Anda di halaman 1dari 29

PENGUKURAN UJI KUAT TEKAN PADA BAHAN CETAK

IRREVERSIBLE HYDROCOLLOID BERBAHAN DASAR


ALGA COKLAT JENIS Padina sp.

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana kedokteran gigi

MUTIARANISA SAFITRI

J11114049

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017
PENGUKURAN UJI KUAT TEKAN PADA BAHAN CETAK
IRREVERSIBLE HYDROCOLLOID BERBAHAN DASAR
ALGA COKLAT JENIS Padina sp.

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MUTIARANISA SAFITRI

J111 14 049

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

ii
Pengukuran Uji Kuat Tekan Pada Bahan Cetak Irreversible Hydrocoloid
Berbahan Dasar Alga Coklat Jenis Padina sp.
Mutiaranisa Safitri

Abstrak

Latar belakang: Bahan cetak sangat penting dalam bidang kedokteran gigi.
Dimana bahan cetak mengaasilkan model yang digunakan sebagai desain sebelum
perawatan. Bahan yang digunakan untuk mencetak adalah bahan cetak alginat
(hidrokoloid irreversibel). Bahan cetak alginat memiliki komposisi utama berupa
algin yang dikenal dalam bentuk asam alginate. Asam alginat diperoleh dari
rumput laut. Hal ini membuat alga coklat (Padina sp.) berpotensi untuk
menghasilkan natrium alginat yang telah dikenal sebagai bahan baku untuk
membuat bahan cetak di kedokteran gigi. Untuk memenuhi standarisasi dilakukan
uji karakteristik berupa pengukuran daya kuat tekan. Tujuan: Penelitian ini
bertujuan untuk menggali potensi alga coklat (Padina sp) dengan mengukur daya
kuat tekannya sebagai persiapan pembuatan bahan cetak gigi berbahan dasar
natrium alginat Padina sp. yang memenuhi standarisasi. Metode: Desain
penelitiannya adalah one-shot case study. Alga diambil dari perairan Punaga dan
Putondo, Takalar. Lalu atrium algiat diekstraksi. Hasil ekstraksi dicampur dengan
komposisi lainnya sehingga menjadi bahan cetak alginat. Selanjutnya dilakukan
pengujian daya kuat tekan menggunakan Point Load Test. Hasil: Compressive
strenght bahan cetak dengan natrium alginat Padina sp. lebih unggul
dibandingkan bahan cetak dengan natrium alginat standart dengan rata-rata nilai
tekanan sebesar 0,011 Mpa sedangkan natrium standart sebesar 0,009 Mpa.
Kesimpulan: Nilai normal compressive strenght menurut ISO 1563/78, tidak
boleh lebih dari 0,30 MPa. Dimana nilai tekanan bahan cetak Padina sp. sesuai
dengan nilai standart dimana kurang dari 0,30 Mpa, namun compressive strenght
bahan cetak Padina sp. masih sangat rendah karena tidak mencapai 0,10 Mpa.

Kata kunci : Bahan Cetak, Na alginat, Daya Kuat Tekan, Padina sp.

v
Compressive Strenght Measurement of Impression Material Irreversible
Hydrocolloid Based on Species Brown Algae Species Padina sp.
Mutiaranisa Safitri

Abstract

Introduction: Dental Impression is very important in Dentistry. Dental


impression produce a model to help dentist planning the best tretment for patient
Dental Impression that usually used is Alginat (Hidrocolloid Irreversible), the
main ingredient is algin that known as natrium alginate. Natrium alginat can be
found in seaweed. Padina sp. have a big potential to produce natrium alginat. To
fulfil the standaritation, dental impression based natrium alginat from Padina sp.
will be tested with compression strength test. Objectives: In this reserch is to
maximizing the potential of Padina sp. with compression strenght tested to
prepare dental impression based natrium alginat from Padina sp. that fulfill
standaritation. Methods: The reserch design is one-shot case study. Seaweed
taken from Punaga and Putondo, Takalar waters. After that, natrium alginat
extracted from Padina sp. natrium alginat mixed with other ingredients and the
result is dental impression based natrium alginat from Padina sp. next is
compressive strength test using Point Load Test Results: The value of
compressive strength test from dental impression based natrium alginate Padina
sp. is excel than dental impression based natrium alginat standart with average
compression strength is 0,011 Mpa compared with dental impression based
natrium standart is 0,009 Mpa. Discussion: Normal value of compressive strength
according to ISO 1563/78, no more than 0,30 MPa. Where compressive strength
form dental impression based natrium alginat from Padina sp. is suitable that is
under 0,30 Mpa. But it is to below the standart normal value because not reach
0,10 Mpa.

Keywords: Dental Impression, Na alginat, Comperssion strength test, Padina sp.

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat limpahan

rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis diberikan kesempatan umtuk

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengukuran Uji Kuat Tekan Pada Bahan

Cetak Irreversible Hydrocoloid Berbahan Dasar Alga Coklat Jenis Padina Sp.” ini

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Selain

itu, diharapkan juga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan

peniliti lain untuk menambah wawasan dalam bidang kedokteran gigi.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari

berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan

skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.drg. Baharuddin Thalib, M.Kes, Sp.Pros selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

2. Dr. Drg. Nurlindah Hamrun, M.kes selaku pembimbing dalam

penulisan skripsi ini atas bimbingan, arahan, waktu, tenaga, pikiran,

semangat, dorongan dan motivasi yang tiada henti-hentinya diberikan

selama pengerjaan skripsi ini

vii
3. Dr. drg. Ike Damayanti, Sp.Pros, selaku Penasehat Akademik yang

ssenantiasa memberikan bimbingan dan dukungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

4. Kepada kedua Orang Tuaku tercinta H. Ir. Tri Susanto, S.T dan Hj.

Haryanti serta saudara-saudaraku tersayang Alm. Rizky Ariansyah

Nugraha semoga engkau ditempatkan di golongan orang sholeh tempat

termulia disisi Allah SWT. dan Syafira Tri Maharanti terimakasih

banyak atas do’a, semangat, motivasi, dan kasih sayang yang tiada

hentinya diberikan kepada penulis.

5. Untuk staff laboratorium PKP Unhas Kak Dewi terima kasih banyak untuk

doa dan bantuannya selama ini. Untuk Kak Faisal terima kasih atas

bantuannya selama penelitian di laboratorium Geologi Unhas. Terima

kasih juga kepada staff laboratorium farmasetik Farmasi Unhas yang

telah memabantu dalam kelancaran penelitian skripsi ini.

6. Staf Dosen bagian Oral Biologi dan seluruh Staf Dosen dan Pegawai

Fakultas Kedokteran Univesitas Hasanuddin atas segala bantuan yang

diberikan.

7. Untuk teman seperjuangan skripsi saya Uswah Hasanah dan Nitya

Anugrah, yang selalu mengisi dan membantu dalam selurh proses

penelitian skripsi dari awal hingga akhir.

8. Untuk sahabat-sahabat saya Ayudina R.A., Hani Afdaliah, Chairizka S.,

Citra Lestari Nahar, Annisa Meydina, Nurul Fatihah M., Raudina Alifah,

A. Baso Amir, M. Rifqi A., Ade Gisnawan dan terkhusus untuk

viii
A. Aldicky Mulia Budiman yang selalu menemani, memberi semangat,

doa, serta berbagi keluh-kesah.

9. Untuk keluarga KKN Desa Sehat Gowa, Julubori. Ummu, Eka, Mifta,

Syahdan, Tati, Tika, Ongky, Kiki, Cakra. Semoga silahturahmi yang

selama ini terjalin terus berjalan.

10. Untuk keluarga “INTRUSI 2014”, terimakasih atas pengalaman,

dukungan, motivasi, dan doa serta bantuannya dalam menyusun skripsi

ini. Semoga silaturahim dan semangat teman-teman semua tetap terjaga

kedepannya. Aamiin.

Hanya doa yang dapat penulis berikan kepada semua pihak yang telah

membantu, semoga semua kebaikan dan bantuan dibalas oleh Allah SWT.

Akhirnya, dengan segenap kerendahan hati, penulis mengharapkan agar

kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu bahan pembelajaran yang

bermanfaat bagi perkembangan ilmu, penulis dan orang-orang yang

membacanya.

Makassar, 14 November 2017

MUTIARANISA SAFITRI

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........…………………………………………….....................i
HALAMAN DALAM................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Definisi Material Cetak ......................................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Material Cetak ............................................................... 5
2.2 Bahan Cetak Alginat ............................................................................. 7
2.2.1 Material Cetak Alginat .................................................................... 7
2.2.2 Komposisi ....................................................................................... 8
2.2.3 Manipulasi ....................................................................................... 9
2.3 Rumput Laut (Alga) ............................................................................ 10
2.3.1 Klasifikasi Alga ............................................................................. 10
2.3.2 Alga Coklat .................................................................................... 11
2.3.3 Padina sp. ..................................................................................... 12
2.4 Kekerasaan .......................................................................................... 13
BAB III KERANGKA TEORI ............................................................................. 16

x
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 16
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 17
4.1 Jenis Penelitian.................................................................................... 17
4.2 Variabel Penelitian .............................................................................. 17
4.3 Lokasi Penelitian................................................................................. 17
4.4 Waktu Penelitian ................................................................................ 18
4.5 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 18
4.6 Kriteria Penelitian ............................................................................... 18
4.7 Definisi Operasional Variabel ............................................................ 18
4.8 Instrumen Penelitian ............................................................................ 18
4.8.1 Alat................................................................................................. 19
4.8.2 Bahan ............................................................................................. 20
4.9 Prosedur Ekstraksi Na Alginat dari alga coklat jenis Padina sp. ....... 21
4.10 Pembuatan bahan cetak hidrokoloid irreversibel .................................. 22
4.11 Prosedur perhitungan daya kuat tekan bahan cetak irreversibel
Hidrokoloid berbahan dasar alga coklat jenis Padina sp................... 23
4.12 Alur penelitian .................................................................................... 24
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................ 26
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 29
BAB IV PENUTUP............................................................................................... 34
7.1 Bahan ..................................................................................................... 34
7.2 Bahan ..................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 36
LAMPIRAN ............................................................................................................ 40

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi Material Cetak ........................................................................ 6


Tabel 2.1 Komposisi Bahan Formula 1 .................................................................. 19
Tabel 2.2 Komposisi Bahan Formula 2 .................................................................. 19
Tabel 2.3 Komposisi Bahan Formula 3 .................................................................. 19
Tabel 2.4 Komposisi Bahan Formula 4 .................................................................. 20
Tabel 5.1 Rerata Hasil Uji Daya Tekan Bahan Cetak Na Standar dan Padina sp.. 27

xii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Uji Daya Tekan Bahan Cetak Na Standar dan Padina sp. ...................... 6
Grafik 5.2 Perbandingan Hasil Nilai Tekanan dalam MPa ................................... 22

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Formula Struktur Na Alginat dan Sodium Alginat .............................. 6


Gambar 2.2 Padina sp............................................................................................ 22
Gambar 5.1 Bahan Cetak Natrium Alginat Padina sp............................................. 6
Gambar 5.2 Bahan Cetak Natrium Alginat Standar............................................... 22

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Langkah yang sangat penting dalam prosedur orthodontik dan pembuatan

protesa adalah modeling. Model ini digunakan sebagai desain dan konstruksi

dalam pembuatan prostesa juga sebagai instrumen dari perawatan orthodontik.

Model yang baik harus memiliki detail dan akurasi yang mempresentasikan

keadaan asli dari keadaan rongga mulut. Bahan yang digunakan untuk mencetak

adalah bahan cetak alginat (hidrokoloid irreversibel).1

Bahan cetak alginat (hidrokoloid irreversibel) merupakan bahan koloid

yang dapat dilarutkan dalam air dan bentuknya tidak dapat kembali ke bentuk

semula. Bahan cetak yang telah dimanipulasi akan dicetakkan ke dalam mulut

penderita yang menghasilkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan rongga

mulut. Hasil cetakan yang diperoleh dicor dengan gips sehingga diperoleh model

kerja atau model studi yang merupakan replika dari gigi dan jaringan rongga

mulut.2,3 Keuntungan bahan cetak ini jauh melampaui bahan cetak yang

lainnya, karena bahan cetak jenis ini mudah dimanipulasi, nyaman bagi pasien,

dan relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan. 4

Bahan cetak alginat memiliki komposisi utama berupa algin yang dikenal

dalam bentuk asam alginat atau alginat. Algin sudah banyak ditemukan

di beberapa daerah di Indonesia tetapi pemanfaatannya hanya terbatas pada

1
bidang industri terutama untuk pangan, obat-obatan, bahan kosmetika dan tekstil,

sedangkan pada bidang kesehatan terutama bidang kedokteran gigi masih terbatas.

Bahan cetak alginat mengandung garam alginat larut sebanyak 12-15%,

kalsium sulfat sebanyak 8-12%, dan bahan pengisi sebagai komponen utama

70%.5 Bahan cetak alginat merupakan salah satu bahan cetak yang mudah

diperoleh dan sangat populer penggunaannya di kalangan dokter gigi

Indonesia. Namun di beberapa daerah terpencil bahan cetak tersebut sulit

didapatkan. Mengatasi keadaan ini, beberapa peneliti melakukan modifikasi

bahan cetak alginat dengan penambahan bahan alami yang mudah didapatkan di

lingkungan sekitar.6,7

Rumput laut merupakan salah satu potensi menjanjikan di Indonesia sebagai

negara maritim. Setiap tahun produksi rumput laut Sulsel rata-rata menghasilkan

1,5 juta ton dengan nilai mencapai 1,9 juta dolar Amerika. Pada tahun 2015,

KATALIS melakukan penelitian mengenai value chain rumput laut di empat

Kabupaten di Sulsel yakni Takalar, Maros, Pangkep, dan Barru.8

Peran ekologis dan biologis dari rumput laut dalam menjaga kestabilan

ekosistem laut serta sebagai tempat hidup sekaligus perlindungan bagi biota lain.

Golongan alga coklat (Phaeophyta) dengan pigmen klorofil a, klorofil c (c1 dan

c2) dan karotenoid (fukoxantin, violaxantin, zeaxantin) mengandung asam alginat

sebagai zat penyusun dinding selnya menjadikan alga coklat bernilai ekonomis,

mudah didapatkan serta melimpah di laut Indonesia. Hal ini membuat alga

2
coklat berpotensi untuk menghasilkan natrium dan kalium alginat yang telah

dikenal sebagai bahan baku untuk membuat bahan cetak di kedokteran gigi. 9

Penelitian ini bertujuan menggali potensi alga coklat dengan menguji

karakteristik fisik sebagai persiapan pembuatan bahan cetak gigi berbahan

dasar natrium dan kalium alginat, sehingga akan diperoleh bahan cetak

yang memenuhi standarisasi sebagai bahan cetak yang digunakan dalam aplikasi

klinis dibidang kedokteran gigi dan yang paling penting dapat menghemat dalam

penggunaan bahan cetak sehingga dapat menghasilkan bahan cetak secara

mandiri.

Pengujian karakteristik fisik dari alginat yaitu SEM (Scan Electron

Microscopic), Uji Setting time, DTA (Differential Thermal Analisis), Uji Reologi,

Uji tarik (Tensile Strenght test), dan Uji Tekan (Compressive Strenght Test). Dan

pada penilitian ini akan dilakukan pengujian karakteristik yaitu pengukuran Uji

Daya Tekan (Compressive Strenght Test)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka rumusan masalah penelitian adalah :

1. Bagaimana hasil pengukuran daya tekan bahan cetak hidrokoloid irreversibel

berbahan dasar alga coklat jenis Padina sp.?

2. Apakah hasil pengukuran daya tekan bahan cetak hidrokoloid irreversibel

berbahan dasar alga coklat jenis Padina sp. berbeda dengan bahan cetak

standart?

3
1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hasil pengukuran daya tekan bahan cetak hidrokoloid

irreversibel berbahan dasar alga coklat jenis Padina sp.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran daya tekan bahan cetak

hidrokoloid irreversibel berbahan dasar alga coklat jenis Padina sp. berbeda

dengan bahan cetak standart

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka manfaat dari penelitian

ini adalah :

1. Manfaat dari peneliti adalah untuk mendapatkan pengalaman meneliti dan


menambah wawasan serta pengetahuan mengenai karakteristik fisik
(kekuatan tarik dan kekuatan tekan) dari bahan cetak hidrokoloid
irreversibel dari alga coklat.
2. Manfaat akademik yaitu menambah informasi keilmiahan mengenai
karakteristik bahan cetak yang khususnya membahas tentang uji daya
tekan (Compressive Strenght Test) bahan cetak hidrokoloid irreversibel
berbahan dasar alga coklat jenis Padina sp.
3. Menjadi salah satu upaya dalam mengekplorasi kekayaan alam Indonesia
dibidang kedokteran gigi. Dan menjadi salah satu inovasi dalam
pengembangan bahan cetak yang ekonomis.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Bahan cetak


Bahan cetak adalah bahan untuk membuat replika / tiruan / cetakan akurat

dan jaringan mulut. Jaringan mulut terdiri dari jaringan keras dan lunak.

Cetakan jaringan keras dapat berupa 1 gigi, beberapa gigi, sebagian rahang

dan gigi, rahang dan selurruh gigi, atau rahang tanpa gigi. Hasil cetakan

berupa reproduksi negatif, kemudian diisi bahan model (gips) sehingga

menghasilkan model positif. Model gips ini yang digunakan untuk pembuatan

alat-alat kedokteran gigi.9

Beberapa alat kedokteran gigi, misalnya gigi tiruan sebagian (OTS),

gigi tiruan lengkap (GTL), alat orthodonsi, serta mahkota dan jembatan,

dibuat di luar rongga mulut. Pembuatan alat tersebut memerlukan

tiruan/model jaringan rongga mulut pasien. Model ini dibuat dengan cara

mencetak jaringan rongga mulut pasien, dengan demikian diperlukan material

cetak.

2.1.1 Klasifikasi Bahan cetak

Bahan cetak dapat diklasifikasikan atau dikelompokkan menurut

beberapa cara:9

1. Berdasarkan nama kimiawi generiknya. Misalnya: material cetak

silikon dan material cetak zink oksida eugenol.

2. Berdasarkan sifat bahan sebelum setting (viskositasnya).

5
Viskositas mempengaruhi detil jaringan keras yang dapat

dicatat dan tingkat kompresi jaringan lunak. Material cetak yang

awalnya sangat cair disebut mukostatik karena sedikit menekan

jaringan, sedangkan material cetak yang awalnya sangat kental

disebut mukokompresif.

3. Berdasarkan sifat bahan sesudah setting (elastisitasnya).

Elastisitas dan ketegaran material cetak mempengaruhi

kemampuan bahan untuk mencetak undercut. Material cetak

dikelompokkan dalam 2 kelompok, yaitu jenis non elastik

(rigid/kaku) dan elastik. Material cetak non elastik adalah material

cetak yang tidak dapat melalui undercut sehingga penggunaannya

terbatas padapasien tak bergigi dan tanpa undercut bertulang.

Material cetak elastik adalah: material cetak yang dapat melalui

undercut, digunakan pada pasien bergigi lengkap, bergigi sebagian,

atau tanpa gigi

Klasifikasi material cetak yang sering digunakan adalah berdasarkan

elastisitasnya:

Tabel 2.1 Klasifikasi Material cetak


ELASTIK
NON ELASTIK HIDROKOLOID
(ELASTOMER)
1. Plaster of Paris 1. Agar-agar 1. Polisulfida
2. Impression (reversibel) 2. Polieter
Compound 2. Alginat 3. Silikon
3. Zink oksida (irreversibel)
eugenol/ZOE
4. Impression
waxe

6
2.2 Bahan Cetak Alginat

Pada praktek dokter gigi prosedur cor atau model adalah hal yang sangat

penting. Berbagai jenis cor atau model dapat dibuat dari produk gypsum dengan

menggunakan cetakan atau reproduksi negatif sebagai tempat untuk gypsum.

Pada cetakan gypsum (stone cast) inilah dokter gigi membuat konstruksi

baik untuk protesa lepasan maupun cekat. Salah satu bahan cetak yang

sering digunakan adalah bahan cetak alginat.9

Pada akhir abad yang lalu seorang ahli kimia dari Skotlandia

memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang berwarna coklat (Algae)

bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir. Ia menamakan algin. Substansi alam

ini kemudian diidentifikasi sebagai suatu polimer linier dengan berbagai

kelompok asam karboksil dan dinamakan asam anhydro β-dmanuronic (asam

alginik). Asam alginik serta kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air,

tetapi garam yang diperoleh dengan natrium, kalium, dan amonium larut dalam

air.

2.2.1 Material cetak Alginat

Bahan dasar material cetak alginat rumput laut. Beberapa atom

hidroge potasium, atau ammonium. Senyawa tersebut larut dalam air.

Formula struktur yang sodium alginat dapat dilihat pada gambar 1.9

1. Sodium alginat 18% sebagai pembentuk hidrogel

2. Kalsium sulfat dihidrat 14% sebagai penyedia ion kalsium

3. Sodium fosfat 2% sebagai kontrol waktu kerja

7
4. Potasium sulfat 10% sebagai setting model

5. Pengisi (tanah diatom) 56% sebagai kontrol konsistensi

6. Sodium silikofluorida 4% sebagai kontrol pH

Gambar 2.1 Formula struktur asam alginat dan sodium alginat.

(Sumber: e-Lisa UGM 2004, hal 14)

2.2.1 Komposisi

Komposisi aktif utama dari bahan cetak hydrocoloid irreversibel

adalah salah satu alginat yang larut dalam air, seperti natrium, kalium, atau

alginat trietanolamin, potasium alginat, zine oxside, glikol dan bahan

pewangi. Bila alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut membentuk

sol. Sol sangat kental meskipun konsentrasi sangat rendah. Alginat yang dapat

larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air dicampur dengan

kuat. Kalium yang tersisa setelah pengerasan mempunyai sifat mengeluarkan

air atau dapat juga mengambil air.4

Proses gelasi, Reaksi khas sol – gel dapat digambarkan secara

sederhana sebagai reaksi alginat larut air dengan kalsium sulfat dan
8
pembentukan gel kalsium alginat yang tidak larut. Kalsium sulfat bereaksi

dengan cepat untuk membentuk kalsium alginat tidak larut dari kalium atau

natrium alginat dalam suatu larutan cair. Produk kalsium alginat ini begitu

cepat sehingga tidak meyediakan cukup waktu kerja. Untuk memperpanjang

waktu kerja maka ditambahkan garam larut air yaitu trinatrium fosfat. 4

Bahan cetak alginat dikemas dalam kantong tertutup secara individual

dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat suatu cetakan atau dalam

jumlah besar di kaleng.

2.2.2 Manipulasi

Bahan cetak alginat mudah digunakan. Bahan ini bersifat

hidrofilik, sehingga permukaan jaringan yang lembab bukanlah kendala,

karena hanya 1 campuran yang dibuat, maka bahan yang telah diaduk

diletakkan pada sendok cetak. Mempersiapkan pengadukan :

Bubuk yang telah ditakar ditaburkan ke dalam air yang juga telah

ditakar dan ditempatkan pada mangkok bersih. Bubuk dan air disatukan

dengan pengadukan secara hati – hati menggunakan spatula logam.

Campuran ditempatkan pada sendok cetak yang sesuai, yang dimasukkan

ke dalam mulut. Sebelum menempatkan cetakan ke dalam mulut, bahan

tersebut harus mencapai konsistensi tertentu sehingga tidak mengalir ke

luar sendok cetak dan membuat pasien tersendak.

Setelah hasil cetakan berbentuk gel, perlahan – lahan cetakan di

keluarkan dari mulut pasien. Setelah cetakan dikeluarkan dari mulut,

harus langsung dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan cairan

9
rongga mulut dari permukaannya, kemudian dikeringkan. Akan tetapi

permukaan cetakan tidak boleh dikeringkan seratus persen, karena gel akan

melekat pada permukaan model tuang sewaktu hendak dibuka.

2.3. Rumput laut (Alga)

Rumput Laut Sebagai bahan pangan, rumput laut telah dimanfaatkan

bangsa Jepang dan Cina semenjak ribuan tahun yang lalu. Rumput laut merupakan

tumbuhan laut jenis alga, masyarakat Eropa mengenalnya dengan sebutan

seaweed. Tanaman ini adalah gangang multiseluler golongan divisi thallophyta.

Berbeda dengan tanaman sempurna pada umumnya, rumput laut tidak memiliki

akar, batang dan daun. Jika kita amati jenis rumput laut sangat beragam, mulai

dari yang berbentuk bulat, pipih, tabung atau seperti ranting dahan bercabang-

cabang. Rumput laut biasanya hidup di dasar samudera yang dapat tertembus

cahaya matahari. Seperti layaknya tanaman darat pada umumnya, rumput laut

juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain. Warna inilah yang

menggolongkan jenis rumput laut.11

2.3.1 Klasifikasi Alga

Alga atau ganggang dapat diklasifikasikan menjadi 7 divisi, yaitu:12

1. Divisi Cyanophyta

2. Divisi Chlorophyta

3. Divisi Euglenophyta

4. Divisi Pyrophyta

5. Divisi Chrysophyta

6. Divisi Phaeophyta

10
7. Divisi Rhodophyta

2.3.2 Alga Coklat

Terdapat sekitar delapan marga kelas alga coklat atau rumput laut

coklat (Phaeophyceae) di perairan Indonesia. Enam jenis di antaranya telah

dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia, terutama untuk konsumsi langsung dan

obat. Kelompok alga laut atau rumput laut penghasil algin (alginofit) berasal

dari kelas ini, terutama jenis Sargassum sp, Cystoseira sp, dan Turbinaria sp.

Marga Sargassum termasuk tumbuhan cosmopolitan yang hidup pada rataan

terumbu karang sampai daerah tubir. Pada terumbu, alga coklat tumbuh dengan

baik dan melekat pada substrat keras.13 Alga dari divisi ini mempunyai ciri – ciri

sebagai berikut :14

a) Saat bereproduksi alga ini mempunyai stadia gamet atau zoospore

berbulu cambuk seksual dan aseksual.

b) Mempunyai pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan

fukosantin.

c) Warna umumnya coklat.

d) Hasil fotosintesis berupa laminaran (beta 1-3 ikatan glukan)

e) Pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik dan alginat.

f) Mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintetis)15

g) Ukuran dan bentuk thalli beragam dari yang berukuran kecil

sebagai epifit, sampai yang berukuran besar, bercabang banyak,

berbentuk pita atau lembaran cabangnya ada yang sederhana dan ada

pula yang tidak bercabang

11
h) Umumnya tumbuh sebagai alga benthic

Dari divisi ini yang akan dikemukakan adalah spesies dari marga

Sargassum, Hormophysa, Padina dan Turbinaria.

2.3.2.1 Padina sp.

Taksonomi Padina sp sebagai berikut : 15

Divisi : Phaeophyta

Kelas : Phaeophyceae

Bangsa : Dictyotales

Suku : Dictyotaceae

Marga : Padina

Jenis : Padina sp.

Ciri – ciri umum marga ini adalah:15

1. Thallus berbentuk flabellate, dengan tinggi dapat mencapai 7 cm.

2. Warna coklat kekuningan ketika kering dan terbagi menjadi beberapa

cuping berbentuk flabellate.

3. Tiap satu helai tebalnya dua sel dan permukaan atasnya selalu tertutup

suatu bahan berwarna putih pucat.

4. Garis konsentris berkembang baik pada permukaan yang lebih rendah.

5. Tiap helai terbagi menjadi beberapa bagian hampir sama luas sekitar 1-

9–2.6 mm

12
Padina sp. memiliki distribusi yang sangat luas, dapat ditemukan pada rataan

terumbu karang bagian dalam, tengah maupun pada bagian luar.

Kandungan terbanyak pada Padina sp. adalah alginat.15

Gambar 2.2 Padina sp. Sumber gambar : pribadi

2.4 Kekerasan

Hardness didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk


menerima tekanan benda keras.10 Hardness dapat pula diartikan sebagai
kemampuan menahan suatu tekanan, sehingga kekerasan merupakan ketahanan
terhadap indentasi. Indentasi dihasilkan pada permukaan suatu bahan dari gaya
yang diaplikasikan dari ujung tajam atau partikel abrasive yang berasal dari
interaksi sejumlah sifat. Sifat-sifat yang berhubungan dengan kekerasan suatu
bahan adalah kekuatan, batas keseimbangan, dan kelenturan. Disamping itu
kekerasan juga sebagai energi deformasi elastik atau plastik yang diperlukan
untuk mematahkan suatu bahan dan merupakan ukuran dari ketahanan terhadap
fraktur.
Kekerasan bergantung pada kekuatan dan kelenturan, sehingga semakin
tinggi kekuatan dan semakin tinggi kelenturan (regangan plastis total) maka

13
semakin besar kekerasan. Intinya bahan keras umumnya kuat, namun suatu bahan
yang kuat belum tentu keras.
Point Load Test atau pengujian titik beban merupakan substansi pengujian
dari faktor kehadiran bidang lemah yang mempengaruhi kecepatan rambat
gelombang ultrasonik dari suatu material (spesimen material). Percontoh material
dapat berbentuk silinder.
Working time, berdasarkan ANSI/ADA No.18/1992 waktu
pengerasannya, ada dua tipe yaitu fast set tidak kurang dari 1,25 menit dan regular
set tidak kurang dari 2 menit. Setting time, menurut ANSI/ADA No.18/1992, tipe
fast set sekitar 1-2 menit sedangkan tipe regular set sekitar 4,5 menit. Deformasi
permanen, menurut ANSI/ADA No.18/ 1992, kurang dari 3 % pada daerah
undercut selama 30 detik. Fleksibilitas, menurut ANSI/ADA No.18/1992,
umumnya 4 % - 15 %. Stabilitas dimensi, bila didiamkan selama 30 menit, bahan
cetak alginat yang baik tidak berubah. Compressive strength, menurut ISO
1563/78, tidak boleh lebih dari 0,30 MPa.
Alat Point Load Test yang digunakan mudah dibawa (Portable), tidak
begitu besar dan cukup ringan. Pengujian cepat, sehingga dapat diketahui
kekuatan Material dilapangan, sebelum pengujian dilaboratorium dilakukan. Dari
pengujian ini didapat:
P
Is = D2

Dimana : Is = Point load strength index ( Index Franklin )


P = Beban maksimum sampai percontoh pecah
D = Diameter sampel (cm)
Hubung anantara index franklin (Is) dengan kuat tekan (σt) menurut
Bieniawski sebagai berikut:
σc= C Is

Pengujian ini menggunakan mesin uji point load dengan peconto berupa silinder

atau bentuk lain yang tidak beraturan. Dari uji ini akan didapatkan nilai point load

14
strength index (Is) yang akan menjadi patokan untuk menentukan nilai (c) kuat

tekan material (Rai, 2013).

15

Anda mungkin juga menyukai