Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. D USIA 44 TAHUN DENGAN


HIPERTENSI EMEGENCY, FEBRIS EC DENGUE FEVER,
DIABETES MELITUS, INSUFISIENSI RENAL
DI INSTALASI GAWAT DARURAT

DISUSUN OLEH:
IGD

INSTALASI GAWAT DARURAT


RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA CIBUBUR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah keadaan ketika seorang mengalami peningkatan tekanan darah di


atas normal atau kronis dalam waktu yang lama.Hipertensi merupakan kelainan yang
sulit di ketahui oleh tubuh kita. Satu satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah
dengan mengukur tekanan darah kita secarah teratur (Sylvia, 2017). Hipertensi juga
dikenal sebagai tekanan darah tinggi adalah kondisi dari yang dapat menyebabkan
banyak masalah kesehatan.Termasuk penyakit jantung coroner, stroke, gagal ginjal, dan
gagal jantung.Ada tiga jenis hipertensi yang umum terjadi. Hipertensi esenssial terjadi
ketika hipertensi terjdi karena tidak diketahuinnya penyebabnya ketika hipertensi
disebebkan oleh penyakit lain, maka disebut hipertensi sekunder. Ketika jumlah
tekanan darah sistolik (angka yang atas tinggi), hal itu disebut hipertensi sistolik yang
umumnya terjadi pada orang dewasa dan lanjut usia (Puspitarini,2014).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar
orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penderita hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan
pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan
setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.

Riskesdas (2018) menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada


penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%),
sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di
Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat
hipertensi sebesar 427.218 kematian.
Faktor pemicu hipertensi digolongkan kedalam dua golongan yaitu hipertensi esensial atau
hipertensi yang 90% tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder (5-10%) yang
penyebabnya diketahui. Faktor pemicu hipertensi essensial disebabkan beberapa gangguan
fungsiperdarahan, gangguan organ jantung. Pada tipe sekunder sebagai akibat terganggunya
beberapa fungsi organ lainnya seperti gangguan fungsi ginjal, kencing manis, rasa khawatir,
cemas atau ketegangan yang berlebihan. Dampak yang akan timbul karena
hipertensi.Koamplikasi dari hipertensi adalah Penyakit jantung coroner, Stroke, Gagal
jantung, Kerusakan pembuluh darah otak, Gagal ginjal.(Yunita,2014)

Ronde keperawatan adalah suatu bagian kegiatan asuhan keperawatan dengan membahas
kasus tertentu dengan harapan adanya transfer pengetahuan dan aplikasi pengetahuan
secara teoritis ke dalam praktek keperawatan secara langsung yang dilakukan oleh perawat
konselor, kepala ruangan, kadep keperawatan dengan melibatkan seluruh tim keperawatan.
Karakteristik dari ronde keperawatan meliputi: pasien dilibatkan secara langsung, pasien
merupakan fokus kegiatan, perawat yang terlibat melakukan diskusi, konselor memfasilitasi
kreatifitas dan membantu mengembangkan kemampuan perawat dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan tim mampu memberikan
asuhan keperawatan yang berfokus dalam mengatasi masalah pasien.

2. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis dalam melakukan proses
keperawatan.
2. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan pengkajian dan validasi data yang
berorientasi pada masalah.
3. Meningkatkan kemampuan perawat menentukan prioritas diagnosa keperawatan.
4. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan
sesuai dengan masalah.
5. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan masalah.
6. Mendiskusikan evaluasi asuhan keperawatan sesuai prioritas yang bersandar pada
ilmiah.

C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Peningkatan kemampuan perawat
b. Terciptanya citra keperawatan yang profesional

2. Bagi pasien
a. Pemenuhan kebutuhan pasien
b. Masalah pasien dapat teratasi
BAB II
PERENCANAAN

Topik : Asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi Emergency, febris Ec


Dengue Fever, Diabetes Melitus, Isufisiency Renal
Sasaran : Tn. D
Waktu : 10.00 - selesai
Hari / Tanggal : 19 Maret 2021

A. TUJUAN UMUM
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan tim mampu memberikan asuhan
keperawatan yang berfokus dalam mengatasi masalah pasien.

b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis dalam melakukan proses
keperawatan.
2. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan pengkajian dan validasi data yang
berorientasi pada masalah.
3. Meningkatkan kemampuan perawat menentukan prioritas diagnosa keperawatan.
4. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan
sesuai dengan masalah.
5. Meningkatkan kemampuan perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan masalah.
6. Mendiskusikan evaluasi asuhan keperawatan sesuai prioritas yang bersandar pada
ilmiah.
B. SASARAN
Tn D (219243) usia 44 Tahun dengan Hipertensi Emergency, febris Ec Dengue Fever,
Diabetes Melitus, Isufisiency Renal.

C. MATERI
a. Landasan teori: Hipertensi
b. Asuhan keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Hipertensi
4. METODE
a. Diskusi
5. MEDIA
Google Meet
6. PROSES RONDE
No Tahap Waktu Penanggung Jawab
1 Pra Ronde: 15 Maret 2021 Sri Mumpuni
a. Menentukan kasus dan topik Reska Noviar Widitiya
b. Menentukan tim ronde
c. Informed consent
d. Membuat pre-planning
e. Diskusi
f. Mencari sumber literatur
2 Ronde: 19 Maret 2021 Seluruh anggota
a. Penyampaian masalah
b. Diskusi
c. Validasi data ke pasien dan keluarga
3 Post Ronde : 19 Maret 2021 Seluruh anggota
a. Evaluasi pelaksanaan ronde
b. Revisi dan perbaikan

Cibubur, 19 Maret 2021


Mengetahui,
Kepala Bagian Ka. Sub Mutu

(Ns. Sri Mumpuni S.Kep) (Ns Desi Megasari S. Kep)


Lampiran 1
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN

Definisi atau pengertian hipertensi menurut WHO mengemukakan bahwa hipertensi


terjadi apabila keadaan seseorang mempunyai tekanan sistolik sama dengan atau lebih
tinggi dari 160 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau lebih tinggi dari 90
mmHg secara konsisten dalam beberapa waktu. Menurut JNC-7 hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah suatu kondisi ketika tekanan darah meningkat 140/90 mmHg atau
lebih (Susalit,2010). Hipertensi dibedakan menurut usia dan jenis kelamin yaitu pria
yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring
130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi
jika tekanan darahnya 145/90 mmHg atau lebih, 140/90 mmHg). Tekanan darah tinggi
terjadi bila darah memberikan gaya yang lebih tinggi dibandingkan kondisi normal
secara persisten pada sistem sirkulasi.

Hipertensi juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi adalah kondisi dari yang dapat
menyebabkan banyak masalah kesehatan. Termasuk penyakit jantung coroner , stroke,
gagal ginjal, dan gagal jantung. Ada tiga jenis hipertensi yang umum terjadi. Hipertensi
esenssial terjadi ketika hipertensi terjdi karena tidak diketahuinnya penyebabnya ketika
hipertensi disebabkan oleh penyakit lain, maka disebut hipertensi sekunder. Ketika
jumlah tekanan darah sistolik (angka yang atas tinggi), hal itu disebut hipertensi
sistolik yang umumnya terjadi pada orang dewasa dan lanjut usia (Puspitarini,2014).
B. KLASIFIKASI
Tipe hipertensi dibagi menjadi 3 , yaitu:
1) Hipertensi diastolik (diastolic hypetension) yaitu peningkatan tekanan darahdiastolik
tanpa diikuti peningkatan tekanan darah sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak
dan dewasa.
2) Hipertensi campuran (sistolik dan diastolic meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah
lpada sistolik dan diastolik.
3) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan darah
sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan darah diastolik, umumnya ditemukan pada
usia lanjut (Phibbs,2010).

C. KATEGORI TEKANAN DARAH PADA ORANG DEWASA DIATAS USIA 18


TAHUN
Penggolongan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa >18 Tahun

Ketegori Sistolik (mmHg) Diastolic


(mmHg)

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109

Stadium 3 (berat) 180-120 110-119

Stadium 4 (sangat berat) >210 >210

(Joint National Commite On Detection, Evaluation Dan Treatment Of High


Blood Pressure (JNC VII) dalam Muhamad,2012).
D. FAKTOR RISIKO
Seseorang yang menderita hipertensi akan memiliki penderitaan yang lebih berat lagi
jika semakin banyak faktor resiko yang meyertai. Hampir 90% penderita hipertensi
tidak diketahui penyebabnya dengan pasti.Para ahli membagi dua kelompok faktor
resiko pemicu timbulnya hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol atau faktor
yang dapat dikontrol.
1. Faktor yang tidak dapat dikontrol
Beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain sebagai berikut :
a. Keturunan
Sekitar 70-80% penderita hipertensi esensil ditemukan riwayat
hipertensi didalam keluarga.Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada
kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar.Hipertensi
juga banyak ditemukan pada penderita kanker monozigot (satu telur)
Apabila salah satunya menderita hipertensi.Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetic mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi.
b. Jenis kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki dari pada perempuan,
hal itu kemungkinan karena laki-laki banyak memiliki faktor pendorong
terjadinya hipertensi, seperti stress, kelelahan, dan makan tidak
terkontrol.Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan resiko terjadi
setelah masa menopause (sekitar 45 tahun).

c. Umur
Tabel 2.3
Frekuensi Hipertensi Menurut Golongan Usia
No. Golongan Usia (Tahun) Prevalensi (%)

1 20-29 6.10

2 30-39 6.70

3 40-49 10.10
4 50-59 10.20

5 Diatas 60 13.00

(Agoes Azwar,2010)

Setelah usia diatas 30 tahun terjadi perubahan struktural dan


fungsional pada sistem pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Dinding
arteri akan mengalami perubahan oleh Karena adanya penumpukan zat
kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur
menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena
kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan usia
sampai decade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat
sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung
menurun.
Semakin tinggi umur seseorang akan tinggi tekanan darahnya, pada
umumnya menyerang laki-laki usia 30-60 tahun sedangkan wanita setelah
60 tahun hal ini disebabkan perubahan hormone sesudah menopause.
Mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah
produk samping dari kehausan arteriosclerosis dari arteri- arteri utama,
terutama aorta dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan
mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta
itu kehilangan daya penyeseuaian diri (Hanns Peter,2011).

2. Faktor Penyebab Hipertensi


Menurut Notoatmodjo (2010) penyebab hipertensi sebagai berikut:
a. Kegemukan atau obesitas
Obesitas adalah faktor gaya hidup nomor satu yang berhubungan dengan
tekanan darah tinggi, seperti juga dengan banyak penyakit modern
lainnya. Penelitian telah menunjukan bahwa tekanan darah secara
langsung berbanding lurus dengn kenaikan berat badan.Bahkan
berkurangnya beberapa kilogram terbukti membuat perbedaan yang
signifikan dalam menurunkan tekanan darah.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi


hipertensi.Telah dibuktikan pula bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat
dengan terjadinya hipertensi di kemudian hari.Walaupun belum dapat
dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi essensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal.

b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mungkin berhubungan dengan tekanan darah
tinggi diantaranya adalah iklim dingin, perbedaan suhu antara musim
dingin dan musim panas, dan rendahnya status sosiol ekonomi serta
tingkat pendidikan. Yang harus diwaspadai adalah kehamilan pada usia
lanjut (35 tahun atau lebih) dan konsumsi licorice (glycyrrhizinical)
dalam jumlah banyak juga bisa menyebabkan tekanan darah tinggi
sementara.

c. Faktor Tingkat Pendidikan


tingkat pendidikan seseorang mempengruhi kemampuan seseorang dalam
menerima informasi dan mengolahnya sebelum menjadi perilaku yang
baik atau buruk sehingga berdampak terhadap status kesehatannnya, hal
ini diperkuat dengan penelitian Cekti,(2010) mengatakan bahwa
pengetahuan individu mempengaruhi kesadaran terhadap perilaku
pencegahan hipertensi,dengan kata lain semakin tinggi pengetahuan
individu terhadap perilaku pencegahan hipertensi,faktor pemicu,tanda
gejala dan tekanan darah normal dan tidak normal maka individu akan
cenderung menghindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya
hipertensi,seperti perilaku merokok,minum kopi dan obesitas.

d. Konsumsi garam berlebih


Garam mempunyai sifat menahan air, konsumsi garam yang berlebihan
dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah. Sebaiknya hindari
pemakaian garam yang berlebihan atau makanan yang diasinkan. Hal itu
tidak berarti meningkatkan pemakaian garam sama sekali dalam
makanan. Namun, sebaiknya penggunaan garam dibatasi seperlunya saja.

e. Kurang olahraga
Olahraga isotonik seperti bersepeda, jogging dan aerobic yang teratur
dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan
darah.Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung
mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah
obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan
keluar dari tubuh bersama keringat.

f. Merokok dan konsumsi alcohol


Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang
di hisap seseorang.Hasil penelitian menunjukan bahwa nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain
itu ,nikotin jug dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding
pembuluh darah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat untuk
memompa darah melalui pembuluh tersebut dan karbon monoksida dari
rokok menurunkan jumlah oksigen. Merokok secara teratur bis membuat
tekanan darah tetap tinggi. Lambat laun, penurunan kadaroksigen
meningkatkan pembekuan darah dan pembentukan plak Efek dari
konsumsi alcohol juga merangsang hipertensi karena adanya peningkatan
sintesis kethokolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan
tekanan darah.

g. Stress
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stres dapat
berhubungan dengan pekerjaan,kelas sosial,ekonomi dan karakteristik
personal.

E. MANIFESTASI KLINIS
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, atau migren
sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi.Kadang-kadang hipertensi
essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi
pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.(Dalimartha,2014).

Bila tekanan darah tidak terkontrol dan menjadi sangat tinggi (keadaan ini disebut
hipertensi berat atau hipertensi maligna,mungkin akan timbul gejala seperti
pusing,pandangan kabur, sakit kepala, kebingungan, mengantuk, sulit bernafas. Jika
tidak merasakan satu pun gejala tekanan darah tinggi tidak berarti tekanan darah
tinggi tidak merusak sistem sirkulasi (Anna & Bryan, 2007).

F. KOMPLIKASI
Seperti penyakit kronis lainnya, pada hipetensi pun berbagai penyakit dapat
menyertai (penyakit penyerta) dan timbul bersamaan sehingga berpotensi
memperburuk kerusakan organ.
Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain yang timbul kemudian.
Beberapa penyakit yang timbul berbagai akibat hipertensi di antaranya sebagai
berikut (Kowlsky, 2010).

1. Penyakit Jantung Coroner


Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya
pengapuran pada dinding pembuluh drah jantung.Penyempitan lubang
pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada
beberapa bagian otot jantung.Hal ini menyebabkan rasa nyeri didada dan dapat
berakibat gangguan pada otot jantung.Bahkandapat menyebabkan timbulnya
serangan jantung.

2. Stroke
Peningkatan tekanan darah 120/110 mmHg meningkatkan resiko CVD
sebanyak dua kali.CVD yang dimaksud dalah penyakit iskemi dan
stroke.Angka kematian akibat stroke pararel dengan prevalensi hipertensi.
Diantara individu usia pertengahan nilai tekanan darah diastolik 5 mmHg
lebih rendah menurunkan resiko stroke sebanyak 35-40%. Studi observasional
yang melibatkan >1 juta orang menunjukan bahwa kematian karena HHD dan
stroke meningkat progresif dan berbanding lurus dengan tekanan darah
minimal 150/75 mmHg. Peningktan resiko ada pada semua kelompok usia 40-
89 tahun. Framingham Heart Study melaporkan bahwa tekanan darah 130-
139/85-89 mmHg berkaitan dengan peningkatan resiko CVD > 2x
dibandingkan dengan tekanan darah <120/80.Semakin tinggi tekanan darah
kesempatan untuk serangan jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal
kronis semakin besar.

3. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan
meregang sehingga daya pompa oto menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi
kegagalan kerja jantung secara umum.Tanda-tanda adanya komplikasi yaitu
sesak nafas,nafas putus-putus (pendek) dan terjadi pembengkakan pada
tungkai bawah serta kaki.
4. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapakan bahwa hipertensi menjadi
penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis
kerusakan yang ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh drah dn rusaknya
dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya, seseorang bisa mengalami stroke
dan kematian.

5. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.Ada dua jenis kelainan ginjal akibart hipertensi, yaitu nefrosklerosis
benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada
hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi
plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu menyebakan
permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang.Adapun nefrosklerosis
maligna merupakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan
diastolic diatas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Lucky (2010) Secara garis besar pengobatan hipertensi dibagi menjadi
dua, yaitu pengobatan non-obat (non-farmakologi) dan pengobatan obat medis
(farmakologi).
1. Pengobatan non-farmakologis (non-obat)
Dahulu banyak orang kurang antusias melakukan penyelidikan tentang pengobatan
non-farmakologis pada hipertensi essensial.Cara itu dianggap kurang efektif dan
sangat sulit dilaksanakan.Akan tetapi, mengingat bahwa hipertensi ringan
mencangkup sebagian besar kasus dan adanya efek sampng akibat pengobatan
yang dilakukan dalam jangka panjang, mendorong para ahli menyelidiki kelebihan
pengobatan non- farmakologis.
Pengobatan cara itu terbukti mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan
farmakologis tidak lagi diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Selain itu,
saat obat anti-hipertensi diperlukan, pengobatan non-farmakologis dapat
digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih
baik.
Pengobatan non-farmakologis diantaranya dengan melakukan hal-hal berikut:
a. Mengatasi obesitas atau menurunkan kelebihan berat badan.
b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Cara pengobatan ini akan lebih
baik jika digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
c. Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi, seperti meditasi, yoga atau
hypnosis dapat dilakukan untuk mengontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olahraga, seperti aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol yang berlebihan.

2. Pengobatan farmakologis (obat medis)


Menurut Ruhyanudin Faqih (2015). Pengobatanhipertensi dapat dilakukan dengan
pemberian terapi obat sebagai berikut:
a. Diuretic Thiazedin
Membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di
seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretic juga menyebabkan
hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau
obat penahan kalium. Diuretic sangat efektif pada: orang kulit hitam, lanjut usia,
kegemukan, penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun

b. Penghambat Adregenik
Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-
blocker labetalol, yang menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf akan
memberikan respon terhadap stres dengan cara meningkatkan tekanan darah.
c. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor)
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif
diberikan kepada orang kulit putih, usia muda, penderita gagal jantung, penderita
dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun
atau penyakit ginjal diabetik.

d. Angiotensin –II-blocker
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu meknisme yang mirip dengan
ACE-inhibitor.

e. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme
yang benar-benar berbeda. Efektif diberikan pada orang kulit hitam, lanjut usia,
penderita angina pectoris (nyeri dada), denyut jantung yang cepat, sakit kepala migren.

f. Vasodilator
Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.Obat dari golongan
ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi.

g. Kedaruratan Hipertensi (misalnya hipertensi maligna)


Memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera. Beberapa
obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara
intravena: diazoxide, nitroprusside, labetalol, nitroglycerin merupakan kalsium
antagonis dengan kerja sangat cepat dan bisa diberikan per oral (ditelan) tetapi obat ini
bisa menyebabkan hipotensi sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat
(Ruhyanudin Faqih, 2010).
3. Pemeriksaan Non Invasive
a. Foto Thorax
Jantung: Melihat bentuk dan pembesaran jantung
Paru: Melihat tanda-tanda kongesti paru pada gagal jantung kongestif
b. EKG
1) Perekam EKG bersama dengan aktifitas (exercise EKG)
2) Merupakan pemeriksaan non invasive tetapi termasuk pemeriksaan pro
vocative.
3) Termasuk seleksi kedua untuk deteksi penderita coroner sesudah EKG
istirahat (resting EKG).

c. Treadmill test (TMT)


1) Merupakan pemeriksaan yang luas dipakai untuk deteksi dan sekaligus
estimasi prognose PJK.
2) Protokol pelaksanaan biasanya pakai protokol Bruce yang sudah dimodifikasi.
3) Selama Treadmill, EKG, tekanan darah dan keluhan pasien harus dimonitor.
4) Dilakukan sampai “simptom- limited”.
5) Test dihentikan apabila:
 Timbul nyeri dada berat
 Sesak nafas berat
 Dizziness
 Rasa capek yang berat
 ST depresi ≥ 2 mm
 Tekanan sistol turun lebih dari 10 mHg
 Timbul aritmia ventrikuler
d. Echo Doppler/ Color Doppler
1) Dapat mengetahui hemodinamik secara non invasive, yang apabila dilakukan
oleh tenaga “expert” hampir sama hasilnya dengan pemeriksaan invasive
(kateterisasi).
2) Dapat mengevaluasi cardiac structure dan performance secara cepat, bahkan
dalam keadaan emergency sekalipun. (tidak perlu persiapan)
3) Echo Doppler (Color doppler dapat mendeteksi secara cepat apakah valve
stenosis atau regurgitasi
H. PATOFISIOLOGI
I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

a. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit
cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda: Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda.
3. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda: Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak,
otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada
masa yang lalu).
5. Makanan/cairan:
Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riwayat
penggunaan diuretik
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori:
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses pikir,
penurunan keuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyaman:
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
8. Pernafasan:
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan
(krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan:
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

b. DiagnosisKeperawatan
1) Penurunan curah jantung
2) Nyeri akut
3) Perfusi perifer tidak efektif
4) Intoleransi aktifitas
5) Hipervolemia
6) Gangguan pola tidur
7) Resiko cedera

c. Intervesi Keperawatan
1. Intervensi Keperawatan
a. Penurunan curah jantung
Tindakan: Perawatan jantung
Observasi
• Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung(meliputi
dyspnea,kelelahan,edema,otopnea,paroxysmal nocturnal dyspnea,peningkatan
CVP)
• Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan curah jantung(meliputi
peningkatan BB,hepatomegaly,distensi vena jugularis,palpitasi,ronchi
basa,oliguria,batuk,kulit pucat)
• Monitor tekanan darah(termasuk tekanan darah ortostatik jika perlu)
• Monitor intake dan out put cairan.
• Monitor BB setiap hari dan pada waktu yang sama
• Monitor saturasi oksigen
• Monitor keluhan nyeri dada(misalnya
intensitas,lokasi,radiasi,durasi,presivitasi yang mengurangi nyeri)
• Monitor EKG 12 sadapan
• Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
• Monitor nilai laboratorium jantung (misalnya elektrolit,enzim
jantung,BNP,NT pro-BNP)
• Monitor fungsi alat pacu jantung
• Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
• Periksa tekanan darah dn frekuensi nadi sebelum pemberian obat(mis : beta
blocker, ACE inhibitor, calcium channel blocker, digoksin)

Terapeutik
• Posisikan pasien dengan posisi semifowler atau fowler dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
• Berikan diet jantung yang sesuai
• Gunakan stocking elastis atau pneumatic intermiten
• Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
• Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
• Beri dukungan emosional dan spiritual
• Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94 %

Edukasi
• Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
• Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
• Anjurkan berhenti merokok
• Ajarkan pasien dan keluarga mengukur BB harian
• Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan out put cairan harian

Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian antiaritmia,jika perlu
• Rujuk ke program rehabilitasi jantung
b. Nyeri akut
Intervensi utama: Manajemen nyeri
Observasi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap kualitas hidupmonio keberhasilan
terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik.

Terapeutik:
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbibing, kompres hangat/dingin)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi:
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jlaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
c. Perfusi perifer tidak efektif
Tindakan: Perawatan Sirkulasi
Observasi
 Periksa sirkuler perifer (nadi, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
ankle brachial index)
 Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (hipertensi)
 Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik

 Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan


perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area cedera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi

Edukasi

 Anjurkan berhenti merokok


 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, atau
penurun kolestrol, jika perlu
 Abjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
 Ajarkan program dietnuntuk memperbaiki sirkulasi (rendah lemak jenuh,
minyak ikan, omega 3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

d. Intoleransi aktifitas
Tindakan: Manajemen Energi
Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik

 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah


stimulus(mis :suara,cahaya,kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
 Fasilitasi duduk di tempat tidur,jika dapat berpindah atau jalan

Edukasi

 Anjurkan tirah baring


 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara peningkatan asupan makanan

e. Hipervolemia
Tindakan: Manajemen hypervolemia
Observasi
 Periksa tanda dan gejala hypervolemia (edema)
 Identifikasi penyebab hipevolemia
 Monitor status hemodinamik (Frekuensi jantung, tekanan darah)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor tanda hemokonsentrasi
 Monitor kecepatan infus secara ketat
 Monitor efek samping diuretic (hipotensi, hipovolemia, hipolakemia,
hiponatremia)
Terapeutik

 Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama


 Batasi asupan cairan dan garam
 Batasi asupan cairan dan garam
 Tinggikan kepala 30-40 0

Edukasi

 Anjurkan melapor jika haluaran urine ,0,5 ml/kgbb/jam dalam 6 jam


 Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
 Anjurkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran ciran
 Ajarkan cara membatasi cairan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian diuretic


 Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic

f. Gangguan pola tidur


Tindakan: Dukungan tidur
Observasi
 Identifikasi pola aktivitas dan tidur
 Identifikasi factor pengganggu tidur (mis: fisik atau psikologis)
 Identifikasi makanan atau minuman yang mengganggu tidur (mis :
kopi,the,alkohol,makan mendekati waktu tidur,minum air putih banyak
sebelum tidur)
 Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik

 Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan,kebisingan,suhu,matras,dan


tempat tidur)
 Batasi waktu tidur siang,jika perlu
 Fasilitas menghilangkan stress sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (pijat,pengaturan
posisi,terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk menunjang siklus
terjaga

Edukasi

 Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit


 Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan makanan atau minuman yang mengganggu waktu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur rem
 Ajarkan factor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(mis : psikologis,gaya hidup,sering berubah shif bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara non farmakologik lainnya

g. Resiko cedera
Tindakan: Manajemen keselamatan lingkungan
Observasi
 Identifikasi kebutuhan keselamatan (funsi kognitif dan riwayat perilaku)
 Monitor perubahan status keselamatan lingkungan

Terapeutik

 Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (fisik, biologi, kimia)


 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
 Sediakan alat bantu keamanan lingkungan ( commode chair dan pegangan
tangan
 Gunakan perangkat pelindung (pengekakng fisik, rel samping, pitu
terkunci, pagar)
 Lakukan program skrining bahaya lingkungan
Edukasi

 Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan

Daftar Pustaka
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku PatofisiologI. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Balitbangkes-Depkes RI

Gunawan, Lany. 2005. Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Hananta Yuda, I Putu. 2011. Deteksi Dini dan Pencegahan 7 Penyakit Penyebab Mati Muda.
Yogyakarta: Media Pressindo

Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
International Society of Hypertension (ISH), 2003.Statement on Management of
Hypertension. UK: Journal of Hypertension. Lippincot Williamns and Wilkins.
Jaya, Muhammad. 2009. Pembunuh Bahaya itu Bernama Rokok. Yogyakarta: Perpustakaan
Nasional.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Sheps, Sheldon G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta:
PT Intisari Mediatama

Soenarta, Ann Arieska. 2005. Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan


Hipertensi Indonesia (Perhi)

Susilo, Yekti dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: ANDI

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI. Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai