Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN LANSIA PADA KELUARGA IBU


TUKIRAH
DI PADUKUHAN TEGAL KALISORO RW 23
NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun oleh :
1. Aloyasia Akita Florenza
2. Cindy Nonia Widjiyono

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PANTI RAPIH


YOGYAKARTA
2020
STRATEGI ACUAN KUNJUNGAN RUMAH
PENGKAJIAN KELUARGA IBU TUKIRAH DENGAN LANSIA HIPERTENSI

Pertemuan :2
Tanggal :Rabu, 26 Februari 2020
I. Latar Belakang
a. Hasil pengkajian awal di dapatkan data keluarga Ibu Tukirah adalah
tipe kualarga extended, dengan tahap perkembangan lansia. Ibu Tukirah
mengalami hipertensi 5 tahun yang lalu, TD 170/ 100 mmHg, saat ini
sudah bisa melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri. Ibu Tukirah
mengatakan pusing- pusing dan tidak pernah meminum obat anti
hipertensi dengan teratur dan sudah tidak pernah kontrol secara runtin di
layanan kesehtan terdekat seperti dokter keluarga atau klinik paramedika.
Keluarga mengatkan Ibu Tukirah sering lupa dan pendengaran sudah
berkurang.
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
Data yang perlu dikaji lebih lanjut adalah pemeriksaan fisik pada
semua anggota kelurga dan data sekunder.
c. Masalah keperawatan
Belum ditemukan masalah keperawatan karena belum dilakukan
pengkajian secara komperhensif pada keluarga.
II. Renacana Keperawatan
a. Diagnosis Keperawatan
Belum ditemukan masalah keperawatan karena belum dilakukan
pengkajian secara komprehensif pada keluarga, sehingga belum dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan keluarga.
b. Tujuan umum
Belum dapat disusun karena diagnosis keperawatan belum ditegakkan
c. Tujuan Khusus
Belum dapat disusun karena tujuan umum belum ada.
III. Rencana kagiatan
a. Metode
Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah pemeriksaan fisik
dan studi dokumentasi terhadap masalah kesehatan keluarga Ibu Tukirah
b. Media dan alat
Media yang digunakan adalah format pengkajian keluarga, Nusing kits dan
timbangan berat badan yang di gunakan sebagai alat pemeriksaan fisik
keluarga. Alat tulis juga dibutuhkan sebagai alat bantu pendokumentasi
hasil pengkajian.
c. Waktu dan tempat
Pengkajian dilakukan pada hari Kamis, 27 Februari 2017, pukul 11.00
WIB di kediaman Ibu Tukirah, RT 04 dusun Umbulmartani. Pengkajian
dengan alokasi 45 menit.
d. Rencana Pelaksaan
No Kegiatan Waktu
1. Fase Orientasi 5 menit
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan pembimbing kepada kelurga Ibu
Tukirah
c. Melakukan evaluasi validasi
d. Membuat kontrak (35 menit, pemeriksaan fisik,
dan rumah keluarga Ibu Tukirah
e. Menyampaikan tujuan kegiatan
2. Fase kerja 35 menit
a. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga Ibu
Tukirah
b. Mengkaji keluarga Ibu Tukirah tentang data
sekunder terkait lansia risiko demensia.
c. Menanyakan respon klien pada setiap tahap
pengkajian
3. Fase Terminasi 5 menit
a. Menanayakan kepada keluarga perasaannya
tentang kegiatan yang dilakukan.
b. Menayakan ke keluarga tentang hal – hal yang
ingin diutarakan kembali
c. Mengidentifikasi/ menyimpulkan masalah
kesehatan hasil dari pengkajian yang telah
dilakukan
d. Membuat rencana tindak lanjut
e. Mengakhiri kontrak peretemuan hari ini dan
membuat kotrak untuk pertemuan selanjutnya
f. Mengucapkan salam
Kriteria Evaluasi
1. Kriteria struktur
- Tersedia ruangan yang nyaman, tenang dan terjaga Privacy klien
dalam melakukan pengkajian
- Tersedia peralatan yang diperlukan untuk pengkajian
- Perawat mampu menjaga kerahasian keluarga
2. Kriteria proses
- Keluarga kooperatif saat pelaksanaan pengkajian
- Proses pengkajian sesuai dengan waktu yang telah disepakati
anatara klien dan perawat
- Perawat menggali data dari pemeriksaan fisik data sekudner.
- Keluarga dapat mengikuti pengkajian dari awal sampai selesai
- Proses pengkajian berjalan secara sistematis sesuai rencana
3. Kriteria hasil
Diperoleh data :
- Pemeriksaan fisik sesuai syetem tubuh secara head to tor pada
keluarga Ibu Tukirah
- Data sekunder terkait masalah kesehatan pada keluarga Ibu
Tukirah

Disetujui Pembimbing Yogyakarta, 27 Februari 2020


Mahasiswa

(..........................................) (.............................................)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di
atas 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit
jantung, tetapi juga menderita penyakiy lain seperti penyakit syaraf, ginjal,
dan pembuluh darah, makn besar beresikonya.

Sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan sebagai


hipertensi. Tekanan darah diantara nomotensi dan hipertensi disebut
borderline hypertension (Garis Batas Hipertensi). Batas WHO tersebut
tidak membedakan usia dan jenis kelamin.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan


abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
lebih dari suatu periode (Udjianti,2010)

B. Etiologi
Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi, dan
peningkatan volume aliran darah. Hipertensi berdasarkan etiologinya
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1) Hipertensi esensial (hipertensi primer)

Didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui


penyebabnya (idiopatik). Faktor yang berkaittan dengan
berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut :

a) Genetik
b) Jenis kelamin dan usia : laki laki berusia 35 – 50 th dan wanita
pasca menopause beresiko tinggi mengalami hipertensi.

c) Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung


berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

d) Berat badan : obesitas (>25 % diatas BB ideal).

e) Gaya hidup : merokok dan konsumsi alcohol.

2) Hipertensi sekunder
Didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu
kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal dan
gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder
antara lain :

a) Penggunaan kontrasepsi oral

b) Coarctation aorta

c) Neurogenic (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris)

d) Kehamilan

e) Peningkatan volume intravascular

f) Luka bakar

g) Stress

C. Klasifikasi Hipertensi
1. Klasifikasi hepertensi pada klien berusia ≥ 18 th oleh The Joint
National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (1988)

Batasan Tekanan Darah (mmHg) Kategori


Diastolic
< 85 Tekanan darah normal
85 - 89 Tekanan darah normal – tinggi
90 - 104 Hipertensi ringan
105 - 114 Hipertensi sedang
≥ 115 Hipertensi berat
Sistolik, saat diastolic< 90 mmHg
< 140 Tekanan darah normal
140 - 159 Garis batas hipertensi sistolik
terisolasi
≥ 160 Hipertensi sistolik teerisolasi

2. Klasifikasi hipertensi berdasarkan level tekanan darah

Tekanan darah sistolik dan


diastolic blood pressure (SBP
dan DBP)
Normotensi < 140 SBP dan < 90 DBP
Hipertensi ringan 140 – 180 SBP atau 90 – 105
DBP
Subgroup : garis batas 140 – 160 SBP atau 90 – 105
DBP
Subgroup : garis batas 140 – 160 SBP dan < 90 DBP
Hipertensi sedangan dan berat >180 SBP atau >105 DBP
Hipertensi sistolik dan terisolasi >140 SBP dan <90 DBP

3. Hipertensi pada wanita hamil


Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat
kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan
atau lebuh setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita yang
sebelumnya normotensive, tekanan darah mencapai nilai 140/90
mmHg. Atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan
diastolik 15 mmHg di atas nilai normal (Jurnaidi, 2010)

Menurut teori kelainan vaskularisasi pertama. Pada kehamilan


normal, rahim dan plasma mendapat aliran darah dari cabang-cabang
arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus myometrium berupa arteri arkuatadan arteri arkuata
memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium
menjadi arteri basalis dan memberi cabang arteri spiralis.

Pada kehamilan normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam


lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenwrasi lapisan otot
tersebut, sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga
memasuki jaringan sekitar arteri spiralis sehingga jaringan matriks
menjadi gembur dan memudahkan lumen spiralis mengalami distensi
dan dilatasi.

Distensi dan vasolidasi lumen arteri arteri apiralis ini memberi


dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vascular, dan
peningkatan aliran darah pada utero plasenta. Akibatnya, aliran darah
ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga
dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.

Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel


trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami
vasokontriksi dan terjadi kegagalan “remodelling arteri spiralis”,
sehingga aliran darah utero plasenta menurun, dan terjadi hipoksia dan
iskemia plasenta.
D. Patofisologi

E. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1. Hitung darah lengkap meliputi pemeriksaan
haemoglobin,hematokrit untuk menilai fiskositas dan indicator
faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas,anemia

2. Kimia darah

a. BUN,kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan


perfusi atau faal renal

b. Serum glukosa: hiper glisemia(DM adalah presipitator


hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin

c. Kadar kolesterol atau trigliserida

d. Kadar serum aldosterone

e. Studi teroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang


berkontribusi terhadap fasokontriksi dan hipertensi

f. Asam urat: hiperurisemia merupakan implikasi faktor resiko


hipertens

3. Elektrolit

a. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan


adanya aldosteronisme atau efek samping diuretic)

b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap


hipertensi

4. Urine

a. Analisis urine adanya darah, protein,glukosa dalam urine


mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes

5. Radiologi

a. intra fenous pyelografi (IVP): mengidentifikasi penyebab


hipertensi seperti renal parencimal disease, urolitiasis,BPH
b. Ronsen thorak: menilai adanya klasifikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta,pembesaran jantung

6. EKG: menilai adanya hipertrofi miokard,pola strain,gangguan


konduksi atau distritmia

a. Penatalaksanaan Non Medis

a) Diet

Diet untuk Hipertensi membatasi konsumsi garam,


makanan asin, meningkatkan konsumsi sayuran dan buah
sebagai sumber utama kalium.

Selainn itu, untuk mencegah dan mengurangi hipertensi


yaitu mengurangi berat badan berlebih, membatasi asuoan
alcohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit
hamper tiap hari dalam satu minggu), mengurangi asupan
natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium
atau 6 gram natrium klorida), mempertahankan asupan
kalium yang adekuat dalam diet (kira-kira 90 mmol/hari),
mempertahankan intake kalsium dan magnesium yang
adekuat dalam diet untuk kesehatan secara umum, berhenti
merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dalam diet
dan kolesterol untuk kesehatan kardiovaskuler secara
keseluruhan.

b) Olahraga

Selain mengatur pola makanan atay diet, dianjurkan pula


untuk olahraga secara teratur dan mengontrol tekanan
darah, dan juga berhenti merokok untuk mencegah
kemungkinan komplikasi.

F. Komplikasi Hipertensi
a. Penyakit jantung dan pembuluh darah
Hipertensi merupakan penyebab paling umum dari hipertrofi ventrikel
kiri. Dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada penderita

hipertensi yaitu penyakit jantung koroner dan penyakit jantung


hipertensi.

b. Penyakit hipertensi serebrovaskular


Hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk timbulnya stroke
pendarahan atau ateroemboli. Pendarahan kecil atau penyumbatan dari
pembuluh-pembuluh kecil dapat menyebabkan infark pada daerah-
daerah kecil.

c. Ensefalopati

Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan


perubahan-perubahan neurologis mendadak atau sub akut yang timbul
akibat tekanan arteri yang meningkat, dan kembali normal apabila
tekanan dara

diturunkan. Sindroma ini dapat timbul pada setiap macam hipertensi,


tapi jarang pada aldosteronisme primer dan koarktasio aorta.

d. Kelainan pada mata

Hipertensi juga memiliki komplikasi pada mata yaitu:

1) Oklusi vena retina

Penyumbatan suplai darah dalam vena ke retina yang dapat terjadi


karena pengerasan pembuluh darah dalam mata.

2) Oklusi arteri retina

Penyumbatan suplai darah dalam arteri ke retina. Arteri retina dapat


tersumbat oleh gumpalan darah atau zat-zat (seperti lemak) yang
terjebak dalam arteri. Sumbatan ini dapat terjadi karena pengerasan
pembuluh darah di mata.

3) Makroaneurisma arteri retina


Makroaneurisma pada arteri retina yang merupakan gejala akibat
tekanan daerah di sekitarnya.

4) Iskemik neuropati optik anterior

Defisiensi aliran darah pada bagian saraf optik anterior sehingga


terjadi neuropati pada saraf tersebut.

5) Ocular motor nerve palsy

Kelumpuhan nervus okulomotor yang mengakibatkan gerakan bola


mata terganggu.

6) Retinopati hipertensi. (Kanski, 2003)

Retinopati hipertensi adalah suatu kondisi dengan karakteristik


perubahan vaskularisasi retina pada populasi yang menderita
hipertensi Hipertensi yang berlangsung lama pada penderita dapat
mempercepat timbulnya sklerosis pembuluh darah halus. Perubahan
dinding pembuluh darah halus retina yang mengeras disebut retinopati
hipertensi. (Mitchell, 2004, Hughes, 2007)

G. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Keluhan : Fatigue, lemah, dan sulit bernafas. Temuan fisik
meliputi peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia, dan
takipnea.

b. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit katup jantung,


penyakit jantung coroner atau stroke, episode palpitasi, serta
berkeringat banyak. Temuan fisik meliputi hal-hal berikut ini :

1) Tekanan darah tinggi

2) Nadi : meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi


radialis

3) Denyut apical bergeser dan/atau kuat.

4) Denyut jantung : takikardi, disripmia.


5) Perifer : suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian
kapiler lambat, sianosis.

c. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, rasa marah


kronis. Temuan fisik meliputi : kegelisahan, penyempitan
lapang perhatian, menarik napas panjang dan pola bicara cepat.

d. Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik


produksi urine kurang dari 50 ml/jam.

e. Riwayat mengkonsumsi tinggi lemak dan kolesterol, tinggi


garam dan tinggi kalori. Temuan fisik meliputi : edema,
kongestivena, distensi vena jugularis, dan glikosuria.

f. Neurosensori : melaporkan serangan pusing/pening, sakit


kepala berdenyut di suboksipital, episode mati rasa, atau
kelumpuhan salah satu sisi badan.

g. Melaporkan angina, nyeri intermitten pada-claudication


(indikasi arteriosclerosis pada ekstermitas bawah), sakit kepala
hebat di oxpital, nyeri atau teraba massa di abdomen
(theochromocytoma).

h. Respirasi : mengeluh sesak napas saat aktifitas, takpnea,


orthopnea, PND, batuk dengan atau tanpa sputum riwayat
merokok. Temuan fisik meliputi penggunaan otot bantu
pernapasan, terdengar suara napas tembahan (ronkhi, rales,
wheezing).

i. Melaporkan adanya gangguan koordinasi, paresthesia


unilateral transient episodic, penggunaan kontrasepsi oral.

2. Diagnose Keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan


dengan peningkatan afretload,faso kontriksi,iskema miokard,hiper
trofi
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum,ketidak
seimbangan anatara suplay dan kebutuhan oksigen

c. Perubahan kenyamanan (nyeri kepala akut) berhubungan dengan


peningkatan tekanan faskulat otak

d. Risiko tinggi terhadap injuria tau trauma fisik berhubungan dengan


pandangan kabur,rupture pembuluh darah otak,epistaksis

e. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kelebihan asupan makanan,gaya hidup,kebiasaan atau budaya

f. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi

3. Perencanaan keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan


dengan peningkatan afretload,faso kontriksi,iskema
miokard,hipertrofi.
TUJUAN : mempertahankan tekanan darah dalam rentang
individual yang dapat diterima irama jantung dan denyut
jantung dalam batas normal.

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor tekanan darah, ukur pada 1-3. Peningkatan tekanan darah
kedua ekstremitas baik lengan meningkatkan preload dan beban
maupun kaki pada awal evaluasi. kerja jantung. Terdengarnya crakles,
Gunakan ukuran manset dan cara di basal paru mengindikasikan
pengukuran yang tepat. kongesti pulmonal, akibat
peningkatan tekanan jantung sisi kiri.
2. Catat kualitas denyutan sentral dan
Terdengatnya Bunyi Jantung 3 atau
perifer.
Bunyi jantung 4 Gallop’s akibat dari
penurunan pengembangan ventrikel
3. Auskultasi suara napas dan bunyi
kiri
jantung.

4. Observasi warna kulit, kelembapan, 4-6. Lingkungan nyaman dan


suhu kulit, dan waktu pengisian pembatasan aktivitas menurunkan
kembali kapiler. konsumsi oksigen miokard.

5. Berikan lingkungan yang tenang


dan nyaman, batasi jumlah
pengunjung.

6. Pertahankan pembatasan aktivitas,


buat jadwal terapi yang tidak
mengganggu masa istirahat klien.

7. Bantu klien memenuhi perawatan 7-9. diet rendah garam dan


dirinya, sesuai kebutuhan. pembatasan cairan mencegah
peningkatan volume cairan
8. Berikan diet rendah garam dan
ekstraseluler yang dapat
pembatasan cairan
meningkatkan tekanan darah.

9. Nilai intake cairan dan produksi


urine per 24 jam (intake-output
cairan)

10. Kolaborasi pemberian terapi sesuai 10 .


indikasi :
a. Menurunkan volume cairan
a. Diuretic Thiazid ekstraseluler, mengurangi
(chlorothiazide, volume darah.
hydrochlorothiazide, b. Menghambat resorpsi
bendroflumethiazid). natrium, klorida dan air di
b. Diuretic loop (furosemide, renal dan membuang
ethacrynic acid, bumetadine). kelebihan cairan.
c. Potassium-sparing diuretic c. Penghambat kompetitif
(spironolactone, triamterene, aldosterone dan mencegah
amiloride). hypokalemia.
d. Penghambat simpatis atau β d. Menghambat system
blocker (propranolol, simpatis, menurunkan denyut
metoprolol, atenolol, nadolol, jantung dan tekanan darah.
methyldopa, reserpine, e. Vasodilatasi vaskuler perifer,
clonidine). menurunkan tahanan perifer.
e. Vasodilator (monoxidil, f. Mengurangi afterload
hydralazine, prazosin. miokard, vasodilatasi arteri
f. Calcium channel blocker coroner dan perifer serta
(nifedipine, verapamil). meningkatkan oksigenasi
g. Ganglion blocker ( guanetidine, miokard.
trimethaphan). g. Menurunkan denyut jantung
h. ACE inhibitor (captopril). dan vasodilatasi.
h. Menurunkan tahanan perifer.

11. Monitor efek samping pengobatab 11 . efek samping obat yang


antihipertensi. membahayakan harus dikaji
dan dilaporkan.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : Mampu beraktivitas tanpa keluhan yang berarti.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji respon klien terhadap 1. Tanda dan gejala tersebut
aktivitas dan catat : denyut nadi mengindikasikan penurunan curah
(denyut jantung aktivitas ≤ 20 jantung dan perfusi jaringan,
bpm dari denyut jantung istirahat) akibat peningkatan preload dan
: catat tekanan darah pasca- afterload ventrikel kiri.
aktivitas (sistolik meningkat 40
mmHg dan diatolik meningkat 20
mmHg) : keluhan sesak napas,
nyeri dada, keletihan yang sangat,
diaphoresis, pusing atau syncope.

2. Anjurkan klien menggunakan 2. Penghematan energy mengurangi


teknik penghematan tenaga saat konsumsi oksigen pada miokard
beraktivitas, seperti mandi,
menyisir rambut, atau menggosok
gigi dengan posisi duduk, dan
lain-lain. Bantu pemenuhan
aktivitas sehari-hari sesuai
kebutuhan. Anjurkan aktivitas
secara bertahap sesuai toleransi
klien

c. Perubahan kenyamanan (nyeri kepala akut) berhubungan dengan


peningkatan tekanan vascular otak.
d. Risiko tinggi terhadap injuri atau trauma fisik berhubungan dengan
pandangan kabur, rupture pembuluh darah otak, epistaksis.

Tujuan : mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan pembuluh darah otak

Intervensi Rasional
1. Pertahankan bed rest selama 1-4 bed rest adekuat dan tindakan
fase akut kenyamanan membantu merelaksasikan
otot dan menurunkan kecemasan
2. Berikan tindakan
kenyamanan untuk
mengurangi rasa sakit kepala
seperti masase punggung dan
leher, elevasi kepala,
kompres hangat di dahi atau
leher, teknik relaksasi,
meditasi imaginasi
terbimbing, distraksi, dan
aktivitas diversional.

3. Kurangi aktivitas yang


merangsang aktivitas
simpatis yang makin
memperberat sakit kepala
seperti batuk lama,
ketegangan saat defekasi.

4. Bantu klien saat ambulasi

5. Berikan tampon hidung dan


5. Menghentikan perdarahan, akibat
kompres dingin dengan es
pecahnya kapiler nasal
bila terjadi epitaksis

6. Kaji ulang visus klien, 6. Pandangan kabur dan penurunan


tanyakan keluhan terhadap visus adalah indicator kerusakan
pandangan kabur retina mata

7. Kolaborasi pemberian
pengobatan. 7. a. mengurangi nyeri kepala

a. Analgesic b. menurunkan kecemasan dan


b. Tranquilizer (diazepam) membantu tidur
c. Pemeriksaan fundus
c. menilai komplikasi hipertensi
mata (konsultasi dengan
pada mata (retina)
dokter ahli mata)

e. Perubahan nutrisi (lebih dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


kelebihan asupan makanan, gaya hidup, kebiasaan, atau budaya.
Tujuan : Berat badan dalam batas normal atau ideal, klien mampu
mengubah pola makan, gaya hidup, dan pola olahraga

Intervensi Rasional
1. Bantu klien memahami 1. Mal-diet menyebabkan
hubungan antara hipertensi dan obesitas, hipertensi, dan
obesitas. Diskusikan manfaat memicu serangan jantung
penurunan asupan kalori dan
pembatasan asupan garam,
lemak, serta gula atau kalori.

2. Pertimbangkan kemauan klien


untuk mengurangi berat badan

3. Review asupan kalori harian


dan pilihan diet

4. Perhitungan penurunan berat


badan realistis bersama klien,
misalnya o,5 kg per minggu. 2-5 pengaturan berat badan dapat
mencegah obesitas dan komplikasi
5. Anjurkan klien menghindari lainnya.
konsumsi makanan dengan
kadar lemak jenuh (butter,
keju, kuning telur, es krim,
daging) dan makanan yang
mengandung kolesterol
(daging berlemak, jerohan,
udang)
6. Anjurkan meningkatkan 6. Asam lemak tidak jenuh
konsumsi makanan yang membantu menurunkan kadar
mengandung asam lemak tak kolesterol darah
jenuh (apel, wortel, alpukat)

7. Kolaborasi untuk merujuk 7. Diet yang tepat dapat


klien ke ahli diet mencegah serangan ulang
hipertensi dan komplikasinya.

f. Kurang pengetahuan tentang menejemen penyakit hipertensi

Tujuan : Klien memahami proses penyakit dan penatalaksanaan, mampu


mengidentifikasi efek samping obat, komplikasi, serta mampu
mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal.

Intervensi Rasional
1. Kaji kesiapan klien dan 1-11. Pencegahan serangan ulang dan
keluarga untuk belajar komplikasi pasca-hipertensi lebih
bermakna melalui proses pengajaran
2. Diskusikan definisi batasan
klien dan keluarganya. Hipertensi
tekanan darah normal. Jelaskan
adalahsindrom penyakit yang dapat
hipertensi dan efeknya terhadap
dikelola dengan mengubah gaya
jantung, pembuluh darah, ginjal,
hidup melalui pengaturan diet
dan otak.
(mengurangi asupan natrium),
olahraga, mematuhi aturan terapi, dan
latihan relaksasi (manajemen stress)
3. Hindari mengatakan tekanan
darah “normal” tetapi gunakan
“terkontrol baik” saat
menggambarkan tekanan darah
klien dalam rentang yang
diharapkan.

4. Bantu klien dalam


mengidentifikasi factor resiko
kardiovaskuler yang dapat
diubah (obesitas: pola diet
tinggi lemak jenuh dan
kolestrol: merokok, asupan
alcohol, dan gaya hidup penuh
stress.

5. Pecahkan masalah bersama


bersama klien untuk
mengidentifikasi perubahan
gaya hidup tepat yang dapat
menurunkan factor-faktor
diatas.

6. Diskusikan pentingnya
pembatasan merokok dan bantu
klien memformulasi
pengurangan merokok.

7. Berikan penguatan tentang


pentingnya menaati pengobatan
dan follow up secara teratur.

8. Ajarkn klien cara self-


monitoring tekanan darah,
frekuensi nadi secara mandiri)

9. Bantu merumuskan jadwal


pengobatan atau follow up
10. Jelaskan alas an, dosis, efek
samping obat dan pentingnya
mengikuti aturan terapi seperti
berikut :

a. Diuretik ; diminum dengan


dosis harian atau dosis yang
lebih besar setiap pagi.
b. Antihipertensi : harus
diminum sesuai dosis dan
jadwal, jangan menambah
ataupun mengurangi dosis
obat dan jangan
menghentikan tanpa
konsultasi dengan dokter.
c. Mencatat perubahan berat
badan tiap hari
d. Batasi penggunaan alcohol
dan hindari konsumsi kafein
e. Meningkatkan asupan
makanan yang tinggi kalium
(pisang hijau kentang,
orange, air kelapa hijau) jika
menggunakan diuretic.

f. Identifikasi gejala dan tanda


yang memerlukan konsultasi
ke dokter (bengkak di kaki
atau perut, pusing hebat,
episode pingsan atau
terjatuh, kram otot, mual,
muntah, denyut nadi tidak
teratur, takikardia, atau
berdebar-debar)
g. Bergerak atau ganti posisi
secara perlahan atau tidak
mendadak, tidur dengan
posisi kepala lebih tinggi.
h. Hindari berdiri lama dan
lakukan latihan
menggerakkan kaki saat
berbaring.

11. Jelaskan alasan diet yang


ditentukan dan bantu klien
mengidentifikasi sumber
makanan tinggi garam dan
mengurangi konsumsinya
(snack bergaram dan bahan
olahan yang memakai keju atau
daging, saus, soda, backing
powder). Tekankan pentingnya
membaca label pada makanan.

Anda mungkin juga menyukai