Anda di halaman 1dari 31

EVALUASI DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN

SEKOLAH/MADRASAH

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah pembiayaan pendidikan

Dosen pengampu:

Dr. Makmur Syukri, M. Pd

Disusun oleh: kelompok 12

PAI 3/SEM VI

Ismail Efendi Nasution (0301192130)

Nurhalimah Silitonga (0301193200)

Pipi Darsina Siregar (0301193272)

Murni Multia Sari (0301193242)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah Swt, karena atas segala berkah, rahmat, dan
ridha-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Evaluasi dan
pertanggungjawaban keuangan sekolah/madrasah " pada mata kuliah pembiayaan pendidikan
yang dibimbing oleh bapak Dr. Makmur Syukri M, Pd

Salawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad Saw yang kita nanti-nantikan syafa’atnya diyaumil akhir kelak, aamiin.

Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, kami merasa bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan
saran dari bapak dosen pengampuh untuk menegur kekurangan dan kesalahan demi
menyempurnakan makalah kami. Akhir kata, kami harapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya.

Medan, Maret, 2022

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pengertian Manajemen Keuangan...........................................................................3


B. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Sekolah Serta Pengelolaannya ..................14
C. Pertanggungjawaban atau Pelaporan Pengelolaan Dana Sekolah...........................16
BAB III PENUTUP...........................................................................................................27

A. Kesimpulan .............................................................................................................27
B. Saran .......................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA…………………………..………………………………………..28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut UU RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun
2003:Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.Dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal
3dikatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuandan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertawa kepadaTuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pada dasarnya, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan masyarakat, pendidikan
dipandang sebagai sektor public yang dapat melayani danmemenuhi kebutuhan
masyarakat dengan berbagai pengajaran, bimbingandan latihan yang dibutuhkan oleh
peserta didik.Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajamen
sekolahyang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di
sekolah.Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan padaumumnya,
kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasanatau pengendalian.
Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitumemperoleh dan menetapkan sumber-
sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan
pertanggungjawaban

B. Rumusan Masalah
1. Pegertian manajemen keuangan
2. Prinsip-prinsip manajemen keuangan sekolah serta pengelolaannya
3. Pertanggungjawaban atau pelaporan pengelolaan dana sekolah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen keuangan
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip manajemen keuangan sekolah serta
pengelolaannya
3. Untuk mengetahui pertanggungjawaban ataupun pelaporan pengelolaan dana
sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN

Mulyasa mengatakan bahwa manjemen keuangan sekolah merupakan bagian


dari kegiatan pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut kemampuan
sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta
mempertanggungjawabkan secara efektif dan transparan.1 Tim dosen administrasi
Pendidikan UPI menyatakan manajemen keuangan adalah manajemen terhadap
fungsi-fungsi keuangan. Sedangkan fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang
harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang tertentu. Fungsi
manajemen pendidikan adalah menggunakan dana dan mendapatkan dana.2

Disisi lain Mulyono menyatakan bahwa manajemen keuangan (financial


management) adalah segala aktivitas organisasi yang berhubungan dengan bagaimana
memperoleh dana, dan mengelola aset sesuai tujuan organisasi secara menyeluruh.3

Manajemen memiliki tiga tahapan penting yaitu tahap perencanaan, tahap


pelaksanaan dan tahap penilaian. Ketiga tahapan tadi apabila diterapkan dalam
manajemen keuangan adalah menjadi tahap perencanaan keuangan (budgeting),
Pelaksanaan (Akunting) dan tahap penilaian atau evaluasi (Auditing).

1. Penganggaran (budgeting)
Penganggaran (budgeting) merupakan kegiatan atau proses
penyusunan anggaran. Budget merupakan rencana operasional yang
dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan lembaga dalam
kurun waktu tertentu.4 Lebih jauh Nanang Fatah menjelaskan dalam
menentukan biaya satuan pendidikan terdapat dua pendekatan yaitu

1
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2006), h. 194.
2
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan, (Bandung
Alfaberta, 2009), h. 256.
3
Mulyono, Manajemen Administrasi & Operasional Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzza Media, 2009), h. 180.
4
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 47.
pendekatan makro dan pendekatan mikro. Pendekatan makro mendasarkan
perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan yang
diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah murid.
Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan alokasi
pengeluaran per komponen pendidikan yang digunakan oleh murid.5
Morphet sebagaimana dikutip Mulyasa menjelaskan tentang hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penganggaran biaya pendidikan adalah
sebagai berikut:6
a. Anggaran belanja sekolah harus dapat mengganti beberapa
peraturan dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan kebutuhan
pendidikan.
b. Merevisi peraturan dan input lain yang relevan, dengan
mengembangkan perencanaan sistem yang efektif.
c. Memonitor dan menilai keluaran pendidikan secara terus menerus
dan berkesinambungan sebagai bahan perencanaan tahap
berikutnya.

Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan keuangan sekolah,


maka yang sangat bertanggung jawab sebagai pelaksana adalah kepala
sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi
pengembangan administrative. Dalam hubungan ini penyusunan RAPBS
memerlukan analisis masa lalu dan lingkungan ekstern yang mencakup
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan
ancaman (threats).7

Untuk mencapai tujuan organisasi maka fungsi anggaran tersebut perlu


diimplementasikan. Dalam kerangka itulah, anggaran harus disusun
berdasarkan pada prinsip-prinsip anggaran yaitu, transparan, akuntabel,
disiplin anggaran (efisien, tepat guna, tepat waktu dan dapat
dipertanggungjawabkan), keadilan (penggunaannya harus dialokasikan secara
adil untuk kepentingan seluruh kelompok masyarakat), efisien dan efektif
(harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan dan
kesejahteraan bagi masyarakat).
5
Ibid, h. 26.
6
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 196.
7
Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan, h. 54.
Kalau dicermati prinsip-prinsip anggaran tersebut sangat relevan
dengan prinsip-prinsip hukum ekonomi Islam. Oleh karena itu penyusunan
anggaran dengan penerapan prinsip-prinsip hukum ekonomi Islam sudah
menjadi keniscayaan. Adapun prinsip-prinsip hukum ekonomi Islam yang
dapat diterapkan dalam penyusunan anggaran, sebagai berikut:

a. Prinsip Tauhid (Unity/Ilahiyah/Ketuhanan)8 adalah prinsip umum dalam


Islam, sehingga hukum ekonomi Islampun menganut prinsip tersebut.
Prinsip ini menegaskan bahwa semua manusia ada di bawah satu ketetapan
yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat La’ilaha
Illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). Prinsip ini ditarik dari firman
Allah QS. Ali Imran/3 ayat 64 yang berbunyi:

َ ‫ب تَ َعالَوْ ا اِ ٰلى َكلِ َم ٍة َس َو ۤا ۢ ٍء بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ْم اَاَّل نَ ْعبُ َد اِاَّل هّٰللا َ َواَل نُ ْش ِر‬
‫ك بِ ٖه َش ْيـًٔا َّواَل يَتَّ ِخ َذ‬ ِ ‫قُلْ ٰيٓا َ ْه َل ْال ِك ٰت‬
َ‫ضنَا بَ ْعضًا اَرْ بَابًا ِّم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ ۗ فَا ِ ْن ت ََولَّوْ ا فَقُوْ لُوا ا ْشهَ ُدوْ ا بِاَنَّا ُم ْسلِ ُموْ ن‬ ُ ‫بَ ْع‬

Artinya: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu


kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia
dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian
yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka
katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah)".

Berdasarkan atas prinsip tauhid tersebut, maka pelaksanaan hukum


ekonomi Islam merupakan ibadah. Dengan demikian, bagi seorang muslim
yang bekerja menyusun anggaran, maka tidak lain karena sedang
beribadah dan memenuhi perintah atau ketetapan Allah, sehingga anggaran
yang disusun akan transparan, akuntabel, disiplin dan dapat
dipertanggungjawabkan.
8
Syed Nawab Haider Naqvi, 1994, Islam Economics and Society, (London and New York: Kegan Paul
International Ltd), h. Xviii, Lihat juga Yusuf Qardhawi, Norma Dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani
Press),h. 31.
b. Prinsip Keadilan (Equilibrium/ Keseimbangan)9 adalah prinsip yang
menuntut terwujudnya keseimbangan individu dan masyarakat, prinsip
tersebut menghendaki jalan lurus dengan menciptakan tatanan sosial yang
menghindari perilaku merugikan. Dalam penyusunan anggaran harus
dialokasikan secara adil untuk kepentingan seluruh kelompok masyarakat.
Prinsip keadilan10 ini diambil dari QS. Al An’am/6 ayat 152:

ّ ٰ ‫َواِ َذا قُ ْلتُ ْم فَا ْع ِدلُوْ ا َولَوْ َكانَ َذا قُرْ ٰب ۚى َوبِ َع ْه ِد هّٰللا ِ اَوْ فُوْ ۗا ٰذلِ ُك ْم َو‬
َ‫صى ُك ْم بِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ۙن‬

Artinya: Dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu berlaku adil
kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.
c. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar, adalah prinsip yang memposisikan
anggaran sebagai pedoman kerja, sehingga bagi yang melakukan
penyimpangan (kemungkaran) dapat diberi sanksi, dan yang berprestasi
diberi reward. Prinsip amar makruf nahi munkar tersebut11 ditegaskan
dalam QS. Al-Imran/3: 104, 110, dan 114 yang berbunyi:

ٰۤ ُ
‫ول ِٕىكَ هُ ُم‬ ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْالخَ ي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬
َ‫ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
2. Pelaksanaan (Akunting)

9
Qardhawi, Norma Dan Etika, h. 71
10
Akunting adalah bahasa yang digunakan untuk menggambarkan hasil
kegiatan ekonomi.11 Menurut Mulyasa dalam pelaksanaan keuangan
sekolah dalam garis besarnya dapat dikelompokan ke dalam dua kegiatan,
yakni penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan keuangan sekolah dari
sumber- sumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan
yang selaras dengan kesepakatan yang telah disepakati, baik berupa
konsep teoritis maupun peraturan pemerintah.12
Allah Swt. menjelaskan didalam Alquran Surat Al-Baqarah/2 Ayat 282
yang berbunyi:

ٓ
‫ب‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن اِ ٰلى اَ َج ٍل ُّم َس ًّمى فَا ْكتُبُوْ ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم َكاتِ ۢبٌ بِ ْال َع ْد ۖ ِل َواَل يَْأ‬
ُ‫ق هّٰللا َ َربَّهٗ َواَل يَ ْبخَسْ ِم ْنه‬ ُّ ‫ب َك َما َعلَّ َمهُ هّٰللا ُ فَ ْليَ ْكتُ ۚبْ َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه ْال َح‬
ِ َّ‫ق َو ْليَت‬ َ ُ‫َكاتِبٌ اَ ْن يَّ ْكت‬
‫ض ِع ْيفًا اَوْ اَل يَ ْست َِط ْي ُع اَ ْن يُّ ِم َّل هُ َو فَ ْليُ ْملِلْ َولِيُّهٗ بِ ْال َع ْد ۗ ِل‬
َ ْ‫ق َسفِ ْيهًا اَو‬ ُّ ‫َش ْيـ ًۗٔا فَا ِ ْن َكانَ الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه ْال َح‬
َ‫ضوْ نَ ِمن‬َ ْ‫َوا ْستَ ْش ِه ُدوْ ا َش ِه ْي َدي ِْن ِم ْن ِّر َجالِ ُك ۚ ْم فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُكوْ نَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ٌل َّوا ْم َراَ ٰت ِن ِم َّم ْن تَر‬
‫ب ال ُّشهَ ۤ َدا ُء اِ َذا َما ُد ُعوْ ا ۗ َواَل تَ ْسـَٔ ُم ْٓوا‬ َ ‫َض َّل اِحْ ٰدىهُ َما فَتُ َذ ِّك َر اِحْ ٰدىهُ َما ااْل ُ ْخ ٰر ۗى َواَل يَْأ‬ ِ ‫ال ُّشهَ ۤ َدا ِء اَ ْن ت‬
‫ص ِغ ْيرًا اَوْ َكبِ ْيرًا اِ ٰلٓى اَ َجلِ ٖ ۗه ٰذلِ ُك ْم اَ ْق َسطُ ِع ْن َد هّٰللا ِ َواَ ْق َو ُم لِل َّشهَا َد ِة َواَ ْد ٰن ٓى اَاَّل تَرْ تَاب ُْٓوا آِاَّل‬
َ ُ‫اَ ْن تَ ْكتُبُوْ ه‬
ۖ ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اَاَّل تَ ْكتُبُوْ ه َۗا َواَ ْش ِه ُد ْٓوا اِ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم‬ َ ‫ض َرةً تُ ِد ْيرُوْ نَهَا بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬ ِ ‫ارةً َحا‬َ ‫اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج‬
ِّ‫ق بِ ُك ْم ۗ َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هّٰللا ُ ۗ َوهّٰللا ُ بِ ُكل‬
ٌ ۢ ْ‫ض ۤا َّر َكاتِبٌ َّواَل َش ِه ْي ٌد ەۗ َواِ ْن تَ ْف َعلُوْ ا فَاِنَّهٗ فُسُو‬ َ ُ‫َواَل ي‬
‫َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah


tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang
akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang

11
Tim Dosen , Manajemen Pendidikan, h. 265.
12
Mulyasa, Manajemen Berbasis, h. 201.
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia
sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang
mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan
(yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada
dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah
Maha mengetahui segala sesuatu.”

Ayat ini merupakan ayat terpanjang dalam Alquran dan secara jelas berisi
perintah praktek pencatatan dalam transaksi ekonomi. Ayat ini merupakan
ayat yang paling terang-terangan membahas praktek akuntansi, terdapat 8
kata yang berakar dari kata mencatat ( ‫ )كتب‬dalam ayat tersebut, sedang
mencatat merupakan bagian dari fungsi utama akuntansi. Ayat ini
menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan transaksi, dasar-dasarnya, dan
manfaat- manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh kaidah-kaidah hukum
yang harus dipedomani dalam hal tersebut. Sebagaimana pada awal ayat
tersebut menyatakan "Hai, orang-orang yang beriman apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya…….”
3. Evaluasi (Auditing)
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan.13 Sedangkan menurut Mulyasa dalam evaluasi keuangan
sekolah, pengawasan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan
dalam manajemen pembiayaan berbasis sekolah. Dalam keuangan
manajemen sekolah, kepala sekolah perlu melakukan pengendalian
pengeluaran keuangan sekolah selaras dengan anggaran anggaran belanja
yang telah ditetapkan.14 Menurut Nanang Fattah secara sederhana proses
pengawasan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu memanatau (monitoring),
menilai dan melaporkan.15
Proses evaluasi ini dilakukan untuk agar kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan manajemen keuangan berjalan secara efektif dan efisien
dan tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam prosesnya. Di
sinilah seorang kepala sekolah harus memantau dan menilai hasilnya. Ada
beberapa jenis-jenis Auditing :
a. Audit Laporan Keuangan, Audit laporan keuangan bertujuan
menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang
merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi,telah disajikan
sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
b. Audit Operasional, Audit operasional merupakan penelaahan atas
bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi
untuk menilai efisiensi dan efektitasnya.Umumnya, pada saat
selesainya audit operasional,auditor akan memberikan sejumlah
saran kepada manajemem untuk memperbaiki jalannya operasi
lembaga.
c. Audit Ketaatan, Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan
apakah auditi (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu
yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.
Suatu audit ketaatan pada lembaga (perusahaan) swasta, dapat

13
Tim Dosen Mnajemen Pendidikan, h. 265
14
Mulyasa, Manajemen Berbasis, h. 205.
15
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan, h. 66.
termasuk penentuan apakah para pelaksana akuntasi telah
mengikuti prosedur yang telah ditetepkan oleh lembaga.Contoh
peninjauan tingkat upah, pemeriksaan perjanjian dengan pihak lain
(seperti bank/kreditor), dan memenuhi ketentuan hukum yang
berlaku.

Alquran menjelaskan bahwa pengaudit harus mengevaluasi


secara adil, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Dalam hal ini,
Alquran menyatakan bahwa:

َ‫ۚ اَوْ فُوا ْال َكي َْل َواَل تَ ُكوْ نُوْ ا ِمنَ ْال ُم ْخ ِس ِر ْين‬

‫اس ْال ُم ْستَقِي ِْم‬


ِ َ‫ۚ َو ِزنُوْ ا بِ ْالقِ ْسط‬

َ‫ض ُم ْف ِس ِد ْين‬ ۤ
ِ ْ‫اس اَ ْشيَا َءهُ ْم َواَل تَ ْعثَوْ ا فِى ااْل َر‬
َ َّ‫ۚ َواَل تَبْخَ سُوا الن‬

َ‫ۗ َواتَّقُوا الَّ ِذيْ َخلَقَ ُك ْم َو ْال ِجبِلَّةَ ااْل َ َّولِ ْين‬
Artinya: "Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang
lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan
dan bertakwalah kepada Allah yang telah Menciptakan kamu dan umt-
umat yang dahulu.” (QS. Asy- Syu'ara/26: 181-184).

Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut


menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya,
dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur
kekayaan secara benar dan adil. Seorang Akuntan akan menyajikan
sebuah laporan keuangan yang disusun dari bukti-bukti yang ada
dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang
diangkat atau ditunjuk sebelumnya. Manajemen bisa melakukan apa
saja dalam menyajikan laporan sesuai dengan motivasi dan
kepentingannya, sehingga secara logis dikhawatirkan dia akan
membonceng kepentingannya. Untuk itu diperlukan Akuntan
Independen yang melakukan pemeriksaaan atas laporan beserta bukti-
buktinya. Metode, teknik, dan strategi pemeriksaan ini dipelajari dan
dijelaskan dalam ilmu Auditing. Dalam Islam, fungsi Auditing ini
disebut "tabayyun" sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-
Hujuraat ayat 6 yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada
suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatan itu.

Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Alquran, kita


harus menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang
disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-
Israa' ayat 35 yang berbunyi: "Dan sempurnakanlah takaran apabila
kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." Dari paparan di atas,
dapat kita tarik kesimpulan, bahwa kaidah Akuntansi dalam konsep
Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan dasar-dasar
hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-
sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang
Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis,
pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi pijakan
dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.

Adapun etika yang harus dimiliki auditor atau orang yang


mengevaluasi keuangan sekolah/madrasah diantaranya:

a. Integritas: Islam menempatkan integritas sebagai nilai


tertinggi yang memandu seluruh perilakunya. Islam juga
menilai perlunya kemampuan, kompetensi dan kualifikasi
tertentu untuk melaksanakan suatu kewajiban;
b. Keikhlasan: Landasan ini berarti bahwa akuntan harus
mencari keridhaan Allah dalam melaksanakan pekerjaannya
bukan mencari nama, pura-pura, hipokrit dan sebagai
bentuk kepalsuan lainnya. Menjadi ikhlas berarti akuntan
tidak perlu tunduk pada pengaruh atau tekanan luar tetapi
harus berdasarkan komitmen agama, ibadah dalam
melaksanakan fungsi profesinya. Tugas profesi harus bisa
dikonversi menjadi tugas ibadah;
c. Ketakwaan: Takwa merupakan sikap ketakutan kepada
Allah baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-
terangan sebagai salah satu cara untuk melindungi
seseorang dari akibat negatif dari perilaku yang
bertentangan dari syari’ah khususnya dlam hal yang
berkitan dengan perilaku terhadap penggunaan kekayan
atau transaksi yang cenderung pada kezaliman dan dalam
hal yang tidak sesuai dengan syari’ah;
d. Kebenaran dan Bekerja Secara Sempurna : Akuntan tidak
harus membatasi dirinya hanya melakukan pekerjaan-
pekerjaan profesi dan jabatannya tetapi juga harus berjuang
untuk mencari dan mnenegakkan kebenaran dan
kesempurnaan tugas profesinya dengan melaksanakan
semua tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-
baik dan sesempurna mungkin. Hal ini tidak akan bisa
direalisir terkecuali melalui kualifikasi akademik,
pengalaman praktik, dan pemahaman serta pengalaman
keagamaan yang diramu dalam pelaksanaan tugas
profesinya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah dalam
Surat An Nahl ayat 90 : Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) berbuat adil dan berbuat kebajikan, dan dalam Surat
Al Baqarah ayat 195: Dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik.
e. Takut kepada Allah dalam setiap Hal: Seorang muslim
meyakini bahwa Allah selalu melihat dan menyaksikan
semua tingkah laku hambaNya dan selalu menyadari dan
mempertimbangkan setiap tingkah laku yang tidak disukai
Allah. Ini berarti sorang akuntan/auditor harus berperilaku
takut kepada Allah tanpa harus menunggu dan
mempertimbangkan apakah orang lain atau atasannya setuju
atau menyukainnya. Sikap ini merupakan sensor diri
sehingga ia mampu bertahan terus menerus dari godaan
yang berasal dari pekerjaan profesinya. Sikap ini ditegaskan
dalam firman Allah Surat An Nisa ayat 1 : Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. Dan dalam
Surat Ar Rad Ayat 33 Allah berfirman : Maka apakah
Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang
diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya).
Sikap pengawasan diri berasal dari motivasi diri berasal
dari motivasi diri sehingga diduga sukar untuk dicapai
hanya dengan kode etik profesi rasional tanpa diperkuat
oleh ikatan keyakinan dan kepercayaan akan keberadaan
Allah yang selalu memperhatikan dan melihat pekerjaan
kita. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Thaha ayat 7 :
Sesungguhnya dia mengetahui rahasia dan apa yang lebih
tersembunyi.
f. Manusia bertanggungjawab dihadapan Allah : Akuntan
Muslim harus meyakini bahwa Allah selalu mengamati
semua perilakunya dan dia akan mempertanggungjawabkan
semua tingkah lakunya kepada Allah nanti di hari akhirat
baik tingkah laku yang kecil amupun yang besar.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Zalzalah ayat 7-
8 : Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah
niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa
yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun niscaya dia
akan melihat balasnya pula.

َ ِ‫ت الما َ نَةُ فَن ْت ِظ ُر السَّا عَة قا َ َل َك ْيفَ ا‬


َ ‫ضا َعتُهَا يا‬ ْ ‫ضيِ َع‬
ُ ‫اِ َذا‬
َ‫رسول هللا قا َ َل اِ َذا اَ ْسنِ َد ال ْم ُر اِل َى َغي ِْر اَ ْهلِ ِه فَا ْنت َِظ ُر السَّا َعة‬

Artinya: Rosulullah Saw bersabda: jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran
yang terjadi, ada seorang sahabat bertanya, bagaimana maksud amanah disia-siakan ? nabi
menjawab; jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kebenaran itu.”
(HR Bukhori No. 6015)

Oleh karena itu akuntan/auditor harus selalu ingat


bahwa dia akan mempertanggungjawabkan semua
pekerjaannya dihadapan Allah dan juga kepada publik,
profesi, atasan dan dirinya sendiri. Gambaran singkat ini
mudah-mudahan menggugah kita bahwa auditing syari’ah
sudah mulai berkembang sejalan dengan perkembangan
sistem ekonomi Islam.
B. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH SERTA
PENGELOLAANNYA
1. Prinsip-prinsip manajemen keuangan
Manajemen keuangan sekolah perlu memerhatikan sejumlah prinsip. Undang-
undang No.20 tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana
pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan
akuntabilitas publik.16 Di samping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat
penekanan. Berikut ini dibahas masing- masing prinsip tersebut, yaitu
transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.
a. Transparansi
Transparansi berarti keterbukaan. Transparansi di bidang manajemen berarti
adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan,
bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan
dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yang keterbukaan sumber
keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan dan pertanggungjawaban harus
jelas sehingga bias memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk
mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan dukungan orang tua.17
b. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena
kualitas performasinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan
yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen

16
B. Suryosubroto, 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta)
17
Depdikbud. 1999. Panduan Manajemen Sekolah. (Jakarta: Direktorat Dikmenum)
keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. (Nur Hamiyah, 2015)
c. Efektivitas
Efektif sering kali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
(Garnear: 2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena
sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai
pada kualitas hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga yang
dicirikan oleh outcome kualitatif.
d. Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Menurut Garner
(2004), efisiensi dicirikan oleh outcome kuantitatif. Efisiensi adalah
perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output) atau
antara daya dan hasil.
2. Prinsip pengelolaan keuangan di sekolah Penggunaan keuangan didasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:18
a. Hemat tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang telah
disyaratkan
b. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program atau kegiatan.
c. Keharusan penggunaan kemampuan

Dalam mengelola keuangan ini, kepala sekolah berfungsi sebagai “otorisator”


dan “ordonateur”. Sebagai otorisator, kepala sekolah diberi wewenang untuk
mengambil tindakan yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran
anggaran. Sedangkan fungsi sebagai ordonateur, kepala sekolah sebagai pejabat
yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas
segala tindakan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan.

C. PERTANGGUNGJAWABAN ATAU PELAPORAN PENGELOLAAN DANA


SEKOLAH

Kegiatan transaksi penerimaan dan pengeluaran uang yang dilakukan oleh bendahara
di sekolah, senantiasa terus berlangsung dari hari ke hari. Setiap pemasukan dan pengeluaran
keuangan hendaknya dicatat dan dibukukan secara tertib sesuai pedoman dan peraturan yang
berlaku. Untuk itu, salah satu tugas dari bendahara sekolah adalah mengadakan pembukuan

18
Mulyasa, E. 2004. Menjadikan Kepala Sekolah Profesional. (Bandung: PT. Rosfda Karya.
keuangan sekolah. Pembukuan yang lengkap mencatat berbagai sumber dana beserta
jumlahnya dan distribusi penggunaannya secara rinci. Semua pembelanjaan harus disertai
dengan bukti-bukti yang sah, yaitu nota, kuitansi, faktur. Jika ada beban pajak yang harus
dikeluarkan, juga harus disetor sesuai aturan yang berlaku.19

‫ول ع َْن َر‬ ٍ ‫ع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئ‬


ٍ ‫ع َْن اِبْن ُع َم َر َع ِن النّبِي صلى هللا عليه وسلم اَنَّهُ قا َ َل اَالَ ُكلُّ ُك ْم َرا‬
‫اع عَل َى اَ ْه ِل بَ ْيتِ ِه‬
ٍ ‫اع َوهُ َو َمسْئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َوال َّر ُج ُل َر‬ ٍ ‫ِعيَّتِ ِه فَالُ ِم ْي ُر الّ ِذي َعلَى النَّا س َر‬
ٍ ‫ت بَ ْعلِهَا َو َولَ ِد ِه َو ِه َي َمسْئولَةٌ َع ْنهُ ْم َو ْل َع ْب ُد َرا‬
‫ع‬ ِ ‫َوهُ َو َمسْئو ٌل َع ْنهُ ْم َو ْال َمر اَةُ َرا ِعيَةٌ عَل َى بَ ْي‬
‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِه‬ ٍ ‫ّء َسيّ ِد ِه َوهُ َو َمسُئو ٌل َع ْنهُ اَاَل فَ ُكلُّ ُك ْم َر‬
Artinya: setiap kamu pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban
terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang raja adalah pemimpin bagi rakyatnya, dan dia
akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang suami
adalah seorang pemimpin bagi anggotakeluarganya dan dia akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang istrei adalah pemimpin bagi rumah
tangga, suami dan anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabanterhadap apa
yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah seorang pemimpin bagi harta majikannya, dan
dia juga dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya dan ingat setiap
kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap
kepemimpinannya. (HR. Bukhari).

Pembukuan setiap transaksi yang berpengaruh terhadap penerimaan dan pengeluaran


uang wajib dicatat oleh bendaharawan dalam buku kas, baik berupa Buku Kas Umum (BKU)
dan Buku Kas Pembantu (BKP). BKU merupakan buku harian yang digunakan untuk
mencatat semua penerimaan dan pengeluaran uang atau yang disamakan dengan uang. BKP
merupakan buku harian yang digunakan untuk membantu pencatatan semua penerimaan dan
pengeluaran uang menurut jenis sumber pembiayaan. Pencatatan di BKU dan BKP dilakukan
sepanjang waktu, setiap ada transaksi penerimaan, dan pengeluaran uang. BKU dan BKP
ditutup setiap akhir bulan atau sewaktu-waktu jika dianggap perlu, misalnya setelah ada

19
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
pemeriksaan oleh petugas yang berwenang, pada waktu serah terima dari pejabat lama ke
pejabat baru baik kepala sekolah maupun bendaharawan pemegang BKU dan BKP.

Pembukuan dan dokumen pendukung laporan yang harus disusun oleh sekolah
sebagai berikut.20

a. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) RKAS ditandatangani oleh


Kepala Sekolah, Komite Sekolah, dan Ketua Yayasan (khusus untuk sekolah yang
diselenggarakan oleh masyarakat), diverifikasi oleh Pengawas Pembina dan
disahkan Dinas Kabupaten/Kota/Propinsi. RKAS dibuat 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun pada awal tahun pelajaran, namun perlu dilakukan revisi pada
semester kedua. Oleh karena itu sekolah dapat membuat RKAS tahunan yang
dirinci tiap semester. RKAS harus dilengkapi dengan rencana penggunaan dana
secara rinci, yang dibuat tahunan dan triwulan untuk setiap sumber dana yang
diterima sekolah.
b. Buku Kas Umum (BKU) Buku Kas Umum disusun untuk masing-masing
rekening bank yang dimiliki oleh sekolah. Pembukuan dalam BKU meliputi
semua transaksi eksternal, yaitu yang berhubungan dengan pihak ketiga:
1. Kolom penerimaan memuat penerimaan dari penyalur dana (BOS atau sumber
dana lain), penerimaan dari pemungutan pajak, dan penerimaan jasa giro dari
bank;
2. Kolom pengeluaran memuat pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa,
biaya administrasi bank, pajak atas hasil dari jasa giro, dan setoran pajak.
BKU harus diisi tiap transaksi (segera setelah transaksi tersebut terjadi dan
tidak menunggu terkumpul satu minggu/bulan) dan transaksi yang dicatat di
dalam buku kas umum juga harus dicatat dalam buku pembantu, yaitu buku
pembantu kas, buku pembantu bank, dan buku pembantu pajak. Formulir yang
telah diisi ditandatangani oleh Bendahara dan kepala sekolah.
c. Buku Pembantu Kas Buku ini harus mencatat tiap transaksi tunai dan
ditandatangani oleh bendahara dan kepala sekolah.
d. Buku Pembantu Bank Buku ini harus mencatat tiap transaksi melalui bank (baik
cek, giro maupun tunai) dan ditandatangani oleh bendahara dan kepala sekolah.

20
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
e. Buku Pembantu Pajak Buku pembantu pajak berfungsi mencatat semua transaksi
yang harus dipungut pajak serta memonitor pungutan dan penyetoran pajak yang
dipungut selaku wajib pungut pajak.
f. Berita Acara Pemeriksaan Kas Setiap akhir bulan BKU ditutup dan ditandatangani
oleh kepala sekolah dan Bendahara. Sebelum penutupan BKU, kepala sekolah
melakukan penghitungan jumlah kas baik yang ada di sekolah (kas tunai) maupun
kas yang ada di bank (buku tabungan sekolah). Hasil dari penghitungan kemudian
dibandingkan dengan saldo akhir BKU pada bulan bersangkutan. Apabila terjadi
perbedaan, maka harus dijelaskan penyebab perbedaannya.Setelah pelaksanaan
penghitungan kas, maka kepala sekolah dan bendahara menandatangani Berita
Acara Pemeriksaan Kas.
g. Bukti pengeluaran
1. Setiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan bukti kuitansi yang sah.
2. Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhi materai yang
cukup sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai bea
materai.
3. Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dan terinci sesuai dengan
peruntukannya.
4. Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalam bentuk
faktur sebagai lampiran kuitansi.
5. Setiap bukti pembayaran harus disetujui kepala sekolah dan dibayar lunas oleh
bendahara.
6. Segala jenis bukti pengeluaran harus disimpan oleh bendahara sebagai bahan
bukti dan bahan laporan.

Terkait dengan pembukuan dana yang diperoleh sekolah untuk BOS, perlu
memperhatikan hal-hal berikut:21

1. Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran dapat dilakukan


dengan tulis tangan atau menggunakan komputer. Dalam hal pembukuan
dilakukan dengan komputer, bendahara wajib mencetak buku kas umum
dan buku pembantu paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan dan
menatausahakan hasil cetakan BKU dan buku pembantu bulanan yang
telah ditandatangani kepala sekolah dan bendahara.
21
Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan
2. Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam BKU dan
buku pembantu yang relevan sesuai dengan urutan tanggal kejadiannya.
3. Uang tunai yang ada di kas tunai tidak lebih dari ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Apabila bendahara berhenti dari jabatannya, maka BKU, buku pembantu,
dan bukti pengeluaran harus diserahterimakan kepada pejabat yang baru
dengan Berita Acara Serah Terima.
5. Buku kas umum, buku pembantu kas, buku pembantu bank, buku
pembantu pajak, bukti pengeluaran, dan dokumen pendukung bukti
pengeluaran BOS (kuitansi/ faktur/nota/bon dari vendor/toko/supplier)
wajib diarsipkan oleh sekolah sebagai bahan audit. Setelah diaudit, maka
data tersebut dapat diakses oleh publik.
6. Seluruh arsip data keuangan ditata dengan rapi sesuai dengan urutan
nomor dan tanggal kejadiannya, dan disimpan di suatu tempat yang aman
dan mudah untuk ditemukan setiap saat. Seluruh dokumen pembukuan ini
harus disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada pengawas sekolah,
Tim BOS Kabupaten/Kota (pendidikan dasar) atau Tim BOS Provinsi
(pendidikan menengah dan pendidikan khusus), dan pemeriksa lainnya
apabila diperlukan.

Pelaporan Penggunaan Dana BOS dilakukan dengan mekanisme berikut:

a. Realisasi Penggunaan Dana Tiap Sumber Dana


Laporan ini disusun berdasarkan BKU dari semua sumber dana yang
dikelola sekolah pada periode yang sama. Laporan ini dibuat setiap
triwulan dan ditandatangani oleh Bendahara, kepala sekolah, dan
Komite Sekolah.Dokumen ini harus disimpan di sekolah dan
diperlihatkan kepada pengawas sekolah, Tim BOS Kabupaten/Kota
(pendidikan dasar) atau Tim BOS Provinsi (pendidikan menengah dan
pendidikan khusus), dan pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
b. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan BOS
Laporan ini merupakan rekapitulasi penggunaan BOS berdasarkan
standar pengembangan sekolah dan komponen pembiayaan BOS.
Belanja/penggunaan dana yang dilaporkan merupakan seluruh
belanja/penggunaan dana yang bersumber dari BOS yang diterima
sekolah pada tahun berkenaan. Sisa BOS tahun sebelumnya tidak
dilaporkan pada laporan BOS tahun ini, akan tetapi tetap tercatat
sebagai penerimaan sekolah dari sumber lain dan tetap tercatat
penggunaannya pada pembukuan anggaran sekolah. Laporan ini dibuat
tiap triwulan dan ditandatangani oleh Bendahara, kepala sekolah, dan
Komite Sekolah, disimpan di sekolah, dan diperlihatkan kepada
pengawas sekolah, Tim BOS Kabupaten/Kota (pendidikan dasar) atau
Tim BOS Provinsi (pendidikan menengah dan pendidikan khusus), dan
pemeriksa lainnya apabila diperlukan.
c. Pencatatan Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Dokumen ini harus disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada
pengawas sekolah, Tim BOS Kabupaten/Kota (pendidikan dasar) atau
Tim BOS Provinsi (pendidikan menengah dan pendidikan khusus), dan
pemeriksa lainnya apabila diperlukan. Dokumen laporan ini terdiri
atas:22
1. Lembar pencatatan pengaduan masyarakat;
2. Lembar pencatatan pertanyaan/kritik/saran.
d. Laporan Aset
Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan daerah, setiap sekolah
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah
yang menerima BOS wajib melaporkan seluruh belanja yang telah
dilakukan, termasuk hasil pembelian barang yang menjadi aset
pemerintah daerah. Hasil pembelian barang yang dilaporkan
merupakan pembelian barang yang dilakukan oleh sekolah
menggunakan dana yang berasal dari BOS yang diterima pada tahun
berkenaan.
Mekanisme pelaporan belanja dari BOS dan penerimaan barang aset
kepada pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan tentang pengelolaan keuangan daerah dari
Kementerian Dalam Negeri.
e. Laporan ke Dinas Pendidikan

22
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah Reguler Tahun 2019.
Selain laporan yang disimpan di sekolah sebagai bahan pemeriksaan
dan audit, Tim BOS Sekolah juga harus menyampaikan dokumen
laporan kepada Tim BOS Kabupaten/Kota (pendidikan dasar) atau Tim
BOS Provinsi (pendidikan menengah dan pendidikan
khusus).Dokumen laporan yang harus disampaikan tersebut 
merupakan kompilasi tahunan dari laporan rekapitulasi penggunaan
BOS tiap triwulan. Kompilasi laporan ini diserahkan paling lama
tanggal 5 Januari tahun berikutnya. Selain laporan di atas, sekolah
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah
juga harus menyampaikan laporan hasil belanja dari BOS dan
penerimaan barang aset pemerintah daerah dengan tata cara sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan dari Kementerian Dalam
Negeri.
f. Laporan Online ke Laman BOS
Selain laporan berupa dokumen cetak yang disampaikan ke dinas
pendidikan, Tim BOS Sekolah juga harus menyampaikan laporan
penggunaan dana secara online ke laman BOS. Informasi penggunaan
dana yang disampaikan sebagai laporan online merupakan informasi
yang didapat dari laporan rekapitulasi penggunaan BOS tiap triwulan.
Laporan ini harus diunggah ke laman BOS setiap triwulan pada awal
triwulan berikutnya. Prosedur pelaporan dana BOS sebagai berikut:
a. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap triwulan,
semester dan tahunan.
b. Laporan disusun dengan mengacu pada Buku Kas Umum, Buku
Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank, dan Buku Pembantu Pajak
beserta dokumen pendukungnya sebagai bukti.
c. Laporan yang perlu dibuat untuk diserahkan kepada Dinas
Pendidikan Kab/Kota adalah Buku Kas Umum, Buku Pembantu
Kas, Buku Pembantu Bank, dan Buku Pembantu Pajak.
d. Laporan yang perlu dibuat untuk diumumkan kepada masyarakat
adalah laporan penggunaan dana BOS.

Penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah harus dilaporkan


dan dipertanggungjawabkan secara rutin sesuai peraturan yang berlaku.
Pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari orang
tua siswa dan masyarakat dilakukan secara rinci dan transparan sesuai
dengan sumber dana. Pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran
yang berasal dari usaha mandiri sekolah dilakukan secara rinci dan
transparan kepada dewan guru dan staf sekolah.

Pertanggungjawaban anggaran rutin dan pembangunan dilakukan


dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ini.

a. Selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan bendaharawan


mengirimkan surat pertanggungjawaban (SPJ) kepada
walikota/bupati melalui bagian keuangan sekretariat daerah.
b. Apabila tanggal 10 bulan berikutnya SPJ belum diterima oleh
Bagian Keuangan Sekretariat Daerah, pada tanggal 11 akan
dikirimkan Surat Peringatan I.
c. Apabila sampai dengan tanggal 20 bulan berikutnya SPJ juga
belum dikirimkan pada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah,
akan dibuatkan Surat Peringatan II.
d. Kelengkapan Lampiran SPJ, meliputi:
1. Surat pengantar.
2. Lembar buku kas umum (BKU) lembar 2 dan 3.
3. Daftar penerimaan dan pengeluaran per pasal/komponen.
4. Daftar penerimaan dan pengeluaran uang untuk
dipertanggungjawabkan (UUDP).
5. Laporan keadaan kas rutin/pembangunan (LKKR/LKKP).
6. Register penutupan kas setiap 3 bulan sekali
7. Fotokopi surat perintah membayar uang (SPMU) beban
tetap dan beban sementara.
8. Fotokopi rekening koran dari bank yang ditunjuk.
9. Daftar perincian penerimaan dan pengeluaran pajak.
10. Bukti setor ppn/pph 21, 22, 23 fotokopi surat setoran pajak
(SSP).
11. Daftar realisasi penerimaan dan pengeluaran pajak.
12. Bukti pengeluaran/kuitansi asli dan lembar ii beserta
dengan bukti pendukung lainnya, disusun per
digit/komponen.
e. Bukti Pengeluaran dengan materei:
1. Transaksi kurang dari Rp 250.000,00 tidak menggunakan
materei.
2. Transaksi Rp 250.000,00 sampai dengan Rp 1.000.000,00
dengan materai Rp 3.000,00.
3. Transaksi lebih dari Rp 1.000.000,00 dikenai materei Rp
6.000,00.
f. Bukti Pendukung/Lampiran SPJ
1. Biaya perjalanan dinas dilampiri
a. Kuitansi/bukti pengeluaran uang
b. Surat Perintah Tugas (SPT)
c. Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) lembar I dan II
2. Penunjukan langsung barang dan jasa
a. Kurang dari Rp 10.000.000,00 dilampiri bukti
pembelian dengan pajak yang terhutang, misalnya struk
belanja.
b. Pembelian di atas Rp 10.000.000,00 sampai dengan Rp
50.000.000,00 dilampiri dengan kuintansi dan faktur
pajak.
c. Pembelian di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp
200.000.000,00 dilampiri dengan Surat Penawaran,
Surat Penunjukan Pelaksanaan Pekerjaan, Surat
Perintah Kerja (SPK), Berita Acara Pemeriksaan
Barang, kuitansi, faktur/nota, berita acara serah
terima/penyelesaian pekerjaan.

Semua dokumen perencanaan, pembelanjaan dan


pelaporan keuangan sekolah di atas sebagai bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan sekolah dapat
mendukung penilaian kinerja sekolah pada saat akreditasi
sekolah khususnya komponen standar pembiayaan pada
pernyataan nomor 96 – 111 (Sumber: Instrumen Perangkat
Akreditasi Sekolah Tahun 2017). Saudara bisa mencermati
pada lampiran.

Untuk menjamin pengelolaan dana sekolah dilakukan


sesuai dengan ketentuan perundang undangan diperlukan
adanya pengawasan. Pengawasan secara umum diartikan
sebagai usaha yang dilakukan dengan mengamati dan
membandingkan pelaksanaan dengan rencana dan
mengoreksinya apabila terjadi penyimpangan atau
melakukan penyesuaian jika diperlukan. Terdapat hubungan
yang erat antara rencana dan pengawasan (Kementerian
Pendidikan Nasional, 2011).

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2011)


terkait dengan pengawasan dana dari pemerintah (BOS)
kegiatan pengawasan disebut monitoring dan dibedakan
menjadi:

a. Monitoring internal adalah monitoring yang


dilakukan oleh tim manajemen BOS tingkat pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota. Monitoring internal
ini bersifat klinis yaitu melakukan monitoring dan
ikut menyelesaikan masalah jika ditemukan
permasalahan dalam pelaksanaan program BOS.
b. Monitoring eksternal lebih bersifat evaluasi
terhadap pelaksanaan program dan melakukan
analisis terhadap dampak program, kelemahan dan
rekomendasi untuk perbaikan program. Monitoring
eksternal ini dapat dilakukan oleh Balitbang atau
lembaga independen lainnya yang kompeten.

Komponen utama yang dimonitoring antara lain:


alokasi dana sekolah penerima bantuan, penyaluran dan
penggunaan dana, pelayananan dan penangananan
pengaduan, administrasi keuangan dan pelaporan.
Pengawasan keuangan di sekolah dilakukan oleh kepala
sekolah dan instansi vertikal di atasnya, serta aparat
pemeriksa keuangan pemerintah. Pada tingkat sekolah
pengawasan pengelolaan keuangan yang perlu
dilakukan kepala sekolah dapat dilakukan dengan cara
berikut:

a. Memastikan pengelolaan keuangan sekolah telah


dilakukan secara efektif, efisien dan
pertanggungjawaban sesuai peraturan yang
berlaku.
b. Memastikan tahapan perencanaan dan
pembelanjaan keuangan sesuai juknis dengan
rencana pembelanjaan yang telah disusun.
c. Memastikan pembukuan keuangan,
dokumentasi, pencatatan dan pelaporan hal-hal
yang terkait dengan pengelolaan keuangan
dilakukan secara akurat dan tepat waktu.
d. Melakukan evaluasi kegiatan dan anggaran
sekolah dengan cara membandingkan antara
kegiatan dan anggaran yang tercantum dalam
RKAS dengan realisasi program kegiatan dan
anggaran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam evaluasi dan pertanggung jawaban keuanga sekolah/ madrasah perlu dipelajari
terlebih dahulu diantaranya :

a. Tahapan-tahapan Manajemen
Tahapan manajemen memiliki tiga tahapan penting yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan dan tahap penilaian. Ketiga tahapan tadi apabila diterapkan dalam
manajemen keuangan adalah menjadi tahap perencanaan keuangan (budgeting),
Pelaksanaan (Akunting) dan tahap penilaian atau evaluasi (Auditing).
b. Prinsip-prinsip manajemen keuangan
Manajemen keuangan sekolah perlu memerhatikan sejumlah prinsip. Undang-
undang No.20 tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik. Di
samping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas
masing- masing prinsip tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan
efisiensi.
c. Prinsip pengelolaan keuangan di sekolah Penggunaan keuangan didasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Hemat tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
telah disyaratkan
2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program atau kegiatan.
3. Keharusan penggunaan kemampuan

Setelah paham dengan pengertian manajemen keuangan, tahapan-tahapan serta prinsip


manajemen keuangan barulah kita adakan yang namanya evaluasi ataupun
pertanggungjawaban keungan sekolah yang disebut dengan pembukuan, Pembukuan yang
lengkap haruslah mencatat berbagai sumber dana beserta jumlahnya dan distribusi
penggunaannya secara rinci. Semua pembelanjaan harus disertai dengan bukti-bukti yang sah,
yaitu nota, kuitansi, faktur. Jika ada beban pajak yang harus dikeluarkan, juga harus disetor
sesuai aturan yang berlaku.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan implementasi dan
pengaplikasian yang didapatkan pembaca dari hasil karya menulis dalam ranah
pendidikan yang semakin berkembang saat ini dan yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

B. Suryosubroto, 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta)


Depdikbud. 1999. Panduan Manajemen Sekolah. (Jakarta: Direktorat Dikmenum)
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 196.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2006), h. 194.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2006), h. 194.
Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan, h. 54.
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan, h. 66.

Ibid, h. 26.
Mulyasa, E. 2004. Menjadikan Kepala Sekolah Profesional. (Bandung: PT. Rosfda Karya.
Mulyasa, Manajemen Berbasis, h. 201.
Mulyasa, Manajemen Berbasis, h. 205.
Mulyono, Manajemen Administrasi & Operasional Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzza Media,
2009), h. 180.
Mulyono, Manajemen Administrasi & Operasional Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzza Media,
2009), h. 180.
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), h. 47.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler Tahun 2019.
Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.


Qardhawi, Norma Dan Etika, h. 71
Syed Nawab Haider Naqvi, 1994, Islam Economics and Society, (London and New York:
Kegan Paul International Ltd), h. Xviii, Lihat juga Yusuf Qardhawi, Norma Dan Etika
Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press),h. 31.
Tim Dosen , Manajemen Pendidikan, h. 265.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan, (Bandung Alfaberta, 2009), h. 256.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan, (Bandung Alfaberta, 2009), h. 256.
Tim Dosen Mnajemen Pendidikan, h. 265
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai