Anda di halaman 1dari 2

PENULIS : DR. ANGGA WIRAHMADI, SP.

A
REVIEWER : DR. KLARA YULIARTI,SP.A(K), MPH

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

PERLUKAH SUPLEMENTASI VITAMIN DAN


MINERAL PADA BAYI DAN ANAK?
Semua orangtua tentunya menginginkan yang terbaik bagi putra-putrinya. Begitu juga mengenai
tambahan vitamin dan mineral pada anak mereka. Tidak jarang orangtua meminta vitamin pada saat
kunjungan rutin ke dokter, ataupun saat anak-anak mereka sakit. Vitamin dipercayai dapat meningkatkan
nafsu makan, meningkatkan kekebalan tubuh anak dan mempercepat penyembuhan anak yang sakit.

Pada dasarnya pemberian vitamin dan mineral merupakan sebuah suplementasi. Hal ini berarti vitamin
dan mineral hanya diberikan pada bayi dan anak yang kebutuhan mikronutriennya tidak terpenuhi dari
asupan makanan sehari-hari. Salah satu cara untuk mendeteksi kekurangan vitamin dan mineral adalah
dengan melakukan pemeriksaan marker biokimia mikronutrien tersebut. Pemeriksaan ini memerlukan
biaya yang cukup besar dan menimbulkan rasa tidak nyaman karena proses pengambilan darah. Selain itu,
kadar vitamin/mineral dalam darah tidak selalu berhubungan dengan keluhan pasien.

Oleh karena itu, dipakailah pedoman yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) mengenai
suplementasi vitamin dan mineral. Rekomendasi dari WHO ini mencakup pemberian beberapa jenis
vitamin dan mineral disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing, serta memperhitungkan
prevalensi masalah kesehatan tersering pada daerah tersebut.

Vitamin A
Bukti ilmiah menunjukkan suplementasi vitamin A bermanfaat menurunkan angka kematian sebesar 24%
dan kematian terkait diare sebesar 28%. Berdasarkan fakta tersebut, maka WHO merekomendasikan
pemberian suplementasi vitamin A sebesar 100.000 U pada bayi usia 6-11 bulan, dan vitamin A 200.000 U
tiap 4-6 bulan pada anak usia 12-59 bulan. Kabar baiknya, program ini sudah diimplementasikan ke dalam
program Kementerian Kesehatan Indonesia setiap bulan Februari dan Agustus (bulan vitamin A).
PERLUKAH SUPLEMENTASI VITAMIN DAN
MINERAL PADA BAYI DAN ANAK?
Vitamin D
American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan bayi sebaiknya tidak terlalu sering terpajan sinar
matahari agar tidak berisiko mengidap kanker kulit di kemudian hari. Di lain pihak, sinar matahari
sangat penting dalam pembentukan vitamin D yang bermanfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan
tulang. Oleh karena itu, AAP merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin D sebesar 400 IU
pada bayi ASI eksklusif, bayi yang minum susu formula < 1 liter sehari, dan anak-anak serta remaja.
Bagaimana rekomendasi di Indonesia? Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk
merekomendasikan suplementasi vitamin D secara rutin untuk anak Indonesia.

Zat Besi
Suplementasi mineral yang paling disoroti oleh WHO adalah suplementasi zat besi. Zat besi memiliki
peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak, meningkatkan daya tahan tubuh
serta konsentrasi dan prestasi belajar. Suplementasi zat besi ini disarankan diberikan rutin setiap
hari selama 3 bulan setiap tahunnya pada bayi sejak usia 6 bulan. Suplementasi ini terutama
ditujukan pada negara dengan prevalensi anemia > 40%. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia (dengan berbagai penyebab) pada balita di
Indonesia sebesar 40,5%. Indonesia belum memiliki data prevalens nasional untuk anemia defisiensi
besi. Pemberian suplementasi besi secara rutin telah direkomendasikan oleh IDAI dan perlu dikaji
efektivitasnya.

Zink
Mineral lain yang penting bagi bayi dan anak-anak adalah zink (seng). Suplementasi zink terbukti
dapat menurunkan insidens diare dan pneumonia, mendukung pertumbuhan linear dan memiliki
efek positif dalam menurunkan angka kematian terkait penyakit infeksi. Suplementasi zink diberikan
rutin selama minimal 2 bulan setiap 6 bulan sekali, pada bayi usia 6-23 bulan.

Iodium
Iodium merupakan mineral yang penting untuk pertumbuhan berat dan tinggi badan serta
perkembangan kecerdasan otak. Balita yang mengalami kekurangan iodium akan memiliki intelligent
quotient (IQ) yang lebih rendah 13,5 poin dibandingkan balita yang cukup iodium. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan akses rumah tangga di Indonesia terhadap garam
beriodium sebesar 77,1%. Oleh karena itu, sesuai pedoman WHO suplementasi iodium hanya
diberikan pada kelompok balita yang rentan kekurangan iodium.

Vitamin dan mineral lainnya dibutuhkan dalam jumlah kecil, tidak memiliki dampak kesehatan yang
besar dan biasanya dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa vitamin dan mineral (bukan
multivitamin/mineral) penting dalam mewujudkan tumbuh kembang yang optimal. Meskipun
demikian, ada berbagai hal yang dipertimbangkan oleh dokter Anda sebelum akhirnya memberikan
suplementasi vitamin dan mineral pada bayi dan anak Anda. Bila bayi dan anak akhirnya
mendapatkan suplementasi vitamin/mineral, pastikan bahwa suplementasi tersebut aman dan
memang betul dibutuhkan.
PENULIS : DR. ANGGA WIRAHMADI, SP.A
REVIEWER : DR. KLARA YULIARTI,SP.A(K), MPH

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai