Anda di halaman 1dari 93

BUKU PEDOMAN

KRIDA PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN PENYAKIT

DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KATA PENGANTAR

Satuan Karya Pramuka Bakti Husada (SBH) merupakan Saka yang


berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan. SBH merupakan
sarana untuk mengembangkan, memupuk, membina dan mengarahkan
minat dan bakat generasi muda terhadap kesehatan melalui pendidikan
kepramukaan. Untuk itu, Krida Pengendalian Penyakit sebagai salah
satu Krida di Saka Bakti Husada diharapkan dapat mewujudkan
generasi muda kader pembangunan khususnya di bidang Keluarga
Sehat, yang dapat membantu melembagakan norma hidup sehat bagi seluruh anggota
Gerakan Pramuka dan masyarakat di lingkungannya.

Anggota Saka Bakti Husada adalah generasi muda usia 16-25 tahun. Apabila dikelola secara
baik anggota SBH mampu menjadi kelompok yang memiliki potensi daya ungkit
pembangunan kesehatan, selain karena jumlahnya yang besar yaitu 43 juta jiwa. Selain itu
juga generasi muda memiliki kepribadian yang mampu menjadi agent of change di
masyarakat.

Untuk mendukung hal tersebut diatas, Kementerian Kesehatan menyusun Pedoman


Pembinaan Krida Pengendalian Penyakit, yang didalamnya menjadi acuan Kakak-Kakak
Pembina Pramuka dalam melakukan pembinaan Krida Pengendalian Penyakit di masyarakat.
Semoga cita-cita kita dalam mewujud nyatakan Pengendalian Penyakit ditengah-tengah
keluarga Indonesia, sebagai sel terkecil sebuah negara, dapat terwujud melalui pembinaan
kader Krida Pengendalian Penyakit.

Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya, kepada semua pihak


yang terlibat dan aktif dalam penyusunan buku pedoman ini. Kiranya buku ini dapat
memberikan manfaat yang besar bagi peningkatan kesehatan masyarakat melalui kegiatan
kepramukaan.

Jakarta, Agustus 2019

Direktur Jenderal P2P

Anung Sugihantono
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


KATA SAMBUTAN ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Tujuan dan Sasaran .............................................................. 1
C. Pengertian .............................................................. 2
D. Landasan Hukum ..............................................................

BAB II SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK)


A. SKK Pencegahan Penyakit .............................................................. 6
B. SKK Pengendalian Penyakit .............................................................. 16
Saluran Pernafasan
C. SKK Pengendalian .............................................................. 22
Penyakit Saluran Cerna
D. SKK Pengendalian .............................................................. 31
Penyakit Kulit dan
Kelamin
E. SKK Pengendalian .............................................................. 38
Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik
F. SKK Pengendalian .............................................................. 61
Penyakit Tidak Menular
G. SKK Kesehatan Jiwa .............................................................. 78

BAB III PENUTUP


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok membina anak dan pemuda Indonesia
agar menjadi tenaga kader pembangunan bermoral Pancasila, yang kuat dan sehat
jasmani dan rohaninya. Salah satu upaya untuk membentuk tenaga kader
pembangunan tersebut di atas adalah membekali mereka dengan pengetahuan dan
keterampilan praktis dalam bidang kesehatan yang merupakan bagian penting dari
pembangunan nasional. Untuk memberi wadah kegiatan khusus dalam bidang
kesehatan perlu dibentuk Satuan Karya Pramuka Bakti Husada.

Saka Bakti Husada adalah salah satu sumber daya dalam membangun
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dengan pendekatan Keluarga Sehat.
Melalui GERMAS masyarakat khususnya anak usia sekolah dan remaja, digerakkan
untuk sadar, mau dan memiliki kemampuan untuk berperilaku sehat. Melalui Saka
Bakti Husada, anak usia sekolah dan remaja bukan hanya diberi pengetahuan
kesehatan namun diharapkan juga mampu menjadi agent of change hidup sehat di
lingkungan keluarga, masyarakat dan negara.
Melalui Saka Bakti Husada, anak usia sekolah dan remaja menjadi salah satu
kader kesehatan Indonesia.

Saka Bakti Husada memiliki 6 Krida yaitu Krida Bina Lingkungan Sehat, Krida Pengendalian
Penyakit, Krida Bina Keluarga Sehat, Krida Bina Gizi, Krida Bina Obat dan Krida Bina
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Krida Pengendalian Penyakit memiliki tujuh
Syarat Kecakapan Khusus (SKK) yaitu SKK Pencegahan Penyakit, SKK Pengendalian
Penyakit Saluran Pernafasan, SKK Pengendalian Penyakit Saluran Cerna, SKK
Pengendalian Penyakit Kulit dan Kelamin, SKK Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik, SKK Pengendalian Penyakit Tidak Menular, dan SKK Kesehatan Jiwa

B. Tujuan dan Sasaran


a. Tujuan Umum :
Mewujudkan tenaga kader pembangunan di bidang Pengendalian Penyakit,
yang dapat membantu melembagakan norma hidup sehat bagi seluruh anggota
Gerakan Pramuka dan masyarakat di lingkungannya.

b. Tujuan Khusus :
 Meningkatkan dukungan kebijakan dan pendanaan dalam pembinaan Krida
Pengendalian Penyakit mulai dari tingkat nasional, daerah, cabang dan
ranting.
 Meningkatkan kompetensi instruktur Saka dan pamong Saka dalam
pembinaan Krida Bina Keluarga Sehat mulai dari tingkat nasional, daerah,
cabang dan ranting.
 Meningkatkan kemampuan Pramuka dalam menyebarluaskan pentingnya
kesehatan keluarga di lingkungan teman, sekolah dan masyarakat sekitarnya.

1|
c. Sasaran :
 Majelis Pembimbing Saka Bakti Husada di tingkat Ranting, Cabang,
Daerah dan Nasional
 Pimpinan Saka Bakti Husada di tingkat Kwartir Cabang, Kwartir Daerah
dan Kwartir Nasional
 Instruktur Saka Bakti Husada
 Pamong Saka Bakti Husada

C. Pengertian
 Satuan Karya Pramuka Bakti Husada
Adalah salah satu jenis Satuan Karya Pramuka yang merupakan wadah
kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam
bidang kesehatan

 Anggota Saka Bakti Husada


Adalah Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dari suatu Gugus Depan
yang berusia 16-25 tahun

 Anggota Dewasa
Adalah anggota gerakan Pramuka yang berusia 26 tahun keatas dan atau
berusia diatas 21 tahun dengan catatan yang bersangkutan melepaskan
statusnya sebagai anggota muda karena telah menikah dan atau memiliki Surat
Hak Bina (SHB)

 Gugus Depan
Disingkat Gudep, adalah satuan pendidikan dan satuan organisasi terdepan
penyelenggaraan pendidikan kepramukaan

 Pamong Saka
Adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka berkualifikasi Pembina Mahir yang
bertanggungjawab atas pembinaan dan pengembangan Saka

 Instruktur Saka
Adalah seseorang yang berprofesi kesehatan yang karena kemampuannya
dan keahliannya menyumbangkan tenaga dan kemampuannya untuk membantu
Pamong Saka

 Pimpinan Saka
Adalah badan kelengkapan Kwartir yang bertugas memberikan bimbingan
organisatoris dan teknis kepada Saka yang bersangkutan serta memberikan
bantuan fasilitas dan kemudahan lainnya

 Majelis Pembimbing Saka


Adalah suatu badan yang terdiri atas pejabat instansi pemerintah dan tokoh
masyarakat yang memberikan dukungan dan bantuan moral, material dan
finansial pada pembinaan Saka
 Dewan Saka
Adalah badan yang dibentuk oleh anggota Saka, beranggotakan Pramuka

2|
Penegak dan Pramuka Pandega yang bertugas merencanakan dan memimpin
pelaksanaan kegiatan Saka sehari-hari di satuannya
 Krida
Adalah satuan terkecil dari Saka, sebagai wadah kegiatan ketrampilan,
pengetahuan dan teknologi tertentu

 GERMAS
Singkatan dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah suatu tindakan
sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup

 Pengendalian
Adalah adalah upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor risiko
penyakit dan/atau gangguan kesehatan

 Kesehatan
Adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi

 Krida Pengendalian Penyakit


Adalah krida yang memberikan kecakapan khusus tentang pengendalian
penyakit yaitu pencegahan penyakit, pengendalian penyakit saluran pernafasan,
pengendalian penyakit saluran cerna, pengendalian penyakit kulit dan kelamin,
pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik, pengendalian penyakit tidak
menular, dan kesehatan jiwa

 Syarat Kecakapan Khusus (SKK)


Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang Pramuka untuk mendapatkan
Tanda Kecakapan Khusus (TKK)
a) SKK Pencegahan Penyakit
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang Pramuka untuk
mendapatkan TKK Pencegahan Penyakit

b) SKK Pengendalian Penyakit Saluran Pernafasan


Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang Pramuka untuk
mendapatkan TKK Pengendalian Penyakit Saluran Pernafasan

c) SKK Pengendalian Penyakit Saluran Cerna


Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang Pramuka untuk
mendapatkan TKK Pengendalian Penyakit Saluran Cerna

d) SKK Pengendalian Penyakit Kulit dan Kelamin


Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang Pramuka untuk
mendapatkan TKK Pengendalian Penyakit Kulit dan Kelamin
e) SKK Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang Pramuka untuk
mendapatkan TKK Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
f) SKK Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang Pramuka untuk
mendapatkan TKK Pengendalian Penyakit Tidak Menular
3|
g) SKK Kesehatan Jiwa
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang Pramuka untuk
mendapatkan TKK Kesehatan Jiwa

h) Tanda Kecakapan Khusus (TKK)


Adalah tanda yang diberikan kepada Pramuka sebagai bentuk apresiasi
atas kemampuannya di bidang tertentu

i) TKK Krida Bina Keluarga Sehat


Adalah tanda yang menunjukkan kecakapan, kepandaian, ketangkasan dan
keterampilan yang harus dimiliki oleh anggota Krida Bina Keluarga Sehat

j) Penyematan TKK
Adalah pemberian TKK yang dilaksanakan melalui upacara sebagai tanda
bahwa Pramuka tersebut berhak memakainya

D. Landasan Hukum
Landasan hukum bagi penyelenggaraan Saka Bakti Husada antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pogram Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63
Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan
Ekstrakulikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
6. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 154.A tahun 2011
Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya Pramuka Bakti Husada
7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka

4|
BAB II

SYARAT KECAKAPAN KHUSUS

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa Krida Pengendalian Penyakit merupakan salah


satu krida pada Saka Bakti Husada. Krida Pengendalian Penyakit adalah krida yang
memberikan kecakapan khusus tentang pengendalian penyakit.

Ada tujuh Kecakapan Khusus dalam Krida Pengendalian Penyakit, yaitu pencegahan
penyakit, pengendalian penyakit saluran pernafasan, pengendalian penyakit saluran
cerna, pengendalian penyakit kulit dan kelamin, pengendalian penyakit tular vektor dan
zoonotik, pengendalian penyakit tidak menular, dan kesehatan jiwa.

Kecakapan Khusus menjadi syarat yang harus dipenuhi untuk mendapat Tanda
Kecakapan Khusus yang diberikan kepada Pramuka sebagai bentuk apresiasi atas
kemampuannya di bidang tertentu.

5|
SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK)
PENCEGAHAN PENYAKIT

I. SYARAT KECAKAPAN KHUSUS PENCEGAHAN PENYAKIT

a. PRAMUKA PENEGAK (16-20 TAHUN)


Seorang Pramuka Penegak harus :
1) Menguasai materi SKK Pramuka Penggalang
2) Mampu memberikan penyuluhan kepada keluarga dan teman sebayanya tentang
Imunisasi
3) Dapat menjelaskan sasaran dan waktu pemberian imunisasi, imunisasi
lanjutan, imuisasi tambahan, imunisasi khusus dan imunisasi pilihan.
4) Dapat menjelaskan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

b. PRAMUKA PANDEGA (21-25 TAHUN)


Seorang Pramuka Pandega harus :
1) Menguasai materi SKK Pramuka Penegak
2) Mampu memberikan penyuluhan kepada masyarakat di lingkungannya tentang
Imunisasi
3) Dapat membantu petugas dalam mengajak dan mendorong masyarakat agar
mau diimunisasi

1. SYARAT MENDAPATKAN TANDA KECAKAPAN KHUSUS (SKK) PENCEGAHAN


PENYAKIT
a. Proses Belajar Mengajar Kecakapan Khusus
1) Diadakan di Kwartir Ranting dan Kwartir Cabang
2) Materi diberikan oleh Pamong/Instruktur
3) Dewan Saka bertugas mengorganisir kegiatan
4) Proses belajar mengajar 1 kecakapan khusus dilakukan dalam waktu 2 kali
pertemuan dan pada pertemuan ke 3 dilakukan penilaian (pengujian Syarat
Kecakapan Khusus) oleh pamong atau instruktur
5) Satu kali pertemuan dilaksanakan maksimal selama 2 jam
6) Frekuensi latihan minimal satu kali seminggu di tempat yang sudah
disepakati bersama
b. Uji Syarat Kecakapan Khusus
1) Ujian TKK dilakukan secara perorangan dan tidak secara kelompok (massal)
2) Ada 2 jenis uji SKK yaitu : Uji langsung dalam bentuk lisan maupun tertulis
dimana peserta Pramuka yang diuji berhadapan langsung dengan penguji

6|
3) Pengujian tidak langsung, melalui pengamatan dan penugasan yang
hasilnya dinilai penguji. Contohnya tugas penyuluhan

2. TANDA KECAKAPAN KHUSUS (TKK) PENCEGAHAN PENYAKIT

Gambar TKK Pencegahan Penyakit adalah Capai Imunisasi Rutin Lengkap


Bersama Melindungi dan Terlindungi

Bentuk : Payung dan keluarga

PENEGAK

Bentuk : Bujur sangkar


Ukuran : 2,5 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Kuning (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

PANDEGA

Bentuk : Segilima
Ukuran : 2 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Coklat sawo (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

3. MATERI SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK) PENCEGAHAN PENYAKIT


Salah satu pencegahan penyakit yang dapat dilakukan adalah dengan Imunisasi

PENGERTIAN
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan. Imunisasi merupakan program yang diwajibkan oleh pemerintah
kepada seseorang atau kelompok masyarakat, dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat di sekitarnya dari penyakit yang dapat di cegah
dengan imunisasi (PD3I). Pelayanan imunisasi diberikan pada sasaran yang
sehat, untuk itu sebelum pemberian imunisasi diperlukan skrining untuk
menilai kondisi sasaran

JENIS IMUNISASI
Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi
Imunisasi Program dan Imunisasi Pilihan.

7|
Imunisasi Program terdiri atas:
1. Imunisasi rutin;
2. Imunisasi tambahan; dan
3. Imunisasi khusus.

Imunisasi Program harus diberikan sesuai dengan jenis vaksin, jadwal atau
waktu pemberian yang ditetapkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Permenkes No. 12 tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Imunisasi rutin dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan. Imunisasi rutin terdiri atas Imunisasi dasar
dan Imunisasi lanjutan.
Jenis Imunisasi dasar terdiri dari imunisasi: Hepatitis B, Poliomyelitis,
Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Pneumonia, Campak dan Rubela.

SASARAN & JADWAL


1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar
Tabel 1. Sasaran dan Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Interval Minimal
Umur
Jenis untuk jenis imunisasi
Sasaran
yang sama
0-24 Jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 1 bulan
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak

b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin
terjaganya tingkat imunitas pada anak Batita, anak usia sekolah, dan
wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil.

Tabel 2. Sasaran dan jadwal imunisasi lanjutan pada anak < 3 tahun

Umur Interval minimum setelah


Jenis Imunisasi
Sasaran imunisasi dasar
12 bulan dari DPT-HB-Hib
DPT-HB-Hib
3
18 bulan
6 bulan dari Campak dosis
Campak
pertama

Catatan:
 Pemberian imunisasi lanjutan pada batita DPT-HB-Hib dan
Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-36 bulan

8|
Tabel 3. Sasaran dan jadwal Imunisasi lanjutan pada anak usia SD

Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan


Campak Agustus
Kelas 1 SD
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 5 SD Td November

Catatan
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan imunisasi DT
dan Td dinyatakan mempunyai status imunisasi T5.

Tabel 4. Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur (WUS)

Interval Minimal Masa


Status Imunisasi
Pemberian Perlindungan
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun

Catatan:
 Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi T
(screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan
antenatal.
 Pemberian imunisasi TT tidak perlu diberikan, apabila pemberian
Imunisasi TT sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan
dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam
medis.

2. Imunisasi tambahan
Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah:
a. Backlog fighting
Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk melengkapi
imunisasi dasar pada anak < 3 tahun. Kegiatan ini diprioritaskan
untuk dilaksanakan di desa yang selama 2 (dua) tahun berturut-
turut tidak mencapai UCI.
b. Crash program
Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Puskesmas yang ditujukan
untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk
mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan
dilakukan crash program adalah:
1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi.
2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang.
3) Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi,
misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio.

9|
PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Merupakan kegiatan imunisasi massal (kampanye) yang dilaksanakan secara
serentak di suatu negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk
memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit dan meningkatkan herd
immunity (misalnya polio, campak, atau imunisasi lainnya). Imunisasi yang
diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.

Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah
wilayah terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).

Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak Response


Immunization/ ORI)
Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan
situasi epidemiologis penyakit masing-masing.

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang saat ini
menjadi program pemerintah adalah :

1. Hepatitis B
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
hepatitis B yang merusak hati. Penularan penyakit secara horizontal yaitu
dari darah dan produknya, melalui suntikan yang tidak aman, melalui
transfusi darah dan melalui hubungan seksual; dan penularan secara
vertikal yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan.

Gejala penyakit :
- Badan terasa lemah
- Gangguan perut
- Gejala lain seperti flu
- Warna urin menjadi kuning
- Tinja menjadi pucat.
- Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit

Komplikasi hepatitis B :
- Hepatitis kronis
- Pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis)
- Kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma)
- Menimbulkan kematian

10 |
2. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik (bahan eksudat dari
lesi di kulit) dan pernafasan. Daya penularan penyakit ini sangat tinggi.

Gejala penyakit :
- Gejala awal adalah gelisah
- Aktifitas menurun
- Radang tenggorokan
- Hilang nafsu makan
- Demam ringan
- Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan
dan tonsil

Komplikasi difteri
- Gangguan pernafasan yang berakibat kematian

3. Pertusis
Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyebaran
pertussis adalah melalui percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari
batuk atau bersin.
Gejala penyakit :
- Pilek
- Mata merah
- Bersin
- Demam
- Batuk ringan, lama-kelamaan batuk menjadi parah
- Batuk menggigil yang cepat dan keras.

Komplikasi pertusis :
Pneumania bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.

11 |
4. Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang
menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang,
tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam.
Gejala penyakit :
- Gejala awal adalah kaku otot pada rahang
- Disertai kaku pada leher
- Kesulitan menelan
- Kaku otot perut
- Berkeringat dan demam
- Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek (sucking) antara 3
sampai dengan 28 hari setelah lahir
- Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku
Komplikasi
- Tetanus
- Patah tulang akibat kejang
- Pneumonia
- Infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian

5. Tuberkulosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa (disebut
juga batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin
atau batuk. Penyakit ini pada umumnya menyerang paru, namun dapat juga
menyerang organ lain seperti kulit dan tulang.

Gejala penyakit :
- Gejala awal adalah lemah badan
- Penurunan berat badan
- Demam, dan keluar keringat pada malam hari
- Gejala selanjutnya adalah batuk terus-menerus, nyeri dada dan
(mungkin) batuk darah.
- Gejala lain tergantung pada organ yang diserang.

Komplikasi tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.

12 |
6. Campak (Measles)
Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak
sewaktu bersin atau batuk. Pada anak yang sehat dan bergizi baik penyakit
ini jarang berakibat serius.

Gejala penyakit :
- Gejala awal penyakit adalah demam
- Bercak kemerahan (Bercak Koplik)
- Batuk dan pilek
- Konjunctivitis (mata merah)
- Selanjutnya timbul ruam (bintik kemerahan) pada muka dan leher,
kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki

Komplikasi:
- Diare hebat yang menyebabkan kekurangan cairan (dehidrasi)
dan kematian
- Peradangan pada telinga (otitis media)
- Infeksi saluran napas (pneumonia).
- Kebutaan

7. Rubela
Rubella atau campak Jerman adalah infeksi virus yang ditandai dengan
ruam merah pada kulit. Rubella umumnya menyerang anak-anak dan
remaja.
Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella dan dapat menyebar dengan
sangat mudah. Penularan utamanya dapat melalui butiran liur di udara
yang dikeluarkan penderita melalui batuk atau bersin.
Sindrom rubella kongenital (CRS) dapat menyebabkan cacat lahir pada
bayi, seperti tuli, katarak, penyakit jantung bawaan, kerusakan otak,
organ hati, serta paru-paru.

13 |
8. Poliomielitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu
dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3.
Secara klinis penyakit polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang
menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis = AFP) .
Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang
terkontaminasi.

Gejala penyakit. :
- Demam,
- Nyeri otot dan
- Kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit.

Komplikasi.. :
Kematian bisa terjadi karena kelumpuhan otot- otot pernafasan terinfeksi
dan tidak segera ditangani.

Anggota Pramuka Pandega harus mampu memotivasi masyarakat untuk


menyelenggarakan pelayanan imunisasi, dengan cara :
- Menjelaskan manfaat imunisasi, yaitu dapat melindungi terhadap
beberapa penyakit sehingga kita menjadi kebal.
- Mengingatkan untuk datang pada pelayanan berikutnya karena
kekebalan tidak akan optimal apabila pemberian belum lengkap.
- Ajaklah tetangga, saudara, kenalan, ibu hamil atau ibu yang
mempunyai bayi dan balita untuk datang ke posyandu, puskesmas,
Rumah Sakit, klinik, bidan praktek swasta, dokter praktek swasta
untuk mendapatkan imunisasi.
- Kadang-kadang akan timbul panas setelah mendapatkan imunisasi,
ini merupakan reaksi yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan.
- Memanggil ibu-ibu yang belum datang untuk membawa bayinya ke
posyandu
- Membantu pencatatan dan pelaporan pelaksanaan imunisasi
Campak, DT dan Td di sekolah (Bulan Imunisasi Anak Sekolah/BIAS)

9. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau
virus pada salahsatu atau kedua paru-paru. Sistem imunitas pada anak
yang lemah atau belum terbentuk sempurna tidak mampu membasmi
infeksi awal yang ringan, sehingga infeksi dapat menyebar ke paru-paru
dan menyebabkan pneumonia. Pneumonia pada anak dapat
menyebabkan sulit bernapas dan asupan oksigen berkurang.
Pneumonia pada anak bisa juga disertai dengan beberapa gejala seperti
berikut ini:
- Batuk
- Hidung tersumbat.
14 |
- Muntah.
- Demam
- Mengi atau napas berbunyi.
- Kesulitan untuk bernapas, dada dan perut menggembung.
- Terasa nyeri di bagian dada.
- Menggigil
- Merasa sakit pada bagian perut
- Tidak nafsu makan
- Menangis lebih sering dari biasanya.
- Sulit beristirahat.
- Pucat dan lesu.
- Pada kasus yang parah, bibir dan kuku jari bisa berubah warna
menjadi kebiruan atau abu-abu.

Anak-anak yang memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia :


- Bayi yang tidak mendapat air susu ibu (ASI)
- Anak yang kurang gizi
- Anak-anak dengan HIV
- Anak yang terkena infeksi campak
- Tidak mendapatkan imunisasi
- Bayi lahir prematur
Faktor lingkungan juga dapat meningkatkan risiko anak terkena
pneumonia, misalnya orang tua yang merokok atau tinggal di pemukiman
padat penduduk.

15 |
SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK)
PENGENDALIAN PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN

II. SYARAT KECAKAPAN KHUSUS PENGENDALIAN PENYAKIT SALURAN


PERNAPASAN
.
a. PRAMUKA PENEGAK (16-20 TAHUN)
Seorang Pramuka Penegak harus :
1) Dapat membantu petugas kesehatan/kader TBC dalam melakukan
deteksi dini terduga TBC.
2) Dapat membantu petugas kesehatan/kader TBC dalam pendampingan
dan pengawasan pasien TBC selama pengobatan hingga selesai.
3) Dapat mengaplikasikan dan memberi contoh cara mencegah terjadinya
penularan penyakit TBC.
4) Dapat membantu petugas kesehatan/kader TBC dalam melakukan
penyuluhan tentang TBC ke masyarakat.

b. PRAMUKA PANDEGA (21-25 TAHUN)


Seorang Pramuka Pandega harus :
1) Mampu melakukan deteksi dini dan menemukan terduga TBC di
masyarakat.
2) Mampu menjadi PMO (Pengawas Menelan Obat) dan melakukan
pendampingan, pengawasan serta memotivasi pasien TBC selama
pengobatan hingga selesai.
3) Mampu mengetahui terjadinya efek samping obat TBC
4) Mampu berkoordinasi dengan Puskesmas dalam penemuan terduga
TBC, pendampingan dan pengawasan pengobatan efek samping obat
5) Mampu mengaplikasikan dan memberi contoh cara mencegah penularan
penyakit TBC.
6) Mampu memberkan penyuluhan tentang TBC ke masyarakat.

1. SYARAT MENDAPATKAN TANDA KECAKAPAN KHUSUS (SKK)


PENGENDALIAN PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN
a. Proses Belajar Mengajar Kecakapan Khusus
1) Diadakan di Kwartir Ranting dan Kwartir Cabang
2) Materi diberikan oleh Pamong/Instruktur

16 |
3) Dewan Saka bertugas mengorganisir kegiatan

4) Proses belajar mengajar 1 kecakapan khusus dilakukan dalam


waktu 2 kali pertemuan. Pada pertemuan ke 3 dilakukan penilaian
(pengujian Syarat Kecakapan Khusus) oleh pamong atau instruktur
5) Satu kali pertemuan dilaksanakan maksimal selama 2 jam
6) Frekuensi latihan minimal satu kali seminggu di tempat yang sudah
disepakati bersama

b. Uji Syarat Kecakapan Khusus


1) Ujian TKK dilakukan secara perorangan dan tidak secara kelompok
(massal)
2) Ada 2 jenis uji SKK yaitu : Uji langsung dalam bentuk lisan maupun
tertulis dimana peserta Pramuka yang diuji berhadapan langsung
dengan penguji
3) Pengujian tidak langsung, melalui pengamatan dan penugasan
yang hasilnya dinilai penguji. Contohnya tugas penyuluhan

2. TANDA KECAKAPAN KHUSUS (TKK) PENGENDALIAN PENYAKIT SALURAN


PERNAPASAN

Gambar TKK Pengendalian Saluran Pernapasan adalah TOSS TB (Temukan


Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis)

Bentuk : 2 tangan yang menyatu

PENEGAK

Bentuk : Bujur sangkar


Ukuran : 2,5 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Kuning (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

PANDEGA

Bentuk : Segilima
Ukuran : 2 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Coklat sawo (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

17 |
3. MATERI SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK) PENGENDALIAN PENYAKIT
SALURAN PERNAPASAN

Salah satu syarat kecakapan khusus pengendalian penyakit saluran


pernapasan adalah penyakit Tuberkulosis dengan penjelasan sebagai
berikut:

Pengertian TBC (Apa Itu TBC) ?

Tuberkulosis (TB atau TBC) adalah:


- Penyakit menular langsung manusia ke manusia.
- disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
- Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ atau bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang,
kelenjar, kulit, dll).
- Dapat disembuhkan dengan berobat teratur sampai selesai.
- Bukan disebabkan oleh guna-guna atau kutukan.
- Bukan penyakit keturunan.
- TBC dapat menyerang siapa saja  terutama usia produktif/masih
aktif bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak.
- TBC dapat menyebabkan kematian bila tidak diobati segera.

Tanda dan Gejala-Gejala Sakit TBC

Gejala Utama terduga sakit TBC adalah batuk berdahak, yang dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu: dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk
sering kali bukan merupakan gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk
tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih.

Sumber Penularan TB

Sumber penularan adalah pasien TBC, terutama pasien yang


mengandung kuman TBC dalam dahaknya. Pada waktu batuk, bersin atau
berbicara, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet nuclei / percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang
menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius.

18 |
Layanan Pengobatan Penyakit TBC
 Orang dengan gejala terduga sakit TBC dapat disarankan/dirujuk/dibawa
ke Fasilitas Kesehatan seperti: Puskesmas, Rumah Sakit, Dokter Praktik
Mandiri, Klinik dan Fasilitas Kesehatan lainnya yang telah melaksanakan
Tatalaksana TBC secara Standar dengan Strategi DOTS (Directly
Observe Treatment Short-course = Pengobatan TB jangka pendek dengan
pengawasan langsung) sesuai Permenkes No. 67 tahun 2016.
 Obat TBC yang berkualitas sudah disediakan oleh Pemerintah di fasilitas-
fasilitas kesehatan tersebut. Pengobatan TBC diberikan secara GRATIS.
 Keberhasilan pengobatan pasien TB perlu didukung dan dimotivasi oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO) mulai dari awal sampai akhir
pengobatan.
 PMO adalah seseorang yang secara sukarela membantu pasien TB dalam
masa pengobatan hingga sembuh.
Kriteria PMO. :
 Sehat jasmani dan rohani serta bisa baca tulis
 Bersedia membantu pasien dengan sukarela
 Tinggal dekat dengan pasien
 Dikenal, dipercaya dan disegani oleh pasien
 Disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan
 Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan pasien
Tugas PMO :
 Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan
sampai sembuh.
 Mendampingi dan memberikan dukungan moral kepada pasien agar
dapat menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur.

19 |
 Mengingatkan pasien TB untuk mengambil obat dan periksa ulang
dahak sesuai jadwal.
 Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping OAT dan
merujuk ke Sarana Pelayanan Kesehatan.
 Mengisi kartu kontrol pengobatan pasien sesuai petunjuk (petunjuk
terdapat di sudut bawah kartu kontrol).
 Memberikan penyuluhan tentang TB kepada keluarga pasien atau
orang yang tinggal serumah.

Mencegah Penularan Penyakit TBC


 Minumlah OAT secara lengkap dan teratur sampai sembuh.
 Pasien TBC harus menutup mulutnya pada waktu bersin dan batuk
dengan sapu tangan/tisu/lengan baju bagian dalam atau menggunakan
masker.
 Tidak membuang dahak di sebarang tempat, tetapi dibuang pada
tempat khusus dan tertutup.
 Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, antara lain. :
 Menjemur alat tidur,
 Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar udara dan sinar
matahari masuk. Aliran udara (ventilasi) yang baik dalam ruangan
dapat mengurangi jumlah kuman di udara. Sinar matahari langsung
dapat mematikan kuman,
 Makan makanan bergizi,
 Tidak merokok dan minum minuman keras.

Pertolongan Pertama:
1. Terduga TBC
 Memberikan penyuluhan tentang TBC
 Menyarankan/merujuk terduga TBC ke Puskesmas
2. Pasien TBC
 Memberikan penyuluhan tentang TBC
 Melakukan pendampingan/pengawasan dan memotivasi pasien
TBC selama pengobatan
 Menyarankan/merujuk pasien TBC untuk kontrol secara berkala ke
Puskesmas

Tujuan dan Target Penanggulangan Penyakit TBC


1. Tujuan
Melindungi kesehatan masyarakat dari penularan TBC agar tidak
terjadi kesakitan, kematian dan kecacatan.
2. Target
Target Program Nasional Penanggulangan TBC sesuai dengan target
eliminasi global adalah Eliminasi TBC pada tahun 2030 dan Indonesia
bebas TBC tahun 2050. Eliminasi TBC adalah tercapainya cakupan
kasus TBC 1 per 1 juta penduduk.
3. Sasaran Promosi P2TBC
Dalam promosi kesehatan dalam penanggulangan TBC diarahkan
untuk meningkatkan pengetahuan yang benar dan komprehensif
mengenai pencegahan penularan, pengobatan, pola hidup bersih dan
sehat (PHBS), sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku sasaran
program TBC terkait dengan hal tersebut serta menghilangkan stigma
serta diskriminasi masyakarat terhadap pasien TBC.

20 |
Sasaran promosi kesehatan penanggulangan TBC adalah:
1. Pasien, individu sehat (masyarakat) dan keluarga sebagai komponen
dari masyarakat.
2. Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, petugas kesehatan,
pejabat pemerintahan, organisasi kemasyarakatan dan media massa.
Diharapkan dapat berperan dalam penanggulangan TBC sebagai
berikut:
a. Sebagai panutan untuk tidak menciptakan stigma dan diskriminasi
terkait TBC.
b. Membantu menyebarluaskan informasi tentang TBC dan PHBS.
c. Mendorong pasien TBC untuk menjalankan pengobatan secara
tuntas.
d. Mendorong masyarakat agar segera memeriksakan diri ke layanan
TBC yang berkualitas.
3. Pembuat kebijakan publik yang menerbitkan peraturan perundang-
undangan dibidang kesehatan dan bidang lain yang terkait serta
mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
Peran yang diharapkan adalah:
a. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan untuk
mendukung penanggulangan TBC.
b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lainlain)
untuk meningkatkan capaian program TBC.

21 |
SYARAT TANDA KECAKAPAN KHUSUS (SKK)
PENGENDALIAN PENYAKIT SALURAN CERNA

III. SYARAT TANDA KECAKAPAN KHUSUS (SKK) PENGENDALIAN PENYAKIT


SALURAN CERNA

a. PRAMUKA PENEGAK (16-20 TAHUN)


Seorang Pramuka Penegak harus :
1) Menguasai materi SKK Pramuka Penggalang
2) Mampu memberikan penyuluhan kepada keluarga dan teman sebayanya
tentang Pengendalian Penyakit Saluran Cerna

b. PRAMUKA PANDEGA (21-25 TAHUN)


Seorang Pramuka Pandega harus :
1) Menguasai materi SKK Pramuka Penegak
2) Mampu memberikan penyuluhan kepada masyarakat di lingkungannya
tentang Pengendalian Penyakit Saluran Cerna
3) Mampu berkoordinasi dengan pihak terkait dalam Pengendalian
Penyakit Saluran Cerna
4) Mampu mendukung pelaksanaan kegiatan Pengendalian Penyakit
Saluran Cerna bersumber daya masyarakat

1. SYARAT MENDAPATKAN TANDA KECAKAPAN KHUSUS (SKK) PENGENDALIAN


PENYAKIT SALURAN CERNA
a. Proses Belajar Mengajar Kecakapan Khusus
1) Diadakan di Kwartir Ranting dan Kwartir Cabang
2) Materi diberikan oleh Pamong/Instruktur
3) Dewan Saka bertugas mengorganisir kegiatan
4) Proses belajar mengajar 1 kecakapan khusus dilakukan dalam waktu
2 kali pertemuan dan pada pertemuan ke 3 dilakukan penilaian
(pengujian Syarat Kecakapan Khusus) oleh pamong atau instruktur
5) 1 kali pertemuan dilaksanakan maksimal selama 2 jam
6) Frekuensi latihan minimal satu kali seminggu di tempat yang sudah
disepakati bersama

22 |
b. Uji Syarat Kecakapan Khusus
1) Ujian TKK dilakukan secara perorangan dan tidak secara kelompok
(massal)
2) Ada 2 jenis uji SKK yaitu : Uji langsung dalam bentuk lisan maupun
tertulis dimana peserta Pramuka yang diuji berhadapan langsung
dengan penguji
3) Pengujian tidak langsung, melalui pengamatan dan penugasan yang
hasilnya dinilai penguji. Contohnya tugas penyuluhan

2. TANDA KECAKAPAN KHUSUS (TKK) PENGENDALIAN PENYAKIT SALURAN


CERNA

Gambar TKK Pengendalian Penyakit Saluran Cerna adalah sepasang anak


dengan saluran cerna yang sehat.
B
Bentuk : Lingkaran

PENEGAK

Bentuk : Bujur sangkar


Ukuran : 2,5 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Kuning (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

PANDEGA

Bentuk : Segilima
Ukuran : 2 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Coklat sawo (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

3. MATERI SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK) PENGENDALIAN PENYAKIT


SALURAN CERNA
Materi syarat kecakapan khusus Pengendalian Penyakit Saluran Cerna :
A. PENYAKIT DIARE
Penyakit Diare adalah perubahan kebiasaan buang air besar menjadi
lebih sering atau menjadi lunak atau cair dari biasanya (pada umumnya
≥ 3 kali).

23 |
TANDA – TANDA DIARE :
 Buang air besar cair lebih dari 3 kali dalam sehari atau 24 jam
 Sakit perut
 Mual dan muntah
 Kadang disertai demam

FAKTOR - FAKTOR RISIKO DIARE:


 Tidak memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan tidak diteruskan
sampai 2 tahun.
 Tidak memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur anak.
 Tidak Menggunakan air bersih yang cukup dan tidak minum air bersih
yang sudah direbus sampai mendidih.
 Tidak mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir terutama sebelum
makan, sesudah buang air besar, sesudah menceboki anak, sebelum
menyiapkan makanan dan sebelum menyusui.
 Tidak membuang air besar dan tinja anak di jamban.
 Tidak memberikan Imunisasi campak

CARA PENCEGAHAN DIARE:


 Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan teruskan sampai 2 tahun.
 Berikan makanan pendamping ASI sesuai umur anak.
 Menggunakan air bersih yang cukup dan Minum air bersih yang sudah
direbus sampai mendidih.
 Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir terutama sebelum makan,
sesudah buang air besar, sesudah menceboki anak, sebelum
menyiapkan makanan dan sebelum menyusui.
 Buang air besar dan tinja anak di jamban.
 Berikan Imunisasi campak

CARA PERTOLONGAN PERTAMA PADA DIARE :


1. Beri cairan lebih banyak dari pada biasanya
 Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
 Anak yang tidak mendapat ASI Eksklusif berikan susu yang biasa
di minum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan
(kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
 Beri oralit sampai diare berhenti.Bila muntah, tunggu 10 menit dan
di lanjutkan sedikit demi sedikit.
Umur <1 th : beri 50 - 100 cc setiap kali habis buang air besar
Umur >1 th : beri 100 - 200 cc setiap kali habis buang air besar
 Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
2. Beri obat zinc
Beri zinc selama 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti,
dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok
air matang atau ASI.
 Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
 Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari
3. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
 Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu
anak sehat
 Tambahkan 1 – 2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
 Berikan makanan kaya kalium : sari buah, pisang, air kelapa hijau
 Beri makan lebih sering, porsi lebih kecil (setiap 3 – 4 jam)
 Setelah diare berhenti beri makanan yang sama dan makanan
tambahan selama 2 minggu

24 |
4. Antibiotik hanya boleh diberikan sesuai indikasi dari petugas
kesehatan.
5. Jika belum sembuh, segera bawa anak ke pelayanan kesehatan
terdekat.

MATERI PENYULUHAN PENYAKIT DIARE PADA MASYARAKAT:


1. Cara Mengatasi Diare di rumah:
a. Segera Beri Banyak Minum dengan oralit; Setiap kali anak
BAB/mencret, beri Oralit :
 Umur kurang 1 thn (1/4 – ½ gelas)
 Umur 1 – 4 thn (½ – 1 gelas)
 Umur diatas 5 tahun (1 – 1 ½ gelas)
Bila Oralit tidak tersedia beri cairan yang tersedia di rumah
tangga seperti : kuah sayur, kuah sup, air tajin, sari buah, air teh,
air matang
b. Segera ke Puskesmas untuk mendapatkan Obat Zink; Obat Zinc
diberikan pada penderita diare balita untuk mempercepat
penyembuhan. Diharapkan dapat melindungi anak dari diare 2 –
3 bulan ke depan serta menambah nafsu makan

CARA PEMBERIAN OBAT ZINK


 Anak usia < 6 bln @ 10 mg (½ tablet) sehari selama 10 hari
berturut-turut
 Anak usia > 6 bln @ 20 mg (1 tablet) sehari selama 10 hari
berturut-turut
 Teruskan Pemberian Makanan; Pada bayi yang masih
mendapatkan ASI, teruskan pemberian ASI lebih sering dan lebih
lama, beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat, beri makan lebih sering dari biasanya
dengan porsi lebih kecil (setiap 3 – 4 jam). Jika diare sudah
berhenti maka balita sebaiknya diberi makanan tambahan
sampai 2 minggu.
2. Cara Pencegahan Diare (lihat penjelasan diatas)

3. Cara membuat dan memberikan oralit

25 |
4. Cara memberikan obat zink

B. PENYAKIT TIFOID
PENGERTIAN PENYAKIT TIFOID
 Demam tifoid dikenal juga sebagai penyakit tifus adalah suatu
penyakit infeksi pada usus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhosa.
 Demam tifoid atau tifoid adalah salah satu penyakit infeksi akut
pada saluran pencernaan yang dikenal juga dengan tifus
abdominalis atau penyakit tifus.

GEJALA DAN TANDA PENYAKIT TIFOID


 Demam Tinggi Suhu ≥ 38 0C
 Lemak, letih, lesu
 Sakit perut, kurang nafsu makan
 Mual dan muntah-muntah
 Diare atau sulit buang air besar
 Kadang muncul bitnik merah pada kulit dada atau perut
CARA PENULARAN DEMAM TIFOID
 Melalui makanan dan minuman yang tercemar kuman penyebab
demam tifoid (Salmonella typhi) yang berasal dari penderita atau
carrier (orang tanpa gejala sakit tapi dalam tubuhnya mengandung
kuman penyakit dan dapat menularkan kepada orang lain).
CARA MENCEGAH PENYAKIT TIFOID
1. Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir sebelum mengolah dan
meyajikan makanan sebelum makan dan setelah buang air besar.
2. Air bersih harus dimasak hingga mendidih sebelum di minum.
3. Buah dan sayur dicuci dengan air mengalir sampai bersih sebelum di
makan atau di masak.
4. masaklah makanan sampai matang
5. simpanlah makanan matang dan mentah di tempat terpisah
6. tutuplah makanan agar tidak dihinggapi lalat
7. buang air besar di jamban yang saniter/sehat.

26 |
PENGOBATAN PENYAKIT TIFOID
 Pengobatan yang tepat di fasilitas pelayanan kesehatan
 Tidur bebaring ditempat tidur sampai 3 hari bebas demam
 Makan makanan lunak dan rendah serat.

MATERI PENYULUHAN PENYAKIT TIFOID PADA MASYARAKAT


1. Jika mengalami gejala/tanda-tanda tifus, segeralah berobat ke
layanan kesehatan hingga sembuh (berobat sampai sempurna).
2. Perbaikan sanitasi lingkungan: gunakan jamban sehat untuk BAB,
penyediaan air bersih untuk seluruh warga, pengelolaan air limbah,
kotoran dan sampah
3. Peningkatan Higiene Makanan dan Minuman: memilih makanan
yang sudah dimasak, memanaskan kembali secara benar
makanan yang sudah dimasak, hindarkan kontak antara makanan
mentah dengan yang sudah dimasak, permukaan dapur dibersihkan
dengan cermat, lindungi makanan dari serangga, binatang mengerat
dan binatang lainnya
4. Peningkatan Higiene Perorangan: mencuci tangan dengan sabun
secara baik dan benar setelah BAB/BAK dan sebelum mengolah
makanan.

C. PENYAKIT HEPATITIS A
PENGERTIAN PENYAKIT HEPATITIS A
Hepatitis A adalah penyakit infeksi pada organ hati yang disebabkan
oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A sering terjadi dalam bentuk
Kejadian Luar Biasa (KLB) dimana umumnya terjadi pada pencemaran
air minum, makanan yang tidak dimasak, makanan yang tercemar,
kebersihan diri dan lingkungan yang buruk.

GEJALA DAN TANDA-TANDA AWAL PENYAKIT HEPATITIS A


 Demam
 Lemas
 Tidak ada nafsu makan
 Ganguan pencernaan (mual, muntah, kembung)
 Mata tampak kuning
 Air kencing (urine) berwarna seperti air teh

CARA PENULARAN PENYAKIT HEPATITIS A


Ditularkan melalui air dan makanan yang tercemar tinja penderita
hepatitis A.

CARA PENCEGAHAN PENYAKIT HEPATITIS A


Pencegahan bisa di lakukan dengan perilaku hidup sehat dan bersih.
a. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) secara benar:
1. Sebelum makan
2. Sebelum mengolah dan menghidangkan makan
3. Sebelum dan sesudah buang air besar dan air kecil
4. Sebelum dan sesudah mengganti popok bayi
5. Sebelum menyusui bayi
b. Mengolah makanan secara benar, yaitu :
 Mencuci bahan baku makanan dengan air bersih dan mengalir
 Pilih bahan makanan yang segar dan aman untuk dimakan

27 |
 Cuci buah-buahan dan sayur-sayuran sampai bersih sebelum
dimakan terutama yang dimakan mentah
 Hindari makanan yang telah kadarluarsa dan baca kadarluarsanya
sebelum dimakan.
CARA PENGOBATAN PENYAKIT HEPATITIS A
Pengobatan tidak spesifik, diutamakan meningkatkan daya tahan tubuh
(istirahat dan makan makanan yang bergizi
MATERI PENYULUHAN PENYAKIT HEPATITIS A PADA
MASYARAKAT:
1. Peningkatan Higiene Makanan dan Minuman: memilih makanan
yang sudah dimasak, memanaskan kembali secara benar makanan
yang sudah dimasak, hindarkan kontak antara makanan mentah
dengan yang sudah dimasak, permukaan dapur dibersihkan dengan
cermat, Cuci buah-buahan dan sayur-sayuran sampai bersih
sebelum dimakan terutama yang dimakan mentah
2. Peningkatan Higiene Perorangan: mencuci tangan dengan sabun
secara baik dan benar setelah BAB/BAK dan sebelum mengolah
makanan.
D. PENYAKIT CACINGAN
PENGERTIAN
Penyakit Cacingan adalah penyakit infeksi cacing perut yang
penularannya melalui tanah. Penyakit ini disebabkan oleh cacing gelang,
cacing cambuk dan cacing tambang.

cacing gelang cacing cambuk cacing tambang

Seseorang dikatakan cacingan, bila ditemukan cacing atau telur cacing dalam
tinjanya.

CARA PENULARAN PENYAKIT CACINGAN


Penularan penyakit cacingan dapat terjadi apabila :
 Penderita cacingan buang air besar sembarangan, maka tinja yang
mengandung telur cacing akan mengotori tanah.
 Di tanah yang lembab dengan suhu yang sesuai dan waktu tertentu,
telur cacing menjadi matang dan siap menulari orang lain.
 Penularan dapat melalui makanan dan minuman yang dikotori oleh
telur cacing yang telah matang tadi atau melalui tangan yang kotor.
 Penularan juga dapat melalui gigitan tempayak (larva) pada kulit yang
tidak memakai alas kaki.

TANDA DAN GEJALA PENYAKIT CACINGAN


 Kurang nafsu makan, lesu, perut buncit.
 Berat badan menurun.

28 |
 Nyeri perut, muntah dan mual.
 Diare atau sembelit.
 Keluar cacing dari mulut atau dubur.
 Kadang-kadang disertai gatal disekitar anus.
 Pertumbuhan anak terganggu

FAKTOR RISIKO PENYAKIT CACINGAN


Beberapa kondisi yang merupakan faktor risiko penyakit cacingan :
 Makanan yang tidak higienis
 Buang air besar sembarangan
 Tidak cuci tangan sebelum makan
 Tidak menggunakan alas kaki saat di luar rumah
 Kontak dengan tanah yang tercemar telur cacing

BAHAYA PENYAKIT CACINGAN PADA ANAK


 Karena cacing menyerap zat makanan dan darah di lumen usus,
maka anak menjadi kurang gizi, anemia, mudah lelah, mudah sakit,
dan rewel.
 Infeksi cacing pada masa awal pertumbuhan anak dapat membuat
berat dan tinggi badan anak di bawah rata-rata.
 Perkembangan motorik, kinerja kognitif dan potensi kecerdasan anak
terganggu, sehingga kemampuan konsentrasi belajar di sekolah akan
menurun dan membuat anak sulit berprestasi.
 Jika cacing sudah berkembang biak terlalu banyak dalam tubuh
dapat menyumbat lumen usus dan sangat berbahaya bagi tubuh.

CARA PENCEGAHAN PENYAKIT CACINGAN


Penyakit Cacingan dapat dicegah dengan cara :
1. Hindari anak dari sumber penularan cacingan dengan mengajari dan
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
2. Cuci tangan dengan sabun setelah BAB, setelah menceboki anak,
sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan.
3. Minum air bersih yang sudah direbus hingga matang.
4. Buang air besar di jamban.
5. Menjaga kebersihan makanan dari lalat dengan menutupnya
memakai tudung saji.
6. Memakai alas kaki.
7. Mengikuti Program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM)
Cacingan pada anak usia Balita, usia Pra Sekolah dan anak usia
Sekolah yang dilaksanakan sekali setahun. Pemberian obat cacing
pada anak usia Balita dan usia Pra Sekolah dilaksanakan terintegrasi
dengan kegiatan pemberian kapsul vitamin A, sedangkan pemberian
obat cacing pada anak usia sekolah dilaksanakan berintegrasi
dengan kegiatan UKS.

PENGENALAN OBAT CACING


Terdapat beberapa obat cacing, yaitu :
1. Albendazol tablet dan syrup,
2. Pirantel Pamoat tablet dan syrup,
3. Mebendazol tablet dan syrup,
4. Obat tradisional seperti petai cina, temulawak dan lainnya

29 |
KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
CACINGAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT
Kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit cacingan bersumber daya
masyarakat meliputi :
1. Pemberian obat pencegahan massal penyakit cacingan pada
kelompok rentan untuk menghentikan penyebaran telur cacing dari
penderita ke lingkungan sekitarnya,
2. Peningkatan higiene sanitasi, dan
3. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat melalui promosi
kesehatan.

Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian


penyakit cacingan bersumber daya masyarakat tersebut, pramuka
diharapkan mampu untuk :
1. Memberikan penyuluhan tentang Penyakit Cacingan kepada
keluarga, teman sebaya dan masyarakat dilingkungannya.
2. Mengajak masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat.
3. Mengajak masyarakat membawa anak usia balita dan anak usia pra
sekolahnya datang ke posyandu untuk mendapat obat cacing
(Albendazole) pada saat pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan
Massal (POPM) Cacingan.
4. Melaporkan kepada petugas kesehatan jika menemukan anak
menderita cacingan.

30 |
SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK)
PENGENDALIAN PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

IV. SYARAT KECAKAPAN KHUSUS PENGENDALIAN PENYAKIT KULIT DAN


KELAMIN
a. PRAMUKA PENEGAK (16-20 TAHUN)
Seorang Pramuka Penegak harus :
1) Menguasai materi SKK Pramuka Penggalang
2) Mampu memberikan penyuluhan kepada keluarga dan teman sebayanya
tentang Pengendalian Penyakit HIV AIDS dan PIMS
b. PRAMUKA PANDEGA (21-25 TAHUN)
Seorang Pramuka Pandega harus :
1) Menguasai materi SKK Pramuka Penegak
2) Mampu memberikan penyuluhan kepada masyarakat di lingkungannya
tentang Pengendalian Penyakit HIV AIDS dan PIMS
3) Mampu berkoordinasi dengan pihak terkait dalam Pengendalian
Penyakit HIV AIDS dan PIMS
4) Mampu mendukung pelaksanaan kegiatan Pengendalian Penyakit HIV
AIDS dan PIMS bersumber daya masyarakat
5) Mampu memberikan informasi tentang Pengendalian HIV AIDS dan
IMS melalui tulisan di media sosial.
6) Mampu memberikan informasi HIV AIDS dan IMS melalui karya seni
dan kreativitas lainya terkait pengendalian HIV AIDS dan IMS
7) Menjadi anggota atau ikut mengambil bagian dalam organisasi yang
bergerak dalam pengendalian HIV AIDS dan IMS antara lain
organisasi GENRE, DUTA HIV, CIMSA, dan lainnya.
8) Melakukan Kegiatan Pengabdian masyarakat sebagai pendamping
Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)

1. SYARAT MENDAPATKAN TANDA KECAKAPAN KHUSUS (SKK)


PENGENDALIAN PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
a. Proses Belajar Mengajar Kecakapan Khusus
1) Diadakan di Kwartir Ranting dan Kwartir Cabang
2) Materi diberikan oleh Pamong/Instruktur
3) Dewan Saka bertugas mengorganisir kegiatan

31 |
4) Proses belajar mengajar 1 kecakapan khusus dilakukan dalam
waktu 2 kali pertemuan dan pada pertemuan ke 3 dilakukan
penilaian (pengujian Syarat Kecakapan Khusus) oleh pamong atau
instruktur
5) 1 kali pertemuan dilaksanakan maksimal selama 2 jam
6) Frekuensi latihan minimal satu kali seminggu di tempat yang sudah
disepakati bersama

b. Uji Syarat Kecakapan Khusus


1) Ujian TKK dilakukan secara perorangan dan tidak secara kelompok
(massal)
2) Ada 2 jenis uji SKK yaitu : Uji langsung dalam bentuk lisan maupun
tertulis dimana peserta Pramuka yang diuji berhadapan langsung
dengan penguji
3) Pengujian tidak langsung, melalui pengamatan dan penugasan
yang hasilnya dinilai penguji. Contohnya tugas penyuluhan
4) Bagi golongan Penegak harus dapat menguasai empat kompetensi
5) Bagi golongan Pandega harus dapat menguasai sekurang-
kurangnya empat kompetensi

2. TANDA KECAKAPAN KHUSUS (TKK) PENGENDALIAN PENYAKIT KULIT DAN


KELAMIN

Gambar TKK Pengendalian Penyakit Kulit dan Kelamin adalah simbol


solidaritas orang-orang yang positif terinfeksi virus HIVdan AIDS.

Bentuk : Pita Merah Terlipat

PENEGAK

Bentuk : Bujur sangkar


Ukuran : 2,5 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Kuning (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

PANDEGA

Bentuk : Segilima
Ukuran : 2 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Coklat sawo (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

32 |
3. MATERI SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK) PENGENDALIAN PENYAKIT
KULIT DAN KELAMIN

Beberapa penyakit kulit dan kelamin adalah penyakit HIV AIDS dan IMS
1. PENYAKIT HIV AIDS
PENGERTIAN
 HIV(Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh tidak mampu lagi
melindungi dari berbagai penyakit lain yang menyertainya (infeksi
oportunistik).
 AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan dari
gejala penyakit yang muncul akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh HIV.
 Infeksi oportunistik adalah infeksi yang umumnya tidak berbahaya
pada orang dengan tubuh normal namun dapat berakibat fatal pada
ODHA karena sistem kekebalan tubuhnya lemah.
Seseorang yang terinfeksi HIV, tidak langsung menderita AIDS. Butuh
waktu sekitar 5-10 tahun sebelum menderita AIDS

BAGAIMANA TANDA DAN GEJALA ORANG YANG TERKENA HIV ?


Secara fisik orang yang terkena HIV AIDS tidak dapat terlihat dengan
pasti. Hanya melalui test HIV sesorang baru bisa tahu status HIV nya

BAGAIMANAKAH CARA PENULARAN HIV ?


 Melalui hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
Risiko akan semakin besar jika melakukan hubungan seksual dengan
banyak atau berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan
kondom. Tindakan seksual dapat berupa seks oral (mulut), vaginal
dan anal (dubur).
 Menggunakan jarum bersama yang terkontaminasi HIV seperti alat
suntik, alat tindik, alat tato.
 Dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan
dapat terjadi selama kehamilan, saat melahirkan dan saat menyusui.
 Melalui transfusi darah dan produk darah lainnya (yang terkontaminasi
HIV), maka perlu pemeriksaan HIV pada darah donor sebelum
didonorkan kepada yang membutuhkan.

33 |
HIV TIDAK MENULAR MELALUI :
1. Menggunakan, pakaian, toilet, dan alat makan dan minum bersama
orang dengan HIV-AIDS (ODHA);
2. Bersentuhan, berpelukan/berciuman (selama tidak luka/ sariawan
dalam mulut/gigi berlubang), cium pipi, berjabat tangan dengan ODHA;
3. Air ludah;
4. Gigitan nyamuk/serangga;
5. Tinggal serumah dengan ODHA;
6. Berenang bersama dengan ODHA

Bagaimana Cara Pencegahan Penularan HIV :

A: Abstinence - Tidak melakukan hubungan seks berisiko


B: Be faithfull - Bersikap saling setia pada pasangan.
C: Condom - Melakukan hubungan seks pakai kondom secara benar
D: Drug - Menghindari penggunaan jarum suntik tidak steril secara
bergantian.
E: Education - mencari informasi HIV AIDS yang tepat dan benar, informasi
dapat di peroleh di layanan kesehatan terdekat.
Cara mengetahui seorang terinfeksi HIV adalah dengan pemeriksaan darah /
tes HIV di layanan kesehatan yang menyediakan layanan tes HIV. Setiap orang
yang mempunyai risiko terinfeksi HIV tersebut di atas dianjurkan melakukan tes
HIV untuk mengetahui statusnya.

34 |
IV ADA OBATNYA = ANTI RETROVIRAL (ARV)

Beberapa tahun lalu, diagnosis HIV atau AIDS berarti lonceng kematian. Namun
berkat pengembangan pengobatan terapi ARV, orang yang terinfeksi virus ini bisa
hidup panjang dan produktif.
 Saat ini HIV dikategorikan sebagai penyakit kronis/menahun seperti diabetes dan
darah tinggi.
 Jika positif HIV segera mulai terapi ARV agar tetap sehat & produktif
 ARV tersedia gratis di semua layanan kesehatan.

2. INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)


Pengertian
 IMS adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai macam kuman/bakteri,
virus, parasit, dan kutu kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual..
 Tidak semua IMS mempunyai gejala dan gejala yang muncul tidak selalu di
alat kelamin.
Tanda dan Gejala IMS:
a. Gejala IMS yang biasa muncul pada perempuan:
• Keputihan yang berbau, berwarna dan gatal;
• Gatal atau rasa terbakar di sekitar vagina atau anus;
• Adanya benjolan, bintil/kutil atau jerawat di sekitar vagina/anus;
• Adanya luka/koreng/lecet di sekitar vagina/anus;
• Nyeri di bagian bawah perut dan atau nyeri selama berhubungan seksual
b. Gejala IMS pada laki-laki:
 Kencing bernanah, sakit, perih atau panas pada saat kencing;
 Gatal atau rasa terbakar di sekitar alat kelamin atau anus;
 Adanya benjon, bintil/kutil atau jerawat disekitar penis/anus;
 Adanya luka/koreng/lecet di sekitar penis dan anus;
 Pembengkakan di buah pelir;

Bahaya IMS:
 Dampak fisik dan psikologi cukup besar
 Membuat penderita sakit-sakitan;
 Mudah tertular HIV;
 Mandul;
 Keguguran atau hamil di luar kandungan;
 Kanker leher rahim;
 Kelainan penglihatan dan saraf;
 Bayi cacat atau bayi lahir mati;
 Kematian

35 |
IMS meningkatkan risiko tertular HIV
 IMS meningkatkan peluang penularan HIV 5- 10 kali;
 Dalam satu hubungan seks, adanya IMS dapat meningkatkan risiko HIV
dari 1:1000 menjadi 1: 10
 Orang yang kena IMS (borok 40 x & keluar nanah 10 x) lebih berisiko kena
infeksi HIV dari pasangan yang positif.
 Orang yang kena HIV & IMS lebih cenderung menularkan HIV pada
pasangan yang negatif.

BAGAIMANAKAH CARA PENULARAN IMS ?


 Melalui hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi IMS. Risiko akan
semakin besar jika melakukan hubungan seksual dengan banyak atau
berganti- ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom. Tindakan seksual
dapat berupa seks oral (mulut), vaginal dan anal (dubur).
 Dari ibu yang terinfeksi IMS ke bayi yang dikandungnya.
 Melalui transfusi darah dan produk darah lainnya (yang terkontaminasi HIV),
maka perlu pemeriksaan HIV pada darah donor sebelum didonorkan kepada
yang membutuhkan.

Bangaimana Cara Pencegahan Penularan IMS


 Tidak melakukan hubungan seks berisiko
 Bersikap saling setia pada pasangan.
 Melakukan hubungan seks selalu pakai kondom secara benar dan konsisten

Yang Perlu di Perhatikan Tentang IMS:


 Jangan mengobati sendiri, Jangan pergi ke dukun
 Jangan berhenti minum obat sebelum dosis yang dianjurkan habis
 Minum antibiotik sembarangan akan membuat penyebab penyakit
kebal terhahadap obat-obatan
 IMS hanya bisa disembuhkan dengan obat yang sesuai dengan penyebabnya,
kecuali yang disebabkan virus hanya menyembuhkan gejalanya saja
 Ajak pasangan berobat agar penularan tidak “pingpong”
 Penampilan tidak menjamin seseorang bebas IMS
 IMS bisa menular walau hanya sekali melakukan hubungan sex tidak aman
 Jangan berhubungan sex selama pengobatan tanpa menggunakan kondom
 Gunakan alat mandi pribadi
 IMS bisa dicegah dengan : tidak melakukan hubungan seks, saling setia pada
pasangan, menggunakan kondom pada setiap berhubungan seks yang berisiko.

36 |
Penyakit-penyakit IMS
Kencing Nanah Sifilis/ Raja Singa

Klamidia Chancroid/ Ulkus Molle Herpes genetalis

Condiloma akuminata/ Jengger ayam Kandidiasis

37 |
SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK)
PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK

V. SYARAT KECAKAPAN KHUSUS PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN


ZOONOTIK

a. PRAMUKA PENEGAK (16-20 TAHUN)


Seorang Pramuka Penegak harus :
1) Menguasai materi SKK Pramuka Penggalang
2) Mampu memberikan penyuluhan kepada keluarga dan teman sebayanya tentang
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

b. PRAMUKA PANDEGA (21-25 TAHUN)


Seorang Pramuka Pandega harus :
1) Menguasai materi SKK Pramuka Penegak
2) Mampu menyebutkan morfologi vektor penular penyakit
3) Mampu berkoordinasi dengan pihak terkait dalam Pengendalian Penyakit
Tular Vektor dan Zoonotik
4) Mampu memberikan penyuluhan kepada masyarakat di lingkungannya tentang
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
5) Mampu mendukung pelaksanaan kegiatan Pengendalian Penyakit Tular Vektor
dan Zoonotik bersumber daya masyarakat

1. SYARAT MENDAPATKAN TANDA KECAKAPAN KHUSUS (SKK) PENGENDALIAN


PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK
a. Proses Belajar Mengajar Kecakapan Khusus
1) Diadakan di Kwartir Ranting dan Kwartir Cabang
2) Materi diberikan oleh Pamong/Instruktur
3) Dewan Saka bertugas mengorganisir kegiatan
4) Proses belajar mengajar 1 kecakapan khusus dilakukan dalam waktu 2
kali pertemuan dan pada pertemuan ke 3 dilakukan penilaian (pengujian
Syarat Kecakapan Khusus) oleh pamong atau instruktur
5) 1 kali pertemuan dilaksanakan maksimal selama 2 jam
6) Frekuensi latihan minimal satu kali seminggu di tempat yang sudah
disepakati bersama

38 |
b. Uji Syarat Kecakapan Khusus
1) Ujian TKK dilakukan secara perorangan dan tidak secara kelompok
(massal)
2) Ada 2 jenis uji SKK yaitu : Uji langsung dalam bentuk lisan maupun
tertulis dimana peserta Pramuka yang diuji berhadapan langsung dengan
penguji
3) Pengujian tidak langsung, melalui pengamatan dan penugasan yang
hasilnya dinilai penguji. Contohnya tugas penyuluhan

1. TANDA KECAKAPAN KHUSUS (TKK) PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR


VEKTOR DAN ZOONOTIK

Gambar TKK Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik


adalah siluet vektor dan binatang pembawa penyakit
Bentuk : Siluet binatang pembawa penyakit

PENEGAK

Bentuk : Bujur sangkar


Ukuran : 2,5 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Kuning (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

PANDEGA

Bentuk : Segilima
Ukuran : 2 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Coklat sawo (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

2. MATERI SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK) PENGENDALIAN PENYAKIT


TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK

PENYAKIT ZOONOTIK (ZOONOSIS)


Penyakit Zoonotik atau Zoonosis adalah Penyakit yang di tularkan dari hewan
ke manusia dan sebaliknya.

Beberapa penyakit zoonotik:


1. Rabies
2. Leptospirosis

39 |
3. Flu Burung
4. Taeniasis
5. Anthrax
6. Pes

Materi syarat kecakapan khusus untuk Pengendalian Penyakit Tular Vektor


dan Zoonotikmeliputi :
1. Vektor Penular Penyakit
2. Malaria
3. Demam Berdarah Dengue (DBD)
4. Filariasis
5. Pengendalian Vektor Terpadu
6. Rabies
7. Leptospirosis
8. Taeniasis

VEKTOR PENULAR PENYAKIT

Morfologi Anopheles, Aedes, dan Culex

Anopheles Aedes Culex

Telur • Lonjong  Lonjong  Lonjong


• Cerah  Hitam  Lebih cerah
• Diletakkan sendiri-  Diletakan satu per satu  Berkelompok
sendiri  Menempel di pinggir  Menetas 1-2 hari
• Memiliki gelendong material  Mampu bertahan 6
(rakit) untuk terapung  Menetas 1-2 hari bulan
• Menetas 1-2 hari  Mampu bertahan 6
bulan

Jentik • Bernapas dengan • Posisi corong udara  Bernapas


spirakel yang terletak di (siphon) dipermukaan menggunakan
abdomen 8 air corong udara
• Posisi sejajar dengan • Corong udara (siphon) (siphon)
permukaan air lebih pendek dibanding  Corong udara
Culex (siphon) panjang
 Corong udara
(siphon) seperti
mengantung
dipermukaan air

40 |
Nyamuk  Bentuk tubuh kecil dan  Tubuh berwarna hitam  Warna tubuh coklat
pendek belang-belang putih kehitaman
 Pada saat hinggap dan  Pada saat hinggap dan  Bentuk sayap
menggigit membentuk menggigit posisi tubuh simetris
sudut 90º nyamuk rata dengan
 Warna tubuhnya coklat permukaan kulit
kehitaman
 Bentuk sayap simetris

Vektor  Malaria  Demam Berdarah  Japanese


Penyakit  Filariasis Dengue Encephalitis (JE)
 Chikungunya  Filariasis
 Zika
 Filariasis

DEMAM BERDRAH DENGUE (DBD)

APAKAH DBD ITU

• DBD adalah penyait menular yang disebabkanoleh virus


dengue yang ditandai dengan panas (demam) dan disertai
dengan pendarahan.
• DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Aegypti
dan Aedes Albopictus) betina yang hidup di dalam dan sekitar
rumah
• DBD paling sering ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti

CIRI-CIRI AEDES AEGYPTY


- Warna hitam, bintik-bintik putih di badan dan kakinya
- Menggigit pada pagi dan sore hari
- Hidup di dalam dan sekitar rumah, terutama di
tempat-tempat yang agak gelap dan lembab serta
kurang sinar matahari
- Meletakan telurnya terutama pada air jernih yang
tidak mengalir dan tidak bersentuhan dengan tanah
- Jarak terbang mandiri ± 100 m

41 |
Semua orang dapat terkena DBD,
tidak memandang :
- Usia
- Suku
- Jenis kelamin
- Pendidikan
- Kaya atau miskin
- Warna kulit
- Peerjaan
- dsb

Telur nyamuk Aeds Aegypti menetas menjadi jentik (larva), berkembang menjadi
pupa dan menjadi dewasa. Perkembangan dari telur menjadi nyamuk terjadi
dalam 7-8 hari. Jangka waktu hidup nyamuk dewasa sekitar 3 minggu. Nyamuk
Aeddes Aegypti berkembang biak di penampungan air untuk keperluan sehari-hari
atau barang-barang lain yang memungkinan air tergenang.

Telur
• Jumlah telur sekali bertelur 100-200 butir, tergantung jumlah darah yang
dihisap oleh nyamuk. Nyamuk betina dapat bertelur 3 kali sepanjang hidupnya.
• Telur menempel di tempat kering (tanpa air), dapat bertahan sampai 6 bulan.
• Telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 1-3 hari setelah terendam air.

Jentik
• Jentik meetas dari telur hanya ketik permukaan air merendam telur.
Artinya,hujan atau orang yang menambahkan air ke wadah yang terdapat telur
di dalamnya akan memicu telur menjadi jentik.
• Jentik akan berubah mmenajadi pupa setelah 4-5 hari.

42 |
Pupa
• Pupa berkembang menjadi nyamuk setelah 2-3 hari.

Nyamuk dewasa
• Nyamuk jantan hanya mengisap sari bunga atau tumbuhan yang
mengandung gula. Sedangkan,nyamuk betina mengisap darah manusia untuk
menetaskan telur yang dikandungnya.
• Nyamuk Aedes Aegypti memilih untuk meggigit manusia. Waktu menghisap
darah pada pagi hari dan sore hari.
• Setelah menghisap darah, nyamuk Aedes Aegypti betina akan mencari
tempat yang gelap untuk beristirahat, kemudian mencari tempat yang berair
untuk hinggap dan meletakkan telurnya, seperti bak mandi/WC, tempayan,
drum, kaleng bekas, drum bekas, penampung air dispenser,tatakan pot
bunga,dll. Air dalam jumlah yang sedikit susah dapat menarik perhatin
nyamuk Aedes Aegypti betina untuk meletakkan telur sedikit diatas
permukaan air.

DIMANA SAJAKAH NYAMUK AEDES AEGYPTI BERKEMBANGBIAK


Nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di tempat-tempat yang tergenang air jernih

43 |
NON TPA

CARA PENULARAN DBD


1.Nyamuk Aedes Aegypti
mendapatkan virus denue
sewaktu menggigit dan
menghisap darah orang
yang sakit DBD atau
didalam darahnya terdapat
virus dengue,walaupun
tidak menunjukan gejala
sakit selama 4-7 hari.
2.Virus dengue yang terhisap
akan berkembang biak dan
menyebar ke seluruh tubuh
nyamuk selama ± 7 hari.
3.Selanjutnya nyamuk
tersebut menggigit dan
menghisap darah orang
lain,virus itu akan
dipindahkan bersama liur
nyamuk.

44 |
45 |
PENCEGAHAN DBD MELALUI PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)
3M PLUS

Untuk mencegah penyakit DBD, kita harus membersihkan tempat-tempat yang


sering digunakan oleh nyamuk Aides Aegypti untuk berkembang biak,yaitu dengan
cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M PLUS, yaitu :

Menguras dan menyikat


- Menguras dan menyikat bak mandi (khusunya di antara sela-sela atau nat),drum atau
tempayan. Untuk tempat-tempat penampungan air yang sulit disikat dan dikuras,
diberikan larvasida. Misalnya tangki air dan bak mandi besar.
- Membersihkan penampungan air dispenser setiap hari.
- Membersihkan tempat air minum hewan peliharaan setiap hari.

Menutup Tempat Penampungan Air


Tangki penampungan air dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk,tangki tersebut
harus ditutup rapat sehingga nyamuk tidak dapat masuk dan bertelur di dalamnya.

Mendaur ulang
Kaleng bekas,ban bekas,botol bekas dan barang bekas lainnya yang di buang
sembarangan dan dapat menampung air, merupakan tempat yang baik bagi nyamuk
untuk berkembang biak. Oleh karena itu,barang-barang tersebut dapat di manfaatkan
kembali atau daur ulang.

46 |
Memelihara ikan pemakan jentik Memasang kawat nyamuk
Nyamuk Aedes Aegypti juga sering bertelur nyamuk senang tinggal dikamar atau
di kolam hias di dla rumah atau halaman ruangan yang gelap dan lembab. Kita
rumah. Dengan memelihara ikan,jentik dapat mencegah agar nyamuk tidak
nyamuk dimakan oleh ikan yang ada di dapat masuk ke dalam kamar dengan
dalam kolam tersebut sebelum sempat cara memasang kawat kasa pada
menjadi nyamuk. lubang-lubang ventilasi dan pinut.

Memelihara tanaman pengusir nyamuk Tidak menggantung pakaian bekas


Memelihara tanaman seperti Lavender, pakai
Zodia, Sereh,Ger anium,dan juga Marigoid Selain itu bila kamar cukup sinar
dapat membantu untuk mengusir nyamuk matahari dan kita tidak membiasakan
dari lingkungan rumah. menggantung pakaian bekas pakai
dalam waktu yang lama, maka
nyamuk tidak senang tinggal di dalam
kamar. Oleh sebab itu pakain itu
disimpan atau di gantung di dalam
lemari.

Menggunakan losion anti nyamuk


Gunakan losiaon anti nyamuk untuk
menghindari tubuh dari gigitan
nyamuk.

47 |
APA ITU GERAKAN 1 RUMAH 1
JUMANTIK

Adalah peran serta dan


pemberdayaan masyarakat
dalam pengendalian DBD ,
dilakukan dengan cara
membentuk dan mengaktifkan
Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
didalam keluarga. Artinya setiap
orang dapat dengan menjadi
Jumantik di rumah sendiri,
sehingga PSN 3M PLUS dapat
menjadi budaya dalam setiap
keluarga

MATERI PENYAKIT FILARIASIS

A. PENGERTIAN

Penyakit Filariasis atau yang dikenal dengan sebutan Penyakit Kaki Gajah adalah
penyakit infeksi yang bersifat menahun. Penyakit ini disebabkan oleh cacing filaria
yang hidup didalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk.
Di Indonesia, Penyakit Filariasis disebabkan oleh tiga jenis cacing yaitu :Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.
Cacing Filaria dapat bertahan hidup selama 4-6 tahun dalam saluran getah bening.
Cacing ini berkembang biak dalam tubuh manusia dan menghasilkan jutaan anak cacing
yang beredar dalam darah.
Penyakit filariasis dapat menyerang segala usia dan dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin.

B. CARA PENULARAN PENYAKIT FILARIASIS


Penularan penyakit filariasis adalah sebagai berikut :
 Penyakit Filariasis ditularkan dari seseorang yang dalam darahnya terdapat anak
cacing (mikrofilaria) kepada orang lain melalui gigitan nyamuk.

48 |
 Pada waktu nyamuk menghisap darah orang tersebut, mikrofilaria ikut terhisap dan
masuk kedalam badan nyamuk.
 Di dalam tubuh nyamuk, mikrofilaria berubah menjadi larva dalam jangka waktu
sekitar 1-2 minggu.
 Saat nyamuk yang terinfeksi menghisap darah orang yang sehat, larva didalam
tubuh nyamuk menempel pada kulit manusia dan masuk kedalam tubuh manusia.
 Larva tersebut kemudian bermigrasi kesaluran getah bening dan tumbuh dewasa
menjadi cacing filaria.
 Semua jenis nyamuk bisa menularkan Penyakit Filariasis seperti nyamuk rumah,
nyamuk got, nyamuk hutan, nyamuk rawa-rawa dan nyamuk sawah.

C. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT FILARIASIS


Tanda dan gejala penyakit filariasis dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Tanda dan gejala terinfeksi penyakit filariasis tahap awal, adalah sebagai berikut :

Demam Radang Saluran Getah Radang Saluran Getah


Bening di Ketiak Bening di Paha

- Tidak menunjukkan gejala/tanda awal yang khas.


- Saat seseorang terinfeksi cacing filaria untuk pertama kali, bisa timbul demam
berulang-ulang selama 3-5hari. Demam dapat hilang bila si penderita istirahat
dan muncul lagi setelah si penderita bekerja berat. Demam dapat sembuh
sendiri tanpa diobati.
- Sebagai reaksi masuknya cacing filaria, tubuh bisa memberikan reaksi berupa
pembengkakan saluran getah bening di daerah lipatan paha atau ketiak yang
tampak kemerahan, panas dan sakit. Jika reaksi tubuh berlangsung lebih lanjut,
bisa timbul bisul yang kemudian pecah mengeluarkan nanah dan darah.
- Pembesaran tungkai, lengan, payudara, atau buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas.
- Apakah penyakit Filariasis selalu menunjukkan gejala? Tidak. Banyak penderita
Filariasis tidak menunjukkan gejala sama sekali tapi di dalam tubuhnya terdapat
cacing filaria.

49 |
2. Tanda dan gejala terinfeksi penyakit filariasis tahap menahun (kronis), adalah
sebagai berikut :

- Terjadi pembesaran menetap pada tungkai, lengan, payudara, kantong


buahzakar dan alat kelamin wanita yang menimbulkan nyeri/ rasa tidak nyaman
berkepanjangan.
- Pembesaran kantong buah zakarsampai ukuran tertentu bisa diperbaiki dengan
operasi; sedangkan pembesaran menetap pada tungkai bisa diringankan dengan
membersihkannya secara rutin dan berolah raga ringan.

D. CARA PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS

2.
1.

1. Menghindari gigitan nyamuk dan memberantas nyamuk penular dengan cara :


- Membersihkan sarang nyamuk
- Memakai Obat nyamuk bakar/ Semprot/ Oles
-
Memakai Kelambu
2. Minum obat pencegahan Kaki Gajah (Filariasis) 1x setahun selama minimal 5 tahun
berturut turut

50 |
E. KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FILARIASIS BERSUMBER
DAYA MASYARAKAT

Kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit filariasis bersumber daya masyarakat


meliputi :
1. Pemberian obat pencegahan penyakit filariasis secara massal pada penduduk yang
tinggal di daerah endemis filariasis untuk menghentikan mata rantai penularan,
2. Peningkatan hygiene sanitasi, dan
3. Melakukan perawatan diri secara mandiri oleh penderita filariasis dan keluarganya.

Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit


filariasis bersumber daya masyarakat tersebut, pramuka diharapkan mampu untuk :

1. Memberikan penyuluhan tentang Penyakit Filariasis kepada keluarga, teman


sebaya dan masyarakat dilingkungannya.
2. Mengajak masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
3. Mengajak masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk.
4. Mengajak masyarakat untuk datang ke pos-pos minum obat Filariasis jika di
wilayahnya dilaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis.
5. Melaporkan kepada petugas kesehatan jika menemukan penderita Filariasis tahap
menahun (kronis).

TAENIASIS

A. PENGERTIAN
Taeniasis adalah penyakit cacing pita yang disebabkan oleh cacing Taenia dewasa,
sedangkan sistiserkosis adalah penyakit pada jaringan lunak yang disebabkan oleh
larva dari salah satu spesies cacing Taenia. T. saginata adalah cacing pita pada
sapi dan T.solium adalah cacing pita pada babi, merupakan penyebab taeniasis
pada manusia. Manusia adalah induk semang definitif dari T. solium dan T.
saginata,

51 |
B. CARA PENULARAN TAENIASIS
- T. saginata tidak secara langsung ditularkan dari manusia ke manusia, akan
tetapi untuk T. solium dimungkinkan bisa ditularkan secara langsung antar
manusia yaitu melalui telur dalam tinja manusia yang terinfeksi langsung ke
mulut penderita sendiri atau orang lain.
- Siklus hidup cacing T. saginata dapat dilihat pada Gambar. Di dalam usus
manusia yang menderita Taeniasis (T. saginata) terdapat proglotid yang sudah
masak (mengandung embrio).
- Apabila telur tersebut keluar bersama feses dan termakan oleh sapi, maka di
dalam usus sapi akan tumbuh dan berkembang menjadi onkoster (telur yang
mengandung larva). Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam
pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot/daging dan
membentuk kista yang disebut C. bovis (larva cacing T. saginata). Kista akan
membesar dan membentuk gelembung yang disebut sistiserkus.
- Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau
setengah matang. Dinding sistiserkus akan dicerna di lambung sedangkan larva
dengan skoleks menempel pada usus manusia.
- Kemudian larva akan tumbuh menjadi cacing dewasa yang tubuhnya bersegmen
disebut proglotid yang dapat menghasilkan telur.
- Siklus hidup T. solium pada dasarnya sama dengan siklus hidup T. saginata,
akan tetapi induk semang perantaranya adalah babi dan manusia akan terinfeksi
apabila memakan daging babi yang mengandung kista dan kurang matang/tidak
sempurna memasaknya atau tertelan telur cacing.
-

-
52 |
C. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT TAENIASIS
Gejala penderita taeniasis umumnya :

- Rasa tidak enak pada perut, gangguan pencernaan, diare, sulit buang air besar,
sakit kepala dan pucat.
- Pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran peningkatan eosinofil.
- Sistiserkosis pada otak (neurosistiserkosis) terjadi gangguan motorik, kelainan
saraf sensorik maupun gangguan mental penderita.
- Sistiserkosis pada bola mata menyebabkan nyeri bola mata, gangguan
pengelihatan dan kebutaan.
- Sedangkan pada otot jantung menyebabkan takikardia, sesak napas, sinkop dan
gangguan irama jantung.

D. FAKTOR RISIKO PENYAKIT TAENIASIS


Faktor risiko penyebara taeniasis dan sistiserkosis adalah
- Kebiasaan konsumsi daging mentah/setengah matang.
- Buang air besar sembarangan
- Tidak cuci tangan sebelum makan
- Penyajian daging babi yang tidak higienis dan dimasak terlebih dahulu
- Sumber air minum yang tidak sehat

E. BAHAYA PENYAKIT TAENIASIS


Semakin infeksi dibiarkan, maka risiko komplikasi bisa terjadi kapan saja. Jika larva
cacing sampai keluar dari usus dan membentuk kista di jaringan lain, maka infeksi ini
dapat menyebabkan kerusakan organ dan jaringan.
1. Alergi akibat Kista cacing pita yang pecah, seperti gatal-gatal, bengkak dan sulit
bernafas.
2. Kejang – kejang akibat gangguan sistem saraf pusat oleh adanya kista cacing di
bagian otak dan sumsum tulang belakang. Kista di tulang belakang dapat
menyebabkan penurunan kelemahan secara umum hingga penderita mengalami
kesulitan berjalan. Lebih parahnya lagi, komplikasi infeksi ini dapat menyebabkan
meningitis, hidrosefalus, demensia, bahkan kematian.
3. Komplikasi fungsi organ, larva parasit yang mencapai organ jantung dapat
menyebabkan aritmia jantung atau bahkan gagal jantung.
4. Cacing pita yang menginfeksi mata dapat membentuk lesi mata dan menyebabkan
hilangnya penglihatan atau kebutaan.
5. Terjadinya penyumbatan pada organ pencernaan, jika cacing pita tumbuh terlalu
besar, maka parasit ini bisa menyebabkan penyumbatan, biasanya terjadi pada
usus, saluran empedu,usus buntu,atau pankreas.

53 |
F. CARA PENCEGAHAN PENYAKIT TAENIASIS
Pencegahan penularan penyakit taeniasis dan sistiserkosis dapat di lakukan dengan:
- Pengawasan terhadap penjualan daging babi agar tidak tercemar oleh larva
cacing (sistiserkus).
- Memasak daging babi di atas suhu 50˚C selama 30 menit untuk mematikan
larva sistiserkus atau menyimpan daging babi pada suhu 10 ˚C selama 5 hari.
- Menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak buang air besar di sembarang
tempat (pemakaian jamban keluarga) agar tidak mencemari tanah dan rumput.
- Menjaga higiene personal dengan rajin mandi, mencuci tanggan sebelum
makan atau mengolah makanan.
- Memberikan vaksin pada hewan ternak babi
- Pemeriksaan daging oleh dokter hewan atau mantri hewan di Rumah Potong
Hewan (RPH) perlu dilakukan, sehingga daging yang mengandung kista tidak
sampai dikonsumsi masyarakat.
- Ternak sapi atau babi dipelihara pada tempat yang tidak tercemar

G. CARA PENGOBATAN
- Untuk menghilangkan sumber infeksi dan mencegah terjadinya autoinfeksi
dengan larva cacing pita, Penderita dapat dibati dengan :
1. Praziquantel, 50 mg/kgBB dosis tunggal.
2. Mebendazole,2 x 200 mg/hr selama 4 hari
3. Albendazole, 15 mg/kg BB/hari dosis tunggal atau terbagi 3 selama 7 hari
4. Niclosamide

RABIES
Penyakit Rabies (anjing gila) masih ada di 26 provinsi. Daerah yang dinyatakan bebas
rabies yakni Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Papua dan Papua Barat.

A. PENGERTIAN
₋ Rabies di sebut juga penyakit anjing gila, adalah suatu penyakit menular akut,
menyerang susunan syaraf pusat.

54 |
₋ Rabies disebabkan oleh lyssa virus dari golongan Rhabdovirus yang terdapat dalam
air liur hewan penular rabies. Bentuknya seperti peluru. Ukurannya sangat kecil dan
tidak bisa dilihat oleh mata biasa.
₋ Rabies dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia dan
mengakibatkan kematian

B. CARA PENULARAN
Rabies ditularkan melalui gigitan, cakaran dan jilatan hewan penular rabies yang
menderita rabies, dimana virus rabies terdapat pada air liur hewan penular rabies.

C. HEWAN PENULAR RABIES


Di Indonesia 98 % kasus Rabies ditularkan oleh Anjing, 2 % lainnya di tularkan oleh
Kucing dan Kera.

D. TANDA TANDA RABIES PADA HEWAN


1. Bersembunyi di tempat gelap
2. Tidak mampu menelan
3. Air Liur berlebihan
4. Tidak menurut perintah majikannya lagi
5. Menyerang dan menggigit apa saja yang bergerak
6. Biasanya mati dalam 5 – 7 hari setelah gejala pertama muncul

E. TANDA-TANDA RABIES PADA MANUSIA


1. Takut Air
2. Takut Cahaya
3. Takut Angin

55 |
F. MASA INKUBASI RABIES
1. Pada Hewan :
Bervariasi antara 2 – 8 minggu setelah digigit oleh hewan yang terinfeksi virus
rabies.
2. Pada Manusia :
Bervariasi antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu,
tergantung dari jarak letak luka gigitan dengan otak.

G. CARA PENANGANAN LUKA GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES PADA


MANUSIA
1. Cuci luka gigitan dengan air mengalir dan sabun selama 15 menit lalu diberi
antiseptik
2. Segera pergi ke Rabies Center (Puskesmas atau Rumah Sakit) atau pelayanan
kesehatan lainnya untuk dilakukan kembali pencucian luka dan mendapatkan
Vaksin Anti Rabies dan atau Serum Anti Rabies sesuai kriteria pemberian Vaksin
Anti Rabies.

Cara Mencuci Luka Gigitan

H. CARA PENANGANAN HEWAN PENULAR RABIES YANG MENGIGIT MANUSIA


Jika terjadi kasus gigitan hewan penular rabies maka hewan penular rabies tersebut
ditangkap dan diserahkan kepada petugas peternakan di Dinas Peternakan setempat
untuk diobservasi/diamati selama 14 hari. Jika hewan mati sebelum 14 hari dan atau
spesimen otaknya menunjukkan hasil positif maka penderita luka gigitan harus
diberikan Vaksin Anti Rabies secara lengkap.

I. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES


1. Memelihara hewan penular rabies di dalam rumah atau pekarangan rumah tidak
bebas berkeliaran
2. Ikat atau kandangkan hewan peliharaan bila rumah tidak diberi pagar
3. Vaksinasi Hewan Penular Rabies (HPR) terutama anjing, kucing dan kera secara
berkala.
4. Penangkapan HPR yang diliarkan dan lakukan eliminasi secara selektif.
5. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang rabies.

56 |
LEPTOSPIROSIS

A. PENGERTIAN
- Leptospirosis adalah penyakit zoonotik yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang
berbentuk spiral dari genus Leptospira yang pathogen, menyerang hewan dan
manusia.
- Hewan yang menjadi sumber penularan Leptospirosis ialah rodent (tikus, tupai),
babi, sapi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung, insektivora
(landak, kelelawar). Di Indonesia tikus adalah menjadi sumber utama penular
Leptospirosis.
- Beberapa tikus yang hidupnya di sekitar lingkungan hidup manusia:
-
1. Tikus Got 2. Tikus Rumah 3. Mencit
Contoh: Bandicota Contoh: Rattus rattus Contoh: Mus musculus
indica, Rattus diardii

norvegicus

- Leptospirosis ringan diperkirakan mencapai 90% dari seluruh kasus Leptospirosis di


masyarakat dengan gejala demam, sakit kepala, dan nyeri otot. 10% merupakan
Leptospirosis berat yang disertai gejala kegagalan ginjal, dan sakit kuning.

B. GEJALA KLINIS PENDERITA LEPTOSPIROSIS


 Demam mendadak (>=38,5°C)
 Sakit kepala
 Nyeri otot betis , sehingga kesulitan berjalan
 Lemah
 Kemerahan pada selaput putih mata (conjunctival suffusion)
 Kekuningan (ikterik) pada mata dan kulit.
 Nyeri kepala dapat berat , mirip yang terjadi pada infeksi dengue.

57 |
Kondisi diatas bisa meningkat ke fase selanjutnya dengan menunjukkan gejala
Leptospirosis berat (Weil sindrom) dengan ditandai ikterus (kuning), disfungsi ginjal,
nekrosis hati, disfungsi paru, perdarahan, dan bisa berakibat kematian.

MASA INKUBASI : 2 - 30 hari, biasanya rata – rata 7 - 10 hari

C. CARA PENULARAN.
Manusia dapat terjangkit/terinfeksi Leptospirosis bila kuman leptospira, yang ada
pada urine tikus/hewan masuk melalui kulit manusia yang lecet, terluka atau melalui
selaput lendir/mukosa.

Terdapat 2 cara penularan Leptospirosis yaitu :


a. Kontak Langsung :
Penularan yang berasal dari hewan ke manusia secara kontak langsung dengan
darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung kuman Leptospira yang masuk
ke dalam tubuh melalui luka atau lecet pada kulit.
b. Kontak tidak langsung
Penularan melalui kontak dengan genangan air, sungai, danau, selokan saluran air
dan lumpur yang tercemar urin tikus/hewan yang mengandung kuman leptospirosis
yang masuk ke dalam tubuh melalui luka atau lecet pada kulit atau selaput lendir
(mata, mulut, nasofaring dan esofagus).
.

D. FAKTOR RESIKO DAN KELOMPOK BERESIKO TINGGI


Faktor resiko dari leptospirosis antara lain faktor agen penyebab penyakit (jumlah,
patogenitas kuman leptospira), faktor host/ penderita (kebersihan perorangan, keadaan
gizi, usia, jenis pekerjaan, sosial ekonomi), faktor lingkungan. Faktor lingkungan
diantaranya fisik, biologik, sosial ekonomi dan budaya. Lingkungan fisik (selokan tidak
terawat, banyaknya genangan air), lingkungan biologik (banyaknya populasi tikus
didalam atau sekitar rumah, hewan peliharaan), lingkungan sosial ekonomi (pedapatan)
Yang rentan/berisiko tertular Leptospirosis adalah orang-orang yang karena
pekerjaannya mempunyai kontak dengan faktor risiko sumber penularan
tikus/hewan. Kelompok pekerjaan utama yang berisiko yaitu petani atau pekerja
perkebunan, peternak, petugas pembersih saluran air, pekerja pemotongan hewan,
pengolah daging. Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi terinfeksi leptospirosis yaitu
penanganan pasca bencana alam seperti banjir.

E. UPAYA PENCEGAHAN
a. Melaksanakan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dengan kebersihan individu
dan sanitasi lingkungan antara lain mencuci kaki, tangan dan bagian tubuh lainnya
setelah bekerja di lingkungan yang tercemar dengan urine tikus/hewan.
b. Pekerja atau petani, yang berisiko tinggi memakai sepatu boot dan sarung
tangan.
c. Pemeliharaan hewan yang baik menghindari urine hewan terjangkit mencemari
lingkungan masyarakat.
d. Sanitasi /kebersihan lingkungan dengan membersihkan tempat-tempat sarang tikus.
e. Vaksinasi terhadap hewan peliharaan dan hewan ternak.

58 |
f. Pemberantasan binatang pengerat/rodent bila kondisi memungkinkan.
g. Pembersihan tempat penyimpanan air dan kolam renang.
h. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang leptospirosis.

F. PERAN PRAMUKA DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


ZOONOTIK
1. Memberikan penyuluhan tentang penyakit Zoonotik kepada keluarga dan teman
sebayanya.
2. Mengajak masyarakat yang mempunyai hewan peliharaan agar rutin melakukan
vaksinasi Rabies pada hewan peliharaannya
3. Mengajak masyarakat untuk melaksanakan PHBS (perilaku hidup bersih dan
sehat) untuk mencegah terjadinya kasus Leptospirosis
4. Melakukan Pencucian luka jika menemukan kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
5. Melaporkan kepada petugas kesehatan jika menemukan penderita penyakit
Zoonotik

PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU


A. PENGERTIAN
Kegiatan Pengendalian Vektor Terpadu meliputi :
1. Fisik
Contoh: PSN 3M Plus, manipulasi dan modifikasi lingkungan, raket listrik
2. Biologi
Contoh: tanaman anti nyamuk, ikan, bakteri
3. Kimia
Contoh: larvasida, penyemprotan/fogging
4. Penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat

B. BEBERAPA CONTOH TANAMAN ANTI NYAMUK

Zodia Lavender Rosemary Marigold /


Bunga Tahi Ayam

Kayu Putih Serai Wangi Bawang Putih Mimba

59 |
C. BEBERAPA CONTOH IKAN PEMAKAN JENTIK NYAMUK

Ikan Cupang Ikan Guppy Ikan Kepala Timah

D. PERAN PRAMUKA DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


TULAR VEKTOR
1. Memberikan penyuluhan tentang penyakit tular vektor kepada keluarga dan teman
sebayanya.

2. Mengajak masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk.

3. Melaporkan kepada petugas kesehatan jika menemukan penderita penyakit tular


vektor.

60 |
SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK)
PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

VI. SYARAT KECAKAPAN KHUSUS PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

a. PRAMUKA PENEGAK (16-20 TAHUN)


Seorang Pramuka Penegak harus :
1) Mampu menjelaskan tanda-tanda atau gejala awal dari penyakit tidak
menular
2) Mampu menjelaskan dan mengenali faktor risiko penyakit tidak menular
3) Mampu melakukan kegiatan promosi/ penyuluhan kepada teman
sebaya dan Keluarga tentang penyakit tidak menular

b. PRAMUKA PANDEGA (21-25 TAHUN)


Seorang Pramuka Pandega harus :
1) Mampu menjelaskan tanda-tanda atau gejala awal dari penyakit tidak
menular dan melaksanakan deteksi dini PTM dengan bekerjasama
dengan tenaga kesehatan serta merujuk segera ke petugas
kesehatan/ fasilitas pelayanan kesehatan
2) Mampu melakukan kegiatan promosi/ penyuluhan kepada masyarakat
tentang penyakit tidak menular

1. SYARAT MENDAPATKAN TANDA KECAKAPAN KHUSUS (SKK) PENGENDALIAN


PENYAKIT TIDAK MENULAR
a. Proses Belajar Mengajar Kecakapan Khusus
1) Diadakan di Kwartir Ranting dan Kwartir Cabang
2) Materi diberikan oleh Pamong/Instruktur
3) Dewan Saka bertugas mengorganisir kegiatan
4) Proses belajar mengajar 1 kecakapan khusus dilakukan dalam waktu 2
kali pertemuan dan pada pertemuan ke 3 dilakukan penilaian (Pengujian
Syarat Kecakapan Khusus) oleh pamong atau instruktur
5) 1 kali pertemuan dilaksanakan maksimal selama 2 jam
6) Frekuensi latihan minimal satu kali seminggu di tempat yang sudah
disepakati bersama

61 |
b. Uji Syarat Kecakapan Khusus
1) Ujian TKK dilakukan secara perorangan dan tidak secara kelompok
(massal)
2) Ada 2 jenis uji SKK yaitu : Uji langsung dalam bentuk lisan maupun
tertulis dimana peserta Pramuka yang diuji berhadapan langsung
dengan penguji
3) Pengujian tidak langsung, melalui pengamatan dan penugasan yang
hasilnya dinilai penguji. Contohnya tugas penyuluhan

2. TANDA KECAKAPAN KHUSUS (TKK) PEGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

Gambar TKK PTM adalah tangan tangan yang saling terkait mewakili sinergitas
antara anggota masyarakat untuk mengetahui, mengenali, dan mencegah Faktor
Risiko PTM dan Penyakit Tidak menular.

Bentuk : Empat tangan

PENEGAK

Bentuk : Bujur sangkar


Ukuran : 2,5 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Kuning (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

PANDEGA

Bentuk : Segi lima


Ukuran : 2,5 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Hitam
Pengerjaan : Bordir

62 |
3. MATERI SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK) PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR

JENIS-JENIS PENYAKIT TIDAK MENULAR


Jenis penyakit Tidak Menular yang umum terjadi di Indonesia antara lain
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus,
Stroke, Kanker, Penyakit Jantung Koroner, Asma, Penyakit Ginjal Kronis.

PENYEBAB PENYAKIT TIDAK MENULAR


Penyebab Penyakit tidak menular adalah faktor risiko yang bisa dimodifikasi
(biasanya berkaitan erat dengan pola hidup/ life style seperti merokok, konsumsi
makanan yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol dan stress)
dan yang tidak bisa dimodifikasi (Umur, Ras, Genetik/keturunan, dan jenis
kelamin)

AKIBAT PENYAKIT TIDAK MENULAR


Akibat dari penyakit tidak menular dapat berupa gangguan fungsi tubuh ringan
sampai berat, kecacatan hingga kematian.

FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR


Faktor Risiko PTM adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan
dapat memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu. Penyakit
tidak menular memiliki faktor risiko bersama yang terdiri dari perilaku : konsumsi
makanan yang tidak sehat (Tinggi gula, garam, dan lemak serta rendah serat),
kurang aktivias fisik (tidak cukup dan tidak teratur), merokok, dan konsumsi
alkohol.
Faktor risiko ini apabila tidak dicegah dan didukung oleh faktor risiko lingkungan
(polusi udara, dan stress) dapat menimbulkan faktor risiko fisiologi, yaitu
hipertensi, kadar gula darah tinggi, berat badan berlebih (Obesitas) dan kadar
kolesterol yang tinggi.

63 |
CARA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dapat dilakukan dengan
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pengendalian penyakit tidak menular
dengan perilaku CERDIK, yaitu :
a) Cek Kesehatan secara berkala
Setiap orang memantau FR PTM dan pemeriksaan kesehatan
secara dini sehingga FR PTM dapat dicegah dan dikendalikan sejak
dini. Pemantauan FR PTM dapat dilakukan dengan kegiatan pengukuran
seperti : Tinggi Sadan, Serat Sadan, Lingkar Perut dan pengukuran
Tekanan Darah Tinggi, serta pemeriksaan Gula Darah sewaktu bagi
seluruh tenaga didik (Guru), tenaga administrasi lainnya, melakukan
monitoring perilaku merokok, diet dan aktifitas fisik yang dilakukan
secara rutin dan periodik.
b) Enyahkan Asap Rokok
 Di dalam sebatang rokok terkandung lebih dari 4.000 jenis senyawa
kimia, 400 zat berbahaya dan 43 zat penyebab kanker yang termasuk
di dalamnya Nikotin, Tar, dan Carbon Monoxide
 Selain rokok konvensional, rokok elektronik juga mempunyai
bahaya yang sama dengan mengandung zat penyebab kanker dan
zat beracun lainnya.
 Untuk memberikan perlindungan bahaya rokok bagi kelompok rawan
seperti ibu, anak dan balita, tidak dianjurkan seseorang merokok di
dalam rumah.
 Salah satu upaya untuk berhenti merokok bagi seorang perokok
adalah dengan mendatangi layanan konseling Upaya Berhenti
Merokok (UBM) yang ada di Puskesmas.
 Untuk mendapatkan layanan cepat dan mudah, masyarakat juga bisa
menggunakan layanan Quitline Konseling Berhenti Merokok di
nomor 0-800-1-77-6565 (bebas pulsa)
Beberapa masalah yang muncul bagi remaja perokok yaitu:
 Mengganggu prestasi belajar di sekolah: Remaja yang merokok akan
mengalami penurunan dalam nilai pelajaran di sekolah.
 Perkembangan paru-paru terganggu: Sesak napas, serta batuk yang
terus menerus, dahak berlebihan dan lebih mudah terkena pilek
berkali-kali.
 Lebih sulit sembuh saat sakit: Ketika remaja sakit maka mereka akan
lebih sulit baginya untuk bisa kembali sehat seperti semula karena
rokok mempengaruhi sistem imun di dalam tubuh.
 Kecanduan: Remaja yang merokok cenderung jauh lebih mungkin
menjadi kecanduan terhadap nikotin yang membuatnya lebih sulit
untuk berhenti. Saat ia memutuskan untuk berhenti merokok maka
gejala penarikan seperti depresi, insomnia, mudah marah dan masalah
mentalnya bisa berdampak negatif pada kinerja sekolah serta
perilakunya
 Terlihat lebih tua dari usianya
 Remaja yang merokok sering memiliki jerawat atau masalah kulit
lainnya serta menimbulkan plak kuning pada gigi.

64 |
Tips Menghindar agar tidak merokok

 Hindari berkumpul dengan teman-teman yang sedang merokok


 Yakinlah bahwa rokok bukan satu-satunya sarana pergaulan
 Jangan malu mengatakan bahwa diri kita bukan perokok
 Perbanyak mencari informasi tentang bahaya rokok
 Hindari sesuatu yang terkait tentang rokok (sponsor, iklan, poster,
rokok gratis)
 Lakukan hal-hal positif lainnya seperti olahraga, membaca, dan hobi
lainnya yang menyehatkan.

c) Rajin aktifitas fisik/ Olahraga


Aktifitas fisik dan olahraga tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan
fisik anak dan remaja seperti meingkatkan kekuatan otot dan tulang,
meningkatkan kesehatan jantung, peredaran darah, dan mengontrol berat
badan. Selanjutnya olahraga juga memiliki manfaat non fisik, antara lain
meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan belajar dan berlatih,
meningkatkan kesehatan mental psikologis, dan membantu anak
mengurangi stress.

Manfaat Aktifitas dan Latihan Fisik

 Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sistem otot dan sistem


syaraf.
 Mempertahankan dan mengontrol berat badan
 Membantu dalam perkembangan
 Meningkatkan kepercayaan diri dan interaksi sosial
 Menjauhkan anak dari tingkah laku yang tidak baik bagi kesehatan
seperti merokok dan alkohol
 Meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan
 Meningkatkan kreativitas, produktivitas dan prestasi akademis
 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan tubuh
 Meningkatkan proses pemadatan tulang

65 |
d) Diet Sehat dengan gizi cukup dan kalori seimbang
Diet sehat dengan kalori seimbang adalah pola konsumsi makanan
yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, mencakup pemilihan makanan rendah gula, rendah
garam, rendah lemak, tinggi serat dan kalori seimbang. Zat gizi yang
dibutuhkan adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Didalam tubuh, zat-zat gizi tersebut berfungsi sebagai sumber energi atau
tenaga, sumber zat pembangun, serta untuk mengganti sel-sel tubuh
yang rusak dan sumber zat pengatur.

TUMPENG GIZI SEIMBANG

PIRING MAKANKU, SAJIAN SEKALI MAKAN

66 |
e) Istirahat yang cukup
lstirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun
yang berakibat badan menjadi lebih segar. Tidur adalah kebutuhan
dasar setiap orang. Tidur yang cukup diharapkan bisa menjaga stamina
dan kesehatan tubuh. Bagi anak, kecukupan tidur diharapkan bisa
menunjang tumbuh kembang dan menjaga konsentrasinya saat
bersekolah. Karena itulah setiap orang harus memenuhi kebutuhan tidur
yang durasinya disesuaikan dengan usia. Kebiasaan tidur di mana dan
kapan saja ini mempengaruhi pengaturan pola hidup sehari-hari.
Berdasarkan National Sleep Foundation, kebutuhan tidur
yang terpenuhi sesuai saran akan menghasilkan istirahat yang lebih
baik. Kebutuhan tidur Remaja 11-17 tahun diperkirakan 10-11 jam.
Bila kebutuhan tersebut terpenuhi, maka bisa dipastikan orang tersebut
beristirahat dengan baik.

f) Kelola stress
Stres merupakan suatu respon adaptif individu terhadap situasi yang
diterima seseorang sebagai suatu tantangan atau ancaman
keberadaannya. Secara umum orang yang mengalami stres merasakan
perasaan khawatir, tekanan, letih, ketakutan, depresi. Banyak orang tua
yang menganggap stres di sekolah tidak seberat stres orang dewasa,
namun di sekolah tekanan tidak kalah hebatnya dengan tekanan yang
dialami orang tua dan orang dewasa lainnya. Stres pada anak bisa kita
lihat melalui tubuhnya, seperti: munculnya jerawat, problem
pencernaan, insomnia, kelelahan dan sakit kepala.

KIE perilaku CERDIK dapat dilakukan dalam bentuk penyuluhan,


penyampaian pesan pada poster, lembar balik, dialog , dan sebagainya.

DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO PTM DI MASYARAKAT MELALUI POSBINDU PTM


(POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR)
Deteksi dini merupakan kegiatan mengidentifikasi penyakit/ kelainan yang secara
klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur secara
cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar
sehat dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan/ penyakit.
Kegiatan deteksi dini penyakit tidak menular dapat dilakukan di masyarakat
melalui kegiatan POSBINDU PTM.
Posbindu PTM merupakan Kegiatan bentuk peran serta masyarakat dalam
melakukan upaya pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular melalui
pembinaan dan pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular secara terpadu
dan berkelanjutan.
Kegiatan yang dapat dilakukan di posbindu PTM adalah :
1. Melakukan registrasi, pemberian nomor urut/kode dan pencatatan ulang
2. Melakukan wawancara untuk menggali informasi faktor risiko keturunan dan
perilaku.
3. Melakukan pengukuran seperti Tinggi Badan, Berat Badan, Indeks Masa
Tubuh (IMT), dan lingkar perut.

67 |
4. Melakukan Pemeriksaan seperti Tekanan Darah, Gula Darah Sewaktu,
Kolesterol Total, dan Pemeriksaan Tajam Penglihatan, dan tajam
pendengaran
5. Melaksanakan Identifikasi Faktor Risiko PTM, konseling dan penyuluhan
(diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain) termasuk rujukan ke
Puskesmas.
6. Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya.

Kegiatan deteksi dini sebagai berikut:


1. Wawancara
Dalam hal ini meliputi identitas peserta posbindu (nama, umur, jenis
kelamin dan alamat lengkap, riwayat penyakit tidak menular pada keluarga,
faktor risiko penyakit tidak menular).

2. Pengukuran dan pemeriksaan


a. Pengukuran berat badan
Berikut ini adalah langkah – langkah dalam Pengukuran berat Badan :
1) Persiapan :
 Ambil timbangan dan letakkan alat timbang pada lantai yang keras dan
datar.
 Usahakan Timbangan menggunakan Baterai baru.
 Warga yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki dan jaket serta
mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci.
 Pastikan timbangan pada nilai pengukuran pada angka 0.

2) Prosedur penimbangan :
 Warga diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah
alat timbang dengan sikap tenang (jangan bergerak – gerak) dan kepala
tidak menunduk (memandang lurus kedepan) tetapi tidak menutupi
jendela baca.
 Jarum di kaca jendela alat timbang akan bergerak dan tunggu sampai
diam/tidak berubah (statis)
 Catat angka yang ditunjuk oleh jarum berhenti dan isikan pada buku
atau lembar pencatatan yang tersedia, kemudian minta warga posbindu
PTM turun dari alat timbang
 Untuk menimbang warga posbindu PTM berikutnya, ulangi prosedur a
s/d c.
b. Pengukuran tinggi badan
1) Alat pengukur tinggi badan : microtoise dengan kapasitas ukur 2 meter
dan ketelitian 0,1 cm
2) Prosedur pengukuran tinggi badan
 Minta warga melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup
kepala)
 Warga diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser microtoise.

68 |
 Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lenga, pantat dan tumit
menempel pada dinding tempat microtoise di pasang
 Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas
 Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala warga.
Pastikan alat geser berada tepat ditengah kepala. Dalam keadaan ini
bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada dinding
 Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka
 Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri
di atas bangku agar hasil pembacaannya benar
 Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang
koma (0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9 cm. Isikan ke dalam
Buku/ lembar pencatatan yang tersedia.
Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan untuk mendapatkan
nilai IMT yang nantinya digunakan dalam menentukan derajat obesitas.
Penilaian IMT menggunakan rumus :

IMT = Berat Badan (Kg)


Tinggi Badan (m)²

WHO menetapkan angka cut off ≥ 25 untuk kategori obesitas pada orang asia
dewasa.

Tabel 1. Klasifikasi obesitas pada orang dewasa berdasarkan IMT


menurut WHO

IMT ˂ 18,5 Berat Badan Kurang (Underweight)

IMT 18,5 – 22,9 Berat Badan Normal

IMT ≥ 23 Kelebihan Berat Badan (Overweight)

IMT 23 – 24,9 Dengan risiko

IMT 25 – 29,9 Obesitas I

IMT ≥ 30 Obesitas II

c. Pengukuran Lingkar Perut


1) Sebelum melakukan pengukuran, seseorang diminta untuk berdiri tegak
dan membuka pakaian bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian
atas dan raba tulang rusuk terakhir untuk menetapkan titik pengukuran
2) Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah

69 |
3) Beri tanda titik batas tepi tulang rusuk paling bawah dengan
menggunakan spidol/ pulpen
4) Tetapkan titik batas atas ujunglengkung tulang pangkal panggul
5) Beri tanda titik batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul
6) Tetapkan dan beri tanda titik tengah antara batas tepi tulang rusuk paling
bawah dengan titik batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul
7) Lakukan pada kedua sisi tubuh seseorang
8) Pengukuran saat akhir ekspirasi normal
9) Lakukan pengukuran lingkar perut mulai dari titik tengah bagian kanan,
secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan titik tengah bagian kiri
melewati bagian perut dan kembali menuju ke titik tengah bagian kanan
tubuh seseorang.
Tabel 2. Lingkar Perut dan Risiko Penyakit

No Lingkar Perut Jenis Kelamin Risiko Penyakit


1 ≥ 90 cm Laki – laki Meningkat
2 ≥ 102 cm Laki - laki Sangat Meningkat
3 ≥ 80 cm Perempuan Meningkat
4 ≥ 88 Perempuan Sangat Meningkat

d. Pemeriksaan tajam penglihatan dan tajam pendengaran (Dilakukan oleh Kader


terlatih atau Tenaga Kesehatan)
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
Alat yang digunakan terdapat dalam Kit Ophtalmologi Komunitas didalam
POSBINDU KIT, yang terdiri dari :

a) Kartu E yang telah disederhanakan atau Tumbling E


b) Occluder atau penutup mata dengan pinhole flexible

c) Tali pengukur 6 meter dengan penanda/multiple cincin di kedua


ujungnya dan penanda pada 1 meter & 3 meter

Metode Pengukuran Tajam Penglihatan


a) Perkenalkan diri dan berikan penjelasan singkat cara pemeriksaan serta
cara penggunaan occluder atau penutup mata dan pinhole pada

70 |
responden. Responden diminta untuk menunjuk arah kaki huruf E yang
terlihat (arah ke atas, ke bawah, kanan, atau kiri). Dapat dijawab dengan
isyarat arah tangan sesuai arah kaki huruf E.
b) Pemeriksaan dimulai dari mata kanan dengan mata kiri tertutup tanpa
menggunakan pinhole. Upayakan mata tidak tertekan dan mata
responden tidak memicing saat huruf tidak terlihat. Sarankan untuk
mengedipkan mata sebentar dengan tujuan membasahi mata, karena
kemungkinan mata kering sehingga pandangan kabur
c) Pemeriksaan dimulai dari jarak 6 meter. Responden diminta untuk
menunjukkan arah kaki E, dimulai dari huruf E yang paling besar terlebih
dahulu. Tekniknya adalah kartu E diputar-putar sebelum responden
membaca, pemeriksa mengubah arah dari ujung terbuka. Rotasi ini harus
dalam berbagai arah untuk menghindari responden menghafal. Kriteria
untuk visi pada tingkat tertentu 4 jawaban berturut-turut yang benar, atau
benar 4 dari 5 pemeriksaan.
d) Tes dilakukan sebanyak 4 kali, apabila jawaban benar semua maka
dilanjutkan pada tes yang lebih sulit yaitu huruf yang lebih kecil.
e) Apabila terdapat kesalahan saat menjawab, ulangi terlebih dahulu sampai
dengan 5 kali. Minimal 4 dari 5 jawaban benar. Apabila kurang dari 3
jawaban yang benar dari jarak 6 meter, catat di kartu pemeriksaan pada
kolom “tanpa pinhole” untuk hasil pemeriksaan terakhir pada 6/60 (untuk
huruf yang paling besar), 6/18 (untuk huruf ukuran sedang), atau 6/12
(untuk huruf ukuran paling kecil).
f) Ulangi pemeriksaan pada jarak 3 meter dengan teknik diatas apabila
semua jawaban benar di jarak 6 meter. Apabila responden dapat
menjawab benar minimal 4 kali dari 5 tes, maka pemeriksaan dilakukan di
jarak 1 meter dan pada kartu pemeriksaan di kolom “tanpa pinhole” ditulis
hasil pemeriksaan terakhir pada 3/60 (untuk huruf yang paling besar),
3/18 (untuk huruf ukuran sedang), atau 3/12 (untuk huruf ukuran paling
kecil).
g) Ulangi pemeriksaan pada jarak 1 meter dengan teknik diatas apabila
semua jawaban benar di jarak 3 meter. Apabila responden tidak dapat
menjawab benar minimal 4 kali dari 5 tes, maka pada kartu pemeriksaan
di kolom “tanpa pinhole” ditulis hasil pemeriksaan terakhir pada 1/60
(untuk huruf yang paling besar), 1/18 (untuk huruf ukuran sedang), atau
1/12 (untuk huruf ukuran paling kecil).
h) Mata dengan tajam penglihatan lebih baik daripada 6/12 tidak perlu
diperiksa menggunakan pinhole. Setiap mata dengan tajam penglihatan
kurang dari 6/12 harus diperiksa untuk ketajaman dengan menggunakan
pinhole. Jika orang tersebut memakai kacamata, tempatkan pinhole di
depan kacamata.
i) Catat hasil pengukuran terakhir pada kolom dengan pinhole, kemudian
lakukan pemeriksaan dengan pinhole yang dimulai dari besar huruf
terakhir yang dapat dilihat responden. Misalkan tes terakhir berhenti di

71 |
jarak 3 meter dengan ukuran huruf paling besar (3/60), maka
pemeriksaan dengan pinhole dimulai dari jarak 6 meter dengan huruf
yang paling kecil (6/12).
j) Lakukan tes dengan pinhole sesuai tahapan sebelumnya.
k) Lakukan prosedur pemeriksaan yang sama no. a-j untuk mata kiri.
l) Catat hasil pemeriksaan kedalam buku atau lembaran yang telah
disiapkan.
m) Apabila ditemukan hasil pemeriksaan ≤ 3/60, disarankan agar responden
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan. Angka 3/60 menunjukkan bahwa
responden mengalami gangguan penglihatan.

2. Pemeriksaan Sederhana Telinga


Cara pemeriksaan pendengaran yaitu
1) Atur posisi pasien berdiri membelakangi anda pada jarak sekitar 4,5-6
meter
2) Anjurkan warga untuk menutup salah satu telinga yang diperiksa
3) Bisikkan satu bilangan ( mis, tujuh enam ) dan Beri tahu peserta
posbindu utnuk mengulangi bilangan yang didengarkan
4) Periksa telinga sebelahnya dengan cara yang sama
5) Bandingkan kemampuan mendengar pada telinga kanan dan kiri
warga.

Gambar 1. Pemeriksaan tajam pendengaran

Pengukuran Tekanan Darah (dilakukan oleh Kader terlatih atau Tenaga


Kesehatan)
Prosedur yang digunakan adalah
1) Gunakan tensimeter Digital yang berfungsi baik, dan Gunakan manset
yang sesuai dengan warga yang akan dilakukan pengukuran.

72 |
2) usahakan menggunakan Baterai Baru setiap akan melakukan
pemeriksaan. Pastikan Bar tanda baterai muncul dan terisi penuh, apabila
muncul tanda silang coba ganti baterai tersebut.
3) Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, warga sebaiknya
menghindar kegiatan aktivitas fisik seperti olah raga, merokok, dan
makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan juga duduk
beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum pengukuran
4) Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres. Pengukuran
sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang dan dalam kondisi
tenang dan posisi duduk
5) Pastikan warga duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua
telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kanan warga
Posbindu PTM di atas meja sehinga mancet yang sudah terpasang
sejajar dengan jantung warga.
6) Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan warga Posbindu PTM
dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak
berbicara pada saat pengukuran. Apabila warga Posbindu PTM
menggunakan baju berlengan panjang, singsingkan lengan baju ke atas
tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga tidak menghambat
aliran darah di lengan
7) Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak tangan terbuka
ke atas. Pastikan tidak ada lekukan pada pipa mancet.
8) Pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran sebaiknya
antara 2 menit dengan melepaskan manset pada lengan.
9) Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih > 10 mmHg,
ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat selama 10 menit dengan
melepaskan manset pada lengan.
10) Apabila warga Posbindu PTM tidak bisa duduk, pengukuran dapat
dilakukan dengan posisi berbaring
11) Informasikan hasil kepada warga dan Catat angka sistolik, diastolik dan
denyut nadi hasil pengukuran tersebut pada buku atau lembar hasil
pengukuran.

Tabel 3. Interpretasi Hasil Pengukuran Tekanan Darah

No. Tekanan Darah Klasifikasi*)

1. < 120/<80 mm/Hg Normal

2. 120-139/80-90 mm/Hg Prehipertensi

3. 140-150/90-99 mm/Hg Hipertensi derajat 1

4. >160/>100 mm/Hg Hipertensi derajat 2

*) JNC VII, 2003

73 |
Pemeriksaan Kadar Gula Darah dan Kolesterol Total (oleh petugas Kesehatan)
a) Alat dan bahan meliputi : Alat pemeriksaan kadar gula darah lipid (Analyzer),
Test strip gula darah dan kolesterol , Auto lancet (Autoclix), Lancet, Pipet
ukuran 40uL untuk panel test strip dan 15 uL untuk single test strip, Alkohol
70%, Kapas, dan Tissue kering.
b) Pemeriksaan dengan Glukometer atau kolesterol (disesuaikan dengan jenis
alat yang tersedia)
 Masukkan tes strip kedalam alat tes (Gluometer/ kolesterol)
 Bersihkan ujung jari (jari manis/jari tengah/telunjuk) dengan kapas yang
telah diberi alkohol 70%, keringkan
 Tusukkan lancet/autoclix pada ujung jari secara tegak lurus, cepat dan
tidak terlalu dalam
 Usap dengan kapas steril kering setelah darah keluar dari ujung jari.
Tekan ujung jari ke arah luar dan ambil darah yang keluar menggunakan
pipet sedot dan masukkan darah yang sudah diambil kedalam strip test
dan biarkan beberapa saat sampai hasil keluar
 Baca hasil glukosa darah atau kolesterol total yang muncul.

3. Identifikasi Faktor Risiko PTM, Konseling Dan Tindak Lanjut


Kegiatan konseling merupakan tahapan layanan terakhir setelah teridentifikasi
faktor risiko yang ada. Konseling dilakukan oleh petugas Posbindu PTM
terlatih dan atau petugas kesehatan. Pengambilan keputusan hasil konseling
termasuk rujukan dilakukan berdasarkan hasil wawancara, pengukuran dan
pemeriksaan faktor risiko PTM yang terindentifikasi.
4. Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya
Kegiatan aktivitas fisik atau olahraga bersama sebaiknya tidak hanya
dilakukan jika ada penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM, namum perlu
dilakukan rutin setiap minggu.

A. PENYAKIT TIDAK MENULAR


1) HIPERTENSI
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg DAN/ATAU tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Seringkali
hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga penderita tidak merasa sakit.
Gejala dan tanda : Sakit kepala, Kelelahan, Mual dan muntah, Sesak napas,
Napas pendek (terengah-engah), Gelisah, Mata berkunang-kunang, Mudah
marah, Telinga berdengung, Sulit, Rasa berat di tengkuk

Komplikasi Hipertensi

74 |
2) STROKE
Stroke disebut sebagai "serangan otak", disebabkan oleh kurangnya aliran
darah yang mengalir ke otak yang terkadang menyebabkan pendarahan di
otak. Aliran darah ke daerah otak terputus karena gumpalan darah, endapan
plak atau karena pecahnya pembuluh darah otak sehingga sel-sel otak
mengalami kekurangan oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan
otak permanen yang berakibat kecacatan-kematian dini.

Penyebab Stroke

3) DIABETES MELITUS
 Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
darah.
 Meningkatnya kadar gula darah diakibatkan oleh kekurangan hormon
insulin dalam tubuh yang berguna untuk mengolah gula dalam tubuh.
 Gejala-gejala penyakit Diabetes Melitus klasik adalah Rasa haus yang
berlebihan, Sering kencing terutama malam hari, dan Banyak makan dan
berat badan turun dengan cepat

75 |
 Gejala lain yang mungkin timbul adalah Kesemutan pada jari tangan dan
kaki, Cepat lapar, Gatal-gatal, Penglihatan kabur, dan luka yang sulit
sembuh.
 Akibat penyakit Diabetes Melitus
Dalam jangka panjang kadar gula darah yang tinggi dapat mengakibatkan
Kebutaan, Kaki busuk akibat luka yang sulit sembuh, Gangguan ginjal,
Gangguan jantung dan pembuluh darah, dan Gangguan pada sistem
saraf.

4) PENYAKIT JANTUNG KORONER


 Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terjadi akibat
penyempitan pembuluh darah koroner.
 Gejala dan Tanda meliputi a) Rasa tertekan seperti ditimpa beban berat ,
rasa sakit, terjepit, atau terbakar di dada, b) Nyeri ini menjalar ke seluruh
dada, bahu kiri, lengan kiri, punggung (di antara kedua belikat), leher dan
rahang bawah ,terkadang di ulu hati sehingga dianggap sakit maag, c)
Dirasakan seperti tercekik atau rasa sesak, d) Lamanya 20 menit bahkan
lebih, dan e) Disertai keringat dingin, rasa lemah, berdebar.

76 |
5) PENYAKIT ASMA
 Penyakit Asma adalah penyakit pembengkakan saluran napas yang ditandai
dengan napas berbunyi (mengi), napas sesak, batuk yang terjadi secara
berulang
 Tanda-Tanda : Mengi, Batuk, Sesak napas, dan Rasa berat di dada terutama
pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan
atau tanpa pengobatan
 Penyebab yaitu Inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktivitas(reaksi yang berlebihan) pada bronkus (saluran
napas) terhadap berbagai rangsangan.
 Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak
mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi (kambuh) dengan gejala ringan
sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian.
 Faktor-Faktor Risiko Penyakit Asma
Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor
genetik dan faktor lingkungan.
1) Faktor genetik (keturunan) yaitu Hipereaktivitas, Atopi/alergi, bronkus,
Jenis kelamin, dan Ras/etnik
2) Faktor lingkungan yaitu tungau, debu rumah, kucing, alternaria/jamur,
alternaria, tepung sari, Makanan (bahan penyedap, pengawet,
pewarna makanan, kacang, makanan laut, susu sapi, telur), Bahan
yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray, dan lain-lain)
 Cara Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Asma
Pencegahan ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit pada bayi dengan
risiko asma (orangtua asma), dengan cara :
1) Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan
masa perkembangan bayi/anak
2) Diet hipoalergenik (makanan yang tidak memicu alergi) untuk ibu hamil
dan menyusui, diet tersebut tidak mengganggu asupan janin
3) Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan

6) PENYAKIT KANKER
 Kanker adalah perubahan dan pertumbuhan sel jaringan yang tidak normal
dan tidak terkendali. Sel kanker bersifat ganas karena tumbuhnya cepat,
dapat merusak jaringan sekitar, dapat menyebar melalui pembuluh darah
dan pembuluh getah bening menyebabkan metastatis di organ yang lain.
 Jenis Penyakit Kanker yaitu : Kanker Payudara, Kanker Leher Rahim,
Kanker Paru-Paru, Kanker Kelenjar getah bening, Kanker Nasofaring,
Leukemia, dan Retinoblastoma.
 Faktor Risiko Penyakit Kanker seperti Kelebihan makanan yang
mengandung lemak. Kurang makanan yang mengandung serat, Kurang
beraktivitas fisik atau olah raga, Mengkonsumsi minuman beralkohol,
Merokok, dan Terpapar sinar matahari terus menerus.
 Penyakit kanker dapat menyebabkan kecacatan hingga kematian
tergantung luas organ yang terkena dan berat-ringannya komplikasi yang
menyertai.

77 |
SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK)
KESEHATAN JIWA

VII. SYARAT KECAKAPAN KHUSUS KESEHATAN JIWA

a. PRAMUKA PENEGAK (16-20 TAHUN)


Seorang Pramuka Penegak harus :
1) Mampu menjelaskan pengertian kesehatan jiwa
2) Mampu menjelaskan ciri perkembangan jiwa kelompok usia remaja dan
masalah kejiwaan yang umum
3) Mampu menjelaskan upaya meningkatkan kesehatan jiwa remaja
4) Menjelaskan ciri dan dampak penyalahgunaan NAPZA pada kesehatan
jiwa remaja
5) Mampu menjelaskan minimal 3 gangguan jiwa yang banyak ditemukan
di masyarakat.
6) Mampu menjelaskan cara melaporkan saat menemukan remaja
penyalahgunaan NAPZA

b. PRAMUKA PANDEGA (21-25 TAHUN)


Seorang Pramuka Pandega harus :
1) Memahami materi SKK Pramuka Penegak
2) Mampu memberikan penyuluhan mengenai perkembangan jiwa
kelompok usia remaja dan masalah kesehatan kejiwaan yang umum
3) Mampu melakukan pendampingan pada remaja bermasalah
4) Mampu memberikan penyuluhan tentang dampak penyalahgunaan
NAPZA pada kesehatan jiwa
5) Mampu menjelaskan cara melaporkan saat menemukan remaja
penyalahgunaan NAPZA

78 |
1. SYARAT MENDAPATKAN TANDA KECAKAPAN KHUSUS (SKK) KESEHATAN
JIWA
a. Proses Belajar Mengajar Kecakapan Khusus
1) Diadakan di Kwartir Ranting dan Kwartir Cabang
2) Materi diberikan oleh Pamong/Instruktur
3) Dewan Saka bertugas mengorganisir kegiatan
4) Proses belajar mengajar 1 kecakapan khusus dilakukan dalam waktu 2
kali pertemuan dan pada pertemuan ke 3 dilakukan penilaian (pengujian
Syarat Kecakapan Khusus) oleh pamong atau instruktur
5) 1 kali pertemuan dilaksanakan maksimal selama 2 jam
6) Frekuensi latihan minimal satu kali seminggu di tempat yang sudah
disepakati bersama
b. Uji Syarat Kecakapan Khusus
1) Ujian TKK dilakukan secara perorangan dan tidak secara kelompok
(massal)
2) Ada 2 jenis uji SKK yaitu : Uji langsung dalam bentuk lisan maupun
tertulis dimana peserta Pramuka yang diuji berhadapan langsung
dengan penguji
3) Pengujian tidak langsung, melalui pengamatan dan penugasan yang
hasilnya dinilai penguji. Contohnya tugas penyuluhan

2. TANDA KECAKAPAN KHUSUS (TKK) KESEHATAN JIWA

Gambar TKK Kesehatan Jiwa adalah orang-orang yang saling berpelukan dan saling
menopang melingkari mewakili persahabatan tanpa memandang latar belakang.

Bentuk : orang-orang posisi melingkar

PENEGAK
Bentuk : Bujur sangkar
Ukuran : 2,5 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Kuning (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

PANDEGA
Bentuk : Segi lima
Ukuran : 2 cm (panjang sisi)
Warna : Sesuai contoh
Bingkai : Coklat sawo (2 mm)
Pengerjaan : Bordir

79 |
3. MATERI SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK) KESEHATAN JIWA
A. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA
Adalah kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya dan mempunyai sifat positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

B. CIRI PERKEMBANGAN JIWA REMAJA DAN MASALAH KESEHATAN


JIWA REMAJA

PERKEMBANGAN JIWA REMAJA


1. REMAJA AWAL (10-14 tahun)
o Pengaruh hormonal dan perkembangan fisik yang sangat cepat
o Remaja mengatakan kebebasannya dan ingin diperlakukan
sebagai seorang individu
o Bagi remaja, kawan menjadi lebih penting
o Remaja sangat menuntut keadilan
2. REMAJA PERTENGAHAN (15-16 tahun)
o Remaja menjadi lebih mampu berkompromi, lebih tenang, sabar,
dan lebih toleransi
o Remaja belajar berpikir secara bebas dan membuat keputusan
sendiri
o Remaja terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan citra
diri yang dirasakan nyaman bagi mereka
o Remaja merasa perlu menghayati pengalaman baru dan
mengujinya walaupun berisiko tinggi
o Remaja tidak lagi berfokus kepada diri sendiri
o Remaja membangun nilai/ norma dan mengembangkan moralitas
o Remaja mulai membina hubungan dengan lawan jenis
o Intelektual remaja lebih berkembang

3. REMAJA AKHIR (17-19 tahun)


o Remaja mulai terlibat dalam kehidupan, pekerjaan, dan hubungan
di luar keluarga
o Remaja belajar untuk mencapai kemandirian

MASALAH KESEHATAN JIWA REMAJA


1. Perilaku Berisiko Tinggi Pada Remaja adalah suatu keadaan yang
dapat berupa:
 Perilaku sesaat tapi cukup membahayakan dan bukan merupakan
gangguan mental, seperti membolos, berbohong, mencuri,
berkelahi dengan alasan sepele, melakukan seks bebas dan lain
sebagianya.
 Perilaku yang terus menerus membahayakan bagi diri sendiri atau
orang lain sehingga merupakan gangguan jiwa yang cukup serius

80 |
2. Faktor yang melatarbelakangi perilaku berisiko tinggi pada
remaja:
 Faktor Psikologik
o Rasa takut, rendah diri, rasa tidak aman.
o Keinginan untuk memastikan identitas diri, adanya desakan
teman sebaya, takut dikatakan penakut, banci, kuno, tidak
mengikuti ‘trend’, ‘anak mami’.
o Merasa yakin bahwa dirinya hebat, mau mencoba semua hal
untuk mengetahui sampai mana batas kemampuannya, serta
menganggap maut sebagai hal yang tidak perlu ditakuti.
o Adanya perasaan tertekan, depresi, atau cemas
o Pengalaman tidak menyenangkan di masa lampau, seperti
penelantaran, kekerasan baik fisik, seksual, atau emosional.
o Tidak terpenuhinya rasa nyaman di rumah saat mendapatkan
stress dari lingkungan luar.
o Merasa dirinya berbeda dengan remaja lain atau diperlakukan
diskriminatif.
 Faktor genetik dan biologis
o Gangguan tingkah laku sejak kecil dengan gejala kejam
terhadap binatang, suka bermain api. Kondiri ini akan
bertambah parah sesuai dengan bertambahnya usia.
o Gangguan kepribadian akibat kerusakan otak, dengan gejala
perilaku tidak terkontrol, cepat marah, dan mudah dipengaruhi
dengan lingkungan sekitar.
o Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
o Gangguan belajar, misalnya gangguan membaca, gangguan
berhitung, dan gangguan menulis.
o Taraf kecerdasan dibawah rata-rata
 Faktor Lingkungan dan Budaya
o Sikap orangtua yang sering tidak mengerti atau memaksakan
kehendak pada saat remaja sedang dalam proses membentuk
identitas dirinya.
o Kekawatiran berlebihan dari orang tua, kurang percaya pada
remaja.
o Tidak mampu mengatasi desakan teman sebaya, tidak berani
mengatakan ‘tidak’.
o Kurangnya penanaman nilai-nilai positif terhadap orang atau
kelompok lain yang berbeda (misalnya seragam sekolah, dll).

C. UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN JIWA REMAJA


Terdiri dari: meningkatkan harga diri, mengelola emosi dan periku,
mengatasi tekanan teman sebaya , mengelola stres dan resolusi konflik.

o Meningkatkan harga diri


Kemampuan seseorang dalam menghargai dan memaknai dirinya

81 |
dengan baik sehingga tercipta perasaan berharga dan percaya diri.
Harga diri yang positif merupakan sistem kekebalan untuk membantu
seseorang menghadapi masalah kehidupan dan memulihkan diri dari
kekecewaan.

Ciri remaja dengan harga diri yang tinggi:


- Mempunyai rasa percaya diri dan mampu belajar dari kesalahan
- Menemukan kepuasan hidup
- Dapat membina hubungan yang erat dan sehat dengan orang lain
- Punya keyakinan untuk menyelesaikan masalah dan mampu
mengambil keputusan yang baik
- Mampu menghadapi tekanan sosial termasuk penyalahgunaan NAPZA

Ciri remaja dengan harga diri yang rendah:


- Merasa hidupnya sulit dikendalikan
- Mudah stres
- Selalu memikirkan kegagalan, sehingga takut bebuat
- Menghindari tantangan hidup
- Berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan jiwa, termasuk
penyalahgunaan NAPZA, tawuran dan kenakalan lainnya

o Mengelola emosi dan perilaku


Tahapan yang dapat dilakukan dalam upaya mengelola emosi adalah
Mengenali dan menghadapi emosi. Emosi adalah sebuah bentuk
perasaan yang khas dan suatu cara untuk bereaksi terhadap suatu
peristiwa. Emosi mempunyai sifat positif atau negatif. Jika emosi ini
menganggu kehidupan sehari-hari, maka perlu melakukan sesuatu
untuk mengatasi hal itu. Emosi terdiri dari emosi yang menyenangkan
dan tidak menyenangkan. Emosi yang menyenangkan seperti
bahagia, cinta dan tawa. Emosi yang tidak menyenangkan seperti
takut, kecewa dan sebagainya.
.
o Mengatasi tekanan teman sebaya
Teman sebaya adalah individu dimana remaja beridentifikasi, yang
biasanya (tidak selalu) merupakan kelompok seusia. Tekanan dari
teman sebaya biasanya timbul ketika seseorang diminta / dipaksa
untuk mengikuti nilai-nilai, kepercayaan serta keinginan kelompok,
atau berpartisipasi dalam kegiatan yang sama seperti kelompoknya.
Tekanan teman sebaya merupakan salah satu alasan timbulnya
perilaku negatif remaja.

o Mengelola stress
Stress merupakan reaksi tubuh terhadap setiap situasi yang tidak
menyenangkan yang berasal dari lingkungan atau dari dalam diri
sendiri.
Stres mempengaruhi fisik, emosi dan perilaku dan dapat memberikan
pengaruh positif dan negatif.
Pengaruh positif stres dapat memotivasi untuk berbuat lebih baik dan
dapat mengantisipasi bila mengahadapi stres berikutnya.

82 |
Pengaruh negatif stres dapat menimbulkan perasaan marah, sedih,
tertekan dan perasaan hancur yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan seperti sakit kepala, gangguan perencanaan, percobaan
bunuh diri dll.

o Resolusi konflik
Merupakan cara untuk menyelesaikan pertentangan pendapat agar
tercapai kesepakatan yang dilakukan memlalui cara negosiasi.

Konfik didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi bila terdapat


ketidakserasian antara kegiatan, perasaan, atau niat yang terjadi
dalam diri satu orang (konflik internal), antara dua orang atau lebih
atau antara seseorang dengan lingkungan sekitarnya (konflik
eksternal).

Konflik internal paling baik diatasi dengan cara menganalisa


permasalahannya secara rasional dan seksama. Strategi seperti
analisis SWOT atau K3A (kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan
ancaman) dapat membantu kita dalam menyelesaikan konflik internal
secara efisien.

Hal-hal dasar yang perlu diketahui untuk dapat meningkatkan


kemampuan meresolusi suatu konflik adalah:
- Kesadaran terhadap keberadaan orang lain
- Kesadaran akan adanya perbedaan antara diri sendiri dengan
orang lain
- Keterampilan menjadi pendengar yang baik
- Kesadaran akan pikiran dan perasaan sendiri dan kemampuan
untuk mengekspresikannya
- Kemampuan untuk merespons perasaan dan pikiran orang lain

D. MENGERTI CIRI REMAJA YANG MENYALAHGUNAKAN NAPZA


1. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis yang digunakan tapi secara
umum dapat digolongkan sebagai berikut:
o Pada saat menggunakan NAPZA: jalan sempoyongan, bicara pelo
/cadel, acuh tak acuh, mengantuk, agresif, curiga.
o Bila kelebihan dosis (overdosis): nafas sesak, denyut jantung dan
nadi lambat, kulit terasa dingin, nafas lambat/ berhenti, dapat
meninggal (pengguna heroin / putaw)
o Bila sedang ketagihan (putus zat/ sakaw): mata dan hidung berair,
menguap terus menerus, diare, rasa sakit diseluruh tubuh, takut
air sehingga malas mandi (pada pengguna heroin/ putaw)
o Pegaruh jangka panjang, penampilan menurun (malas dandan,
jorok), tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak
terawat dan keropos, badan kurus dan selera makan menurun,
terdapat bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada
pengguna dengan jarum suntik)

83 |
2. Perubahan Sikap dan Perilaku
o Prestasi sekolah menurun, sering tidak mengerjakan tugas
sekolah, sering membolos, malas, kurang bertanggung jawab.
o Pola tidur berubah, begadang pada malam hari dan sulit
dibangunkan pada pagi hari, mengantuk di kelas/tempat kerja.
o Sering berpergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa
memberitahu terlebih dahulu
o Sering mengurung diri,berlama-lama di kamar mandi, menghindar
bertemu anggota keluarga di rumah, menarik diri dari pergaulan
o Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh
keluarga, kemudian menghilang
o Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan
tapi tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang
berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, memeras,
terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi
o Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar,
sikap bermusuhan, pencuriga, tertutup, dan banyak rahasia.

3. Peralatan yang digunakan


Dapat dipakai sebagai petunjuk bahwa seseorang mempunyai
kebiasaan menurunkan jenis NAPZA tertentu. Misalnya, penggunaan
heroin/ putaw pada dirinya atau tasnya laci mejanya, karenanya
terdapat antara lain:
o Jarum suntik ukuran 1ml, kadang dibuang pada saluran air di
dalam kamar mandi
o Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya
o Sedotan minuman dari plastik
o Gulungan uang kertas
o Kertas timah (foil) bekas bungkus rokok atau permen karet untuk
tempat heroin dibakar
o Kartu telepon untuk memilah bubuk heroin
o Sendok stainless untuk melarutkan heroin
o Botol-botol kecil sebesar jempol dengan pipa pada dindingnya

BAHAYA MENGGUNAKAN NAPZA


Penggunaan NAPZA yang terus menerus akan menimbulkan akibat pada
komplikasi penyakit, akibat sosial dan pelanggaran hukum.

1. Komplikasi penyakit
Bergantung jenis NAPZA yang digunakan, jumlahnya, cara memakainya,
lama memakai dan zat pencampur yang kadang tidak jelas (terigu, gula,
kina, tawas)
Beberapa komplikasi penyakit yang sering dijumpai:
o Penyalahgunaan napza melalui suntikan: dapat menyebabkan
tertular Hepatitis B atau C, infeksi HIV/AIDS. Infeksi jantung, infeksi
darah

84 |
o Penyalahgunaan ekstasi/ shabu/ kokain: dapat menyebabkan tekanan
darah tinggi, gangguan jantung, pendarahan otak, gangguan jiwa
berat.
o Penyalahgunaan alcohol: dapat menyebabkan sakit lambung,
pendarahan lambung, pengerutan hati, kanker hati, radang kelenjar
ludah perut, infeksi saraf dan radang orak, kepikunan
o Penyalahgunaan ganja dan tembakau: dapat menyebabkan
rangsangan pada saluran nafas, ganja dapat menyebabkan
halusinasi atau gangguan jiwa.

2. Akibat sosial
Permasalahan yang sering timbul dari pengguna NAPZA pada remaja,
secara sosial antara lain:
o Ketenangan dalam keluarga terganggu
o Sering merongrong orang tua
o Dapat menyebabkan perceraian bagi yang sudah berkeluarga, bagi
yang berpacaran dapat putus hubungan
o Prestasi akademiknya menjadi buruk, tidak naik kelas, dikeluarkan
dari sekolah. Bagi yang bekerja dapat dipecat karena pretasi kerja
menurun dan melanggar aturan
o Biaya pengobatan dan rehabilitasi NAPZA mahal, menimbulkan
masalah keuangan

3. Pelanggaran hukum
o Melakukan tindak criminal untuk memperoleh uang agar dapat
membeli NAPZA, termasuk menjadi pengedar
o Menyalahgunakan dan ketergantungan NAPZA, berdasarkan ilmu
kedokteran adalah orang yang menderita sakit (penderita), namun
mereka juga dijatuhi hukuman karena melanggar hukum yang
berlaku

E. CARA MELAPORKAN SAAT MENEMUKAN PENYALAHGUNAAN NAPZA


PADA REMAJA
Saat menemukan remaja dengan penyalahgunaan NAPZA maka :
1. Laporkan ke Gugus Depan
2. Gugus depan melakukan pendampingan pada remaja dengan
penyalahgunaan NAPZA
3. Gugus depan melaporkan ke Puskesmas terdekat

F. MENGENALI GANGGUAN JIWA YANG BANYAK DITEMUKAN DI


MASYARAKAT
1. Pengertian Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa terdiri dari berbagai macam penyebab, gejala dan cara
pengobatan yang berbeda pula. Gangguan jiwa adalah gangguan
pikiran, gangguan perasaan, dan gangguan tingkah laku, sehingga
menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari

85 |
2. Penyebab Gangguan Jiwa
o Keturunan (genetik)
o Lingkugan dan situasi kehidupan sosial: pengalaman dengan
anggota keluarga, tetangga, sekolah, tempat kerja, dll, menciptakan
situasi yang menegangkan atau menyenangkan.
o Penyakit fisik: umumnya yang secara langsung maupun tidak
langsung mengenai otak

3. Ganggan Jiwa yang Sering Ditemukan di Masyarakat


o Gangguan cemas
Ketegangan mental: cemas, bingung, rasa tegang atau gugup, sulit
memusatkan perhatian
Ketegangan fisik: gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai
Gejala fisik: pusing, berkeringat, denyut jantung cepat, mulut kering
dan nyeri perut. Gejala dapat berlangsung berbulan-bulan, sering
muncul kembali dan dicetuskan oleh peristiwa yang menegangkan

o Depresi
Merupakan perasaan sedih dan tertekan yang menetap, sehingga
membuat yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan fungsi
pekerjaan dan sosialnya.
Gejala dan tanda depresi:
 Suasana perasaan: sedih, murung, kehilangan minat dan rasa
senang terhadap pekerjaan yang biasa dia lakukan.
 Kadang timbul rasa cemas dan panic bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi
 Pikiran: isi pikiran biasanya bertema kegagalan dan rasa
bersalah atas keadaan yang terjadi
 Keluhan fisik: rasa lelah berkepanjangan, sulit tidur atau terlalu
banyak tidur, tidak mau makan atau banyak makan, kehilangan
minat seksual, rasa sakit di leher, punggung, sakit kepala, nyeri
di dada dan keluhan di perut.
 Aktivitas: biasanya kegiatan menurun, banyak berbaring di
tempat tidur sepanjang hari, menarik diri dari pergaulan.

o Gangguan psikotik
Gejalanya adalah sebagai berikut:
 Menarik diri dari lingkungan dan hidup di dunianya sendiri\
 Merasa tidak mampunyai masalah dengan dirinya
 Kesulitan untuk berpikir dan memusatkan perhatian
 Gelisah dan bertingkah laku atau bicara yang kacau
 Sulit tidur
 Mudah tersinggung dan marah, sering mengamuk dan merusak
barang bahkan mengganggu lingkungan sekitar
 Mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata (berhalusinasi)

86 |
 Berkeyakinan yang keliru
 Bermasalah dalam melakukan tugas sehari hari
 Keluhan fisik yang aneh, misalnya ada benda atau hewan yang
tidak lazim dalam tubuhnya
 Tidak merawat diri, kadang penampilan kotor

G. FAKTOR LINGKUNGAN YANG MENYEBABKAN PENYALAHGUNAAN


NAPZA
1. Lingkungan keluarga
 Orangtua yang kurang komunikatif dengan anak
 Orangtua yang selalu mengatur anak (otoriter) atau selalu menuruti
keinginan anak
 Orangtua yang menuntut secara berlebihan agar anak berprestasi di
luar kemampuannya atau keinginannya
 Disiplin orangtua tidak konsisten
 Sikap ayah dan ibu yang tidak sepaham dalam mendidik anak
 Orangtua yang selalu sibuk sehingga kurang memberi perhatian
kepada anak-anaknya
 Orangtua yang kurang harmonis
 Orangtua yang tidak memiliki dan menanamkan norma tentang baik
dan buruk
 Orangtua atau salah satu anggota keluarga yang menjadi
penyalahguna NAPZA
2. Lingkungan sekolah
 Sekolah yang kurang disiplin
 Sering tidak ada pelajaran pada jam sekolah
 Pelajaran yang membosankan
 Guru/ pengurus sekolah yang kurang komunikatif terhadap siswa
 Sekolah yang kurang mempunyai fasilitas untuk menampung
kreativitas siswanya
3. Lingkungan masyarakat
 Mudah diperolehnya NAPZA disekitar lingkungan tempat tinggalnya
 Pergaulan atau berkelompok dengan pengguna NAPZA
 Harga NAPZA yang makin murah
 Kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan keamanan yang tidak
menentu menyebabkan terjadinya perubahan nilai dan norma antara
lain sikap yang membolehkan

87 |
Bab III
PENUTUP

Demikian Buku Pedoman Pembinaan Krida Pengendalian Penyakit, yang


menjadi acuan Kakak-Kakak Pembina Pramuka dalam melakukan pembinaan
Krida Pengendalian Penyakit ini disusun. Semoga cita-cita kita dalam mewujud
nyatakan Pengendalian Penyakit ditengah-tengah keluarga Indonesia, sebagai
sel terkecil sebuah negara, dapat terwujud melalui pembinaan kader Krida
Pengendalian Penyakit.

88 |
Tim Penyusun

dr. Siti Nadia Tarmizi,M.Epid


dr. Elvieda Sariwati,M.Epid
Indra Jaya,SKM.M.Epid
Prayit Susilo Aji,SKM.M.Kes
Tri Yulianti,S.Pd.MM
Eka Soni,SKM.MM
Subahagio,SKM
dr. Eksi Wijayanti,M.Epid
Dwi Mazanova,SKM
Nadiatul Maunah,S.Kep
Dewi Sartika,Ns.Sp.Kep.J
Junghans Sitorus,SKM.M.Kes
Irmawati,SKM
Ali Rahmansyah, SKM.M.Epid
Christina Martha Panjaitan,SKM.M.Kes
Alifiah Rahma,SKM.MKM
Sofa Khasani,SKM.M.Epid
Budi Hermawan
Tim Penyusun

dr. Siti Nadia Tarmizi,M.Epid


dr. Elvieda Sariwati,M.Epid
Indra Jaya,SKM.M.Epid
Prayit Susilo Aji,SKM.M.Kes
Tri Yulianti,S.Pd.MM
Eka Soni,SKM.MM
Subahagio,SKM
dr. Eksi Wijayanti,M.Epid
Dwi Mazanova,SKM
Nadiatul Maunah,S.Kep
Dewi Sartika,Ns.Sp.Kep.J
Junghans Sitorus,SKM.M.Kes
Irmawati,SKM
Ali Rahmansyah, SKM.M.Epid
Christina Martha Panjaitan,SKM.M.Kes
Alifiah Rahma,SKM.MKM
Sofa Khasani,SKM.M.Epid
Budi Hermawan

Anda mungkin juga menyukai