Anda di halaman 1dari 14

FEMINISME DALAM NOVEL MOMOYE MEREKA MEMANGGILKU

KARYA EKA HENDRA DAN KOICHI KIMURA

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH
NINUK ERI JAYANTI
NIM F1011141078

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
FEMINISME DALAM NOVEL MOMOYE MEREKA MEMANGGILKU KARYA

EKA HENDRA DAN KOICHI KIMURA

Ninuk Eri Jayanti, Chairil Effendy, A. Totok Priyadi


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak
Email:ninukerijayanti@yahoo.co.id

Abstract
A novel entitled Momoye Mereka Memanggilku written by Eka Hindra and Koichi
Kimura was published in 2007 by Erlangga Publishers in Jakatra. This novel told
about the oppression carried out by the Japanese to Indonesian women in the Dutch
colonial era. The oppression experienced by women in this novel can be studied with
the study of feminism. The problems in this study were how the forms of gender
inequality in women characters, how the forms of struggle of women characters in a
novel entitled Momoye Mereka Memanggilku written by Eka Hindra and Koichi
Kimura, and how the design of the results of this study on literary learning in
university. From the research, it was found that there are 34 forms of violence and 26
forms of struggle in the novel entitled Momoye Mereka Memanggilku written by Eka
Hindra and Koichi Kimura. The implementation of this learning of research is
realized by making RPS and RPM.

Keywords: novel Momoye Mereka Memanggilku, feminism, form of violence, form


of struggle.

PENDAHULUAN Novel Momoye Mereka Memanggilku


Feminisme adalah upaya yang merupakan novel yang menceritakan
dilakukan perempuan untuk seorang perempuan bernama Mardiyem
memperjuangkan persamaan hak mereka berasal dari Yogyakarta yang dipaksa
atas ketidakadilan gender yang terjadi di menjadi jugun ianfu, yaitu budak seks
lingkungan keluarga serta lingkungan sosial tentara Jepang pada masa penjajahan
bermasyarakat. Tujuan feminisme adalah Jepang di Indonesia tahun 1942. Pada saat
upaya mengangkat derajat dan itu, Mardiyem yang masih berusia 13 tahun
menyetarakan hak perempuan. Fokus diganti namanya menjadi Momoye, dan
penelitian ini adalah feminisme tokoh- harus menanggung derita karena dipaksa,
tokoh perempuan dalam novel Momoye dianiaya, dan disiksa untuk melayani nafsu
Mereka Memanggilku karya Eka Hindra seks tentara Jepang di Asrama Telawang,
dan Koichi Kimura. Penelitian ini juga Telawang Kalimantan Selatan.
disesuaikan dengan konsep feminisme, Pada tahun 1993, Mardiyem
yaitu tokoh perempuan dalam novel mengadukan kisahnya kepada Lembaga
mengalami penindasan. Penindasan yang Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta.
mengakibatkan kesengsaraan tokoh selama Mardiyem menjadi mantan jugun ianfu
bertahun-tahun. Tokoh-tokoh tersebut Indonesia pertama yang mencari bantuan
kemudian mencoba melakukan pembelaan secara hukum. Mardiyem juga berusaha
terhadap penindasan yang mereka alami. menghubungi sesama mantan jugun ianfu
yang masih hidup untuk ikut serta

1
memperjuangkan nasib mereka agar diakui Bentuk penelitian ini adalah penelitian
keberadaannya oleh pemerintah Jepang dan kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif
pemerintah Indonesia. digunakan karena penelitian ini tidak
Alasan dianalisisnya novel Momoye menggunakan prosedur statistik atau cara
Mereka Memanggilku karya Eka Hindra kualifikasi lainnya. Menurut Bogdan dan
dan Koichi Kimura. Pertama, karena dalam Tayor (dalam Moleong, 2007:4), bahwa
novel tersebut menggambarkan penelitian kualitatif merupakan prosedur
ketidakadilan dan penyiksaan yang penelitian yang menghasilkan data
dirasakan oleh tokoh perempuan. Kedua, deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan
karena novel tersebut menggambarkan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
perempuan yang memahami hak-haknya, diamati.
tegar, dan berani berargumen. Pendekatan yang digunakan dalam
Fokus penelitian ini adalah feminisme penelitian ini adalah pendekatan kritik
tokoh-tokoh perempuan dalam novel sastra feminis. Alasan peneliti
Momoye Mereka Memanggilku karya Eka menggunakan pendekatan kritik sastra
Hindra dan Koichi Kimura. Penelitian ini feminis karena pendekatan ini dapat
juga disesuaikan dengan konsep feminisme, mengungkapkan aspek-aspek feminisme
yaitu tokoh perempuan dalam novel dalam karya sastra sesuai dengan kajiaan
mengalami penindasan. Penindasan yang yang akan dianalisis, hal ini juga sesuai
mengakibatkan kesengsaraan tokoh selama dengan konsep dasar kritik sastra feminis.
bertahun-tahun. Tokoh-tokoh tersebut Menurut Culler (dalam Sugihastuti, 2016:7)
kemudian mencoba melakukan pembelaan pendekatan tersebut digunakan untuk
terhadap penindasan yang mereka alami. membentuk aspek-aspek perempuan yang
Penelitian ini memiliki relevansi pada ditindas laki-laki, juga memperjuangkan
pembelajaran sastra di perguruan tinggi. hak-haknya sebagai perempuan.
Relevansi tersebut ialah hasil yang Sumber data dalam penelitian ini
diperoleh dari penelitian ini dapat adalah novel Momoye Mereka
diimplementasikan pada mata kuliah kajian Memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi
prosa karena materi pembelajaran mata Kimura, diterbitkan tahun 2007, 314
kuliah tersebut meliputi teori feminisme. halaman, penerbit Esensi Erlangga Grup,
Kajian prosa merupakan satu di antara mata Jakarta. Adapun data dalam penelitian ini
kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa adalah kalimat atau kutipan yang
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di menggambarkan; a) bentuk ketidakadilan
FKIP Untan. Pembelajaran kajian prosa gender tokoh perempuan (marginalisasi
memiliki kedudukan yang penting karena perempuan, subordinasi perempuan, beban
mata kuliah tersebut merupakan mata kerja perempuan, dan kekerasan
kuliah prasyarat untuk mata kuliah kritik perempuan); b) bentuk perjuangan tokoh
sastra. Hasil yang diperoleh dari penelitian perempuan untuk melawan penindasan
nanti diharapkan bermanfaat ketika yang ia alami.
penyampaian teori feminisme berlangsung. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah berupa teknik studi
METODE PENELITIAN dokumenter. Teknik studi dokumenter
Metode penelitian yang digunakan dilakukan dengan cara menelaah karya
adalah metode deskriptif, karena data di sastra yang menjadi sumber data dalam
dalam penelitian ini berupa kata-kata, dan penelitian, karena teknik penelitian
kalimat. Hal ini sejalan dengan pendapat menggunakan novel sebagai sumber data
Zulfadrial dan Lahir (2012:5) berpendapat yang dijadikan dokumen dalam penelitian.
bahwa penelitian bersifat deskriptif berarti Alat pengumpulan data dalam penelitaian
data yang dikumpulkan berupa kata-kata, ini adalah peneliti sebagai instrumen utama.
gambar, dan bukan angka. Kedudukan peneliti sebagai instrumen

2
utama yaitu merupakan perencana, mengekspos hasil sementara atau hasil
pelaksana, pengumpul data, penganalisis akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
data, penafsiran data, dan pada akhirnya dengan rekan-rekan sejawat. Teman-teman
menjadi pelapor hasil penelitian. Selain itu sejawat yang dimaksud ialah sesama
laptop yang digunakan sebagai alat mahasiswa Progam Studi Pendidikan
mencatat data, dan meyimpan data yang Bahasa dan Sastra Indonesia yang diyakini
didapat. memiliki pengetahuan tentang sastra dan
Teknik penguji keabsahan data yang sedang melakukan penelitian tentang sastra.
digunakan dalam penelitian ini ialah teknik Teknik analisis data dalam penelitian
ketekunan pengamatan, kecakupan ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu
refensial, triangulasi, dan pemeriksaan sebagai berikut. (1) Menganalisis dan
sejawat melalui diskusi. Menurut Moleong menginterpretasikan bentuk-bentuk
(2007:329) ketekunan pengamatan berarti ketidakadilan gender tokoh perempuan
mencari secara konsisten interprestasi dalam novel tersebut. (2) Menganalisis dan
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan menginterpretasikan bentuk-bentuk
proses analisis yang konsisten atau tentatif. perjuangan tokoh perempuan untuk
Mencari suatu usaha membatasi berbagai melawan penindasan dalam novel tersebut.
pengaruh. Mencari apa yang dapat (3) Merancang rencana implementasi hasil
diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. penelitian terhadap novel tersebut pada
Ketekunan pengamatan dilakukan agar mata kuliah Kajian Prosa di Program Studi
peneliti mampu menguraikan secara rinci Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
persoalan yang dicari dengan membaca FKIP Universitas Tanjungpura. (4)
cermat dan teliti. Kecakupan refensial yang Berdiskusi dengan teman sejawat yang
digunakan dalam penelitian dapat menjadi memiliki pengetahuan sastra tentang hasil
patokan untuk menganalisis data. penelitian. (5) Menyimpulkan hasil analisis
Kecakupan referensi dalam penelitian ini data sesuai masalah penelitian.
dilakukan dengan cara membaca dan
menelaah sumber-sumber data serta sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
pustaka yang relevan dengan masalah Hasil Penelitian
penelitian secara berulang-ulang agar Penelitian ini dapat dilakukan di mana
diperoleh pemahaman arti yang memadai saja, baik di rumah atau di tempat lain.
dan mencukupi. Melalui cara tersebut Masalah yang diteliti yaitu, bentuk-bentuk
diharapkan dapat memperoleh data yang ketidakadilan gender tokoh perempuan, dan
absah. Triangulasi menurut Moleong bentuk-bentuk perjuangan tokoh
(2007:330), adalah teknik pemeriksaan perempuan untuk melawan penindasan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang terdapat dalam novel Surga Sungsang
yang lain di luar data untuk keperluan novel Momoye Mereka Memanggilku karya
pengecekan atau sebagai bandingan Eka Hindra dan Koichi Kimura, serta
terhadap data tersebut. Teknik triangulasi rencana implementasi penelitian ini
dibagi menjadi empat jenis, yakni terhadap pembelajaran sastra di perguruan
triangulasi teori, triangulasi metode, tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dan
triangulasi penyidik, dan triangulasi analisis data, ditemukan 34 bentuk
sumber. Peneliti memilih untuk ketidakadilan gender tokoh perempuan dan
menggunakan triangulasi penyidik. 24 bentuk perjuangan tokoh perempuan
Triangulasi penyidik ialah cara menguji untuk melawan penindasan dalam novel
keabsahan data dengan cara memanfaatkan Momoye Mereka Memanggilku karya Eka
peneliti atau pengamat lain untuk mengecek Hindra dan Koichi Kimura. Rencana
kembali keakuratan data. Teknik implementasi penelitian ini diwujudkan
pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dalam bentuk RPS dan RPM dalam mata
telknik ini dilakukan dengan cara kuliah kajian prosa.

3
Pembahasan paksa, diminta untuk melayani nafsu
Analisis Ketidakadilan Gender Cikada. Cikada sengaja melakukan hal
1. Stereotip tersebut karena ingin mengetahui
Bentuk stereotip yang dialami oleh Mardiyem benar sakit atau tidak pasca
tokoh perempuan bernama Mardiyem pengguguran paksa yang telah dilakukan.
adalah disalahkan oleh Cikada karena Pengguguran paksa yang dilakukan dokter
membiarkan tamu tidak memakai kaputjes. dan perawat kepada Mardiyem juga
Data: Malam itu, Cikada memaksa minta diyakini atas peritah Cikada, hal tersebut
dilayani kebutuhan seksnya karena ingin dilakukan Cikada agar memberikan efek
tahu apakah aku sungguh-sungguh sakit jera kepada Mardiyem dan tidak ada lagi
atau tidak. Aku juga yakin dia dengan jugun ianfu yang hamil. Jika jugun ianfu
sengaja menyuruh dokter dan perawat banyak yang hamil tentunya akan
untuk menggugurkan kehamilanku dengan mengurangi penghasilan yang didapat
paksa, sebagai tanda supaya di antara kami Cikada dari pelayanan yang dilakukan para
tidak ada yang hamil lagi. Semua tindakan jugun ianfu kepada tentara Jepang.
kejam lainnya juga dimaksudkan agar Bentuk stereotip yang dilakukan
semua penghuni asrama tidak berani Cikada terhadap Mardiyem terlihat lebih
melawannya. jelas pada kalimat berikut. “Aku sengaja
Aku sengaja dibuatnya supaya dibuatnya supaya trauma hamil karena
trauma hamil karena Cikada pernah Cikada pernah bilang, “Supaya Momoye
bilang, “Supaya Momoye kapok”. kapok”. Seakan-akan aku yang disalahkan
Seakan-akan aku yang disalahkan karena membiarkan tamu tidak memakai
karena membiarkan tamu tidak kaputjes”. Berdasarkan kalimat tersebut
memakai kaputjes. Padahal kalau kamu diketahui bahwa Cikada sengaja
tidak memakai kaputjes itu bukan salahku. menggugurkan paksa kandungan
Seandainya mereka tertib dan selalu pakai Mardiyem, agar membuat Mardiyem
kaputjes pasti aku tidak akan hamil dan (Momoye) trauma hamil. Selain itu, Cikada
mendapat masalah (Hindra, 2007:139— juga menyalahkan Mardiyem karena
140). membiarkan tamu tidak menggunakan
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat kaputjes saat menggunakan jasanya. Jika
diketahui bahwa peristiwa itu terjadi pada ada tamu yang tidak menggunakan kaputjes
saat Cikada minta untuk dilayani oleh itu sebenarnya bukan kesalahan Mardiyem
Mardiyem. Hal tersebut dilakukan Cikada atau jugun ianfu yang lain, melainkan
agar mengetahui bahwa Mardiyem benar- kesalahan dari tamu tersebut. Seandainya
benar sakit atau tidak, pasca pengguguran mereka tertib untuk selalu pakai kaputjes
paksa yang dilakukan terhadap Mardiyem. pasti tidak akan ada jugun ianfu yang
Cikada merupakan pengelola Asrama hamil. Sikap Cikada terhadap Mardiyem
Telawang, dia juga yang memaksa sangatlah tidak manusiawi, tidak hanya
Mardiyem menggugurkan paksa kandungan memaksa Mardiyem menggugurkan
Mardiyem, agar Mardiyem jera dan jugun kandungan, Cikada juga menyalahkan
ianfu lain tidak ada yang hamil lagi. Mardiyem. Hal tersebut pasti sangat
Kutipan tersebut merupakan bentuk melukai fisik dan batin Mardiyem. Bentuk
stereotip atau pelabelan negatif berupa stereotip tersebut terjadi karena menurut
sikap menyalahkan yang dilakukan Cikada Cikada, jika Mardiyem hamil maka yang
terhadap Mardiyem. Ketika menjadi jugun harus disalahkan adalah Mardiyem karena
ianfu di Asrama Telawang, Mardiyem dirinya lalai tidak mengingatkan pelanggan
diberi nama Momoye. Sejak itu semua untuk menggunakan kaputjes. Mardiyem
orang di sana memanggil Mardiyem dengan yang hanya jugun ianfu saat itu hanya bisa
nama Momoye. Mardiyem yang masih pasrah dengan perbuatan Cikada.
dalam masa pemulihan pasca pengguguran

4
2. Kekerasan mulai berlaku tidak sabar, lalu badanku
a. Kekerasan Publik Seksual didorong dengan kasar ke tempat tidur.
Bentuk kekerasan seksual yang Aku masih sempat menolak dengan
dialami oleh tokoh Mardiyem dalam novel menyilangkan kedua tanganku di dadanya,
tersebut adalah dipaksa untuk melayani karena dia terus bergerak ingin menindih
tentara Jepang yang ada di Telawang. badanku. Aku terus mundur sampai-sampai
Bentuk kekerasan tersebut dikaji melalui badan terangkat ke ujung dipan dan
pendekatan kritik sastra feminis, seperti terdorong ke atas mengenai dinding kamar.
yang terlihat pada kutipan berikut. Setelah badanku berhasil dia pegang,
Data: Ketika pintu aku buka, seorang laki- tubuhku ditarik ke atas kasur, lalu
laki Jepang berpakaian militer dengan dengan buas dia membuka stagen,
brewok di mukanya berdiri sambil kebaya, kain, dan kutang, secara paksa,
memegang karcis kamar nomor 11. Aku sampai kancing-kancing kebaya dan
mengenali laki-laki ini, dan teringat kalau kutang copot semua, (Hindra, 2007:98—
dia adalah salah satu mantri dokter yang 100).
memeriksa kesehatanku tadi pagi. Aku Berdasarkan kutipan tersebut, dapat
benci sekali dengan laki-laki brewok itu, diketahui bahwa peristiwa itu terjadi di
kenapa dia yang datang? Dia tahu kalau aku sebuah kamar, saat itu Mardiyem baru saja
baru berumur 13 tahun, masih utuh, dan pertama kali mendapatkan pelanggan yang
belum pernah datang bulan. merupakan seorang tentara Jepang.
Aku ingin menolaknya masuk kamar. Kutipan tersebut menggambarkan
Aku sungguh-sungguh mulai merasa kekerasan seksual yang dilakukan tentara
ketakutan. Sejak saat itu, pekerjaan yang Jepang terhadap Mardiyem. Tentara Jepang
aku takutkan sejak semalam makin terbukti. tersebut juga merupakan seorang mantri,
Inilah awal terjadinya mimpi buruk di yang pada pagi hari telah dilihat oleh
Telawang yang menghancurkan seluruh Mardiyem saatrombongan jugun ianfu
hidupku. Aku tidak bisa menahan laki-laki diperiksa kesehatannya di rumah sakit.
brewok itu masuk kamar. Laki-laki Jepang Tentara Jepang tersebut sebenarnya
itu langsung menerobos masuk dan mengetahui jika Mardiyem masih berumur
langsung mendekatiku. Mulutnya terus saja 13 tahun, masih utuh, dan belum datang
mengeluarkan kata-kata yang cepat dalam bulan, tetapi dengan teganya dia datang
bahasa Jepang, sama sekali tidak untuk menggunakan jasa Mardiyem.
kumengerti. Meski aku tidak mengerti kata- Datangnya tentara Jepang ke kamar
katanya, namun aku mengerti artinya. Dia Mardiyem, membuat kekhawatirannya
ingin berhubungan seks, karena dia juga makin terbukti bahwa dia akan dijadikan
membuat isyarat-isyarat dengan tangan perempuan nakal oleh pihak Jepang.
menunjuk-nunjuk bawah perutku. Mardiyem yang ketakutan semakin
Tindakannya membuat aku kaget dan gemetaran saat tentara tersebut mengatakan
gemetaran, aku sama sekali tidak punya dan memberi isyarat bahwa ingin
gambaran seperti apa hubungan seks itu. berhubungan seks dan langsung membuka
Tiba-tiba saja dia langsung membuka celananya. Mardiyem yang sama sekali
celana. Meski ketakutan setengah mati, aku tidak memiliki gambaran tentang hal
coba melawan dengan cara menendangnya tersebut tentunya merasa sangat ketakutan
berkali-kali. Aku berusaha terus mundur. dan berusaha menghindar sebisanya, namun
Sayang, kamar itu sempit sehingga aku karena kesabaran tentara tersebut sudah
kesulitan lari untuk menghindar dari habis, Mardiyem malah didorong ke ujung
kejaran laki-laki brewok itu. Lama-lama dipan.
kesabarannya mulai habis, karena aku Kekerasan seksual yang dilakukan
terus-terusan berusaha menghindarinya. Dia tentara Jepang terlihat lebih jelas pada
kalimat berikut. “Setelah badanku berhasil

5
dia pegang, tubuhku ditarik ke atas kasur, Berdasarkan kutipan tersebut dapat
lalu dengan buas dia membuka stagen, diketahui bahwa peristiwa tersebut terjadi
kebaya, kain, dan kutang, secara paksa, pada saat Mardiyem masih berumur 8
sampai kancing-kancing kebaya dan kutang tahun. Ketika Mardiyem dan teman-
copot semua.” Dari kalimat tersebut temannya sedang bermain di Kali Winongo.
diketahui bahwa tentara Jepang melakukan Ada seorang anak laki-laki yang mengejek
kekerasan seksual berupa memegang tubuh Mardiyem tidak memiliki ibu.
Mardiyem, lalu dengan buas tentara Jepang Kutipan tersebut menggambarkan
membuka stagen, kebaya, kain, dan kutang kekerasan emosional yang dilakukan
milik Mardiyem secara paksa, sehingga seorang anak laki-laki terhadap Mardiyem.
kancing-kancing kebaya dan kutang milik Anak laki-laki tersebut masih tetangga
Mardiyem copot semua. Membuka pakaian dengan Mardiyem, dan merupakan
milik orang lain dengan paksa tanpa kakaknya Ribut, teman sesama jugun ianfu
keinginan si pemilik tentunya termasuk ke di Asrama Telawang. Saat itu Mardiyem
dalam kekerasan publik bentuk kekerasan dan tiga orang temannya sedang bermain di
seksual, seperti yang dilakukan tentara Kali Winonggo, tiba-tiba ada seorang anak
Jepang terhadap Mardiyem. Tentara laki-laki yang tiga tahun lebih tua daripada
tersebut melakukan semuanya sesuain Mardiyem. Tiba-tiba anak laki-laki tersebut
dengan keinginannya tanpa persetujuan dari berteriak ke arah teman-temannya untuk
Maridyem. Bahkan menjadi jugun ianfu mengganggu Mardiyem karena tidak punya
jugalah bukan keinginan Mardiyem, dia ibu. Mendengar perkatan anak laki-laki
pergi dari Jogja ke Borneo untuk menjadi tersebut tentunya membuat Mardiyem
pemain sandiwara, namun sesampai di marah, karena tidak memiliki ibu bukan
Borneo Mardiyem malah dijadikam jugun berarti anak tersebut bisa mengejek dan
ianfu oleh pihak Jepang. mengganggu Mardiyem.
Kekerasan emosional yang dilakukan
b. Kekerasan Publik Nonseksual anak laki-laki terhadap Mardiyem terlihat
1) Kekerasan Emosional lebih jelas pada kalimat berikut. “Waktu itu
Bentuk kekerasan emosional yang aku dan tiga teman sebaya sedang bermain
dialami oleh Mardiyem adalah diejek oleh di Kali Winongo, tiba-tiba ada anak laki-
seorang anak laki-laki dari daerah Kuncen. laki dari daerah Kuncen berteriak ke arah
Ejekan tersebut membuat Mardiyem sangat teman-temannya, “Itu anak gak punya ibu,
marah. Bentuk kekerasan tersebut terlihat kita ganggu.” Mendengar ucapannya itu,
pada kutipan berikut dan dikaji melalui aku marah sekali.” Dari kalimat tersebut
pendekatan sastra feminis. dapat diketahui bahwa anak laki-laki
Data: Meskipun bukan tergolong anak tersebut melontarkan perkataan yang
nakal, aku tidak takut untuk berkelahi. mengejek. Makna dari ejekan yang dia
Pernah suatu hari, waktu berumur 8 tahun katakan, bahwa Mardiyem tidak
aku memukul anak laki-laki tetangga yang mempunyai ibu, dan seorang anak yang
usianya tiga tahun lebih tua dan berbadan tidak mempunyai ibu bisa dengan
lebih besar. Anak laki-laki ini adalah mudahnya diganggu. Hal tersebut tentunya
kakaknya Ribut, teman yang sama-sama tidak benar, karena setiap anak pasti lahir
pernah tinggal di Asrama Telawang.Waktu dari perjuangan ibunya. Mengejek dan
itu aku dan tiga teman sebaya sedang mengganggu yang dilakukan anak laki-laki
bermain di Kali Winongo, tiba-tiba ada tersebut merupakan sebuah perbuatan yang
anak laki-laki dari daerah Kuncen termasuk kedalam kekerasan emosional.
berteriak ke arah teman-temannya, “Itu Perbuatan tersebut tentunya menyakiti
anak gak punya ibu, kita ganggu.” perasaan Mardiyem yang hanya seorang
Mendengar ucapannya itu, aku marah anak perempuan, Mardiyem memang hanya
sekali (Hindra, 2007:50—51).

6
hidup bersama ayah dan kakak-kakaknya badanku didorong dengan kasar ke
tanpa seorang ibu sejak ia masih kecil. tempat tidur (Hindra, 2007:98—99).
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat
2) Kekerasan Fisik diketahui bahwa peristiwa itu terjadi di
Bentuk kekerasan fisik yang dialami sebuah kamar, saat Mardiyem baru saja
oleh Mardiyem adalah disiksa oleh tentara pertama kali mendapatkan pelanggan yang
Jepang. Bentuk kekerasan tersebut dikaji merupakan seorang tentara Jepang.
melalui pendekatan kritik sastra feminisme Kutipan tersebut menggambarkan
yang terlihat pada kutipan berikut. kekerasan fisik dalam ranah publik yang
Data: Ketika pintu aku buka, seorang laki- dilakukan tentara Jepang terhadap
laki Jepang berpakaian militer dengan Mardiyem. yang dilakukan tentara Jepang
brewok di mukanya berdiri sambil terhadap Mardiyem. Tentara Jepang
memegang karcis kamar nomor 11. Aku tersebut juga merupakan seorang mantri,
mengenali laki-laki ini, dan teringat kalau yang pada pagi hari telah dilihat oleh
dia adalah salah satu mantri dokter yang Mardiyem saat rombongan jugun ianfu
memeriksa kesehatanku tadi pagi. Aku diperiksa kesehatannya di rumah sakit.
benci sekali dengan laki-laki brewok itu, Tentara Jepang tersebut sebenarnya
kenapa dia yang datang? Dia tahu kalau aku mengetahui jika Mardiyem masih berumur
baru berumur 13 tahun, masih utuh, dan 13 tahun, masih utuh, dan belum pernah
belum pernah datang bulan. datang bulan, tetapi dengan teganya dirinya
Aku ingin menolaknya masuk kamar. datang untuk menggunakan jasa Mardiyem.
Aku sungguh-sungguh mulai merasa Datangnya tentara Jepang ke kamar
ketakutan. Sejak saat itu, pekerjaan yang membuat kekhawatiran Mardiyem semakin
aku takutkan sejak semalam makin terbukti. terbukti bahwa dia akan dijadikan
Inilah awal terjadinya mimpi buruk di perempuan nakal oleh pihak Jepang.
Telawang yang menghancurkan seluruh Mardiyem yang ketakutan semakin
hidupku. Aku tidak bisa menahan laki-laki gemetaran saat tentara tersebut mengatakan
brewok itu masuk kamar. Laki-laki Jepang dan memberi isyarat bahwa ingin
itu langsung menerobos masuk dan berhubungan seks dan langsung membuka
langsung mendekatiku. Mulutku terus saja celananya. Mardiyem yang tidak memiliki
mengeluarkan kata-kata yang cepat dalam gambaran tentang hal tersebut, tentunya
bahasa Jepang, sama sekali tidak merasa sangat ketakutan dan berusaha
kumengerti. Meski aku tidak mengerti kata- mundur, sayangnya kamar tersebut sempit
katanya, namun aku mengerti artinya. Dia hingga Mardiyem tidak bisa mengghindari
ingin berhubungan seks, karena dia juga tentara Jepang tersebut.
membuat isyarat-isyarat dengan tangan
menunjuk-nunjuk bawah perutku. c. Kekerasan Domestik Nonseksual
Tindakannya membuat aku kaget dan 1) Kekerasan Emonional
gemetaran, aku sama sekali tidak punya Bentuk kekerasan emosional yang
gambaran seperti apa hubungan seks itu. dialami oleh Sarmini adalah diusir oleh
Tiba-tiba saja dia langsung membuka keluarganya. Bentuk kekerasan tersebut
celana. Meski ketakutan setengah mati, aku dikaji melalui pendekatan kritik sastra
coba melawan dengan cara menendangnya feminisme yang terlihat pada kutipan
berkali-kali. Aku berusaha terus mundur. berikut.
Sayang, kamar itu sempit sehingga aku Data: Aku bertemu dengan Sarmini dalam
kesulitan lari untuk menghindar dari keadaan yang menyedihkan di sebuah
kejaran laki-laki brewok itu. Lama-lama gubuk kecil di Sleman tahun 1993.
kesabarannya mulai habis, karena aku Kondisinya sakit parah dan matanya buta.
terus-terusan berusaha menghindarinya. Sarmini berpesan, “Kalau uang dari Jepang
Dia mulai berlaku tidak sabar, lalu sudah turun, tolong nanti berikan kepada

7
adikku untuk memperbaiki makamku.” Kekerasan emosinal yang dilakukan
Sarmini juga berpesan kepadaku agar keluarga Sarmini terlihat lebih jelas pada
jangan lupa kirim doa kalau dia meninggal. kalimat berikut. “Sepulang dari Telawang,
Sarmini adalah salah satu dari teman- salah seorang keluarga Sarmini yang
teman yang mengalami kemalangan terus merupakan seorang lurah, malah
menerus setelah dipulangkan dari Asrama mengusirnya setelah dirinya tahu Sarmini
Telawang pada tahun 1943. Sepulang dari dahulu bekerja sebagai ransum Jepang di
Telawang, salah seorang keluarga Borneo.” Dari kalimat tersebut dapat
Sarmini yang merupakan seorang lurah, diketahui bahwa keluarga Sarmini yang
malah mengusirnya setelah dirinya tahu menjadi lurah mengusir Sarmini, karena
Sarmini dahulu bekerja sebagai ransum mengetahui Sarmini bekerja sebagai jugun
Jepang di Borneo. Kemudian Sarmini ianfu selama di Borneo. Pengusiran yang
mengikuti adiknya yang bekerja menjadi dilakukan saudara Sarmini tersebut
pembantu rumah tangga di Wirobrajan. tentunya menyakiti hati Sarmini. Setelah
Mereka hidup di sebuah gubuk kecil dekat mendapatkan perlakuan yang tidak
kuburan. Sarmini tinggal di tempat itu menyenangkan di Borneo, Sarmini justru
sampai meninggal pada tahun 1993 dalam diusir oleh keluarganya sendiri.
keadaan sangat miskin dan menderita. Sarmini mungkin merasa bersalah
Pesan Sarmini sebelum meninggal karena dia bekerja sebagai jugun ianfu
memberiku kekuatan untuk terus berjuang selama di Borneo, maka ketika diusir
sampai sekarang (Hindra, 2007:205—206). Sarmini pasrah dengan hal tesrbut.
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat Perbuatan yang dilakukan keluarga Sarmini
diketahui bahwa peristiwa itu terjadipada tentunya semakin membuat Sarmini
saat Sarmini telah pulang ke kampung tertindas, sebagai keluarga seharusnya
halamannya. Seorang keluarga Sarmini menyambut Sarmini, bukan mengusirnya
yang merupakan seorang lurah, mengusir karena alasan pekerjaan Sarmini. Setelah
Sarmini. Pada akhirnya Sarmini tinggal diusir, Sarmini mengikuti adiknya yang
digubuk kecil hingga meninggal dalam bekerja sebagai pembantu rumah tangga di
keadaan menderita dan sangat miskin. Wirobrajan. Mereka tinggal di sebuah
Kutipan tersebut menggambarkan gubuk dekat kuburan. Sarmini meninggal
kekerasan emosional dalam ranah domestik dengan kondisi yang sangat miskin dan
yang dilakukan oleh keluarga Sarmini menderita.
kepada Sarmini. Pada tahun 1993, saat
Mardiyem sedang mencari teman-temannya Analisis Bentuk Perjuangan
sesama jugun ianfu untuk diajak mendaftar 1. Upaya Memberikan Pemahaman
di LBH Yogyakarta, Mardiyem Bentuk perjuangan yang dilakukan
menemukan Sarmini dalam keadaan yang oleh Mardiyem untuk melawan penindasan
menyedihkan. Sarmini tinggal di sebuah yang ia alami adalah dengan cara meminta
gubuk kecil di Sleman. Kondisi Sarmini izin untuk beristirahat kepada kepada Mas
sakit parah dan matanya buta. Saat itu Jo. Bentuk perjuangan tersebut dikaji
Sarmini berpesan kepada Mardiyem, jika melalui kritik sastra feminisme, seperti
uang kompensasi dari Jepan turun saat yang terlihat pada kutipan berikut.
Sarmini sudah meninggal, Sarmini meminta Data: Setelah jam tiga sore, mereka baru
kelak kuburannya diperbaiki. Sarmini juga berhenti memaksaku untuk melayani nafsu
meminta agar dikirim doa oleh Mardiyem. seks. Itu pun karena aku telah mengalami
Sarmini merupakan satu dari para jugun pendarahan hebat. Aku berjalan tertatih-
ianfu yang mengalami kemalangan. Saat tatih menemui Mas Jo dengan darah
pulang ke kampungnya, Sarmini diusir oleh menetes-netes di lantai. Kepada Mas Jo
keluarganya. aku mengatakan tidak sanggup lagi
melayani tamu dan minta diperbolehkan

8
istirahat setelah dipaksa melayani 6 Berdasarkan kutipan tersebut diketahui
serdadu Jepang. bahwa peristiwa ini terjadi saat Mardiyem
Awalnya Mas Jo menolak masih berumur 8 tahun. Ketika Mardiyem
permintaanku dan memaksaku untuk tetap dan teman-temannya sedang bermain di
melayani tamu yang datang karena itu Kali Winongo. Ada seorang anak laki-laki
sudah menjadi tugasku. Mas Jo merasa yang mengejek Mardiyem tidak memiliki
takut dihukum oleh kepala pengelola ibu.
Asrama Telawang jika ada yang berani Kutipan tersebut menggambarkan
menolak melayani tamu. Penolakan dari upaya Mardiyem berani menolak dan
Mas Jo membuat aku sangat marah. Aku mengutarakan pendapat terhadap
langsung melemparkan celana dakam penindasan yang dilakukan oleh seorang
belumuran darah yang masih aku pakai ke anak laki-laki terhadapnya. Ketika
arah mukanya. Mas Jo sangat terkejut, tidak Mardiyem berumur 8 tahun, ada seorang
menyangka aku berbuat nekad seperti itu. anak laki-laki tiga tahun lebih tua daripada
Aku berkata pada Mas Jo, “Mas, mosok Mardiyem mengejek Mardiyem. Anak laki-
tega tho! Aku sudah kayak gini!” Setelah laki tersebut masih hitungan tetangga
itu barulah Mas Jo mengerti dan dengan Mardiyem, serta merupakan kakak
menyuruhku untuk mengunci pintu kamar laki-laki dari Mbak Ribut, teman Mardiyem
dari dalam. (Hindra, 2007:101—102). sesama jugun ianfu di Asrama Telawang.
Saat itu, Mardiyem dan tiga orang
2. Berani Menolak dan Mengutarakan temannya sedang bermain di Kali
Pendapat Winonggo. Tiba-tiba anak laki-laki tersebut
Bentuk perjuangan yang dilakukan berteriak ke arah teman-temannya untuk
oleh Mardiyem untuk melawan penindasan mengganggu Mardiyem karena tidak punya
yang ia alami adalah dengan cara menyeret ibu. Mendengar perkatan anak laki-laki
anak laki-laki yang mengejeknya ke Kali tersebut tentunya membuat Mardiyem
Winongo. Bentuk perjuangan tersebut marah, karena tidak memiliki ibu bukan
dikaji melalui kritik sastra feminis dan berarti anak tersebut bisa mengejek dan
terlihat pada kutipan berikut. mengganggu Mardiyem. Mendengar ejekan
Data: Meskipun bukan tergolong anak itu tentunya tidak begitu saja diterima oleh
nakal, aku tidak takut untuk berkelahi. Mardiyem, dengan beranini dirinya
Pernah suatu hari, waktu berumur 8 tahun langsung melawan penindasan tersebut.
aku memukul anak laki-laki tetangga yang Berani menolak penindasan yang
usianya tiga tahun lebih tua dan berbadan dilakukan Mardiyem terlihat lebih jelas
lebih besar. Anak laki-laki ini adalah pada kalimat berikut. “Langsung saja tanpa
kakaknya Ribut, teman yang sama-sama berkata apa-apa aku tarik baju anak itu, aku
pernah tinggal di Asrama Telawang. Waktu seret dia ke tengah Kali Winongo yang
itu aku dan tiga teman sebaya sedang agak dalam, mungkin sekitar 1 meter
bermain di Kali Winongo, tiba-tiba ada dalamnya, dan aku benamkan kepalanya.
anak laki-laki dari daerah Kuncen berteriak Lalu lehernya aku injak dengan kaki supaya
ke arah teman-temannya, “Itu anak gak kepalanya tetap berada di air.” Dari kalimat
punya ibu, kita ganggu”. Mendengar tersebut diketahui bahwa Mardiyem berani
ucapannya itu, aku marah sekali. Langsung menolak penindasan yang dialami oleh
saja tanpa berkata apa-apa aku tarik dirinya. Tidak terima diejek oleh anak laki-
baju anak itu, aku seret dia ke tengah laki tersebut, tanpa berbicara sepatah kata
Kali Winongo yang agak dalam, pun Mardiyem langsung menarik baju dan
mungkin sekitar 1 meter dalamnya, dan menyeretnya ke tengah Kali Winongo.
aku benamkan kepalanya. Lalu lehernya Dibenamkannya kepala anak tersebut tanpa
aku injak dengan kaki supaya kepalanya ampun di tengah sungai yang memiliki
tetap berada di air (Hindra, 2007:50). kedalaman sekitar satu meter itu. Diinjak

9
leher anak itu oleh Mardiyem dengan tamu selama di Asrama Telawang. Oleh
kakinya, agar kepala anak tersebut tetap karena itu, Lagiyem tidak mempunyai uang
berada di dalam air. Usaha yang dilakukan dan sering kelaparan serta tidak mempunyai
Mardiyem untuk melawan penindasan baju. Merasa kasihan, Mardiyem dan Mbak
tersebut dengan berani menolak dan Ribut mempekerjakan Lagiyem sebagai
mengutarakan pendapat. Mengutarakan tukang cuci baju mereka. Setelah pergi dari
pendapat yang dilakukan Mardiyem Asrama Telawang, Lagiyem menikah
bukanlah dengan kata-kata, tetapi lebih dengan seorang laki-laki bekas romusa di
dengan melakukan aksi atau tindakan yang Borneo dan mempunyai anak. Tetapi,
akan membuat si pelaku menjadi jera ternyata suami Mardiyem tersebut sudah
mengulangi perbuatannya. mempunyai istri di Jawa.
Mengakhiri pernikahan dengan strategi
3. Mengakhiri Pernikahan dengan yang dilakukan oleh Lagiyem kepada
Strategi suaminya terlihat lebih jelas pada kalimat
Bentuk perjuangan yang dilakukan berikut. “Mereka kemudian bercerai, lalu
oleh Lagiyem untuk melawan penindasan anak Lagiyem menjadi anak angkat Mbak
yang ia alami adalah dengan cara mengahiri Ribut”. Dari kalimat tersebut diketahui
pernikahan dengan suaminya. Bentuk bahwa Mardiyem berusaha untuk
perjuangan tersebut dikaji melalui kritik menyelamatkan diri dari penindasan dengan
sastra feminisme, seperti yang terlihat pada cara mengakhiri pernikahan dengan
kutipan berikut. suaminya. Sebelum menikahi Lagiyem
Pada tahun 1995 aku bertemu dengan ternyata suaminya telah memiliki istri di
Lagiyem dari angkatan kedua. Dulu ketika pulau Jawa, setelah mengetahui hal tersebut
di Asrama Telawang, Lagiyem adalah tentunya hati Lagiyem terluka atas
tukang cuci baju-bajuku dan Mbak Ribut. perlakuan suami yang dicintainya. Merasa
Kami memberikan pekerjaan itu kepada tidak ingin terus disakiti dan tidak ingin
Lagiyem karena dia jarang bekerja pula menyakiti hati istri suaminya yang di
melayani tamu selama di Asrama Jawa, akhirnya Lagiyem memutuskan
Telawang. Oleh karena itu, dia tidak mengakhiri pernikahannya tersebut.
mempunyai uang dan sering kelaparan serta Lagiyem merasa ditipu oleh pria yang telah
tidak mempunyai baju. Setelah pergi dari menikahinya, karena sebelumnya pria
Asrama Telawang, Lagiyem sempat tersebut tidak pernah mengatakan telah
menikah dengan seorang laki-laki bekas memiliki istri di Jawa. Namun, setelah
romusa di Borneo dan mempunyai anak. menikah dan memiliki anak, Lagiyem baru
Ternyata, suaminya itu sudah mempunyai mengetahui hal tersbut. Bentuk perjuangan
istri di Jawa. Mereka kemudian bercerai, melawan penindasan yang dilakukan
lalu anak Lagiyem menjadi anak angkat Lagiyem agar terbebas dari penyiksaan
Mbak Ribut (Hindra, 2007:207). batin yang dilakukan suaminya.
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat
diketahui bahwa peristiwa tersebut terjadi Rancangan Implementasi Pembelajaran
pada serorang jugun ianfu dari angkatan Sastra di Perguruan Tinggi
kedua bernama Lagiyem. Dirinya dulu Penelitian ini diimplementasikan
pernah menjadi tukang cuci baju Mardiyem dalam pembelajaran sastra di perguruan
dan Mbak Ribut. tinggi. Implementasi tersebut dilakukan
Kutipan tersebut menggambarkan pada mata kuliah kajian prosa di semester
upaya untuk melawan penindasan dengan tiga. Pengimplementasian penelitian ini
cara mengakhiri pernikahan yang dilakukan terhadap pembelajaran kajian prosa
oleh Lagiyem kepada suaminya. Lagiyem diwujudkan dalam bentuk rencana
merupakan jugun ianfu angkatan kedua, pembelajaran semester (RPS) dan rencana
karena dirinya jarang bekerja melayani pembelajaran mingguan (RPM). Sebelum
disusunnya RPS maupun RPM, peneliti

10
menganalisis terlebih dahulu kelayakan perjuangan. (3) Implementasi pembelajaran
novel Momoye Mereka Memanggilku karya hasil penelitian ini diwujudkan dengan
Eka Hindra dan Koichi Kimura yang pembuatan RPS dan RPM pada mata kuliah
merupakan objek penelitian ini untuk kajian prosa. Pembuatan RPS dan RPM
digunakan sebagai satu di antara bahan tersebut ditinjau dari bahan, metode, media,
pembelajaran sastra dilihat dari aspek dan penilaian pembelajaran.
kurikulum, tujuan pembelajaran sastra, dan
keterbacaan. Adapun RPS dan RPM Saran
disusun dengan memerhatikan bahan, Berdasarkan hasil penelitian, saran
metode, media, dan penilaian pembelajaran. yang dapat diberikan oleh peneliti ialah
sebagai berikut. (1) Bagi peneliti
SIMPULAN DAN SARAN selanjutnya, mereka dapat menerapkan teori
Simpulan yang sama, yaitu kajian feminisme terhadap
Berdasarkan hasil analisis data dari karya sasta yang berbeda dengan karya
penelitian, dapat disimpulkan beberap hal sastra yang telah dijadikan peneliti sebagai
sebagai berikut. (1) Bentuk ketidakadilan objek kajian penelitian ini. Apabila peneliti
gender dalam novel Momoye Mereka selanjutnya hendak menjadikan karya sastra
Memanggilk karya Eka Hindra dan Koichi yang sama, yakni novel Momoye Mereka
Kimura terdapat dua bentuk, yaitu stereotip Memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi
dan kekerasan. Stereotip terdapat 2 bentuk Kimura sebagai objek penelitian, peneliti
dan kekerasan terdapat 32 bentuk. selanjutnya dapat mengkaji novel tersebut
Kekerasan tersebut terbagi menjadi dengan teori selain kajian femininime. (2)
kekerasan publik dan kekerasan domestik, Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat
kekerasan publik terdiri dari kekerasan dibaca untuk menambah wawasan dan
seksual dan kekerasan nonseksual. pengetahuan teori kajian feminisme
Kekerasan seksual sendiri terdapat 3 bentuk terhadap karya sastra melalui hasil
kekerasan, dan kekerasan nonseksual penelitian ini. (3) Bagi dosen bahasa dan
terdapat 13 bentuk kekerasan fisik dan 12 sastra Indonesia, hasil penelitian ini dapat
bentuk kekerasan emosional. Selain itu juga dimanfaatkan sebagai bahan pengayaan
terdapat 4 bentuk kekerasan emosional dalam proses pembelajaran sastra. Novel
dalam ranah domestik. Jadi, tidak terdapat Momoye Mereka Memanggilku karya Eka
semua bentuk ketidakadilan seperti yang Hindra dan Koichi Kimura juga dapat
telah dipaparkan di kajian teori. Di dalam dijadikan sebagai bahan pembelajaran
novel hanya terdapat dua bentuk untuk menambah referensi karya sastra
ketidakadilan gender yaitu bentuk stereotip yang dipelajari oleh mahasiswa.
dan bentuk kekerasan. Bentuk ketidakadilan
lain seperti, marginalisasi, subordinasi, dan DAFTAR RUJUKAN
beban kerja tidak terdapat di dalam novel Hindra, Eka dan Koichi Kimura. 2007.
tersebut. (2) Bentuk perjuangan dalam Momoye Mereka Memanggilku.
novel Momoye Mereka Memanggilk karya Jakarta; Esensi.
Eka Hindra dan Koichi Kimura terdapat 3 Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi
bentuk, yaitu upaya memberikan Penelitian Kualitatif. Bandung:
pemahaman, berani menolak dan Remaja Rosdakarya.
mengutarakan pendapat, serta mengakhiri Sugihastuti dan Suharto. 2016. Kritik
pernikahan dengan strategi. Upaya Sastra Feminis: Teori dan
memberikan pemahaman terdiri dari 6 Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka
bentuk perjuangan, berani menolak dan Pelajar.
mengutarakan pendapat terdapat 17 bentuk Zuldafrial dan Lahir Muhammad.
perjuangan, serta mengakhiri pernikahan 2012 Penelitian Kualitatif. Jilid 2.
dengan strategi terdiri dari 1 bentuk Surakatra: Yuma Pustaka.

11
12

Anda mungkin juga menyukai