Anda di halaman 1dari 10

Mata Kuliah : Pelaporan Korporat

Nama : Ananda Nurfajar (023102101060)


Tugas : Soal review UTS

SOAL REVIEW UTS

Silakan jawaban soal review ini ditulis tangan pada kertas, kemudian disimpan dalam format
pdf dan dikumpulkan melalui GCR maskimum hari minggu 18 April 2021 jam 23

1. Kerangka Konseptual dan PSAK 1

a. Berdasarkan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan PSAK, dalam proses


pengakuan suatu transaksi harus memenuhi kriteria pengakuan. Jelaskan kriteria apa
saja yang harus dipenuhi untuk pengakuan dan mengapa kriteria tersebut harus
terpenuhi?
Jawaban
1) Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK.
Manajemen entitas diminta untuk membuat pernyataan atas kepatuhan terhadap
SAK, tanpa kecuali, dalam penyajian laporan keuangan. Pernyataan kepatuhan
tersebut dinyatakan secara eksplisit dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu
laporan keuangan tidak dapat dinyatakan patuh dengan SAK kecuali memang telah
disusun sesuai dengan semua pengaturan yang ada dalam SAK
2) Kelangsungan Usaha
PSAK 1 mengharuskan manajemen untuk melakukan analisis mengenai
kelangsungan usaha entitas . Laporan keuangan yang disusun berdasarkan SAK
harus berdasarkan kelangsungan usaha, dan tidak tampak adanya resiko yang
mengancam kelangsungan usahanya, dan entitas tidak dalam status likuidasi atau
akan dilikuidasi.
3) Dasar Akrual
Dasar akrual adalah asumsi dasar lain disamping kelangsungan usaha dalam
penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK. PSAK 1 mengharuskan laporan
keuangan, selain daripada informasi terkait arus kas, untuk disajikan
menggunakan dasar akrual. Aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban diakui
pada saat memenuhi kriteria definisi dan pengakuan sesuai pengaturan dalam
Kerangka Dasar dan SAK terkait
4) Materialitas dan Agregasi
Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas
menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali
pos tersebut tidak material
5) Saling hapus Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas
atau pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh suatu PSAK
6) Frekuensi pelaporan
Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif)
setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan
laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih
pendek dari periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan
laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih
pendek
b. Fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat
diperbandingkan secara keseluruhan.
7) Informasi komparatif
Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya
untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan,
kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan
deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika
relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan
8) Konsistensi penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali dalam keadaan khusus yaitu telah terjadi perubahan sifat operasi
entitas, atau setelah mengkaji ulang atas laporan keuangan, maka perlu diadakan
perubahan atas penyajian atau pengklasifikasian pos-pos laporan keuangan agar
laporan keuangan lebih informatif dan andal

b. Berdasar Kerangka Konspetual Pelaporan Keuangan ada empat pengukuran untuk


pengakuan komponen laporan keuangan yaitu: Biaya Historis (Historical Cost) , Biaya
Saat Ini (Current Cost), Nilai Realisasi (Realizable Value) dan Nilaii Wajar (Fair Value).
Jelaskan apa definisi dan contoh pengukuran Cost dan Fair Value serta apakah
pengukuran tersebut yang relevan ?
Jawaban
Nilai historis adalah ukuran biaya historis memberikan informasi besaran moneter
tentang aset, liabilitas dan penghasilan dan beban terkait menggunakan informasi
yang diperoleh, setidaknya sebagian, dari harga transaksi atau peristiwa lain yang
memunculkannya. Tidak seperti nilai kini, biaya historis tidak mencerminkan
perubahan nilai, kecuali sejauh perubahan tersebut terkait dengan penurunan nilai
aset atau liabilitas menjadi memberatkan (lihat paragraf 6.7 (c) dan 6.8 (b)).
Salah satu cara untuk menerapkan dasar pengukuran biaya historis terhadap aset
keuangan dan liabilitas keuangan adalah dengan mengukurnya pada biaya perolehan
diamortisasi. Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan
mencerminkan estimasi arus kas masa depan, yang didiskontokan pada tingkat yang
ditentukan pada saat pengakuan awal. Untuk instrumen dengan tingkat bunga
variabel, tingkat diskonto dimutakhirkan untuk mencerminkan perubahan dalam
tingkat bunga variabel. Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas
keuangan dimutakhirkan sepanjang waktu untuk menggambarkan perubahan
selanjutnya, seperti akrual atas bunga, penurunan nilai aset keuangan dan
penerimaan atau pembayaran.
Contoh Apabila PT ABC menggunakan metode Historical Cost, maka nilai penjualan
kendaraan adalah nilai yang sebenarnya terjadi atas kendaraan tersebut, yaitu Rp
200.000.000 dikurangi penyusutan Rp 80.000.000 sehingga menjadi Rp 120.000.000.

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual aset, atau dibayarkan
untuk mengalihan liabilitas, dalam transaksi yang teratur antara pelaku pasar pada
tanggal pengukuran. Nilai wajar mencerminkan perspektif pelaku pasar—pelaku di
pasar di mana entitas memiliki akses. Aset atau liabilitas diukur dengan menggunakan
asumsi yang sama dengan yang akan digunakan oleh pelaku pasar saat menentukan
harga aset atau liabilitas jika para pelaku pasar bertindak demi kepentingan ekonomik
terbaiknya.
Dalam beberapa kasus, nilai wajar dapat ditentukan secara langsung dengan
mengobservasi harga di pasar aktif. Dalam kasus lain, nilai wajar ditentukan secara
tidak langsung menggunakan teknik pengukuran, misalnya, teknik pengukuran
berdasarkan arus kas (lihat paragraf 6.91-6.95), yang mencerminkan seluruh faktor
berikut:
a) estimasi arus kas masa depan.
b) kemungkinan variasi dalam estimasi jumlah atau waktu arus kas masa depan
atas aset atau liabilitas yang diukur, yang disebabkan oleh ketidakpastian yang
melekat pada arus kas.
c) nilai waktu uang.
d) harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada arus kas (premi
risiko atau diskon risiko). Harga untuk menanggung ketidakpastian tersebut
bergantung pada jangkauan ketidakpastian tersebut. Hal ini juga
mencerminkan fakta bahwa investor umumnya akan membayar lebih sedikit
untuk aset (dan umumnya mensyaratkan lebih banyak untuk mengambil alih
liabilitas) yang memiliki arus kas yang tidak pasti daripada untuk aset (atau
liabilitas) yang arus kasnya pasti.
e) faktor lain, misalnya, likuiditas, jika pelaku pasar akan mempertimbangkan
faktor dalam keadaan tersebut.
Faktor yang disebutkan dalam paragraf 6.14(b) dan 6.14(d) termasuk kemungkinan
bahwa pihak lawan dapat gagal untuk memenuhi liabilitasnya kepada entitas (risiko
kredit), atau bahwa entitas dapat gagal untuk memenuhi liabilitasnya (risiko kredit
sendiri).
Karena nilai wajar tidak diperoleh , bahkan sebagian, dari harga transaksi atau
peristiwa lain yang menimbulkan aset atau liabilitas, nilai wajar tidak ditambah dengan
biaya transaksi yang terjadi ketika memperoleh aset dan tidak dikurangi dengan biaya
transaksi yang terjadi ketika liabilitas tersebut terjadi atau diambil alih. Selain itu, nilai
wajar tidak mencerminkan biaya transaksi yang akan terjadi pada pelepasan akhir aset
atau saat mengalihkan atau menyelesaikan liabilitas.
Contoh Sedangkan, apabila PT ABC menggunakan metode Fair Value, maka PT ABC
akan melihat bagaimana kondisi nilai pasar saat itu, misalnya sparepart kendaraan
tersebut sudah tidak diproduksi lagi atau langka, sehingga PT ABC tidak bisa menjual
dengan harga Rp 120.000.000, melainkan Rp 100.000.000 dengan mengacu kepada
bagaimana keadaan sparepart kendaraan yang sudah langka.

2. GCG dan Etika


Jelaskan mengapa perusahaan perlu menerapkan asas transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi, dan fairness, berilah contoh-contoh riilnya tentang
pentingnya menerapkan asas-asas tersebut.
Jawaban
Tujuan GCG:
 Mendorong pemberdayaan kemandirian, profesionalisme dan obyektivitas organ
Perusahaan dalam membuat keputusan dan dalam menjalankan tindakannya agar
selalu dilandasi oleh transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan
kesetaraan serta kewajaran dan prinsip kehati-hatian serta kepatuhan terhadap
peraturan dan perundangundangan yang berlaku.
 Meningkatkan kinerja dan daya saing Perusahaan dalam industri infrastruktur
nasional maupun internasional.
 Mendorong terciptanya hubungan dan lingkungan kerja yang baik, kondusif dan
profesional di antara Organ Perusahaan, Karyawan dan Masyarakat Lingkungan.
 Menghindari praktek yang melanggar etika bisnis seperti menghindari adanya
benturan kepentingan, penyelewengan, pernyataan palsu, pemberian suap dan
diskriminasi.
 Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan investasi atau
penanaman modal asing langsung (Foreign Direct Investment) dalam industri
infrastruktur

1. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai
Perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan prinsip transparansi adalah pengungkapan informasi oleh
Perusahaan dilakukan dengan:
a) Mematuhi Anggaran Dasar, peraturan perundang- undangan yang
berlaku, Peraturan Perusahaan dan prinsip-prinsip GCG.
b) Menyediakan informasi baik informasi yang wajib, sukarela tetapi menjadi
nilai tambah bagi Perusahaan dan tidak mengurangi kewajiban
Perusahaan untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan kepada Pemegang
Saham dan stakeholders secara akurat dan tepat waktu, serta mudah
diakses sesuai dengan batasan yang ditetapka Perusahaan.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
organ Perseroan maupun pegawai sehingga pengelolaan perusahaan dapat
dilaksanakan secara efektif. Pada prinsip ini, terdapat 3 (tiga) jenis tingkatan
akuntabilitas dalam setiap aktivitas Perseroan, yang meliputi:
a) Akuntabilitas Individual
Akuntabilitas individual merujuk kepada hubungan akuntabilitas dalam
konteks atasan bawahan. Akuntabilitas berlaku kepada para pihak, baik
yang mempunyai wewenang maupun yang mendapatkan penugasan dari
pemegang wewenang (pelimpahan tugas). Pemegang wewenang
bertanggungjawab untuk memberikan arahan, bimbingan dan
sumberdaya yang diperlukan serta membantu menghilangkan kendala
yang dapat mempengaruhi kinerja. Pelaksana tugas bertanggungjawab
terhadap penyelesaian hasil atau sasaran atas penugasan dan atau
pelimpahan kewenangan yang diperolehnya. Dalam konteks ini kedua
belah pihak mempunyai akuntabilitas masing- masing.
b) Akuntabilitas Unit Kerja/Tim
Akuntabilitas Unit Kerja/Tim merujuk kepada adanya akuntabilitas yang
ditanggung bersama oleh suatu Unit Kerja/Tim atas pencapaian/tidak
tercapainya tugas yang diterima. Dalam hal Unit Kerja/Tim
menyampaikan laporan, maka harus dibedakan antara akuntabilitas
individu dan Unit Kerja/Tim.
c) Akuntabilitas Korporasi
Akuntabilitas korporasi merujuk kepada akuntabilitas Perusahaan. Dalam
menjalankan peranan sebagai entitas usaha, PT
SUCOFINDO bertanggungjawab atas aktivitas bisnis yang dijalankannya.
Setiap Organ Perusahaan dapat dimintai akuntabilitas masing-masing
sesuai tugas dan tanggungjawabnya dengan mengacu kepada peraturan
perundang-undangan, kebijakan Perusahaan, peraturan-peraturan
Perusahaan dan ketentuan lainnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan prinsip Akuntabilitas
adalah:
1. Menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing Insan
perusahaan yang sejalan dengan visi dan misi Perusahaan termasuk
kebijakan yang mendukung pelaksanaan tugas dan kewajiban sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Melaksanakan tugas dan kewajiban untuk kepentingan Perusahaan baik
secara individu, unit kerja /tim dan korporasi. Mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas berdasarkan ukuran kinerja yang telah ditetapkan
Perusahaan dengan tepat waktu.

3. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban adalah kesesuaian pengelolaan Perusahaan terhadap
peraturan perundang- undangan yang berlaku termasuk peraturan dan kebijakan
Perusahaan, dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Pertanggungjawaban juga
diikuti dengan komitmen untuk menjalankan aktivitas bisnis sesuai dengan
standar etika (kode etik). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
prinsip pertanggungjawaban adalah menjadikan Perusahaan sebagai good
corporate citizen yang antara lain diwujudkan dengan:

1. Pemenuhan kewajiban terhadap Regulator, International Federation of


Inspection Agencies (IFIA) dan Pemegang Saham secara tepat waktu.
2. Pengelolaan lingkungan sesuai standar yang ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan; dan,
3. Perlindungan terhadap hak-hak stakeholders secara umum.
4. Kewajiban Perusahaan dalam memperhatikan kepentingan stakeholders
lainnya.

4. Kemandirian
Kemandirian adalah suatu keadaan dimana Perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan atau pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan prinsip kemandirian adalah:

1. Mengambil keputusan secara obyektif berdasarkan data dan informasi


yang dapat dipertanggungjawabkan serta bebas dari kepentingan
individu, kelompok maupun golongan tertentu.
2. Menghormati hak dan tanggung jawab masing-masing Organ Perusahaan
sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kemandirian menjadi penting agar masing-masing organ
Perusahaan dapat menjalankan tugas dengan sebaikbaiknya untuk
kepentingan Perusahaan dan dapat dimintai akuntabilitas atas
pelaksanaan tugas masing-masing.

5. Kewajaran
Kewajaran adalah keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian perundang-undangan,
kebijakan Perusahaan, peraturanperaturan Perusahaan dan ketentuan lainnya
serta prinsipprinsip korporasi yang sehat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan prinsip kewajaran adalah:

1. Memberikan informasi kepada Pemegang Saham sesuai dengan haknya


atau tanpa membedakan jumlah kepemilikan saham.
2. Memberikan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi kepada
stakeholders untuk menyampaikan masukan, pendapat bagi kepentingan
Perusahaan sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan Perusahaan.
3. Memberikan reward dan punishment sesuai dengan kebijakan yang
berlaku
3. Aset Tetap, Penurunan Nilai

Perusahaan Legenda telah melakukan peninjauan penurunan nilai sehubungan


dengan aset tetap yang diukur berdasarkan PSAK 16 Aset Tetap dengan model
revaluasi. Nilai tercatat aset adalah $1, 8 juta dan jumlah yang dimiliki dalam cadangan
revaluasi sehubungan dengan aset ini adalah CU180.000. Kerugian penurunan nilai
CU300.000 harus diakui.
Berikan analisis anda berdasar PSAK 16 Aset Tetap dan PSAK 48 Penurunan nilai aset:
a. Bagaimana seharusnya kerugian penurunan nilai diakui?
Jawaban
PSAK 48 Paragraf 60
Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laba rugi, kecuali aset disajikan pada
jumlah revaluasian sesuai dengan Pernyataan lain. Setiap rugi penurunan nilai aset
revaluasian diperlakukan sebagai penurunan revaluasi sesuai dengan Pernyataan
lain tersebut.
Jurnal
Kerugian atas penurunan nilai 300.000
Akumulasi Penyusutan 300.000

b. Apakah biaya penyusutan masa depan harus diukur dengan mengacu pada nilai
tercatat setelah dikurangi kerugian penurunan nilai.
Jawaban
Betul, karena pengakuan kerugian penurunan nilai telah mengurangi akumulasi
penyusutan yang diakui oleh perusahaan

4. PSAK 25

Draf laporan keuangan entitas untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 20X7
telah disiapkan. Penelaahan akhir atas draf tersebut mengungkapkan penilaian yang
berlebihan dari persediaan penutupan sebesar Rp200.000 pada tanggal 31 Desember
20X6. Investigasi lebih lanjut menunjukkan bahwa pada 31 Desember 20X5 terjadi
overvaluasi sebesar Rp120.000. Sesuai dengan PSAK 25 Kebijakan akuntansi,
perubahan estimasi dan kesalahan akuntansi, penyesuaian apa yang harus dilakukan
terhadap laba untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 20X6 yang disajikan
sebagai angka komparatif dalam laporan keuangan 20X7?

Jawaban

PSAK 25 Paragraf 5

Kesalahan periode sebelumnya adalah kelalaian untuk mencantumkan dan kesalahan


dalam mencatat, dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode
sebelumnya yang timbul dari kegagalan untuk menggunakan, atau kesalahan
penggunaan, lnformasi andal yang:
a) tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut;dan
b) secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kesalahan tersebut termasuk
dampak kesalahan perhitungan matematis, kesalahan penerapan kebijakan
akuntansi, kekeliruan atau kesalahan interpretasi fakta, dan kecurangan.

Paragraf 42
entitas mengoreksi kesalahan material periode sebelumnya secara retrospektif pada
laporan keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya kesalahan
dengan:
a) menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode sebelumnya yang
disajikan dimana kesalahan terjadi; atau
b) jika kesalahan terjadi sebelum periode sajian paling awal,maka menyajikan
kembali saldo awal aset, liabilitas,dan ekuitas untuk periode sajian paling awal
sebelumnya.
Sehingga entitas dapat menyajikan kembali angka laba-rugi tahun 20X6 sebagai angka
komparatif di LK 20X7, dengan mengurangi sebesar 200.000 dan overvaluasi 20X5
akan dijadikan beginning balance untuk 20X6

5. SEWA
Apa yang membedakan sewa pembiayaan dengan sewa operasi
Jawaban
Sewa operasi:
 Sewa Jangka Pendek
 Alat dapat digunakan oleh penyewa namun aset dimiliki oleh pihak yang
menyewakan.
 Tidak terjadi transfer ownership di akhir masa sewa.
 Pemeliharaan alat biasanya oleh yang menyewakan
 Penyajian dalam laporan keuangan
 Diakui dan disajikan sebagai beban sewa dalam laporan laba rugi
komprehensif.
 Tidak ada pencatatan aset, utang dan beban depresiasi (off balance sheet)
Sewa Pembiayaan:

 Merupakan bentuk pendanaan jangka panjang à pembelian secara angsuran


 Sewa pembiayaan “transfer risiko dan manfaat aset kepada pihak
leasse”kriteria umum sesuai dengan PSAK 30: sewa dan ISAK 8 Transaksi yang
Mengandung Sewa. (dalam PSAK 73 masih digunakan dari sisi Penyewa /
Lessor)
 Pencatatan aset dan amortisasi oleh lessee, Pencatatan utang dan beban
bunga atas kontrak pembayaran jangka panjang, Lessor tidak lagi mengakui
aset,Piutang dan pendapatan bunga akan diakui oleh Lessor

6. INSTRUMEN KEUANGAN
Bagaimana penyajian dan pengukuran instrument kewajiban atau instrument ekuitas
berdasar PSAK 50 dan 55 tentang instrument keuangan
Jawaban
Penyajian :
Penerbit instrumen keuangan pada saat pengakuan awal mengklasifikasikan
instrumen tersebut atau komponennya sebagai liabilitas keuangan, aset keuangan,
atau instrumen ekuitas sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi
liabilitas keuangan, aset keuangan,dan instrumen ekuitas.
Ketika menentukan apakah instrumen keuangan merupakan instrumen ekuitas, dan
bukan merupakan liabilitas keuangan, maka instrumen tersebut merupakan
instrumen ekuitas jika :
 instrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual
 jika instrumen tersebut akan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas.

Pengukuran
a) Instrumen keuangan diukur pada pengakuan awal sebesar nilai wajar
ditambah dengan biaya transaksi kecuali untuk instrumen yang diukur
dengan menggunakan nilai wajar.
b) Penghapusan (dererecognition) aset keuangan didasarkanatas kombinasi
“risk and reward” dan pendekatan pengendalian. Evaluasi atas risk and
reward diakukan sebelum evaluasi atas transfer pengendalian
c) Pengakuan gain/loss atas penghapusan (extinguishment) liabilitas keuangan
ketika utang baru diterbitkan memiliki persyaratan (term) yang berbeda
dengan utang lama.
d) Restrukturisasi utang yang menyebabkan modifikasi substansial term dapat
menghasilkan gain/loss pada saat penerbitan liabilitas baru.

Empat kategori aset keuangan:


1. Aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi;
2. Investasi dimiliki hingga jatuh tempo;
3. Pinjaman yang diberikan atau piutang; dan
4. Aset keuangan tersedia untuk dijual.

Dua kategori liabilitas keuangan


1. Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
2. Kewajiban lain
 Pengukuran aset keuangan dengan menggunakan nilai wajar dalam arti
luas
 Beberapa perbedaan dalam praktik dalam mengidentifikasi derivatif
majemuk

Anda mungkin juga menyukai