Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

JUNDY LELE CENTRE DI DESA TEGAL BERO, PURWOREJO,


PASURUAN

Analisis Finansial Jangka Pendek

Analisis finansial jangka pendek berfungsi untuk menilai dana yang diinvestasikan

layak atau tidak. Aspek finansial jangka pendek pada usaha Jundy Lele Centre meliputi

Permodalan, Biaya Produksi, Penerimaan (Total Revenue), Revenue Cost Ratio (R/C

Ratio), Keuntungan, Break Event Point (BEP) dan Rentabilitas yaitu penjelasannya sebagai

berikut:

 Permodalan

Secara tradisional, modal didefenisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan

pemilik dalam suatu usaha. Selain itu juga modal dapat digunakan untuk hal-hal yang

produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja

bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya. Sejumlah uang akan

menjadi modal apabila uang tersebut ditanam atau diinvestasikan untuk menjamin adanya

suatu kembalian. Dalam arti ini modal mengacu kepada investasi itu sendiri yang dapat

berupa alat finansial seperti deposito, stok barang ataupun surat saham yang mencerminkan

hak atas sarana produksi, atau berupa sarana produksi fisik (Kadariah & Clive, 1999).

Rincian Perhitungan Modal Usaha

a. Modal Tetap
Jumlah Harga Per Unit Harga Total
No. Jenis Modal Tetap
(Unit) (Rp) (Rp)
1 Serit tiktok 20 55.000 1.100.000
2 Serit Krat 2 150.000 300.000
3 Pompa Air 2 70.000 140.000
4 Seser benih 2 25.000 50.000
5 Seser Panen 1 50.000 50.000
6 Keramba ikan 2 120.000 240.000
7 Timbangan SNI 1 1.050.000 1.050.000
8 Pipa Kontrol 26 20.000 520.000
9 Bak Besar 4 40.000 160.000
10 Ember 1 17.000 17.000
11 Mesin Giling 1 1.700.000 1.700.000
12 Selang 1 77.000 77.000
13 Kapi 1 12.000 12.000
14 Blong/Jerigen 2 35.000 70.000
15 Keranjang 5 30.000 150.000
Total 5.636.000

b. Modal Lancar
Harga Harga Total Harga
No. Jenis Jumlah Satuan (Rp) Per Total (Rp)
(Rp) Siklus Per Tahun
1 Benih Ikan Lele 10.000 150 1.500.000 9.000.000
2 Pakan PF 1000 1 161.000 161.000 966.000
3 Pakan LP -1 2 323.000 646.000 3.876.000
4 Pakan LP -2 4 317.000 1.268.000 7.608.000
5 Pakan LP -3 4 308.000 1.232.000 7.392.000
6 Ikan Laut (Rucah) 2.000 2.700 5.400.000 32.400.000
7 Obat Cacar 1 25.000 25.000 150.000
8 Obat Tetes Tebu 1 10.000 10.000 60.000
Total 10.242.000 61.452.000

c. Modal Usaha Total

Modal usaha = Modal Tetap + Modal Lancar

= Rp 5.636.000 + Rp 61.452.000

= Rp 67.088.000 (dalam satu tahun)

d. Modal Kerja

Nilai modal kerja sama dengan Total Biaya (TC) yang berasal dari penjumlahan biaya tetap

dan biaya variabel. Pada usaha budidaya pembesaran ikan lele Jundy Lele Centre modal

kerja yang digunakan sebesar Rp 112.610.400 dalam kegiatan produksi.


 Biaya Total (Total Cost)

Biaya total atau biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi

yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik. Biaya produksi merupakan sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan

keluaran. Nilai keluaran diharapkan lebih besar daripada masukan yang dikorbankan untuk

menghasilkan keluaran tersebut sehingga kegiatan produksi dapat menghasilkan laba.

Berdasarkan teori tersebut, menunjukkan bahwa biaya produksi mempunyai pengaruh

terhadap laba. Laba yang diperoleh akan semakin besar jika biaya produksi yang

dikeluarkan semakin kecil (Felicia & Gultom, 2018).

. Rumus biaya total adalah sebagai berikut:

TC = FC + VC

Dimana :

TC = Total Biaya (Total Cost) (Rp)

FC = Biaya Tetap (Fixed Cost) (Rp)

VC = Biaya Variabel (Variabel Cost) (Rp)

Rincian Biaya Produksi

a. Biaya Tetap
Harga Total (Rp) Harga Total (Rp)
No. Jenis
Per Bulan Per Tahun
1 Penyusutan 1,263,200 15,158,400
2 Perawatan 500,000 6,000,000
3 Listrik 500,000 6,000,000
4 Tenaga kerja 2,000,000 24,000,000
Jumlah 4,263,200 51,158,400

b. Biaya Variabel
Harga Harga Total Harga
No. Jenis Jumlah Satuan (Rp) Per Total (Rp)
(Rp) Siklus Per Tahun
1 Benih Ikan Lele 10.000 150 1.500.000 9.000.000
2 Pakan PF 1000 1 161.000 161.000 966.000
3 Pakan LP -1 2 323.000 646.000 3.876.000
4 Pakan LP -2 4 317.000 1.268.000 7.608.000
5 Pakan LP -3 4 308.000 1.232.000 7.392.000
6 Ikan Laut (Rucah) 2.000 2.700 5.400.000 32.400.000
7 Obat Cacar 1 25.000 25.000 150.000
8 Obat Tetes Tebu 1 10.000 10.000 60.000
Total 10.242.000 61.452.000

c. Total Biaya (TC)

Biaya Total (TC) = Biaya Tetap + Biaya Variabel

= Rp 51,158,400 + Rp 61.452.000

= Rp 112.610.400
 Penerimaan (Total Revenue)

Penerimaan berasal dari hasil penjualan produk-produk yang dihasilkan oleh suatu

usaha. Nilai penjualan yang didapatkan merupakan hasil dari perkalian antara harga jual per

kilogram dengan volume yang dihasilkan per tahun. Penerimaan yang semakin banyak akan

meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan (Aryawan, Rahyuda, & Ekawati,

2017).

Rumus total penerimaan adalah sebagai berikut:

TR = P x Q

Dimana :

TR = Penerimaan Total (Rp)

P = Harga Produk (Rp)

Q = Jumlah Produk (unit)

Rincian Perhitungan Total Penerimaan (Total Revenue)

TR = Q x P

a. Penerimaan dalam satu bulan

TR = Q x P

= 1000 x Rp 15.700

= Rp 15.700.000

b. Penerimaan dalam satu tahun

Penerimaan dalam satu tahun (365 hari) jika per hari menjual 1000 kg ikan

TR = Q x P

= 365.000 x Rp 15.700

= Rp 188.400.000
 Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Revenue Cost Ratio adalah suatu pengujian analisa kelayakan dengan perbandingan

antara total pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan. Kriteria perhitungan kelayakan

analisis R/C Ratio jika R/C Ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan

atau layak untuk dikembangkan. Jika hasil dari perhitungan R/C Ratio < 1, maka usaha

tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Jika nilai R/C Ratio = 1,

maka usaha yang dijalankan berada pada titik impas (Aryawan, Rahyuda, & Ekawati, 2017).

Rumus R/C Ratio adalah sebagai berikut :

R/C ratio = (TR)/(TC)

Dimana:

TR = Total Penerimaan (Total Revenue)

TC = Total Biaya (Total Cost)

Kriteria yang digunakan dalam perhitungan analisis R/C Ratio sebagai berikut:

 Jika nilai R/C rasio > 1 usaha dikatakan layak dan menguntungkan,

 Jika nilai R/C rasio < 1 usaha dikatakan tidak layak dan tidak menguntungkan,

 Jika nilai R/C rasio = 1 usaha dikatakan impas (tidak untung dan tidak rugi).

Rincian Perhitungan Renevue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C Ratio =

= 1,673
 Keuntungan

Pengertian keuntungan secara operasional merupakan perbedaan antara pedapatan

yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan

dengan pendapatan tersebut. Besar kecilnya keuntungan sebagai pengukur kenaikan

sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Keuntungan juga

merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai macam alasan.

Salah satu alasannya sebagai perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan

investasi dan pengambilan keputusan. Keuntungan digunakan untuk peramalan dalam

pengembangan usaha yang akan datang (Irawan, 2016).

Keuntungan (π)

Dimana: π = TR – TC

π = Keuntungan / Penerimaan (profit)

TR = Total Revenue/ Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Cost/ Total Biaya (Rp)

Rincian Perhitungan Keuntungan

a. Keuntungan

π = TR - TC

= Rp 188.400.000 – Rp 112.610.400

= Rp 75.789.600

b. Keuntungan Setelah Zakat

EBZ = π
Zakat = EBZ x 2,5%
EAZ = EBZ – Zakat

 EBZ = Rp 75.789.600

 Zakat = Rp 75.789.600 x 2,5%


= Rp 1.894.740

 EAZ = Rp 75.789.600 - Rp 1.894.740

= Rp 73.894.860
 Break Event Point (BEP)

Break Even Point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari

jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk

menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan/profit. Kriteria BEP

Produksi adalah sebagai berikut, jika BEP Produksi < Jumlah Produksi, maka usaha berada

pada posisi menguntungkan. Jika BEP Produksi = Jumlah Produksi, maka usaha berada

pada posisi titik impas atau tidak laba/tidak rugi. Jika BEP Produksi > Jumlah Produksi maka

usaha berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Sementara untuk BEP Harga

kriterianya adalah jika BEP Harga < Harga Jual, maka usaha berada pada posisi yang

menguntungkan. Jika BEP Harga = Harga Jual, maka usaha berada pada posisi titik impas

atau tidak laba/tidak rugi. Jika BEP Harga > Harga Jual, maka usaha berada pada posisi

yang tidak menguntungkan (Irawan, 2016).

1. BEP atas dasar penjualan sales, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC = Varaibel Cost (Biaya Variabel)

S = Volume Penjualan

2. BEP atas dasar unit, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

p = Harga per unit

v = Biaya variabel per unit

Rincian Perhitungan Break Even Poin (BEP)


a. BEP Unit

BEP unit (Q) =

= 4.835,8445977881

= 4.836 unit (dibulatkan)

b. BEP Sales

BEP (s) =

= Rp 75.922.760
Untuk menentukan apakah nilai tesebut sama dengan BEP sales maka dengan cara

mengalikan BEP unit dengan harga (price) yaitu:

BEP sales = 4.835,8445977881 x Rp 15.700

= Rp 75.922.760
 Rentabilitas

Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu. Tujuan dari setiap perusahaan adalah mencapai laba maksimum dari

penggunaan dana yang ada. Rentabilitas perusahaan menunjukkan hubungan antar laba

dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut efisien atau tidak dalam

menggunakan modalnya. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara

laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas merupakan

pencerminan efisien perusahaan dalam menggunakan modal kerjanya, cara menggunakan

tingkat rentabilitas untuk ukuran dari efisien suatu perusahaan merupakan cara yang baik,

jadi jelaslah rentabilitas merupakan hal yang penting perusahaan untuk mengukur efisien

perusahannya (Romadloni, 2018).

Rentabilitas = x 100%

Dimana:

L = Keuntungan yang diperoleh selama periode tertentu (Rp)

M = Modal yang digunakan untuk menghasilkan laba (Rp)

Rincian Perhitungan Rentabilitas

Rentabilitas = x 100%

Rentabilitas = x 100%

= x 100%

= 65,62%
NO Analisis Jangka Pendek Hasil Analisis  
Rp
1 Modal Tetap 5.636.000 Modal Sendiri
Rp
2 Modal Kerja 112.610.400 Modal Sendiri
Rp
3 Total Biaya (TC) 112.610.400 Modal Sendiri
Rp
4 Penerimaan (TR) 188.400.000 Penerimaan Total/tahun
5 R/C Ratio 1,673 >1 (menguntungkan)
Rp
6 Keuntungan 73.894.860 > 0 (menguntungkan)
7 Rentabilitas 65,62% > 12% (tingkat suku bunga) layak
Rp
8 BEP Sales 75.922.760  
9 BEP Unit 4836  
Analisis Finansial Jangka Panjang

Analisis jangka panjang dalam penelitian ini meliputi perhitungan Net Present Value

(NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR), Payback Periode (PP) dan Analisis

Sensitivitas. Berikut merupakan hasil dan penjelasan dari masing-masing perhitungan yang

digunakan:

o Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan salah satu kriteria perhitungan investasi untuk

menghitung apakah suatu usaha yang dijalankan layak atau tidak layak. Bila nilai NPV

positif (NPV > 0), usaha yang dijalankan tersebut layak untuk diteruskan. Apabilla nilai NPV

yang diperoleh negatif (NPV < 0) maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk diteruskan

(Asrida, 2017).

Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima selama umur

proyek pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk menghasilkan alternatif

yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana usaha ini memberikan NPV biaya

yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun. Nilai NPV bernilai

positif berarti investasi pada usaha tersebut dapat dilanjutkan, sedangkan jika NPV bernilai

negatif berarti sebaiknya investasi tersebut dihentikan (Kasmir & Jakfar, 2003). Menghitung

Net Present Value (NPV) diperlukan selisih antara pendapatan dan biaya atau yang lebih

dikenal dengan Net Benefit (keuntungan bersih). Proceeds yang digunakan dalam

perhitungan NPV ialah cash flows yang didiskontokan atas dasar biaya modal atau rate of

return yang diinginkan. Jumlah PV dari keseluruhan proceeds yang diharapkan lebih besar

dibandingkan PV dari investasi awal yang diberikan, maka usul investasi dapat diterima

(Yesi & Hidayah, 2014)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan

cost (pengeluaran) yang telah di present value kan. Pada usaha Jundy Lele Centre

diperoleh nilai NPV sebesar Rp421.103.651 yang berarti usaha ini layak karena nilai NPV >

0. Nilai tersebut merupakan penerimaan kas bersih yang diterima usaha ini selama sepuluh
tahun periode analisis. Dari data tersebut didapatkan nilai positif dan lebih besar dari nol

yang menunjukkan bahwa nilai arus kas masuk lebih besar daripada nilai kas keluar,

sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan dalam jangka panjang. Rincian perhitungan nilai

Net Present Value (NPV) pada usaha Jundy Lele Centre dapat dilihat pada Lampian 1.
o Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif dengan

jumlah net benefit yang telah di discount negatif, yang menunjukkan gambaran berapa kali

lipat benefit akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Jika nilai Net B/C lebih besar dari 1

berarti gagasan usaha/proyek tersebut layak untuk dikerjakan. Apabila Net B/C sama

dengan 1 berarti cash inflow sama dengan cash outflow. Present value disebut dengan

break even point (BEP), yaitu total cost sama dengan total revenue (Kabul, 2016).

Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah suatu alat analisis yang tujuannya

digunakan untuk melihat pendapatan relatif pada suatu perusahaan yang sedang dijalankan

(Yudaswara, Rizal, Pratama, & Suryana, 2018). Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah

besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C

merupakan perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif

dengan net benefit yang negatif. Proyek layak dilanjutkan bila Net B/C lebih besar dari satu.

Apabila nilai Net B/C Ratio lebih besar dari 1, maka usaha tani tersebut layak untuk dilakukan

dan dikembangkan. Sebaliknya, apabila nilai Net B/C Ratio lebih kecil dari 1, maka usaha

tersebut tidak layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Jika nilai Net B/C sama dengan

nol, maka pada kondisi ini terjadi titik impas. Titik impas disini berarti bahwa usaha tersebut

tidak mengalami keuntungan juga tidak mengalami kerugian (Gray, Simanjuntak, Lien,

Maspaitella, & Varley, 1993).

Dari hasil penelitian nilai Net Benefit Cost Ratio Net B/C dalam keadaan normal pada

usaha Jundy Lele Centre yaitu sebesar 75,72. Nilai ini menunjukkan perbandingan

penerimaan lebih besar daripada jumlah biaya yang dikeluarkan oleh usaha tersebut,

dengan kata lain usaha Jundy Lele Centre akan mendapatkan tambahan penerimaan

sebesar 75,72 dari setiap pengeluaran dan karena nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar

dari 1, maka usaha yang dijalankan oleh usaha Jundy Lele Centre layak untuk dilanjutkan

dalam jangka panjang. Rincian perhitungan nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) pada

usaha Jundy Lele Centre dapat dilihat pada Lampian 1.


o Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat bunga maksimum yang membuat

usaha atau industri akan mengembalikan semua investasi selama umur usaha atau industri.

Suatu usaha atau industri akan diterima bila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of

capital atau lebih besar dari suku bunga yang didiskonto yang telah ditetapkan, dan pada

kondisi sebaliknya maka industri atau usaha akan ditolak. Jika nilai IRR yang dihasilkan

lebih kecil dengan nilai suku bunga yang berlaku sebagai social discount rate, artinya usaha

atau industri sebaiknya tidak dilaksanakan (Rustiadi, 2011).

Internal rate of return merupakan alat mengukur tingkat pengembalian hasil intern.

Investasi dikatakan layak dilanjutkan jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan

jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak dilanjutkan

(Yudaswara, Rizal, Pratama, & Suryana, 2018). Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku

bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu

investasi dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku. IRR adalah

tingkat discount yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol, karena present value cash

inflow pada tingkat discount tersebut akan sama dengan initial investment. Kriteria

pengukuran pada analisis Internal Rate of Return (IRR) ini adalah apabila IRR > i, maka

investasi layak secara finansial. Apabila nilai IRR < i, maka investasi tidak layak secara

finansial, sedangkan jika nilai IRR = i, maka investasi yang dilakukan berada pada posisi titik

impas (Break Event Point) (Ibrahim, 2003).

Internal Rate Of Return (IRR) adalah tingkat penghasilan dan profitabilitas indeks

merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas

bersih di masa yang akan datang (proceeds) dengan nilai sekarang investasi (outlays).

Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui efisiensi suatu usaha. Dari hasil penelitian

pada usaha Jundy Lele Centre diperoleh nilai IRR dalam keadaan normal sebesar 1343%.

Usaha tersebut dapat dikatakan layak karena nilai IRR > 12%. Dimana 12% tersebut

merupakan tingkat suku bunga di bank saat ini. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang

hasilkan dari investasi pada pengembangan usaha ini lebih besar dibandingkan tingkat
pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa usaha Jundy Lele Centre dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan dalam

jangka panjang. Rincian perhitungan nilai Internal Rate Of Return (IRR) pada usaha Jundy

Lele Centre dapat dilihat pada Lampian 1.


o Payback Period (PP)

Payback period (waktu balik modal) adalah waktu yang dibutuhkan suatu usaha

untuk mengembalikan modal yang sudah digunakan untuk melakukan proses produksi.

Ibarat menanam benih, payback period adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga

panen. Jika waktu yang diperlukan semakin pendek, maka usaha yang dilakukan baik untuk

dijalankan (Bambang, 2007).

Payback Period adalah suatu alat analisis yang digunakan dengan tujuan untuk

mengetahui jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi yang ditanamkan,

dihitung mulai dari permulaan usaha sampai dengan 12 arus nilai pendapatan produksi

tambahan hingga mencapai jumlah keseluruhan investasi yang ditanamkan pada suatu

usaha (Mukti, Haryono, & Marlina, 2017). Payback period dalam suatu investasi menunjukan

berapa lama (jangka waktu) yang diisyarakatkan untuk mengembalikan investasi awal yang

ditanamkan. Semakin pendek payback period maka semakin kecil resiko yang akan

dihadapi oleh investor, sebaliknya semakin panjang payback period maka semakin besar

resiko yang akan dihadapi oleh investor (Gittinger, 1986).

Payback Period (PP) merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama

periode yang diperlukan untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan untuk usaha yang

dijalankan. Dari hasil penelitian pada usaha Jundy Lele Centre diperoleh nilai PP sebesar

0,08. Dapat dikatakan bahwa kemampuan usaha Jundy Lele Centre dalam mengembalikan

modal investasi membutuhkan waktu selama 0,08 tahun atau 0,99 bulan atau 30 hari.

Rincian perhitungan nilai Payback Pariod (PP) dapat dilihat pada Lampian 1.
o Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan metode analisis yang bertujuan untuk melihat berapa

jauh tingkat kepekaan arus kas terhadap perubahan-perubahan variabel yang terjadi.

Beberapa variabel yang dapat mengalami perubahan antara lain kenaikan biaya, hasil

produksi, dan harga. Tingkat persentase dari perubahan biaya dan manfaat akan

menunjukkan apakah proyek sensitif terhadap perubahan yang terjadi atau tidak. Analisis

sensitivitas dapat dilakukan saat kondisi usaha mengalami kenaikan biaya, penurunan

benefit, dan kenaikan biaya sekaligus penurunan benefit pada usaha (Wiyanti, Budiasa, &

Ustriyana, 2019).

Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari

perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi

dalam menghasilkan keuntungan. Penganalisaan risiko dengan analisis sensitivitas yaitu

memperhitungkan risiko kerugian dengan menurunkan dan atau menaikkan biaya dan atau

pendapatan dari suatu usaha. Analisis sensitivitas juga dapat diartikan sebagai laju

kepekaan merupakan suatu kegiatan menganalisis kembali suatu proyek. Analisis

sensitivitas dilakukan untuk mengetaui kemungkinan yang terjadi dari perubahan-perubahan

dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya (Fathurohman, Bakar, & Ftria, 2014). Dampak

perubahan yang terjadi terhadap kelayakan proyek atau usaha dapat diketahui setelah

melakukan analisis, pada tingkat mana proyek atau usaha masih layak dijalankan. Analisis

sensitivitas dilakukan dengan menghitung IRR, NPV, dan payback period pada beberapa

skenario perubahan yang mungkin terjadi. Setalah dilakukan perhitungan pengaruh dari

perubahan masing-masing variabel terhadap arus kas, maka akan dapat diketahui variabel-

variabel mana saja yang berpengaruh besar dan berpengaruh kecil terhadap arus kas.

Semakin kecil arus kas yang ditimbulkan dari suatu proyek atau usaha maka akan

mengurangi NPV dari usaha tersebut yang berarti usaha tersebut semakin tidak layak untuk

dijalankan (Primyastanto, 2016).

Analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kepekaan usaha terhadap perubahan biaya dan manfaat. Terdapat tiga kondisi usaha yang
diasumsikan dalam analisis ini. Asumsi pertama yaitu ketika biaya yang dikeluarkan

mengalami kenaikan namun benefit yang didapatkan tetap. Asumsi kedua yaitu ketika

benefit yang didapatkan menurun namun biaya yang dikeluarkan tetap. Asumsi ketiga yaitu

ketika biaya yang dikeluarkan naik dan benefit yang didapatkan turun. Sehingga pada

kondisi ini pemilik usaha harus bisa mengawasi dan memperkirakan perubahan biaya dan

manfaat agar usaha yang dijalankan tetap dalam kondisi layak untuk terus dijalankan.

Berikut merupakan analisis sensitivitas yang dilakukan pada usaha Jundy Lele Centre

dengan 5 skenario keadaan:

1. Skenario 1 (Asumsi Biaya Naik 25% menjadi 125% dan Benefit Tetap)

Untuk mengetahui usaha Jundy Lele Centre layak atau tidak, maka diasumsikan

biaya naik sebesar 25% menjadi 125% dan benefit tetap. Hasil analisis sensitivitas pada

usaha Jundy Lele Centre dengan asumsi biaya naik 25% menjadi 125% dan benefit tetap

diperoleh hasil NPV yaitu sebesar Rp228.323.984 dimana hasil NPV lebih dari 1 dan bernilai

positif. Kemudian nilai Net B/C diperoleh sebesar 47,49 dimana nilai tersebut lebih dari 1.

Perhitungan nilai IRR diperoleh sebesar 842,8% dan perhitungan nilai payback period (PP)

diperoleh sebesar 0,13 tahun. Maka berdasarkan asumsi tersebut, dapat dikatakan bahwa

usaha Jundy Lele Centre ini tidak sensitif terhadap biaya yang naik sebesar 25% dan usaha

layak untuk dijalankan. Rincian perhitungan analisis sensitivitas skenario 1 dengan asumsi

biaya naik 25% dan benefit tetap dapat dilihat pada Lampian 2.
2. Skenario 2 (Asumsi Biaya Tetap dan Benefit Turun 15% menjadi 85%)

Untuk mengetahui usaha Jundy Lele Centre layak atau tidak, maka diasumsikan

biaya tetap dan benefit turun sebesar 15% menjadi 85%. Hasil analisis sensitivitas pada

usaha Jundy Lele Centre dengan asumsi biaya tetap dan benefit turun sebesar 15%

menjadi 85% diperoleh hasil NPV yaitu sebesar Rp227.782.168 dimana hasil NPV lebih dari

1 dan bernilai positif. Kemudian nilai Net B/C diperoleh sebesar 47,39 dimana nilai tersebut

lebih dari 1. Perhitungan nilai IRR diperoleh sebesar 840,85% dan perhitungan nilai payback

period (PP) diperoleh sebesar 0,13 tahun. Maka berdasarkan asumsi tersebut, dapat

dikatakan bahwa usaha Jundy Lele Centre ini tidak sensitif terhadap benefit yang turun

sebesar 15% dan usaha layak untuk dijalankan. Rincian perhitungan analisis sensitivitas

skenario 2 dengan asumsi biaya tetap dan benefit turun sebesar 15% dapat dilihat pada

Lampian 3.
3. Skenario 3 (Asumsi Biaya Naik 15% menjadi 115% dan Benefit Turun 10% menjadi
90%)

Untuk mengetahui usaha Jundy Lele Centre layak atau tidak, maka diasumsikan

asumsi biaya naik 15% menjadi 115% dan benefit turun 10% menjadi 90%. Hasil analisis

sensitivitas pada usaha Jundy Lele Centre dengan asumsi asumsi biaya naik 15% menjadi

115% dan benefit turun 10% menjadi 90% diperoleh hasil NPV yaitu sebesar

Rp190.089.329 dimana hasil NPV lebih dari 1 dan bernilai positif. Kemudian nilai Net B/C

diperoleh sebesar 39,90 dimana nilai tersebut lebih dari 1. Perhitungan nilai IRR diperoleh

sebesar 707,9% dan perhitungan nilai payback period (PP) diperoleh sebesar 0,16 tahun.

Maka berdasarkan asumsi tersebut, dapat dikatakan bahwa usaha Jundy Lele Centre ini

tidak sensitif terhadap biaya yang naik sebesar 15% dan benefit yang turun sebesar 10%

dan usaha layak untuk dijalankan. Rincian perhitungan analisis sensitivitas skenario 3

dengan asumsi biaya yang naik sebesar 15% dan benefit yang turun sebesar 10% dapat

dilihat pada Lampian 4.


4. Skenario 4 (Asumsi Biaya Naik 20% menjadi 120% dan Benefit Turun 15% menjadi
85%)

Untuk mengetahui usaha Jundy Lele Centre layak atau tidak, maka diasumsikan

asumsi biaya naik 20% menjadi 120% dan benefit turun 15% menjadi 85%. Hasil analisis

sensitivitas pada usaha Jundy Lele Centre dengan asumsi asumsi biaya naik 20% menjadi

120% dan benefit turun 15% menjadi 85% diperoleh hasil NPV yaitu sebesar Rp114.161.834

dimana hasil NPV lebih dari 1 dan bernilai positif. Kemudian nilai Net B/C diperoleh sebesar

24,81 dimana nilai tersebut lebih dari 1. Perhitungan nilai IRR diperoleh sebesar 439,72%

dan perhitungan nilai payback period (PP) diperoleh sebesar 0,25 tahun. Maka berdasarkan

asumsi tersebut, dapat dikatakan bahwa usaha Jundy Lele Centre ini tidak sensitif terhadap

biaya yang naik sebesar 20% dan benefit yang turun sebesar 15% dan usaha layak untuk

dijalankan. Rincian perhitungan analisis sensitivitas skenario 4 dengan asumsi biaya naik

sebesar 20% dan benefit turun sebesar 15% dapat dilihat pada Lampian 5.
5. Skenario 5 (Asumsi Biaya Naik 25% menjadi 125% dan Benefit Turun 25% menjadi
75%)

Untuk mengetahui usaha Jundy Lele Centre layak atau tidak, maka diasumsikan

asumsi biaya naik 25% menjadi 125% dan benefit turun 25% menjadi 75%. Hasil analisis

sensitivitas pada usaha Jundy Lele Centre dengan asumsi biaya naik 25% menjadi 125%

dan benefit turun 25% menjadi 75% diperoleh hasil NPV yaitu sebesar Rp -4.090.322

dimana hasil NPV kurang dari 1 dan bernilai negatif. Kemudian nilai Net B/C diperoleh

sebesar 0,27 dimana nilai tersebut kurang dari 1. Perhitungan nilai IRR diperoleh sebesar -

4,35% dan perhitungan nilai payback period (PP) diperoleh sebesar 11,75 tahun. Maka

berdasarkan asumsi yang dilakukan tersebut, dapat dikatakan bahwa usaha Jundy Lele

Centre ini akan sensitif terhadap biaya yang naik 25% dan benefit yang turun 25% dan

usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Rincian perhitungan analisis sensitivitas

skenario 5 dengan asumsi biaya naik 25% dan benefit turun 25% dapat dilihat pada

Lampian 6.
Kesimpulan Hasil Analisis Sensitivitas

Hasil analisis sensitivitas dari kelima skenario yang dilakukan dengan membuat

asumsi biaya naik, asumsi benefit turun, dan asumsi biaya naik dan benefit turun pada usaha

Jundy Lele Centre dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel. Hasil Analisis Sensitivitas


PP
No Asumsi NPV (Rp) Net B/C IRR (%)
(Tahun)

1 Biaya Naik 25 % 228.323.984 47,49 842,8 0,13


2 Benefit Turun 15% 227.782.168 47,39 840,85 0,13
3 Biaya Naik 15%, Benefit
190.089.329 39,90 707,9 0,16
Turun 10%
4 Biaya Naik 20%, Benefit
114.161.834 24,81 439,72 0,25
Turun 15%
5 Biaya Naik 25% Benefit
-4.090.322 0,27 -4,35 11,75
Turun 25%

(Data Primer, 2021)

Biaya naik dari beberapa faktor produksi sangat berpengaruh terhadap usaha yang

dijalankan. Terutama ketika terjadi kenaikan terhadap biaya bahan baku, biaya produksi, dan

biaya yang lainnya karena hal tersebut merupakan faktor terpenting dalam menjalankan

usaha pembesaran ikan lele konsumsi. Dengan adanya asumsi-asumsi di atas maka dapat

menggambarkan apa yang akan terjadi pada usaha Jundy Lele Centre kedepannya. Kondisi

ini merupakan batas akhir dimana usaha akan dapat dikatakan layak atau tidak untuk

dilanjutkan.
Lampiran 1. Hasil Analisis Finansial Jangka Panjang pada Usaha Jundy Lele Centre (2020-2030)
Lampiran 2. Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Jundy Lele Centre Skenario 1
Lampiran 3. Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Jundy Lele Centre Skenario 2
Lampiran 4. Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Jundy Lele Centre Skenario 3
Lampiran 5. Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Jundy Lele Centre Skenario 4
Lampiran 6. Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Jundy Lele Centre Skenario 5

Anda mungkin juga menyukai