Skripsi - Syofyan (1606116056)
Skripsi - Syofyan (1606116056)
OLEH :
M. SYOFYAN TANJUNG
NIM. 1606116056
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
i
SKRIPSI
OLEH :
M. SYOFYAN TANJUNG
NIM. 1606116056
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kepada Allah SWT atas karunianya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tulisan ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Tampilan dan
KM19“. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian lapangan yang telah
juga kepada kedua orang tua yang dengan tulus ikhlas memberikan dukungan dan
doa serta kepada rekan-rekan yang telah banyak memberikan dukungan sehingga
M. Syofyan Tanjung
v
PERFORMANCES OF SOME CHARAKTERS OF SOYBEAN F5 LINES
AFTER SELECTED FROM THE CROSS BETWEEN GROBOGAN AND
KM19 CROSS
M. Syofyan Tanjung
NIM. 1606116056
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau
ABSTRACT
The objectives of this research to look at phenotypic performance of F5
lines developed by selecting from the cross between Grobogan and Galur KM19
and to determined the potentcial lines for F6 generation. Thirteen genotypes
consisting of 11 F5 lines and their two parents; ie, Grobogan and KM19 were
grown in The Experiment Farm of the of Faculty Agriculture, University of Riau
near Pekanbaru. Each genotype was planted in a plot of 200 cm long and 120 cm
in wide with planting space of 40 cm x 20 cm by using a randomized block design
with three replications. Traits observed were plant height, number of branches,
date to flowering, time to harvest, number of filled pod per plant, number of seeds
per plant, seeds weight per plant, 100-seed weight and seed yield m2. Analysis of
Variance followed by Dunnett”s test at p=0.05 were perform by using SAS
Program version 9.0. The results suggested some significant differences among F5
lines to the parents served as a control for several traits. Significant difference
included for plant height, branch numbers, date to harvest, number of filled pod
per plant, seeds number per plant, seed weight per plant, and seeds yield m2. A
significant Variance and heritability were detected for number of seeds per plant,
weight of seeds per plant, and seeds yield m-2 indicating that those character is
controlled more by genetics. Two high yield potensial lines included GK19-3-12
dan GK 19-3-31 were obtained due to their higher values of yield components,
while other lines had relatively similar value of traits compare to their parents.
vi
M. SYOFYAN TANJUNG. NIM 1606116056.
Tampilan dan Respons Seleksi Galur Tanaman Kedelai F5 Hasil Seleksi
Persilangan Grobogan dan Km19
RINGKASAN
vii
mempunyai cabang yang lebih sedikit dari KM19. Galur-galur kedelai F5 yang
diuji mempunyai umur berbunga yang relatif sama dengan kedua tetuanya dengan
rentang antara 37 HST sampai 41 HST. Galur GK-19-3-7 memiliki umur panen
yang lebih genjah dari kedua tetua, sementara galur lainnya relatif sama umur
panen dengan kedua tetua. Jumlah polong total dan jumlah polong bernas per
tanaman terdapat tiga galur lebih banyak dibanding kedua tetua yaitu GK19-3-12,
GK19-3-31 dan GK19-3-41. Dua galur yaitu galur GK19-3-12 dan GK19-3-31
memiliki jumlah biji lebih banyak dan berat biji per tanaman yang lebih tinggi
dari kedua tetua. Berat 100 biji Galur F5 relatif sasma dengan tetua yaitu berkisar
antara 15,91 g sampai 18,26 g. Terdapat tiga galur yang memiliki berat biji per m2
yang lebih rendah dari kedua tertua yaitu GK19-3-10, GK19-3-14 dan GK19-3-
42, dua galur yaitu GK19-3-12 dan GK19-3-31 mempunyai berat biji per m2 yang
lebih tinggi dari kedua tetua. Galur kedelai F5 yang diuji memiliki berat tanaman
per plot yang relatif sama, dengan rentang berkisar antara 438,2 g sampai 925 g
dan rerata 690,14 g. Galur yang memiliki nilai indeks panen lebih tinggi dari
Varietas Grobogan dan KM19 adalah GK19-3-12 dan GK19-3-31 dengan nilai
32,71% dan 34,45%.
Komponen keragaman genetik untuk karakter jumlah biji per tanaman,
berat biji per tanaman, berat biji per m2 dan indeks panen nilainya cukup luas,
sementara nilai heritabilitas untuk karakter berat biji per m2 dan indeks panen
termasuk kategori tinggi. Karakter yang nilai respons seleksinya paling tinggi
adalah berat biji per m2 dan berat tanaman per plot dengan nilai masing-masing
38,40% dan 44,84%, sedangkan karakter yang nilai respons seleksinya paling
rendah adalah jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, dan berat 100 biji.
Galur yang memiliki potensi hasil yang lebih tinggi adalah GK19-3-12 dan GK
19-3-31 karena memiliki nilai tengah komponen hasil yang lebih tinggi
dibandingkan kedua tetuanya.
Untuk tercapainya tujuan kegiatan pemuliaan tanaman, disarankan pada
penanaman F6 dalam melakukan kegiatan seleksi komponen hasil kedelai lebih
mengutamakan parameter dengan nilai heritabilitas dan kemajuan seleksi yang
tinggi.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................ v
RINGKASAN .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 4
ix
V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 53
5.2 Saran ........................................................................................... 53
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4. Rata-rata jumlah polong total per tanaman dan jumlah polong bernas
per tanaman berbagai galur F5 hasil persilangan antara Grobogan
dan KM19.............................................................................................. 35
5. Rata-rata jumlah biji per tanaman dan berat biji per tanaman berbagai
galur F5 hasil persilangan antara Grobogan dan KM19....................... 38
6. Rata-rata berat 100 biji dan berat biji per plot per tanaman berbagai
galur F5 hasil persilangan antara Grobogan dan KM19........................ 42
7. Rata-rata berat kering tanaman per plot dan indeks panen berbagai
galur F5 hasil persilangan antara Grobogan dan KM19........................ 44
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiii
I PENDAHULUAN
penting di Indonesia setelah padi dan jagung, karena menjadi sumber alternatif
protein nabati. Biji kedelai sebelum dikonsumsi, diolah menjadi berbagai produk
seperti tahu, tempe, kecap, susu bahkan bahan sisa pengolahan biji kedelai
dimanfaatkan untuk pakan ternak. Menurut Winarsi (2010), kadar protein dalam
biji kedelai mencapai 40% atas dasar berat kering, namun setelah diolah, kadar
protein dalam produk olahan bervariasi misalnya pada tepung kedelai 50%,
konsentrat kedelai 70% dan pada isolat protein kedelai dapat mencapai 90%.
Selain itu, biji kedelai juga mengandung 12% sampai 20% lemak sehingga
menjadi salah satu bahan dasar penghasil minyak nabati di beberapa Negara
tertentu.
terbesar di Asia dan sebagian besar digunakan sebagai produk olahan berupa
tempe yang terbesar di dunia. Kebutuhan kedelai nasional terus meningkat dari
tahun ke tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Sampai saat ini di
Indonesia masih terjadi senjang hasil yang sangat besar dengan kebutuhan kedelai.
dengan angka kemandirian kedelai hanya 34% pada tahun 2016 menjadi 28%
pada tahun 2017. Artinya dari kebutuhan 2,652 juta ton pada tahu 2016 diimpor
66% atau 1,750 juta ton dan dari kebutuhan sebanyak 2,950 juta ton diimpor
sebanyak 72% atau 2,124 juta ton pada tahun 2017 (BPS, 2018).
1
Produktivitas kedelai di Indonesia masih rendah yaitu 1,5 ton.ha-1 pada
Indonesia disebabkan oleh berbagai masalah yaitu luas areal tanam semakin
berkurang, lahan petani yang tidak subur, kultur teknik yang diterapkan masih
sederhana, serta varietas yang digunakan kurang baik (Triyanti, 2015). Oleh sebab
berdaya hasil tinggi dilakukan dengan teknik pemuliaan tanaman yaitu melakukan
persilangan dua tetua tanaman atau lebih yang memiliki latar genetik yang
(genjah), tahan terhadap penyakit dan daya adaptasi luas terhadap keadaan
lingkungan.
genetik dan heritabilitas suatu sifat yang akan diperbaiki. Salah satu persilangan
yang telah dilakukan adalah antara Varietas Grobogan dengan galur KM19 yang
hasilnya diharapkan dapat beradaptasi dengan lahan marjinal dan potensi produksi
2
Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Varietas Grobogan ini memiliki sifat unggul
diantaranya adalah berumur genjah (±76 hari), bobot biji besar (18 g per 100 biji)
dan produksinya tinggi yaitu mencapai 2,77 ton per ha (Balitkabi, 2016).
putih dengan Varietas Malabar, yang bertujuan untuk mendapatkan kedelai yang
adaptif pada kondisi lahan marginal seperti ultisol, sehingga kedelai mampu
tinggi dan kandungan fosfor (P) rendah. Perakitan varietas ini diharapkan untuk
perluasan areal tanam di lahan marjinal dan kedelai yang hemat pupuk P (Suryati
et al., 2008).
pada generasi F3 dengan melihat umur panen serta ukuran bijinya sehingga
didapatkan 44 galur untuk F4 (Rasyad et al., 2016). Menurut Rasyad et al. (2018),
Varietas Grobogan dengan galur KM19, pada karakter umur panen dan ukuran
biji dengan nilai heritabilitas 20% - 50%, umur panen kurang dari 80 hari, dan
seleksi lagi, sehingga didapatkan 11 galur potensial yang ditanam sebagai benih
F5. Benih 11 galur F5 ini yang dievaluasi dalam penelitian ini untuk menentukan
dengan judul “Tampilan dan Respons Seleksi Tanaman Kedelai F5 Hasil Seleksi
3
1.2 Tujuan
4
II TINJAUAN PUSTAKA
yang berasal dari daerah Mashukuo (Cina Utara). Penyebaran kedelai dimulai
sejak abad ke-15 atau ke-16 di kawasan Asia, seperti Jepang, Indonesia, Filipina,
Vietnam, Thailand, Malaysia, Burma, Nepal, dan India. Tanaman ini mulai
dibudidayakan di berbagai Negara secara luas pada abad ke-17 sebagai tanaman
makanan, sumber utama protein dan minyak nabati (Adie dan Krisnawati, 2010).
Menurut Adie dan Krisnawati (2010), genus glycine terdiri dari sekitar 13
spesies, dimana tanaman kedelai adalah salah satu dari dua spesies yang
Ordo: Fabales, Famili: Leguminoseae, Genus: Glycine, Spesies: (Glycine max [L.]
Merrill).
Kedelai memiliki komposisi gizi yang terdiri dari protein, karbohidrat dan
berbagai mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kandungan protein pada
tanaman kedelai dapat mencapai 40%, namun kisaran kandungan protein adalah
antara 20% sampai 35% yang tergantung kepada varietas. Kandungan karbohidrat
pada kedelai yaitu 35% dan kandungan lemak kedelai antara 18% sampai 22%
(Winarsi, 2010).
merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 40 sampai
90 cm dan mempunyai cabang. Tanaman kedelai terdiri dari dua organ utama
5
yaitu organ vegetatif dan organ generatif. Akar, batang, dan daun merupakan
organ vegetatif yang fungsinya sebagai alat pengambil, pengangkut, pengolah dan
penyimpanan asimilat. Organ generatif kedelai terdiri dari bunga, buah dan biji
Perakaran tanaman kedelai terdiri dari akar tunggang dan akar sekunder
yang tumbuh dari akar tunggang. Panjang akar kedelai dapat mencapai 100 cm
sampai 150 cm pada tanah yang gembur, namun pada umumnya kedalaman akar
terbentuknya bintil-bintil akar berupa koloni bakteri pengikat nitrogen. Bintil akar
yang aktif mengikat nitrogen (sudah matang) bewarna merah muda yang
disebabkan oleh adanya leghemoglobin dan bintil akar yang masih hijau diduga
tidak aktif (Pitojo, 2003). Menurut Syamsiah dan Bachaerul (2013), bakteri
Rhizobium japonicum dapat mengikat nitrogen dari udara yang dapat memacu dan
cabang. Tipe pertumbuhan batang kedelai ada dua yaitu determinate dan
Daun kedelai bentuknya bervariasi antara lain ada yang bulat (oval) dan
6
melakukan fotosintesis yang efektif dan menyerap cahaya matahari. Daun kedelai
termasuk daun majemuk yang terdiri dari 3 helai daun (trifoliate). Helai daun
kedelai mempunyai bulu pada permukaan terutama bagian atas daun. Bentuk,
jumlah dan ukuran daun berbeda disebabkan oleh faktor genetik dan dapat
daun terbanyak, daun terpanjang dan daun terlebar yaitu 70,88 helai, 9,88 cm, dan
jantan dan betina terletak pada bunga yang sama. Warna mahkota bunga kedelai
ada yang ungu atau putih tergantung varietasnya, dimana bunga muncul antara
umur 30 sampai 50 hari dan bentuk bunga kedelai seperti kupu-kupu. Proses
penyerbukan bunga kedelai terjadi saat mahkota bunga masih menutup, sehingga
kecil kemungkinan terjadi kawin silang secara alami. Bunga yang terbentuk pada
kedelai sering mengalami kerontokan yang jumlahnya berkisar antara 20% sampai
dimana polong yang baru muncul bewarna hijau kemudian berubah menjadi
kuning dan akhirnya bewarna coklat pada saat panen. Jumlah polong yang
terbentuk antara 2 sampai 10 polong pada tiap tangkai bunga dan setiap polong
7
Biji kedelai mempunyai dua kotiledon, terbungkus kulit biji dan tidak
mengandung endosperma. Kulit biji kedelai bervariasi dari kuning, hitam, hijau,
dan coklat. Bentuk biji kedelai beragam dari bulat hingga lonjong dan kotiledon
biji terdapat embrio yang akan menjadi tanaman baru. Pusar biji (hilum) adalah
jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Biji merupakan komponen pada
tanaman kedelai yang bernilai ekonomis jika ukuran dan jumlah nya sesuai
ukuran besar dan jumlah yang banyak saat syarat tumbuh nya terpenuhi
(Suprapto, 2002).
kondisi lingkungan optimum yang meliputi faktor iklim seperti suhu, kelembaban,
curah hujan, cahaya matahari, ketinggian tempat, dan tanah. Kedua faktor ini
produksi yang baik. Menurut Liu et al. (2008), suhu optimum yang dibutuhkan
kedelai terhadap perubahan suhu tergantung pada fase pertumbuhan yaitu pada
Kelembaban yang optimal bagi tanaman kedelai dari awal tumbuh hingga
pada masa pengisian polong berkisar antara 75% sampai 90%. Kelembaban udara
8
hama dan penyakit tertentu (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Menurut Pitojo
antara 100 sampai 200 mm per bulan. Jumlah air yang dibutuhkan kedelai sangat
Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yaitu tanaman yang tidak akan
berbunga jika lama penyinaran melebihi batas maksimal (13 lux). Tanaman
kedelai membutuhkan lama penyinaran selama 12 jam per hari untuk dapat
berbunga dan penyinaran tersebut tergantung pada varietas yang ditanam. Lama
penyinaran yang semakin pendek akan membuat pembungaan kedelai lebih cepat
(Suprapto, 2002). Menurut Susanto dan sundari (2011), tanaman kedelai akan
tumbuh lebih tinggi, ruas antar buku lebih panjang, jumlah daun lebih sedikit,
jumlah polong semakin sedikit dan ukuran biji semakin kecil saat berkurangnya
daun, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji, dan peningkatan tinggi tanaman.
tinggi pada tanah yang subur (tanah yang kaya humus atau bahan organik),
gembur (tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia), dan memiliki pH
(derajat keasaman) antara 5,8 sampai 7,0. Pitojo (2003), menyatakan bahwa
kondisi lahan yang tidak sesuai untuk tanaman kedelai adalah tanah yang berpasir,
tanah dengan drainase buruk, lapisan olah tanah yang dangkal (kurang dari 10
cm), dan tanah yang tergenang. Syarat tumbuh kedelai berupa faktor lingkungan,
9
dapat menciptakan keragaman tanaman dalam suatu populasi saat lingkungan
2.3 Keragaman
individu lain dalam suatu populasi baik berupa sifat kualitatif maupun kuantitatif.
Sifat kualitatif meliputi warna bunga, bentuk bunga, bentuk buah, bentuk daun,
dan bagian tanaman lainnya, sedangkan sifat kuantitatif yaitu tinggi tanaman,
jumlah butir benih, hasil, dan lain sebagainya. Besar kecilnya keragaman
berikutnya, tetapi jika disebabkan oleh genetik maka sifat tersebut akan
sifat apakah dipengaruhi oleh lingkungan atau genetik dapat dilihat dari tampilan
Keragaman fenotipe terjadi jika tanaman pada kondisi genetik yang sama
dan ditanam dilingkungan yang berbeda. Keragaman genetik terlihat pada saat
1997). Berdasarkan hasil penelitian Adriani et al. (2015), pada kedelai generasi F5
10
hasil persilngan Wilis x MLG2521 nilai keragaman fenotipe yang luas terdapat
pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per
tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 butir, sedangkan untuk keragaman
genotipe yang sempit terdapat pada karakter umur berbunga, umur panen, jumlah
cabang produktif, jumlah polong per tanaman dan bobot biji per tanaman.
Menurut Rasyad et al. (2018), keragaman suatu sifat perlu diketahui dan
keragaman sifat populasi tanaman harus besar, semakin besar keragaman semakin
mudah melakukan seleksi dan semakin seragam individu tanaman dalam populasi
maka akan sulit untuk melakukan seleksi. Seleksi akan efektif jika memiliki
keragaman genetik yang luas dan luasnya keragaman fenotipe maupun genotipe
keragaman fenotipe dan genotipe yang luas terdapat pada karakter umur berbunga,
umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per tananaman dan bobot biji per
tanaman, sedangkan pada karakter jumlah cabang produktif dan bobot 100 butir
2.4 Heritabilitas
besaran total ragam fenotipe pada suatu karakter. Nilai heritabilitas diperlukan
untuk mengetahui apakah suatu karakter ditentukan oleh faktor genetik atau faktor
kecuali dengan adanya faktor lingkungan yang diperlakukan (Syukur et al., 2012).
11
Faktor genetik tidak akan mengekspresikan karakter yang diwariskan pada
dalam arti luas (broad sense heritability) dan heritabilitas arti sempit (narrow
perbandingan ragam genetik aditif dan ragam fenotipe. Heritabilitas arti sempit
menunjukkan laju perubahan yang dapat dicapai dengan seleksi didalam populasi.
Hasil penelitian Adriani et al. (2015), pada kedelai generasi F5 hasil persilngan
Wilis x MLG2521 meunjukkan bahwa nilai heritabilitas yang tinggi terdapat pada
karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif,
dan bobot 100 butir, sedangkan karakter jumlah polong per tanaman dan bobot
biji per tanaman memiliki heritabilitas rendah. Menurut Rachmadi (2000), selain
nilai heritabilitas dan keragaman yang termasuk dalam parameter genetik untuk
dasar melakukan seleksi, besaran nilai pola segregasi juga perlu diperhatikan.
interaksi antar keduanya. Perhatian utama bagi pemulia adalah faktor genetik,
menjadi dua yaitu karakter kualitatif dan karakter kuantitatif (Rachmadi, 2000).
12
Karakter kualitatif merupakan karakter yang dipengaruhi oleh sedikit gen,
Mendel atau modifikasinya. Sifat kualitatif ini dilihat dari ada atau tidaknya gejala
misalnya tahan atau peka, warna bunga, dan warna polong, bentuk bunga, bentuk
oleh banyak gen yang masing-masing mempunyai pengaruh kecil pada karakter
itu, dipengaruhi oleh lingkungan dan pola segregasinya tidak mengikuti nisbah
karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Yellow Bean dan
Taichung karakter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah polong per tanaman
dan bobot 100 butir tidak mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya karena
dikendalikan oleh banyak gen. Hasil penelitian Wulandari dan Barmawi (2014),
menyatakan bahwa karakter tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan
bobot biji per tanaman kedelai generasi F3 hasil persilangan Willis x Mlg2521
menyebar normal, sedangkan untuk karakter umur berbunga, umur panen, jumlah
cabang dan berat 100 biji tidak menyebar normal. Menurut Baihaki (2000),
banyaknya gen yang menentukan sifat suatu karakter tanaman dan pola
genetiknya homozigot, sehingga sasaran varietas yang hendak dicapai adalah sifat
unggul dan populasi yang homozigot (seragam). Pada tanaman hasil segregasi
13
pasangan gen-gen homozigot akan senantiasa homozigot bila diserbuk sendiri dan
Kegiatan seleksi sudah ada sejak awal manusia mengenal bercocok tanam,
kriteria seleksi menurut perasaan dan apa yang dianggap baik untuk ditanam pada
generasi berikutnya. Pada awal abad 18 kegiatan seleksi pada tanaman mulai
seseorang pemulia untuk menilai atau meramalkan tanaman yang tepat menjadi
maupun populasi. Seleksi dilakukan berdasarkan karakter dan sifat unggul untuk
hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit, daya adaptasi tanaman terhadap
kondisi lingkungan ekstrim, respon terhadap pupuk yang baik, umur berbunga
yang pendek, dan keunggulan lain yang diinginkan pada tanaman (Rasyad et al.,
2018).
lebih unggul dari seluruh genotipe F5. Pemeringkatan ini dipilih 9% tanaman
terbaik yang hidup dari populasi F5 berdasarkan bobot biji per tanaman dan bobot
14
100 butir dan diperoleh sebanyak 16 nomor genotipe tanaman F5 yang diharapkan
jika ditanam kembali akan menghasilkan genotipe unggul dengan produksi tinggi.
Hasil penelitian lain tentang seleksi juga dilaporkan oleh Krisnawati dan Adie
(2015), yang menyatakan bahwa melakukan seleksi genotipe berdaya hasil tinggi
memiliki sifat-sifat yang disukai oleh konsumen yaitu berdaya hasil tinggi dengan
hasil antara 2,63 sampai 2,96 ton.ha-1, ukuran biji yang besar (13,71 sampai 16,75
g per 100 biji), dan berumur genjah yaitu berkisar antara 77 sampai 84 hari setelah
tanam (HST).
15
III METODOLOGI
Fakultas Pertanian, Universitas Riau Jalan Bina Widya km 12,5 Pekanbaru. Jenis
laut. Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2019 sampai Juli 2019.
genotipe yang didapatkan dari hasil persilangan Varietas Grobogan dengan galur
KM19 serta 2 genotipe tetua. Pada tahun pertama benih F1 ditanam dan
menghasilkan biji berupa benih F2. Pada tahun kedua ditanam benih F2 yang
menghasilkan benih F3. Penanaman tahun pertama dan kedua tidak dilakukan
proses seleksi. Pada tahun ketiga dilakukan penanaman benih F3 dan mulai
melakukan seleksi sesuai kriteria yang selanjutnya menghasilkan benih F4. Benih
F4 sebanyak 44 galur ditanam pada tahun keempat dan dilakukan seleksi sehingga
menghasilkan benih F5 sebanyak 11 galur. Bahan lain dalam penelitian ini adalah
3G, fungisida Dithane M-45, fungisida Ridomil Gold, pupuk Urea, TSP, dan KCl.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran, mistar, mesin
pemotong rumput, traktor, cangkul, garu, parang, ajir, tali plastik, pisau, gunting,
16
3.3 Metode Penelitian
Genotipe yang diuji terdiri dari 11 galur F5 hasil persilangan Grobogan dan
G7 = GK 19-3-27
dibersihkan dari gulma dan sampah yang menjadi sumber penyakit maupun
rumput dan cangkul. Gambar pembersihan lahan dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali, untuk pengolahan tanah pertama
tanah kedua menggunakan traktor dengan bajak rotari yang berfungsi untuk
17
menggemburkan dan meratakan tanah. Tanah yang telah selesai diolah dibuat plot
ukuran plot 200 cm x 120 cm. Jarak antar ulangan adalah 75 cm, sedangkan jarak
3.4.2 Penanaman
Masing-masing galur kedelai ditanam dalam satu plot dengan jarak tanam
dibuat sedalam 2-3 cm dengan cara ditugal dan dimasukkan furadan 3G kedalam
sp (biobus), ridomil dan benih dengan tanah serta sedikit air di dalam cup plastik.
Benih kedelai ditanam dua benih per lubang kemudian ditutup kembali dengan
3.4.3 Pemupukan
tanam, dengan dosis Urea 55 kg.ha -1, TSP 60 kg.ha-1 dan KCL 50 kg.ha-1.
Berdasarkan dosis tersebut pupuk Urea yang diberikan pada tanaman sebanyak 44
g per plot, pupuk TSP 48 g per plot dan pupuk KCL 40 g per plot. Ketiga pupuk
tersebut dicampur terlebih dahulu kedalam cup plastik. Pupuk diberikan secara
18
larikan dengan jarak 10 cm dari tanaman dan ditutup dengan tanah. Perhitungan
3.4.4 Pelabelan
Label terdiri atas dua yaitu label untuk plot dan label untuk tanaman
sampel. Label untuk plot berisikan jenis galur dan ulangan yang diletakkan di
depan plot dan terbuat dari kertas yang di laminating. Label untuk tanaman
sampel terdiri dari nomor 1 sampai 4 dan diikat pada tanaman sampel. Tanaman
sampel dipilih 4 tanaman dari 30 tanaman dalam satu plot secara acak.
3.4.5 Pemeliharaan
3.4.5.1 Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, dengan
dilakukan untuk menjaga kandungan air tanah yang cukup agar tanaman tidak
mengalami defisit air. Tanaman yang mengalami defisit air pertumbuhannya akan
terhambat. Apabila turun hujan atau kondisi tanah basah atau lembab, maka tidak
dilakukan penyiraman.
dilakukan dengan cara menanam kembali benih dengan genotipe yang sama
sebanyak 2 butir benih per lubang tanam. Penyulaman dilakukan pada tanaman
Penjarangan dilakukan pada tanaman yang tumbuh lebih dari satu tanaman
per lubang tanam. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari
19
setelah tanam, dengan cara memotong pangkal batang tanaman kedelai
berproduksi dengan baik karena memiliki ruang untuk dapat menyerap unsur hara
dengan maksimal.
drainase dan mencabut gulma yang tumbuh diantara barisan tanaman dengan
tangan. Penyiangan bertujuan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi baik.
Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 20 hari dan umur
tidak mudah rebah serta akar tanaman dapat berkembang dengan baik.
Hama yang dikendalikan pada tanaman kedelai adalah kutu kepik hijau
tanaman kedelai adalah penyakit karat dan bercak daun yang dikendalikan
Lampiran 4.
20
3.4.6 Panen
Panen dilakukan saat 90% populasi tanaman pada setiap plot telah
berwarna kuning kecoklatan secara merata, tanaman telah kering dan polong
atas pemukaan tanah (Lampiran 4). Tanaman di pisah antara tanaman sampel
dilakukan pagi hari dengan tujuan menghindari pecahnya polong kedelai saat
pemanenan.
pangkal batang sampai ujung titik tumbuh tertinggi. Pengukuran tinggi dilakukan
menggunakan mistar, setiap tanaman sampel diberi ajir setinggi 5 cm, agar
Jumlah cabang diperoleh dengan cara menghitung semua cabang yang ada
pada tanaman. Pengamatan jumlah cabang dilakukan pada saat tanaman dipanen.
Jumlah cabang dihitung masing-masing dari setiap sampel unit percobaan. Jumlah
21
3.5.3 Umur berbunga
yang dibutuhkan tanaman untuk berbunga, mulai dari saat tanam sampai tanaman
mengeluarkan bunga pertama dengan satuan hari setelah tanam (HST). Kriteria
berbunga adalah jika 75% dari tanaman pada setiap plot sudah mengeluarkan
bunga pertamanya.
dibutuhkan tanaman dari saat tanam sampai tanaman menunjukkan kriteria panen.
Kriteria umur panen yang digunakan adalah jika telah 75% tanaman dari setiap
plot telah memenuhi kriteria yaitu batang maupun daun tanaman telah kering,
polong berwarna kuning dan polong mudah dipecahkan. Satuan untuk parameter
menghitung jumlah semua polong pada tanaman sampel baik itu polong yang
22
3.5.6 Jumlah polong bernas per tanaman (buah)
Pengamatan jumlah polong bernas per tanaman dilakukan pada saat panen
yaitu dengan cara menghitung jumlah semua polong yang bernas saja pada
tanaman sampel. Polong dikatakan bernas apabila 50% atau lebih ruang biji pada
polong berisi biji normal dan tidak mengkerut. Perhitungan jumlah polong bernas
Jumlah polong bernas per tanaman = Jumlah polong bernas total sampel
Jumlah tanaman sampel
menghitung seluruh jumlah biji kedelai pada tanaman sampel. Biji dikeluarkan
dari polong yang sudah dijemur selama tiga hari, kemudian dibersihkan dari
kotoran atau biji yang tidak normal, selanjutnya dihitung jumlahnya dan disimpan
dalam plastik ziplock. Gambar pemisahan biji kedelai dari polong dapat dilihat
pada Lampiran 4.
Pengamatan berat biji per tanaman dilakukan setelah biji dipisahkan dari
polong tanaman sampel dan dibersihkan dari kotoran. Biji yang telah bersih
pertanaman dapat dilihat pada Lampiran 4. Perhitungan bobot biji per tanaman
23
3.5.9 Berat 100 biji (g)
Pengamatan ini dilakukan setelah biji kedelai pada semua plot dipisahkan
dari polong. Pengamatan bobot 100 biji dilakukan dengan mengambil sebanyak
100 butir biji secara acak pada hasil per plot. Penimbangan berat biji dilakukan
seluruh hasil panen biji kedelai dari seluruh tanaman yang ada pada plot termasuk
tanaman sampel. Biji terlebih dahulu dipisahkan dari polong dengan cara
pembersihan dengan memisahkan sisa polong, kotoran, serta biji yang abnormal.
dijemur dibawah sinar matahari selama 3 hari dan ditimbang berat keseluruhan
tanaman pada setiap plot dengan dijemur sinar matahari selama 3 hari. Semua
bagian tanaman baik itu batang, daun, dan polong ditimbang menggunakan
timbangan duduk. Biji dipisahkan dari polong dan ditimbang beratnya. Nilai
24
3.6 Analisis data
Data kuantitatif dianalisis dengan analisis sidik ragam. Model linear yang
Yij = µ + Ui + Gj + εij
Dimana:
Yij = Respon atau nilai pengamatan ulangan ke-i dan genotipe ke-j
εij = Pengaruh galat percobaan dari ulangan ke-i dan genotipe ke-j
software SAS 9.0 dan hasil analisis ragam dilanjutkan dengan uji Dunnett pada
taraf 5%. Prosedur uji Dunnett dimulai dengan menghitung nilai pembanding
da = ta (p; db galat) .
Dimana :
Menurut Stell dan Torrie (1980), dari nilai Dunnett yang sudah didapatkan,
hitung selisih antara masing-masing genotipe dengan kontrol, dimana jika selisih
nilai genotipe dengan kontrol lebih besar dari pembanding Dunnett, genotipe
dinyatakan berbeda nyata dengan kontrol sedangkan jika selisih nilai genotipe
25
dengan kontrol lebih kecil dari nilai Dunnett, genotipe dinyatakan berbeda tidak
dengan prosedur yang dirancang oleh Hallauer et al., (2010). Kuadrat tengah
Ragam genetik ( ):
dugaannya dibandingkan dengan nilai standar error yang ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :
SE
26
Ragam lingkungan ( ):
= M1
Ragam fenotipe ( ):
= +
Dimana:
h2 = Heritabilitas
= Ragam genetik
= Ragam fenotipe
Dimana:
ΔS = Respon seleksi
I = Diferensial seleksi (1,76 untuk intesitas seleksi 10%)
h = heritabilitas
= Keragaman fenotipe
27
Penetapan galur potensial untuk generasi F6 dilakukan dengan
yaitu sebagai bahan uji daya hasil dalam perakitan varietas unggul baru tanaman
kedelai.
28
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakter pertumbuhan terdiri dari tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga,
dan umur panen, sementara komponen hasil terdiri dari jumlah polong total per
tanaman, jumlah polong bernas, jumlah biji per tanaman, berat biji per tanaman,
berat 100 biji, berat biji per m2, berat tanaman per plot, dan indeks panen.
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antar galur yang diuji dan dengan
tetua (Lampiran 2). Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah cabang galur F5 hasil
persilangan antara Grobogan dan KM19 setelah dibandingkan dengan kedua tetua
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah cabang berbagai galur F5 hasil
persilangan antara Grobogan dan KM19
Galur Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Cabang (cabang)
GK 19-3-7 51,23 1,67 #
GK 19-3-10 50,08 2,67
GK 19-3-12 50,58 2,17
GK 19-3-14 43,58 1,88 #
GK 19-3-18 54,98 * 2,08
GK 19-3-21 49,84 1,75 #
GK 19-3-27 55,34 * 2,50
GK 19-3-31 49,28 1,75 #
GK 19-3-38 54,78 2,38
GK 19-3-41 49,80 2,25
GK 19-3-42 58,19 * 1,92 #
Rata-rata Galur 51,61 2,09
Grobogan 41,50 1,92
KM19 49,09 3,67
Keterangan: Angka yang diikuti symbol * dan #, menunjukkan perbedaan nyata pada tingkat
kepercayaan 5% berturut-turut dengan Grobogan dan KM19 berdasarkan uji Dunnett
29
Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman bervariasi antar galur F5 dan
tetua. Rentang peubah tinggi tanaman galur F5 berkisar antara 43,58 cm sampai
dengan 58,19 cm, dengan rerata 51,61 cm, sementara tinggi tanaman Varietas
Grobogan adalah 41,50 cm dan KM19 adalah 49,09 cm. Galur yang paling tinggi
adalah GK 19-3-42 dan galur yang paling rendah adalah galur GK 19-3-14.
mempunyai tinggi tanaman yang relatif sama dengan Grobogan kecuali galur GK
batang yang sama tingginya. Perbedaan tinggi tanaman ini diduga karena adanya
perbedaan susunan genetik yang diwariskan oleh tetua pada masing-masing galur.
Berdasarkan hasil penelitian Krisnawati dan Adie (2016), karakter tinggi tanaman
hasil biji yang tinggi. Suprapto dan Kairudin (2007), menambahkan bahwa
karakter tinggi tanaman menunjukkan variasi yang rendah, nilai heritabilitas arti
luas yang tinggi (lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dari pada faktor
Menurut Irwan (2006) tinggi kedelai dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
lebih dari 68 cm. Tanaman kedelai dari hasil pengamatan yang termasuk
30
3-12, GK 19-3-18, GK 19-3-27, GK 19-3-38 dan GK 19-3-42, dan tidak ada galur
antara 1,67 sampai 2,67 cabang dengan rerata 2,09, sementara Varietas Grobogan
memiliki 1,92 cabang dan KM19 memiliki 3,67 cabang. Galur kedelai dengan
jumlah cabang paling banyak adalah galur GK 19-3-10 dan galur kedelai dengan
jumlah cabang paling sedikit adalah galur GK 19-3-7. Menurut Irwan (2006)
jumlah cabang pada tanaman kedelai berkisar antara 2 sampai 5 cabang per
adanya perbedaan yang nyata antara beberapa galur F5 antara lain GK 19-3-7, GK
cabang yang lebih sedikit dibanding tetua KM19, tapi tidak dengan Varietas
Grobogan. Galur F5 yang diuji memiliki jumlah cabang yang relatif sedikit,
diduga karena pewarisan sifat lebih dominan dari tetua Grobogan yang memiliki
rerata jumlah cabang sedikit hanya 1,92 cabang. Hasil penelitian Bakar dan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antar galur yang diuji
dengan tetua, sedangkan pada karakter umur panen menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antar galur yang diuji dengan tetua (Lampiran 2). Rata-rata umur
berbunga dan umur panen galur F5 persilangan antara Grobogan dan KM19
31
setelah dibandingkan dengan kedua tetua menggunakan uji Dunnett pada taraf 5%
Tabel 3. Rata-rata umur berbunga dan umur panen berbagai galur F5 hasil
persilangan antara Grobogan dan KM19
Galur Umur Berbunga (HST) Umur Panen (HST)
GK 19-3-7 37,67 77,67 *#
GK 19-3-10 39,00 79,33
GK 19-3-12 38,00 86,00
GK 19-3-14 39,50 80,00
GK 19-3-18 39,00 88,67
GK 19-3-21 41,00 84,33
GK 19-3-27 38,33 87,67
GK 19-3-31 40,33 84,00
GK 19-3-38 39,00 86,00
GK 19-3-41 37,00 83,00
GK 19-3-42 38,33 86,33
Rata-rata Galur 38,83 84,09
Grobogan 38,33 81,33
KM19 40,33 84,33
Keterangan: Angka yang diikuti symbol * dan #, menunjukkan perbedaan nyata pada tingkat
kepercayaan 5% berturut-turut dengan Grobogan dan KM19 berdasarkan uji Dunnett
dan tetua. Rentang nilai umur berbunga galur F5 berkisar antara 37 HST sampai 41
HST dengan rerata 38,83 HST, sementara umur berbunga untuk Varietas
Grobogan adalah 38,33 HST dan KM19 adalah 40,33 HST. Galur kedelai yang
umur berbunganya paling cepat adalah GK 19-3-41 dan galur GK 19-3-21 yang
mempunyai umur berbunga yang relatif sama dengan kedua tetuanya (Varietas
Grobogan dan galur KM19). Galur-galur ini berbunga lebih lambat sekitar 7
sampai 10 hari dibandingkan dengan galur pada generasi F4 (Rasyad et al., 2018).
Hal ini disebabkan karena penelitian ini dilakukan pada kondisi curah hujan
tinggi, sementara generasi F4 yang diuji sebelumnya dalam kondisi iklim dengan
32
curah hujan yang lebih rendah dan banyak keringnya. Irwan (2006), menjelaskan
bahwa cepat atau lambatnya muncul bunga kedelai dipengaruhi oleh faktor iklim
terutama curah hujan dan kemarau selama pertanaman, jika dibudidayakan pada
musim kemarau akan mempercepat muncul bunga dan jika musim hujan akan
menandakan galur-galur yang diuji tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dari
tanaman. Menurut Ariffin (2008), faktor lingkungan lain yang menentukan cepat
atau lambatnya kedelai berbunga adalah intensitas dan lama penyinaran. Intensitas
jam, penyinaran kurang dari 10 jam atau lebih dari 12 jam menyebabkan
pembungaan kedelai lambat serta penurunan jumlah bunga. Curah hujan yang
tetua, dengan rentang nilai berkisar antara 77,67 HST sampai dengan 88,67 HST
dan rerata 84,09 HST. Umur panen Varietas Grobogan adalah 81,33 HST dan
KM19 adalah 84,33 HST. Galur kedelai yang memiliki umur panen paling cepat
adalah GK 19-3-7 dan galur kedelai yang memiliki umur panen paling lama
adalah galur GK 19-3-18. Menurut Suhaeni (2008), lama umur panen kedelai
33
menandakan distribusi asimilat ke biji tidak terjadi lagi atau berakhirnya pengisian
umur panen yang relatif sama dengan tetuanya kecuali galur GK19-3-7 yang umur
panennya lebih cepat dari kedua tetua. Umur panen yang hampir sama antar galur
diduga disebabkan alel-alel yang mengontrol peubah umur panen ini berasal dari
latar belakang genetik yang hampir sama. Grobogan adalah hasil seleksi lini
Putih dengan Varietas Malabar (Suryati et al., 2010). Suprapto dan Kairudin
(2007) menyatakan bahwa karakter umur panen memiliki nilai variabilitas yang
tinggi karena lebih banyak dikendalikan oleh faktor genetik. Estiningtyas dan
mempengaruhi seperti suhu yang tinggi selama pengisian biji akan mempercepat
masa panen sebaliknya jika hujan tinggi maka masa panen akan semakin panjang.
kedelai terbagi atas tiga golongan yaitu varietas berumur genjah jika umur panen
kurang dari 80 hari, varietas berumur sedang dengan umur panen antara 80-85
hari, dan varietas berumur dalam jika dipanen lebih dari 85 hari. Berdasarkan
hasil pengamatan galur kedelai yang termasuk berumur genjah adalah GK 19-3-7
GK 19-3-31, dan GK 19-3-41 serta galur yang berumur dalam adalah GK 19-3-
34
4.1.3 Jumlah polong total per tanaman dan jumlah polong bernas per
tanaman
Hasil analisis ragam untuk karakter jumlah polong total per tanaman dan
jumlah polong bernas per tanaman menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
nyata antar galur F5 yang diuji dengan tetuanya (Lampiran 2). Rata-rata jumlah
polong total dan jumlah polong bernas per tanaman galur F5 persilangan antara
Grobogan dan KM19 setelah dibandingkan dengan kedua tetua menggunakan uji
Tabel 4. Rata-rata jumlah polong total per tanaman dan jumlah polong bernas per
tanaman berbagai galur F5 hasil persilangan antara Grobogan dan KM19
Jumlah Polong Total Per Jumlah Polong Bernas
Galur
Tanaman (buah) Per Tanaman (buah)
GK 19-3-7 44,00 16,08
GK 19-3-10 41,83 16,58
GK 19-3-12 69,00 * 39,25 *#
GK 19-3-14 35,38 # 15,38
GK 19-3-18 56,83 26,75
GK 19-3-21 47,58 20,50
GK 19-3-27 57,50 24,00
GK 19-3-31 64,00 * 37,92 *#
GK 19-3-38 45,75 23,13
GK 19-3-41 65,17 * 36,08 *#
GK 19-3-42 47,75 18,67
Rata-rata Galur 52,25 24,03
Grobogan 41,92 14,00
KM19 71,17 23,67
Keterangan: Angka yang diikuti symbol * dan #, menunjukkan perbedaan nyata pada tingkat
kepercayaan 5% berturut-turut dengan Grobogan dan KM19 berdasarkan uji Dunnett
antar galur F5 dan tetua. Jumlah polong total per tanaman galur F5 berkisar antara
35,38 polong sampai 69 polong dengan rerata 52,25 polong. 92 Sementara itu,
jumlah polong total per tanaman Varietas Grobogan adalah 41, polong dan KM19
71,17 polong. Galur kedelai yang jumlah polong per tanaman nya paling banyak
35
adalah GK 19-3-12 dan galur yang memiliki jumlah polong per tanaman yang
jumlah polong total per tanaman yang berbeda dengan tetua. Beberapa galur F5
polong total yang lebih banyak dari varietas Grobogan. Galur GK 19-3-14
menghasilkan polong total yang jauh lebih sedikit dibanding KM19, namun tidak
ada galur F5 yang memiliki jumlah polong lebih banyak dari KM19. Polong total
adalah jumlah dari polong bernas dan polong hampa dan merupakan salah satu
komponen hasil yang akan menggambarkan potensi hasil pada tanaman kedelai.
Diharapkan semakin banyak jumlah polong total akan semakin besar produksi
tanaman kedelai. Ohorella (2011) menyatakan bahwa galur yang lebih banyak
jumlah polong total berpeluang menyumbang hasil biji lebih tinggi per
tanamannya. Akan tetapi karena pengamatan jumlah polong total per tanaman ini
dilakukan dengan menghitung semua polong pada tanaman baik itu bernas atau
tidak bernas, jadi belum tentu semua polong yang dihasilkan tanaman itu polong
bernas.
bervariasi antar galur tanaman F5 yang diuji dengan tetua. Jumlah polong bernas
per tanaman berkisar antara 15,38 polong sampai 39,25 polong bernas dengan
KM19 memiliki 23,67 polong. Untuk galur F5, jumlah polong bernas yang paling
banyak adalah GK 19-3-12 dan galur yang memiliki jumlah polong bernas per
36
Hasil uji Dunnett pada karakter jumlah polong bernas per tanaman
menunjukkan adanya perbedaan nyata jumlah polong bernas antar galur F5 yang
diuji dengan kedua tetua. Galur F5 yang memiliki jumlah polong bernas lebih
lainnya memiliki polong bernas yang relatif sama dengan kedua tetuanya. Adanya
perbedaan jumlah polong bernas per tanaman ini diduga karena faktor genetik dari
tanaman, hal ini didukung oleh pendapat Rasyad et al. (2016) yang menyatakan
menghasilkan total polong yang lebih banyak akan menghasilkan polong bernas
yang juga lebih banyak. Karakter jumlah polong bernas merupakan salah satu
polong bernas pada tanaman akan banyak jika pada tanaman kedelai tersebut
banyak memiliki cabang dan bunga. Jumlah bunga yang dihasilkan oleh tanaman
kedelai sangat menentukan jumlah polong yang akan terbentuk (Suprapto, 2002).
4.1.4 Jumlah biji per tanaman dan berat biji per tanaman
Hasil analisis ragam yang dilakukan terhadap karakter jumlah biji per
tanaman dan berat biji per tanaman menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
nyata antar galur F5 yang diuji dengan kedua tetua (Lampiran 2). Rata-rata jumlah
biji dan berat biji per tanaman galur F5 hasil persilangan Grobogan dan KM19
37
setelah dibandingkan dengan kedua tetua menggunakan uji Dunnett pada taraf 5%
Tabel 5. Rata-rata jumlah biji per tanaman dan berat biji per tanaman berbagai
galur F5 hasil persilangan antara Grobogan dan KM19
Jumlah Biji Per Berat Biji Per
Galur
Tanaman (butir) Tanaman (g)
GK 19-3-7 29,50 4,88
GK 19-3-10 31,08 4,86
GK 19-3-12 71,92 *# 12,17 *#
GK 19-3-14 26,50 4,02
GK 19-3-18 45,17 7,10
GK 19-3-21 35,75 5,64
GK 19-3-27 41,75 6,58
GK 19-3-31 73,17 *# 11,83 *#
GK 19-3-38 43,25 6,38
GK 19-3-41 46,17 7,75
GK 19-3-42 30,33 5,25
Rata-rata Galur 43,14 6,95
Grobogan 31,67 5,39
KM19 46,67 7,41
Keterangan: Angka yang diikuti symbol * dan #, menunjukkan perbedaan nyata pada tingkat
kepercayaan 5% berturut-turut dengan Grobogan dan KM19 berdasarkan uji Dunnett
galur F5 dengan tetua. Jumlah biji per tanaman berkisar antara 26,50 butir sampai
73,17 butir dengan rerata 43,14 butir, sementara jumlah biji per tanaman Varietas
Grobogan adalah 31,67 butir dan KM19 adalah 46,67 butir. Galur F5 yang
memiliki jumlah biji per tanaman paling banyak adalah GK 19-3-31 dan galur GK
Hasil uji Dunnett jumlah biji per tanaman menunjukkan adanya perbedaan
nyata antara galur F5 dengan kedua tetua. Galur-galur yang memiliki jumlah biji
lebih banyak dari pada kedua tetua adalah GK 19-3-12 dan GK 19-3-31 masing-
masing dengan jumlah 71,92 dan 73,17 butir. Sementara itu galur-galur F5 lainnya
mempunyai jumlah biji yang relatif sama dengan kedua tetua. Berdasarkan hasil
38
pengamatan jumlah polong total dan jumlah polong bernas per tanaman (Tabel 4),
pada hasil pengamatan jumlah biji per tanaman hanya galur GK 19-3-12 dan GK
19-3-31 yang berbeda dengan tetua sedangkan galur GK 19-3-41 sama dengan
tetua, hal ini disebabkan karena jumlah biji per polong pada galur GK 19-3-41
relatif lebih sedikit. Jumlah polong per tanaman sangat erat kaitannya dengan
jumlah biji yang dihasilkan, semakin banyak jumlah polong maka jumlah biji
yang dihasilkan juga akan semakin banyak. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pernyataan Ohorella (2011), bahwa semakin banyak jumlah polong tiap tanaman
Menurut Putra et al. (2015), jumlah biji per tanaman dipengaruhi oleh sifat
genetik tanaman dan sifat genetik tersebut perannya lebih besar dalam penentuan
ukuran biji maupun jumlah biji. Bambang (2007) menambahkan bahwa jumlah
biji per tanaman juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti serangan hama
dan kecukupan nutrisi tanaman. Jumlah biji per tanaman akan berkurang akibat
serangan hama yang merusak polong kedelai saat polong masih muda. Pada
penelitian ini beberapa polong kedelai diserang oleh hama penggerek polong
Etyella zinckenella (Gambar 2), yang mengakibatkan biji kedelai tidak dapat di
panen sehingga akan mengurangi jumlah biji normal dan hasil kedelai.
39
Menurut Marwoto dan Hardaningsih (2010), banyak jenis hama yang
menyerang polong muda seperti ulat pemakan polong yaitu Armigera hubner,
polong yaitu Etiella hobsoni Butler. Tingkat serangan hama ini akan berpengaruh
Tabel 5 memperlihatkan pula bahwa berat biji per tanaman bervariasi antar
galur F5 yang diuji dengan tetua. Berat biji per tanaman berkisar antara 4,02 g
sampai 12,17 g dengan rerata 6,95 g, sementara berat biji per tanaman Varietas
Grobogan adalah 5,39 g dan KM19 adalah 7,41 g. Galur kedelai yang berat biji
per tanaman nya paling berat adalah GK 19-3-12 dan GK 19-3-14 memiliki berat
Hasil uji Dunnett berat biji per tanaman menunjukkan bahwa adanya
perbedaan nyata antara galur F5 yang diuji dengan kedua tetua. Galur yang
memiliki berat biji lebih berat dari tetua adalah GK 19-3-12 dan GK 19-3-31
masing-masing dengan berat biji 12,17 g dan 11,83 g per tanaman, sementara
berat biji Grobogan hanya 5,39 g dan KM19 seberat 7,41 g. Hasil pengamatan
berat biji per tanaman ini sejalan dengan hasil yang didapat pada pengamatan
jumlah biji per tanaman, dimana galur yang memiliki jumlah biji lebih banyak,
sama dengan galur yang memiliki berat biji per tanaman paling berat yaitu galur
GK 19-3-12 dan GK 19-3-31. Hal ini menandakan bahwa jumlah biji per tanaman
mempunyai korelasi positif dengan berat biji per tanaman, dimana semakin
banyak jumlah biji per tanaman yang di hasilkan maka akan semakin berat juga
karakter berat biji per tanamannya. Menurut Januar et al. (2018), mengetahui
hubungan antara suatu sifat dengan sifat lainnya dapat pula diketahui keeratan
40
hubungan antara karakter-karakter yang diamati, sehingga dapat dipilih karakter
yang secara tidak langsung telah mencakup karakter-karakter lain yang diperlukan
pemuliaan karakter yang berkorelasi nyata dengan hasil dapat dijadikan sebagai
Karakter berat biji per tanaman merupakan karakter yang dapat digunakan
sebagai kriteria seleksi secara langsung untuk mendapatkan galur yang berdaya
hasil tinggi. Menurut Adriani et al. (2015), galur harapan dipilih berdasarkan
bobot biji per tanaman dan berat 100 biji karena tujuan dari pemuliaan tanaman
Hasil analisis ragam yang dilakukan terhadap karakter berat seratus biji
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antar galur F5 yang diuji
dengan tetua, sedangkan pada karakter berat biji per m2 menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antar galur yang diuji dengan tetua (Lampiran 2). Rata-rata
berat seratus biji dan berat biji per m2 galur F5 hasil persilangan antara Grobogan
dan KM19 setelah dibandingkan dengan kedua tetua menggunakan uji Dunnett
galur F5 dan tetua. Rentang berat seratus biji berkisar antara 15,91 g sampai 18,26
g dengan rerata 17,2 g, sementara berat seratus biji Varietas Grobogan adalah
16,24 g dan KM19 adalah 16,79 g. Galur F5 yang berat seratus biji nya paling
berat adalah GK 19-3-18 dan yang berat seratus biji nya paling ringan adalah GK
19-3-42.
41
Tabel 6. Rata-rata berat 100 biji dan berat biji per m2 berbagai galur F5 hasil
persilangan antara Grobogan dan KM19
Galur Berat 100 Biji (g) Berat Biji Per m2 (g)
GK 19-3-7 17,19 53,99
GK 19-3-10 17,68 49,28 *#
GK 19-3-12 17,70 124,95 *#
GK 19-3-14 17,00 39,35 *#
GK 19-3-18 18,26 66,92
GK 19-3-21 17,83 58,45
GK 19-3-27 16,96 58,18
GK 19-3-31 16,26 108,88 *#
GK 19-3-38 16,61 54,21
GK 19-3-41 17,77 68,95
GK 19-3-42 15,91 46,56 *#
Rata-rata Galur 17,20 66,34
Grobogan 16,24 73,38
KM19 16,79 78,67
Keterangan: Angka yang diikuti symbol * dan #, menunjukkan perbedaan nyata pada tingkat
kepercayaan 5% berturut-turut dengan Grobogan dan KM19 berdasarkan uji Dunnett
Hasil uji Dunnett menunjukkan bahwa karakter berat 100 biji Galur F5
mempunyai berat yang relatif sama dengan tetua. Hal ini menunjukkan bahwa
galur-galur F5 yang diuji dan tetua nya memiliki sifat yang seragam untuk
karakter berat 100 biji. Keseragaman tersebut diduga karena adanya faktor genetik
digolongkan dalam tiga kategori, yaitu kedelai berbiji kecil bila berat 100 bijinya
kurang dari 10 g, berbiji sedang bila berat bijinya 10-14 g, dan berbiji besar bila
galur F5 yang diuji dan tetua termasuk katagori berbiji besar. Varietas Grobogan
pada penelitian ini, memiliki berat 100 biji lebih ringan dari deskripsi umumnya
(Lampiran 1). Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian Krisnawati dan
Adie (2015), yang melaporkan bahwa karakter berat 100 biji didominasi oleh
42
genotipe maupun tetua yang berukuran biji besar (> 14 g/100 biji), dengan kisaran
Adriani et al. (2015) menyatakan bahwa karakter berat 100 biji banyak
dipengaruhi oleh faktor genetik dan varietas tanaman itu sendiri. Sa’diyah et al.
100 biji, dimana galur atau varietas memiliki adaptasi yang berbeda sehinga
tanaman kedelai yang unggul di suatu daerah belum tentu unggul di daerah lain.
Hasil penelitian lain oleh Hartati et al. (2013), menunjukkan bahwa karakter
agronomi seperti umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, berat
biji per tanaman dan berat 100 biji merupakan karakter kuantitatif yang
dikendalikan oleh banyak gen, memiliki heritabilitas rendah dan karakter tersebut
Berat biji per m2 bervarisai antar galur dan dengan tetua, dengan rentang
antara 39,35 g sampai 124,95 g dan rata-rata galur 66,34 g (Tabel 6). Berat biji per
m2 Varietas Grobogan adalah 73,38 g dan KM19 adalah 78,67 g. Galur kedelai
yang berat biji per m2 yang paling berat adalah GK 19-3-12 dan galur GK 19-3-14
memiliki berat biji per m2 yang lebih rendah dari kedua tertua (GK 19-3-10, GK
mempunyai berat biji per m2 yang lebih besar dari kedua tetua, sementara galur
lain relatif sama dengan kedua tetua. Menurut Putra et al. (2015), karakter berat
biji per m2 merupakan acaun dalam memilih suatu genotipe yang menghasilkan
43
genotipe menentukan potensi masing-masing varietas dalam mengatasi keadaan
Hasil analisis ragam karakter berat tanaman per plot menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata antar galur yang diuji dengan tetua,
antar galur yang diuji dengan tetua (Lampiran 2). Rata-rata berat tanaman per plot
dan indeks panen galur F5 hasil persilangan Grobogan dan KM19 setelah
dibandingkan dengan kedua tetua menggunakan uji Dunnett pada taraf 5% dapat
Tabel 7. Rata-rata berat tanaman per plot dan indeks panen berbagai galur F5 hasil
persilangan antara Grobogan dan KM19
Berat Tanaman Per Plot Indeks Panen
Galur
(g) (%)
GK 19-3-7 638,70 19,82
GK 19-3-10 559,80 21,33
GK 19-3-12 925,00 32,71 *#
GK 19-3-14 438,20 20,81
GK 19-3-18 668,80 24,14
GK 19-3-21 556,00 25,49
GK 19-3-27 805,30 17,77
GK 19-3-31 782,50 34,45 *#
GK 19-3-38 710,00 18,48
GK 19-3-41 866,80 19,11
GK 19-3-42 640,40 15,91
Rata-rata Galur 690,14 22,73
Grobogan 752,00 24,45
KM19 792,30 22,11
Keterangan: Angka yang diikuti symbol * dan #, menunjukkan perbedaan nyata pada tingkat
kepercayaan 5% berturut-turut dengan Grobogan dan KM19 berdasarkan uji Dunnett
44
Tabel 7 memperlihatkan bahwa berat tanaman per plot bervariasi antar
galur F5 yang diuji dengan tetua. Berat tanaman per plot berkisar antara 438,2 g
sampai 925 g dengan rerata 690,14 g, sementara berat tanaman per plot Varietas
Grobogan adalah 752 g dan KM19 adalah 792,3 g. Galur kedelai yang berat
tanaman per plot nya paling berat adalah GK 19-3-12 dan galur yang paling
memiliki berat tanaman per plot yang relatif sama. Hal ini diduga karena adanya
keseragaman dari genetik yang diwariskan oleh tetua kepada keturunannya. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Widiastuti dan Latifah (2016), yang
berpengaruh terhadap bobot kering tanaman yang lebih dipengaruihi oleh faktor
dimana tinggi tanaman dan jumlah daun mempengaruhi bobot tanaman dan
yang diuji dengan tetua. Nilai indeks panen berkisar antara 15,91% sampai
34,45% dengan rerata 22,73%. Varietas Grobogan memiliki nilai indeks panen
adalah 24,45% dan KM19 adalah 22,11%. Nilai indeks panen yang paling tinggi
adalah galur GK19-3-31 dan galur yang memiliki nilai indeks panen paling rendah
adalah GK19-3-42.
tetua Varietas Grobogan dan KM19. Galur yang memiliki nilai indeks panen lebih
45
tinggi dari kedua tetua adalah GK 19-3-12 dan GK19-3-31 dengan nilai 32,71%
dan 34,45%, sedangkan nilai indeks panen Varietas Grobogan hanya 24,45% dan
Nilai indeks panen merupakan tolak ukur dari produksi yang dihasilkan
oleh tanaman kedelai, semakin tinggi nilai indeks panen yang didapat maka
semakin tinggi produksi yang dihasilkan (Putra et al., 2015). Menurut Christian
(2016), menjelaskan bahwa nilai indeks panen berkorelasi positif dengan hasil per
m2 dan ditentukan oleh sifat genetik tanaman. Pada hasil penelitian ini sesuai
antara karakter berat biji per m2 dengan indeks panen, yaitu galur GK19-3-12 dan
GK 19-3-31 memiliki berat biji per m2 paling berat dan memiliki nilai indeks
perlu diketahui untuk menentukan apakah karakter dapat dijadikan sebagai kriteria
seleksi. Nilai kuadrat tengah sumber keragaman untuk berbagai karakter yang
karakter tinggi tanaman, jumlah cabang, umur panen, jumlah polong total per
tanaman, jumlah polong bernas per tanaman, jumlah biji per tanaman, berat biji
per tanaman, berat biji per m2 dan indeks panen berbeda signifikan. Hal ini
46
Tabel 8. Kuadrat Tengah untuk berbagai karakter pada populasi F5 Persilangan
Grobogan dan KM19
Karakter Genotipe Error
Tinggi Tanaman 60,53** 25,61
Jumlah Cabang 0,87** 0,30
Umur Berbunga 3,88 2,52
Umur Panen 276,37** 27,91
Jumlah Polong Total per Tanaman 492,87 ** 244,43
Jumlah Polong Bernas per Tanaman 186,40** 65,12
Jumlah Biji per Tanaman 661,99** 236,56
Berat Biji per Tanaman 18,58** 6,73
Berat 100 Biji 1,50 0,98
Berat Biji per m2 1764,63** 395,08
Berat Tanaman per Plot 49632,62 34273,41
Indeks Panen 92,23** 25,96
Keterangan: ** = Menyatakan berbeda nyata pada taraf kepercayaan 5%
Nilai kuadrat tengah genotipe untuk karakter umur berbunga, berat 100
biji, dan berat tanaman per plot menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa umur berbunga, berat 100 biji, dan berat tanaman per
pada populasi tanaman merupakan hal yang penting untuk diketahui dalam
pada ragam genetik dan ragam lingkungan suatu karakter dan nilai rata-rata
dua kali atau lebih dari nilai simpangan baku, dinyatakan berbeda dengan nol atau
sempit apabila nilai komponen keragaman lebih kecil dua kali simpangan
47
bakunya. Hasil pendugaan nilai komponen keragaman genotipe, standar error
Karakter SE( )
jumlah biji per tanaman, berat biji per tanaman, berat biji per m2 dan indeks panen
lebih besar dua kali dari simpangan bakunya. Hal ini menunjukkan bahwa
karakter jumlah biji per tanaman, berat biji per tanaman, berat biji per m2 dan
indeks panen memiliki keragaman genetik yang cukup luas dan karakter tersebut
galur F5 yang diuji menunjukkan keseragaman secara genetik pada karakter umur
berbunga, umur panen, jumlah polong total per tanaman, berat 100 biji, dan berat
48
tanaman per plot, karena memiliki nilai ragam genetik yang lebih kecil dari
simpangan baku.
al. (2013), bahwa karakter tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, umur
panen, dan jumlah polong per tanaman memiliki keragaman genetik yang luas.
Karakter yang memiliki keragaman genetik besar tersebut lebih dipengaruhi oleh
karakter tanaman kedelai dengan nilai berkisar antara 7,66% sampai 54,75%.
Karakter yang memiliki nilai heritabilitas terendah adalah umur panen dengan
nilai 7,66% dan karakter yang memiliki nilai heritabilitas tertinggi adalah berat
49
biji per m2 dengan nilai 54,75%. Menurut Suprapto dan Kairudin (2007), nilai
kelompok yaitu heritabilitas rendah dengan nilai kurang dari 20%, heritabilitas
sedang dengan nilai berkisar antara 20% sampai dengan 50% dan heritabilitas
tinggi jika nilai nya lebih dari 50%. Hasil penelitian menunjukkan karakter yang
termasuk nilai heritabilitas rendah adalah umur berbunga, umur panen, jumlah
polong total per tanaman, berat 100 biji dan berat tanaman per plot. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Meydina et al. (2015) bahwa
karakter umur berbunga, umur panen, dan bobot biji per tanaman mempunyai nilai
polong bernas per tanaman, jumlah biji per tanaman dan berat biji per tanaman
kedalam kelompok nilai heritabilitas tinggi adalah karakter berat biji per m2 dan
sulit untuk diperbaiki. Menurut Syukur et al. (2012), heritabilitas merupakan salah
satu parameter untuk mengetahui kemampuan mewariskan sifat dari tetua kepada
heritabilitas yang diperoleh maka semakin besar pula nilai kemajuan seleksi.
50
4.3 Respons Seleksi
satunya adalah untuk menduga besarnya perubahan nilai tengah populasi suatu
karakter jika dijadikan sebagai kriteria seleksi. Perubahan nilai tengah suatu
karakter tanaman pada satu populasi akibat dilakukan seleksi terhadap suatu sifat
disebut respon seleksi. Besarnya nilai respons seleksi yang diperoleh jika
dilakukan seleksi pada karakter yang diamati dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Respons seleksi untuk berbagai karakter pada populasi F5 Persilangan
Grobogan dan KM19
Karakter Respons Seleksi (ΔS)
Tinggi Tanaman 3,40 %
Jumlah Cabang 0,50 %
Umur Berbunga 0,53 %
Umur Panen 0,70 %
Jumlah Polong Total per Tanaman 4,89 %
Jumlah Polong Bernas per Tanaman 7,20 %
Jumlah Biji per Tanaman 13,31 %
Berat Biji per Tanaman 2,25 %
Berat 100 Biji 0,33 %
Berat Biji per m2 38,40 %
Berat Tanaman per Plot 44,84 %
Indeks Panen 6,27 %
terjadi pada berbagai karakter yang diamati berkisar antara 0,33% sampai 44,84%.
Nilai respons seleksi terbesar adalah 44,84% yaitu pada karakter berat tanaman
per plot dan nilai respons seleksi paling rendah adalah karakter berat 100 biji yaitu
0,33%. Karakter jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, dan berat 100 biji
menunjukkan nilai respons seleksi yang rendah, ini memberikan indikasi bahwa
51
karakter-karakter tersebut sulit untuk diperbaiki, sementara karakter yang
memperlihatkan perubahan nilai tengah yang signifikan adalah berat biji per m2
dan berat tanaman per plot dengan masing-masing nilai 38,40% dan 44,84% yang
karakter dapat dijadikan indikator yang tepat untuk menyeleksi populasi, karena
seleksi. Pada penelitian ini karakter yang menunjukkan nilai respons seleksi yang
tinggi seperti berat tanaman per plot dan berat biji per m2 dapat dijadikan indikasi
bahwa kedua karakter tersebut jika dijadikan kriteria seleksi akan lebih cepat
mencapai tujuan seleksi. Pendugaan nilai respons seleksi sangat bergantung pada
nilai heritabilitas, intesitas seleksi dan kesalahan baku genotipe popoulasi yang
diseleksi. Nilai heritabilitas yang besar maka akan membuat nilai respons seleksi
yang diperoleh juga besar dan akan semakin cepat pula tercapainya tujuan seleksi.
52
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
kesimpulan berikut.
5.2 Saran
mengutamakan parameter yang nilai heritabilitas dan kemajuan seleksi tinggi agar
53
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, N., N. Sa’diyah dan M. Barmawi. 2015. Seleksi nomor- nomor harapan
kedelai (Glycine max [L.] Merrill) generasi F5 hasil persilangan Wilis X
Mlg2521. Jurnal Agrotek Tropika. 3(1): 24-29.
Bakar, B. A. dan Chairunnas. 2012. Kajian adaptasi beberapa varietas unggul baru
kedelai di Provinsi Aceh. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi 2011: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Aceh. 126-132.
Barmawi, M., A. Yushardi dan N. Sa’diyah. 2013. Daya waris dan harapan
kemajuan seleksi karakter agronom kedelai generasi F2 hasil persilangan
antara Yellow Bean dan Taichung. Jurnal Agrotek Tropika. 1(1): 20-24.
Bambang, C. 2007. Kedelai dan Budidaya Analisis Usaha Tani. Aneka Ilmu.
Semarang.
Christian, J. R. 2016. Perkembangan biji dan komponen hasil tiga varietas kedelai
(Glycine max [L.] Merrill) dengan pemberian Giberelin. Jurnal Tropika.
5(1): 13-20.
54
Estiningtyas, W. dan G. Irianto. 1994. Akumulasi satuan panas dalam budidaya
tanaman kedelai di Lombok. Jurnal Agromet. 10(1): 8-14.
Fattah, A. 2010. Uji adaptasi varietas unggul baru kedelai dalam mendukung
program SL-PTT di Sulawesi Selatan. Litbang Deptan. Sulawesi Selawesi.
Hartati, S., M. Barmawi dan N. Sa’diyah. 2013. Pola segregasi karakter agronomi
tanaman (Glycine max [L.] Merrill) generasi F2 hasil persilangan Wilis X
B3570. J. Agrotek Tropika. 1(1): 8-13.
Liu, X., J. Jian, W. Guanghua, and S. J. Herbert. 2008. Soybean yield physiology
and development of high-yielding practices in Northeast China. Field
Crops Research. 105(1): 157-171.
55
Mashudi. 2007. Bercocok Tanam Palawija. Cet. Ke 1. Azka. Jakarta.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2018. Statistik Pertanian. Kementrian
Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.
Rasyad, A., D. Suryati., dan A. Nuroso. 2016. Genetic variance components and
heritability of seed protein, oil content and yield related traits in a soybean
population. Journal of Agriculture Engineering and Biotechbology. 4(1):
22-26.
Rasyad, A., Adiwirman, dan D. I. Roslim. 2018. Genotypic variation for grain
protein oil content and yield related traits in soybean population. Sabrao
Journal. 50(3): 270-278.
56
Rukmana, R., dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai Budidaya dan Pasca Panen.
Kanisius. Yogyakarta.
Sa’diyah, N., J. Zulkaranin dan M. Barmawi. 2016. Uji daya hasil beberapa galur
kedelai (Glycine max [L.] Merrill) hasil persilangan Wilis dan Mlg2521. J.
Agrotek Tropika. 4(2): 117-123.
Suprapto dan N. Kairudin. 2007. Variasi genetik, heritabilitas, tindak gen dan
kemajuan seleksi kedelai (Glycine max [L.] Merrill) pada ultisol. Jurnal
ilmu-ilmu pertanian Indonesia. 9(2): 183-190.
57
Widiastuti, E. dan E. Latifah. 2016. Keragaan pertumbuhan dan biomassa varietas
kedelai (Glycine max [L.] Merrill) di lahan sawah dengan aplikasi pupuk
organik cair. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 21(2): 90-97.
58
LAMPIRAN
59
Lampiran 2. Hasil analisis ragam
60
4.6 Jumlah Polong Bernas Per Tanaman
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 5%
Ulangan 2 322,12 161,06 2,47 3,44
Genotipe 12 2236,81 186,40 2,86* 2,23
Error 22 1432,58 65,12
Total 36 3991,52
* = Signifikan; KK = 34,42
61
4.11 Berat Tanaman Per Plot
Sumber
DB JK KT F Hitung F Tabel 5%
Keragaman
Ulangan 2 11316,64 56708,32 1,65 3,44
Genotipe 12 59559,43 49632,62 1,45 2,23
Error 22 754015,02 34273,41
Total 36 1463023,11
* = Signifikan; KK = 26,09
62
Lampiran 3. Perhitungan kebutuhan pupuk
1. Pupuk Urea
Dosis pupuk Urea = 55 kg.ha-1
= x Dosis pupuk
= x 55 kg
= x 25 kg
= 0,006 kg
= 6 g/m2
2. Pupk TSP
Dosis pupuk TSP = 60 kg.ha-1
= x Dosis pupuk
= x 60 kg
= x 60 kg
= 0,0144 kg
= 14,4 g/m2
3. Pupuk KCL
Dosis pupuk KCL = 50 kg.ha-1
= x Dosis pupuk
= x 50 kg
= x 60 kg
= 0,012 kg
= 12 g/m2
63
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian
64
RIWAYAT HIDUP
65
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
1. Allah SWT dengan segla rahmat serta karunia-Nya yang memberikan kekuatan
2. Kedua orang tua tercinta Ayah Syamsunar dan Amak Suhelmi yang selalu
3. Prof. Dr. Ir. Aslim Rasyad M.Sc sebagai Dosen Penasehat Akademis serta
Pembimbing tunggal tugas akhir yang saya anggap sebagai orang tua saya
sendiri. Terima kasih bapak telah sabar dalam memberikan bimbingan dan
arahan serta selalu memberi motivasi, nasehat dan ilmu yang bermanfaat
4. Dr. agr. Ir. T. Nurhidayah, M.Sc dan Isnaini S.P., M.Si selaku dosen penguji
skripsi ini.
5. Seluruh dosen di Fakultas Pertanian Universitas Riau dengan sabar dan rendah
hati dalam memberikan ilmu selama perkuliahan serta abang dan kakak
66
7. Teman saat tugas Praktek Kerja Profesi (PKP) di Agrowisata Kolong Langit
Pandai Sikek yaitu Chandra, Haris, Fika, Devi, Nisa, Reni, Riri, dan Fenti.
8. Teman saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pandau Jaya yaitu Alde, Rama,
9. Teman Somplak yaitu Ade, Adit, Tamsir, Ardho, Sahnel, Yudha, Diva, Hendri,
Panji, Yahya dan Yuma yang selalu memberikan do’a dan semangat selama
perkuliahan.
10. Senior yang sering memberi semangat, motivasi dan selalu siap membantu
yaitu Kak Aisyah SP, Kak Rini SP, Kak Sonya, Kak Leona SP, Bang Ari SP,
Bang Dian Rahmad SP, Bang Ariful, Bang Leo, dan Bang Naufal.
11. Junior yang rajin membantu yaitu Aisy, Rosa, Samuel, Dito, dan Annisa.
12. Teman seperjuangan penelitian kedelai yaitu Bang Ariful, Kak Sonya,
Sahnel, Yuni, Bang Ahmad dan Rani yang sangat banyak membantu dalam
13. Sahabat yang selalu ada dalam keadaan susah dan senang yaitu Ade, Ovin,
Firman, Tulus, Tamsir, Haris, Aldha, Fadil, Ryan, Riko, Ramot, Razeka,
Ayu, Halen, Ibah, Rida, Fenti, Diana, Riri, Misrema, Rumi, Nisa, Fika, Reni,
Pika, Iwid, Aca, Sahri, Latif, Sopyan, Maul dan Adi (Subekti).
14. Sanak-sanak Wahana Kos: Uda Haris, Bang Zek, Fadil, Agan Riko, Ramzi
dan Aldha yang tidak bosan-bosan untuk membantu selama saya kuliah.
disebutkan, penulis mohon maaf jika terlupa, semoga Allah SWT yang
67