang saku ini
disebut sebagai positive reinforcement. Sebaliknya jika uang saku anak itu
dikurangi dan pengurangan ini membuat makin giat belajar, maka pengurangan
ini disebut negative reinforcement. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam
pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia.

1
Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembangan
adalah kritis. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun
pertama, menentukan seberapa jauh individu berhasil menyesuaikan diri dalam
kehidupan mereka selanjutnya. Menurut Erikson berpendapat bahwa masa bayi
merupakan masa individu belajar sikap percaya atau tidak percaya, bergantung
pada bagaiamana orang tua memuaskan kebutuhan anaknya akan makanan,
perhatian, dan kasih saying. Pola-pola perkembangan pertama cenderung
mapan tetapi bukan berarti tidak dapat berubah. Ada 3 kondisi yang
memungkinkan perubahan:
a. Perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh bantuan atau
bimbingan untuk membuat perubahan.
b. Perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang yang dihargai
memperlakukan individu dengan cara yang baru atau berbeda (kreatif dan
tidak menonton).
c. Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk membuat
perubahan (Mokalu dan Boangmanalu, 2021).
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan
kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pembelajaran untuk
berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Sistem pembelajaran bersifat otomatis dalam menghubungkan stimulus dan
respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Pembelajaran
menjadi kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada
pada diri. Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka peserta didik atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara
ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan
atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai
kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Ketaatan
pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Peserta didik
adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar

2
harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri peserta didik. Metode
penguatan behavioristik sangat efektif dalam menciptakan perilaku positif pada
lingkungan belajar. Metode seperti itu secara positif mempengaruhi
pembelajaran pada peserta didik (Shahbana dan Satria, 2020).
Menurut teori behavioristik ini, pada proses pembelajarannya yang lebih
terpenting ialah siswa akan dibilang sudah belajar ketika seorang siswa sudah
menunjukkan perubahan perilaku. Artinya teori ini lebih terfokus pada adanya
stimulus dan juga respon. Teori behavioristik ini juga memiliki kekurangan
yaitu tidak semua mata pelajaran bisa menerapkan teori belajar ini, seorang
pendidik hatus sudah menyiapkan bahan materi belajar yang akan disampaikan
kepada anak didiknya, peserta didik bisa menghafal materi dari pelajaran yang
sudah disampaikan dan didengarkan oleh pendidik, peserta didik memerlukan
motivasi dari luar untuk dorongan dalam proses belajar, serta seorang peserta
didik sangat bergantung pada pendidiknya, selain itu peserta didik diarahkan
untuk berfikir linear, kovergen serta posisi perserta didik dianggap sebagai
posisi perserta didik yang pasif (Azman dan Helandri, 2022).
Pendidikan merupakan proses perubahan tinggah laku (nehavioral
engineering or behaviour change). Guru harus mampu menyediakan tempat
belajar yang kondusif, kegiatan dan keberhasilan pendidikan diukur dan dinilai
dari prinsif-prinsif efisiensi, presisi, objektifitas, dan ekonomis. Behavioristik
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah dan mengabaikan
aspek-aspek mental. Dengan kata lain behavioristik tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat dan peranan individu dalam suatu belajar. Peristiwa
belajar semata-mata melainkan refleks-refleks sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu (Lutpiah, Rukajat dan Herdiana,
2021).
2. Bagaimana pertumbuhan fisik dapat berpengaruh pada perkembangan
psikologis? A. Sindi Cristina)
Jawaban

3
3. Menurut anda bagaimana penerapan teori sibernetik dalam pendidikan di
Indonesia, apakah teori itu sudah berjalan dengan baik atau belum? jelaskan
bagaimana prosesnya! (Ayunita)
Jawaban

4. Seperti apa contoh perpaduan antara teori klasik dengan teori modern dalam
pembelajaran? (Nur Amalia)
Jawaban

4
DAFTAR PUSTAKA

Shahbana, E. B., dan Satria, R. 2020. Implementasi Teori Belajar Behavioristik


dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9 (1): 24-33.
Mokalu, V. R., dan Boangmanalu, C. V. J. 2021. Teori Psikososial Erik Erikson
serta Implikasinya bagi Pendidikan Agama Kristen di Sekolah. VOX
Edukasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 12 (2): 180-192.
Mokalu, V. R., Panjaitan, J. K., Boiliu, N. I., dan Rantung, D. A. 2022. Hubungan
Teori Belajar dengan Teknologi Pendidikan. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan. 4 (1): 1-10.
Azman, Z., dan Helandri, J. 2022. Problems Has Behavior In The
Classroom. International Journal of Islamic Study, 20 (1): 25-36.
Lutpiah, U., Rukajat, A., dan Herdiana, Y. 2021. Studi Kasus Psiokologi
Pendidikan Menggunakan Teori Behavioristik di Paud Edelwis. Altruistik:
Jurnal Konseling dan Psikologi Pendidikan, 1 (2): 72-78.

Anda mungkin juga menyukai