DISUSUN OLEH:
IGD
A. Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar
orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penderita hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan
pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan
setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Ronde keperawatan adalah suatu bagian kegiatan asuhan keperawatan dengan membahas
kasus tertentu dengan harapan adanya transfer pengetahuan dan aplikasi pengetahuan
secara teoritis ke dalam praktek keperawatan secara langsung yang dilakukan oleh perawat
konselor, kepala ruangan, kadep keperawatan dengan melibatkan seluruh tim keperawatan.
Karakteristik dari ronde keperawatan meliputi: pasien dilibatkan secara langsung, pasien
merupakan fokus kegiatan, perawat yang terlibat melakukan diskusi, konselor memfasilitasi
kreatifitas dan membantu mengembangkan kemampuan perawat dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan tim mampu memberikan
asuhan keperawatan yang berfokus dalam mengatasi masalah pasien.
2. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis dalam melakukan proses
keperawatan.
2. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan pengkajian dan validasi data yang
berorientasi pada masalah.
3. Meningkatkan kemampuan perawat menentukan prioritas diagnosa keperawatan.
4. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan
sesuai dengan masalah.
5. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan masalah.
6. Mendiskusikan evaluasi asuhan keperawatan sesuai prioritas yang bersandar pada
ilmiah.
C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Peningkatan kemampuan perawat
b. Terciptanya citra keperawatan yang profesional
2. Bagi pasien
a. Pemenuhan kebutuhan pasien
b. Masalah pasien dapat teratasi
BAB II
PERENCANAAN
A. TUJUAN UMUM
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan tim mampu memberikan asuhan
keperawatan yang berfokus dalam mengatasi masalah pasien.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis dalam melakukan proses
keperawatan.
2. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan pengkajian dan validasi data yang
berorientasi pada masalah.
3. Meningkatkan kemampuan perawat menentukan prioritas diagnosa keperawatan.
4. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan
sesuai dengan masalah.
5. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan masalah.
6. Mendiskusikan evaluasi asuhan keperawatan sesuai prioritas yang bersandar pada
ilmiah.
B. SASARAN
Tn D (219243) usia 44 Tahun dengan Hipertensi Emergency, febris Ec Dengue Fever,
Diabetes Melitus, Isufisiency Renal.
C. MATERI
a. Landasan teori: Hipertensi
b. Asuhan keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Hipertensi
4. METODE
a. Diskusi
5. MEDIA
Google Meet
6. PROSES RONDE
No Tahap Waktu Penanggung Jawab
1 Pra Ronde: 15 Maret 2021 Sri Mumpuni
a. Menentukan kasus dan topik Reska Noviar Widitiya
b. Menentukan tim ronde
c. Informed consent
d. Membuat pre-planning
e. Diskusi
f. Mencari sumber literatur
2 Ronde: 19 Maret 2021 Seluruh anggota
a. Penyampaian masalah
b. Diskusi
c. Validasi data ke pasien dan keluarga
3 Post Ronde : 19 Maret 2021 Seluruh anggota
a. Evaluasi pelaksanaan ronde
b. Revisi dan perbaikan
A. PENGERTIAN
Hipertensi juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi adalah kondisi dari yang dapat
menyebabkan banyak masalah kesehatan. Termasuk penyakit jantung coroner , stroke,
gagal ginjal, dan gagal jantung. Ada tiga jenis hipertensi yang umum terjadi. Hipertensi
esenssial terjadi ketika hipertensi terjdi karena tidak diketahuinnya penyebabnya ketika
hipertensi disebabkan oleh penyakit lain, maka disebut hipertensi sekunder. Ketika
jumlah tekanan darah sistolik (angka yang atas tinggi), hal itu disebut hipertensi
sistolik yang umumnya terjadi pada orang dewasa dan lanjut usia (Puspitarini,2014).
B. KLASIFIKASI
Tipe hipertensi dibagi menjadi 3 , yaitu:
1) Hipertensi diastolik (diastolic hypetension) yaitu peningkatan tekanan darahdiastolik
tanpa diikuti peningkatan tekanan darah sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak
dan dewasa.
2) Hipertensi campuran (sistolik dan diastolic meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah
lpada sistolik dan diastolik.
3) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan darah
sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan darah diastolik, umumnya ditemukan pada
usia lanjut (Phibbs,2010).
c. Umur
Tabel 2.3
Frekuensi Hipertensi Menurut Golongan Usia
No. Golongan Usia (Tahun) Prevalensi (%)
1 20-29 6.10
2 30-39 6.70
3 40-49 10.10
4 50-59 10.20
5 Diatas 60 13.00
(Agoes Azwar,2010)
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mungkin berhubungan dengan tekanan darah
tinggi diantaranya adalah iklim dingin, perbedaan suhu antara musim
dingin dan musim panas, dan rendahnya status sosiol ekonomi serta
tingkat pendidikan. Yang harus diwaspadai adalah kehamilan pada usia
lanjut (35 tahun atau lebih) dan konsumsi licorice (glycyrrhizinical)
dalam jumlah banyak juga bisa menyebabkan tekanan darah tinggi
sementara.
e. Kurang olahraga
Olahraga isotonik seperti bersepeda, jogging dan aerobic yang teratur
dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan
darah.Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung
mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah
obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan
keluar dari tubuh bersama keringat.
g. Stress
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stres dapat
berhubungan dengan pekerjaan,kelas sosial,ekonomi dan karakteristik
personal.
E. MANIFESTASI KLINIS
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, atau migren
sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi.Kadang-kadang hipertensi
essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi
pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.(Dalimartha,2014).
Bila tekanan darah tidak terkontrol dan menjadi sangat tinggi (keadaan ini disebut
hipertensi berat atau hipertensi maligna,mungkin akan timbul gejala seperti
pusing,pandangan kabur, sakit kepala, kebingungan, mengantuk, sulit bernafas. Jika
tidak merasakan satu pun gejala tekanan darah tinggi tidak berarti tekanan darah
tinggi tidak merusak sistem sirkulasi (Anna & Bryan, 2007).
F. KOMPLIKASI
Seperti penyakit kronis lainnya, pada hipetensi pun berbagai penyakit dapat
menyertai (penyakit penyerta) dan timbul bersamaan sehingga berpotensi
memperburuk kerusakan organ.
Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain yang timbul kemudian.
Beberapa penyakit yang timbul berbagai akibat hipertensi di antaranya sebagai
berikut (Kowlsky, 2010).
2. Stroke
Peningkatan tekanan darah 120/110 mmHg meningkatkan resiko CVD
sebanyak dua kali.CVD yang dimaksud dalah penyakit iskemi dan
stroke.Angka kematian akibat stroke pararel dengan prevalensi hipertensi.
Diantara individu usia pertengahan nilai tekanan darah diastolik 5 mmHg
lebih rendah menurunkan resiko stroke sebanyak 35-40%. Studi observasional
yang melibatkan >1 juta orang menunjukan bahwa kematian karena HHD dan
stroke meningkat progresif dan berbanding lurus dengan tekanan darah
minimal 150/75 mmHg. Peningktan resiko ada pada semua kelompok usia 40-
89 tahun. Framingham Heart Study melaporkan bahwa tekanan darah 130-
139/85-89 mmHg berkaitan dengan peningkatan resiko CVD > 2x
dibandingkan dengan tekanan darah <120/80.Semakin tinggi tekanan darah
kesempatan untuk serangan jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal
kronis semakin besar.
3. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan
meregang sehingga daya pompa oto menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi
kegagalan kerja jantung secara umum.Tanda-tanda adanya komplikasi yaitu
sesak nafas,nafas putus-putus (pendek) dan terjadi pembengkakan pada
tungkai bawah serta kaki.
4. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapakan bahwa hipertensi menjadi
penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis
kerusakan yang ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh drah dn rusaknya
dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya, seseorang bisa mengalami stroke
dan kematian.
5. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.Ada dua jenis kelainan ginjal akibart hipertensi, yaitu nefrosklerosis
benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada
hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi
plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu menyebakan
permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang.Adapun nefrosklerosis
maligna merupakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan
diastolic diatas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Lucky (2010) Secara garis besar pengobatan hipertensi dibagi menjadi
dua, yaitu pengobatan non-obat (non-farmakologi) dan pengobatan obat medis
(farmakologi).
1. Pengobatan non-farmakologis (non-obat)
Dahulu banyak orang kurang antusias melakukan penyelidikan tentang pengobatan
non-farmakologis pada hipertensi essensial.Cara itu dianggap kurang efektif dan
sangat sulit dilaksanakan.Akan tetapi, mengingat bahwa hipertensi ringan
mencangkup sebagian besar kasus dan adanya efek sampng akibat pengobatan
yang dilakukan dalam jangka panjang, mendorong para ahli menyelidiki kelebihan
pengobatan non- farmakologis.
Pengobatan cara itu terbukti mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan
farmakologis tidak lagi diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Selain itu,
saat obat anti-hipertensi diperlukan, pengobatan non-farmakologis dapat
digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih
baik.
Pengobatan non-farmakologis diantaranya dengan melakukan hal-hal berikut:
a. Mengatasi obesitas atau menurunkan kelebihan berat badan.
b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Cara pengobatan ini akan lebih
baik jika digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
c. Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi, seperti meditasi, yoga atau
hypnosis dapat dilakukan untuk mengontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olahraga, seperti aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol yang berlebihan.
b. Penghambat Adregenik
Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-
blocker labetalol, yang menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf akan
memberikan respon terhadap stres dengan cara meningkatkan tekanan darah.
c. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor)
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif
diberikan kepada orang kulit putih, usia muda, penderita gagal jantung, penderita
dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun
atau penyakit ginjal diabetik.
d. Angiotensin –II-blocker
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu meknisme yang mirip dengan
ACE-inhibitor.
e. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme
yang benar-benar berbeda. Efektif diberikan pada orang kulit hitam, lanjut usia,
penderita angina pectoris (nyeri dada), denyut jantung yang cepat, sakit kepala migren.
f. Vasodilator
Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.Obat dari golongan
ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi.
a. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit
cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda: Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda.
3. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda: Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak,
otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada
masa yang lalu).
5. Makanan/cairan:
Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riwayat
penggunaan diuretik
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori:
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses pikir,
penurunan keuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyaman:
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
8. Pernafasan:
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan
(krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan:
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
b. DiagnosisKeperawatan
1) Penurunan curah jantung
2) Nyeri akut
3) Perfusi perifer tidak efektif
4) Intoleransi aktifitas
5) Hipervolemia
6) Gangguan pola tidur
7) Resiko cedera
c. Intervesi Keperawatan
1. Intervensi Keperawatan
a. Penurunan curah jantung
Tindakan: Perawatan jantung
Observasi
• Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung(meliputi
dyspnea,kelelahan,edema,otopnea,paroxysmal nocturnal dyspnea,peningkatan
CVP)
• Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan curah jantung(meliputi
peningkatan BB,hepatomegaly,distensi vena jugularis,palpitasi,ronchi
basa,oliguria,batuk,kulit pucat)
• Monitor tekanan darah(termasuk tekanan darah ortostatik jika perlu)
• Monitor intake dan out put cairan.
• Monitor BB setiap hari dan pada waktu yang sama
• Monitor saturasi oksigen
• Monitor keluhan nyeri dada(misalnya
intensitas,lokasi,radiasi,durasi,presivitasi yang mengurangi nyeri)
• Monitor EKG 12 sadapan
• Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
• Monitor nilai laboratorium jantung (misalnya elektrolit,enzim
jantung,BNP,NT pro-BNP)
• Monitor fungsi alat pacu jantung
• Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
• Periksa tekanan darah dn frekuensi nadi sebelum pemberian obat(mis : beta
blocker, ACE inhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
Terapeutik
• Posisikan pasien dengan posisi semifowler atau fowler dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
• Berikan diet jantung yang sesuai
• Gunakan stocking elastis atau pneumatic intermiten
• Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
• Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
• Beri dukungan emosional dan spiritual
• Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94 %
Edukasi
• Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
• Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
• Anjurkan berhenti merokok
• Ajarkan pasien dan keluarga mengukur BB harian
• Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan out put cairan harian
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian antiaritmia,jika perlu
• Rujuk ke program rehabilitasi jantung
b. Nyeri akut
Intervensi utama: Manajemen nyeri
Observasi:
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap kualitas hidupmonio keberhasilan
terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik:
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbibing, kompres hangat/dingin)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi:
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jlaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
c. Perfusi perifer tidak efektif
Tindakan: Perawatan Sirkulasi
Observasi
Periksa sirkuler perifer (nadi, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
ankle brachial index)
Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (hipertensi)
Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
Edukasi
d. Intoleransi aktifitas
Tindakan: Manajemen Energi
Observasi
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
e. Hipervolemia
Tindakan: Manajemen hypervolemia
Observasi
Periksa tanda dan gejala hypervolemia (edema)
Identifikasi penyebab hipevolemia
Monitor status hemodinamik (Frekuensi jantung, tekanan darah)
Monitor intake dan output cairan
Monitor tanda hemokonsentrasi
Monitor kecepatan infus secara ketat
Monitor efek samping diuretic (hipotensi, hipovolemia, hipolakemia,
hiponatremia)
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
g. Resiko cedera
Tindakan: Manajemen keselamatan lingkungan
Observasi
Identifikasi kebutuhan keselamatan (funsi kognitif dan riwayat perilaku)
Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik
Daftar Pustaka
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku PatofisiologI. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Balitbangkes-Depkes RI
Hananta Yuda, I Putu. 2011. Deteksi Dini dan Pencegahan 7 Penyakit Penyebab Mati Muda.
Yogyakarta: Media Pressindo
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
International Society of Hypertension (ISH), 2003.Statement on Management of
Hypertension. UK: Journal of Hypertension. Lippincot Williamns and Wilkins.
Jaya, Muhammad. 2009. Pembunuh Bahaya itu Bernama Rokok. Yogyakarta: Perpustakaan
Nasional.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Sheps, Sheldon G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta:
PT Intisari Mediatama
Susilo, Yekti dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: ANDI
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI. Jakarta: Balai Pustaka