Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga dalam penulisan Buku Ajar Elemen Mesin I bisa
terselesaikan dengan baik.
Buku Ajar ini disusun dalam rangka bagian dari Proyek Hibah A-1 yang diterima oleh
Teknik Mesin Universitas Janabadra, untuk membuat pedoman buku ajar, guna meningkatkan
sumber daya manusia, khususnya dibidang pengajaran.
Dengan penulisan buku ajar ini diharapkan memudahkan proses belajar mengajar,
sehingga mahasiswa memahami dasar-dasar dari Elemen Mesin sehingga bisa digunakan sebagai
referensi, untuk mempelajari ilmu-ilmu teknik yang lain sehingga mampu meyelesaikan
permasalahan permesinan sesuai dengan perkembangan industri di era globalisasi.
Penulis menyadari masih banyak yang perlu disempurnakan dalam penyusunan buku ajar
ini, dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Syamsiro, ST sebagai ketua Proyek
Hibah A-1, yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun buku ajar ini.
Hormat kami,
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
2.7 Pasak Bintang ………………………………………………………………… 79
Pasak Bintang Lurus ………………………………………………………… 79
4
BAB I
PENDAHULUAN
a. Komponen : Adalah suatu bagian dari mesin yang terdiri dari satu jenis bahan, dan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan lagi.
Menurut fungsinya:
a. General purpose : adalah bagian mesin yang secara umum dapat dipergunakan pada
berbagai mesin, ada kemungkinan dapat dipindahkan dari satu mesin ke mesin lainnya.
5
Keterangan Gambar 1.1
(a). Bila benda mendapat gaya luar P1, P2 dan ujung yang lain mendapat gaya luar P3 dan P4,
maka benda dalam keadaan kesetimbangan statis.
(b). Bila benda (a) dipotong pada tengahnya, maka hasilnya seperti Gambar (b) ,(c) dan setiap
potongan ada gaya dalam S1, S2 dan S3 dan benda masih dalam keseimbangan dalam arti;
gaya luar diimbangi oleh gaya dalam.
Dasar-dasar perhitungan :
R
P
3
P4
6
Gambar 1.2 Gaya-gaya Resultan
Dari Gambar 1.2, bahwa intensitas gaya yang tegak lurus (normal) terhadap irisan disebut
tegangan normal ( ). Sedangkan tegangan normal yang meninggalkan bidang disebut tegangan
tarik ( + ) dan tegangan normal yang menuju bidang disebut tegangan tekan ( - ).
P
= (N/m2) ………………………………………………...1.1
A
dengan :
A = Luas bidang, m2
7
Bila penampang gambar 1.3 ( c ) dipotong, maka arah gayanya seperti gambar 1.4;
I II’ II
Gambar 1.4 Gaya tekan dan tarik
+
Keterangan gambar :
y
_ Y
m
a
x
+
8
Gambar 1.5 Gaya tekan dan tarik
Mb.Ymak
= ………………………………………………………1.3
I
dengan :
Bila Y mak = R
Maka;
Mb
mak = ………………………………………………………. .1.4
I / Ymak
atau;
Mb
mak = ………………………………………………………….1.5
Wb
dengan;
Mb = Momen lengkung
= I
Ymak
.d 4 1
Wb =
64 R
9
.d 4 1
=
64 0.5d
.d 3
= (mm3 , in3 ) …………………………………………..1.6
32
Mb
mak = ………………………………………………………………. 1.7
0.1d 3
10
B. Momen Puntir ( torsi)
Bila suatu batang mendapat gaya puntir, maka batang tersebut akan bekerja momen
puntir ( torsi ).
Mp.R
mak = …………………………………………………………1.8
Ip
dengan;
.d 4
Untuk =
32
Maka;
11
Mp Mp
mak = = …….……………………………………………1.9
Ip / R Wp
.d 4
Wp = . 1/0.5 d
32
Mp
mak = …….…………………………………………………1.11
0.2d 3
Akibat adanya torsi maka pada poros akan terjadi defleksi sudut. Bila defleksi sudut ini
melebihi batas yang diijinkan, maka akan mengakibatkan terjadinya getaran.
Bila batang pejal mendapat gaya puntir, maka batang tersebut akan terjadi defleksi:
12
B
B’
Karena adanya puntiran pada batang, maka akan timbul defleksi sudut (sudut puntir);
Mp.L
= (rad) ……………………………………………………..1.12
Ip.G
Mp.L
= (rad) ………………………………..1.13
.do 4
(1 (di / do) ).G
4
32
1 rad = 57,3
maka;
32
57.3 Mp L
= ………………………………………………..1.14
do 4 (1 (di / do) 4 G
atau;
584 .Mp.L
= (derajat) ………………………………….. 1.15
do (1 (di / do) 4 .G
4
13
dengan;
= defleksi sudut, ( )
L = Panjang poros, mm
di = diameter dalam, mm
do = diameter luar, mm
14
Momen torsi sering harus dihitung dari daya yang ditransmisikan dengan putaran poros
tertentu. Untuk memudahkan ada 3 rumus yang sering digunakan;
N
Mp = 63000 (lb in) ……………………………………………..1.16
n
N
Mp = 71620 (kg cm) …………………………………………….1.17
n
Dengan ;
N = daya (Hp)
n = putaran (rpm)
Mp = N (Nm) ……………………………………………………..1.18
Dengan;
N = daya (Hp)
15
C. Deformasi Geser
Gaya geser menyebabkan deformasi geser. Bila suatu elemen diberi gaya geser, ma ka
panjang sisinya tidak berubah, tetapi bentuknya berubah dari segi empat menjadi parallelogram.
s
g g L
s
tg g = , karena tg g = g
L
maka;
s
g =
L
= G . g ……………………………………………………..1.19
F s
= G. …………………………………………………….. ….1.20
A L
maka;
F .L
s = …………………………………………………….. ….1.21
A.G
dengan;
16
s = deformasi geser, (mm, in)
g = regangan geser
D. Pengujian tarik
Bila suatu batang mendapat gaya tarik, maka batang tersebut akan mengalami
perpanjangan, bila beban tersebut tetap bekerja maka batang tersebut akan putus.
- Panjang batang
L mula-mula ( L )
- ditarik dengan
L
gaya F
L
L
Lo - batang akan
bertambah panjang
- Regangan yang
terjadi ( );
Tegangan yang terjadi pada batang akibat gaya tarik;
F
= …………………………………………………….. …….1.23
A
=
dimana;
………….1.22
= Tegangan tarik pada bahan, (kg/mm , lb/in )
2 2
Lo = Panjang
setelah
perpanjangan 17
vA = Luas penampang batang yang menerima gaya tarik, (mm2, in 2 )
ɛ = Regangan, %
d
f
b e
x
a c
b. Titik elastis : yaitu apabila beban ditiadakan, panjang bahan akan kembali ke titik
semula
c. Titik mulur (plastis) : bahan akan bertambah panjang walaupun beban ditiadakan
18
x. Keuletan bahan : semakin panjang x, bahan semakin ulet (liat).
Suatu bahan akan mengikuti Hukum Hooke apabila antara tegangan dan regangan yang
bekerja sebanding;
= E . …………………………………………………….. ….1.24
atau;
E =
F L
Persamaan = dan = , maka bila kedua persamaan tersebut disubtitusikan;
A L
F L
= E.
A L
sehingga;
F .L
l = …………………………………………………….. …. 1.25
A.E
19
F F
F
L
L
L
Lo
L2 l1 Lo
l1 L2
el
patah
E. Faktor Keamanan
Faktor keamanan adalah faktor yang digunakan untuk mengevaluasi keamanan dari suatu
elemen mesin. Faktor keamanan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain;
3. Jenis beban
20
7. Pengaruh waktu dan lingkungan dimana peralatan tersebut dioprasikan
Salah perhitungan
Kesalahan konstruksi
yp
t = …………………………………………………….. ….1.26
v
ult
t = …………………………………………………….. ….1.27
v
Sedangkan konstruksi yang menerima beban puntir, tegangan geser yang diijinkan;
21
s yang diijinkan adalah 30% dari yp
yp
s = …………………………………………………….. …. 1.28
v
dimana;
v = faktor keamanan, (3 5)
ult
s = …………………………………………………….. …. 1.29
v
dimana;
v = faktor keamanan, (4 6)
22
BAB II
SAMBUNGAN
Sambungan sliding misalnya: Connecting rod, crank pin, poros dan bantalannya, roda gigi, belt
dan rantai.
Sedangkan sambungan yang berbentuk fixed, biasanya berbentuk pengikatan antara elemen satu
dengan yang lainnya. Pengikatannya dapat bersifat permanen (permanent joint) dan yang dapat
dilepas (detachable joints).
Sambungan tetap;
- Paku keling
- Susut-tekan
- Las
- Solder
- Lem
- Ulir-sekrup
- Cotter-pin
- Pasak
- Spline
Sambungan paku keling dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan, yaitu;
23
Sambungan kekuatan dalam konstruksi baja dan konstruksi logam ringan, konstruksi
bertingkat, jembaan dan pesawat pengangkat.
Sambungan kekuatan kedap dalam konstruksi ketel, yaitu ketel, tangki dan pipa
dengan tekanan tinggi
Sambungan kedap untuk tangki, cerobong asap plate, pipa penurunan dan pipa aliran
yang tidak bertekanan.
Kuat.
Kelemahannya adalah;
Konstruksinya berat
Dimana;
24
S = Tebal plate yang disambung
Dimensinya:
L = S + ( 1.5 1.7 ) d
D = ( 1.6 1.75 ) d
ho = 0.35 d
h = ho + 0.05 d
h = (0.6 0.7) d
Cara pemasangannya;
25
Jenis sambungannya:
- Sambungan lap
Tunggal:
- Ganda:
26
Analisis Kekuatan pada paku keling
Bila suatu gaya F bekerja pada sambungan paku keling dengan menggunakan beberapa
paku keling n, dan jarak antar paku t, maka;
F
Fo = ……………………………………………………………2.1
n
Akibat gaya Fo tersebut, maka paku keling dan plate akan mengalami tegangan yang bisa
menyebabakan kerusakan.
Fo = A .
plat
Maka;
Fo = (t-
Gambar 2.2 d).S. plat
……………………….2.2
d =
diameter paku
S = tebal
pelat
plat =
Tegangan tarik pelat.
27
Fo
Fo Fo = Apk . pk
Dimana;
pk = tegangan
Fo = 2 . ¼ d2 . pk ………………………………………………………………………2.3
geser paku, (0.5-
0.8 )
maka;
c. Paku tertekan dinding lubang, kemungkinan;
- lubang rusak
Fo
Fo Fo = d . S . ds
…………………….2.4
s = tebal plate,
Tepi plate tergeser lepas mm
Fo = 2 . e . S .
plate ……………….2.5
e
e = Jarak tepi
plate, (1.5 2)d
Gambar 2.5
28
e. Lebar plate putus akibat tegangan tarik
Fo = (b - i d). S
b
d
………………….2.6
S = tebal plate,
mm
b = lebar plate,
Gambar 2.6
mm
i = Jumlah paku
Efisiensi Sambungan Keling sebaris
a. Untuk plate
d = diameter paku,
mm
(b id ) S . plat
= x100%
b.S . plat
atau:
b id
plate = x100% …………………………………………………2.7
b
29
1 / 4. .d 2 . pk
pk = x100 % ……………………………………………2.8
b.S . plat
Beban Eksentris
Beban eksentris banyak dijumpai pada konstruksi struktur, dimana beban bekerja diluar
kelompok paku keling. Untuk mengetahu gaya geser yang bekerja pada setiap paku keling perlu
mengetahui letak titik berat dari kelompok paku keling ini.
P
Pp
n
b. Momen puntir yang bekerja pada titik berat akibat gaya geser
M = P. e
4 Pm.r = P.e
P.e
Pm
4.r
R = Pp 2 Pm 2 ………………………………………………2.9
Karena jarak antara paku keling dengan titik berat sama, maka resultante gaya yang bekerja pada
setiap paku keling adalah sama, yaitu;
30
R1 = R2 = R3 = R4 = R
P
Pp ……………………………………………………………2.9
i
Gaya Pm1, Pm2 ……. yang bekerja pada paku keling secara langsung dengan jarak r1, r2 ……. rn ,
sehingga;
Pm1 r1 Pm1 r1
, dst ……………………………………………..2.10
Pm2 r2 Pm3 r3
31
2
r
P . e = 2 Pm1 ( 2 r1 )
r1
Maka;
P.e
Pm1 = 2
r
2( 2 r1 )
r1
atau;
P.e.r1
Pm1 = ……………………………………………………..2.12
2(r2 r1 )
2 2
dan
P.e.r2
Pm2 = ……………………………………………………..2.13
2(r2 r1 )
2 2
Po = Pp 2 Pm 2 ……………………………………………..2.14
Untuk menghitung diameter minimum paku keling dipergunakan gaya resultante yang
terbesar, dianalisis berdasarkan tegangan geser yaitu;
s s
dimana;
4 P max
s
.d 2
32
4 P max
d …………………………………………………………2.15
. s
Contoh:
1. Sebuah sambungan bilah ganda terdiri dari 3 buah paku tiap pelatnya, beban yang bekerja =
14 ton. Tegangan bahan yang diijinkan = 1400 kg/cm2
Rencanakan:
b. Tebal plate
c. Lebar plate
n = 3 buah
P =
14.000,- kg
t = 1400
kg/cm2
Penyelesaian:
P
Fo =
n
14000 pk = 0.8 t
=
3
= 0.8 . 1400
= 4666 kg
= 1120
kg/cm2
33
a. Diameter paku keling;
P = 2 .1/4. . d2 . pk
2.Fo 2.4666
d = =
. pk .1120
= 1.63 cm 17 mm
b. Tebal bilah;
ds = 2 . t
Fo = d . S . ds
Fo
S =
d . ds
14.000
=
1.7.2800
= 0.98 cm 10 mm
c. Lebar plate
Fo = ( b – i . d ). S. plat
Fo
b = i.d
S . t
4666
= 2.1,7
1.1400
= 13,4 cm 14 mm
34
d. Efisiensi plate dan paku;
b n.d
plat = x100%
b
14 3.1,7
= x100%
14
= 63 %
1 / 4. .d 2 . pk
pk = n. x100 %
b.S . t
= 39 %
P = 500 kg
P
r
e = 30 cm
e r = 10 cm
Rencanakan
diameter
paku keling
bila
teganngan
yang
diijinkan
Penyelesaian;
1200
Gaya yang diterima oleh setiap paku keling; kg/cm2
35
Pp = P/n
Pp = 500/4 = 125 kg
P . e = 4. Pm . r
500.30
Pm = = 375 kg
4.10
s = 0.8 t
4.395
d = = 0.723 cm 7.5 mm
.960
P = 500 kg
e = 30 cm
r1 = 5 cm
r2 = 10 cm
Rencanakan
;diamet
er paku
keling,
bila
teganga
n yang
diijinkan
1200
kg/cm2 36
Penyelesaian;
Pp = 500/5 = 100 kg
P.e.r1 500.30.5
P1 = = = 300 kg
2(r1 r2 )
2 2
2(5 2 10 2 )
P.e.r2 500.30.10
P2 = = = 600 kg
2(r1 r2 )
2 2
2(5 2 10 2 )
Yang dimaksud mengelas adalah; menyambung logam dengan logam dengan cara bagian
yang akan disambung dipanaskan dulu, karena dipanaskan maka tempat-tempat tersebut meleleh
dan bersatu dengan yang lain. Logam yang disambung diantaranya; baja, besi cor kelabu, tembaga,
aluminium, paduan magnesium, nickel, seng dan bahan sintetik thermoplastik.
37
Kelebihan las bila dibandingkan dengan paku keling;
Untuk sambungan tangki, ketel uap, bejana tekan lebih baik karena kedap air.
Jenis-jenis las:
1. Las Tekan
Mengelas dengan dapur tempa kini jarang dilakukan karena hanya untuk pekerjaan-
pekerjaan yang kecil. Kedua ujung yang akan dilas dibuat serong, setelah itu kedua ujung dipanasi
hingga meleleh, setelah itu baru kedua ujung ditempelkan sambil dipukul.
Fo
1).Las Tumpul
Trafo
38
Kedua ujung batang yang akan dilas saling ditekan, setelah itu diberi aliran arus listrik yang tinggi.
Dengan adanya aliran listrik tersebut kedua ujung akan meleleh dan akhirnya menyatu.
Elektrode
Lek
+
uka
P
n
(-)
Gambar
2.11 Las
titik
Las titik dipakai untuk menyambung pelat-pelat tipis dan yang dilas pada tempat-tempat tertentu
secara teratur. Bekas las titik meninggalkan titik dalam satu baris.
39
Gambar 2.12 Las
Elektrode Roda
Disini dipakai roda sebagai elektrode. Setelah dialiri arus yang kuat, roda-roda ini dijalankan
sepanjang pelat, bagian yang meleleh adalah dibagian dalam. Jenis pengelasan ini banyak
digunakan untuk menyambung pelat yang sangat tipis.
2. Las Cair
a. Las Otogen
N Kaw
o at
O zz las
le
2 Gambar 2.13 Las Asetilin
C
2
Las Otogen ini masih banyak digunakan, las ini disebut juga las karbid atau asetilin. Api
H
tersebut didapat dari pencampuran gas asetilin (gas karbid) dan zat asam (oksigen). Cara
6
pengelasannya dengan cara memanasi bagian yang akan dilas sampai mendekati titik cairnya
setelah itu diisi dengan lelehan bahan pengisi (kawat las).
+
Elekt
rode
Log
am _
b. Las Busur Listrik
isi
40
Cara pengelasan ini diperlukan transformator las untuk memperoleh arus kuat, sehingga
diperoleh tegangan listrik 12 15 Volt dengan kuat arus 100 200 Amp. Suhu hasil pengelasan
sampai mencapai temperatur 1750 C, sedangkan batang lasnya adalah elektrode berkulit.
Syarat-syarat elektrode
- kulit harus agak liat sehingga bila elektrode dilengkungkan kulit tersebut tidak pecah
- pada saat pengelasan, kulit mencair dan menyebar menjadi lapisan terak yang melindungi las
dari oksidasi, maka terak harus terbagi merata pada seluruh lasan.
Arus las
Arus las tidak boleh terlalu rendah dan terlalu tinggi, sebab akan menyebabkan
kesalahan-kesalahan dalam pengelasan.
Diameter elektrode
Jenis elektrode
4 mm 5 mm 6 mm
41
Terbungkus tipis 125 A 150 A 190 A
E60XX 60 50 17 – 25
E70XX 70 57 12
E80XX 80 67 19
E90XX 90 77 14 –17
E100XX 100 87 13 – 16
't
= 0.60 - 0.80 (las tangan) ………………………….2.16
t
42
Untuk tegangan tekan;
'c
= 0.75 - 0.90 (l
t
' max
= 0.50 - 0.65 (las tangan) …………………………..2.18
t
Tegangan yang terjadi akibat beban P adalah tegangan tarik atau tekan. Dengan sistem
sambungan dengan elektrode, cara dan metode yang baik, maka hasil las-lasan kekuatannya
mendekati plate asal, efisiensinya mendekati 100% untuk beban statis.
P S
Akibat gaya P (tekan atau tarik) maka tegangan normal rata-rata adalah:
P
t = t ………………………………………………………………………………2.19
A
43
P
= t
L.S
P
L …………………………………………………………..2.20
S . t
yp Dimana; yp =
=
Tegangan luluh bahan
v = Faktor
keamanan
2. Sambungan tumpang (lap joint)
Akibat beban P ini menimbulkan tegangan geser pada las-lasan s , dan tegangan geser ini
bekerja secara merata pada logam las. = 0.707 a
Dimana;
Tegangan geser yang terjadi;
b = lebar efektif
las
b = a Cos 45
a = h = lebar las
s = Tegangan
geser yang diijinkan
= 0.5 0.75
t
44
t = Tegangan
tarik yang diijinkan
P
s = s ………………..2.21
A
P
= s
2.0,707.a.L
P
L …………………….2.22
1,4.a. s
Tinggi las;
P
a ……………………………………………………………2.23
1,4.L. s
Tegangan geser
L
yang terjadi;
s = s
…………2.24
=
s
Gambar 2.17
= L .
0.707 . a
maka;
45
s =
Gambar 2.18 Sambungan Bilah ganda
F
L
S
Tegangan tarik
yang bekerja ;
Gambar 2.19 Sambungan Tee dengan gaya tarik
t2 = =
F F
L 1 = =
Tegangan =
total yang
F H
A 2.b.L
bekerja;
F
2.0.707.a.Ltot = +
=
t
Gambar 2.21 Sambungan Tee dengan beban F
………………………2.28
……2.27
Tegangan geser akibat
Momen bending
Momen akibat beban F
2 =
……………………………2.29
46
M = F.H ………………………………………………………..2.30
Tahanan geser;
b.l 2 1,4.a.L2
W = 2. = ………………………………………………2.31
6 6
6.F .H
Maka; 2 = ………………………………………………………….2.32
1,4.a.L2
= 12 2 2
F 6.F .H 2
= ( )2 ( )
1,4.a.L 1,4.a.L2
F 6H 2
= 1 ( ) max …………………………………………2.33
1,4.a.L L
Keliling las-lasan =
d d
M
t Gaya geser yang
terjadi;
L
= =
F
A
L1
C
Tegangan yang
y
x
terjadi adalah
L2
●G
e
B akibat beban P
=
terhadap titik
berat susunan las
Gambar 2.23 Beban eksentrik
(titik G)
= +
47
dimana;
x =
Li.xi ……………………………………………………………2.35
Li
y =
Li. yi …………………………………………………………….2.36
Li
Menentukan momen tahanan polar susunan las;
3
L
Iy(1) = 1 L1 .x 1 ………………………………………………………2.38
2
12
3
L
Io(1) = Ix(1) + Iy(1) = L1. y + ( 1 L1 .x 1 ) ………………………2.39
2 2
12
48
3
L
Ix(2) = 2 L2 . y 2
2
12
3
L
+ ( 2 L2 . y 2 )
2 2
Io(2) = Iy(2) + Ix(2) = L2. x 2 ……………….2.41
12
J = Io(1) + Io(2)
Untuk menghitung tegangan geser pada komponen vertikal dan horisontal dan kombinasi
dari keduanya adalah;
- Titik B
Pv P.e.rH
v =
L J
PH P.e.rV PH
H = karena PH = 0, maka ; 0
L J L
’ = ( V ) 2 ( H ) 2 ………………………………………………….2.42
- Titik C
Pv P.e.rH
v =
L J
PH P.e.rV PH
H = karena PH = 0, maka ; 0
L J L
’ = ( V ) 2 ( H ) 2 ………………………………………………….2.43
49
PV = Komponen gaya vertikal
's
a = ……………………………………………………….2.44
0,707 . ' max
Contoh
1.
Sambungan las seperti pada gambar, bahan plate adalah St 37, bila ukuran platnya adalah (4
x 30)mm, berapa beban yang mampu ditahan oleh sambungan tersebut
Penyelesian;
Efisiensi jenis sambungan ini adalah mendekati 100 %, maka tegangan tarik yang diijinkan dari
bahan plate t sama dengan tegangan tarik yang diijinkan dari hasil las-lasan t’
50
3700
t = = 1480 kg/cm2
2.5
't
t = 1
P = A . t’
= (0.4 x 3) . 1480
= 1776 kg.
2.
s
Sambungan plate
seperti pada
gambar.
P
maka; s 's
2. A
4000
888 bila a = 5 mm
2.0,707.a.L
4000
L
1,4.0,5.888
51
= 6,43 cm 6,5 cm
3. Sebuah konstruksi (6 x 50) mm seperti pada gambar terbuat dar baja plate St 37, Berapa
beban yang dapat diterimanya dan panjang kampuh lasnya.
L 5 b
0
Penyelesaian;
3700
t = = 1480 kg/cm2
2.5
P = A . t
= (0,6 . 5) . 1480
= 4440 kg
A = 2 . b. L
= 2 . (0,707.a) . L
' max
= 0.6
t
52
P
maka; A
' max
4440
(0,84 . L ) =
888
L = 5 cm = 50 mm
4. Pipa gas berukuran 4 inci akan dilas pada sebuah pelat. Bila elektrode yang digunakan
adalah E60XX, Berapa kemampuan dan dimensi las-lasan ini.
Penyelesian;
Tabel pipa gas dengan ukuran 4 inci, in = 100 mm dan out = 113,5 mm.
E60XX = Su =
60.000 psi
Syp =
50.000 psi
Maka ;
’max = 0.5
Luas penampang pipa
P = A . ’max
53
= 22,6 . 703 = 15900 kg
P = A . ’max
= L.b. ’max
Panjang L merupakan keliling lingkaran las. Bila diameter lingkaran las diasumsikan 12 cm, maka;
L = d = 3,14 . 12 = 37,5 cm
Maka;
15900
a 0.85cm
18640
Karena tinggi las lebih dari 5 mm, maka tiap-tiap mm peningkatan harus ditambah 4 %, maka
tinggi las menjadi;
4.
6.8
”
L1 4"
x1 2"
A 20
00
y1
y
x
x1
x2 ● lb
L2 6"
e
B
54
Sebuah konstruksi las seperti pada gambar, Tegangan yang yang diijinkan dari las-lasan adalah
7000 Psi, berapa tinggi kaki las-lasan.
Penyelesaian;
Asumsi a = 1”
maka; e = 6,8” - x = 6”
3
L1
I 0(1) L1 . y 1 L1 x1
2 2
12
43
= 4.(1,8) 2 4(2 0,8) 2 24,05in 3
12
3
L
I 0 ( 2 ) L2 . x 2 2 L2 y 2
2 2
12
63
6.(0,8) 6(3 1,8) 2 30,48in 3
2
12
55
Untuk mencari tegangan yang terbesar antara titik A dan B;
Titik A;
Titik B;
'A 987
a = 0,199"
0,707 . ' max 0.707. 7000
Sambungan susut atau kempa ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sifat logam,
yaitu dapat menyusut dan memuai dengan cara didinginkan dan dipanasi. Sambungan ini
56
termasuk jenis sambungan mati atau tidak dapat dilepas lagi tanpa menggunakan alat-alat khusus.
Sambungan ini termasuk sambungan yang tidak memerlukaan logam tambah, seperti : las, keling
dan baut.
1 dengan pemanasan
2. dengan pendinnginan
Pada penyusutan panas digunakan sifat ilmu alam, yaitu benda akan memuai bila
dipanaskan dan akan menyusut bila didinginkan. Bila sebuah poros disambungkan dengan naf
atau cincin, maka diameter lubang (naf) atau busing harus lebih kecil dari porosnya, kemudian
lubang tersebut dipanasi sampai mencapai temperatur tertentu sehingga diameternya lebih besar
dari diameter porosnya. Selanjutnya naf tersebut dipasang pada tempat yang ditentukan,
selanjutnya naf tersebut mendingin dan menjepit (menekan) poros sehingga menjadi sambungan
yang sangat kuat.
Keterangan Gambar:
a. Suhu poros dan naf sama (suhu kamar), diameter lubang lebih kecil dari diameter poros (
D d ).
b. Diameter lubang naf lebih besar dari diameter poros karena pemanasan ( D d )
57
c. Setelah dingin, diameter lubang naf kembali seperti semula, terjadi pelekatan yang sangat
kuat.
2. Penyusutan dingin
Penyusutan dingin umumnya tidak digunakan untuk menyusutkan poros dengan naf,
biasanya untuk memasang lapisan logam, dudukan katup dalam silinder, roda gigi, blok silinder
dsb. Bila mau mengeratkan dudukan katup dalam blok silinder, diameter dari dudukan katup
dibuat lebih besar dari diameter lubang blok silinder, selanjutnya dudukan katup tersebut
didinginkan dengan cara dimasukkan kedalam bak berisi media pendingin sehingga menyusut,
dan secepatnya dipasang pada dudukannya.
Media pendinginannya digunakan zat lemas cair, suhu hasil yang dapat dicapai -196C, sedangkan
aseton dan zat asam arang kering ( CO2 ), suhu hasil yang dapat dicapai adalah - 70C.
Keterangan gambar;
a. Suhu keduanya sama, diameter luar dudukan katup ( d ) lebih besar dibanding dengan
diameter lubang blok silinder( D ), ( d D ).
c. Bila suhu keduanya sama (suhu kamar), maka diameter dudukan katup ukuran nya
kembali seperti semula, sehingga menjadi sambungan yang sangat kuat.
58
Ukuran susut
= d - D …………………………………………………………..2.45
L = L . . t ………………………………………………………2.46
D = D . . t
dimana; D = selisihdiameter, mm
59
t = selisih temperatur, C
t = .E ………………………………………………………………2.47
D
Contoh soal;
1. Diketahui suatu cincin baja disusutkan dengan perantaraan panas pada poros baja
berdiameter 100 mm. Angka susutnya dipakai 1/650 bagian dari diameter nominal.Koefisien
muai panjang baja = 12.10-6 mm/ C, suhu dalam bengkel
25 C.
60
b. Suhu yang dapat dicapai pada saat pemanasan poros bila kelonggaran
montase 0,3 mm
b. Cincin harus dipanaskan, sehingga diameter dalam diperbesar sampai diameter poros +
longgaran montase.
D = d + 0,3 – D
D = D . . t
t = 378 C
T2 = T1 + t
D
t = .E
D
0,453
= .2,1.10 4
99,847
= 95 kg/mm2
61
2.4 SAMBUNGAN ULIR
Sambungan ini diulirkan dengan adanya ulir pada baut dan mur. Yang dinamakan ulir
sekrup adalah garis yang diperoleh jika sebuah segi tiga dibelitkan pada sebuah silinder, atas sesgi
tiga terssebut membuat potongan normal dan sisi miringnya membuat garis ulir.
s
S = Kisar ulir
d
= Sudut
kisar
d = diameter
teras
Keuntungannya;
Kelemahannya;
Pada permukaan ulir terjadi konsentrasi tegangan yang lebih besar sehingga bagian ini
lebih mudah rusak.
62
Withworth
Sellers
Metris
Ulir trafesium
Ulir bulat
Withworth
Bisectrix
Generatrix
Ulir disebut tunggal atau satu jalan bila hanya satu jalan yang melilit silinder,dan disebut
dua atau tiga jalan bila ada dua atau jalur. Jarak antara puncak-puncak yang berbeda satu putaran
dari satu jalur disebut kisar. Jadi kisar pada satu jalur sama dengan jarak baginya, sedangakan
untuk ulir ganda dan tripel besar kisarnya berturut-turut sama dengan dua kali dan tiga kali jarak
baginya.
Ulir ada ulir kanan dan ulir kiri, ulir kanan akan bergerak maju bila diputar searah jarum
jam dan ulir kiri bergerak maju bila diputar berlawanan arah jarum jam. Yang paling banyak
dipakai adalah ulir kanan.
63
Gambar 2.29 Ulir kanan dan kiri
Kelas ulir
Ukuran ulir luar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif (diameter dimana
tebal profil dan tebal ulir dalam arah sumbu adalah sama) dan diameter inti. Untuk ulir
dalam,ukuran tersebut dinyatakan dengan diameter efektif, ukuran pembatas yang diijinkan dan
toleransi.
a. Ulir metris
Sebagai patokan dalam pemilihan kelas menurut standar JIS sebagai berikut;
a). Kelas teliti yaitu kelas 1 untuk pemakaian yang memerlukan ketelitian
c). Kelas kasar yaitu kelas 3 untuk ulir yang sukar dikerjakan, misal ulir dalam untuk lubang yang
panjang.
64
Bahan Ulir
Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JIS diperlihatkan dalam
Tabel dibawah ini. Arti dari bilangan dari tabel tersebut sebagai berikut; Angka disebelah kiri
tanda titik adalah 1/10 dari harga minimum kekuatan tarik B, disebelah kanan titik adalah 1/10
(y/B). Sedangkan untuk mur, bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban
jaminan.
Bilangan kekuatan 3.6 4.6 4.8 5.6 5.8 6.6 6.8 6.9 8.8 10.9 12.9 14.9
Kekuatan tarik
Min 34 40 50 60 80 100 120 140
Baut/sekrup
B (Kg/mm2)
mesin (JIS B Maks 49 55 70 80 100 120 140 160
1050)
Batas mulur
Min 20 24 32 30 40 36 48 54 64 90 108 126
y (Kg/mm2)
Bilangan kekuatan 4 5 6 8 10 12 14
Mur
Tegangan beban yang
(JIS B1052) 40 50 60 80 100 120 140
dijaminkan (Kg/mm2)
Baut tembus, untuk penjepit dua bagian melaui lubang tembus dimana jepitan diketatkan
dengan sebuah mur.
Baut tap, untuk menjepit dua bagian dimana jepitan diketatkan dengan ulir yang ditapkan
pada salah satu bagian.
65
Baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua ujungnya. Untuk
dapat menjepit dua bagian, baut ditanamkan pada salah satu bagaian yang mempunyai
lubang berukir dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur.
Baut pondasi, untuk memasang mesin atau bangunan pada pondasinya. Baut ini dipasang
pada beton, dan jepitan pada bagian mesin atau bangunan diketatkan dengan mur.
Baut penahan, untuk menahan dua bagian dalam jarak yang tetap.
Baut melar atau kait, dipasang pada badan mesin sebagai kait untuk alat pengangkut.
Baut T, untuk mengikat benda kerja atau alat pada meja yang mempunyai alut T,
sehingga letaknua bisa diatur.
Baut kereta, banyak dipakai pada badan kendaraan. Bagian persegi dibawah kepala
dimasukkan kedalam lubang persegi pas sehingga baut tidak ikut berputar pada waktu
mur diketatkan atau dilepaskan.
66
Gambar 2.31 Macam-macam baut khusus
Sekrup mesin ini mempunyai diameter sampai 8 mm dan untuk pemakaian dimana tidak
ada beban besar kepalanya mempunyai alur lurus atau alur silang untuk dapat dikeraskan atau
dilonggarkan dengan obeng.
67
Sekrup ini mempunyai ujung yang dikeraskan sehingga dapat mengetap lubang pada
pelat tipis atau bahan lunak pada waktu diputar masuk.
Pada umumnya mur mempunyai bentuk segienam, tetapi untuk pemakaian khusus
seperti dipakai mur dengan bentuk yang bermacam-macam seperti mur bulat, mur flens, mur
tutup, mur mahkota dan mur kuping.
Baut atau mur dapat menjadi kendor atau lepas karena getaran, untuk mengatasi hal ini
perlu dipakai pengunci, seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
68
mesin. Dan juga harus memperhatikan berbagai faktor antara lain; gaya yang bekerja, syarat
kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitian dan lain-lain.
1. Pembebanan memanjang
F F
t t …………………………………………………2.46
A 1 .d1 2
4
F = gaya aksial
Syarat perencanaan;
69
t t
maka;
4.F
d1 ……………………………………………………………….2.47
. t
b. Akibat gaya F tersebut, menimbulkan tegangan geser pada luas bidang silinder.
s s s 0.5 0.8. t
F
s ……………………………………………………………2.48
k . .d1 .H
H = zp = tinggi mur
p = jarak bagi
Z = jumlah ulir
Bila tebal akar ulir pada mur dinyatakan dengan jp, maka tegangan geser yang terjadi;
s s s 0.5 0.8. t
F
s ………………………………………………………...2.50
.D. jp.Z
Untuk ulir metris; k = 0.84 dan j = 0.75, dianggap pembebanan merata pada seluruh ulir.
70
Gambar 2.35 Gaya geser pada ulir
c c c 1.5 2. t
F
c ………………………………………………………….2.51
.d 2 .h.Z
d2 = diameter
71
Gambar 2.36 Tekanan pada permukaan ulir
4F
c ………………………………………………………..2.52
(B 2 d 2 )
d. Pembebanan melintang
72
Gambar 2.37 Pembebanan melintang
n.4F
s s ………………………………………………………….2.53
.D 2
F = pembebanan
Bila baut menerima 3 lapis pelat,dan pelat tengan mendapat gaya F, maka penampang
baut menerima tarikan pada A dan B, jadi ada 2 patahan.
Maka;
n.4F
s 2. s ………………………………………………………2.54
.D 2
73
Contoh soal;
1. Baut menerima beban tarik sebesar 5000 kg, bahan baut dari St 50, berapa dimensi baut
tersebut.
Penyelesian;
5000
t 1000 kg 2
5 cm
74
maka;
4.F
t s
.d1 2
4.F 4.5000
d1 =
. s 3,14.1000
= 2,5 cm
2. Sebuah baut Withwort dipasang pada sebuah gantungan, dengan beban 24000 kg bahan
baut St 50, Berapa ukuran baut tersebut.
5000
t 1000 kg / cm 2
s 0,8. t
5
= 0,8 . 1000
kg/cm2
= 0,36 inc
= 800
kg/cm2
L = 20 + 40 + 20 + 5 + 35 + A asumsi A = 5
75
= 125 mm
= 0.8 . 44 = 35 mm
F .L
…………………………………………………………………2.54
A.E
L = panjang mula-mula
A = luas batang
F = k . …………………………………………………………….2.55
F .L
F = k .
A.E
Maka;
A.E
k …………………………………………………………………2.56
L
Dengan terdapatnya beban mula, maka pelat yang disambung dan baut yang mengalami
deformasi, yaitu pada baut akan terjadi penambahan panjang dan pelat yang disambung menjadi
lebih tipis, seperti pada gambar ini.
76
Gambar 2.38 a).Tanpa adanya beban mula b) Dengan beban mula c) Gaya reaksi pada sambungan
Feb Dimana;
b ……….2.57
kb
Feb = Gaya yang
bekerja pada baut
kb = konstanta
Fep kekakuan pada baut
p ………2.57
kp
Fep = Gaya yang
bekerja pada pelat
Perubahan deformasi pada baut dan plate harus sama, maka;
kp = konstanta
kekakuan pada plate
77
Feb Fep
=
kb kp
Fe.kb
Fb Fi ………..2.58 Fe = gaya pada
kb kp baut
Bila gaya yang bekerja adalah berubah-ubah (dinamis), seperti baut pada kepala silinder motor
bakar, maka persamaannya adalah;
kb
Fb. max Fe. max Fi
kb kp
……………………………………………2.60
kb
Fb. min Fe min Fi
kb kp
Fb max Fb min kb
Fbm Fem Fi ………………………………..2.61
2 kb kp
78
Fbr Fb max Fb min ……………………………………………………2.62
Beban bolak-balik;
Fb max Fb min kb
Fba Fea ………………………………………2.67
2 kb kp
Ulir penggerak digunakan untuk meneruskan gerakan secara halus dan merata serta
menghasilkan gerakan linear dari gerakan berputar. Ulir gerak memberikan aplikasi gerakan,
sedang ulir sekrup memberikan apliksi sebagai pengikat. Efisiensi ulir gerak ini antara 30 % 75 %
yang tergantung sudut kemiringan ulir dan keofisien geseknya. Bila diinginkan mempunyai
efisiensi 90 %, digunakan ulir bola (ball screw).
Dongkrak mobil
3). Ulir gigi gergaji
d
4). Ulir bola m
79
Satu putaran dari satu ulir digambarkan sebagai suatu segitiga siku-siku, yang alasnya
merupakan keliling dari lingkaran diameter rata-rata ulir (dm) dan tingginya sama dengan jarak
majunya( L ). Sudut adalah sudut maju dari ulir (helix angle).
Maka;
L = n p ……………………………………………………………….2.68
dimana;
n = jenis ulir
= sudut helikal
F
F/2 F/2
F F
.N
P P
.N
L
N
N
.d m .d m
( (
a b
)
)
80
Gambar 2.42 Segi tiga gaya-gaya ulir gerak
Fx = 0,
Fy = 0,
F (sin cos )
P ………………………………………………………2.71
cos sin
Bila persamaan ini dikalikan dengan 1 pada ruas kanan dan ruas kiri dan
cos
F [( L / .d m ) ]
Pn ………………………………………………………2.72
1 ( L / .d m )
dm
Mt P.
2
Fx = 0,
-P - N sin + N cos = 0
Fy = 0,
81
F - N sin - N cos = 0
F ( . cos sin )
P …………………………………………………..2.74
cos sin
Bila persamaan ini dikalikan dengan 1 pada ruas kanan dan ruas kiri dan
cos
F[ ( L / .dm)]
Pt …………………………………………………….2.75
1 ( L / .dm)
dm
Mt P. ……………………………………………………………….2.76
2
Maka efisiensi ulir, dengan pendekatan karena pengaruh sudut maju diabaikan;
Untuk ulir Acme (trafesium), torsi untuk menaikkan dan mengencangkan beban;
82
Perunggu 0,08-0,12 0,04-0,06 - 0,06-0,09
Analisa Tegangan
a). Tegangan Bearing
Tegangan tekan yang terjadi antara permukaan ulir baut dan ulir mur yang saling
bersinggungan adalah;
F
c c …………………………………………………..2.80
.dm.h.n
dimana; F = Gaya
h = kedalaman ulir
n = jumlah ulir
Bahan
Tekanan bearing Kecepatan gesek pada
Jenis peralatan
Ulir Mur (Psi) diameter rata-rata
penggerak
Ulir pengangkat Baja Besi cor 600 - 1000 Kec.sedang, V 20-40 fpm
83
b) Tegangan Bending
Mb 3F .h
b b ………………………………………………2.81
Wb .dm.n.b 2
dimana; F = beban
h = tinggi ulir
b = tebal ulir
c) Tegangan geser
Tegangan geser maksimum pada ulir penggerak, dengan luas penampang yang dianggap
seperti pada batang (beam).
3.F
max s ……………………………………………………..2.82
2. .dr.n.b
84
3.F
max s …………………………………………………….2.83
2. .do.n.b
dimana;
Tegangan tarik dan tekan yang terjadi pada ulir penggerak akibat beban F adalah;
4.F
t c t ……………………………………………………2.84
.dr 2
Pada diameter kaki ulir, bekerja tegangan kombinasi antara tekan dan geser yang
diakibatkan oleh momen torsi saat memutar ulir tersebut menurut teori Tresca;
2
max s
2
………………………………………………..2.85
2
2 2
F 16.Mt
max 3
max ……………………………………..2.87
2 A .dr
85
2.6 SAMBUNGAN PASAK (KEY)
Pasak adalah elemen dari mesin yang digunakan untuk menyambung dan juga untuk
menjaga hubungan putaran relatif antara poros dari mesin dengan elemen seperti roda gigi, pulli,
sprocket, cam, roda gila dan sebagainya, yang disambungkan dengan poros mesin tersebut.
Tujuannya;
Agar bagian yang satu tidak tergeser terhadap bagian yang lain pada arah tertentu disebut
pasak penjamin.
Beban yang bekerja pada penampang pasak yang memanjang, misalnya; Sambungan as
dengan roda transmisi. Tugas pokok pasak ini adalah mengikat dan meneruskan momen putar.
Keuntungannya;
Kerugiannya;
86
Gambar 2.45 Macam-macam pasak Memanjang
Beban yang bekerja pada penampang melintang, dalam hal ini pasak menderita geseran.
Jenis pasak ini ada dua, yaitu; pena berbentuk pipih dan silinder.
Sambungan pasak pin banyak digunakan pada mesin yaitu pada piston motor bakar, mesin
perkakas dan lainnya.
87
Gambar 2.46 Macam-macam Pasak Melintang
1). Akibat beban P, pasak pin akan menerima tegangan geser (Gambar c)
s s
4P
s ……………………………………………………..2.91
z. .d 2
z = jumlah pin
d = diameter pin
2). Bila pada sambunga tersebut bekerja momen torsi, maka pin akan merima torsi (Gb. b).
88
t t
4Mt
t ……………………………………………………….2.92
.d 2 .D
Mt = Momen puntir
Mt 2.Mt
F …………………………………………………….2.93
ds / 2 ds
y = tegangan
s s luluh
v = faktor
keamanan
89
F 2.Mt y
0,577 …….2.94
A W .L.d s v
b. Tegangan tekan ( c )
c c
F 2.Mt 4Mt
= ……………………………………………….2.95
A H / 2.L.d s H .L.d s
bila H = W, maka;
4 Mt
c ………………………………………………………2.96
W .L.d s
L = panjang pasak
H = tinggi pasak
Dari analisa diatas dapat dihitung panjang pasak, tetapi juga harus memperhatikan
persyaratan panjang pasak sesuai tabel.
Bila poros dan pasak mendapatkan tegangan yang sama dan bahan poros dan pasak
sama, maka;
J .e
Mt . s ………………………………………………………………2.97
r
Mt 1
s . ……………………………………………………………..2.98
J /r e
90
.d s 3
=
16
ds = diameter poros
Mt 1 2.Mt
s . = …………………………………….2.99
J /r e W .L.ds
2. .ds 2
W .L.ds .e
16
e. .ds 2
L ……………………………………………………….2.100
8.W
s 0.58. c
Mt 1 4.Mt
. 0,58.
J /r e W .L.ds
.ds 3
L.ds 4.0,58.e.
16
91
0,58.e. .ds 2
L …………………………………………………..2.101
4
92
Contoh soal:
Penyelesaian:
1Hp
Daya N = 10 KW . 13,4 Hp
0,746 KW
N
T 71620 .
n
13,4
= 71620 .
1450
T = P . ½ .ds
2.T 2.6618
P
ds 31,5
= 420 kg
W = 10 mm
H = 8 mm
93
P
s s s = 0,58. y / v = 0,58 .29/5
A
P
= 0,58. y / v = 3,36 kg/mm2
W .L
420
L= 12,4mm
3,36.10
P
c c
A
2.P 29
=
H .L 5
2.420
L = 18mm
8.5,8
= 18 + 10 = 28 mm
Spline adalah suatu profil alur banyak yang biasanya disebut pasak bintang atau poros
bintang. Pasak ini merupakan satu bagian dari poros.
94
Bentuknya sederhana dan banyak digunakan pada pemindah daya pada transmisi
motor/mobil. Jumlah spline (bintang) bervariasi seperti; 4, 6,10, 16 dan tergantung keperluan.
10 Per ½” dari 3” hingga 6” .156D .0454D .910D .070D .860D .0950D .810D
16 Per ½” dari 2” hingga 6” .098D .045D .910D .070D .860D .095D .810D
95
Menurut SAE persamaan momen torsi teoritis dari pasak bintang lurus dengan meluncur
(berdasarkan tekanan pada pasak bintang 1000 psi) adalah;
Mt = 1000. n . rm . h . L ……………………………………………2.102
Akibat momen torsi akan terjadi gaya keliling pada diameter rata-rata sebesar
Mt
Ft = (lb) …………………………………………………….2.103
rm
Sehingga gaya keliling tersebut akan menimbulkan teganngan geser dan tegangan tekan
s s
Ft
s …………………………………………………………2.104
w.L.n
c c
Ft
c ……………………………………………………………..2.105
h.L.n
96
Pasak involute merupakan bentuk baru dan banyak digunakan, karena lebih kuat dari pasak
jenis bintang dan mudah proses pembuatanya. Pasak involute ini baik untuk involute luar maupun
involute dalam sama dengan roda gigi dengan sudut tekan 30.
Pasak bintang involute yang bergigi luar toleransinya dapat dirubah-rubah sesuai dengan
yang diinginkan.
Ketelitian jarak dapat menghasilkan tegangan tekan yang sama diantara gigi.
Untuk dapat mengeliminasi sesuai dengan kebutuhan, yaitu gigi pada naf dapat
dihaluskan dengan gerinda
Diametral pitch pasak involute untuk kaki cekung dan kaki datar;
2.5 3 4 5 5 7 10 12 16 20 24 32 40 48
, , , , , , , , , , , , ,
5 6 8 10 12 16 20 24 32 24 48 64 80 96
Dari pecahan yang ditunjukkan, pasak bintang dapat dibuat sampai 50 gigi.
Momen torsi yang terjadi pada pasak involute sama dengan poros;
N
Mt 63000 (lb.in) ………………………………………………….2.106
n
2.Mt
Ft …………………………………………………………2.107.
d
97
Gambar 2.51 Ukuran dari susunan pasak involut
s s
4.Mt
s ……………………………………………………………2.108
.d 2 .L
c c
2.Mt
c
d .nt .h.L ………………………………………………………2.109
nt = jumlah spline
h = tinggi spline, in
L = panjang spline, in
D = diameter pitch
2.Mt
c ………………………………………………………….2.109
0.8.Ld 2
98
BAB III
PEGAS
Pegas banyak dipakai untuk konstruksi mesin harus mampu memberikan gaya,
melunakkan tumbukan, menyerap dan menyimpan energi agar dapat mengurangi getaran. Pegas
merupakan elemen elastis, dimana pegas tersebut dapat terdeformasi pada waktu pembebanan
dengan menyimpan energi, bila beban dilepaskan pegas akan kembali seperti sebelum terbebani.
Fungsi pegas;
a. Menyimpan energi
Pegas ini berfungsi untuk menyimpan energi. Sebagai contoh; penggerak jarum jam, drum
penggulung dan alat mainan, sebagai pengarah balik dari katup dan batang pengendali.
b. Melunakkan kejutan
Pegas ini berfungsi untuk melunakkan tumbukan antara lain sebagai pegas roda, gandar
dan pegas kejut pada kendaraan bermotor.
c. Pendistribusian gaya
Pegas ini berfungsi untuk mendistribusikan gaya, antara lain pada pembebanan roda dari
kendaraan dan landasan mesin dan sebaginya.
d. Elemen Ayun
Pegas yang berfungsi untuk elemen ayun yaitu sebagai pegas pemberat, dan penyekatan
ayunan serta sebagai pembalik untuk penghentian dari ayunan.
e. Pembatas gaya
f. Pengukur
99
Macam-macam pegas
Pegas dapat digolongkan atas dasar jenis beban yang dapat diterima.
a. Pegas tekan
b. Pegas tarik
c. Pegas puntir
a. Pegas ulir
b. Pegas volut
c. Pegas daun
d. Pegas piring
e. Pegas cincin
h. Pegas karet.
100
Bahan Pegas
Pegas untuk pemakaian umum dengan diameter kawat sampai 9.2 mm biassanya dibuat
dari kawat tarik keras yang dibentuk dingin, atau kawat yang ditemper dengan minyak. Untuk
diameter kawat yang lebih besar dari 9.2 mm dibuat dari rol yang dibentuk panas. Pada pegas
yang dibuat kawat tarik keras, tidak dilakukan perlakuan panas setelah dibentuk menjadi pegas.
Baja tarik keras yang bermutu tinggi adalah kawat untuk alat musik dan kawat piano
(SWP). Kawat baja keras (SW) dengan mutu lebih rendah dari kawat musik dipakai untuk tegangan
rendah atau beban statis. Baja yang paling umum dipakai untuk pegas yang dibentuk dengan
panas adalah baja pegas (SUP) karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi, maka
perlu diberi perlakuan panas setelah dibentuk. Baja tahan karat (SUS) dipakai untuk lingkungan
yang korosi, berdiameter kecil dan harganya sangat mahal. Perunggu posfor (PBN) merupakan
bahan anti magnit dan mempunyai daya konduksi listrik yang baik.
101
Baja pegas SUP 8 . 103
Kawat baja tahan karat (SUS 27, 32, 40) SUS 7,5 . 103
L.P.R 2
……………………………………………………………..3.1
G.J
dimana; = lendutan
102
Panjang efektif kawat adalah fungsi dari jari-jari rata-rata dari gulungan pegas R dan jumlah ulir
yang efektif Na.
L = 2 R Na ………………………………………………………3.2
64.Na.P.R 2
w ……………………………………………………….3.3
G.D 2
Konstanta pegas;
P G.D 4
K …………………………………………………………3.4
8 64.Na.R 3
Nt = Na + 2 ……………………………………………………………3.5
Nt = Na + 1,5 ……………………………………………………………..3.6
Bila pada pegas ulir bekerja gaya Pw, maka lendutan kerja yang terjadi w, dan apabila
beban terus bekerja maka pegas akan terus terjadi lendutan sampai gulungan pegas menempel
satu denga lainnya, lendutan ini disebut lendutan pejal dan tingginya disebut tinggi pejal. Pada
tinggi pejal ini pejal tidak akan berfungsi lagi sebagai pegas.
Lendutan Pejal
103
s h f hs ………………………………………………………………3.7
s w
rc ………………………………………………………………3.8
w
16.P.R
Mt …………………………………………………………………3.9
.D 3
Tegangan geser total adalah tegangan gesser torsi ditambah dengan tegangan geser langsung;
16.P.R 0,3075 .D
tot (1 ) (psi) ………………………………………3.10
.D 3
R
Indeks pegas C adalah perbandingan antara diameter rata-rata gulungan dengan diameter kawat.
d
C ………………………………………………………………………3.11
D
104
Gambar 3.4 Hubungan faktor tegangan K dengan indeks pegas C
4C 1 0,615
K ……………………………………………………..3.12
4C 4 C
16.P.R 4C 1 0,615
tot …………………………………………..3.13
.D 3 4C 4 C
8.C.P 4C 1 0,615
atau; tot …………………………………………….3.14
.D 2 4C 4 C
Bila tegangan geser yangn diijinkan adalah s dan bebankerja adalah Pw dengan
asumsi C = 5, maka;
16.P.R 4C 1 0,615
tot …………………………………………..3.15
.D 3 4C 4 C
21.Pw .R
tot s ………………………………………………………3.16
.D 3
105
Sehingga diameter kawat dapat dihitung bila bahan pegas diketahui;
21.Pw .R / D 10,5.Pw .C
s
.D 2 .D 3
maka;
10,5.Pw.C
D (inc) ……………………………………………………3.17
s
Dalam hal ini diasumsikan harga K diketahui, dan juga material dari pegas diketahui
- Gulungan aktif;
G.D 4
Na ………………………………………………………….3.18
64.K .R 3
106
- Gulungan total;
Nt = Na + 2 ………………………………………………………………3.19
hs = Nt . D (inc) ………………………………………………………..3.20
hf = hs + s …………………………………………………………….3.21
s
p = D + ……………………………………………………………..3.22
Na
Contoh Soal;
Rencanakan suatu pegas spiral secara lengkap untuk menanggung beban P = 700
lb/spring. Natural frekwensi dari sistem tidak lebih dari 100 cpm. Bahan yang dipakai
mempunyai S syp 70.000 psi dan modulus geser G = 11.5 x 10 6 psi. faktor keamanan N = 1,5
dan clas allowance rc = 20 %, indek pegas C = 6, dengan tipe ujung pegas adalah datar.
Penyelesaian;
70.000
Tegangan geser yang diijinkan s 46.666 psi
1.5
Diameter kawat;
10,5.Pw .C 10,5.700.6
D =
. s 3,14.46,666
107
Radius rata-rata;
R = ½ C. D = ½ . 6 . 9/16
= 27/16 inc.
Konstanta pegas;
2. g.K
n . fn
60 W
2. 386.K
.100cpm
60 700
K= 199lb / inc
386 60
Gulungan aktif;
Gulungan total;
Tinggi solid;
Defleksi kerja;
64.Na.Pw.R 3 Pw
w 3,517inc
G.D 4 K
Defleksi solid;
108
Pw
s 1,20. 1,20.3,517 4,22inc
K
jarak kisar;
s
p D 9 / 16 4,22 / 18,8 0,787inc
Na
Biladiketahui batas ketahanan untuk tegangan geser bolak-balik dan teganngan geser
luluh, maka kriteria Soderberg dapa t digunakan langsung berdasarkan tegangan geser. Bila batas
ketahanan dari kawat pegas adalah satu arah geser, maka yang digunakan adalah prosedur
modified Soderberg.
Pengujian satu arah geser adalah sebagai dasar merubah-rubah teganngan geser terus
menerus dari harga nol ke harga maksimum ' s seperti pad gambar dibawah ini.
109
Dari Gambar terlihat bahwa tegangan geser rata-rata;
' se 0 ' se
r ………………………………………………………..3.23
2 2
dimana;
min 0
r max min
= ' se
Tegangan bolak-balik;
max min
a …………………………………………………………….3.24
2
= ' se
' se
m a
2
r ' se
110
syp. ' se
m ……………………………………….3.26
( a / m )( 2. syp ' se
1
' se
syp . ' se
N …………………………………………….3.27
a (2 syp ' se ) m . ' se
16.P.R 4C 1 0,615
D3 ……………………………………………3.28
. m 4C 4 C
atau
8.P.C 4C 1 0.615
D2 …………………………………………..3.29
. m 4C 4 C
dimana:
P = Beban rata-rata, lb
C = Indek pegas
R = Jari-jari pegas, in
Pegas yang mendapat beban berulang dengan frekuensi tinggi seperti pegas katup akan
mengalami getaran dengan amplitudo yang besar jika frekuensi beban tersebut mendekati
frekuensi natural pegas. Hal ini akan mengakibatkan patahnya pegas dalam waktu singkat. Untuk
111
menghindari hal ini, frekuensi natural tingkat pertama dari pegas tidak boleh kurang dari 5,5 kali
frekuensi pembebanan.
Maka:
n.D G
fn siklus/detik. …………………………………….3.30
16. .R .Na 2.
2
dimana;
n = Kelipatan, 1, 2, 3…..
R = Jari-jari pegas
Pegas ulir tarik sama dengan pegas ulir tekan, hanya mempunyai perbedaan yaitu
keadaan awalnya pegas ulir tarik seperti pejal atau lilitan satu dengan lainnya rapat dan pada
kedua ujungnya terdapat kait untuk tarikan.
64.Na.R 3 .( F Fi)
……………………………………………………3.31
GD 4
Kekakuan pegas;
F Fi D 4G
K ………………………………………………….3.32
64.R.3 Na
dimana;
Fi = beban mula, kg
112
F = beban akhir, kg
= defleksi, mm
D = Diameter kawat, mm
d = Diameter lilitan, mm
Na = lilitan aktif
F Fi K. …………………………………………………………….3.33
Nt = Na + 1 ………………………………………………………….3.34
Lb = Nt . D ……………………………………………………………3.35
Panjang bebas Lh diukur dari kedua ujung kait, seperti pada gambar dibawah ini;
113
Gambar 3.6 Titik dari tegangan puntir maksimum
Tegangan puntir maksimum terjadi pada titik B, dimana jari-jari bengkokan sangat kecil
dan tegangan bending maksimum pada titik A.
16.K f .F .R 4C 1 0.615
……………………………………….3.36
.D 3 4C 4 C
2.R
C
D
Pada pegas tekan, defleksinya terbatas sedangkan pada pegas tarik defleksinya tidak
terbatas sehingga pegas tidak berfungsi kembali.
P
K
1
P1
114
Gambar 3.7 Hubungan defleksi dengan beban
Pegas daun merupakan suatu komponen yang banayak digunakan pada peralatan
kendaraan bermotor sebagai bagian dari sistem suspensi. Komponen ini biasanya terdiri dari
beberapa pelat datar yang dijepit bersama untuk mendapatkan efisiensi dan daya lenting yang
tinggi seperti ditunjukkan pada Gambar 3.9.
Secara sederhana pegas daun dipasang dengan menggunakan dua tumpuan dan atau
dijepit pada salah satu ujungnya seperti yang dijunjukkan pada Gambar 3.8
115
Gambar 3.9 Pegas daun
Pegas daun dengan dua tumpuan dan beban P yang bekerja terpusat ditengah jarak antara
tumpuan l/2 , maka konstanta pegas K adalah :
48 EI 4bh3 E
P
K 3 …………………………………………………3.37
L L3
Tegangan tersebut terjadi dipusat beban, untuk pegas yang salah satu ujungnnya dijepit,
konstanta pegasnya adalah:
3EI bh3 E
K ………………………………………………………….3.39
L3 4 L3
Tegangan bending maksimum yang terjadi bila pada ujung yang dijepit;
116
6PL
bmak ……………………………………………………………….3.40
bh2
Pegas karet mempunyai sifat menyerap getaran dengan amplitudo kecil karena elastisnya
cukup besar. Pegas ini juga cenderung untuk memperbesar getaran seperti pada pegas logam
frekuensi pribadinya. Dengan dikembangkannya karet sintetis yang tahan minyak dan tahan panas
serta kemajuan dalam teknis pergetaran karet pada permukaan logam dan kini telah dihasilkan
karet untuk pencegah getaran pada tumpuan mesin. Karet sangat baik untuk mencegah penerusan
getaran dan bunyi dari sumbernya. Namun karet mempunyai kelemahan yaitu mudah lapuk dalam
117
waktu yang relatif pendek dibandingkan dengan logam dan kurang tahan terhadap minyak asam
dan panas.
P
(psi) ……………………………………………………………..3.41
a.b
P.h
(in) ……………………………………………………………...3.42
a.b.E
Dimana:
P = beban (lb/puncak)
a = panjang (in)
b = lebar (in)
h = tebal (in)
P
(psi) ……………………………………………………………….3.43
a.b
118
P.h
(in) ………………………………………………………………..3.44
a.b.G
G = modulus geser
P
(psi) ……………………………………………………………..3.45
2. .h.r
P
(psi)
2. .a.h
Regangan geser
G
b b
P dr P.l n .(b / a )
.dr ……………………………………..3.46
a
2. .h.G a r 2. .h.G
119
Untuk efisien bahan karet, maka h divarisikan dengan r sehingga mendapatkan teganngan geser
konstan.
P
( psi) ………………………………………………………….3.47
2. .b.h1
Regangan geser
………………………………………………………………………3.48
G
(b a).P
(b a) ……………………………………………………3.49
2. .b.h1 .G
Pegas udara memanfaatkan sifat kompresibilitas udara yang dikurung dalam suatu bellow.
Pegas ini umumnya dipakai pada kendaraan karena dapat menyerap getaran kecil dan lebih baik
dibanding pegas logam. Keuntungan yang lain adalah bahwa tinggi pegas dapat dibuat tetap
meskipun bebannya berubah dengan jalan mengatur tekanan udara didalam bellow. Meskipun
sifatnya sangat baik, pegas udara konstruksinya sangat rumit dan hanya cocok untuk ukuran yang
relatif besar.
120
1 K
fn (C ps ) ………………………………………………………3.50
2. m
dimana; m = massa
K = Konstanta pegas
Untuk menghitung volume udara total didalam ruang reservoir dan bellow Vo, serta tekanan
absolut Po pada kondisi keseimbanagan statis berdasarkan hukum gas ideal adalah;
PV n konstan
dimana;
P = tekanan
= defleksi
A = perubahan volume
121
Konstanta pegas adalah merupakan perubahan gaya perunit perubahan perpindahan atau;
A.dp
K (lb/in) …………………………………………………………3.52
d
A 2 n.P0
K ………………………………………………………………3.53
V0
1
Untuk berat yang ditumpu P = AP 0 , sehingga frekuensi natural
dimana;
1
P0 = tekanan yang diukur pada kondisi keseimbangan statis
Pa = tekanan atmosfir
1 1
Bila P 0 Pa maka frekuensi natural tidak tergantung pada P 0 dan yang ditumpu P.
Contoh soal
1. Rencanakan suatu pegas spiral lengkap untuk menerima beban P = 700 lb/spring. Natural
frekuensi dari sistem tidak lebih dari 100 cpm. Bahan yang dipakai mempunyai Ssyp =
70.000 psi dan modulus geser G = 11,5 x 10 6 psi. Faktor keamanan N = 1,5 dan clas
allowance 20 %, indek pegas C = 6 dengan tipe ujung pegas adalah rata.
Penyelesaian:
Ssyp 70.000
Tegangan yang diijinkan : 46.666 psi
N 1,5
Diameter Kawat
122
8.C.P.N 4C 1 0.615
D
.Ssyp 4C 4 C
Cara lain:
10,5.Pw.C.N
D
.Ssyp
Radius rata-rata R = ½ CD
= ½ x 6 x 9/16
= 27/ 16 inc.
Konstanta pegas K
Natural frekuensi f n
2
Berat beban = 700 lb dan gravitasi g = 386 inc/sec , maka;
2. 386 xK
x100cpm
60 700
2
700 2 x3,14 x100
K = = 199 lb/inc
386 60
123
Gulungan aktif;
G.D 4
Na =
64 xKxR 3
Gulungan total =
Nt = Na + 2
Tinggi solid :
Defleksi kerja :
64.Na.Pw.R 3 Pw 700
w 3,517inc
G.D 4 K 199
Defleksi solid :
Pw
s 1,20. 1,20 x3,517 4,22 inc
k
Pitch :
s
p = D + = 9/16 + 4,22/18,8 = 0,787 inc
Na
2). Rencanakan suatu pegas spiral secara lengkap dengan beban yang ditanggung 700 lb/spring,
beban berfluktuasi dari 600 lb ke 800 lb. Frekuensi natural tidak melebihi 100 cpm. Bahan
124
pegas Ssyp = 70.000 psi, G = 11,5 x 10 6 psi. Clas allowance = 20 %, N = 1,5 ; C = 6. tipe
pegas ujungnya datar, endurance limitnya adalah “one way” dengan S’se = 30.000 psi.
Penyelesaian:
Beban
Pmin = 600 lb
Pmax = 800 lb
Ssyp 70.000 t
46,667 psi
N 1,5
S ' se 30.000
10.000 psi
2N 3
Beban range:
Beban rata-rata:
Endurance:
r Pr 1
m Pm 7
Tegangan rata-rata:
Ssyp / N
m
(2.Ssyp S ' se)
( r / m ). 1
S ' se
125
46,67
= 30.400 psi
(2 x70.000 30.000
(1 / 7)
30.000
S’se/2N, S’se/2N
r 10 Kpsi
Safe
stres
s line
1 Ssyp/N
4
10 20 30 40 50
m ( Kpsi )
Caranya:
Pr 100 1
- Tangen
Pm 700 7
- Dari perpotongan garis ini dengan garis “safe steam line” didapat titik A
- Dari titik dibuat garis tegak lurus dengan sumbu m , maka didapat besarnya
m 30.400 psi (dibuat dengan skala)
8.Pm.C 4C 1 0,615
D2
. m 4C 4 6
8.(700).6 24 1 0,645
=
3,14.30400 24 4 6
Pm 700
K = = 87,5
8 8
126
Untuk mencari Na, Nt dan s sama seperti soal sebelumnya.
127
BAB IV
BANTALAN
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau
gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung dengan halus, aman, dan panjang umur. Bantalan harus
cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika
bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat
bekerja secara semestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan
pondasi pada gedung.
Bagian yang mudah aus adalah bagian yang mudah diganti dan murah harganya
Bantalan radial, arah beban yang ditumpu bantalan ini tegak lurus sumbu poros
Bantalan aksial, arah beban yang ditumpu bantalan ini sejajar sumbu poros
Menurut konstruksinya;
a. Bantalan Luncur.
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros (taf) dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
128
Bagian yang mudah aus adalah bagian yang mudah diganti dan murah harganya, antara lain;
pelumas, metal.
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang
diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum dan rol bulat.
a. Bantalan peluru/gelinding;
b. Bantalan luncur;
129
Untuk beban besar dan putaran tinggi.
130
Babit adalah campurannya terdiri dari 85 % Sn, 10 % Sb dan 5 % Cu. Campuran ini titik
cairnya rendah dan proses pembuatannya relatif mudah. Baik untuk kecepatan tinggi. Logam
ini lunak dan tidak tahan terhadap beban kejut.
Keuntungannya: bila pelumasannya kurang baik maka timbul panas berlebih (over heating),
maka bantalan babit akan rusak (mencair) terlebih dahulu sebelum porosnya.
2). Perunggu
Dipakai untuk beban dengan kecepatan tinggi, tekanan permukaannya besar (40 - 80)
Kelemahannya : Pelumasannya harus baik, bila kurang baik maka timbul panas berlebih (over
heating), maka bantalan ini akan menjepit tap (poros) sehingga poros bisa rusak atau patah.
Bantalan dengan besi tuang dipakai untuk tugas-tugas ringan dan tidak tahan terhadap
kejutan. Koefisien geseknya kecil, tidak mudah aus dan pelumasannya sederhana.
Bantalan ini dapat bekerja dengan beban berat, tekanan permukaannya sampai 5000 psi
dengan kecepatan poros 2000 ft/min.
Logam ini koefisien geseknya rendah 0.005 . Sebagai penghantar panas yang baik, sehingga
panas yang timbul bisa dirambatkan ke sekelilingnya, dan tahan pada temperatur tinggi. Maka
jenis bantalan ini banyak digunakan pada mesin-mesin pesawat terbang.
Bahan ini mengandung pelumas didalamnya sehingga dapat dipakai sebagai bantalan
yang melumasi sendiri. Bantalan semacam ini dipakai bila tidak memungkinkan perawatan
secara biasa, yaitu;
Jika letak bantalan tidak memungkinkan pemberian pelumas dari luar, atau jika pemakain
pelumas tidak dikehendaki.
131
Jika bantalan mempunyai gerakan bolak-balik sehingga kemungkinan terbentuknya lapisan
pelumas sangat kecil.
Untuk kondisi khusus seperti beban besar, temperatur tinggi, temperatur rendah atau
ruang hampa.
Plastik adalah suatu bahan yang mempunyai sifat dapat melumasi diri sendiri
dengan baik. Sifatnya tahan korosi, memungkinkan bahan ini bekerja didalam air atau
bahan kimia. Koefisien geseknya rendah, mudah membenamkan kotoran dan anti las.
Plastik jika diisi dengan bahan pelumas padat, serat gelas atau serbuk logam, akan
menjadi sangat kuat dan tahan aus sehingga dapat dipakai untuk kondisi-kondisi yang
cukup berat.
Bantalan jenis ini adalah besi cor dan logam sinter yang diresapi minyak.
Bantalan besi cor yang diresapi minyak adalah jenis besi cor berpori dengan perlakuan
panas berulang kali. Bahan ini mempunyai bentuk yang mantap karena kekakuan yang
tinggi dan tahan aus.
Logam sinter dibuat dari serbuk logam yang dipres, dan minyak yang diresapkan dapat
tinggal didalamnya. Bantalan jenis ini lebih cepat kehabisan minyak dan pada kondisi yang
berat lebih cepat aus.
Pelumas padat banyak dipakai untuk kondisi khusus (temperatur tinggi, kena
bahan kimia, beban besar) di luar batas pemakaian tertentu.
132
Untuk beban besar : paduan kuningan kekuatan tinggi.
Pelumas padat untuk temperatur tinggi sampai diatas 200 C unsusr utamanya adalah
grafit dan molibden disulfida.
Pilihan lain untuk bantalan bertemperatur tinggi adalah bantalan keramik, yang terdiri
atas baja tahan panas yang dilapisi keramik, terutama oksida timah hitam dan mampu
menahan temperatur 500 C sampai 800 C.
C. Perhitungan Kekuatan
Dimana:
L = panjang tap
d = diameter tap
133
Gambar 4.1 Gaya-gaya pada tap
Mb = Wb . b …………………………………………………………………………………………………4.1
Dimana:
= P. ½L
b = Tegangan bending
P . ½ L = 0,1 d 3 . b
5.P.L
d = 3 ……………………………………………………………………4.2
b
Tekanan permukaan k dianggap terbagi merata dan harganya tidak boleh terlalu besar, supaya
aman maka;
P = k . d . L ………………………………………………………………4.3
P
k
d .L
L b
…………………………………………………………………4.4
d 5.k
134
Tabel 4.1 Sifat-sifat bahan bantalan luncur
135
Bahan b (kg/cm 2 )
Baja st 60 s/d st 70 600 s/d 800
Baja st 50 500 s/d 600
Baja st 41 400 s/d 500
Baja tuang stg 38 s/d stg 45 250 s/d 400
Besi tuang Gy 22 s/d Gy 30 150 s/d 250
(c)
P d 2 . pa ……………………………………………………………..4.5
4
p a f .r. ……………………………………………………………..4.6
dimana;
f = gaya gesek, kg
r = jari-jari, mm
136
Untuk tap yang berlubang
.d1 2 .d 2 2
P( ). p a ……………………………………………….4.7
4 4
d 1 = diameter luar
d 2 = diameter dalam
Cara ini sesuai untuk beban ringan, kecepatan rendah, atau kerja yang tidak terus-
menerus. Kekeurangannya adalah aliran pelumas tidak selalu tetap,atau pelumaannya tidak
teratur.
Dari suatui wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang tetap dan teratur melalui sebuah
katup jarusm. Cara ini cocok untuk beban ringan dan sedang.
Cara ini menggunakan sumbu yang dicelupkan dalam mangkok minyak, sehingga minyak
terisap oleh sumbu tersebut. Pelumasan ini dipakai seperti pada pelumasan tetes
Dari suatu bak penampunng, minyak dipercikkan. Cara ini dipergunakan untuk melumasi
torak dan silinder pada motor bakar putaran tinggi.
137
5). Pelumasan cincin
Pelumasan ini menggunakan cincin yang digantungkan pada poros sehingga akan
berputar bersama poros sambil mengangkat minyak dari bawah. Cara ini dipakai untuk beban
sedang.
Untuk mengalirkan minyak kedalam bantalan diperlukan bantuan dengan pompa. Cara
ini dipakai untuk melumasi bagian yang sulit letaknya, seperti bantalan utama motor putaran
tinggi. Pelumasan ini sesuai untuk putaran dan beban tinggi.
Oil cooler
138
E. Koefisien gesek Bantalan
Bila dua komponen mesin (tap dengan bantalan) saling bergesekan, maka akan timbul panas
dan bila ini dibiarkan akan terjadi keausan. Untuk memperkecil gesekan tersebut diberi lapisan
minyak (film minyak), sehingga antara tap dan poros tidak langsung bersinggungan. Lapisan
pelumas tersebut mempunyai kecepatan, berarti ada gaya dan tekanan. Gaya dukung dari
pelumas yang bergerak, menurut Victor Tatarinof adalah;
.n.d 4 (L / d ) 2
P . …………………………………………………4.8
127.10 6.h.c (1 L / d )
dimana;
P = gaya dukung, lb
= kekentalan pelumas, cp
d = diameter tap, in
L = panjang tap, in
= ¼c
139
P
p …………………………………………………………………4.9
L.d
1 .n.d 4 (L / d ) 2
= . .
L.d 127.10 6.h.c (1 L / d )
.n
2
d L
4
=
3175 .10 c d L
.n
Harga c, d, L adalah konstan, maka juga konstan, harga ini disebut angka karakteristik
p
yang mempengaruhi koefisien gesek bantalan. Koefisien gesek ini sangat penting dalam
merencanakan bantalan, sebab sangat mempengaruhi besarnya tenaga yang hilang dan panas
yang timbul.
c. Pelumasan sempurna
(berputar)
140
F T
f ……………………………………………………………4.11
P P.r
dimana;
F = gaya tangensial, lb
T = torsi, lb in
r = jari-jari tap, in
437 .n d
f K ……………………………………………..4.12
1010 p c
dimana;
= viskositas, cp
d = diameter tp, in
L = panjang tap, in
Harga K terkecil : 0,002 sedangkan L/d adalah; 0,75 sampai 2,8 seperti pada diagram.
141
Gambar 4.6 Diagram hubungan K dengan L/d
F. Keseimbangan Panas
Karena adanya gesekan pada bantalan, maka timbul panas yang besarnya;
Hg f .P.v ……………………………………………………………4.13
dimana;
142
Hg = panas yang timbul, ft lb/menit
f = koefisien gesek
P = beban, lb
= p.d.L
.d .n
= fp
12
.d .n
maka; Hg f . p.d .L.
12
f . p.d 2 .L.n
Hg ……………………………………………………….4.14
12
dimana;
d = diameter tap, in
L = panjang tap, in
Hg
t = …………………………………………………………….4.15
.Cp.V
dimana;
t = to ti
143
Cp = panas jenis minyak pelumas, lb ft/lb F
Panas yang timbul tersebut dibuang kesekelilingnya oleh bantalan. Besarnya panas yang dibuang
melalui luasan proyeksi dari tap adalah;
Hd A.C.(t b t a ) …………………………………………………………4.16
dimana;
A = luas proyeksi, in 2
= L.d
tb = suhu bantalan, F
ta = suhu sekeliling, F
144
(t a t b ) 1 / 2( t o -t a ) …………………………………………………….4.17
Menurut Lanche, Harga C tergantung dari bantalan, pendinginan dan selisih suhu.
Contoh:
1). Suatu bantalan tap untuk mendukung beban 1000 lb pada putaran poros 1000 rpm. Panjang
tap 3 in, diameter tap 3 in, perbandingan d/c = 1000, kekentalan yang digunakan adalah 10
cp pada suhu setempat.
Tentukan: angka gesek dan suhu pelumas, bila suhu udara 70 F.
Penyelesaian;
P = 1000 lb
L = 3 in
d = 3 in
maka;
145
P 1800
tekanan p = = = 200 psi
d .L 3 .3
Angka gesek;
437 .n d
f K
1010 p c
473 10 x1000
= (1000 ) 0,002 = 0,004365
1010 200
.n
dari diagram harga = 90
p
.d .n
Hg = f .P.
12
3,14.3.1000
= 0,004365. 1800. = 6140 ft lb/menit
12
Hd = A.C(t b – t a )
2
A = 9 in
Maka;
6140 = 9. C(t b - t a )
maka;
146
(t b - t a ) = ½ (to - ta)
115 = ½ ( to - 70)
2). Suatu bantalan tap menahan beban 1645 lb pada putaran 750 rpm. Diameter tap 2 in dan
panjang tap 3 in. Diametral clearence 0,00272 in. Pada saat bekerja suhu pelumas 170 F.
Berapa kekentalan pelumas.
Penyelesaian:
d = 2 in
L = 3 in
P = 1645 lb
Tekanan pelumas;
P 1645
p 274,167 psi
L.d 3x2
.n
2
d L
4
p =
3175 .10 c d L
..750
2
2 3
274,167 =
3175 .10 0,00273 2 3
4
maka; = 35,7 cp
3). Rencanakan bantalan tap dengan beban 1000 lb pada putaran 600 rpm. Tap diperkuat dari
baja diperkeras dan bantalandari perunggu. Pelumasnya mengunakan SAE 20 dan dibatasi
147
.n
suhu pelumas sampai 180 F. Parameter yang diijinkan untuk bahan 60. Suhu
p
udara luar 70 F.
Penyelesaian;
SAE 20 pada suhu 180 F dari diagram diperoleh kekentalannya = 8,73 cp.
.n .n
60. , maka p = 87,3 psi
p 60
P 1000
p , maka A = 11,45.in 2
A 87,3
A = L . d = 1,5 d . d
11,45 = 1,5 d 2 , jadi diameter tap d = 2,75 in, dan panjang tap L = 4,125 in.
.n d L
p ( )2 d/c = 1000
3175 .10 c d L
4
8,73.600 4,125
p (1000 ) 2 99 psi (Tekanan yang diijinkan pelumas lebih besar
3175 .10 4
2,75 4,125
dari yang di dukung oleh bantalan), cukup aman.
Koefisien gesek;
473 .n d
f = ( ). K , K = 0,0022
1010 p c
473 8,73.600
.1000 0,0022
= 1010 87,3
= 0,00504
148
Panas yang timbul;
.d .n
Hg = f .P.
12
3,14.2,75.600
= 0,00504 . 1000 . = 2172 ft lb/men.
12
Hd = A.C (t b - t a )
maka;
= 1705 ft lb/in
Bantalan jenis ini punya gesekan yang sangat kecil. Harga koefisien gesek tegantung
pada : kecepatan, beban, suhu, pelumas dan pembuatannya. Maka harga angka gesek sulit
ditentukan dengan pasti. New Departure telah membuat percobaan untuk mendapatkan angka
gesek pada keadaan normal yaitu berkisar antara 0,005 sampai 0,003, atau rata-rata adalah 0,001.
Sebagai perbandingan besarnya angka gesek sebagai fungsi kecepatan antara tap dan
bantalan anti friksi bisa dilihat pada diagram dibawah ini.
149
l
ru
ro
pelu
lan
nta
alan
Ba
t
Ban
f
ur
la n lunc
Banta
n
Gambar 4.10 Perbandingan angka gesek bantalan luncur dan bantalan peluru
Dari Gambar 4.10 pada kecepatan rendah angka gesek bantalan anti friksi (gelinding)
jauh lebih kecil dibanding bantalan luncur, tetapi pada kecepatan tinggi justru bantalan luncur
yang lebih kecil gesekannya..
150
Gambar 4.12 Macam-macam bantalan gelinding
1). Bantalan radial, yaitu baik dipakai untuk arah beban yang radial, atau beban yang tegak tegak
lurus pada sumbu poros
2). Bantalan aksial, untuk menahan beban yang arahnya aksial atau bantalan yang arahnya
sejajar sumbu.
3). Bantalan angular atau bantalan kombinasi, dipakai untuk menahan beban aksial dan radial.
Menurut konstruksinya:
151
1). Bantalan peluru
152
153
Gambar Susunan bantalan gelinding
154
mengalami kerusakan karena kelelahan, maka beban tersebut dinamakan Beban Nominal dinamis
spesifik (C), dan umurnya disebut umur nominal.
Jika bantalan tersebut menerima beban dalam keadaan diam, dan pada titik kontak yang
menerima tegangan maksimum besarnya deformasi cincin menjadi 0,0001 kali diameter elemen
gelinding, maka beban tersebut dinamakan beban nominal statis spesifik (Co).
Bola:
Rol ;
dimana:
Db = diameter bola
ks = Faktor, besarnya tergantung dari jenis , kelas ketelitian dan bahan bantalan
155
Co Ko.i.Z .Db . cos ……………………………………………………4.21
2
dimana;
Db = diameter bola
= sudut kontak
ko = faktor, besarnya:
- Bantalan radial;
- Bantalan aksial;
156
P ( X .Fr. Y .Pa).Ks.KT ………………………………………….4.25
dimana;
Fr = beban radial
Fa = beban aksial
X = faktor bebanradial
V = faktor rotasi
Ks = faktor keamanan
P Fr.Ks.KT ……………………………………………………….4.26
P Fa.Ks.KT ………………………………………………………….4.27
- beban radial;
bila Po Fr , Po = Fr
- beban aksial;
157
Tabel 4.3 Faktor suhu ( KT )
Beban kejut lebih dari 125 % 1 - 1,3 Penggerak roda gigi, mesin perkakas,
motor listrik, konveyor
Beban kejut lebih dari 150 % 1 - 1,8 Traktor, kereta api, mobil, mesin
sekrap dll
Beban kejut lebih dari 300 % 1,8 Mesin tempa, penghancur bantu, rill,
rolling mill.
158
159
160
161
C. UMUR BANTALAN
Umur bantalan ditentukan sebagai berukut: umur nominal ( 90 % ) dari elemen yang
berputar, setelah berputar 1.000.000 putaran tidak memperlihatkan kerusakan kerena kelelahan
gelinding, dapat ditentukan:
C
L .10 6 putaran …………………………………………………..4.31
P
dimana;
L = umur bantalan
3 = bantalan bola
162
L
Ln = .1,67.10 2 jam ……………………………………………….4.32
n
Contoh soal;
1). Sebuah bantalan peluru tunggal dengan pembebanan dinamis C = 2800 kg dan pembebanan
statis Co = 1900 kg, diberi gaya-gaya radial Fr = 370 kg dan aksial Fa = 86 kg., bila putaran
poros 500 rpm.
Penyelesian:
Fa 86
0,05 dari tabel e = 0,24
Co 1900
Fa 86
0,34 dari tabel harga X = 1, Y = 0
Fr.V 370.1
163
Beban dinamis; P = X. Fr. V + Y . Pa
= 1 . Fr. 1 + 0 .86
= 370 kg
C
L ( ) .10 6
P
atau :
L
Ln = .1,67.10 2
n
438.976.000
= .1,67.10 2
500
= 14.662 jam
b. Ukuran bantalan;
d = 40 mm
D = 90 mm
B = 23 mm
164
BAB V
Bila dua elemen mesin saling bergesekan maka akan timbul panas, keausan dan
menyebabkan kehilangan tenaga, maka tejadinya gesekan tersebut perlu diperkecil. Untuk
meminimalkan gesekan terssebut yaitu dengan memberi pelumasan yang baik dan memperkecil
luas bidang kontaknya. Walaupun pelumasannya sebaik mungkin, masih tetap ada gesekan dan
ada bagian yang rusak. Bagian yang rusak diusahakan adalah bagian yang murah dan mudah
diganti, misalnya; pelumas, metal bantalan. Supaya mesin berumur panjang diperlukan pelumas
dan sistem pelumasan yang baik.
Melumasi dua permukaan yang saling bergerak relatif dengan cara membentuk lapisan
tipis (film minyak), tujuannya adalah untuk mengurangi gesekan dan keausan.
Untuk menyerap panas yang dihasilkan mesin, sehingga efisiensi mesin akan naik
Bagaimanapun halus dan ratanya permukaan logam, kalau dilihat dengan kaca pembesar
akan terlihat permukaan yang tidak merata. Bila dua logam saling meluncur dan bergesekan
keduua permukaannya, maka titik tertinggi kedua permukaan tersebut saling mengunci dan
menghambat gerak relatif. Untuk memperkecil gaya gesek (hambatan) diantara kedua permukaan
tersebut harus ada film minyak (lapisan minyak). Semua minyak mempunyai kecenderungan
165
untuk menyebar pada permukaan logam dan melekat kepadanya. Oleh sebab itu suatu film
minyak yang sangat tipis dapat terbentuk diantara permukaan yang bergerak, misalnya; antara tap
dan bantalan atau antara torak dan silinder. Tebal film minyak tergantung beberapa faktor,antara
lain:
Viskositas minyak
Tebal lapisan minyak berkisar antara 0,0254 mm sampai dengan 0,01778 mm. Bila viskositas
menurun atau tekanan bantalan meningkat, maka sebagian minyak ditekan keluar sehingga kedua
permukaan bersinggungan dan lapisan minyak tetap mendukung beban. Pelumasan semacam ini
disebut pelumasan tipis atau pelumasan tidak sempurna, hal ini bila berlanjut akan terjadi
keausan.
Suatu pelumas mesin yang ideal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1). Kekentalan (viskositas) tidak banyak berubah, karena adanya perubahan suhu.
166
6). Tidak terbakar
Pemakain pelumas terbatas jangka waktunya, yaitu dalam waktu-waktu tertentu harus
diganti, sebab : sifat-sifat pelumasannya sudah berkurang dan sudah kotor. Pengotoran pelumas
disebabkan oleh ; debu dari luar, gram-gram dari gesekan, zat-zat terlarut dalam pelumas, misal;
bahan bakar, sisa / hasil pembakaran.
Viskositas merupakan sifat yang paling penting yang harus dimiliki oleh minyak pelumas.
Viskositas menunjukkan kefluidaan relatif dari minyak tertentu. Jadi merupakan ukuran dari
gesekan fluida atau tahanan, yang akan diberikan oleh molekul atau partikel dari minyak,
misalnya; dalam peredarannya, semakin malas gerakannya berarti kekentalannya lebih tinggi.
Kalau kefluidaan relatif berkurang, maka gesekan antar molekul juga berkurang. Untuk
menentukan sifat kefluidaan tersebut dapat dicari dengan persamaan Newton.
V
. ……………………………………………………………………………5.1
Y
dimana;
V = Kecepatan, cm/dt
Y = Tebal lapisan, cm
167
F
v v
Y
Kalau tegangan geser dalam N/m 2 , kecepatan v dalam m/det 2 dan tebal Y lapisan dalam
mm, maka Viskositas mutlak:
= N det/m 2
………………………………………………………………5.2
Maka Viskositasa kinematik dalam satuan cm/det = Stoke, tetapi yang banyak dipakai adalah
Centi stoke ( C St ).
168
Gambar 5.3 Diagram Viscositas untuk berbagai minyak pelumas
180
(0,22. ) ……………………………………………………5.3
dimana;
= Kekentalan dinamis, Cp
169
Kekentalan tergantung rapat jenis, sedangkan rapat jenis tergantung dari suhu, untuk mencari
berat jenis dapat digunakan persamaan;
60 0,000365 (t 60 o ) …………………………………………….5.4
dimana;
o
t = suhu fluida yang ditinjau, F
o
Tabel 5.1 Berat jenis pada 60 F
170
SAE 130 F SAE 210 F
10 90 - 120 40 80
Yang disebut titik tuang adalah minyak pelumas pada temperatur tertentu akan
membentuk jaringan kristal yang menyebabkan minyak tersebut sukar mengalir. Oleh karena
itu sebaiknya dipergunakan minyak pelumas dengan titik tuang yang serendah-rendahnya
untuk menjamin agar minyak pelumas dapat mengalir dengan lancar ke dalam pompa dan
salurannya pada setiap operasinya.
Titik nyala adalah suhu pada saat uap minyak pelumas berada diatas minyak akan menyala
bila dikenai api kecil. Titik nyala untuk berbagai macam minyak pelumas bervariasi antara
171,1 C 221,1 C. Titik ini jauh lebih rendah dari titik didih atau suhu pada saat minyak
akan berubah dari cair menjadi gas. Dalam pengoperasian mesin diinginkan minyak yang bisa
terbakar secara bersih dan meninggalkan residu karbon sekecil, yaitu pada saat langkah
pembakaran sejumlah minyak yang berada di dinding silinder sebagian akan terbakar secara
berkala. Hal ini jauh lebih baik minyak terbakar pada suhu yang rendah, tetapi meninggalkan
karbon yang sekecil mungkin.
4). Stabilitas
Beberapa minyak pelumas pada temperatur yang tinggi akan berubah susunan kimianya
sehingga terjadi endapan yang mengakibatkan cincin torak melekat pada alurnya. Dalam
beberapa hal minyak pelumas dapat membentuk lumpur apabila bercampur dengan air dan
beberapa komponen hasil pembakaran. Selain itu lumpur tersebut akan mengubah
kekentalannya dan menutup saluran minyak. Oleh karena itu bak minyak pelumas harus
171
mendapat ventilasi yang cukup baik agar minyak pelumas atau gas pembakaran dapat keluar
leluasa dari bak minyak pelumas.
5). Kelumasan
Minyak pelumas harus mempunyai sifat melumasi yang cukup baik yaitu dapat
membasahi permukaan logam. Hal ini berarti dalam segala keadaan selalu terdapat lapisan
minyak pelumas pada permukaan elemen yang bergesekan. Sifat ini sangat penting untuk
melindungi bagian permukan tersebut, misalnya; saat start, yaitu pada saat minyak pelumas
belum cukup banyak atau pompa minyak pelumas belum bekerja sebagaimana biasanya.
a. Mineral.
Bahan dasarnya berasal dari kombinasi gugusan hidrokarbon yang dikilang dari
minyak mentah melalui proses fisika. Hal ini menyebabkan karakteristik minyak mineral
tidak sesuai yang dibutuhkan mesin. Pelumas mineral mudah menguap dan viskositasnya
cepat berubah pada temperatur tertentu.
b. Sintetis
d. Semi sintetis.
172
Bahan dasar dari pelumas ini gabungan antara mineral dan sintetis, jenis pelumas ini
mempunyai sifat yang cukup baik dibanding dengan pelumas mineral, sehingga cocok
untuk operasiol harian.
2). Viskositasnya
a. Minyak Monograde
Kekentalan minyak pelumas harus sesuai dengan fungsi minyak, yaitu untuk
mencegah keausan permukaan bagian yang bergesekan, terutama pada beban besar dan
pada putaran rendah. Minyak pelumas yang terlalu kental sukar mengalir melalui
salurannya, disamping meyebabkan kerugian daya mesin yang terlalu besar. Biasanya
kekentalan minyak pelumas diuji pada temperatur 210 F (99 C) dan dinyatakan dengan
SAE (Society of Automotive Engineers); misalnya : SAE 10, SAE 20, SAE 30, SAE 40 dan
seterusnya, makin kental makin tinggi bilangannya. Adakalanya pengujian tersebut
dilakukan pada temperatur 0 F (-17,8 C); untuk membedakannya dibelakang bilangan
SAE ditambah huruf W (winter), misalnya; SAE 20W.
b. Minyak Multigrade
Indeks viskositas minyak dapat dinaikkan dengan menambah bahan kimia, maka
minyaknya disebut multigrade, misalnya ; SAE 20 W – 50. Ini berarti, pada suhu rendah
kekentalannya adalah SAE 20 dan pada suhu tinggi kekentalannya adalah SAE 50. Pada
kenyataanya kekentalannya pada suhu tinggi berkisar SAE 30 – 40, karena campuran
kimianya akan rusak pada waktu minyak bergerak ditempat yang sempit.
Kualitas minyak pelumas dapat dilihat pada labelnya. Standar kualitasnya ditentukan oleh
API (American Petroleum Institute), yaitu lembaga independen yang berada di Amerika yang
bertugas menguji kualitas dan kinerja minyak pelumas. Jika di label kemasan pertamanya
huruf S, berarti untuk mesin bensin (spark plug). Urutan kualitasnya mulai hurup; SA, SB,
SC,…….SL (makin tinggi hurup dibelakang S, berarti semakin bagus kualitasnya). Bila huruf
pertamanya adalah C digunakan untuk mesin diesel (compresi), urutan kualitasnya : CA, CB,
CC, CD. Ada juga gabungan dari S dan C, misalnya; API SJ/CD. Sedangkan untuk mesin 2 tak,
kualitas pelumas diawali huruf T, urutannya: TA, TB, TC. Kalau menurut standar JASO
173
(Japanese Automotif Standar Organization) kualitasnya diawali huruf F, misalnya ; FA, FB, FC
(makin tinggi hurup dibelakang T atau F, berarti semakin bagus kualitasnya)
174
DAFTAR PUSTAKA
Duetschman d Aeron dkk, Machine design theori and practice , 1975, Macmillan Publishing Co, Inc.
New York
Sularso dkk, Elemen Mesin Dasar Perencanaan dan Pemilihan, 1991, Pradnya Paramita, Jakarta
Soenarta Nakoela dkk, Motor Serba Guna, 1995, Pradnya Paramita, Jakarta
175
176