Anda di halaman 1dari 176

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga dalam penulisan Buku Ajar Elemen Mesin I bisa
terselesaikan dengan baik.

Buku Ajar ini disusun dalam rangka bagian dari Proyek Hibah A-1 yang diterima oleh
Teknik Mesin Universitas Janabadra, untuk membuat pedoman buku ajar, guna meningkatkan
sumber daya manusia, khususnya dibidang pengajaran.

Dengan penulisan buku ajar ini diharapkan memudahkan proses belajar mengajar,
sehingga mahasiswa memahami dasar-dasar dari Elemen Mesin sehingga bisa digunakan sebagai
referensi, untuk mempelajari ilmu-ilmu teknik yang lain sehingga mampu meyelesaikan
permasalahan permesinan sesuai dengan perkembangan industri di era globalisasi.

Penulis menyadari masih banyak yang perlu disempurnakan dalam penyusunan buku ajar
ini, dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Syamsiro, ST sebagai ketua Proyek
Hibah A-1, yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun buku ajar ini.

Hormat kami,

Penulis
2
DAFTAR ISI

Bab I. Pendahuluan ……………………………………………………………… . 3

Dasar-dasar perhitungan …………………………………………………… 3

Tegangan pada pelengkungan ……………………………………………… 5

Faktor keamanan ……………………………………………………………. 11


Bab II. Sambungan …………………………………………………………………..16

2.1. Paku keling…………………………………………………………………….. 17

Analisis Kekuatan Paku keling ……………………………………………… 19

Efiesiensi Sambungan Paku keling …………………………………………… 21


Beban Eksentris paku keling …………………………………………………. 22
2.2 Sambungan Las ………………………………………………………………. 29

Jenis cara Pengelasan ………………………………………………………….. 29

Sifat kekuatan Elektrode ………………………………………………………. 32

Perhitungan Las dengan beban Eksentris……………………………………… 34

2.3 Sambungan Susut ………………………………………………………………45


Susut dengan proses panas …………………………………………………….. 45
Susut dengan proses dingin……………………………………………………. 47

Ukuran Susut …………………………………………………………………...48

2.4. Sambungan Ulir ……………………………………………………………… 50

Jenis Baut dan Fungsinya ……………………………………………………. 53

Analisis Gaya-gaya pada baut dan Mur ………………………………………. 57


Analisis Elastisitas Beban lelah ……………………………………………… 62

2.5. Ulir Penggerak ……………………………………………………………….. 65


Macam Ulir Penggerak ……………………………………………………… 65

Analisa Tegangan …………………………………………………………….. 69

2.6. Sambungan Pasak …………………………………………………………… 71

Analsisis Kekuatan Pasak Melintang ………………………………………… 73


Analsisis Kekuatan Pasak Memanjang………………………………………… 75

3
2.7 Pasak Bintang ………………………………………………………………… 79
Pasak Bintang Lurus ………………………………………………………… 79

Pasak Bintang Involute ……………………………………………………… 81

Bab III. Pegas …………………………………………………………………… 83

Pegas Ulir dengan Beban statis dan dinamis………………………………… 85

Perencanaan Beban dinamis …………………………………………………. 91

Pegas Daun …………………………………………………………………... 96


Bab IV Bantalan ………………………………………………………………… 106
4.1 Bantalan Luncur ……………………………………………………………… 107

Perhitungan kekuatan ………………………………………………………… 109

Keseimbanagn Panas ………………………………………………………… 116


4.2 Bantalan Gelinding …………………………………………………………… 121

Beban nominal ………………………………………………………………….123

Umur Bantalan ……………………………………………………………….. 126


Bab V Pelumasan dan Pelumas ………………………………………………… 128

Syarat Pelumas ……………………………………………………………….. 130

Klasifikasi Pelumas …………………………………………………………... 134

4
BAB I

PENDAHULUAN

Bagian-bagian Mesin terdiri dari ;

a. Komponen : Adalah suatu bagian dari mesin yang terdiri dari satu jenis bahan, dan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan lagi.

misal : mur, baut, pasak, as, piston dsb.

b. Unit : Adalah kumpulan dari komponen-komponen.

misal : kopling, gear box, gardan, karburator dsb.

c. Asembling : Adalah kumpulan dari komponen dan unit.

misal : Mesin mobil, mesin uap dsb.

Menurut fungsinya:

a. General purpose : adalah bagian mesin yang secara umum dapat dipergunakan pada
berbagai mesin, ada kemungkinan dapat dipindahkan dari satu mesin ke mesin lainnya.

misal : Kopling, bantalan, pegas dsb.

b. Special purpose : adsalah bagian mesin yang digunakan secara khusus.

misal : Piston, klep, poros engkol dsb.

5
Keterangan Gambar 1.1

(a). Bila benda mendapat gaya luar P1, P2 dan ujung yang lain mendapat gaya luar P3 dan P4,
maka benda dalam keadaan kesetimbangan statis.

(b). Bila benda (a) dipotong pada tengahnya, maka hasilnya seperti Gambar (b) ,(c) dan setiap
potongan ada gaya dalam S1, S2 dan S3 dan benda masih dalam keseimbangan dalam arti;
gaya luar diimbangi oleh gaya dalam.

Dasar-dasar perhitungan :


R

P
3
P4

6
Gambar 1.2 Gaya-gaya Resultan

Dari Gambar 1.2, bahwa intensitas gaya yang tegak lurus (normal) terhadap irisan disebut
tegangan normal (  ). Sedangkan tegangan normal yang meninggalkan bidang disebut tegangan
tarik ( + ) dan tegangan normal yang menuju bidang disebut tegangan tekan ( - ).

P
 = (N/m2) ………………………………………………...1.1
A

dengan :

P = Gaya yang bekerja pada bidang, N, kg

A = Luas bidang, m2

Intensitas gaya yang sejajar dengan bidang disebut tegangan geser (  ).

 = 0.5 - 0.8  ……………………………………………………1.2

A. Tegangan pada Pelengkungan


Bila suatu batang pada kedua ujungnya ditumpu oleh bantalan dan mendapat gaya pada
titik tengahnya, maka batang tersebut akan mengalami pelengkungan, untuk lebih jelasnya
perhatikan gaya pada gambar 1.3 (b) dan 1.3(c).

7
Bila penampang gambar 1.3 ( c ) dipotong, maka arah gayanya seperti gambar 1.4;

I II’ II


Gambar 1.4 Gaya tekan dan tarik
+

Keterangan gambar :

 bagian atas berkurang panjangnya

 bagian tengah tetap

 bagian bawah bertambah panjangnya

 y
_ Y
m
a
x

+

8
Gambar 1.5 Gaya tekan dan tarik

Maka tegangan maksimum yang bekerja adalah ;

Mb.Ymak
 = ………………………………………………………1.3
I

dengan :

Mb : Momen lengkung pada penampang yang ditinjau

I : Momen inersia penampang terhadap garis netral

Y : Jarak garis yang kita tinjau kekuatannya terhadap garis netral

Bila Y mak = R

Maka;

Mb
mak = ………………………………………………………. .1.4
I / Ymak

atau;

Mb
mak = ………………………………………………………….1.5
Wb

dengan;

Mb = Momen lengkung

Wb = Tahanan momen lengkung

= I
Ymak

Untuk penampang yang berbentuk lingkaran, tahanan lengkungnya adalah;

 .d 4 1
Wb =
64 R

9
 .d 4 1
=
64 0.5d

 .d 3
= (mm3 , in3 ) …………………………………………..1.6
32

Jadi tegangan maksimum untuk lingkaran

Mb
mak = ………………………………………………………………. 1.7
0.1d 3

10
B. Momen Puntir ( torsi)

Bila suatu batang mendapat gaya puntir, maka batang tersebut akan bekerja momen
puntir ( torsi ).

Tegangan puntir yang terjadi pada sisi luar batang;

Mp.R
mak = …………………………………………………………1.8
Ip

dengan;

mak = Tegangan geser maksimum pada batang, (N/mm2, lb/in2)

Mp = Momen puntir (torsi) pada batang, (N. mm, lb. in)

R = Jari-jari batang, (mm, in)

Ip = Momen inersia polair

 .d 4
Untuk  =
32

Maka;

11
Mp Mp
mak = = …….……………………………………………1.9
Ip / R Wp

sedangkan tahanan puntir (torsi) pada batang lingkaran

 .d 4
Wp = . 1/0.5 d
32

= 0.2 d3 (mm3 , in3 ) …….………………………………………1.10

Maka tegangan puntir maksimum pada batang;

Mp
mak = …….…………………………………………………1.11
0.2d 3

Akibat adanya torsi maka pada poros akan terjadi defleksi sudut. Bila defleksi sudut ini
melebihi batas yang diijinkan, maka akan mengakibatkan terjadinya getaran.

Batasan defleksi sudut yang yang diijinkan;

 Untuk poros mesin : 0.08 /ft panjang poros

 Poros transmisi : 1.00  panjang poros 5 x diameternya

 Poros cham shaft : 0.5 derajat tanpa memperhatikan panjang poros

Bila batang pejal mendapat gaya puntir, maka batang tersebut akan terjadi defleksi:

12
B

B’

Gambar 1.7 Batang puntir

Karena adanya puntiran pada batang, maka akan timbul defleksi sudut (sudut puntir);

Mp.L
 = (rad) ……………………………………………………..1.12
Ip.G

untuk silinder berlubang;

Mp.L
 = (rad) ………………………………..1.13
 .do 4
(1  (di / do) ).G
4

32

bila; 360 = 2  rad

1 rad = 57,3

maka;

32
57.3  Mp  L
 =  ………………………………………………..1.14
do 4 (1  (di / do) 4  G

atau;

584 .Mp.L
 = (derajat) ………………………………….. 1.15
do (1  (di / do) 4 .G
4

13
dengan;

 = defleksi sudut, ( )

Mp = Momen puntir (torsi), kg.mm

L = Panjang poros, mm

di = diameter dalam, mm

do = diameter luar, mm

G = Modulus geser (kekakuan), untuk baja : 8.3 x 10 3 (kg/mm2)

14
Momen torsi sering harus dihitung dari daya yang ditransmisikan dengan putaran poros
tertentu. Untuk memudahkan ada 3 rumus yang sering digunakan;

N
Mp = 63000 (lb in) ……………………………………………..1.16
n

N
Mp = 71620 (kg cm) …………………………………………….1.17
n

Dengan ;

N = daya (Hp)

n = putaran (rpm)

Kalau satuan yang dipakai adalah SI rumus yang dipakai adalah:

Mp = N (Nm) ……………………………………………………..1.18

Dengan;

 = kecepatan sudut (rad/det)

N = daya (Hp)

15
C. Deformasi Geser
Gaya geser menyebabkan deformasi geser. Bila suatu elemen diberi gaya geser, ma ka
panjang sisinya tidak berubah, tetapi bentuknya berubah dari segi empat menjadi parallelogram.

s

g g L

Gambar 1.8 Deformasi geser

Regangan geser rata-rata yang terjadi :

s
tg g = , karena tg g = g
L

maka;

s
g =
L

Menurut Hukum Hooke;

 = G . g ……………………………………………………..1.19

Hubungan deformaasi geser dan tegangan geser adalah;

F s
= G. …………………………………………………….. ….1.20
A L

maka;

F .L
s = …………………………………………………….. ….1.21
A.G

dengan;

16
s = deformasi geser, (mm, in)

F = Gaya geser aksial, (N, kg, Lb)

L = tinggi plate, (mm, in)

A = luas plate, (mm2, in2)

g = regangan geser

G = modulus geser (kekakuan), untuk baja: 8.3 x 10 3 (kg/mm2)

D. Pengujian tarik
Bila suatu batang mendapat gaya tarik, maka batang tersebut akan mengalami
perpanjangan, bila beban tersebut tetap bekerja maka batang tersebut akan putus.

- Panjang batang
L mula-mula ( L )

- ditarik dengan

L
gaya F
L
L

Lo - batang akan
bertambah panjang

Gambar 1.9 Beban tarik. ( L )

- Regangan yang
terjadi ( );
Tegangan yang terjadi pada batang akibat gaya tarik;

F
 = …………………………………………………….. …….1.23
A
 =
dimana;
………….1.22
 = Tegangan tarik pada bahan, (kg/mm , lb/in )
2 2

F = Gaya tarik pada bahan, (kg, lb)


L = Lo - L

Lo = Panjang
setelah
perpanjangan 17
vA = Luas penampang batang yang menerima gaya tarik, (mm2, in 2 )

ɛ = Regangan, %

E = Modulus elastisitas bahan, baja = 207 Gpa.


d
f

b e
x

a c

Gambar 1.10 Diagram Tegangan regangan

Keterangan gambar 1.10

a. Titik proposional : Adalah titik kesebandingan antara tegangan dan regangan

b. Titik elastis : yaitu apabila beban ditiadakan, panjang bahan akan kembali ke titik
semula

c. Titik mulur (plastis) : bahan akan bertambah panjang walaupun beban ditiadakan

d. Tegangan masksimum : kekuatan maksimum bahan menerima beban

e. Titik patah : adalah kekuatan patah dari bahan

f. Titik patah sebenarnya

18
x. Keuletan bahan : semakin panjang x, bahan semakin ulet (liat).

Suatu bahan akan mengikuti Hukum Hooke apabila antara tegangan dan regangan yang
bekerja sebanding;

 = E .  …………………………………………………….. ….1.24

atau;


E =

F L
Persamaan  = dan  = , maka bila kedua persamaan tersebut disubtitusikan;
A L

F L
= E.
A L

sehingga;

F .L
l = …………………………………………………….. …. 1.25
A.E

F bekerja, apabila   el, akan


terjadi perpanjangan bahan (l),
setelah beban F dihilangkan L
hilang (elastis)

F bekerja, apabila   el, akan


terjadi perpanjangan bahan (l),
setelah beban F dihilangkan l
tetap (plastis);

19
F F
F

L

L
L
Lo

L2 l1 Lo
l1 L2

Gambar 1.11 Beban plastis

Supaya konstruksi aman, maka tegangan yang bekerja;

  el

  patah

E. Faktor Keamanan
Faktor keamanan adalah faktor yang digunakan untuk mengevaluasi keamanan dari suatu
elemen mesin. Faktor keamanan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain;

1. Variasi sifat-sifat bahan

2. Pengaruh ukuran dari bahan yang diuji kekuatan

3. Jenis beban

4. Pengaruh permesinan dan proses pembentukan

5. Pengaruh perlakuan panas terhadap sifat fisis dari material

6. Pengaruh pelumasan dan umur dari elemen mesin

20
7. Pengaruh waktu dan lingkungan dimana peralatan tersebut dioprasikan

8. Syarat-syarat khusus terhadap umur dan ketahanan uji mesin

9. Keamanan manusia secara keseluruhan harus diperhatikan

Kegagalan konstruksi biasanya disebabkan oleh;

 Salah perhitungan

 Kesalahan konstruksi

 Homoginitas bahan tidak merata.

Untuk menghindari kesalahan ini, dalam perhitungnan dipakai angka keamanan.

Konstruksi yang menerima momen lengkung; tegangan tarik yang dijinkan;

- Untuk tegangan luluh;

t yang diijinkan adalah 60% dari yp

 yp
t  = …………………………………………………….. ….1.26
v

dimana; yp = tegangan luluh (strength yield point)

v = faktor keamanan, (1.1  3)

- Untuk tegangan puncak (maksimum)

t yang diijinkan adalah 36% dari ult

 ult
t  = …………………………………………………….. ….1.27
v

dimana; ult = Tegangan maksimum

v = faktor keamanan, (2.5  4)

Sedangkan konstruksi yang menerima beban puntir, tegangan geser yang diijinkan;

- Untuk tegangan luluh;

21
s yang diijinkan adalah 30% dari yp

 yp
s  = …………………………………………………….. …. 1.28
v

dimana;

v = faktor keamanan, (3  5)

- Untuk tegangan maksimum;

s yang diijinkan adalah 18% dari ult

 ult
s  = …………………………………………………….. …. 1.29
v

dimana;

v = faktor keamanan, (4  6)

22
BAB II

SAMBUNGAN

Suatu mesin merupakan perpaduan/penggabunngan dari banyak elemen, dari elemen


yang satu dihubungkan dengan elemen yang lain dengan cara menggunakan sambungan.
Sambungan yang digunakan dapat berbentuk sliding atau fixed.

Sambungan sliding misalnya: Connecting rod, crank pin, poros dan bantalannya, roda gigi, belt
dan rantai.

Sedangkan sambungan yang berbentuk fixed, biasanya berbentuk pengikatan antara elemen satu
dengan yang lainnya. Pengikatannya dapat bersifat permanen (permanent joint) dan yang dapat
dilepas (detachable joints).

 Sambungan tetap;

- Paku keling

- Susut-tekan

- Las

- Solder

- Lem

 Sambungan yang dapat dilepas;

- Ulir-sekrup

- Cotter-pin

- Pasak

- Spline

2.1 SAMBUNGAN PAKU KELING

Sambungan paku keling dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan, yaitu;

23
 Sambungan kekuatan dalam konstruksi baja dan konstruksi logam ringan, konstruksi
bertingkat, jembaan dan pesawat pengangkat.

 Sambungan kekuatan kedap dalam konstruksi ketel, yaitu ketel, tangki dan pipa
dengan tekanan tinggi

 Sambungan kedap untuk tangki, cerobong asap plate, pipa penurunan dan pipa aliran
yang tidak bertekanan.

 sambungan pelat yaitu konstruksi kendaraan dan pesawat udara.

Keuntungan sambungan paku keling adalah;

 Tidak merubah bentuk

 Tidak melemahkan bahan

 Cocok untuk konstruksi yang bergetar

 Kuat.

Kelemahannya adalah;

 Konstruksinya berat

 Sambungan tidak ramping

Gambar 2.1 Pemasangan paku keling

Dimana;

24
S = Tebal plate yang disambung

L = Tinggi paku keling

h = Tinggi kepala paku keling

ho = Tinggi kepala paku keling yang kemungkinan putus

d = Diameter paku keling

D = Diameter kepala keling

Dimensinya:

L =  S + ( 1.5  1.7 ) d

D = ( 1.6  1.75 ) d

ho = 0.35 d

h = ho + 0.05 d

h = (0.6  0.7) d

Cara pemasangannya;

d  12 mm = dipasang secara dingin, dilakukan dengan palu tangan, palu

udara tekan atau mesin pengeling

d  12 mm = dipasang secara panas, yaitu paku keling dipanaskan sampai


merah terang kemudian dipukul, setelah selesai pemukulan paku
keling mengalami proses pendinginan sehingga terjadi penguatan.

Bahan-bahan paku keling;

25
Jenis sambungannya:

- Sambungan lap

- Sambungan dengan bilah

Tunggal:

- Ganda:

Tabel 2.1 Macam-macam jenis paku keling

26
Analisis Kekuatan pada paku keling
Bila suatu gaya F bekerja pada sambungan paku keling dengan menggunakan beberapa
paku keling n, dan jarak antar paku t, maka;

F
Fo = ……………………………………………………………2.1
n

Akibat gaya Fo tersebut, maka paku keling dan plate akan mengalami tegangan yang bisa
menyebabakan kerusakan.

a. Kegagalan akibat tarik pada pelat sepanjang paku keling

Pelat patah diantara


dua lubang

Fo = A .
plat

Maka;
Fo = (t-
Gambar 2.2 d).S. plat
……………………….2.2

b. Paku patah karena geseran Dengan; t = Jarak


antara paku

d =
diameter paku

S = tebal
pelat

plat =
Tegangan tarik pelat.
27
Fo
Fo Fo = Apk . pk

Dimana;

Gambar 2.3 Apk = luas


patahan paku; (¼
Untuk bilah ganda, jumlah patahan 2 tempat.  d2 )

pk = tegangan
Fo = 2 . ¼  d2 . pk ………………………………………………………………………2.3
geser paku, (0.5-
0.8 )
maka;
c. Paku tertekan dinding lubang, kemungkinan;

- paku rusak Fo = ¼  d2 . pk

- lubang rusak

Fo

Fo Fo = d . S . ds
…………………….2.4

Gambar 2.4 ds = tegangan


desak; (1.5  2 t)
d = diameter
d. kegagalan pada plate. paku, mm

s = tebal plate,
Tepi plate tergeser lepas mm

Fo = 2 . e . S .
plate ……………….2.5
e

e = Jarak tepi
plate, (1.5  2)d

Gambar 2.5

28
e. Lebar plate putus akibat tegangan tarik

Fo = (b - i d). S
b
d
………………….2.6

S = tebal plate,
mm

b = lebar plate,
Gambar 2.6
mm

i = Jumlah paku
Efisiensi Sambungan Keling sebaris
a. Untuk plate
d = diameter paku,
mm

Kekuatan tarik plate berlubang


plate =
x 100 %
Kekuatan tarik plate penuh

(b  id ) S . plat
= x100%
b.S . plat

atau:

b  id
plate = x100% …………………………………………………2.7
b

b. Untuk paku keling

Kekuatan geser paku keling


pk = x 100 %
Kekuatan tarik plate penuh

29
1 / 4. .d 2 . pk
pk = x100 % ……………………………………………2.8
b.S . plat

Beban Eksentris
Beban eksentris banyak dijumpai pada konstruksi struktur, dimana beban bekerja diluar
kelompok paku keling. Untuk mengetahu gaya geser yang bekerja pada setiap paku keling perlu
mengetahui letak titik berat dari kelompok paku keling ini.

1. Susunan paku keling simetri.

Gambar 2.7 Beban eksentris susunan simetri

Akibat gaya eksentrik P, maka timbul;

a. Gaya geser (Pp)

P
Pp 
n

dimana; n = jumlah paku keling

b. Momen puntir yang bekerja pada titik berat akibat gaya geser

 M = P. e

Pm.r + Pm.r + Pm.r + Pm.r = P. e

4 Pm.r = P.e

P.e
Pm 
4.r

Sehingga Gaya resultante yang bekerja pada paku keling adalah;

R = Pp 2  Pm 2 ………………………………………………2.9

Karena jarak antara paku keling dengan titik berat sama, maka resultante gaya yang bekerja pada
setiap paku keling adalah sama, yaitu;

30
R1 = R2 = R3 = R4 = R

2. Susunan paku keling vertikal

Gambar 2.8 Susunan paku keling vertikal

Gaya reaksi akibat beban P adalah;

P
Pp  ……………………………………………………………2.9
i

Gaya Pm1, Pm2 ……. yang bekerja pada paku keling secara langsung dengan jarak r1, r2 ……. rn ,
sehingga;

Pm1 r1 Pm1 r1
   , dst ……………………………………………..2.10
Pm2 r2 Pm3 r3

Torsi yang bekerja pada pusat titik berat (0);

P . e = Pm1 . r1 + Pm2 . r2 + Pm1 . r1 + Pm2 . r2

P . e = 2 Pm1 . r1 + 2 Pm2 . r2 ………………………………………2.11

Bila persamaan 2.10 dan 2.11 disubtitusikan;

P . e = 2 Pm1 . r1 + 2 (Pm1 .r2/ r1) . r2

31
2
r
P . e = 2 Pm1 ( 2  r1 )
r1

Maka;

P.e
Pm1 = 2
r
2( 2  r1 )
r1

atau;

P.e.r1
Pm1 = ……………………………………………………..2.12
2(r2  r1 )
2 2

dan

P.e.r2
Pm2 = ……………………………………………………..2.13
2(r2  r1 )
2 2

Sehingga resultan gaya-gaya yang bekerja pada paku keling yaitu;

Po = Pp 2  Pm 2 ……………………………………………..2.14

Untuk menghitung diameter minimum paku keling dipergunakan gaya resultante yang
terbesar, dianalisis berdasarkan tegangan geser yaitu;

s  s

dimana;

s = Tegangan geser hasil analisa

s = Tegangan geser yang diijinkan dari bahan.

4 P max
 s
 .d 2

maka diameter paku keling adalah;

32
4 P max
d …………………………………………………………2.15
 . s

Contoh:

1. Sebuah sambungan bilah ganda terdiri dari 3 buah paku tiap pelatnya, beban yang bekerja =
14 ton. Tegangan bahan yang diijinkan = 1400 kg/cm2

Rencanakan:

a. Diameter paku keling

b. Tebal plate

c. Lebar plate

d. Efiensi plate & paku

n = 3 buah

P =
14.000,- kg

t = 1400
kg/cm2

Penyelesaian:

P
Fo =
n
14000 pk = 0.8 t
=
3
= 0.8 . 1400
= 4666 kg
= 1120
kg/cm2

33
a. Diameter paku keling;

P = 2 .1/4. . d2 . pk

2.Fo 2.4666
d = =
 . pk  .1120

= 1.63 cm  17 mm

b. Tebal bilah;

ds = 2 . t

= 2 . 1400 = 2800 kg/cm2

Fo = d . S . ds

Fo
S =
d . ds

14.000
=
1.7.2800

= 0.98 cm  10 mm

c. Lebar plate

Fo = ( b – i . d ). S. plat

Fo
b =  i.d
S . t

4666
=  2.1,7
1.1400

= 13,4 cm  14 mm

34
d. Efisiensi plate dan paku;

b  n.d
plat = x100%
b

14  3.1,7
= x100%
14

= 63 %

1 / 4. .d 2 . pk
pk = n. x100 %
b.S . t

1 / 4. .1,7 2.1120


= 3. x100%
14.1.1400

= 39 %

2. Sambungan eksentrik seperti pada gambar

P = 500 kg
P
r
e = 30 cm

e r = 10 cm

Rencanakan
diameter
paku keling
bila
teganngan
yang
diijinkan
Penyelesaian;
1200
Gaya yang diterima oleh setiap paku keling; kg/cm2

35
Pp = P/n

Pp = 500/4 = 125 kg

Gaya geser akibat torsi;

P . e = 4. Pm . r

500.30
Pm = = 375 kg
4.10

Sehingga gaya resultante yang terbesar pada paku keling;

R = (125) 2  (375) 2 = 395 kg

s = 0.8 t

= 0,8 . 1200 = 960 kg/cm2

maka diameter paku keling;

4.395
d = = 0.723 cm  7.5 mm
 .960

3. Konstruksi paku keling seperti pada gambar

P = 500 kg
e = 30 cm

r1 = 5 cm
r2 = 10 cm

Rencanakan
;diamet
er paku
keling,
bila
teganga
n yang
diijinkan
1200
kg/cm2 36
Penyelesaian;

Gaya yang ditahan oleh setiap paku;

Pp = 500/5 = 100 kg

Gaya akibat torsi;

P.e.r1 500.30.5
P1 = = = 300 kg
2(r1  r2 )
2 2
2(5 2  10 2 )

P.e.r2 500.30.10
P2 = = = 600 kg
2(r1  r2 )
2 2
2(5 2  10 2 )

gaya resultante yang terbesar

Po = (100 2  600 2 ) = 608 kg.

Maka diameter paku keling; s = 0.8 t


= 0,8 .
4.608 1200 =
d =
 .960 960
kg/cm2
= 0.89 cm  9 mm.

2.2 SAMBUNGAN LAS

Yang dimaksud mengelas adalah; menyambung logam dengan logam dengan cara bagian
yang akan disambung dipanaskan dulu, karena dipanaskan maka tempat-tempat tersebut meleleh
dan bersatu dengan yang lain. Logam yang disambung diantaranya; baja, besi cor kelabu, tembaga,
aluminium, paduan magnesium, nickel, seng dan bahan sintetik thermoplastik.

37
Kelebihan las bila dibandingkan dengan paku keling;

 Lebih cepat pengerjaannya

 Dapat memungkinkan pelaksanaan sambungan tanpa tumpukan pelat.

 Untuk sambungan tangki, ketel uap, bejana tekan lebih baik karena kedap air.

 Dapat mencapai tempat-tempat yang sulit disambung dengan keling.

Jenis-jenis las:

1. Las Tekan

a. Las api (dapur tempa)

Mengelas dengan dapur tempa kini jarang dilakukan karena hanya untuk pekerjaan-
pekerjaan yang kecil. Kedua ujung yang akan dilas dibuat serong, setelah itu kedua ujung dipanasi
hingga meleleh, setelah itu baru kedua ujung ditempelkan sambil dipukul.

Fo

Gambar 2.9 Las Api

b. Las Tahanan listrik

1).Las Tumpul

Trafo

Gambar 2.10 Las tumpul

38
Kedua ujung batang yang akan dilas saling ditekan, setelah itu diberi aliran arus listrik yang tinggi.
Dengan adanya aliran listrik tersebut kedua ujung akan meleleh dan akhirnya menyatu.

Syarat supaya pengelasan baik;

- Logam yang disambung sama

- Kedua permukaan sama, halus, rata dan bersih

- Aliran listrik merata.

2). Las Titik

Elektrode
Lek
+ 
uka

P

 n
(-) 

Gambar
2.11 Las
titik
Las titik dipakai untuk menyambung pelat-pelat tipis dan yang dilas pada tempat-tempat tertentu
secara teratur. Bekas las titik meninggalkan titik dalam satu baris.

3). Las Elektrode Roda

39
Gambar 2.12 Las
Elektrode Roda

Disini dipakai roda sebagai elektrode. Setelah dialiri arus yang kuat, roda-roda ini dijalankan
sepanjang pelat, bagian yang meleleh adalah dibagian dalam. Jenis pengelasan ini banyak
digunakan untuk menyambung pelat yang sangat tipis.

2. Las Cair

a. Las Otogen

N Kaw
o at
O zz las
le
2 Gambar 2.13 Las Asetilin

C
2
Las Otogen ini masih banyak digunakan, las ini disebut juga las karbid atau asetilin. Api
H
tersebut didapat dari pencampuran gas asetilin (gas karbid) dan zat asam (oksigen). Cara
6
pengelasannya dengan cara memanasi bagian yang akan dilas sampai mendekati titik cairnya
setelah itu diisi dengan lelehan bahan pengisi (kawat las).

+
Elekt
rode
Log
am _
b. Las Busur Listrik
isi

Gambar 2.14 Las Elektrode

40
Cara pengelasan ini diperlukan transformator las untuk memperoleh arus kuat, sehingga
diperoleh tegangan listrik 12  15 Volt dengan kuat arus 100  200 Amp. Suhu hasil pengelasan
sampai mencapai temperatur 1750 C, sedangkan batang lasnya adalah elektrode berkulit.

Keuntungan las listrik dibanding dengan las gas ialah;

- pengelasannya dapat dilakukan lebih cepat

- dapat mengelas bagian-bagian yang letaknya sulit

- pengelasannya dapat dilakukan dengan satu tangan saja

- lebih aman dari kebakaran dan peledakan.

Syarat-syarat elektrode

- elektrode harus kering, kulitnya boleh mengandung air maksimum 2 %

- kulit harus agak liat sehingga bila elektrode dilengkungkan kulit tersebut tidak pecah

- pada saat pengelasan, kulit mencair dan menyebar menjadi lapisan terak yang melindungi las
dari oksidasi, maka terak harus terbagi merata pada seluruh lasan.

Sifat bahan yang akan di las dengan elektrode;

- elektrode untuk baja dengan besi tuang

- elektrode untuk mengelas besi tuang

- elektrode untuk mengelas tembaga, aluminium, tembaga dan baja paduan.

Arus las
Arus las tidak boleh terlalu rendah dan terlalu tinggi, sebab akan menyebabkan
kesalahan-kesalahan dalam pengelasan.

Tabel 2.2 Jenis-jenis elektrode

Diameter elektrode
Jenis elektrode
4 mm 5 mm 6 mm

41
Terbungkus tipis 125 A 150 A 190 A

Terbungkus tebal 170 A 230 A 290 A

Sifat kekuatan elektrode


Dalam penggunaan bahan las (elektrode) terdapat elektrode yang sudah dilengkapi
dengan tabel yang menyatakan bahwa sambungan las akan mempunyai kekuatan tertentu,
apabila dalam aplikasinya , posisi pengelasan dan metode pengelasan dilaksanakan dengan baik,
seperti tabel las 2.3 dibawah ini.

Tabel 2.3 Kekuatan Elektrode

Nomor elektrode Kekuatan tarik Kekuatan luluh


Regangan
AWS Ksi Ksi

E60XX 60 50 17 – 25

E70XX 70 57 12

E80XX 80 67 19

E90XX 90 77 14 –17

E100XX 100 87 13 – 16

E120XX 120 107 14

AWS = American welding society untuk elektrode

Efisiensi sambungan las


 Untuk tegangan tarik;

 't
 = 0.60 - 0.80 (las tangan) ………………………….2.16
t

= 0.80 - 0.90 (las otomatis)

dimana; ’t = tegangan tarik yang diijinkan pada hasil las-lasan

t = tegangan tarik yang diijinkan pada bahan plate

42
 Untuk tegangan tekan;

 'c
 = 0.75 - 0.90 (l
t

\as tangan) …………………………..2.17

=  0.90 (las otamatis)

dimana; ’c = tegangan tekan yang diijinkan pada hasil las-lasan

 Untuk tegangan geser;

 ' max
 = 0.50 - 0.65 (las tangan) …………………………..2.18
t

= 0.6 - 0.70 (las tangan)

dimana; ’max = tegangan geser yang diijinkan pada hasil las-lasan

Perhitungan sambungan las untuk beban statis


1. Sambungan temu (butt joint)

Tegangan yang terjadi akibat beban P adalah tegangan tarik atau tekan. Dengan sistem
sambungan dengan elektrode, cara dan metode yang baik, maka hasil las-lasan kekuatannya
mendekati plate asal, efisiensinya mendekati 100% untuk beban statis.

P S

Gambar 2.15 Las tumpul

Akibat gaya P (tekan atau tarik) maka tegangan normal rata-rata adalah:

P
t =  t  ………………………………………………………………………………2.19
A

43
P
=  t 
L.S

Panjang efektif hasil las:

P
L …………………………………………………………..2.20
S . t

dengan; t = tegangan tarik analisis

t  = Tegangan tarik yang diijinkan dari bahan

 yp Dimana; yp =
=
 Tegangan luluh bahan
v = Faktor
keamanan
2. Sambungan tumpang (lap joint)

a. Dua deret las kiri dan kanan

Gambar 2.16 Lap joint

Akibat beban P ini menimbulkan tegangan geser pada las-lasan s  , dan tegangan geser ini
bekerja secara merata pada logam las. = 0.707 a
Dimana;
Tegangan geser yang terjadi;
b = lebar efektif
las
b = a Cos 45
a = h = lebar las

s  = Tegangan
geser yang diijinkan

= 0.5  0.75
t 
44
t = Tegangan
tarik yang diijinkan
P
s =  s  ………………..2.21
A

P
=  s 
2.0,707.a.L

Panjang efektif las;

P
L  …………………….2.22
1,4.a. s

Tinggi las;

P
a  ……………………………………………………………2.23
1,4.L. s

b. Arah beban simetri

Tegangan geser
L
yang terjadi;

s = s

 …………2.24
=

s 
Gambar 2.17

c. Untuk konstruksi sambungan bilah


P
s =  s 
A
A = L.b

=  L .
0.707 . a

maka;
45

s =
Gambar 2.18 Sambungan Bilah ganda

F
L
S

3. Sambungan T (Tee joint)

Tegangan tarik
yang bekerja ;
Gambar 2.19 Sambungan Tee dengan gaya tarik

P Tegangan tarik yang


Mb terjadi;t = = t
L
S ………………..2.26
F F
t1 = =
A S .L
= =
Akibat momen

bending;
Gambar 2.20 Sambungan Tee dengan gaya tarik dan momen t 

t2 = =

Gaya geser yang terjadi

F F
L  1 = =
Tegangan =
total yang
F H
A 2.b.L
bekerja;
F
2.0.707.a.Ltot = +

=
 t 
Gambar 2.21 Sambungan Tee dengan beban F
………………………2.28
……2.27
Tegangan geser akibat
Momen bending
Momen akibat beban F
 2 =

……………………………2.29

46
M = F.H ………………………………………………………..2.30

Tahanan geser;

b.l 2 1,4.a.L2
W = 2. = ………………………………………………2.31
6 6

6.F .H
Maka;  2 = ………………………………………………………….2.32
1,4.a.L2

Sehingga tegangan total;

 =  12   2 2

F 6.F .H 2
= ( )2  ( )
1,4.a.L 1,4.a.L2

F 6H 2
= 1 ( )   max …………………………………………2.33
1,4.a.L L

Keliling las-lasan =
d d
M
t Gaya geser yang
terjadi;

Gambar 2.22 Sambungan Tee silinder Mt


Fs =
1 / 2.d
Maka tegangan
geser yang bekerja;
I. Sambungan las dengan beban Eksentris

L
 = =
F
A
L1
C
Tegangan yang
y
x
terjadi adalah
L2

●G
e

B akibat beban P
 =
terhadap titik
 berat susunan las
Gambar 2.23 Beban eksentrik
(titik G)

 = +

47
dimana;

P = beban yang bekerja

A = Luasan efektif las

Mt = Momen puntir akibat beban P terhadap titik berat susunan las

r = Jarak terhadap titik berat daerah lasan

J = Momen tahanan polar

Titik berat (G) terhadap koordinat x dan y dapat ditulis;

x =
 Li.xi ……………………………………………………………2.35
 Li

y =
 Li. yi …………………………………………………………….2.36
 Li
Menentukan momen tahanan polar susunan las;

- Untuk las sumbu x;

Ix(1) = L1. y 2 …………………………………………………………………………………………...2.37

3
L
Iy(1) = 1  L1 .x 1 ………………………………………………………2.38
2

12

3
L
Io(1) = Ix(1) + Iy(1) = L1. y + ( 1  L1 .x 1 ) ………………………2.39
2 2

12

- Untuk las sumbu y;

Iy(2) = L2. x 22 …………………………………………………………………………………………2.40

48
3
L
Ix(2) = 2  L2 . y 2
2

12

3
L
+ ( 2  L2 . y 2 )
2 2
Io(2) = Iy(2) + Ix(2) = L2. x 2 ……………….2.41
12

Jadi momen tahanan polar total;

J = Io(1) + Io(2)

Untuk menghitung tegangan geser pada komponen vertikal dan horisontal dan kombinasi
dari keduanya adalah;

- Titik B

Pv P.e.rH
v = 
L J

PH P.e.rV PH
H =  karena PH = 0, maka ; 0
L J L

’ = ( V ) 2  ( H ) 2 ………………………………………………….2.42

- Titik C

Pv P.e.rH
v = 
L J

PH P.e.rV PH
H =  karena PH = 0, maka ; 0
L J L

’ = ( V ) 2  ( H ) 2 ………………………………………………….2.43

dimana; v = Tegangan geser vertikal

H = Tegangan geser horisontal

49
PV = Komponen gaya vertikal

PH = Komponen gaya horisontal

rV = Jarak komponen gaya vertikal ke titik berat

rH = Jarak komponen gaya horisontal ke titik berat

Untuk menghitung tinggi kaki lasan;

 's
a = ……………………………………………………….2.44
0,707 . ' max

diman; ’s = Tegangan geser yang terjadi

’max = Tegangan geser yang diijinkan hasil lasan

Contoh
1.

Sambungan las seperti pada gambar, bahan plate adalah St 37, bila ukuran platnya adalah (4
x 30)mm, berapa beban yang mampu ditahan oleh sambungan tersebut

Penyelesian;

Efisiensi jenis sambungan ini adalah mendekati 100 %, maka tegangan tarik yang diijinkan dari
bahan plate t sama dengan tegangan tarik yang diijinkan dari hasil las-lasan t’

50
3700
t = = 1480 kg/cm2
2.5

 't

t = 1

t = t’ = 1480 kg/cm2

maka gaya yang dapat ditahan oleh kampuh las adalah;

P = A . t’

= (0.4 x 3) . 1480

= 1776 kg.

2.
s

Sambungan plate
seperti pada
gambar.

Bahan plate St 37,


Penyelesaian: tinggi plate 5 mm.
Beban yang
3700 bekerja pada
t = = 1480 kg/cm2
2.5 sambungan adalah
4000 kg.
 's
 Berapa lebar plate
 t = 0.6 tersebut

’s = 0.6 .1480 = 888 kg/cm2

P
maka;  s    's
2. A

4000
888  bila a = 5 mm
2.0,707.a.L

4000
L
1,4.0,5.888

51
= 6,43 cm  6,5 cm

3. Sebuah konstruksi (6 x 50) mm seperti pada gambar terbuat dar baja plate St 37, Berapa
beban yang dapat diterimanya dan panjang kampuh lasnya.

L 5 b
0

Penyelesaian;

Beban yang dapat ditahan oleh pelat

3700
t = = 1480 kg/cm2
2.5

P = A . t

= (0,6 . 5) . 1480

= 4440 kg

A = 2 . b. L

= 2 . (0,707.a) . L

= 1,4 . 0,6. L = 0,84 L

Efifiensi sambungan las

 ' max
 = 0.6
t

’max = 0.6 . 1480 = 888 kg/cm2

52
P
maka; A 
 ' max

4440
(0,84 . L ) =
888

L = 5 cm = 50 mm

4. Pipa gas berukuran  4 inci akan dilas pada sebuah pelat. Bila elektrode yang digunakan
adalah E60XX, Berapa kemampuan dan dimensi las-lasan ini.

Penyelesian;

Tabel pipa gas dengan ukuran  4 inci, in = 100 mm dan out = 113,5 mm.

E60XX = Su =
60.000 psi

Syp =
50.000 psi
Maka ;

’max  = 0.5
Luas penampang pipa

A = Luas out - Luas in = 10.000 psi


= 703
= ¼ .3,14(11,35)2 - ¼ . 3,14(10,)2 = 22,6 cm2
kg/cm2

Beban yang dapat ditahan oleh pipa tersebut;

P = A . ’max 

53
= 22,6 . 703 = 15900 kg

Untuk menentukan tinggi las adalah;

P = A . ’max 

= L.b. ’max 

Panjang L merupakan keliling lingkaran las. Bila diameter lingkaran las diasumsikan 12 cm, maka;

L =  d = 3,14 . 12 = 37,5 cm

Maka;

P =  d .(0,707 a). ’max 

15900 = 37,5 . (0.707 a). 703

15900
a  0.85cm
18640

Jadi tinggi las a = 0.85 cm

Karena tinggi las lebih dari 5 mm, maka tiap-tiap mm peningkatan harus ditambah 4 %, maka
tinggi las menjadi;

a = 8,5 + 2 (0,04 . 8,5) = 9,18 mm

4.
6.8

L1  4"

x1  2"
A 20
00
y1
y

x
x1
x2 ● lb
L2  6"

e
B

54
Sebuah konstruksi las seperti pada gambar, Tegangan yang yang diijinkan dari las-lasan adalah
7000 Psi, berapa tinggi kaki las-lasan.

Penyelesaian;

Asumsi a = 1”

Titik berat susunan las-lasan (sb x pada L1 dan y pada L2)

 Li. Xi 4 x 2"6 x0"


x   0,8"
 Li 10
 Li.Yi 4.0"6.3"
y   1,8"
 Li 10

maka; e = 6,8” - x = 6”

Momen tahanan polar J;

3
L1
I 0(1)  L1 . y 1   L1  x1
2 2

12

43
= 4.(1,8) 2   4(2  0,8) 2  24,05in 3
12

3
L
I 0 ( 2 )  L2 . x 2  2  L2  y 2
2 2

12

63
 6.(0,8)   6(3  1,8) 2  30,48in 3
2

12

maka; J’ = I(0)1 + I(0)2

= 24,05 + 30,48 = 54,53 in3

55
Untuk mencari tegangan yang terbesar antara titik A dan B;

Titik A;

Pv P.e.rH 2000 2000 .6.(4  0,8)


 'v      904,2 lb 2
L J' 46 54,53 in

PH P.e.rV 2000 .6.1,8


 'H    0  396,2 lb 2
L J' 54,53 in

 ' A  ( 'V ) 2  ( ' H ) 2 = (904,2) 2  (396,2) 2 = 987 lb


in 2

Titik B;

Pv P.e.rH 2000 2000 .6.0,8)


 'v      24 lb 2
L J' 46 54,53 in

PH P.e.rV 2000 .6.(6  1,8)


 'H    0  924,26 lb 2
L J' 54,53 in

 ' B  ( 'V ) 2  ( ' H ) 2 = (24) 2  (924,26) 2  925 lb


in 2

Yang dipergunakan adalah tegangan yang terbesar yaitu di titik A,

maka untuk mencari tinggi kaki las-lasan;

 'A 987
a =  0,199"
0,707 . ' max 0.707. 7000

Jadi tinggi kaki las-lasan = 0,199”  5 mm.

2.3 SAMBUNGAN SUSUT

Sambungan susut atau kempa ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sifat logam,
yaitu dapat menyusut dan memuai dengan cara didinginkan dan dipanasi. Sambungan ini

56
termasuk jenis sambungan mati atau tidak dapat dilepas lagi tanpa menggunakan alat-alat khusus.
Sambungan ini termasuk sambungan yang tidak memerlukaan logam tambah, seperti : las, keling
dan baut.

Ada 2 jenis sambungan susut;

1 dengan pemanasan

2. dengan pendinnginan

1. Penyusutan dengan proses panas

Pada penyusutan panas digunakan sifat ilmu alam, yaitu benda akan memuai bila
dipanaskan dan akan menyusut bila didinginkan. Bila sebuah poros disambungkan dengan naf
atau cincin, maka diameter lubang (naf) atau busing harus lebih kecil dari porosnya, kemudian
lubang tersebut dipanasi sampai mencapai temperatur tertentu sehingga diameternya lebih besar
dari diameter porosnya. Selanjutnya naf tersebut dipasang pada tempat yang ditentukan,
selanjutnya naf tersebut mendingin dan menjepit (menekan) poros sehingga menjadi sambungan
yang sangat kuat.

Gambar 2.24 Sambungan Susut

Keterangan Gambar:

a. Suhu poros dan naf sama (suhu kamar), diameter lubang lebih kecil dari diameter poros (
D  d ).

b. Diameter lubang naf lebih besar dari diameter poros karena pemanasan ( D  d )

57
c. Setelah dingin, diameter lubang naf kembali seperti semula, terjadi pelekatan yang sangat
kuat.

2. Penyusutan dingin

Penyusutan dingin umumnya tidak digunakan untuk menyusutkan poros dengan naf,
biasanya untuk memasang lapisan logam, dudukan katup dalam silinder, roda gigi, blok silinder
dsb. Bila mau mengeratkan dudukan katup dalam blok silinder, diameter dari dudukan katup
dibuat lebih besar dari diameter lubang blok silinder, selanjutnya dudukan katup tersebut
didinginkan dengan cara dimasukkan kedalam bak berisi media pendingin sehingga menyusut,
dan secepatnya dipasang pada dudukannya.

Media pendinginannya digunakan zat lemas cair, suhu hasil yang dapat dicapai -196C, sedangkan
aseton dan zat asam arang kering ( CO2 ), suhu hasil yang dapat dicapai adalah - 70C.

Gambar 2.25 Sambungan susut dingin

Keterangan gambar;

a. Suhu keduanya sama, diameter luar dudukan katup ( d ) lebih besar dibanding dengan
diameter lubang blok silinder( D ), ( d  D ).

b. Dudukan katup yang sudah didinginkan ditekan dalam blok silinder.

c. Bila suhu keduanya sama (suhu kamar), maka diameter dudukan katup ukuran nya
kembali seperti semula, sehingga menjadi sambungan yang sangat kuat.

58
Ukuran susut

Gambar 2.26 Susunan poros dan naf

Angka susut untuk berbagai macam material;

1. Besi tuang pada baja = (1/1200  1/1800) D

2. Baja tuang pada baja = 1/650 D

3. Baja tuang pada besi tuang = 1/750 D

Untuk mencari angka susut ();

 = d - D …………………………………………………………..2.45

dimana; d = diameter poros, mm

D = diameter lubang (naf/bus), mm

Temperatur pemanasan dapat dicari dengan persamaan;

L = L .  . t ………………………………………………………2.46

atau bisa ditulis;

D = D .  . t

dimana; D = selisihdiameter, mm

D = diameter dalam cincin sebelum dimontase, mm

 = koefisien pemuaian, 12.10-6 mm/C

59
t = selisih temperatur, C

Tegangan tarik yang bekerja pada gelang, menurut Hukum Hooke;


t = .E ………………………………………………………………2.47
D

dimana;  = angka susut, mm

D = diameter dalam lubang naf, mm

E = modulus elastisitas, 2,1. 106 Kg/cm2

Gambar 2.27 Penggunaan sambungan susut

Contoh soal;

1. Diketahui suatu cincin baja disusutkan dengan perantaraan panas pada poros baja
berdiameter 100 mm. Angka susutnya dipakai 1/650 bagian dari diameter nominal.Koefisien
muai panjang baja  = 12.10-6 mm/ C, suhu dalam bengkel

25 C.

Ditanyakan; a . Hitung diameter cincin sebelum disusutkan

60
b. Suhu yang dapat dicapai pada saat pemanasan poros bila kelonggaran
montase 0,3 mm

c. Tegangan tarik yang bekerja pada sambungan tersebut

a. angka susutnya;  = 1/650 . 100 = 0,153 mm

diameter cincin; D = d -  = 100 - 0,153 = 99,847 mm

b. Cincin harus dipanaskan, sehingga diameter dalam diperbesar sampai diameter poros +
longgaran montase.

maka selisih diameter;

D = d + 0,3 – D

= 100 + 0,3 - 99,847 = 0,453 mm

D = D .  . t

0,453 = 99,847 . 12.10-6 . t

t = 378 C

Jadi cincin dipanaskan sampai pada suhu ;

T2 = T1 + t

= 378 + 25 = 403 C.

c. Tegangan yang bekerja pada sambungan naf

D
t = .E
D

0,453
= .2,1.10 4
99,847

= 95 kg/mm2

61
2.4 SAMBUNGAN ULIR

Sambungan ini diulirkan dengan adanya ulir pada baut dan mur. Yang dinamakan ulir
sekrup adalah garis yang diperoleh jika sebuah segi tiga dibelitkan pada sebuah silinder, atas sesgi
tiga terssebut membuat potongan normal dan sisi miringnya membuat garis ulir.

s 
 S = Kisar ulir
d
 = Sudut
kisar

d = diameter
teras

Gambar 2.27 Segi tiga ulir

Keuntungannya;

1. mudah dipasang dan dilepas

2. kuat da mudah dilepas

3. efisiensi proses pembuatannya tinggi.

Kelemahannya;

Pada permukaan ulir terjadi konsentrasi tegangan yang lebih besar sehingga bagian ini
lebih mudah rusak.

Macam-macam profil ulir;

1. Ulir sekrup pengikatan (segi tiga)

62
 Withworth

 Sellers

 Metris

 Gabungan ulir Inggris dan Amerika; UNC, UNF dan UNEF

2. Ulir sekrup gerak

 Ulir persegi panjang

 Ulir trafesium

 Ulir gigi gergaji

 Ulir bulat

3. Ulir sekrup gas (pipa)

 Withworth

 Bisectrix

 Generatrix

Ulir disebut tunggal atau satu jalan bila hanya satu jalan yang melilit silinder,dan disebut
dua atau tiga jalan bila ada dua atau jalur. Jarak antara puncak-puncak yang berbeda satu putaran
dari satu jalur disebut kisar. Jadi kisar pada satu jalur sama dengan jarak baginya, sedangakan
untuk ulir ganda dan tripel besar kisarnya berturut-turut sama dengan dua kali dan tiga kali jarak
baginya.

Ulir ada ulir kanan dan ulir kiri, ulir kanan akan bergerak maju bila diputar searah jarum
jam dan ulir kiri bergerak maju bila diputar berlawanan arah jarum jam. Yang paling banyak
dipakai adalah ulir kanan.

Gambar 2.28 Ulir tunggal ulir ganda dan ulir tripel

63
Gambar 2.29 Ulir kanan dan kiri

Kelas ulir
Ukuran ulir luar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif (diameter dimana
tebal profil dan tebal ulir dalam arah sumbu adalah sama) dan diameter inti. Untuk ulir
dalam,ukuran tersebut dinyatakan dengan diameter efektif, ukuran pembatas yang diijinkan dan
toleransi.

Atas dasar besarnya toleransi, ditetapkan kelas ketelitian sebagai berikut;

a. Ulir metris

Kelas 1, kelas 2 dan kelas 3

Ketelitian tertinggi untuk JIS adalah kelas 1

b. Ulir UNC, UNF dan UNEF

Kelas 3A, 2A dan 1A untuk ulir luar

Kelas 3B, 2B dan 1B Untuk ulir dalam.

Ketelitian tertinggi untuk Standar Amerika adalah kelas 3A dan 3B.

Sebagai patokan dalam pemilihan kelas menurut standar JIS sebagai berikut;

a). Kelas teliti yaitu kelas 1 untuk pemakaian yang memerlukan ketelitian

b). Kelas sedang yaitu kelas 2 untuk pemakain umum

c). Kelas kasar yaitu kelas 3 untuk ulir yang sukar dikerjakan, misal ulir dalam untuk lubang yang
panjang.

64
Bahan Ulir
Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JIS diperlihatkan dalam
Tabel dibawah ini. Arti dari bilangan dari tabel tersebut sebagai berikut; Angka disebelah kiri
tanda titik adalah 1/10 dari harga minimum kekuatan tarik B, disebelah kanan titik adalah 1/10
(y/B). Sedangkan untuk mur, bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban
jaminan.

Tabel 2.4 Bilangan kekuatan baut dan mur

Bilangan kekuatan 3.6 4.6 4.8 5.6 5.8 6.6 6.8 6.9 8.8 10.9 12.9 14.9

Kekuatan tarik
Min 34 40 50 60 80 100 120 140
Baut/sekrup
B (Kg/mm2)
mesin (JIS B Maks 49 55 70 80 100 120 140 160
1050)
Batas mulur
Min 20 24 32 30 40 36 48 54 64 90 108 126
y (Kg/mm2)

Bilangan kekuatan 4 5 6 8 10 12 14
Mur
Tegangan beban yang
(JIS B1052) 40 50 60 80 100 120 140
dijaminkan (Kg/mm2)

Jenis Baut dan fungsinya


1). Baut penjepit

Baut penjepit berbentuk ;

 Baut tembus, untuk penjepit dua bagian melaui lubang tembus dimana jepitan diketatkan
dengan sebuah mur.

 Baut tap, untuk menjepit dua bagian dimana jepitan diketatkan dengan ulir yang ditapkan
pada salah satu bagian.

65
 Baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua ujungnya. Untuk
dapat menjepit dua bagian, baut ditanamkan pada salah satu bagaian yang mempunyai
lubang berukir dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur.

Gambar 2.30 Baut penjepit

2). Baut untuk pemakain khusus

 Baut pondasi, untuk memasang mesin atau bangunan pada pondasinya. Baut ini dipasang
pada beton, dan jepitan pada bagian mesin atau bangunan diketatkan dengan mur.

 Baut penahan, untuk menahan dua bagian dalam jarak yang tetap.

 Baut melar atau kait, dipasang pada badan mesin sebagai kait untuk alat pengangkut.

 Baut T, untuk mengikat benda kerja atau alat pada meja yang mempunyai alut T,
sehingga letaknua bisa diatur.

 Baut kereta, banyak dipakai pada badan kendaraan. Bagian persegi dibawah kepala
dimasukkan kedalam lubang persegi pas sehingga baut tidak ikut berputar pada waktu
mur diketatkan atau dilepaskan.

66
Gambar 2.31 Macam-macam baut khusus

3). Sekrup mesin

Sekrup mesin ini mempunyai diameter sampai 8 mm dan untuk pemakaian dimana tidak
ada beban besar kepalanya mempunyai alur lurus atau alur silang untuk dapat dikeraskan atau
dilonggarkan dengan obeng.

Gambar 2.32 Macam-macam sekrup mesin

4). Sekrup pengetap

67
Sekrup ini mempunyai ujung yang dikeraskan sehingga dapat mengetap lubang pada
pelat tipis atau bahan lunak pada waktu diputar masuk.

Gambar.2.33 Baut pengetap

Pada umumnya mur mempunyai bentuk segienam, tetapi untuk pemakaian khusus
seperti dipakai mur dengan bentuk yang bermacam-macam seperti mur bulat, mur flens, mur
tutup, mur mahkota dan mur kuping.

Baut atau mur dapat menjadi kendor atau lepas karena getaran, untuk mengatasi hal ini
perlu dipakai pengunci, seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.34 Penjamin

Analisa gaya-gaya pada baut dan mur


Pemilihan baut dan mur sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama, . untuk
mendapatkan ukuran yang sesuai, guna mencegah kecelakaan dan kerusakan pada konstruksi /

68
mesin. Dan juga harus memperhatikan berbagai faktor antara lain; gaya yang bekerja, syarat
kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitian dan lain-lain.

Kerusakan baut dan mur disebabkan;

 Putus karena tarikan

 Putus karena puntiran

 Putus karena gaya geser

 Ulir lumer (dol)

Gaya-gaya yang bekerja pada baut;

 Beban statis aksial murni

 Beban aksial bersama beban puntir

 Beban geser (melintang)

 Beban tumbukan aksil.

1. Pembebanan memanjang

a. Beban statis aksial murni.

F F
t    t …………………………………………………2.46
A 1 .d1 2
4

dimana;  t = tegangan tarik

F = gaya aksial

d1 = diameter inti (0.8 d).

 t = tegangan tarik yang diijinkan dari bahan baut

Syarat perencanaan;

69
t  t

maka;

4.F
d1  ……………………………………………………………….2.47
 . t

b. Akibat gaya F tersebut, menimbulkan tegangan geser pada luas bidang silinder.

s  s  s  0.5  0.8. t

F
 s ……………………………………………………………2.48
k . .d1 .H

dimana; s = Tegangan geser yang diijinkan dari bahan baut

H = zp = tinggi mur

p = jarak bagi

Z = jumlah ulir

kp = tebal akar ulir

Bila tebal akar ulir pada mur dinyatakan dengan jp, maka tegangan geser yang terjadi;

s  s  s  0.5  0.8. t

F
 s ………………………………………………………...2.50
 .D. jp.Z

dimana;  s = Tegangan geser yang diijinkan dari bahan mur.

Untuk ulir metris; k = 0.84 dan j = 0.75, dianggap pembebanan merata pada seluruh ulir.

70
Gambar 2.35 Gaya geser pada ulir

c. Ulir menerima tegangan tekan akibat gaya F

c  c  c  1.5  2. t

F
 c ………………………………………………………….2.51
 .d 2 .h.Z

dimana; h = tinggi ulir

d2 = diameter

c = tegangan tekan yang diijinkan dari bahan baut

c = tegangan tekan yang terjadi

71
Gambar 2.36 Tekanan pada permukaan ulir

Tegangan tekan pada kepala baut;

4F
  c ………………………………………………………..2.52
 (B 2  d 2 )

dimana; B = jarak dua sisi sejajar dari segi enam

d = diameter dalam baut

d. Pembebanan melintang

Pembebanan melintanng terjadi bila kita menyambung 2 buah pelat dengan


menggunakan baut, sedangkan pada pelat tersebut bekerja gaya tarik. Bagian baut yang menerima
tarikan paling besar adalah bagian pelat yang saling berimpitan, sehingga terjadi tegangan geser.

72
Gambar 2.37 Pembebanan melintang

n.4F
s    s ………………………………………………………….2.53
 .D 2

dimana; n = jumlah baut

F = pembebanan

D = diameter luar dari baut

s = tegangan geser yang diijinkan dari bahan baut

Bila baut menerima 3 lapis pelat,dan pelat tengan mendapat gaya F, maka penampang
baut menerima tarikan pada A dan B, jadi ada 2 patahan.

Maka;

n.4F
 s  2.   s ………………………………………………………2.54
 .D 2

Tabel. 2.3 a Ukuran standar ulir kasar metris (JIS B 0205)

73
Contoh soal;

1. Baut menerima beban tarik sebesar 5000 kg, bahan baut dari St 50, berapa dimensi baut
tersebut.

Penyelesian;

5000
t   1000 kg 2
5 cm

74
maka;

4.F
t   s
 .d1 2

4.F 4.5000
d1  =
 . s 3,14.1000

= 2,5 cm

maka dipilih ulir Metris M 30 x 4

2. Sebuah baut Withwort dipasang pada sebuah gantungan, dengan beban 24000 kg bahan
baut St 50, Berapa ukuran baut tersebut.

5000
t  1000 kg / cm 2
 s  0,8. t
5

= 0,8 . 1000
kg/cm2
= 0,36 inc
= 800
kg/cm2

Baut terpotong menjadi 2 tempat;

maka, baut yang dipilih adalah UNC 3/8”

panjang baut keseluruhan adalah;

L = 20 + 40 + 20 + 5 + 35 + A asumsi A = 5

75
= 125 mm

tinggi mur H = 0,8 D

= 0.8 . 44 = 35 mm

Analisis Elastis dan beban lelah


Suatu batang bila menerima gaya tarik atau tekan akan mengalami perpanjangan,

bentuk persamaannya adalah;

F .L
 …………………………………………………………………2.54
A.E

dimana; F = gaya yang bekerja

L = panjang mula-mula

A = luas batang

E = modulus elastisitas bahan

Menurut Hukum Hooke, konstanta kekakuannya ( k ) adalah;

F = k .  …………………………………………………………….2.55

F .L
F = k .
A.E

Maka;

A.E
k …………………………………………………………………2.56
L

Dengan terdapatnya beban mula, maka pelat yang disambung dan baut yang mengalami
deformasi, yaitu pada baut akan terjadi penambahan panjang dan pelat yang disambung menjadi
lebih tipis, seperti pada gambar ini.

76
Gambar 2.38 a).Tanpa adanya beban mula b) Dengan beban mula c) Gaya reaksi pada sambungan

Maka deformasi total yang terjadi pada baut dan pelat;

Feb Dimana;
b  ……….2.57
kb
Feb = Gaya yang
bekerja pada baut
kb = konstanta
Fep kekakuan pada baut
p  ………2.57
kp
Fep = Gaya yang
bekerja pada pelat
Perubahan deformasi pada baut dan plate harus sama, maka;
kp = konstanta
kekakuan pada plate

77
Feb Fep
=
kb kp

Karena Fe = Feb + Fep, maka gaya total pada baut adalah;

Fe.kb
Fb   Fi ………..2.58 Fe = gaya pada
kb  kp baut

Sedangkan gaya total pada pelat; Fi = gaya pada


baut
kp
Fp  Fe  Fi …………………………………………………2.59
kb  kp

Bila gaya yang bekerja adalah berubah-ubah (dinamis), seperti baut pada kepala silinder motor
bakar, maka persamaannya adalah;

kb
Fb. max  Fe. max  Fi
kb  kp
……………………………………………2.60
kb
Fb. min  Fe min  Fi
kb  kp

Gambar 2.39 Beban dinamis

Beban yang bekerja pada baut;

Fb max  Fb min kb
Fbm   Fem  Fi ………………………………..2.61
2 kb  kp

Daerah batas beban

78
Fbr  Fb max  Fb min ……………………………………………………2.62

Beban bolak-balik;

Fb max  Fb min kb
Fba   Fea ………………………………………2.67
2 kb  kp

2.5 ULIR PENGGERAK

Ulir penggerak digunakan untuk meneruskan gerakan secara halus dan merata serta
menghasilkan gerakan linear dari gerakan berputar. Ulir gerak memberikan aplikasi gerakan,
sedang ulir sekrup memberikan apliksi sebagai pengikat. Efisiensi ulir gerak ini antara 30 %  75 %
yang tergantung sudut kemiringan ulir dan keofisien geseknya. Bila diinginkan mempunyai
efisiensi  90 %, digunakan ulir bola (ball screw).

Aplikasi ulir penggerak diantaranya;

 Dongkrak mobil

 Ulir penggerak pada mesin pres

 Ulir penerus tenaga pada mesin bubut

 Ulir pada pintu air

 Ulir ragum dan sebagainya.

Macam-macam ulir penggerak;

1). Ulir segi empat

2). Ulir trafesium


L=np


3). Ulir gigi gergaji 
d
4). Ulir bola m

Gambar 2.40 Segi tiga siku-siku ulir gerak

79
Satu putaran dari satu ulir digambarkan sebagai suatu segitiga siku-siku, yang alasnya
merupakan keliling dari lingkaran diameter rata-rata ulir (dm) dan tingginya sama dengan jarak
majunya( L ). Sudut  adalah sudut maju dari ulir (helix angle).

Maka;

L = n p ……………………………………………………………….2.68

dimana;

L = jarak maju (satu putaran)

n = jenis ulir

p = jarak puncak (kisar)

 = sudut helikal

F

F/2 F/2

Gambar 2.41 Mekanisme ulir gerak

F F

 .N
P P
 .N
L

N
N

 .d m  .d m

( (
a b
)
)

80
Gambar 2.42 Segi tiga gaya-gaya ulir gerak

Kesetimbangan gaya-gaya saat menaikkan beban;

Fx = 0,

P – N sin  -  N cos  = 0 ………………………………………2.69

Fy = 0,

P +  N sin  - N cos  = 0 ………………………………………2.70

Dari kedua persamaan tersebut didapat;

F (sin    cos )
P ………………………………………………………2.71
cos   sin 

Bila persamaan ini dikalikan dengan 1 pada ruas kanan dan ruas kiri dan
cos

tan  = L , maka gaya P untuk menaikkan beban adalah;


 .dm

F [( L /  .d m )   ]
Pn  ………………………………………………………2.72
1  ( L /  .d m )

Torsi yang bekerja pada ulir penggerak

dm
Mt  P.
2

F .dm( L  . .dm)


= ……………………………………………………2.73
2( .dm  .L)

Sedangkan kesetimbangan gaya-gaya saat menurunkan beban;

Fx = 0,

-P - N sin  +  N cos  = 0

Fy = 0,

81
F -  N sin  - N cos  = 0

Dari kedua persamaan tersebut didapat;

F ( . cos  sin  )
P …………………………………………………..2.74
cos   sin 

Bila persamaan ini dikalikan dengan 1 pada ruas kanan dan ruas kiri dan
cos

tan  = L , maka gaya P untuk menurunkan beban adalah;


 .dm

F[   ( L /  .dm)]
Pt  …………………………………………………….2.75
1  ( L /  .dm)

Torsi yang bekerja saat menurunkan beban;

dm
Mt  P. ……………………………………………………………….2.76
2

F .dm( . .dm  L)


= ………………………………………………….2.77
2( .dm  .L)

Maka efisiensi ulir, dengan pendekatan karena pengaruh sudut maju diabaikan;

tan [1   (sec . tan  )]


e ……………………………………………2.78
tan   ( . sec )

Untuk ulir Acme (trafesium), torsi untuk menaikkan dan mengencangkan beban;

F .dm  L   . .dm. sec 


T
2   .dm   .L. sec 
…………………………………………….2.79

Tabel 2.5 Koefisien gesek 

Beban ulir Baja Kuningan Perunggu Besi Cor

Baja (kering) 0,15-0,25 0,15-0,23 0,15-0,19 0,15-0,25

Baja (pelumasan) 0,11-0,17 0,10-0,16 0,10-0,15 0,11-0,17

82
Perunggu 0,08-0,12 0,04-0,06 - 0,06-0,09

Analisa Tegangan
a). Tegangan Bearing

Tegangan tekan yang terjadi antara permukaan ulir baut dan ulir mur yang saling
bersinggungan adalah;

F
c   c …………………………………………………..2.80
 .dm.h.n

dimana; F = Gaya

dm = diameter rata-rata ulir

h = kedalaman ulir

n = jumlah ulir

 c = Tegangan tekan yang diijinkan

Tabel 2.6 Bahan dan kekuatan Ulir

Bahan
Tekanan bearing Kecepatan gesek pada
Jenis peralatan
Ulir Mur (Psi) diameter rata-rata
penggerak

Pres tangan Baja Perunggu 2500-3500 Kec. rendah dg pelumasan

Dongkrak Baja Besi cor 1800 - 2500 Kec.rendah, V 8 fpm

Dongkrak Baja Perunggu 1600 - 2500 Kec.rendah, V 20 fpm

Ulir pengangkat Baja Besi cor 600 - 1000 Kec.sedang, V 20-40 fpm

Ulir pengangkat Baja Perunggu 800 - 1400 Kec.sedang, V 20-40 fpm

Ulir gerak maju Baja Perunggu 150 - 240 Kec.tinggi  50 fpm

83
b) Tegangan Bending

Gambar 2.44 Beban yang bekerja pada ulir

Tegangan bending yang terjadi;

Mb 3F .h
b    b ………………………………………………2.81
Wb  .dm.n.b 2

dimana; F = beban

h = tinggi ulir

b = tebal ulir

Wb = momen tahanan bending

b = tegangan bending yang diijinkan

c) Tegangan geser

Tegangan geser maksimum pada ulir penggerak, dengan luas penampang yang dianggap
seperti pada batang (beam).

3.F
 max   s ……………………………………………………..2.82
2. .dr.n.b

Tegangan geser pada mur;

84
3.F
 max   s …………………………………………………….2.83
2. .do.n.b

dimana;

dr = diameter kaki ulir penggerak

do = diameterbesar ulir mur

s = tegangan geser yang diijinkan pada ulir

d). Tegangan tarik dan tegangan tekan

Tegangan tarik dan tekan yang terjadi pada ulir penggerak akibat beban F adalah;

4.F
t  c   t ……………………………………………………2.84
 .dr 2

e). Tegangan Kombinasi

Pada diameter kaki ulir, bekerja tegangan kombinasi antara tekan dan geser yang
diakibatkan oleh momen torsi saat memutar ulir tersebut menurut teori Tresca;

 
2

 max    s
2
………………………………………………..2.85
2

Tegangan geser yang terjadi diakibatkan momen torsi adalah;

Mt.(dr / 2) Mt.(dr / 2) 16.Mt


s    …………………………………….2.86
J  .(dr 2 / 32)  .dr 3

Gabungan kedua persamaan tersebut adalah;

2 2
 F   16.Mt 
 max     3 
  max ……………………………………..2.87
 2 A    .dr 

85
2.6 SAMBUNGAN PASAK (KEY)

Pasak adalah elemen dari mesin yang digunakan untuk menyambung dan juga untuk
menjaga hubungan putaran relatif antara poros dari mesin dengan elemen seperti roda gigi, pulli,
sprocket, cam, roda gila dan sebagainya, yang disambungkan dengan poros mesin tersebut.

Tujuannya;

 Agar bagian yang satu tidak tergeser terhadap bagian yang lain pada arah tertentu disebut
pasak penjamin.

 Untuk menyambung beberapa bagian disebut pasak pengikat.

Menurut arah beban yang bekerja

a. Pasak memanjang (key)

Beban yang bekerja pada penampang pasak yang memanjang, misalnya; Sambungan as
dengan roda transmisi. Tugas pokok pasak ini adalah mengikat dan meneruskan momen putar.

Keuntungannya;

 Sederhana dan murah

 Mudah dibongkar pasang

Kerugiannya;

 Dengan adanya alur-alur pasak, melemahkan kekuatan pasak

 Momen putar yang diteruskan terbatas

86
Gambar 2.45 Macam-macam pasak Memanjang

b. Pasak melintang (pin)

Beban yang bekerja pada penampang melintang, dalam hal ini pasak menderita geseran.
Jenis pasak ini ada dua, yaitu; pena berbentuk pipih dan silinder.

Sambungan pasak pin banyak digunakan pada mesin yaitu pada piston motor bakar, mesin
perkakas dan lainnya.

87
Gambar 2.46 Macam-macam Pasak Melintang

1. Analisa Kekuatan Pasak Melintang


a. Sambungan pasak pin silinder

1). Akibat beban P, pasak pin akan menerima tegangan geser (Gambar c)

s  s

4P
 s ……………………………………………………..2.91
z. .d 2

dimana; P = Gaya yang bekerja

z = jumlah pin

d = diameter pin

2). Bila pada sambunga tersebut bekerja momen torsi, maka pin akan merima torsi (Gb. b).

88
t  t

4Mt
 t ……………………………………………………….2.92
 .d 2 .D

dimana; d = diameter rata-rata pin

D = diameter poros yang disambung

Mt = Momen puntir

s = Tegangan puntir yang diijinkan dari bahan pin

2. Analisa Kekuatan Pasak Yang Memanjang

Gambar 4. 27 Gaya-gaya yang bekerja pada Pasak

Gaya F yang bekerja pada pasak adalah;

Mt 2.Mt
F  …………………………………………………….2.93
ds / 2 ds

Akibat gaya F ini menimbulkan tegangan antara lain;


s  = 0,577 t 
a. Tegangan geser  s  = 0,577 y/v

y = tegangan
s  s luluh

v = faktor
keamanan

89
F 2.Mt y
  0,577 …….2.94
A W .L.d s v

b. Tegangan tekan (  c )

c  c

F 2.Mt 4Mt
 = ……………………………………………….2.95
A H / 2.L.d s H .L.d s

bila H = W, maka;

4 Mt
 c ………………………………………………………2.96
W .L.d s

dimana; W = lebar pasak

L = panjang pasak

H = tinggi pasak

Dari analisa diatas dapat dihitung panjang pasak, tetapi juga harus memperhatikan
persyaratan panjang pasak sesuai tabel.

Bila poros dan pasak mendapatkan tegangan yang sama dan bahan poros dan pasak
sama, maka;

a. Torsi yang diterima oleh poros adalah;

J .e
Mt  . s ………………………………………………………………2.97
r

b. Tegangan yang bekerja pada poros adalah;

Mt 1
s  . ……………………………………………………………..2.98
J /r e

dimana: Mt = momen puntir

J/r = Momen tahan polar

90
 .d s 3
=
16

e = faktor kekuatan relatif

= 1,0 – 0,2  – 1,1 h

= 1,0 - 0,2 (W/ds) – 1,1 (1/2 H/ds)

 = perbandingan lebar pasak dengan diameter poros

h = perbandingan dalamnya pasak masuk poros dengan diameter poros

ds = diameter poros

c. Ditinjau tegangan geser yang bekerja

Mt 1 2.Mt
s  . = …………………………………….2.99
J /r e W .L.ds

2. .ds 2
W .L.ds  .e
16

maka panjang pasak;

e. .ds 2
L ……………………………………………………….2.100
8.W

d. Ditinjau tegangan kompresi (desak) yang bekerja pada pasak;

 s  0.58. c

Mt 1 4.Mt
.  0,58.
J /r e W .L.ds

 .ds 3
L.ds  4.0,58.e.
16

maka panjang pasak adalah;

91
0,58.e. .ds 2
L …………………………………………………..2.101
4

Gambar 4.28 Ukuran pasak

Tabel 2.7 Pasak Memanjang

92
Contoh soal:

1. Rencanakan pasak untuk poros berdiameter 30 mm untuk memindahkan daya 10 KW pada


putaran 1450 rpm. Bahan pasak adalah S30C dan poros S45C.

Penyelesaian:

Syp poros = 50 kg/mm2

Syp pasak = 29 kg/mm2

1Hp
Daya N = 10 KW .  13,4 Hp
0,746 KW

Maka Torsi pada poros;

N
T  71620 .
n

13,4
= 71620 .
1450

= 661,8 kg cm  6618 kg mm.

Gaya yang bekerja pada poros;

T = P . ½ .ds

2.T 2.6618
P 
ds 31,5

= 420 kg

Dari tabel * Elemen Mesin, Sularso dengan diameter 30 mm adalah;

W = 10 mm

H = 8 mm

Ditinjau dari tegangan geser yang bekerja pada pasak;

93
P
s   s  s = 0,58. y / v = 0,58 .29/5
A

P
=  0,58. y / v = 3,36 kg/mm2
W .L

420
L=  12,4mm
3,36.10

Ditinjau dari tegangan kompresi yang bekerja pada pasak;

P
c   c
A

2.P 29
= 
H .L 5

2.420
L =  18mm
8.5,8

Dari tabel panjang pasak antara (22  110)mm

Maka panjang pasak Lt = L + Lebar pasak

= 18 + 10 = 28 mm

2.7 PASAK BINTANG (SPLINE)

Spline adalah suatu profil alur banyak yang biasanya disebut pasak bintang atau poros
bintang. Pasak ini merupakan satu bagian dari poros.

Bentuk pasak bintang ada 2 macam;

a) Pasak bintang lurus (straight spline)

b) Pasak bintang involute (involute spline)

1. Pasak bintang lurus

94
Bentuknya sederhana dan banyak digunakan pada pemindah daya pada transmisi

motor/mobil. Jumlah spline (bintang) bervariasi seperti; 4, 6,10, 16 dan tergantung keperluan.

Tabel 2.8 Ukuran pasak bintang

Semua SplineTidak Spline dapat


Jumlah Suaian tetap sliding tanpa sliding dengan
Standar ukuran suaian pembebanan pembebanan
spline
w h d h d h d

4 Per 1/8” dari ¾” hingga .241D .075D .850D .125D .075D


1 ¾” ,2”, 2¼”, 2 ½”, 3”
6 .250D .050D .900D .075D .850D .100D .800D

10 Per ½” dari 3” hingga 6” .156D .0454D .910D .070D .860D .0950D .810D

16 Per ½” dari 2” hingga 6” .098D .045D .910D .070D .860D .095D .810D

Catatan: w = Lebar pasak h = tinggi pasak d = diameter dalam D = diameter luar

Gambar 2.47 Pasak bintang

Gambar 4.28 Pasak Bintang pada gardan

95
Menurut SAE persamaan momen torsi teoritis dari pasak bintang lurus dengan meluncur
(berdasarkan tekanan pada pasak bintang 1000 psi) adalah;

Mt = 1000. n . rm . h . L ……………………………………………2.102

dimana; n = jumlah spline (bintang)

rm = jari-jari rata-rata (D + d)/4, in

h = tinggi/ dalamnya spline, in

L = panjang bintang yang berhubunngan, in

Akibat momen torsi akan terjadi gaya keliling pada diameter rata-rata sebesar

Mt
Ft = (lb) …………………………………………………….2.103
rm

Sehingga gaya keliling tersebut akan menimbulkan teganngan geser dan tegangan tekan

a). Tegangan geser

s  s

Ft
 s …………………………………………………………2.104
w.L.n

b). Tegangan tekan

c  c

Ft
  c ……………………………………………………………..2.105
h.L.n

2. Pasak Bintang Involute

96
Pasak involute merupakan bentuk baru dan banyak digunakan, karena lebih kuat dari pasak
jenis bintang dan mudah proses pembuatanya. Pasak involute ini baik untuk involute luar maupun
involute dalam sama dengan roda gigi dengan sudut tekan 30.

Pasak bintang involute yang bergigi luar toleransinya dapat dirubah-rubah sesuai dengan
yang diinginkan.

Keuntungan pasak bintang involute antara lain;

 Tegangan maksimum pada dasar gigi

 Ketelitian jarak dapat menghasilkan tegangan tekan yang sama diantara gigi.

 Untuk dapat mengeliminasi sesuai dengan kebutuhan, yaitu gigi pada naf dapat
dihaluskan dengan gerinda

Diametral pitch pasak involute untuk kaki cekung dan kaki datar;

2.5 3 4 5 5 7 10 12 16 20 24 32 40 48
, , , , , , , , , , , , ,
5 6 8 10 12 16 20 24 32 24 48 64 80 96

Dari pecahan yang ditunjukkan, pasak bintang dapat dibuat sampai 50 gigi.

Momen torsi yang terjadi pada pasak involute sama dengan poros;

N
Mt  63000 (lb.in) ………………………………………………….2.106
n

Akibat torsi ini pada pasak bekerja gaya keliling sebesar;

2.Mt
Ft  …………………………………………………………2.107.
d

97
Gambar 2.51 Ukuran dari susunan pasak involut

Sehingga pada pasak bintang akan bekerja tegangan antara lain;

a). Tegangan geser

s  s

4.Mt
  s ……………………………………………………………2.108
 .d 2 .L

b). Tegangan tekan

c  c

2.Mt
 c
d .nt .h.L ………………………………………………………2.109

dimana; Mt = momen puntir (torsi), lb in

nt = jumlah spline

h = tinggi spline, in

L = panjang spline, in

D = diameter pitch

Atau bisa ditulis;

2.Mt
  c ………………………………………………………….2.109
0.8.Ld 2

98
BAB III

PEGAS

Pegas banyak dipakai untuk konstruksi mesin harus mampu memberikan gaya,
melunakkan tumbukan, menyerap dan menyimpan energi agar dapat mengurangi getaran. Pegas
merupakan elemen elastis, dimana pegas tersebut dapat terdeformasi pada waktu pembebanan
dengan menyimpan energi, bila beban dilepaskan pegas akan kembali seperti sebelum terbebani.

Fungsi pegas;
a. Menyimpan energi

Pegas ini berfungsi untuk menyimpan energi. Sebagai contoh; penggerak jarum jam, drum
penggulung dan alat mainan, sebagai pengarah balik dari katup dan batang pengendali.

b. Melunakkan kejutan

Pegas ini berfungsi untuk melunakkan tumbukan antara lain sebagai pegas roda, gandar
dan pegas kejut pada kendaraan bermotor.

c. Pendistribusian gaya

Pegas ini berfungsi untuk mendistribusikan gaya, antara lain pada pembebanan roda dari
kendaraan dan landasan mesin dan sebaginya.

d. Elemen Ayun

Pegas yang berfungsi untuk elemen ayun yaitu sebagai pegas pemberat, dan penyekatan
ayunan serta sebagai pembalik untuk penghentian dari ayunan.

e. Pembatas gaya

Pegas yang berfungsi untuk pembatasan gaya pada mesin pres.

f. Pengukur

Pegas yang berfungsi sebagai pengukur seperti pada timbangan.

99
Macam-macam pegas

Pegas dapat digolongkan atas dasar jenis beban yang dapat diterima.

a. Pegas tekan

b. Pegas tarik

c. Pegas puntir

Menurut coraknya dapat dibedakan;

a. Pegas ulir

b. Pegas volut

c. Pegas daun

d. Pegas piring

e. Pegas cincin

f. Pegas batang puntir

g. Pegas spiral atau pegas jam

h. Pegas karet.

Gambar 3.1 Macam-


macam Pegas

100
Bahan Pegas
Pegas untuk pemakaian umum dengan diameter kawat sampai 9.2 mm biassanya dibuat
dari kawat tarik keras yang dibentuk dingin, atau kawat yang ditemper dengan minyak. Untuk
diameter kawat yang lebih besar dari 9.2 mm dibuat dari rol yang dibentuk panas. Pada pegas
yang dibuat kawat tarik keras, tidak dilakukan perlakuan panas setelah dibentuk menjadi pegas.

Baja tarik keras yang bermutu tinggi adalah kawat untuk alat musik dan kawat piano
(SWP). Kawat baja keras (SW) dengan mutu lebih rendah dari kawat musik dipakai untuk tegangan
rendah atau beban statis. Baja yang paling umum dipakai untuk pegas yang dibentuk dengan
panas adalah baja pegas (SUP) karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi, maka
perlu diberi perlakuan panas setelah dibentuk. Baja tahan karat (SUS) dipakai untuk lingkungan
yang korosi, berdiameter kecil dan harganya sangat mahal. Perunggu posfor (PBN) merupakan
bahan anti magnit dan mempunyai daya konduksi listrik yang baik.

Tabel 3.1 Harga Modulus geser

Bahan lambang G (Kg/mm2)

101
Baja pegas SUP 8 . 103

Kawat baja keras SW 8 . 103

Kawat piano SWP 8 . 103

Kawat baja tahan karat (SUS 27, 32, 40) SUS 7,5 . 103

Kawat ditemper dengan minyak - 8 . 103

Kawat kuningan BsW 4. 103

Kawat perak nickel NSWS 4 . 103

Kawat perunggu fosfor PBW 4,5 . 103

Kawat tembaga perilium BeCuW 5 . 103

Pegas Ulir dengan Beban Statis dan Dinamis

Gambar 3.1 Pegas ulir tekan dengan ujung pegas rata.

Lendutan dari pegas ulir yang terjadi akibat beban P adalah;

L.P.R 2
 ……………………………………………………………..3.1
G.J

dimana;  = lendutan

L = panjang efektif kawat

R = jari-jari rata-rata gulungan pegas

102
Panjang efektif kawat adalah fungsi dari jari-jari rata-rata dari gulungan pegas R dan jumlah ulir
yang efektif Na.

L = 2  R Na ………………………………………………………3.2

Maka lendutan yang terjadi pada pegas ulir tekan;

64.Na.P.R 2
w  ……………………………………………………….3.3
G.D 2

Konstanta pegas;

P G.D 4
K  …………………………………………………………3.4
8 64.Na.R 3

Jumlah gulungan total Nt dibedakan antara lain;

a). Bila ujung pegas dibuat rata;

Nt = Na + 2 ……………………………………………………………3.5

b). Bila ujung pegas tidak rata

Nt = Na + 1,5 ……………………………………………………………..3.6

3.1 Lendutan kerja

Bila pada pegas ulir bekerja gaya Pw, maka lendutan kerja yang terjadi w, dan apabila
beban terus bekerja maka pegas akan terus terjadi lendutan sampai gulungan pegas menempel
satu denga lainnya, lendutan ini disebut lendutan pejal dan tingginya disebut tinggi pejal. Pada
tinggi pejal ini pejal tidak akan berfungsi lagi sebagai pegas.

Gambar 3.2 Lendutan kerja dan pejal pada pegas ulir

Lendutan Pejal

103
 s  h f  hs ………………………………………………………………3.7

Batasan defleksinya rc adalah

s w
rc  ………………………………………………………………3.8
w

batasan yang diijinkan adalah 0.2 (20%) baik untuk aplikasi.

3.2 Tegangan geser

Tegangan geser torsi

16.P.R
Mt  …………………………………………………………………3.9
 .D 3

Tegangan geser total adalah tegangan gesser torsi ditambah dengan tegangan geser langsung;

16.P.R 0,3075 .D
 tot  (1  ) (psi) ………………………………………3.10
 .D 3
R

Indeks pegas C adalah perbandingan antara diameter rata-rata gulungan dengan diameter kawat.

d
C ………………………………………………………………………3.11
D

Gambar 3.3 Distribusi tegangan pada kawat pegas ulir tekan

104
Gambar 3.4 Hubungan faktor tegangan K dengan indeks pegas C

Wahl menentukan faktor kosentrasi tegangan K adalah;

4C  1 0,615
K  ……………………………………………………..3.12
4C  4 C

Maka tegangan geser total adalah;

16.P.R  4C  1 0,615 
 tot     …………………………………………..3.13
 .D 3  4C  4 C 

8.C.P  4C  1 0,615 
atau;  tot     …………………………………………….3.14
 .D 2  4C  4 C 

harga C berkisar antara : 5  12

3.3 Perencanaan untuk beban statis

Bila tegangan geser yangn diijinkan adalah  s dan bebankerja adalah Pw dengan

asumsi C = 5, maka;

16.P.R  4C  1 0,615 
 tot     …………………………………………..3.15
 .D 3  4C  4 C 

21.Pw .R
 tot   s ………………………………………………………3.16
 .D 3

105
Sehingga diameter kawat dapat dihitung bila bahan pegas diketahui;

21.Pw .R / D 10,5.Pw .C
  s
 .D 2  .D 3

maka;

10,5.Pw.C
D (inc) ……………………………………………………3.17
s

) Untuk menentukan gulungan pegas

Dalam hal ini diasumsikan harga K diketahui, dan juga material dari pegas diketahui

sehingga E diketahui dan G = E


2(1  v)

Diameter kawat didapatkan dari persamaan diatas:

- Gulungan aktif;

G.D 4
Na  ………………………………………………………….3.18
64.K .R 3

106
- Gulungan total;

Nt = Na + 2 ………………………………………………………………3.19

Nt = Na + 1,5 (ujung pegas tidak rata)

) Untuk menentukan tinggi pejal;

hs = Nt . D (inc) ………………………………………………………..3.20

) Untuk menentukan tinggi bebas;

hf = hs + s …………………………………………………………….3.21

) Untuk menentukan kisar pegas

s
p = D + ……………………………………………………………..3.22
Na

Contoh Soal;

Rencanakan suatu pegas spiral secara lengkap untuk menanggung beban P = 700
lb/spring. Natural frekwensi dari sistem tidak lebih dari 100 cpm. Bahan yang dipakai

mempunyai S syp  70.000 psi dan modulus geser G = 11.5 x 10 6 psi. faktor keamanan N = 1,5

dan clas allowance rc = 20 %, indek pegas C = 6, dengan tipe ujung pegas adalah datar.

Penyelesaian;

70.000
Tegangan geser yang diijinkan  s   46.666 psi
1.5

Diameter kawat;

10,5.Pw .C 10,5.700.6
D =
 . s 3,14.46,666

= 0,536 inc  9 / 16inc

107
Radius rata-rata;

R = ½ C. D = ½ . 6 . 9/16

= 27/16 inc.

Konstanta pegas;

- natural frekwensai fn;

2. g.K
n  . fn 
60 W

bila berat beban = 700 lb dan garvitasi = 386 inc/sec 2 , maka;

2. 386.K
.100cpm 
60 700

700  2. .100 


2

K=    199lb / inc
386  60 

Gulungan aktif;

G.D 4 11,5.10 6.(9 / 16) 4


Na = =
64.K .R 3 64.199 .(27 / 16) 3

= 18,8 gulungan aktif

Gulungan total;

Nt = Na + 2 = 18,8 + 2 = 20,8 gulungan

Tinggi solid;

hs = Nt . D = 20,8 + 9/16 = 11,7 inc

Defleksi kerja;

64.Na.Pw.R 3 Pw
w    3,517inc
G.D 4 K

Defleksi solid;

108
Pw
s  1,20.  1,20.3,517  4,22inc
K

Tinggi total (bebas);

h f = hs +  s = 11,7 + 4,22 = 15,92 inc

jarak kisar;

s
p  D  9 / 16  4,22 / 18,8  0,787inc
Na

3.4 Perencanaan beban dinamis

Biladiketahui batas ketahanan untuk tegangan geser bolak-balik dan teganngan geser
luluh, maka kriteria Soderberg dapa t digunakan langsung berdasarkan tegangan geser. Bila batas
ketahanan dari kawat pegas adalah satu arah geser, maka yang digunakan adalah prosedur
modified Soderberg.

Pengujian satu arah geser adalah sebagai dasar merubah-rubah teganngan geser terus
menerus dari harga nol ke harga maksimum  ' s seperti pad gambar dibawah ini.

Gambar 3.4 a). Kurve uji lelah, b). Metode Soederberg

109
Dari Gambar terlihat bahwa tegangan geser rata-rata;

 ' se 0  ' se
r   ………………………………………………………..3.23
2 2

dimana;

 min  0

Daerah batas tegangan

 r   max   min

=  ' se

Tegangan bolak-balik;

 max   min
a  …………………………………………………………….3.24
2

=  ' se

Jadi teganngan rata-rata sama dengan harga tegangan bolak balik

 ' se
m a 
2

Sedangkan batas tegangan geser sama dengan batas tegangan maksimum

 r   ' se

Untuk beberapa kasus, harga tegangan geser berkisar 1 x 10 6 sampai 1 x 10 7 cycle.

Garis tegangan aman didefinisikan dengan,

1 / 2. ' se ( syp / N   m )


a  ……………………………………………3.25
 syp  1 / 2. ' se

110
 syp. ' se
m  ……………………………………….3.26
( a /  m )( 2. syp   ' se
1
 ' se

Faktor keamanan dapat dihitung;

 syp . ' se
N …………………………………………….3.27
 a (2 syp   ' se )   m . ' se

Sedangkan untuk mencari diameter kawat adalah;

16.P.R  4C  1 0,615 
D3     ……………………………………………3.28
 . m  4C  4 C 

atau

8.P.C  4C  1 0.615 
D2     …………………………………………..3.29
 . m  4C  4 C 

dimana:

D = Diameter kawat pegas, in

P = Beban rata-rata, lb

m = Tegangan geser rata-rata, psi

C = Indek pegas

R = Jari-jari pegas, in

 ' se  Tegangan geser maksimum, psi

 syp = Tegangan geser luluh, psi

Pegas yang mendapat beban berulang dengan frekuensi tinggi seperti pegas katup akan
mengalami getaran dengan amplitudo yang besar jika frekuensi beban tersebut mendekati
frekuensi natural pegas. Hal ini akan mengakibatkan patahnya pegas dalam waktu singkat. Untuk

111
menghindari hal ini, frekuensi natural tingkat pertama dari pegas tidak boleh kurang dari 5,5 kali
frekuensi pembebanan.

Maka:

n.D G
fn  siklus/detik. …………………………………….3.30
16. .R .Na 2.
2

dimana;

D = Diameter kawat pegas

n = Kelipatan, 1, 2, 3…..

R = Jari-jari pegas

Na = Jumlah lilitan aktif

G = Modulus geser (kg/mm 2 )

 = Rapat jenis pegas (kg/mm 3 )

3.6 Pegas Ulir tarik

Pegas ulir tarik sama dengan pegas ulir tekan, hanya mempunyai perbedaan yaitu
keadaan awalnya pegas ulir tarik seperti pejal atau lilitan satu dengan lainnya rapat dan pada
kedua ujungnya terdapat kait untuk tarikan.

Defleksi yang terjadi;

64.Na.R 3 .( F  Fi)
 ……………………………………………………3.31
GD 4

Kekakuan pegas;

F  Fi D 4G
K  ………………………………………………….3.32
 64.R.3 Na

dimana;

Fi = beban mula, kg

112
F = beban akhir, kg

 = defleksi, mm

D = Diameter kawat, mm

G = Modulus geser, kg/mm 2

d = Diameter lilitan, mm

Na = lilitan aktif

Beban F yang bekerja adalah;

F  Fi  K. …………………………………………………………….3.33

Jumlah lilitan total dan panjang pegas;

Nt = Na + 1 ………………………………………………………….3.34

Lb = Nt . D ……………………………………………………………3.35

Panjang bebas Lh diukur dari kedua ujung kait, seperti pada gambar dibawah ini;

Gambar 3.5 Ulir bebas.

Harga indeks pegas C = 4  12 (sesuai standar untuk pegas ulir)

113
Gambar 3.6 Titik dari tegangan puntir maksimum

Tegangan puntir maksimum terjadi pada titik B, dimana jari-jari bengkokan sangat kecil
dan tegangan bending maksimum pada titik A.

Tegangan geser secara keseluruhan yang terjadi;

16.K f .F .R  4C  1 0.615 
    ……………………………………….3.36
 .D 3  4C  4 C 

2.R
C
D

R = Jari-jari lilitan rata-rata.

Kf = 1.33 (konsentrasi tegangan yang secara “reasonable” )

Pada pegas tekan, defleksinya terbatas sedangkan pada pegas tarik defleksinya tidak
terbatas sehingga pegas tidak berfungsi kembali.

P
K
1

P1


114
Gambar 3.7 Hubungan defleksi dengan beban

3.7 Pegas Daun

Pegas daun merupakan suatu komponen yang banayak digunakan pada peralatan
kendaraan bermotor sebagai bagian dari sistem suspensi. Komponen ini biasanya terdiri dari
beberapa pelat datar yang dijepit bersama untuk mendapatkan efisiensi dan daya lenting yang
tinggi seperti ditunjukkan pada Gambar 3.9.

Gambar 3.8 Macam tumpuan

Secara sederhana pegas daun dipasang dengan menggunakan dua tumpuan dan atau
dijepit pada salah satu ujungnya seperti yang dijunjukkan pada Gambar 3.8

115
Gambar 3.9 Pegas daun

Pegas daun dengan dua tumpuan dan beban P yang bekerja terpusat ditengah jarak antara
tumpuan l/2 , maka konstanta pegas K adalah :

48 EI 4bh3 E
P
K  3  …………………………………………………3.37
 L L3

Tegangan bending maksimum

M bmak 6M bmak 1.5PL


 bmak    ………………………………………3.38
Wb bh 2 bh 2

Tegangan tersebut terjadi dipusat beban, untuk pegas yang salah satu ujungnnya dijepit,
konstanta pegasnya adalah:

3EI bh3 E
K  ………………………………………………………….3.39
L3 4 L3

Tegangan bending maksimum yang terjadi bila pada ujung yang dijepit;

116
6PL
 bmak  ……………………………………………………………….3.40
bh2

Tabel 3.2 Rumusan pegas dengan berbagai tumpuan

3.8. Alat Pencegah dan Peredam Getaran

3.8.1. Pegas Karet

Pegas karet mempunyai sifat menyerap getaran dengan amplitudo kecil karena elastisnya
cukup besar. Pegas ini juga cenderung untuk memperbesar getaran seperti pada pegas logam
frekuensi pribadinya. Dengan dikembangkannya karet sintetis yang tahan minyak dan tahan panas
serta kemajuan dalam teknis pergetaran karet pada permukaan logam dan kini telah dihasilkan
karet untuk pencegah getaran pada tumpuan mesin. Karet sangat baik untuk mencegah penerusan
getaran dan bunyi dari sumbernya. Namun karet mempunyai kelemahan yaitu mudah lapuk dalam

117
waktu yang relatif pendek dibandingkan dengan logam dan kurang tahan terhadap minyak asam
dan panas.

Tegangan tekan yang bekerja :

P
 (psi) ……………………………………………………………..3.41
a.b

Defleksi akibat tekanan

P.h
 (in) ……………………………………………………………...3.42
a.b.E

Gambar 3.10 Tekanan pada puncak

Dimana:

P = beban (lb/puncak)

a = panjang (in)

b = lebar (in)

h = tebal (in)

E = modulus elastisitas (psi)

Tegangan geser akibat beban P

P
 (psi) ……………………………………………………………….3.43
a.b

defleksi yang terjadi;

118
P.h
 (in) ………………………………………………………………..3.44
a.b.G

G = modulus geser

Bila penampang karet berbentuk silinder seperti pada gambar dibawah

Gambar 3.11 bentuk silinder

Tegangan geser yang terjadi;

P
 (psi) ……………………………………………………………..3.45
2. .h.r

Tegangan geser maksimum

P
 (psi)
2. .a.h

Regangan geser



G

defleksi total akibat beban P

b b
P dr P.l n .(b / a )
   .dr    ……………………………………..3.46
a
2. .h.G a r 2. .h.G

119
Untuk efisien bahan karet, maka h divarisikan dengan r sehingga mendapatkan teganngan geser
konstan.

P
 ( psi) ………………………………………………………….3.47
2. .b.h1

Regangan geser


 ………………………………………………………………………3.48
G

Defleksi yangn bekerja

(b  a).P
   (b  a)  ……………………………………………………3.49
2. .b.h1 .G

3.8.2. Pegas Udara

Pegas udara memanfaatkan sifat kompresibilitas udara yang dikurung dalam suatu bellow.
Pegas ini umumnya dipakai pada kendaraan karena dapat menyerap getaran kecil dan lebih baik
dibanding pegas logam. Keuntungan yang lain adalah bahwa tinggi pegas dapat dibuat tetap
meskipun bebannya berubah dengan jalan mengatur tekanan udara didalam bellow. Meskipun
sifatnya sangat baik, pegas udara konstruksinya sangat rumit dan hanya cocok untuk ukuran yang
relatif besar.

Gambar 3.12 Pegas udara pada kendaraan

Frekuensi dalam massa pegas adalah

120
1 K
fn  (C ps ) ………………………………………………………3.50
2. m

dimana; m = massa

K = Konstanta pegas

Untuk menghitung volume udara total didalam ruang reservoir dan bellow Vo, serta tekanan
absolut Po pada kondisi keseimbanagan statis berdasarkan hukum gas ideal adalah;

PV n  konstan

dimana; n = 1 untuk proses temperatur konstan

n = 1.4 untuk proses adiabatis

maka persamaan gas ideal adalah;

Po .Vo  P(Vo  A ).n ………………………………………………..3.51


n

dimana;

P = tekanan

 = defleksi

A = perubahan volume

A = luas volume bellow

Gambar 3.13 Pegas udara

121
Konstanta pegas adalah merupakan perubahan gaya perunit perubahan perpindahan atau;

A.dp
K (lb/in) …………………………………………………………3.52
d

Persamaan tersesbut dideferensialkan dan diasumsikan reservoir besar (perubahan volume


A  Vo), sehinggan;

A 2 n.P0
K ………………………………………………………………3.53
V0

1
Untuk berat yang ditumpu P = AP 0 , sehingga frekuensi natural

1 Agn( P01  Pa)


fs  ……………………………………………….3.54
2. V0 .P0
1

dimana;

1
P0 = tekanan yang diukur pada kondisi keseimbangan statis

Pa = tekanan atmosfir

1 1
Bila P 0  Pa maka frekuensi natural tidak tergantung pada P 0 dan yang ditumpu P.

Contoh soal
1. Rencanakan suatu pegas spiral lengkap untuk menerima beban P = 700 lb/spring. Natural
frekuensi dari sistem tidak lebih dari 100 cpm. Bahan yang dipakai mempunyai Ssyp =

70.000 psi dan modulus geser G = 11,5 x 10 6 psi. Faktor keamanan N = 1,5 dan clas
allowance 20 %, indek pegas C = 6 dengan tipe ujung pegas adalah rata.

Penyelesaian:

Ssyp 70.000
Tegangan yang diijinkan :   46.666 psi
N 1,5

Diameter Kawat

122
8.C.P.N  4C  1 0.615 
D   
 .Ssyp  4C  4 C 

8 x6 x700 x1,5  24  1 0.645 


D   
3,14 x70.000  24  4 6 

= 0,536  9/16 inc.

Cara lain:

10,5.Pw.C.N
D
 .Ssyp

10,5 x700 x6 x1,5


=
3,14 x70.000

= 0,536  9/16 inc

Radius rata-rata R = ½ CD

= ½ x 6 x 9/16

= 27/ 16 inc.

Konstanta pegas K

 Natural frekuensi f n

2. 2 x3,14 g.K


n = fn = fn 
60 60 W

2
Berat beban = 700 lb dan gravitasi g = 386 inc/sec , maka;

2. 386 xK
x100cpm 
60 700

2
700  2 x3,14 x100 
K =   = 199 lb/inc
386  60 

123
Gulungan aktif;

G.D 4
Na =
64 xKxR 3

11,5 x10 6 x(9 / 16) 4


= = 18,8 gulungan aktif
64 x199 x(27 / 16) 3

Gulungan total =

Nt = Na + 2

= 18,8 + 2 = 20,8 gulungan

Tinggi solid :

h s = Nt . D = 20,8 . 9/16 = 11,7 inc

Defleksi kerja :

64.Na.Pw.R 3 Pw 700
w     3,517inc
G.D 4 K 199

Defleksi solid :

Pw
s  1,20.  1,20 x3,517  4,22 inc
k

Tinggi total (bebas)

h f = ha + s = 11,7 + 4,22 = 15,92 inc

Pitch :

s
p = D + = 9/16 + 4,22/18,8 = 0,787 inc
Na

Perencanaan ini untuk perancangan beban statis.

2). Rencanakan suatu pegas spiral secara lengkap dengan beban yang ditanggung 700 lb/spring,
beban berfluktuasi dari 600 lb ke 800 lb. Frekuensi natural tidak melebihi 100 cpm. Bahan

124
pegas Ssyp = 70.000 psi, G = 11,5 x 10 6 psi. Clas allowance = 20 %, N = 1,5 ; C = 6. tipe
pegas ujungnya datar, endurance limitnya adalah “one way” dengan S’se = 30.000 psi.

Penyelesaian:
Beban

Pmin = 600 lb
Pmax = 800 lb
Ssyp 70.000 t
  46,667 psi
N 1,5

S ' se 30.000
  10.000 psi
2N 3

Beban range:

P max  P min 800  600


Pm = =  100lb
2 2

Beban rata-rata:

P max  P min 800  600


=  700lb
2 2

Endurance:

r Pr 1
 
 m Pm 7

Tegangan rata-rata:

Ssyp / N
m 
(2.Ssyp  S ' se)
( r /  m ). 1
S ' se

125
46,67
=  30.400 psi
(2 x70.000  30.000
(1 / 7)
30.000

Tegangan ini dapat dicari dengan diagram Soderberg sebagai berikut;

S’se/2N, S’se/2N
r 10 Kpsi

Safe
stres
s line

1 Ssyp/N
4
10 20 30 40 50
m ( Kpsi )
Caranya:

- Tarik garis dari titik 0, dengan sudut 

Pr 100 1
- Tangen   
Pm 700 7

- Dari perpotongan garis ini dengan garis “safe steam line” didapat titik A

- Dari titik dibuat garis tegak lurus dengan sumbu  m , maka didapat besarnya
 m  30.400 psi (dibuat dengan skala)

Diameter kawat D, beban Pm = 700 lb dan  m  30.400 psi , C = 6, maka;

8.Pm.C  4C  1 0,615 
D2    
 . m  4C  4 6 

8.(700).6  24  1 0,645 
=   
3,14.30400  24  4 6 

= 0,665 inc  11/16 inc

Mencari spring rate ;

Pm 700
K = = 87,5
8 8

126
Untuk mencari Na, Nt dan s sama seperti soal sebelumnya.

127
BAB IV

BANTALAN

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau
gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung dengan halus, aman, dan panjang umur. Bantalan harus
cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika
bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat
bekerja secara semestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan
pondasi pada gedung.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bantalan;

 Cukup kuat mendukung beban

 Gesekan yang timbul sekecil mungkin

 Saat opresional tidak boleh over heating

 Mendapatkan pelumasan yang cukup baik

 Bagian yang mudah aus adalah bagian yang mudah diganti dan murah harganya

 Murah dan sederhana

Menurut arah beban dukungannya;

 Bantalan radial, arah beban yang ditumpu bantalan ini tegak lurus sumbu poros

 Bantalan aksial, arah beban yang ditumpu bantalan ini sejajar sumbu poros

 Bantalan gelinding khusus, dapat menumpu beban aksial dan radial.

Menurut konstruksinya;

a. Bantalan Luncur.

Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros (taf) dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.

128
Bagian yang mudah aus adalah bagian yang mudah diganti dan murah harganya, antara lain;
pelumas, metal.

b. Bantalan peluru (gelinding).

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang
diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum dan rol bulat.

Gambar 4.1 Jenis bantalan

Perbandingan sifat antara bantalan peluru dan luncur

a. Bantalan peluru/gelinding;

 Untuk beban ringan dan tidak tahan gaya kejut.

 Putarannya rendah, karena adanya gaya sentrifugal pada peluru.

 Pada waktu start koefisien geseknya kecil

 Konstruksinya rumit, harganya mahal karena dibuat oleh pabrik-pabrik tertentu.

 Pemasangannya harus telitit.

 Sistem pelumasannya sederhana.

b. Bantalan luncur;

129
 Untuk beban besar dan putaran tinggi.

 Koefisien geseknya pada waktu start besar.

 Konstruksinya sederhana, harganya murah dan dapat dibuat sendiri.

 Pemasangannnya relatif mudah

 Pelumasannya relatif rumit dan perlu pendinginan khusus

4.1. Bantalan Luncur

Tap/jurnal adalah bagian dari poros yang ditumpu oleh bantalan.

A. Menurut arah dukungannya;

1. Tap dukung (tap radial)

arah dukungannya radial

2. Tap piring putar (tap aksial)

arah dukungannya aksial

B. Macam-macam bahan bantalan;

1). Babit (logam putih)

130
Babit adalah campurannya terdiri dari 85 % Sn, 10 % Sb dan 5 % Cu. Campuran ini titik
cairnya rendah dan proses pembuatannya relatif mudah. Baik untuk kecepatan tinggi. Logam
ini lunak dan tidak tahan terhadap beban kejut.

Keuntungannya: bila pelumasannya kurang baik maka timbul panas berlebih (over heating),
maka bantalan babit akan rusak (mencair) terlebih dahulu sebelum porosnya.

2). Perunggu

Komposisinya terdiri dari 86 % Cu, 14 % Sn atau perunggu phospor.

Dipakai untuk beban dengan kecepatan tinggi, tekanan permukaannya besar (40 - 80)

kg/cm 2 dan tahan terhadap beban kejut.

Kelemahannya : Pelumasannya harus baik, bila kurang baik maka timbul panas berlebih (over
heating), maka bantalan ini akan menjepit tap (poros) sehingga poros bisa rusak atau patah.

3). Besi tuang

Bantalan dengan besi tuang dipakai untuk tugas-tugas ringan dan tidak tahan terhadap
kejutan. Koefisien geseknya kecil, tidak mudah aus dan pelumasannya sederhana.

4). Logam paduan Cu – Pb.

Bantalan ini dapat bekerja dengan beban berat, tekanan permukaannya sampai 5000 psi
dengan kecepatan poros 2000 ft/min.

Logam ini koefisien geseknya rendah  0.005 . Sebagai penghantar panas yang baik, sehingga
panas yang timbul bisa dirambatkan ke sekelilingnya, dan tahan pada temperatur tinggi. Maka
jenis bantalan ini banyak digunakan pada mesin-mesin pesawat terbang.

5). Bantalan tanpa Pelumasan

Bahan ini mengandung pelumas didalamnya sehingga dapat dipakai sebagai bantalan
yang melumasi sendiri. Bantalan semacam ini dipakai bila tidak memungkinkan perawatan
secara biasa, yaitu;

 Jika letak bantalan tidak memungkinkan pemberian pelumas dari luar, atau jika pemakain
pelumas tidak dikehendaki.

131
 Jika bantalan mempunyai gerakan bolak-balik sehingga kemungkinan terbentuknya lapisan
pelumas sangat kecil.

 Untuk alat-alat kimia atau pengolahan air.

 Untuk kondisi khusus seperti beban besar, temperatur tinggi, temperatur rendah atau
ruang hampa.

Yang termasuk jenis bantalan ini adalah;

(1). Bantalan Plastik

Plastik adalah suatu bahan yang mempunyai sifat dapat melumasi diri sendiri
dengan baik. Sifatnya tahan korosi, memungkinkan bahan ini bekerja didalam air atau
bahan kimia. Koefisien geseknya rendah, mudah membenamkan kotoran dan anti las.
Plastik jika diisi dengan bahan pelumas padat, serat gelas atau serbuk logam, akan
menjadi sangat kuat dan tahan aus sehingga dapat dipakai untuk kondisi-kondisi yang
cukup berat.

(2). Bantalan Logam yang diresapi minyak

Bantalan jenis ini adalah besi cor dan logam sinter yang diresapi minyak.

Bantalan besi cor yang diresapi minyak adalah jenis besi cor berpori dengan perlakuan
panas berulang kali. Bahan ini mempunyai bentuk yang mantap karena kekakuan yang
tinggi dan tahan aus.

Logam sinter dibuat dari serbuk logam yang dipres, dan minyak yang diresapkan dapat
tinggal didalamnya. Bantalan jenis ini lebih cepat kehabisan minyak dan pada kondisi yang
berat lebih cepat aus.

(3). Pelumas padat.

Pelumas padat banyak dipakai untuk kondisi khusus (temperatur tinggi, kena
bahan kimia, beban besar) di luar batas pemakaian tertentu.

Bahan bantalan yang dipakai dengan pelumas padat dibenamkan adalah;

 Untuk temperatur tinggi : besi cor dan tembaga

 Untuk bekerja dalam bahan kimia : baja tahan karat

132
 Untuk beban besar : paduan kuningan kekuatan tinggi.

Pelumas padat untuk temperatur tinggi sampai diatas 200 C unsusr utamanya adalah
grafit dan molibden disulfida.

Pilihan lain untuk bantalan bertemperatur tinggi adalah bantalan keramik, yang terdiri
atas baja tahan panas yang dilapisi keramik, terutama oksida timah hitam dan mampu
menahan temperatur 500 C sampai 800 C.

Gambar 4.3 Konstuksi bantalan luncur

C. Perhitungan Kekuatan

Dimana:

L = panjang tap

d = diameter tap

P = W = Gaya reaksi (dukung) pada tap

133
Gambar 4.1 Gaya-gaya pada tap

Momen bending yang terjadi pada penampang A - A

Mb = Wb . b …………………………………………………………………………………………………4.1

Dimana:

Mb = Momen bending pada A –A

= P. ½L

Wb = tahanan bending ( I / Ymax)

= 0,1 d 3 ( untuk lingkaran)

b = Tegangan bending

maka diameter tap adalah ;

P . ½ L = 0,1 d 3 . b

5.P.L
d = 3 ……………………………………………………………………4.2
b

Tekanan permukaan k dianggap terbagi merata dan harganya tidak boleh terlalu besar, supaya
aman maka;

P = k . d . L ………………………………………………………………4.3

P
k
d .L

Perbandingan panjang dan diameter tap;

L b
 …………………………………………………………………4.4
d 5.k

Harga L/d = 1  1.8

134
Tabel 4.1 Sifat-sifat bahan bantalan luncur

Kekerasan Tekanan yang Temperatur yang


Bahan Bantalan
HB
2
diijinkan (kg/mm ) diijinkan ( C )

Besi cor 0.3 – 0,6 0.3 - 0.6 150

Perunggu 50 - 100 0.7 – 2.0 200

Kuningan 80 – 150 0.7 – 2.0 200

Perunggu fosfor 100 - 200 1.5 – 6.0 250

Logam putih Sn 20 - 30 0.6 - 1.0 150

Logam putih Pb 15 - 20 0.6 - 0.8 150

Paduan Cadmium 30 – 40 1.0 – 1,4 250

Kelmet 20 - 30 1.0 – 1.8 170

Paduan Aluminium 45 - 50 2.8 100 - 150

Perunggu timah hitam 40 – 80 2.0 – 3.2 220 - 250

Tabel 4.2 Tegangan bending untuk bahan poros

135
Bahan b (kg/cm 2 )
Baja st 60 s/d st 70 600 s/d 800
Baja st 50 500 s/d 600
Baja st 41 400 s/d 500
Baja tuang stg 38 s/d stg 45 250 s/d 400
Besi tuang Gy 22 s/d Gy 30 150 s/d 250

D. Tap Piring Putar

(c)

Gambar 4.2 Distribusi tekanan

Gaya yang bekerja di dukung terbagi merata


P d 2 . pa ……………………………………………………………..4.5
4

Sedangkan tekanan dukungnya adalah ;

p a  f .r. ……………………………………………………………..4.6

dimana;

f = gaya gesek, kg

r = jari-jari, mm

 = putaran sudut, rad/det

136
Untuk tap yang berlubang

 .d1 2  .d 2 2
P(  ). p a ……………………………………………….4.7
4 4

dimana ; p a  k = tekanan permukaan

d 1 = diameter luar

d 2 = diameter dalam

F. Cara Pelumasan untuk Bantalan Luncur


Dalam pemilihan cara pelumasan sangat perlu diperhatikan konstruksi, kondisi kerja dan
letak bantalan. Tempat pelumasan dan lokasi, bentuk serta kekasaran alur minyak, juga juga
merupakan faktor-faktor penting. Jadi cara pelumasan harus direncanakan atas dasar pengalaman.

Macam-macam cara pelumasan:

1). Pelumasan tangan

Cara ini sesuai untuk beban ringan, kecepatan rendah, atau kerja yang tidak terus-
menerus. Kekeurangannya adalah aliran pelumas tidak selalu tetap,atau pelumaannya tidak
teratur.

2). Pelumasan tetes

Dari suatui wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang tetap dan teratur melalui sebuah
katup jarusm. Cara ini cocok untuk beban ringan dan sedang.

3). Pelumasan sumbu.

Cara ini menggunakan sumbu yang dicelupkan dalam mangkok minyak, sehingga minyak
terisap oleh sumbu tersebut. Pelumasan ini dipakai seperti pada pelumasan tetes

4). Pelumasan Percik

Dari suatu bak penampunng, minyak dipercikkan. Cara ini dipergunakan untuk melumasi
torak dan silinder pada motor bakar putaran tinggi.

137
5). Pelumasan cincin

Pelumasan ini menggunakan cincin yang digantungkan pada poros sehingga akan
berputar bersama poros sambil mengangkat minyak dari bawah. Cara ini dipakai untuk beban
sedang.

6). Pelumasan tekanan dengan pompa

Untuk mengalirkan minyak kedalam bantalan diperlukan bantuan dengan pompa. Cara
ini dipakai untuk melumasi bagian yang sulit letaknya, seperti bantalan utama motor putaran
tinggi. Pelumasan ini sesuai untuk putaran dan beban tinggi.

(a) Pelumas sumbu (b) Pelumas percik (c) Pelumas cincin


.

Gambar 4.3 Macam-macam cara pelumasan.

Oil cooler

(d) Pelumasan tekanan

138
E. Koefisien gesek Bantalan
Bila dua komponen mesin (tap dengan bantalan) saling bergesekan, maka akan timbul panas
dan bila ini dibiarkan akan terjadi keausan. Untuk memperkecil gesekan tersebut diberi lapisan
minyak (film minyak), sehingga antara tap dan poros tidak langsung bersinggungan. Lapisan
pelumas tersebut mempunyai kecepatan, berarti ada gaya dan tekanan. Gaya dukung dari
pelumas yang bergerak, menurut Victor Tatarinof adalah;

.n.d 4 (L / d ) 2
P . …………………………………………………4.8
127.10 6.h.c (1  L / d )

dimana;

P = gaya dukung, lb

 = kekentalan pelumas, cp

n = putaran tap, rpm

d = diameter tap, in

L = panjang tap, in

h = tebal rata-rata lapisan pelumas, in

= ¼c

c = selisih diameter tap dan bantalan, in

Tekanan film minyak untuk menahan tap adalah;

139
P
p …………………………………………………………………4.9
L.d

1 .n.d 4 (L / d ) 2
= . .
L.d 127.10 6.h.c (1  L / d )

.n
2
d  L
4  
=
3175 .10  c  d  L

.n 3175 .10 4 (d  L) c 2


= ( ) ………………………………………………4.10
p L d

.n
Harga c, d, L adalah konstan, maka juga konstan, harga ini disebut angka karakteristik
p
yang mempengaruhi koefisien gesek bantalan. Koefisien gesek ini sangat penting dalam
merencanakan bantalan, sebab sangat mempengaruhi besarnya tenaga yang hilang dan panas
yang timbul.

a. Pelumasan kering (diam)

b. Pelumasan terbatas (start)

c. Pelumasan sempurna
(berputar)

Gambar 4.4 Tekanan pada pelumasan

Gambar 4.5 Penyusunan film minyak

Koefisien gesek adalah;

140
F T
f   ……………………………………………………………4.11
P P.r

dimana;

F = gaya tangensial, lb

P = beban pada tap, lb

T = torsi, lb in

r = jari-jari tap, in

Besarnya keofisien gesek menurut Messrs Mc Kee;

437   .n  d 
f      K ……………………………………………..4.12
1010  p  c 

dimana;

 = viskositas, cp

n = putaran tap, rpm

p = tekanan pada bantalan, psi

d = diameter tp, in

c = selisish diameter tap dan bantalan

K = faktor koreksi yang tergantung dari perbandinngan L/d

L = panjang tap, in

Harga c/d adalah;

- untuk beban ringan 0,001 in/in

- untuk beban besar 0,005 in/in

Harga K terkecil : 0,002 sedangkan L/d adalah; 0,75 sampai 2,8 seperti pada diagram.

141
Gambar 4.6 Diagram hubungan K dengan L/d

Gambar 4.7 Hubungan koefisien gesek dengan pelumasan

F. Keseimbangan Panas
Karena adanya gesekan pada bantalan, maka timbul panas yang besarnya;

Hg  f .P.v ……………………………………………………………4.13

dimana;

142
Hg = panas yang timbul, ft lb/menit

f = koefisien gesek

P = beban, lb

= p.d.L

v = kecepatan poros, fpm

 .d .n
= fp
12

 .d .n
maka; Hg  f . p.d .L.
12

f . p.d 2 .L.n
Hg  ……………………………………………………….4.14
12

dimana;

p = tekanan pada bantalan

d = diameter tap, in

L = panjang tap, in

n = putaran tap, rpm

Kenaikan temperatur minyak pelumas ( t ) dapat dicri dengan persamaan;

Hg
t = …………………………………………………………….4.15
.Cp.V

dimana;

t = to  ti

to = temperatur minyak pelumas keluar bantalan (  F )

ti = temperatur minyak pelumas masuk bantalan (  F )

 = rapat jenis minyak pelumas

143
Cp = panas jenis minyak pelumas, lb ft/lb  F

V = volume pemakaian minyak pelumas, ft 3 /det.

Panas yang timbul tersebut dibuang kesekelilingnya oleh bantalan. Besarnya panas yang dibuang
melalui luasan proyeksi dari tap adalah;

Hd  A.C.(t b  t a ) …………………………………………………………4.16

dimana;

Hd = panas yang dibuang, ft lb/menit

A = luas proyeksi, in 2

= L.d

tb = suhu bantalan, F

ta = suhu sekeliling, F

C = Koefisien pembuangan panas dari luasan proyeksi per F, ft lb/menit

Gambar 4.8 Hubungan suhu pelumas dan bantalan

Besarnya suhu pelumas t o ;

144
(t a  t b )  1 / 2( t o -t a ) …………………………………………………….4.17

Menurut Lanche, Harga C tergantung dari bantalan, pendinginan dan selisih suhu.

Gambar 4.9 Diagram hubungan selisih suhu bantalan dan C( t b - t a )

Contoh:

1). Suatu bantalan tap untuk mendukung beban 1000 lb pada putaran poros 1000 rpm. Panjang
tap 3 in, diameter tap 3 in, perbandingan d/c = 1000, kekentalan yang digunakan adalah 10
cp pada suhu setempat.

Tentukan: angka gesek dan suhu pelumas, bila suhu udara 70 F.

Penyelesaian;

P = 1000 lb

L = 3 in

d = 3 in

maka;

145
P 1800
tekanan p = = = 200 psi
d .L 3 .3

L/d = 1, maka dari diagram harga K = 0.,002

Angka gesek;

437   .n  d 
f      K
1010  p  c 

473  10 x1000 
=  (1000 )  0,002 = 0,004365
1010  200 

.n
dari diagram harga = 90
p

panas yang timbul;

 .d .n
Hg = f .P.
12

3,14.3.1000
= 0,004365. 1800. = 6140 ft lb/menit
12

Panas yang dibuang;

Hd = A.C(t b – t a )

Pada keadaan setimbang, Hd = Hg,

2
A = 9 in

Maka;

6140 = 9. C(t b - t a )

maka; C(t b - t a ) = 682,22

dari diagram didapat (t b - t a ) = 115

maka;

146
(t b - t a ) = ½ (to - ta)

115 = ½ ( to - 70)

Jadi suhu pelumas to = 370 F

2). Suatu bantalan tap menahan beban 1645 lb pada putaran 750 rpm. Diameter tap 2 in dan
panjang tap 3 in. Diametral clearence 0,00272 in. Pada saat bekerja suhu pelumas 170 F.
Berapa kekentalan pelumas.

Penyelesaian:

d = 2 in

L = 3 in

P = 1645 lb

Tekanan pelumas;

P 1645
p   274,167 psi
L.d 3x2

.n
2
d  L
4  
p =
3175 .10  c  d  L

 ..750 
2
2  3
274,167 =  
3175 .10  0,00273  2  3
4

maka;  = 35,7 cp

Jadi, kekentalan pelumas tersebut adalah 35,7 cp pada suhu 170 F

Dari diagram, pelumas tersebut SAE 50

3). Rencanakan bantalan tap dengan beban 1000 lb pada putaran 600 rpm. Tap diperkuat dari
baja diperkeras dan bantalandari perunggu. Pelumasnya mengunakan SAE 20 dan dibatasi

147
.n
suhu pelumas sampai 180 F. Parameter yang diijinkan untuk bahan  60. Suhu
p
udara luar 70 F.

Penyelesaian;

SAE 20 pada suhu 180 F dari diagram diperoleh kekentalannya  = 8,73 cp.

.n .n
 60. , maka p =  87,3 psi
p 60

P 1000
p , maka A =  11,45.in 2
A 87,3

L/d = 1,5 L = 1,5 . d

A = L . d = 1,5 d . d

11,45 = 1,5 d 2 , jadi diameter tap d = 2,75 in, dan panjang tap L = 4,125 in.

Tekanan pelumas pada bantalan

.n d L
p ( )2 d/c = 1000
3175 .10 c d  L
4

Maka tekanan yang dijinkan pelumas;

8,73.600 4,125
p (1000 ) 2  99 psi (Tekanan yang diijinkan pelumas lebih besar
3175 .10 4
2,75  4,125
dari yang di dukung oleh bantalan), cukup aman.

Koefisien gesek;

473 .n d
f = ( ).  K , K = 0,0022
1010 p c

473  8,73.600 
 .1000  0,0022
= 1010  87,3 

= 0,00504

148
Panas yang timbul;

 .d .n
Hg = f .P.
12

3,14.2,75.600
= 0,00504 . 1000 . = 2172 ft lb/men.
12

Panas yang dibuang;

Hd = A.C (t b - t a )

(to – ta) = 180 - 70 = 110F,

( t b  t a ) = ½ (to - ta) = ½ . 110 = 55 F.

dari grafik, C( t b  t a ) = 150,

maka;

Hd = 150 . 2,75 . 4,125

= 1705 ft lb/in

Hg  Hd, pelumasan bantalan perlu pendinginan

4.2 Bantalan Gelinding (anti friksi)

Bantalan jenis ini punya gesekan yang sangat kecil. Harga koefisien gesek tegantung

pada : kecepatan, beban, suhu, pelumas dan pembuatannya. Maka harga angka gesek sulit
ditentukan dengan pasti. New Departure telah membuat percobaan untuk mendapatkan angka
gesek pada keadaan normal yaitu berkisar antara 0,005 sampai 0,003, atau rata-rata adalah 0,001.

Sebagai perbandingan besarnya angka gesek sebagai fungsi kecepatan antara tap dan
bantalan anti friksi bisa dilihat pada diagram dibawah ini.

149
l
ru

ro
pelu

lan
nta
alan

Ba
t
Ban
f
ur
la n lunc
Banta

n
Gambar 4.10 Perbandingan angka gesek bantalan luncur dan bantalan peluru

Dari Gambar 4.10 pada kecepatan rendah angka gesek bantalan anti friksi (gelinding)
jauh lebih kecil dibanding bantalan luncur, tetapi pada kecepatan tinggi justru bantalan luncur
yang lebih kecil gesekannya..

Gambar 4.11 Bantalan peluru

150
Gambar 4.12 Macam-macam bantalan gelinding

Menurut arah beban yang bekerja

1). Bantalan radial, yaitu baik dipakai untuk arah beban yang radial, atau beban yang tegak tegak
lurus pada sumbu poros

2). Bantalan aksial, untuk menahan beban yang arahnya aksial atau bantalan yang arahnya

sejajar sumbu.

3). Bantalan angular atau bantalan kombinasi, dipakai untuk menahan beban aksial dan radial.

Menurut konstruksinya:

151
1). Bantalan peluru

2). Bantalan rol

152
153
Gambar Susunan bantalan gelinding

A. Beban Nominal Bantalan Peluru


Jika elemen putarnya tersebut berputar 1.000.000 kali (33,3 rpm selama 500 jam),
setelah menjalani putaran tersebut lalu diuji, jika hasilnya 90 % dari elemen putarnya tidak

154
mengalami kerusakan karena kelelahan, maka beban tersebut dinamakan Beban Nominal dinamis
spesifik (C), dan umurnya disebut umur nominal.

Jika bantalan tersebut menerima beban dalam keadaan diam, dan pada titik kontak yang
menerima tegangan maksimum besarnya deformasi cincin menjadi 0,0001 kali diameter elemen
gelinding, maka beban tersebut dinamakan beban nominal statis spesifik (Co).

Untuk mencari C, sebagai berikut;

Bola:

- diameter bola kurang dari 25,4 mm;

C  k s .(i. cos ) 0.7 .Z 2 / 3 .Db


1.8
…………………………………………….4.18

- diameter bola lebih dari 25,4 mm;

C  3,647 .k s .(i. cos  ).0.7.Z 2 / 3 . Db


1.4
……………………………………..4.19

Rol ;

C  k s .(i.Lr . cos ) 7 / 9 .Z 2 / 3 .Dr


29 / 27
…………………………………………4.20

dimana:

C = Beban dinamis spesifik, kg

i = jumlah baris bola dalam satu bantalan

 = sudut kontak bantalan

Z = jumlah bola dalam tiap baris

Db = diameter bola

ks = Faktor, besarnya tergantung dari jenis , kelas ketelitian dan bahan bantalan

Lr = panjang efektif rol

Untuk mencari Beban nominal statis ( Co );

- Bantalan rol radial;

155
Co  Ko.i.Z .Db . cos ……………………………………………………4.21
2

- Bantalan rol aksial;

Co  5.Z .Db . sin 


2
………………………………………………………4.22

- Bantalan rol aksial radial;

Co  2,2.i.Z.Lr .Dr . cos ………………………………………………….4.23

dimana;

i = jumlah baris bola dalam satu bantalan

Z = jumlah bola tiap baris

Db = diameter bola

Dr = diameter efektif rol

Lr = panjang efektif rol

 = sudut kontak

ko = faktor, besarnya:

1,25 bantalan radial

0,34 bantalan yang menyetel sendiri

B. Perhitungan Beban Ekivalen


Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa hingga memberikan umur yang sama dengan
umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya disebut beban ekivalen dinamis;

Besarnya beban ekivalen dinamis:

- Bantalan radial;

P  ( X .V .Fr  Y .Pa) Ks.KT …………………………………………….4.24

- Bantalan aksial;

156
P  ( X .Fr.  Y .Pa).Ks.KT ………………………………………….4.25

dimana;

Fr = beban radial

Fa = beban aksial

X = faktor bebanradial

Y = faktor beban aksial

V = faktor rotasi

1 = bila beban putar pada cincin dalam

1,2 = bila beban putar pada cincin luar

Ks = faktor keamanan

KT = faktor suhu, diperhitungkan bila suhu kerja  100C.

Beban ekivalen untuk beban radial dengan rol pendek

P  Fr.Ks.KT ……………………………………………………….4.26

Untuk beban aksial;

P  Fa.Ks.KT ………………………………………………………….4.27

Untuk beban ekivalen statis

- beban radial;

Po  Xo.Fr  Yo.Fa …………………………………………………..4.29

bila Po  Fr , Po = Fr

- beban aksial;

Poa = Fa + 2,3 . Fr . tg  …………………………………………...4.30

157
Tabel 4.3 Faktor suhu ( KT )

T C 125 150 200

KT 1,05 1,1 1,25

Tabel 4.4 Harga faktor keamanan (Ks)

Beban bantalan Ks Penggunaannya

Beban tetap 1 Transmisi, konveyor

Beban kejut lebih dari 125 % 1 - 1,3 Penggerak roda gigi, mesin perkakas,
motor listrik, konveyor

Beban kejut lebih dari 150 % 1 - 1,8 Traktor, kereta api, mobil, mesin
sekrap dll

Beban kejut lebih dari 300 % 1,8  Mesin tempa, penghancur bantu, rill,
rolling mill.

158
159
160
161
C. UMUR BANTALAN
Umur bantalan ditentukan sebagai berukut: umur nominal ( 90 % ) dari elemen yang
berputar, setelah berputar 1.000.000 putaran tidak memperlihatkan kerusakan kerena kelelahan
gelinding, dapat ditentukan:


C 
L    .10 6 putaran …………………………………………………..4.31
P

dimana;

L = umur bantalan

C = Kapasitas nominal dinamis

P = beban ekivalen dinamis

 = eksponen, tergantung jenis bantalan

3 = bantalan bola

3,3 = bantalan rol

Umur dalam jam:

162
L
Ln = .1,67.10 2 jam ……………………………………………….4.32
n

Contoh soal;

1). Sebuah bantalan peluru tunggal dengan pembebanan dinamis C = 2800 kg dan pembebanan
statis Co = 1900 kg, diberi gaya-gaya radial Fr = 370 kg dan aksial Fa = 86 kg., bila putaran
poros 500 rpm.

Tentukan : jumlah jam kerja dan ukuran bantalan

Penyelesian:

Fa 86
  0,05 dari tabel e = 0,24
Co 1900

Fa 86
  0,34 dari tabel harga X = 1, Y = 0
Fr.V 370.1

163
Beban dinamis; P = X. Fr. V + Y . Pa

= 1 . Fr. 1 + 0 .86

= 370 kg

faktor C/P = 2800 / 370 = 7,6

maka; Umur bantalan

C
L  ( )  .10 6
P

= (7,5) 3 .10 6 = 438.976.000 putaran

atau :

L
Ln = .1,67.10 2
n

438.976.000
= .1,67.10 2
500

= 14.662 jam

b. Ukuran bantalan;

Dari tabel dengan beban nominal dinamis C = 28000 N, didapat:

d = 40 mm

D = 90 mm

B = 23 mm

164
BAB V

PELUMASAN DAN PELUMAS

5.1. Tujuan Pelumasan

Bila dua elemen mesin saling bergesekan maka akan timbul panas, keausan dan
menyebabkan kehilangan tenaga, maka tejadinya gesekan tersebut perlu diperkecil. Untuk
meminimalkan gesekan terssebut yaitu dengan memberi pelumasan yang baik dan memperkecil
luas bidang kontaknya. Walaupun pelumasannya sebaik mungkin, masih tetap ada gesekan dan
ada bagian yang rusak. Bagian yang rusak diusahakan adalah bagian yang murah dan mudah
diganti, misalnya; pelumas, metal bantalan. Supaya mesin berumur panjang diperlukan pelumas
dan sistem pelumasan yang baik.

Fungsi pelumasan pada mesin antara lain;

 Melumasi dua permukaan yang saling bergerak relatif dengan cara membentuk lapisan
tipis (film minyak), tujuannya adalah untuk mengurangi gesekan dan keausan.

 Untuk menyerap panas yang dihasilkan mesin, sehingga efisiensi mesin akan naik

 Membersihkan permukaan dengan mencuci bersih butiran (kotoran) logam yang


dihasilkan dari keausan.

 Memberikan perlindungan bantalan terhadap timbulnya karat.

 Memperpanjang umur dari elemen-elemen yang bergesekan

 Menyekat celah antara piston dengan dinding silinder.

5.2. Prinsip Pelumasan

Bagaimanapun halus dan ratanya permukaan logam, kalau dilihat dengan kaca pembesar
akan terlihat permukaan yang tidak merata. Bila dua logam saling meluncur dan bergesekan
keduua permukaannya, maka titik tertinggi kedua permukaan tersebut saling mengunci dan
menghambat gerak relatif. Untuk memperkecil gaya gesek (hambatan) diantara kedua permukaan
tersebut harus ada film minyak (lapisan minyak). Semua minyak mempunyai kecenderungan

165
untuk menyebar pada permukaan logam dan melekat kepadanya. Oleh sebab itu suatu film
minyak yang sangat tipis dapat terbentuk diantara permukaan yang bergerak, misalnya; antara tap
dan bantalan atau antara torak dan silinder. Tebal film minyak tergantung beberapa faktor,antara
lain:

 Kehalusan permukaan logam (ketelitian permukaan)

 Tekanan bantalan / torak

 Viskositas minyak

 Kecepatan relatif benda yang bergerak

 Kelonggaran antara dua permukaan.

Tebal lapisan minyak berkisar antara 0,0254 mm sampai dengan 0,01778 mm. Bila viskositas
menurun atau tekanan bantalan meningkat, maka sebagian minyak ditekan keluar sehingga kedua
permukaan bersinggungan dan lapisan minyak tetap mendukung beban. Pelumasan semacam ini
disebut pelumasan tipis atau pelumasan tidak sempurna, hal ini bila berlanjut akan terjadi
keausan.

Gambar 5.1 Film minyak

5.3. Sifat penting Minyak Pelumas

Suatu pelumas mesin yang ideal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1). Kekentalan (viskositas) tidak banyak berubah, karena adanya perubahan suhu.

2). Sifat kimiawinya stabil.

3). Tidak beracun

4). Mengandung zat pembersih (detergent)

5). Melarutkan zat-zat kimia lain.

166
6). Tidak terbakar

7). Tidak menimbulkan karatan.

8). Tidak mudah menguap (menjadi gas).

9). Penggunaannya hemat.

10).Mempunyai sifat baik pada waktu start (dingin).

Pemakain pelumas terbatas jangka waktunya, yaitu dalam waktu-waktu tertentu harus
diganti, sebab : sifat-sifat pelumasannya sudah berkurang dan sudah kotor. Pengotoran pelumas
disebabkan oleh ; debu dari luar, gram-gram dari gesekan, zat-zat terlarut dalam pelumas, misal;
bahan bakar, sisa / hasil pembakaran.

Syarat-syarat yang harus dimiliki minyak pelumas

1). Viskositas (kekentalan).

Viskositas merupakan sifat yang paling penting yang harus dimiliki oleh minyak pelumas.
Viskositas menunjukkan kefluidaan relatif dari minyak tertentu. Jadi merupakan ukuran dari
gesekan fluida atau tahanan, yang akan diberikan oleh molekul atau partikel dari minyak,
misalnya; dalam peredarannya, semakin malas gerakannya berarti kekentalannya lebih tinggi.
Kalau kefluidaan relatif berkurang, maka gesekan antar molekul juga berkurang. Untuk
menentukan sifat kefluidaan tersebut dapat dicari dengan persamaan Newton.

Newton menyatakan bahwa besarnya tegangan geser (  ) berbanding langsung dengan


kecepatan ( V ) dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan ( Y ), dapat ditulis;

V
  . ……………………………………………………………………………5.1
Y

dimana;

 = Tegangan geser, dyne/cm 2

 = Viskositas dinamik (mutlak), poise (P)

V = Kecepatan, cm/dt

Y = Tebal lapisan, cm

167
F

v v
Y

Gambar 5.2 Viskovitas pelumas

Kalau tegangan geser  dalam N/m 2 , kecepatan v dalam m/det 2 dan tebal Y lapisan dalam
mm, maka Viskositas mutlak:

 = N det/m 2

= 10 Poise ( P ), kebanyakan dipakai Centi poise (Cp)

Cp = 10 3 Ndet/m 2 (Pa det)

Sedangkan untuk mencari Viskositas kinematik dapat dipakai persamaan;


 ………………………………………………………………5.2

dimana;  = rapat jenis, gr/cm 3

Maka Viskositasa kinematik dalam satuan cm/det = Stoke, tetapi yang banyak dipakai adalah
Centi stoke ( C St ).

168
Gambar 5.3 Diagram Viscositas untuk berbagai minyak pelumas

Untuk menentukan kekentalannya dapat digunakan standart pengukuran, misalnya :


Viscosimeter Saybolt Universal. Prinsip kerjanya: Minyak yang diuji dimasukkan kedalam
bejana pengisian sampai pada batas permukaannya, kalau tutupnya dibuka maka minyak
tersebut akan mengalir. Yang diukur adalah mengalirnya minyak sebanyak 60 cc
membutuhkan waktu berapa dan ditentukan sebagai Saybolt seconds (Ssu) atau detik
Saybolt.

Kekentalannya dapat dicari dengan persamaan:

180
   (0,22.  ) ……………………………………………………5.3

dimana;

 = Kekentalan dinamis, Cp

 = Pembacaan Saybolt, det

 = Rapat jenis, gr/cm


3

169
Kekentalan tergantung rapat jenis, sedangkan rapat jenis tergantung dari suhu, untuk mencari
berat jenis dapat digunakan persamaan;

   60  0,000365 (t  60 o ) …………………………………………….5.4

dimana;

 = rapat jenis pada suhu t o


F

 60 = rapat jenis pada suhu 60 o


F

o
t = suhu fluida yang ditinjau, F

o
Tabel 5.1 Berat jenis pada 60 F

No. Macam-macam pelumas SAE  60

1 Minyak transmisi 160 0,9365

2 Minyak gear 140 0,9153

3 Minyak transmisi, stok jernih 110 0,9328

4 Minyak Pesawat terbang 100 60 0,8927

5 Minyak diesel berat 40 0,9285

5 Minyak automobil berat 40 0,9275

6 Minyak automobil sedang 20 0,9254

7 Minyak bantalan dengan gelang 20 0,9346

8 Minyak automobil segala musim 20 0,9036

9 Minyak automobil ringan 10 0,8894

10 Minyak automobil ringan 10 0,8877

Tabel 5.2 Hubungan pelumas dan kekentalan Saybolt (SSU) detik

170
SAE  130 F SAE  210 F

10 90 - 120 40 80

20 120 – 185 50 80 – 105

30 185 - 255 60 105 - 125

40 255 70 125 - 150

2). Titik Tuang

Yang disebut titik tuang adalah minyak pelumas pada temperatur tertentu akan
membentuk jaringan kristal yang menyebabkan minyak tersebut sukar mengalir. Oleh karena
itu sebaiknya dipergunakan minyak pelumas dengan titik tuang yang serendah-rendahnya
untuk menjamin agar minyak pelumas dapat mengalir dengan lancar ke dalam pompa dan
salurannya pada setiap operasinya.

3). Titik Nyala

Titik nyala adalah suhu pada saat uap minyak pelumas berada diatas minyak akan menyala
bila dikenai api kecil. Titik nyala untuk berbagai macam minyak pelumas bervariasi antara
171,1 C  221,1 C. Titik ini jauh lebih rendah dari titik didih atau suhu pada saat minyak
akan berubah dari cair menjadi gas. Dalam pengoperasian mesin diinginkan minyak yang bisa
terbakar secara bersih dan meninggalkan residu karbon sekecil, yaitu pada saat langkah
pembakaran sejumlah minyak yang berada di dinding silinder sebagian akan terbakar secara
berkala. Hal ini jauh lebih baik minyak terbakar pada suhu yang rendah, tetapi meninggalkan
karbon yang sekecil mungkin.

4). Stabilitas

Beberapa minyak pelumas pada temperatur yang tinggi akan berubah susunan kimianya
sehingga terjadi endapan yang mengakibatkan cincin torak melekat pada alurnya. Dalam
beberapa hal minyak pelumas dapat membentuk lumpur apabila bercampur dengan air dan
beberapa komponen hasil pembakaran. Selain itu lumpur tersebut akan mengubah
kekentalannya dan menutup saluran minyak. Oleh karena itu bak minyak pelumas harus

171
mendapat ventilasi yang cukup baik agar minyak pelumas atau gas pembakaran dapat keluar
leluasa dari bak minyak pelumas.

5). Kelumasan

Minyak pelumas harus mempunyai sifat melumasi yang cukup baik yaitu dapat
membasahi permukaan logam. Hal ini berarti dalam segala keadaan selalu terdapat lapisan
minyak pelumas pada permukaan elemen yang bergesekan. Sifat ini sangat penting untuk
melindungi bagian permukan tersebut, misalnya; saat start, yaitu pada saat minyak pelumas
belum cukup banyak atau pompa minyak pelumas belum bekerja sebagaimana biasanya.

5.4 Klasifikasi minyak pelumas

1). Berdasarkan bahan dasarnya.

Bahan dasar pelumas dapat dibedakan menjadi 3 macam:

a. Mineral.

Bahan dasarnya berasal dari kombinasi gugusan hidrokarbon yang dikilang dari
minyak mentah melalui proses fisika. Hal ini menyebabkan karakteristik minyak mineral
tidak sesuai yang dibutuhkan mesin. Pelumas mineral mudah menguap dan viskositasnya
cepat berubah pada temperatur tertentu.

b. Sintetis

Bahan dasarnya berasal dari proses transformasi kimiawi, formulasinya ditentukan


sesuai sifat yang diinginkan. Hal ini diperoleh dari unsur-unsur kimia yang cocok dan
proses yang tepat. Sifat pelumas sintetis karakteristiknya sesuai yang dibutuhkan mesin.
Pelumas ini tidak mudah menguap, viskositasnya stabil pada temperatur tinggi, daya
lumasnya sangat baik pada berbagai keadaan, tidak meninggalkan karbon dan umur
pemakaiannya relatif lebih lama.

d. Semi sintetis.

172
Bahan dasar dari pelumas ini gabungan antara mineral dan sintetis, jenis pelumas ini
mempunyai sifat yang cukup baik dibanding dengan pelumas mineral, sehingga cocok
untuk operasiol harian.

2). Viskositasnya

a. Minyak Monograde

Kekentalan minyak pelumas harus sesuai dengan fungsi minyak, yaitu untuk
mencegah keausan permukaan bagian yang bergesekan, terutama pada beban besar dan
pada putaran rendah. Minyak pelumas yang terlalu kental sukar mengalir melalui
salurannya, disamping meyebabkan kerugian daya mesin yang terlalu besar. Biasanya
kekentalan minyak pelumas diuji pada temperatur 210 F (99 C) dan dinyatakan dengan
SAE (Society of Automotive Engineers); misalnya : SAE 10, SAE 20, SAE 30, SAE 40 dan
seterusnya, makin kental makin tinggi bilangannya. Adakalanya pengujian tersebut
dilakukan pada temperatur 0 F (-17,8 C); untuk membedakannya dibelakang bilangan
SAE ditambah huruf W (winter), misalnya; SAE 20W.

b. Minyak Multigrade

Indeks viskositas minyak dapat dinaikkan dengan menambah bahan kimia, maka
minyaknya disebut multigrade, misalnya ; SAE 20 W – 50. Ini berarti, pada suhu rendah
kekentalannya adalah SAE 20 dan pada suhu tinggi kekentalannya adalah SAE 50. Pada
kenyataanya kekentalannya pada suhu tinggi berkisar SAE 30 – 40, karena campuran
kimianya akan rusak pada waktu minyak bergerak ditempat yang sempit.

3). Kualifikasi minyak pelumas.

Kualitas minyak pelumas dapat dilihat pada labelnya. Standar kualitasnya ditentukan oleh
API (American Petroleum Institute), yaitu lembaga independen yang berada di Amerika yang
bertugas menguji kualitas dan kinerja minyak pelumas. Jika di label kemasan pertamanya
huruf S, berarti untuk mesin bensin (spark plug). Urutan kualitasnya mulai hurup; SA, SB,
SC,…….SL (makin tinggi hurup dibelakang S, berarti semakin bagus kualitasnya). Bila huruf
pertamanya adalah C digunakan untuk mesin diesel (compresi), urutan kualitasnya : CA, CB,
CC, CD. Ada juga gabungan dari S dan C, misalnya; API SJ/CD. Sedangkan untuk mesin 2 tak,
kualitas pelumas diawali huruf T, urutannya: TA, TB, TC. Kalau menurut standar JASO

173
(Japanese Automotif Standar Organization) kualitasnya diawali huruf F, misalnya ; FA, FB, FC
(makin tinggi hurup dibelakang T atau F, berarti semakin bagus kualitasnya)

174
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Zainun, Elemen Mesin I, 1999, Refika Aditama, bandung

Departemen Pendidikan, Bagian-bagian Mesin I, 1977, Asrama Mahasiswa Realino, Yogyakarta

Berata Wajan, Diktat Elemen mesin, 1986, ITS, Surabaya

Duetschman d Aeron dkk, Machine design theori and practice , 1975, Macmillan Publishing Co, Inc.
New York

Malau Victor , Diktat Elemen mesin I, 1985, UGM, Yogyakarta

Sularso dkk, Elemen Mesin Dasar Perencanaan dan Pemilihan, 1991, Pradnya Paramita, Jakarta

Soenarta Nakoela dkk, Motor Serba Guna, 1995, Pradnya Paramita, Jakarta

175
176

Anda mungkin juga menyukai