PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh :
IRMA ROCHMATIKA
NPM:2019.114.094
YAPARI-ABA BANDUNG
2022
1
A. JUDUL PENELITIAN
B. LATAR BELAKANG
gambaran visual atau karakteristik pria di Jepang yang bermacam-macam. Dalam ilmu
dalam bentuk pengakuan yang menjamin (dianggap wajar) posisi dominan laki-
laki-laki digambarkan sebagai sosok pemberani, kuat, serta berotot seperti sifat
maskulinitas laki-laki yang kemukakan oleh Deborah David dan Robert Brannon (Nasir,
2007:2) tentang empat aturan yang memperkokoh sifat maskulinitas yaitu 1) No Sissy
Stuff: sesuatu yang berkaitan dengan hal yang berbau feminim dilarang, 2) Be a Big
Wheel: maskulinitas dapat diukur dari kesuksesan, ketenaran, kekayaan, dan kekuasaan.
2
3) Be A Sturdy Oak: Seorang laki-laki harus tetap bertindak kalem dalam berbagai
Hell: laki-laki harus mempunyai aura keberanian dan agresi serta mampu mengambil
dimana pria tidak berprilaku sesuai kodratnya. Penyimpangan tersebut bisa terlihat dari
seperti wanita. Otokonoko merujuk pada anak laki-laki yang berpenampilan layaknya
perempuan. Ojouman diartikan sebagai remaja laki-laki yang memiliki sifat seperti
wanita. Soushokukei Danshi diartikan sebagai pria yang tidak memiliki gairah atau
ambisi dalam hidup. Dengan adanya istilah seperti Bishounen, Otokonoko, Ojouman,
Jepang. Namun, fenomena penyimpangan maskulinitas yang akan diteliti penulis dalam
penelitian ini adalah fenomena Ojouman. Kata Ojouman berasal dari kanji Ojou(お
嬢)yang berarti anak wanita atau gadis, dan katakana men (マン) yang berarti pria,
dengan Soushokukei Danshi karena sama-sama tidak berambisi dalam bekerja ataupun
memiliki pasangan sedangkan normalnya pria selalu berambisi untuk bekerja atau
3
mempunyai pasangan namun yang membedakan fenomena Soushokukei Danshi tidak
Wanita biasanya diidentikan dengan sosok manusia yang lemah lembut, suka
kriteria wanita, ojouman juga memiliki sifat yang lemah lembut, senang berbelanja, dan
memiliki minat tinggi dalam hal penampilan, bahkan ojouman juga senang memakai
make up, lotion, dan perawatan kulit lainnya. Ojouman juga digambarkan sebagai pria
yang gemar makanan manis, tidak suka minum sake, tidak merokok, dekat dengan ibu
dan sahabat, bersikap sangat feminim dan jauh dari kata maskulin. Jika berhadapan
dengan wanita, Ojouman cenderung pasif tetapi tidak berarti mereka homo, mereka
memiliki pandangan dan penilaian yang berbeda dalam hal pekerjaan, hubungan antara
pria dan wanita, dan pernikahan. Fenomena Ojouman tergambar dengan jelas dalam
anime Ouran High School yang akan menjadi objek penelitian penulis. Dalam anime
tersebut, terdapat tokoh yang bernama Honey salah satu anggota Host Club Ouran High
School berusia 17 tahun dan merupakan siswa di tahun ketiga. Meskipun Honey adalah
seorang senpai (kakak kelas) namun tubuhnya kecil, berparas imut, dan mempunyai
sifat seperti wanita karena menyukai hal-hal yang imut seperti boneka kelinci dan kue.
Ojouman.
C. RUMUSAN MASALAH
4
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan penelitian ini
adalah “Bagaimana fenomena Ojouman pada anime Ouran High School ditinjau dari
D. TUJUAN PENELITIAN
E. PENELITIAN TERDAHULU
Alnury tahun 2020. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif
menunjukan bahwa karakter dan keseharian Sakura Souta sang tokoh utama
penelitian yang akan dilakukan penulis adalah terletak pada sumber data, penulis
5
2011. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif dan hasilnya
yang maskulin membawa pengaruh dan pandangan yang tidak hanya negatif
tetapi juga positif dalam masyarakat Jepang. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan penulis adalah terletak pada sumber data, penulis
H. DAFTAR PUSTAKA
Alnury, Nithosil Hamiz. (2020). Fenomena Ojouman dalam Manga Sakura Chan To
2022)