Anda di halaman 1dari 29

1

LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER OVARIUM

DISUSUN OLEH
IKA YAYUK SUSANDRA
PO7124321066

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PALU
TAHUN 2022
2

BAB I
LANDASAN TEORI

2.1 Kanker Ovarium


2.1.1 Definisi Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah sebuah penyakit sel tumor ganas yang berada didalam
ovarium wanita dan merupakan salah satu tumor yang paling sering
ditemukan pada organ reproduksi wanita. Dikarenakan jaringan di dalam ovarium
dan kompleksitas fungsi endokrin dan sulit mendeteksi apakah tumor tersebut
jinak atau ganas. Saat pasien datang dengan keluhan, diagnosis mayoritas sel
kanker sudah menyebar ke organ disekitarnya.
Menurut Schorge et al., (2008) tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok
berdasarkan struktur anatomi dari mana tumor itu berasal, yaitu tumor epitelial
ovarium, tumor germ sel, tumor sex cord-stromal. Kanker ovarium ganas terdiri
dari 90 – 95 % kanker epitelial ovarium, dan selebihnya 5 – 10 % terdiri dari
tumor germ sel dan tumor sex cord-stroma.
2.1.2 Etiologi Kanker Ovarium
Etiologi kanker ovarium masih belum jelas untuk saat ini, menurut Berek
dan Novak’s (2007), mungkin saat ini beberapa hipotesis yang dapat menjelaskan
terjadinya kanker ovarium antara lain: hipotesis trauma ovulasi dan hipotesis
gonadotropin. Saat ovulasi, terjadi kerusakan epitel permukaan ovarium pada
waktu pecahnya folikel dan kemudian diikuti oleh perbaikan 16 sel/DNA. ini
menyatakan bahwa semakin banyak pembelahan sel yang diikuti proses perbaikan
meningkatkan peluang untuk terjadinya mutasi spontan yang menyebabkan
karsinogenesis. Hipotesis gonadotropin didasarkan pada pembentukan kista
inklusi yang berkembang karena stimulasi estrogen akibat tingginya
gonadotropin. Overstimulasi sel epitel permukaan ovarium oleh gonadotropin,
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) menyebabkan
peningkatan pembelahan sel dan mutasi yang dapat menyebabkan karsinogenesis.
Beberapa hipotesis lain yang menjelaskan terjadinya kanker ovarium adalah

hipotesis stimulasi hormonal, hipotesis inflamasi, dan interaksi gen-lingkungan


(Gardner, dkk., 2009).
Reaksi inflamasi akan menghasilkan oksidan yang toksik, menyebabkan
3
kerusakan DNA, protein dan lipid. Kerusakan DNA menyebabkan mutasi DNA.
Mekanisme perbaikan DNA tubuh akan melakukan perbaikan DNA yang rusak,
dengan demikian inflamasi kronik akan menimbulkan efek yang lama dan
menyebabkan kematian sel sehingga tubuh mengkompensasinya dengan
melakukan pembelahan pertama sel. Pembelahan yang dipacu atau diakselerasi
akan memudahkan kesalahan pembentukan DNA, memudahkan terjadinya mutasi
dan terjadi mutagenesis. Sitokin yang dilepaskan pada reaksi inflamasi juga
berperan dalam regulasi cylooxygenase (COX-2), yang berfungsi dalam sintesis
prostaglandin. Dimana fungsi prostaglandin sendiri antara lain adalah penurunan
diferensiasi sel, menghambat apoptosis, meningkatkan proliferasi sel dan
merangsang pembentukan angiogenesis melalui growth factor dan matrix
metalloprotease. Inflamasi kronik berhubungan dengan faktor imunitas selular dan
humoral dimana masing-masing 17 menghasilkan sitokin T-helper 1 (Th-1) dan
immune suppressive cytokine (Moore, dkk., 2008; Andrijono, 2009).

2.1.4 Faktor Resiko Kanker Ovarium


1. Riwayat keluarga (Herediter)

Menurut Prawiroharjo (2013), angka kejadian Kanker ovarium yang terjadi


karena faktor keluarga (herediter) sebesar 5%-10%, dengan, hal ini disebabkan
karena terjadi mutasi genetik BRCA1 dan BRCA2 dengan risiko 50%
menyebabkan kanker ovarium pada kelompok tertentu mekanisme kerjanya
adalah berikatan dengan protein RAD51 selama perbaikan untai ganda DNA,
dimana gen ini mengadakan perbaikan di dalam inti sel, rekombinasi ini
menyesuaikan dengan kromosom dari sel induk, sehingga kerusakan pada gen ini
menyebabkan tidak terdeteksinya kerusakan gen di dalam sel dan sel yang
mengalami mutasi tidak dapat diperbaiki sehingga tumbuh sel yang bersifat ganas
yang berpoliferasi menjadi jaringan.
4

Kanker ovarium juga memiliki kecenderungan agregasi familial, penderita


kanker ovarium dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium pada
anggota keluarga yang lain. Dengan persentase 1,6% pada keseluruhan populasi.
Risiko meningkat menjadi 4 sampai 5% apabila anggota keluarga derajat (ibu atau
saudara kandung) terkena kanker ovarium. Risiko meningkat menjadi 7%, bila
ada 2 anggota keluarga yang menderita kanker ovarium (Lisnawati, 2013).

2. Obesitas

Pada wanita dengan status gizi obesitas terjadi peningkatan risiko 10%. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan lemak pada tubuh yang merupakan lingkungan yang
tepat untuk perkembangan tumor selain itu peningkatan lemak tubuh akan
meningkatkan adhesi sel mesothelial tumor yang akan mengubah struktur
mesothelial tumor sehingga menyebabkan metastasis ke intraperitoneal (Bae dkk,
2014).

3. Usia

Menurut Gardner dkk (2009), Insiden kanker ovarium meningkat seiring


peningkatan umur, biasanya terjadi pada wanita berumur antara 50-79 tahun
dengan median umur saat diagnosis adalah 63 tahun. Lebih dari 70% kanker
ovarium terjadi setelah berusia 50 tahun (Gardner et al., 2009)

4. Jumlah Paritas

Menurut Guire dkk (2016), Jumlah parietas juga memiliki hubungan


dengan penurunan angka kejadian kanker ovarium ini disebabkan karena pada
saat wanita mengalami kehamilan tidak terjadi proses ovulasi sehingga
menurunkan risiko terjadinya mutasi riwayat keluarga akibat ovulasi yang terus
menerus, selain itu pada saat kehamilan terjadi perubahan hormonal sementara
perubahan hormonal ini yang dapat menginduksi apoptosis sel-sel pre malignan
sel kanker.

5. Usia Menarche

Usia menarche yang lebih tua juga dapat menjadi faktor risiko untuk
menurunkan terjadinya kanker ovarium, hal ini disebabkan karena usia menarche
5

dapat mengurangi jumlah ovulasi, hal ini sesuai dengan hipotesis ovulasi terus
menerus yang menjelaskan semakin sering terjadinya ovulasi semakin besar
kemungkinan terjadinya kanker ovarium, selain itu usia menarche dini
berhubungan dengan onset siklus ovulasi yang lebih cepat menyebabkan
tingginya androgen dapat meningkatkan apoptosis sel epithelial disaat yang
bersamaan androgen juga dapat merangsang deoxyribonucleic acid (DNA) untuk
mengurangi kematian sel hal inilah yang kemudian akan menyebabkan terjadinya
pertumbuhan kanker akibat kerusakan sekunder pada sel epithelial (Gong dkk,
2014).

2.2 Anemia pada Kanker Ovarium

2.2.1 Patofisiologi Anemia Pada Kanker

Terjadinya anemia pada penderita kanker (tumor ganas), dapat disebabkan


karena aktivasi sistem imun tubuh dan sistem inflamasi yang ditandai dengan
peningkatan beberapa petanda sistem imun seperti interferon, Tumor Necrosis
Factor (TNF) dan interleukin yang semuanya disebut sitokin, dan dapat juga
disebabkan oleh sel kanker sendiri.

2.2.2 Gambaran Klinis Anemia Pada Pasien Kanker


1. Gejala anemia
Kira-kira 75% dari semua pasien kanker melaporkan adanya rasa lelah
(fatigue) yang dapat dimanifestasikan sebagai rasa lemah, kurang energi, sulit
memulai dan mengakhiri suatu pekerjaan, serta rasa ingin tidur saja seharian.
Rasa lelah merupakan gejala utama pada pasien kanker. Anemia juga
menyebabkan berbagai keluhan lain seperti palpitasi (rasa berdebar), gangguan
fungsi kognitif, mual, menurunnya temperatur kulit, gangguan fungsi imun,
vertigo, sakit kepala, nyeri dada, nafas pendek, dandepresi.
2. Gambaran Klinis dari Anemia
A. Lelah dan menurunnya kualitas hidup
Anemia karena kanker dapat mempunyai efek yang sangat penting
terhadap kualitas hidup seseorang penderita kanker. Pada satu studi didapatkan
bahwa rasa lelah (fatigue) berhubungan dengan gangguan fisik, emosi,
psikologis yang mempengaruhi setiap aspek kehidupan sehari-hari (Sobrero,
6

2001).
pada survei fatigue coalition lebih dari 60% penderita menyatakan
bahwa rasa lelah itu lebih mengganggu daripada rasa nyeri akibat kanker.
Kemampuan kerja penderita kanker juga mengalami gangguan, bahwa rata-rata
penderita kanker akan mangkir kerja 4,2 hari lebih banyak daripada orang lain
dalam sebulan karena gangguan rasa lelah tersebut dan Sekitar 30% penderita
dengan kadar hemoglobin yang rendah menyatakan tidak dapat bekerja,
walaupun mereka tidak mengatakan adanya keluhan lelah dibandingkan dengan
pekerja yang lain (Curt, 2000).
B. Meningkatnya angka kematian
Anemia juga meningkatkan risiko mortalitas pada pasien kanker. Caro
dkk (2001) me-review 60 tulisan terhadap angka kematian dari pasien-pasien
kanker yang dihubungkan dengan kadar hemoglobinnya atau adanya anemia,
mendapatkan bahwa risiko relatif kematian berbeda bergantung dari jenis
kankernya. Secara umum adanya anemia meningkatkan angka kematian
sampai 65%.
C. Menurunnya efektivitas pengobatan
Salah satu cara anemia meningkatkan angka kematian adalah dengan
mempengaruhi efektivitas pengobatan. Anemia mengganggu respon
pengobatan radiasi (terapi sinar), karena anemia mengurangi kemampuan
darah untuk mengangkut oksigen sehingga jaringan kekurangan oksigen.
Anemia menyebabkan terjadinya hipoksia tumor yang akan menyebabkan
tumor-tumor solid resisten terhadap ionisasi radiasi dan beberapa bentuk
kemoterapi. Hipoksia juga mengganggu jumlah sel yang dihancurkan pada
waktu terapi dengan cara memodulasi proliferasi sel dan posisi sel tumor pada
siklus sel (Kar, 2005).
2.2 Diagnosa Gizi yang Sering Muncul pada Pasien Kanker
Sebelum memberikan intervensi gizi, maka hal yang harus dilakukan
adalah menegaskan diagnosa gizi berdasarkan data pengkajian status gizi
(nutritional assesment). Kemudian dari diagnosa gizi dapat di buat rencana
intervensi gizi yang sesuai dengan keadaan pasien secara individual. Beberapa
diagnosa gizi yang sering muncul pada pasien kanker adalah sebagai berikut :
7

Tabel 1. 1 Diagnosa Gizi yang Sering Muncul pada Pasien Kanker

Probelem Etiologi Yang Mungkin Sign/Symptom Yang


Mungkin
NI 1.1 Anabolisme atau pertumbuhan  Penurunan BB ≥ 5% dalam 1
Peningkatan bulan atau ≥ 10% dalam 6 bulan
kebutuhan energi
NI 2.1 Asupan  Keadaan  Penurunan BB
oral tidak adekuat patologis/fisiologis  Kulit kering
sehingga meningkatkan  Penggalian riwayat gizi :
kebutuhan energi atau kurangnya asupan zat gizi
penurunan kemampuan dibandingkan kebutuhan
untuk mengkonsumsi  Anoreksia, mual, muntah
makanan dalam jumlah  Perubahan nafsu makan dan
yang cukup pengecapan terkait penyakit
 Penyebab atau pengobatan
psikologis,
NI 5.1  Status gizi kurang (IMT < 18,5
misalnya depresi
Peningkatan atau
atau gangguan
kebutuhan zat %LILA/U < 90%)
makan
gizi (protein)  Penurunan BB ≥ 5% dalam 1
 Perubahan absorbsi dan
bulan atau ≥ 10% dalam 6 bulan
metabolisme zat gizi
 Asupan protein kurang
terkait penyakit dan
dari kebutuhan
pengobatan kanker
 CRP tinggi, neutrophill tinggi,
 Infeksi atau inflamasi limfosit rendah
Sumber : Kurniasari dkk, 2017
NC 4.1 Malnutrisi  Penyebab fisiologis
yang meningkatkan
kebutuhan gizi
misalkan kanker
8
 IMT dewasa < 18,5, lansia < 22, atau
IMT < persentil 5 untuk anak-anak
 Gagal tumbuh
 Penurunan BB ≥ 20% dalam 1 tahun atau ≥
10% dalam 6 bulan, > 7,5% dalam 3 bulan, >
5% dalam 1 bulan, atau 1-2% dalam 1
minggu.
 Hilangnya lemak sub kutan dan
cadangan otot
 Asupan energi < 50% - 75% RMR
atau kebutuhan
9

2.3 Gambaran Umum Proses Asuhan Gizi Terstandar


PAGT ini adalah suatu metode pemecahan masalah yang sistematis dalam

menangani problem gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman,

efektif dan berkualitas tinggi. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT ) harus

dilaksanakan secara berurutan dimulai dari langkah Asesment, Diagnosis,

Intervensi, Monitoring dan Evaluasi Gizi (ADIME). Langkah-langkah tersebut

saling berkaitan satu dengan lainnya dan merupakan siklus yang berulang

terus sesuai respon/perkembangan pasien (Kemenkes, 2014).

2.3.1 Pengkajian Gizi (Assesment)

Pengkajian gizi merupakan langkah awal dalam PAGT yang merupakan dasar

untuk menegakkan diagnosa gizi. Bukan hanya pengumpulan data awal tetapi

merupakan pengkajian dan analisi ulang kebutuhan pasien. Data ini diperoleh

langsung dari pasien atau klien melalui wawancara, observasi dan pengukuran

ataupun melalui petugas kesehatan lain atau institusi yang merujuk seperti rekam

medis ataupun pemeriksaan laboratorium. Menurut Kemenkes (2014)

pengelompokan pengkajian data gizi awal terdiri dari:

2.3.1.1 Antropometri

Antropometri adalah berbagai macam dimensi pengukuran tubuh.

Anthropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter antara lain:

berat badan, tinggi badan , lingkar kepala, lingkar pinggul, lingkar lengan atas,

dan tebal lemak dibawah kulit (Suprarisa,2001).

Berikut data antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi

pasien:
10

1. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Hasil pengukuran

tinggi badan dan berat badan tidak akurat bila tidak disertai dengan penentuan

umur yang tepat (Suprarisa,2001).

2. Berat badan (BB)

Berat badan adalah salah satu parameter paling penting yang dapat

memberikan gambaran tubuh. Sebagai indikator dalam penilaian status gizi berat

badan biasanya dinyatakan indeks dengan ukuran anthropometri lain contohnya

(BB/TB) (BB/U) dan IMT (Suprarisa,2001).

3. Tinggi badan (TB)

Tinggi badan merupakan parameter yang terpenting untuk melihat status

gizi sekarang dan sebelumnya jika umur pasien tidak diketahui. Tinggi badan

dapat dilihat dalam pertumbuhan (Suprarisa,2001).

4. Indeks massa tubuh (IMT)

IMT ditentukan dengan cara mengukur berat dan tinggi badan secara

terpisah kemudian nilai berat dan tinggi tersebut dibagikan untuk mendapatkan

nilai IMT dalam satuan kg/m2. Nilai IMT diberikan atas lima kriteria yaitu: kurus

berat (<17 kg/m2), kurus ringan (17,0 –18,4 kg/m2),normal(18,5 - 25,0 kg/m2),

gemuk ringan (25,1 – 27,0 kg/m2 ) dan gemuk berat ( > 27 kg/m2)

(Situmorang,2015)

2.3.1.2 Biokimia

Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium yang berkaitan

dengan status gizi, gangguan metabolik dan gambaran fungsi organ yang

berpengaruh dalam masalah gizi (Kemenkes RI, 2013).


11

2.3.1.3 Fisik dan klinis

Pemeriksaan fisik meliputi klinis keadaan gizi, wasting otot dan lemak

subkutan, kesehatan mulut, kemampuan menghisap, menelan dan bernafas serta

nafsu makan(Fatimah, 2015).

2.3.1.4 Riwayat gizi dan makanan

1. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan dapat diukur dengan metode dietary history (riwayat

makan), food record (pencatatan), food frequency (frekuensi makan) dan food

weight (penimbangan makanan) (Susanti dan Bistara,2018).

2. Tingkat Konsumsi

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Tingkat

konsumsi biasanya merupakan hasil dari persenan food recall dibagi kebutuhan

zat gizi seseorang. Lalu dari hasil tersebut kita bisa melihat apakah yang ia makan

selama ini kurang, cukup atau lebih dari kebutuhannya (Almatsier, 2007).

2.3.2 Diagnosa Gizi

Diagnosa gizi terdiri dari 3 domain, yaitu:

A. Domain Intake (NI), merupakan kelompok permasalahan gizi

berhubungan dengan intake atau asupan gizi pasien. Yang termasuk ke

dalam kelompok domain intake adalah (ADA, 2011):

B. Domain Klinis (NC), merupakan kelompok permasalahan gizi yang

berhubungan dengan keadaan fisik-klinis, kondisi medis dan hasil

pemeriksaan laboratorium pasien.


12

C. Domain Perilaku (NB), merupakan kelompok permasalahan gizi yang

berhubungan dengan kebiasaan hidup, perilaku, kepercayaan, lingkungan

dan pengetahuan pasien (Anggraeni, 2012).

2.2.3 Intervensi gizi

Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk

merubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.

Yang bertujuan Mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi melalui perencanaan

dan penerapannya terkait perilaku, kondisi lingkungan atau status kesehatan

individu, kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi klien

(Kemenkes,2014) Terdapat dua komponen intervensi gizi menurut Peraturan

Menteri Kesehatan (2013) yaitu:

1. Perencanaan Intervensi

Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan.

Tetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem),

rancangan strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau

bila penyebab tidak dapat di intervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk

mengurangi gejala/tanda (Sign & Symptom). Output dari intervensi ini adalah

tujuan yang terukur, preskripsi diet dan strategi pelaksanaan (implementasi).

Perencanaan intervensi meliputi:


13

A. Penetapan tujuan intervensi

Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya.

B. Preskripsi diet

Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai

kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan, komposisi

zat gizi, dan frekuensi makan.

2. Implementasi Intervensi

Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietsien

melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga

kesehatan atau tenaga lain yang terkait untuk kepentingan dokumentasi dan

persepsi yang sama, intervensi dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian

makanan atau zat gizi, edukasi gizi, konseling gizi dan koordinasi pelayanan gizi.

2.3.4 Monitoring dan Evaluasi Gizi

Menurut Kemenkes (2014) tujuan monitoring evaluasi adalah untuk

mengetahui tingkat keberhasilan intervevensi yang telah di jalani pasien. Tiga

langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi menurut Peraturan Menteri

Kesehatan (2013) yaitu :

1. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi

pasien yang bertujuan untuk melihat hasil dari intervensi yang telah

diberikan. Kegiatan yang berkaitan dengan monitoring gizi antara lain:

I. Cek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien.

II. Cek asupan makan pasien/klien.

III. Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan

rencana/preskripsi diet.
14

IV. Menentukan apakah status gizi pasien/klien tetap atau berubah.

V. Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif.

VI. Mengumpulkan informasi yang menunjukan alasan tidak adanya

perkembangan dari kondisi pasien/klien.

2. Mengukur hasil

Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan atau perubahan yang terjadi

sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur berdasarkan

tanda dan gejala dari diagnosa gizi.

3. Evaluasi hasil

Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan diatas akan didapatkan 4 jenis hasil,

yaitu:

A. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,

perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada

asupan makanan dan zat gizi.

B. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau

zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen dan

melalui rute enteral maupun parenteral.

C. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran

yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan

fisik/klinis.Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang

diberikan pada kualitas hidupnya

2.4 Penatalaksanaan Diet Pada Pasien Kanker


A. Jenis Diet
Diet yang diberikan bagi penderita kanker adalah Diet Tinggi Energi
Tinggi Protein (TETP). Pada pasien kanker Ovarium selama pengobatan,
15

seringkali kehilangan nafsu makan, mual, muntah, diare, lidah terasa pahit,
kesulitan menelan dan lain sebagainya yang menyebabkan pasien perlu
asupan makanan tinggi kalori dan tinggi protein untuk meningkatkan
kekebalan tubuh penderita dan mengurangi efek yang lebih parah dari
pengobatan kanker (Moore, 2002).
B. Tujuan Diet
Tujuan penatalaksanaan diet pada pasien kanker adalah untuk
mempertahankan atau memperbaiki status gizi, mengurangi gejala kanker
kaheksia, meningkatkan kualitas hidup pasien dan membantu upaya medis
dalam mencegah komplikasi, seperti sepsis dan infeksi (Persatuan Ahli
Gizi Indonesia, 2019).
C. Syarat Diet
Syarat-syarat diet pasien kanker adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan energi minimal sesuai dengan kebutuhan energi individu
sehat (25-30 kkal/kgBB/hari)
2. Kebutuhan protein tidak dianjurkan lebih rendah dari 1 g/kgBB/hari,
target asupan yang dianjurkan adalah 1,2-1,5 g/kgBB/hari termasuk
pada usia lanjut.
3. Kebutuhan lemak dan karbohidrat sampai saat ini belum dipastikan
rasio optimal terkait anjuran asupan energi dari lemak dan karbohidrat,
tetapi pada pasien kanker dengan kehilangan BB dan mengalami
resistensi insulin di sarankan untuk meningkatkan asupan lemak..
4. Kebutuhan cairan 20-40ml/kg, sesuai dengan balans cairan.
5. Keubutuhan serat 30g/hari atau setara dengan 400 g atau 5 porsi sayur
dan buah/hari (Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2019).

D. Anjuran dan Prinsip Diet


Berikut ini adalah anjuran dan prinsip diet pada kondisi tertentu antara
lain:
1. Gigi yang tanggal, pasien menjadi lebih sensitif terhadap temperatur
yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin), dan rasa manis.
Makanan sebaiknya dihidangkan dalam kondisi hangat.
2. Pada pasien kanker dengan gangguan pada mulut dan tenggorokan
(stomatitis, mucositis, esophagitis) yang disebabkan oleh local
bleeding, akan sering mengalami rasa sakit pada saluran pencernaan
16
bagian atas. Makanan yang diberikan sebaiknya dalam bentuk tekstur
dan konsistensi yang sesuai dengan kondisi pasien, yaitu dapat
diberikan makanan saring dengan bumbu tidak merangsang dan tajam.
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. AM UMUR 56
Sebelum makan mulut pasien harus dalam keadaan bersih (bilas dengan
TAHUN DENGAN INDIKASI CA OVARIUM DI RSUP DR R.D KANDOU MANADO
air dan NaHCO3). Hindari makanan yang asam dan asin. Cairan atau
minuman diberikan secara teratur dengan bantuan sedotan baik
makanan dingin maupun hangat. Makanan diberikan dalam porsi kecil.
3. Rasa kesepian/kesendirian, dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.
waktu makan sebaiknya selalu Bersama sama atau ditemani.
Pengunjung pasien dapa menemani pasien makan ataupun membawa
bingkisan makanan yang disukai.
4. Pada pasien dengan kondisi anemia, sebaiknya diberi diet seimbang
dengan protein bernilai biologi tinggi, penuhi kebutuhan vitamin B
kompleks, besi, dan vitamin C (Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2019).

BAB II
TINJAUAN KASUS

Tempat pengkajian : RSUP DR R.D KANDOU MANADO


Tanggal pengkajian : 24 Mei 2022
Waktu pengkajian : 18.00 wita
17
Pengkaji : Ika Yayuk Susandra

A. DATA SUBJECTIVE (UNTUK PERTEMUAN PERTAMA)

1. Biodata
IDENTITAS KLIEN PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. AM Nama : Ny. A

Umur : 56 Tahun Status hubungan : Anak


dgn klien
Agama : Kristen Protestan Umur : 34 Tahun

Pendidikan : SMA Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : WIirausaha Pendidikan : D3 Perawat

Alamat skrg : Perkamil Pekerjaan : Petani

No. HP :- Alamat : Perkamil

Gol. darah : B+ No. HP :-


2. Alasan kunjungan :
Masuk dengan keluhan ada benjolan dibagian perut sebelah bawah sejak tanggal 23 Mei 2022

3. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama :


Pasien mengatakan awal masuk rumah sakit yaitu karena ada masa di abdomen
4. Tidak ada Keluhan lain yang berhubungan dengan kesehatan saat ini

5. Riwayat menstruasi :
HPHT : -
Siklus
18

Masalah yang pernah dialami : -

6. Riwayat perkawinan :
Pernikahan ke- : Pertama
Umur saat kawin pertama : 29 Tahun
Lama pernikahan : 35 Tahun

7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :


-
8. Riwayat kehamilan saat Ini
Kunjungan Kondisi/masalah yang dialami dan cara mengatasi
Trimester I
-

Trimester II
-

Trimester III
-

9. Riwayat imunisasi
TT Imunisasi selain TT
Tidak dilakukan Karena Ibu Punya Riwayat -
Penyakit Alergi

Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 18
-
19

10. Riwayat penyakit/operasi yang lalu


riwayat Laparotomi ( HTSO ai kista ovarium ) th 2018 , DM tipe 2, Riwayat sedot cairan ascites 2x,
pernah diperiksakan sitologi cairan, dengan hasil : Gambaran inflamasi kronik aktif 17/6-2021
Hepatitis B sejak tahun 2020 dengan minum obat : Hepaki 2x1, activir 1x1, curcuma 3x1

11. Masalah Kesehatan reproduksi


Terdapat benjolan diabdomen

12. Riwayat penyakit keluarga


-

13. Riwayat dan rencana KB


Riwayat KB Rencana KB Pasca Persalinan

14. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


Fisik : 1. Nutrisi Ibu Makan 2 kali sehari
dengan porsi sedikit seperti nasi,
sayur,lauk dan kadang buah, dan
air putih 6-7 gelas/hari
2. Eliminasi Tidak ada keluhan
3. Istirahat tidur Ibu tidur siang ± 2
jam dan tidur malam ± 6-7 jam.
4. personal hygine mandi : 1 kali
sehari dilap
5. kebiasaan membersihkan alat
kelamin : kebiasaan dalam mengganti
pakaian dalam : 2 kali sehari

Psikososial : 1. Ibu sangat cemas dengan


penyakitnya dan ada dukungan
dari keluarga sangat positif
Lainnya : Tidak ada

B. DATA OBJECTIVE

1. Pemeriksaan umum

Keadaan Umum : Baik, Kes : CM

TD : 90/60 mmHg
N : 66 kali/menit
TTV

P : 22 kali/menit

S : 36,4°c

Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 19
-
20

BB sebelum hamil :-
BB sekarang : 65 kg
Kenaikan BB :-
TB : 157 cm
IMT (BB sebelum : ( 26,3 ) <18,5 (underweight)
Hamil/TB2)
( ) 18,5 – 22,9 (normal)
( ) 23 – 24,5 (overweight)
( ) 25 – 29,9 (obesitas I)
( ) 30 (obesitas II)
TP :
Usia Kehamilan :
2. Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan kebidanan/masalah kesehatan
Kepala dan wajah : Tidak ada benjolan, rambut bersih, konjungtiva pucat, muka tampak
pucat, bibir kering.
Leher : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan vena sugularis, tidak
ada nyeri tekan.
Payudara : Bersih, Simetris, Putting susu menonjol,tidak ada benjolan abnormal,

Abdomen - Inpseksi : perut cembung, tampak luka bekas operasi linea mediana
- Palpasi : Teraba massa padat campur kistik setinggi pusar, batas tegas, tepi
irreguler, imobile,terdapat benjolan diabdomen bagian bawah.
- Perkusi : Tes undulasi (+), pekak berpindah (+)
- Auskultsi : Bising usus + Normal

Pemeriksaan Panggul : -
luar
Ekstremitas Atas : Simetris, tidak oedema, sendi tidak kaku, dan tidak ada kelainan.

Ekstremitas bawah : Simetris, tidak oedema, sendi tidak kaku,


(Refleks patella)
Anogenetalia : Tidak ada keputihan, Tidak ada Hemorrhoid
3. Pemeriksaan penunjang (Informasi data subjektif atau dilakukan pemeriksaan)
Hb : 8,5 gr/dl
Pemeriksaan Ginekologi:
Inpeksi : Fluksus (-), Fluor (-), Vulva tak
IO : Fluksus (-), Fluor (-), Vulva, vagina tak, tampak portio licin, oue tertutup
VT : Fluksus (-), Fluor (-), Vulva, vagina tak, teraba portio licin, oue tertutup
CUT : tidak membesar
Adnexa kanan : teraba massa
Adnexa kiri : massa (-)
Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 20
-
21

Parametrium bilateral lemas


CD : menonjol

USG:
Vu tampak cukup terisi
Uterus tidak tervisualisasi
Tampak gambarab hioerecoic campur anecoic memenuhu rongga abdomen curiga berasal dari adexa
kanan
Ukuran 16.36x11,96cm, papil (+) , septa (+)
Ovarium kiri sulit dievaluasi
FF (+)
kesan NOP campur kistik Curiga keganasan + Ascites

CT scan abdomen 14 Mar 2022:


Telah dilakukan pemeriksaan MSCT Scan Abdomen tanpa kontras irisan axial dengan hasil sebagai berikut:
- Riwayat hysterectomy - Tampak massa heterogen campuran solid dan kistik bentuk lobulated pada
rongga pelvis kesan dari adneksa kiri (ukuran +/- 17,1 x 18,3 x 16,3 cm) yang mendesak vesica urinaria ke
inferior. - Multipel pembesaran kelenjar getah bening parailiaka bilateral, pericaval dan paraaorta
abdominalis (diameter short axis mencapai +/- 2,6 cm) - Ascites luas - Tampak hernia umbilikalis berisi
lemak omentum dan loop-loop usus halus (ukuran +/- 7,6 x 3,6 x 8,4 cm; lebar defek +/- 4,9 cm) - Hepar
yang tervisualisasi: Tidak membesar, permukaan reguler, tip tajam, densitas parenkim dalam batas normal.
Tidak tampak dilatasi vaskular maupun bile duct intra dan extra-hepatik. Tidak tampak densitas SOL. -
Gallbladder: Dinding tidak menebal, tidak tampak densitas batu didalamnya - Pankreas: Bentuk, ukuran
dan densitas parenkim dalam batas normal. Tidak tampak dilatasi ductus pancreaticus. - Lien: Tidak
membesar dengan densitas parenkim dalam batas normal. Tidak tampak densitas SOL. - Kedua adrenal
dalam batas normal, tidak tampak densitas SOL. - Kedua Ginjal: Bentuk, ukuran dan densitas parenkim
dalam batas normal. Tidak tampak dilatasi PCS. Tidak tampak densitas batu, cyst maupun massa. - Kedua
ureter dalam batas normal. - Vesica Urinaria: Terdesak massa, dinding tidak menebal, tidak tampak
densitas batu/massa. - Tidak tampak dilatasi loop-loop usus - Tidak tampak densitas udara bebas
intraperitoneum - Thorax yang tervisualisasi dalam batas normal - Tulang-tulang yang tervisualisasi:
Degenerative changes lumbalis ====== [Conclusion] ====== Kesan: Perempuan 56 tahun dengan
keterangan klinis: Suspek Ca ovarium, ascites, riwayat HT. Pada CT scan Whole abdomen tanpa kontras,
didapatkan: - Riwayat hysterectomy - Massa heterogen campuran solid dan kistik bentuk lobulated pada
rongga pelvis kesan dari adneksa kiri (ukuran +/- 17,1 x 18,3 x 16,3 cm) yang mendesak vesica urinaria ke
inferior. --> Sugestif malignancy. - Multipel pembesaran kelenjar getah bening parailiaka bilateral, pericaval
dan paraaorta abdominalis (diameter short axis mencapai +/- 2,6 cm) - Ascites luas - Hernia umbilikalis
berisi lemak omentum dan loop-loop usus halus (ukuran +/- 7,6 x 3,6 x 8,4 cm; lebar defek +/- 4,9 cm)

Lab
Tumor marker
AFP 1,13

Cek albumin
PREOP 25 Mei 2022
Konsul interna utk regulasi gula darah
Transfusi PRC, target Hb >= 10 gr/dL, sudah masuk 1 bag
Transfusi albumin , target 3 gr/dL
Koreksi elektrolit dgn: IVFD NaCl 0.9% 20 tpm dan Bicnat 3x500 mg
R/ lap VC dengan pendampingan bedah digestif (dr Ferdinand T, SpB-KBD) dan urologi (pasang UK) (dr
Christof Toreh,SpU) tgl 27 Mei 2022

Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 21
-
22

C. ASSESSMENT

Ny. Am umur 56 tahun dengan indikasi ca ovarium

D. PLAN

1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini tentang adanya benjolan pada abdomen
dan massa.
2. Jelaskan pada ibu tentang apa itu ca ovarium.
3. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi Tablet penambah darah minum 1x1 pada malam hari
sebelum tidur, minum dengan air putih.
4. Lakukan kolaborasi dengan petugas gizi untuk anjurkan ibu mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung zat besi, protein dan asam folat misalnya nasi, ikan, telur,
daging, Susu, sayuran hijau dan buah-buahan dan mengkonsumsi makanan tambahan
seperti biskuit diantara jam makan pokok.
5. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur pada malam hari ±7-8 jam dan tidur
siang ±1-2 jam.

Manado,24 Mei 2022


Perencana Asuhan

( IKA YAYUK SUSANDRA )

Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 22
-
23

LEMBAR IMPLEMENTASI

No Waktu Tindakan TTD & Nama TTD & Nama


(Tanggal/Jam) Petugas Pasien/PJ*
1 24-05-2022 Kegiatan yang sudah dilakukan adalah:
19.00 wita
1. Menjelaskan pada ibu tentang
kondisi ibu saat ini.
Hasil :
Ibu dan Keluarga sudah mengerti
akan kondisi yang dialaminya saat
ini.
2. Menjelaskan pada ibu tentang
bahaya Ca Ovarium
Hasil :
Ibu mengerti tentang bahaya Ca
Ovarium
3. Menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi tablet penambah
darah
Hasil :
Ibu akan minum tablet penambah
darah setiap hari
4. Melakukan kolaborasi dengan
petugas gizi untuk Menganjurkan
ibu mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung zat besi,
protein dan asam folat misalnya
nasi, ikan, telur, daging, Susu,
sayuran hijau, buah-buahan dan
mengkonsumsi makanan tambahan
seperti biskuit diantara jam makan
pokok.
Hasil :
Ibu makan nasi, sayur kelor, telur,
ikan, susu, pepaya dan makanan
tambahan ibu hamil diantara jam
makan pokok.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup
Hasil :
Ibu istirahat yang cukup yaitu tidur
pada malam hari ±7-8 jam dan tidur
siang ±1-2 jam
Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 23
-
24

Catatan: *PJ berarti penanggung jawab yang bisa dari keluarga atau siapapun walinya

Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 24
-
25

No Waktu Tindakan TTD & Nama TTD & Nama


(Tanggal/Jam) Petugas Pasien/PJ*
2. Evaluasi proses Ibu merasakan pusing
Hasil pemeriksaan TD: 90/60 mmHg, N: 80 kali/menit, R: 20 kali/menit,
S: 36°C

CATATAN PERKEMBANGAN
Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 25
-
26

LEMBAR RENCANA ASUHAN PASIEN (SOAP)

UNTUK PERTEMUAN KE- 2 , TANGGAL : 25 – 05-2022, PUKUL: 19.00 wita

S 1. Ibu sudah tidak pusing lagi


2. Ibu telah mengkonsumsi makanan yang dianjurkan oleh petugas
kesehatan
O 1. Tanda-tanda vital
D
A

A
T

a. Tekanan darah : 100/70 mmhg


b. Nadi : 82 kali/ menit
c. Pernapasan : 22 kali / menit
d. Nadi : 36,6°c

A Ny. Am umur 56 tahun dengan indikasi ca ovarium

P 1. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga


Hasil :
Ibu dan keluarga sudah mengerti akan kondisi yang dialaminya saat ini
Mengingatkan ibu tentang bahaya Ca Ovarium
Hasil :
Ibu mengerti tentang bahaya Ca Ovarium
2. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi Taplet penambah darah
Hasil :
Ibu akan minum tablet Penambah darah dengan dosis 1 tablet setiap hari
3. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi, protein dan asam folat misalnya nasi, ikan, telur,
daging, Susu, sayuran hijau dan buah-buahan.
Hasil :
Ibu bersedia melakukan anjuran yang disampaikan

LEMBAR RENCANA ASUHAN PASIEN (SOAP)


4. Mengingatkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur pada malam
hari ±7-8 jam dan tidur siang ±1-2 jam
Hasil :
Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran
Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 26
-
27

5. Ibu dilakukan transfusi darah sebanyak 1 kantong


Hasil :
Ibu bersedia dilakukan transfusi darah

MANADO 25-05-2022
Perencana Asuhan

(IKA YAYUK SUSANDRA )

Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 27
-
28

CATATAN PERKEMBANGAN

LEMBAR RENCANA ASUHAN PASIEN (SOAP)

UNTUK PERTEMUAN KE- 3 , TANGGAL : 26 – 05 – 2022 , PUKUL: 09.00 wita

S 1. Ibu tidak ada keluhan

O 1. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 100/80 mmhg
b. Nadi : 66 kali/ menit
D
A

A
T

c. Pernapasan : 22 kali / menit


d. Nadi : 36,6°c

A Ny. Am umur 56 tahun dengan indikasi ca ovarium

P 1. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga


Hasil :
Ibu dan keluarga sudah mengerti akan kondisi yang dialaminya saat ini
2. Mengingatkan ibu tentang bahaya Ca Ovarium
Hasil :
Ibu mengerti tentang bahaya Ca Ovarium
3. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi Tablet Penambah darah 1x1
sebelum tidur malam
Hasil :
Ibu akan minum tablet penambah darah dengan dosis 1x1 tablet setiap hari
sebelum tidur malam
4. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi, protein dan asam folat misalnya nasi, ikan, telur,
daging, Susu, sayuran hijau dan buah-buahan.
Hasil :
Ibu bersedia melakukan anjuran yang disampaikan
5. Mengingatkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur pada malam hari
±7-8 jam dan tidur siang ±1-2 jam

Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 28
-
29

LEMBAR RENCANA ASUHAN PASIEN (SOAP)


Hasil :
Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang berikan

MANADO 26 MEI 2022


Perencana Asuhan

( IKA YAYUK SUSANDRA)

MANADO, 24 Mei 2022

Mengetahui
Mahasiswa Pembimbing / CI Lahan Praktik

(Ika yayuk susandra)


Nim PO7124321066

Pembimbing Akademik

Format Asuhan Kebidanan Ibu Hamil


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu - 29
-

Anda mungkin juga menyukai