Anda di halaman 1dari 84

Tujuan Pembelajaran

A.Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
melaksanakan pemicuan STBM-Stunting di
komunitas.
B.Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Melakukan pra pemicuan,
2. Melakukan pemicuan,
3. Melakukan fasilitasi paska pemicuan,
4. Melakukan simulasi pemicuan STBM di komunitas,
5. Mampu mempraktikkan pemicuan di lapangan.
Pokok Bahasan
1) Pra Pemicuan,
2) Pemicuan,
3) Paska Pemicuan,
4) Simulasi Pemicuan STBM di Komunitas,
5) Praktek Pemicuan di Lapangan.
24 JP (T=6 JP, P=8 JP, PL=10 JP)
METODE
Ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, simulasi, bermain peran,
putar film, pemilihan kelompok secara partisipatif, penugasan,
praktik kerja lapang.

WAKTU
24 JP (T=6 JP, P=8 JP, PL=10 JP)
STBM Song

Bebek 3x wek wek


Ayam 3x ptok ptok
Bebek Berak di kali
Ayam berak di kebun
Kita jangan ikut-ikutan
Pemicuan ?
Pemicuan STBM-Stunting

• Pemicuan STBM-Stunting adalah kegiatan untuk


memfasilitasi masyarakat dalam melakukan analisis terkait
perilaku higienitas dan sanitasi.
• Tujuannya adalah agar masyarakat mau mengubah
perilaku higienitas dan sanitasinya menjadi lebih baik
sehingga dapat mencegah terjadinya Stunting.
• Tiga kegiatan utama pemicuan STBM-Stunting:
– Pra pemicuan
– Pemicuan
– Pasca Pemicuan
Diskusi Kelompok
• Bagi peserta menjadi 4 kelompok :
• Diskusikan di masing-masing kelompok berikut:
1. Kelompok mendapat flipchart beserta metaplan nya
2. Kelompok Menyusun metaplan dengan benar ke dalam flipchart
Kegiatan Pra Pemicuan
Informasi Kepemilikan
Informasi Kondisi
Pendidikan Sarana
Demografi & Pekerjaan Geografis Sanitasi
Observasi Kebiasaan
PHBS Masyarakat Sarana &
Aliran Sungai, Tradisi/ Program
Prasarana
Kolam, Rawa Budaya Masyarakat Sanitasi

Koordinasi dengan pemerintah setempat


Persiapan jadwal &
penciptaan suasana Pemilihan prioritas lokasi pemicuan
yang kondusif sebelum
pemicuan Menghubungi tokoh –tokoh setempat

Penyusunan jadwal pemicuan

Teknis
Persiapan teknis & Pemberangkatan Persiapan alat-
Tim Pemicu, alat pemicuan
logistik dll.
Diskusi Pleno
Mari berbagi pengalaman…
1) Kapan terakhir kali Anda melakukan pemicuan?
2) Apa saja alat ( tools ) partisipatif yang Anda gunakan
saat melakukan pemicuan?
3) Bagaimana cara Anda menggunakan tools tersebut?
ALAT-ALAT UTAMA PARTISIPASI UNTUK
PEMICUAN

a. Pemetaan (Mapping),
b. Penelusuran Desa (Transect
Walk),
c. Alur Kontaminasi (Oral Fecal),
d. Simulasi Air yang telah
Terkontaminasi
e. Diskusi Kelompok Terfokus
(FGD/Focus Group Discussion)
Diskusi Kelompok
• Bagi peserta menjadi 4 kelompok (1 kel 1 pilar STBM)
• Diskusikan di masing-masing kelompok 2 topik berikut:
1. Apa yang potensial untuk dijadikan elemen/faktor pemicu
perubahan perilaku higiene dan sanitasi (misalnya budaya atau adat
atau kepercayaan masyarakat atau tatanan yang dianut oleh
masyarakat, aturan agama yang wajib ditaati). → metaplan hijau
2. Apa saja faktor yang mungkin menghambat orang untuk mengubah
perilaku higiene dan sanitasi (sesuai pilar STBM kelompok) →
metaplan merah
• Satu lembar metaplan untuk satu pernyataan.
• Kelompokkan pada dua flipchart yang berbeda.
• Sajikan hasil diskusi kelompok & buat rangkuman hasil diskusi.
Diskusi Pleno
• Klarifikasi & lakukan pendalaman hasil diskusi
kelompok (agar tidak ada faktor-faktor yang relevan
namun tidak terungkap)
• Lakukan diskusi untuk merumuskan alat-alat
partisipatif yang tepat untuk digunakan dalam
pemicuan setiap faktor/elemen (mencakup 8 pilar
STBM-Stunting).
DISKO TUGAS A
ELEMEN PEMICU DAN
FAKTOR PENGHAMBAT
PEMICUAN
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PRILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

➢ TRANSECT WALK

➢ DIAGRAM ALUR:
SIMULASI AIR YANG
MENGANDUNG

RASA JIJIK TINJA/POLUTAN


SAMPAH/LIMBAH CAIR,
UNTUK DIGUNAKAN CUCI
MUKA, KUMUR-KUMUR,
SIKAT GIGI, CUCI PIRING,
CUCI PAKAIAN, CUCI
MAKANAN/BERAS, WUDLU
DLL.
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PERILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

➢ TRANSECT WALK (MENG-


EXPLORE PELAKU
BABS/BUANG
SAMPAH/LIMBAH CAIR)
RASA MALU
➢ PETA KONDISI SANITASI
LINGKUNGAN

➢ FGD (FOCUS GROUP


DISCUSSION) TERUTAMA
UNTUK PEREMPUAN
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PERILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

FGD:
➢ PERHITUNGAN JUMLAH TINJA,
SAMPAH DAN LIMBAH CAIR

PEMETAAN :
TAKUT SAKIT ➢ PEMETAAN RUMAH WARGA
YANG TERKENA DIARE/
MALARIA/DEMAM
BERDARAH/PENYAKIT AKIBAT
KONDISI SANITASI YANG
BURUK (DENGAN DIDUKUNG
DATA PUSKESMAS).

DIAGRAM ALUR:
➢ ALUR KONTAMINASI
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PERILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

MENGUTIP KITAB SUCI


ATAU PENDAPAT AHLI
AGAMA YANG RELEVAN
ASPEK AGAMA DENGAN PERILAKU
MANUSIA YANG
DILARANG KARENA
MERUGIKAN DIRI
SENDIRI/ORANG LAIN.
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PERILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

FGD:
PRIVACY/ ➢ TERUTAMA
HARGA DIRI KAUM
PEREMPUAN
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PERILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

MEMBANDINGKAN
KONDISI DI DESA
YANG BERSANGKUTAN
DENGAN MASYARAKAT
KEMISKINAN “TERMISKIN” SEPERTI
DI BANGLADESH,
INDIA ATAU DAERAH
MISKIN LAIN DI
INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT
PEMICUAN

Faktor Penghambat Solusi

Jelaskan dari awal


Kebiasaan dengan bahwa kita tidak punya
subsidi / bantuan apa-apa, kita tidak
membawa bantuan
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT
PEMICUAN

Faktor Penghambat Solusi


Faktor gengsi; malu untuk Gali model-model sarana
membangun sarana higienitas dan sanitasi
higienitas dan sanitasi menurut kemampuan
(sarana CTPS, jamban, masyarakat dan jangan
tempat sampah, dll.) yang memberikan 1 pilihan
sangat sederhana (ingin model/teknologi
sarana yang permanen)
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT
PEMICUAN

Faktor Penghambat Solusi


Munculkan natural
leader, jangan
Tidak ada tokoh mengajari dan biarkan
panutan masyarakat
mengerjakannya
sendiri
Langkah-Langkah
Pemicuan
1. Pekenalan, penyampaian maksud dan
tujuan,
2. Bina Suasana,
3. Identifikasi bahasa lokal (Penyebutan
BABS, Tinja, Sampah dan Limbah)
4. Analisis profil sanitasi secara partisipatif
dan komprehensif, menggunakan tehnik
PRA,
5. Momen/Puncak pemicuan,
6. Rencana Aksi oleh masyarakat,
7. Tindak lanjut.
Cara Memfasilitasi Proses Analisis Kondisi
Sanitasi secara Partisipatif
1. Perkenalkan diri anda beserta tim dan bangun
hubungan dengan masyarakat.

2. PENGANTAR PERTEMUAN
➢ Jelaskan tujuan keberadaan fasilitator
(Catatan: tujuannya adalah untuk belajar
tentang kebiasaan masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan)
➢ Jelaskan bahwa fasilitator akan banyak
bertanya dan minta kesediaan masyarakat
yang hadir untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan dengan jujur.
➢ Jelaskan bahwa kedatangan fasilitator ke
sini bukan untuk memberikan bantuan dalam
bentuk apapun (uang, semen, bahan
material, dll), melainkan “untuk belajar”.
➢ Minta kesediaan masyarakat yang hadir
untuk mengikuti pertemuan sampai selesai.
Cara Memfasilitasi Proses Analisis Kondisi
Sanitasi secara Partisipatif
3. PENCAIRAN SUASANA
➢ Lakukan pencairan suasana untuk menciptakan
suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat
sehingga masyarakat akan terbuka untuk
menceritakan apa yang terjadi di kampung tersebut.
➢ Pencairan suasana bisa dilakukan dengan
permainan yang menghibur, mudah dilakukan oleh
masyarakat, melibatkan banyak orang dan ada
hubungannya dengan topik yang akan dianalisis.
➢ Sebagai upaya untuk menarik perhatian anggota
masyarakat yang masih di rumah untuk segera
hadir dalam pertemuan.
4. Fasilitator bisa memulai dengan pertanyaan : “Siapa yang
melihat atau mencium bau kotoran manusia atau sampah
atau air limbah pada hari ini?” “Di mana saja biasanya
masyarakat BAB, buang sampah dan membuang limbah
cair rumah tangga?”.
5. Sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan
kotoran manusia dengan bahasa setempat (misal “Berak”
untuk BAB dan “Tai“ untuk kotoran manusia). Sepakati
juga istilah untuk limbah cair dan sampah. Gunakan kata-
kata ini selama proses analisis.
Cara Memfasilitasi Proses Analisis Kondisi
Sanitasi secara Partisipatif
6. Beberapa metode/teknik PRA dapat digunakan untuk
memfasilitasi proses analisis. Urutan metode yang
digunakan tidaklah penting.

7. Ingat bahwa tugas fasilitator adalah membantu anggota


masyarakat untuk:
➢ menganalisis kondisi sanitasi;
➢ menyadari perilaku sanitasi mereka dan dampaknya
terhadap seluruh anggota masyarakat;
➢ membuat keputusan apakah mereka membutuhkan
perubahan atau tidak.

8. Tugas fasilitator bukan untuk mengajari atau memberikan


informasi atau menawarkan berbagai bentuk subsidi atau
mempromosikan sarana sanitasi, apalagi memaksa membuat
sarana sanitasi.
Bertujuan untuk
mengetahui/melihat peta
wilayah/lokasi-lokasi
tempat masyarakat BAB,
membuang sampah, air
limbah rumah tangga,
tempat genangan-
genangan air serta
sebagai alat monitoring
(pasca pemicuan,
setelah ada mobilisasi
masyarakat).
❖ Tanah lapang atau halaman.
❖ Semen/bubuk warna-warni digunakan sesuai
kesepakatan dengan masyarakat, misalnya:
❖Bubuk putih untuk membuat batas desa.
❖Bubuk biru untuk menggambarkan sungai/kolam.
❖Bubuk kuning untuk menggambarkan tinja.
❖Bubuk merah untuk menggambarkan genangan-
genangan air & air limbah RT.
❖Bubuk hijau untuk menggambarkan sampah.
❖ Potongan – potongan kertas untuk menggambarkan
rumah penduduk.
❖ Spidol.
❖ Kapur tulis untuk menggambar garis akses penduduk
terhadap sarana sanitasi
❖ Bahan-bahan tersebut bisa digantikan dengan bahan
lokal seperti: daun, batu, ranting kayu, dll.
➢ Untuk kepentingan masyarakat
dalam memonitor kondisi sanitasi
di wilayahnya sendiri, peta di atas
lahan “harus” disalin ke atas
kertas yang cukup lebar (flipchart
atau kartun manila).
➢ Peta akan digunakan untuk
pemicuan ulang pada saat RTL.
➢ Jika tempat tidak memungkinkan,
pemetaan bisa dilakukan dengan
menggunakan kertas yang cukup
besar.
1. Minta beberapa orang dari peserta pertemuan
(masyarakat) untuk menggambar peta
kampung/dusun mereka di atas tanah lapang
(tempat pemicuan berlangsung).

2. Mulai pembuatan peta dengan membuat batas


kampung/dusun, jalan desa, lokasi pemicuan,
lokasi kebun, sawah, kali, lapangan, sekolah,
tempat ibadah, SPAL, tempat sampah, sumur,
sumber/mata air, kolam ikan, dll.

3. Bagikan potongan kertas metaplan kepada


semua warga masyarakat yang hadir dan minta
mereka menuliskan nama KK dan jumlah
anggota keluarga yang ada dalam KK tersebut.
Kemudian minta mereka untuk meletakkan
kertas tersebut di dalam peta sesuai dengan
letak rumah masing-masing.
4. Setelah semua rumah peserta yang
hadir masuk dalam peta, minta kepada
semua peserta untuk mengambil
bubuk/semen warna kuning, hijau dan
merah, kemudian minta mereka untuk
meletakkan bubuk/semen tersebut
sesuai dengan lokasi di mana mereka
biasa BAB (bubuk kuning), buang
sampah (bubuk hijau) dan membuang
limbah cair rumah tangga (bubuk
merah). Jika sudah di tempat yang
aman (jamban, lubang sampah dan
septic tank) maka bubuknya diletakkan
di atas kertas/simbol rumah.

5. Jika peta telah dianggap selesai dan


lengkap, beri apresiasi masyarakat
6. Minta masyarakat untuk mengamati
apa yang terjadi dengan
kampung/dusun mereka yang
terlihat di peta tersebut? Warna apa
yang paling dominan? Julukan apa
yang paling tepat bagi kampung
tersebut?
7. Ajukan pertanyaan kunci berikut :
➢ Bagaimana perasaan kita kalau
melihat kampung/dusun kita
seperti dalam peta (yang
dikelilingi oleh kotoran, sampah
dan genangan air limbah)?
➢ Apa dampaknya bagi masyarakat
setempat?
➢ Dan pertanyaan-pertanyaan
lainnya yang dapat memicu rasa
Tujuan :
 Untuk melihat dan mengetahui tempat
yang paling sering dijadikan tempat
BAB, tempat buang sampah
(sembarangan) & lokasi-lokasi
genangan air (limbah cair RT).
 Dengan mengajak masyarakat berjalan
ke sana dan berdiskusi di tempat
tersebut, diharapkan masyarakat akan
merasa jijik.
 Memicu rasa malu bagi orang yang
biasa BAB, buang sampah
sembarangan dan buang air limbah di
tempat tersebut.
1. Ajak semua peserta untuk berjalan-jalan mengelilingi
kampung/dusun mereka. Tujuan perjalanan adalah lokasi-
lokasi di mana masyarakat biasa BAB, membuang
sampah dan limbah cair rumah tangga (berdasarkan hasil
pemetaan).
2. Jika menemukan kotoran/sampah/limbah cair
RT, beri bendera warna
kuning dan ajukan pertanyaan –
pertanyaan berikut:
➢ Kotoran (tinja/sampah/air limbah) siapa ini?
➢ Siapa saja yang tadi malam atau tadi pagi
membuangnya disini?
➢ Berapa lama kebiasaan ini berlangsung?
➢ Bagaimana perasaan kita kalau melihat kotoran
yang berserakan seperti ini?
➢ Digunakan untuk apa saja tempat ini?
➢ Apakah besok akan melakukan hal yang sama?
Mengapa?
➢ Dan kembangkan ke pertanyaan-pertanyaan
berikutnya untuk memicu rasa jijik, malu, takut
sakit dll.
1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan
berikut:
▪ Mungkinkah tinja yang dibuang di
sembarang tempat masuk ke
mulut kita (termakan)?
▪ Melalui apa saja?
▪ Bagaimana dengan sampah?
▪ Lewat apa saja?
▪ Bagaimana dengan limbah cair
RT?
▪ Lewat apa saja?
Minta masyarakat
menuliskan/menggambarkan
alurnya atau gunakan gambar
peraga untuk menunjukkan alurnya.
2. Tegaskan bahwa ternyata kita telah
makan kotoran-kotoran yang kita
buang sendiri dengan berbagai
macam cara.

3. Lanjutkan dengan pertanyaan berikut:


▪ Apa dampak (penyakit) yang
ditimbulkan?
▪ Siapa saja yang terkena?
▪ Berapa biaya pengobatan yang
harus dikeluarkan?
▪ Bagaimana perasaan kita?
▪ Kembangkan pada pertanyaan-
pertanyaan berikutnya untuk
memicu rasa takut sakit?
Tools 4: Simulasi Air yang telah
Terkontaminasi
Tujuan :
• Mengajak masyarakat untuk melihat
bagaimana tinja/sampah/limbah cair
rumah tangga bisa masuk ke mulut
manusia.
Alat yang digunakan:
• Air minum atau Air Minum dalam
Kemasan.
• Ember yang diisi air (air
mentah/sungai atau air
masak/minum).
• Polutan air (tinja, sampah & limbah
cair rumah tangga).

Catatan;
• Bisa dilakukan saat transek,
pemetaan dan FGD.
Alternatif 1
1. Siapkan 2 gelas air minum (bisa
gunakan AMDK gelas yang masih
disegel).

2. Minta salah seorang peserta untuk


minum air tersebut dengan terlebih
dahulu menunjukkan bahwa air masih
tersegel. Fasilitator juga melakukan hal
sama (minum air mineral kemasan).
3. Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian
tempelkan rambut tersebut ke tinja/sampah/limbah cair RT
yang sudah diambil saat transect, celupkan rambut tersebut
ke air mineral yang tadi diminum oleh peserta.
4. Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang
telah dicelup dengan kotoran. Tawarkan juga peserta yang lain
untuk meminumnya.

5. Tunggu reaksinya, jika tidak ada yang bersedia meminumnya, ajukan


pertanyaan: Mengapa tidak yang ada mau/berani minum?

6. Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita


minum dari rumah, makan yang kita makan sama tercemarinya
seperti air tadi jika kita masih BAB, buang sampah dan limbah cair
RT di sembarang tempat.
Alternatif 2
1. Siapkan 1 ember air dari sumur milik warga atau dari
sungai yang bersih.

2. Minta salah seorang peserta untuk mencuci


muka/berkumur-kumur dengan air tersebut. Fasilitator
juga melakukan hal sama (mencuci muka/berkumur-
kumur).

3. Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta,


kemudian tempelkan rambut tersebut ke
tinja/sampah/limbah cair RT yang sudah diambil saat
transect, celupkan rambut tersebut ke air yang tadi
digunakan untuk mencuci muka/kumur-kumur oleh
4. Minta peserta yang telah mencuci muka/kumur-kumur
tadi untuk mencuci muka /kumur-kumur kembali dengan
air yang telah dicelup dengan kotoran. Tawarkan juga
kepada peserta yang lain untuk melakukannya.

5. Tunggu reaksinya, jika tidak ada yang bersedia


melakukannya, ajukan pertanyaan: Kenapa tidak
yang ada berani melakukan?

6. Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air


yang kita minum dari rumah, makanan yang kita makan
sama tercemarinya seperti air tadi jika kita masih BAB,
buang sampah dan buang limbah cair RT di sembarang
Tools 5: Diskusi Kelompok Terfokus (Focus
Group Discussion/FGD)
Tujuan :
• Bersama-sama dengan masyarakat,
melihat kondisi yang ada dan
menganalisisnya sehingga diharapkan
dengan sendirinya masyarakat dapat
merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan
atau tidak dilakukan.

• Pembahasan meliputi:
• FGD untuk menghitung volume/jumlah
tinja, sampah dan limbah cair rumah
tangga dari masyarakat yang BAB di
tempat terbuka, dari masyarakat yang
buang sampah sembarangan dan dari
masyarakat yang limbah cair rumah
tangganya belum dikelola dengan benar
selama 1 hari, 1 bulan, dalam 1 tahun
dst.,
• FGD tentang harga diri/privacy, agama,
kemiskinan dll.
1. Menghitung volume tinja:
▪ Ada berapa orang yang masih
BAB di sembarang tempat?
▪ Berapa kali setiap orang
biasanya BAB dalam sehari?
▪ Berapa banyak (kg) dalam
sekali BAB?
▪ Hitung jumlah tinja dalam
sehari, seminggu, sebulan,
setahun dst.
▪ Konversikan jumlah tinja
dalam ukuran karung beras,
berapa karung dan berapa
tinggi jika ditumpuk seperti
2. Menghitung sampah:
▪ Ada berapa jumlah rumah di Dusun
ini?
▪ Berapa banyak (kg) setiap rumah
membuang sampah dalam sehari?
▪ Hitung jumlah sampah dalam
seminggu, sebulan, setahun dst.

3. Menghiitung limbah cair RT:


▪ Berapa banyak (liter/kubik) setiap
rumah membuang limbah cair dalam
sehari?
▪ Kalikan dengan jumlah rumah
4. Ajukan pertanyaan:
▪ Bagaimana perasaan kita jika melihat tinja, sampah
dan limbah cair sebanyak itu?
▪ Lari ke mana saja kotoran-kotan tersebut?
▪ Dampak apa yang ditimbulkan?
▪ Kembangkan ke pertanyaan-pertanyaan berikutnya
untuk memicu rasa jijik, takut sakit, rasa nyaman, rasa
berdosa dll.
a. Proses FGD untuk memicu rasa “jijik” dan
“takut sakit”

➢ Jika pada saat melakukan diskusi alur penularan


penyakit (oral fecal) ada masyarakat yang berpendapat
bahwa lalat adalah salah satu media yang dapat
menghantarkan tai/sampah/air limbah ke mulut, lakukan
probing tentang lalat, misalnya:
➢Berapa jumlah kaki lalat?
➢Bagaimana alur/caranya lalat bisa menjadi media
yang menghantarkan kotoran sampai ke mulut
manusia?
➢Apakah ada yang bisa menjamin bahwa makanan
dan minuman di kampung kita terbebas dari
dihinggapi lalat? Bagaimana cara memastikannya?
dsb.
Proses FGD untuk memicu rasa “jijik” dan
“takut sakit”
➢ Tanyakan kepada peserta, apa yang terkandung dalam
tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga? Apa yang
terjadi jika kotoran tersebut masuk ke tubuh manusia?
Jenis penyakit apa saja yang dapat ditimbulkan?
➢ Ajak peserta untuk melihat kembali peta, tanyakan
rumah mana saja yang anggota keluarganya pernah
menderita diare, malaria atau demam berdarah (dalam 1
tahun ini)? Berapa kali dalam setahun mereka terkena
penyakit tersebut? Berapa biaya yang dikeluarkan
untuk berobat? Adakah penderita yang meninggal?
Siapa yang paling sering terkena penyakit tersebut dan
siapa yang meninggal akibat penyakit tersebut?
Bagaimana perasaan anggota keluarga tersebut?
➢ Tanyakan: Apa yang akan dilakukan esok hari ? Apakah
akan tetap melakukan kebiasaan yang sama?
b. Proses FGD untuk memicu rasa “malu dan hal-hal
yang bersifat pribadi

Ajukan pertanyaan-pertanyan berikut:


➢ Berapa banyak perempuan yang biasa BAB di tempat
terbuka dan apa alasan mereka melakukannya?
➢ Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat
terbuka sehingga apa yang dilakukannya dapat dilihat oleh
orang lain/banyak orang?
➢ Bagaimana perasaan kaum laki-laki ketika istri, anak
perempuan atau ibunya melakukan BAB di tempat terbuka
dan dapat dilihat oleh siapa saja baik sengaja maupun tidak
sengaja.
➢ Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat
terbuka padahal dia sedang mendapat haid. Apa yang
dirasakan?
➢ Apa yang akan dilakukan esok hari ? Apakah akan tetap
melakukan kebiasaan yang sama?
c. FGD menyangkut “kemiskinan”

➢ FGD ini dilakukan ketika masyarakat sudah terpicu dan ingin


berubah namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk
membuat sarana sanitasi.
➢ Proses:
➢ Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun sarana
higienitas dan sanitasi (jamban, sarana CTPS, tempat
sampah, SPAL, dll.) perlu biaya besar, fasilitator menanyakan
: “Apakah benar membangun sarana higienitas dan sanitasi
itu harus mahal ? Tanyakan kepada peserta lain, siapa yang
pernah melihat atau punya ide tentang bentuk sarana HS
yang harganya terjangkau atau bahkan tanpa biaya?
➢ Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan
kepada masayarakat: Sebenarnya tanggung jawab siapa
masalah higienitas dan sanitasi ini? Apakah untuk urusan
higienitas dan sanitasi saja kita harus menunggu diurus oleh
pemerintah dan pihak luar lainnya?
1. Ajukan pertanyaan penguat:
➢ Sampaikan kembali jawaban-jawaban warga atas setiap
pertanyaan kunci yang diajukan saat melakukan analisis
partisipatif pada masing-masing tools.

➢ Tanyakan, apakah BAB, buang sampah dan buang limbah cair


RT di sembarang tempat itu lebih banyak mendatangkan
manfaat atau lebih banyak kerugiannya?

➢ Apa saja kerugiannya? (lakukan pendalaman untuk memperoleh


jawaban yang diinginkan dan masyarakat merasa yakin bahwa
semua ini adalah masalah besar bagi mereka)

➢ Apakah kita mau begini terus? Kalau tidak harus bagaimana?


Bagaimana caranya agar kotoran tidak sampai ke mulut
manusia?

➢ Apa yang akan kita lakukan setelah ini? (lakukan pendalaman


hingga diperoleh solusi yang mengarah pada 8 pilar STBM-
2. Minta masyarakat yang mau berubah
(membuat jamban/tempat cuci
tangan/tempat sampah/bak peresapan
untuk limbah cair RT dan mengelola
makanan dan minuman di tingkat RT)
untuk ke depan dan berikan apresiasi
dengan tepuk tangan.

3. Minta mereka (yang mau berubah)


untuk menanda tangani ‘kontrak sosial’
(komitmen pembuatan sarana sanitasi)

4. Buat kesepakatan waktu pertemuan


dengan masyarakat untuk membuat
Rencana Aksi.

5. Tutup pertemuan dengan ucapan


JENIS SARANA
TANGGAL TANGGAL TANDA
NO. NAMA WARGA SANITASI YANG
MULAI SELESAI TANGAN
AKAN DIBUAT
Pleno Masyarakat

Tujuan :
1. Memicu kembali antar RT untuk memastikan target perubahan
perilaku yang lebih luas dan kongkrit
2. Mengkonsolidasikan RTL antar RT sehingga menghasilkan RTL di
tingkat kelurahan
3. Meningkatkan motivasi masyarakat dan RT untuk melaksanakan
rencana kegiatan yang disusun
Pleno Masyarakat
RW 1 RW 2
NO ASPEK KATEGORI

RT 1 RT 2 RT 3 RT 1 RT 2 RT 3

Mengharap Bantuan dari


1
Pihak Luar (Subsidi)

Jumlah warga yang


2
terpicu

3 Adanya tim komite

Rencana tindak lanjut


4
dan strategi

Target 8 pilar STBM-


5
Stunting
CATATAN PENTING PADA SAAT PEMICUAN
• Pada setiap akhir penggunaan alat PRA, picu rasa
jijik, rasa malu, rasa bersalah/takut berdosa, harga
diri/privacy, takut sakit, takut digigit binatang, dll.

• Lanjutkan dengan mengajukan pertanyaan kepada


warga: Bagaimana perasaan ibu/bapak terhadap
kondisi ini?

• Jika ada warga yang mengatakan ingin berubah,


tanyakan apa yang akan mereka lakukan untuk
mengubah kondisi tersebut ? Jika ada diantara
mereka yang menjawab misalnya dengan jawaban
“membuat jamban atau membuat tempat sampah
atau membuat SPAL”, tarik tangan mereka dan ajak
maju ke depan.
CATATAN PENTING PADA SAAT PEMICUAN

▪ Katakan kepada semua warga: “Bapak-bapak dan ibu-ibu,


inilah saudara-saudara kita yang ingin berubah dan tidak
mau tetap dalam kondisi seperti saat ini. Mereka inilah
yang menjadi pelopor perubahan di desa/kampung ini.
Berikan tepuk tangan atas tekad dan niat baik saudara-
saudara kita ini”.

▪ Tanyakan lagi kepada warga lainnya: “Siapa lagi yang ingin


mengikuti jejak Bapak-Bapak dan Ibu-ibu ini?”. Kemudian
tarik tangan mereka untuk maju ke depan.

▪ Minta semua orang yang menyatakan ingin berubah untuk


menuliskan nama, kapan mereka ingin memulai membuat
sarana sanitasi, kapan selesai dan membubuhkan tanda
tangan.
CATATAN PENTING PADA SAAT PEMICUAN
▪ Pada akhir pemicuan, fasilitator meyampaikan kesimpulan atas analisis
yang telah dilakukan oleh masyarakat. Tegaskan kembali Jika
masyarakat senang/”merasa nyaman-nyaman saja” dengan kondisi
sanitasi mereka, artinya mereka tidak mau berubah dengan berbagai
macam alasan (padahal semua alat dan metode sudah dilakukan),
sampaikan hal-hal berikut :
➢ “Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk mempelajari
tentang kesehatan lingkungan di desa Bapak/ibu, silahkan Bapak/ibu
meneruskan kebiasaan ini dan Bapak/ibu adalah satu-satunya
kelompok masyarakat yang masih senang membiarkan
masyarakatnya saling mengkonsumsi kotoran.”

➢ “Karena ini adalah masalah masyarakat di sini, sepenuhnya menjadi


tanggung jawab masyarakat jika di kemudian hari banyak kejadian
yang diakibatkan oleh kebiasaan warga di sini, karena yang
melakukan adalah masyarakat di sini tentu yang menanggung
semuanya bukan masayarakat di desa/kampung lain.”

➢ “Dengan senang hati kami akan menyampaikan hasil pembelajaran


ini kepada Bapak Bupati dan Camat, bahwa di wilayah kerja mereka
masih terdapat masayarakat yang mau bertahan dengan kondisi
sanitasi seperti ini.”
Tahapan Pemicuan STBM-Stunting

Pra Pemicuan: Pemicuan : Pasca Pemicuan :


1. Membangun Ulang
1. Observasi PHBS di lapangan 1. Perkenalan
Komitmen
(Identifikasi baseline data 2. Penyampaian maksud dan 2. Monitoring dan Evaluasi
demografi dan 8 pilar Tujuan Hasil Pemicuan sampai
3. Bina Suasana Desa tersebut SBS, CTPS,
STBM-Stunting)
4. Identifikasi Bahasa Lokal PAMM, PS, PL.
2. Advokasi Toma dan Toga (penyebutan BABS, sampah, 3. Pilihan Teknologi 8 pilar
3. Persiapan Logistik limbah dan penyebutan Tinja) STBM-Stunting
4. Penentuan Waktu, Lokasi 4. Membangun Jejaring
5. Pemetaan 8 pilar STBM-Stunting
Layanan 8 pilar STBM-
Pemicuan, lokasi Pleno 6. Hitung Tinja, Sampah, Limbah Stunting
5. Penentuan Peserta 7. Alur Penularan Penyakit 5. Menggali Media Promosi
/Komunitas Pemicuan 8. Transect Walk untuk Perubahan Perilaku
6. Menyiapkan Alat bantu 9. Kontaminasi Air yang Berkelanjutan
10. Puncak Pemicuan (FGD 6. Perluasan Dusun RT
fasilitasi pemicuan (Bahan Target Pemicuan
Menggunakan Elemen
Lokal/tepung terigu, tali Pemicuan) 7. Verifikasi Desa SBS, CTPS,
rafia, kertas plano, dll) PAMM,PS,PL, STBM
11. Kontrak Sosial 8. Deklarasi Desa SBS CTPS,
7. Pembentukan Tim 12. Komitmen Kapan Semua PAMM,PS,PL, STBM
Pemicuan(Persiapan Diri Terbebas dari Masalah 8 pilar 9. Pendampingan desa pasca
STBM-Stunting SBS, CTPS, PAMM,PS,PL,STBM
Pemicu/Fasilitator/sanitaria desa (minimal 2 tahun u/ keg.
n) 13. Membentuk Komite/ Natural Peningkatan Kualitas Sarana
8. Pemahaman Budaya Lokal Leader dan Pemeliharaan Perilaku)
14. RTL 10. Pembelajaran Horizontal
11. Pemberian Reward 73
15. Pleno Masyarakat
YANG HARUS DILAKUKAN &
DIHINDARI OLEH FASILITATOR STBM-
Stunting
JANGAN LAKUKAN LAKUKAN
➢ MEMICU KEGIATAN
SETEMPAT.
MENAWARKAN
SUBSIDI ➢ KATAKAN DARI AWAL
BAHWA TIDAK AKAN
PERNAH ADA SUBSIDI
DARI KEGIATAN INI. JIKA
MASYARAKAT BERSEDIA
MAKA KEGIATAN BISA
DILANJUTKAN, JIKA TIDAK
HENTIKAN PROSES.

MENGAJARI ➢MEMFASILITASI
YANG HARUS DILAKUKAN &
DIHINDARI OLEH FASILITATOR STBM-
Stunting

JANGAN LAKUKAN LAKUKAN

MENYURUH MEMBUAT ➢ MEMFASILITASI


MASYARAKAT UNTUK
JAMBAN, SARANA DAN MENGANALISIS KONDISI
PRASARANA SANITASI, LINGKUNGAN MEREKA, YANG
MEMICU RASA JIJIK DAN
ATAU MEMERLIHATKAN MALU SERTA MENDORONG
CONTOH-CONTOH TIPE ORANG DARI BERPERILAKU
JAMBAN/SARANA HIGIENITAS DAN SANITASI
YANG BURUK MENJADI BAB
SANITASI LAINNYA DI TEMPAT YANG TETAP DAN
SELAMA PROSES TERTUTUP, MENGELOLA
PEMICUAN. SAMPAH DAN LIMBAH CAIR
DENGAN BENAR SERTA
MEMPRAKTEKKAN CTPS DAN
PENGELOLAAN AIR MINUM
DAN MAKANAN RUMAH
TANGGA.
YANG HARUS DILAKUKAN &
DIHINDARI DALAM STBM-Stunting
JANGAN LAKUKAN LAKUKAN

MEMBERIKAN ALAT- ➢MELIBATKAN


ALAT ATAU MASYARAKAT
PETUNJUK KEPADA DALAM SETIAP
ORANG PERORANGAN PENGADAAN ALAT
UNTUK PROSES
FASILITASI

MEMBERITAHUKAN ➢ MEMBIARKAN
APA YANG BAIK DAN MEREKA
YANG BURUK MENYADARINYA
SENDIRI
YANG HARUS DILAKUKAN &
DIHINDARI DALAM STBM-Stunting
JANGAN LAKUKAN LAKUKAN

MENJADI PEMIMPIN, ➢ FASILITATOR HANYA


MENDOMINASI MENYAMPAIKAN
PROSES DISKUSI “PERTANYAAN
(SELALU SEBAGAI
MENUNJUKKAN DAN PANCINGAN” DAN
MENYURUH BIARKAN
MASYARAKAT MASYARAKAT YANG
MELAKUKAN INI DAN BERBICARA/
ITU PADA SAAT DISKUSI LEBIH
MEMFASILITASI). BANYAK
(MASYARAKAT YANG
MEMIMPIN).
YANG HARUS DILAKUKAN &
DIHINDARI DALAM STBM-Stunting
JANGAN LAKUKAN LAKUKAN

LANGSUNG ➢ KEMBALIKAN SETIAP


MEMBERIKAN PERTANYAAN DARI
JAWABAN TERHADAP MASYARAKAT
PERTANYAAN- KEPADA
PERTANYAAN MASYARAKAT
MASYARAKAT. SENDIRI, MISALNYA:
“JADI BAGAIMANA
SEBAIKNYA
MENURUT BAPAK/
IBU?”
Diskusi Pleno
• Agar proses pemicuan dapat berjalan
dengan baik, kondusif dan
terdokumentasi dengan baik,
bagaimana sebaiknya komposisi tim
pemicu?
• Peran apa saja yang diperlukan?
TIM PEMICU
Peran Tugas
Lead facilitator Fasilitator utama, yang menjadi motor
(1 orang) utama proses fasilitasi, biasanya 1 orang.
Co – facilitator Membantu fasilitator utama dalam
(2 atau 3 orang) memfasilitasi proses sesuai dengan
kesepakatan awal atau tergantung pada
perkembangan situasi.
Content recorder Perekam proses, bertugas mencatat
(1 atau 2 orang) proses dan hasil untuk kepentingan
dokumentasi/ pelaporan program.
TIM PEMICU
Peran Tugas
Process Penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol agar
facilitator proses sesuai alur dan waktu, dengan cara
(1 orang) mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang
disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi.
Environment Penata suasana, menjaga suasana ‘serius’ proses
Setter fasilitasi, misalnya dengan:
(2 orang) ▪ mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu
proses, sekaligus juga bisa mengajak mereka terlibat
dalam kampanye sanitasi (menyanyi bersama,
meneriakkan slogan, dsb.),
▪ mengajak berdiskusi, memisah partisipan yang
mendominasi atau mengganggu proses dari kelompok,
dsb.
TERIMAKASIH

AKAN BERLANJUT KE MATERI PASKA PEMICUAN …

Anda mungkin juga menyukai