Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan Kefarmasian di rumah sakit. Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan
obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan
farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian juga merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan permasalahan terkait obat. Obat
berperan sangat penting dalam proses pelayanan kesehatan, penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat
atau farmakoterapi. Pengelolaan persediaan obat adalah bagaimana cara mengelola
tahap tahap dari kegiatan tersebut agar berjalan dengan baik dan saling mengisi
sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan persediaan obat yang efektif dan efisien
agar obat yang diperlukan oleh dokter selalu tersedian setiap saat dibutuhkan dalam
jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung palayanan yang bermutu.
Pelayanan kefarmasian saat ini telah semakin berkembang, dimana selain berorientasi
kepada produk (product oriented), juga berorientasi kepada pasien (patient oriented)
dan seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan
pergeseran budaya prural menjadi urban, hal ini telah menyebabkan peningkatan dalam
konsumsi obat, terutama obat bebas, kosmetik, kosmeseutikal, healthy food,
nutraseutikal dan obat herbal.
Biaya yang diresepkan untuk penyediaan obat merupakan komponen terbesar dari
pengeluaran rumah sakit. Di banyak negara berkembang belanja obat di rumahsakit
dapat menyerap sekitar 40-50% biaya keseluruhan rumah sakit. Saat ini pada tataran
global telah dirintis program Good Pharmacist. Manajemen obat di sebagian negara
berkembang masih dilakukan secara tradisional. Artinya tersedia lemari obat di bangsal
yang selalu diisi oleh petugas farmasi sesuai permintaan perawat yang bekerja di
bangsal itu. Hal ini menyebabkan tingginya angka pemberian obat (10-20%),
desentralisasi suplai, buruknya control inventori, manajemen obat tidak ditangan
petugas farmasi yang kualifikasinya lebih baik, pengawasan pemberian obat tidak
efektif, dan tidak ada penanganan ahli farmasi klinik. Dengan cara tradisional ini, maka
stok bisa mencapai 50-90 hari ,yaitu 50% digudang farmasi sentral dan 50% di bangsal-
bangsal.Berbagai tuntutan yang ada dimasyarakat menjadi tantangan untuk
pengembangan dunia kefarmasian seperti pharmaceutical care, yaitu obat yang telah
sampai ke tangan pasien dalam keadaan baik, efektif, aman dan disertai dengan
informasi yang jelas sehinggapenggunaannya tepat dan menyebabkan kesembuhan
BAB II
TUJUAN
2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam pembuatan laporan umum ini adalah dalam rangka
memenuhi dan melaksanakan tugas tentang laporan bulanan.

2.2 Tujuan Khusus


1. Sebagai laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan program kerja dan
kegiatan fungsional di Instalasi Farmasi
2. Pencapaian produktivitas kinerja lapangan di lingkungan Instalasi Farmasi
3. Mengetahui hambatan – hambatan yang dihadapi di lapangan beserta upaya
solusi perbaikan ke depan.
BAB III
SASARAN

Sasaran dari pembuatan laporan ini adalah :


1. Efisiensi kegiatan dan anggaran biaya yang dikeluarkan
2. Pencapaian indicator mutu dan standard pelayanan minimal unit
3. Kinerja unit di lingkungan instalasi farmasi
4. Beban kerja fungsional di lingkungan instalasi farmasi dengan perbandingan jumlah
resep yang dilayani
5. Efektifitas kinerja dengan pencapaian kinerja, produktifitas kinerja, mutu dan
efisiensi biaya
BAB IV
LAPORAN KPI
No Nama
JABATAN PENDIDIKAN BULAN

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep oct

1 Wendra Ariestyadana PJ Rajal Apoteker S1 PROFESI APOTEKER 90 90 88 88

Amadea
2 PJ Ranap Apoteker S1 FARMASI APOTEKER 94 95 95 95
Hayatunnufus

3 Agus Rohmansyah Apoteker S1 FARMASI APOTEKER 92 93 91 95

4 Ricky Rinaldi Apoteker S1 FARMASI APOTEKER 92 92 93 93

D3 MANAJEMEN
5 Fitria Junengsih Adm 85 86 88 86
IDUSTRI

6 Devi Nurlita Adm D3 MANAJEMEN 85 86 resign

7 Dita Kustiani Asisten Apoteker SMK FARMASI 70 80 80 70

8 Hendrik Wijaya Asisten Apoteker SMK FARMASI 70 77 83 85

9 Erlin Maulina Dewi Asisten Apoteker SMK FARMASI 88 87 87 87

10 Gustiara Indrayani Asisten Apoteker SMK FARMASI 85 85 85 85

11 Rizki Hartaviani Asisten Apoteker D3 FARMASI 88 88 88 85

12 Sri Puspita Asisten Apoteker D3 FARMASI 87 87 87 85


13 Ebih Sulisianty Asisten Apoteker D3 FARMASI 85 87 87 87

14 Ida Farida Asisten Apoteker S1 FARMASI 80 83 83 85

15 Kintan Andjani Asisten Apoteker D3 FARMASI 85 85 85 85

16 Ahmad Fikri Asisten Apoteker S1 FARMASI 85 86 86 88

17 Yesi Supartika Asisten Apoteker S1 FARMASI 85 86 86 86

18 Elina Asisten Apoteker S1 FARMASI 85 87 87 87

19 Novianti Try Asisten Apoteker S1 FARMASI 85 RESIGN


BAB V
ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA)
Tanggal Identifikasi Akar Permasalahan Solusi Yang Rencana Tindak HASIL AKHIR
Permasalahan Diusulkan Lanjut

Selisih stok fisik Sistem : pembelian obat luar non ada menu untuk meminta bagian IT obat terpotong
obat dengan sistem, resep yang dibayarkan dengan penginputan memfasilitasi menu secara sistem dan
kartu stok manual skema potongan gaji bagi khusus resep luar untuk pembelian fisik pada waktu
ruang racik belum karyawan, menyebabkan stok obat non resep yang obat non resep yang sama
berjalan tidak terpotong sistem karena diutamakan jika dengan skema
proses belum selesai sehingga pembayaran piutang
masih menggantung di sistem. skema piutang,
sehingga obat
yang diinput dapat
terpotong di
sistem

Sdm : permintaan obat, alkes, bhp form khusus bagian penunjang obat terpotong
tanpa resep, permintaan untuk permintaan medis, pelayanan secara sistem dan
ruangan belum meminta lewat manual ruangan medis,dan IT fisik pada waktu
sistem, sehingga petugas lupa, obat dan igd selain merancang form yang sama, ada
tanpa resep dari igd dengan resep melalui simrs, bisa khusus yang dokumentasi
menyusul, tetapi tidak tersepkan diarsipkan jika menunjang proses manual jika
salah satu obat atau alkesnya. tidak patuh sistem sistem SIMRS/sama sistem berkendala
dan bisa seperti format
terdokumentasi SIMRS, agar
permintaan yang
tidak dilakukan
melalui simrs bisa
Tanggal Identifikasi Akar Permasalahan Solusi Yang Rencana Tindak HASIL AKHIR
Permasalahan Diusulkan Lanjut

ditracking dan proses


bisnis farmasi tidak
terganggu

sdm : kesibukan pelayanan pembagian ranap perekrutan sdm petugas farmasi


sekaligus antara rawat inap dan dan rajal dengan untuk pembagian dapat fokus pada
rawat jalan terutama dijam sibuk SDM yang jumlah depo ranap dan rajal pelayanan yang
saat setelah dokter visite dan dan jobdesk dapat terfokus pada
pelayanan rawat jalan berjalan, terbagi dengan ranap dan rajal
tidak bisa meluangkan waktu untuk baik, sehingga
menulis dikartu stok proses pelayanan
pembagian
pengambilan obat,
juru racik,
pelayanan
informasi obat
terbagi dengan
sesuai

sistem : obat banyak tersisa di pelatihan melaukan pelatihan pasien patuh


ruang rawat inap yang tidak diretur, dispensing obat sistem UDD dengan meminum obat
sistem pemberian kepatuhan pasien dalam oleh tenaga melatih petugas karena diberikan
obat masih one mengkonsumsi obat oral rendah, farmasi untuk farmasi untuk sesuai jam minum
Daily Dose (ODD) ketepatan konsumsi obat pasien seluruh petugas meracik obat injeksi, obat, bukan per
Belum Unit Dose dihitung dari jam masuk ranap inap farmasi membuat ruangan hari dan diberikan
Dispensing (UDD) bukan dari per waktu pagi siang dan racik khusus jika ada di laci obat
malam. peracikan obat steril pasien, sisa obat
tidak terpakai
Tanggal Identifikasi Akar Permasalahan Solusi Yang Rencana Tindak HASIL AKHIR
Permasalahan Diusulkan Lanjut

berkurang, prinsip
asuhan
kefarmasian
farmasi klinis
dapat berjalan.

sdm : penyediaan obat lama untuk ada alat cetak no pengajuan alat untuk pasien patuh
input identitas pasien dahulu, antrian no antrian menunggu
karena sistem berbasis web, harus terintegrasi pengambilan obat berdasarkan no
input RM, jaminan, dan nama dengan simrs, rawat jalan urut
secara bersamaan satu persatu. dibagi
sistem antrian
berdasarkan
pasien pengambilan
pelayanan umum
obat pasien rawat
dan jaminan
jalan manual
asuransi swasta
dengan web aplikasi
maupun bpjs,
pemanggilan
pasien
berdasarkan no
urut antrian

dus yang berisi


resep bisa
Belum ada Gudang
sarpras : Arsip resep penuh pengajuan gudang berkurang tidak
untuk dokumen
digudang farmasi, menjadikan area ada gudang arsip, arsip atau ikut memenuhi
resep
penyimpanan obat dan alkes sesak atau ikut dengan penyerahan ke indo gudang obat dan
atau penuh indo arsip arsip alkes
Tanggal Identifikasi Akar Permasalahan Solusi Yang Rencana Tindak HASIL AKHIR
Permasalahan Diusulkan Lanjut

ada ruang mengajukan apteker


konsultasi obat, penyediaan ruangan melakukan
dijadwalkan bagi khusus untuk asuhan
beberapa pasien yang berkonsul semua apoteker konsultasi obat kefarmasian
saat pelayanan informasi obat saat fungsional konsultasi,
baru pertama kali mendapatkan melakukan asuhan informasi dan
Ruang konseling obat kronik dengan jumlah obat kefarmasian edukasi obat
obat pasien yang banyak saat rawat jalan sesuai aturan kepada pasien,
sehingga menambah waktu untuk permenkes 72 pasien patuh
antrian selanjutnya, harus ada tahun 2016 minum obat,
ruang khusus untuk konsultasi obat tidak salah
untuk kondisi pasien memerlukan minum dan
informasi lebih agar penggunaan menggunakan
obat tepat obat

sdm : kesalahan pemberian obat IFRS melakukan melaukan monitoring obat terbaca
karena dosis, jenis sediaan tablet, sosialisasi dan evaluasi untuk dengan baik dan
amp, syr dan cara pakai tidak kelengkapan resep kelengkapan resep jelas, kesalahan
penulisan resep
dituliskan lengkap pada resep rawat pada perawat dan dan penulisan resep obat dapat
dokter di resep
inap kebanyakan. dokter jaga yang benar diminimalkan
rawat inap belum
diluar dari
lengkap
keharusan
melakukan
double check

kemanan dan sarpras : ruang tunggu pasien penambahan pengajuan rka untuk pasien dapat
kenyamanan menunggu obat kurang memadai, kursi, serta perbaikan dan duduk dengan
instalasi farmasi banyak pasien berdiri, masuk perbaikan sarana penambahan sarana nyaman,
Tanggal Identifikasi Akar Permasalahan Solusi Yang Rencana Tindak HASIL AKHIR
Permasalahan Diusulkan Lanjut

langsung k ruang instalasi farmasi, prasarana ruangan prasarana menunggu


kurang baik
atap instalasi farmasi bocor IFRS dengan nyaman

sdm : kurangnya sdm untuk pembagian ranap monitoring dan aplikasi akreditasi
pelayanan farmasi klinis, karena dan rajaal dalam evaluasi supervisi SNARS 1.1
belum terbagi manjdi 2 pelayanan pelayanan yang dan visite, berjalan, supervisi
rajal dan ranap,.apoteker belum terpisah dituangkan pada berjalan untuk
ada yang terjadwalkan untuk visit laporan supervisi pemantauan
dan supervisi ke ruangan rawat apoteker seperti penyimpanan
pembagian tugas
karena terbentur jadwal klinik pagi yang termaktub pada obat diruang
pekerjaan
akreditasi SNARS 1.1 ranap, igd dan
kefarmasian untuk
icu, visite pasien
petugas rawat inap
untuk
kurang maksimal
memastikan
kepatuhan obat
dan reaksi obat
yang tidak
diinginkan bisa di
cegah

pemberian obat TB program pelatihan monitoring dan pendataan pasien


pemerintah tidak terpusat pada pelayanan TB evaluasi TB lebih baik,
pelayanan TB klinik DOTS, masih ada permintaan DOTS Farmasi permohonan obat
DOTS / pasien TB diruangan ranap, rawat jalan dokter pasien TB ke
alurnya belum jelas spesialis, menyebabkan kebutuhan dinkes bisa sesuai
obat TB program pemerintah tidak kebutuhan jumlah
jelas karena klkinik DOTS beralasan Pasien TB DOTS
semua pasien terdata, akibanya
Tanggal Identifikasi Akar Permasalahan Solusi Yang Rencana Tindak HASIL AKHIR
Permasalahan Diusulkan Lanjut

permohonan obat TB DOTS ke dinas


tidak sesuai jumlah yang
dibutuhkan.

sdm : dokter masih menulis resep sosialisasi monitoring dan penulisan resep
obat - obatan yang tidak tersedia di formularium rs evaluasi sesuai yang
rumah sakit, beberapa masih tidak dan penggunaan formulariium rumah disediakan oleh
mau menggantikan dengan obat obat untuk pasien sakit, bisa menjadi rumah sakit dan
yang kandungan sama - pasien BPJS penambahan item tidak jauh dari
obat atau formularium
pengurangan dan rumah sakit yang
obat diluar
pembahasan reaksi sudah ditetapkan,
formularium RS
obat yang tidak mengurangi
diinginkan jika ada komplain untuk
serta obat - obat obat yang tidak
recall dari industri tersedia karena
farmasi tidak pernah
disediakan di
rumah sakit

Ditemukannya sarpras : pendingin ruangan gudang ada kartu ceklis melakukan ceklis kondisi suhu
beberapa item obat tidak stabil, kadang panas dan dan jadwal suhu ruangan dengan ruangan
yang mutunya tidak dingin perawatan menyimpan penyimpanan
terjaga akibat suhu diruangan, termohigrometer obat terpantau
dalam gudang emnghindari sebagai alat deteksi
farmasi tidak kondisi yang buruk suhu dan
kondusif kelembapan, disetiap
jam 12 siang dan
Tanggal Identifikasi Akar Permasalahan Solusi Yang Rencana Tindak HASIL AKHIR
Permasalahan Diusulkan Lanjut

malam melaukan
pengisian
pemantauan suhu, di
jam saat cuaca panas
dan sejuk.

sdm : bagian pemeliharaan tidak


ada ceklis untuk alat pendingin
ruangan sehingga perawatan tidak
dilakukan rutin, harus meminta
telebih dahulu

tidak ada alert atau pemberi tanda meminta IT monitoring dan ketersediaan obat
obat akan habis dan expired pada memfasilitasi pada evaluasi melalui stok dan kualitas tetap
info kadaluarsa
simrs, sehingga harus di lakukan simrs untuk of name setiap 3 terjaga
pada sistem saat
pemeriksaan manual dengan kondisi informasi bulan sekali
penginputan
jumlah obat dan alkes yang banyak. kadaluarsa dan
sisa stok

informasi yang ditampilkan belum meminta IT monitoring dan ketersediaan obat


item tracking lengkap, sehingga jika terjadi memfasilitasi pada evaluasi melalui stok tetap terjaga
dengan informasi kesalahan pemberian obat ataupun simrs untuk of name setiap 3
jumlah obat masuk penginputan tidak bisa dicari pada kondisi informasi bulan sekali
dan keluar, nama satu menu di aplikasi simrs penulusuran data
pasien dan RM nya pengeluaran dan
pemasukan obat
Tanggal Identifikasi Akar Permasalahan Solusi Yang Rencana Tindak HASIL AKHIR
Permasalahan Diusulkan Lanjut

kesalahan pemberian obat jika identitas pasien monitoring dan kesalahan


nama pasien sama dan tidak pada resep tidak evaluasi dan tetap penyebutan nama
kesalahan
terbaca jelas pada resep sehingga ditulis manual melakukan double pasien tidak
pemberian obat,
memberikan resiko pada kesalahan tetapi diprint check setiap terjadi sehingga
nama sama, tulisan
pemberian obat. penyiapan dan kesalahan
resep tidak terbaca
penyerahn obat pemberian obat
dapat diminilakan
BAB VI
KEGIATAN BULANAN

a. Pelayanan R/ di Instalasi Farmasi


Des
PELAYANAN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov
21
RAJAL 8088 8146 3708 4094 3270
RANAP 3618 3586 3202
IGD 238 180 285 231 159
IBS 365 397 286 371 343

b. Pembelian Obat

BULAN TOTAL NOMINAL


JANUARI Rp 712.158.113
FEBRUARI Rp 874.026.266
MARET Rp 911.910.822
APRIL Rp 745.926.222

MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER

c. Perbandingan total nominal pembelian dengan total nominal pelayanan

Bulan Pembelian Total nominal pelayanan keseluruhan


Rp
JANUARI Rp 1.183.624.617
712.158.113
Rp
FEBRUARI Rp 1.277.363.848
874.026.266
Rp
MARET Rp 1.305.808.318
911.910.822
Rp
APRIL Rp 1.030.250.925
745.926.222
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
d. Total nominal Pelayanan rawat inap dan rawat jalan
NO JENIS PEMBAYARAN JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG OCT NOV DES
1 Tunai / bebas
2 Perseorangan / umum Rp 136.986.697 Rp 85.267.947 Rp 88.145.353 Rp 78.471.934
Bpjs kesehatan,
3 Rp 989.502.984 Rp 792.421.014 Rp 990.074.217 Rp 902.872.174
ketenagakerjaan dan cob
4 Asuransi swasta, perusahaan Rp 45.638.801 Rp 28.642.243 Rp 46.461.889 Rp 31.784.100
5 Kemenkes Rp 9.845.952 Rp 367.663.106 Rp 176.687.716 Rp 14.928.324
POST COVID DAN RS RAMA
6 Rp 1.650.183 Rp 3.369.538 Rp 4.439.143 Rp 2.194.393
HADI
Analisa :
Pembelian pada bulan april jika melihat pada data yang disajikan mengalami penurunan
jumlah nominal pembelian sebelumnya. penurunan disertai dengan penurunan jumlah
pelayanan resep pada bulan april yang menurun kurang lebih 15% dari jumlah resep
sebelumnya, terlihat dari perbandingan jumlah pelayanan saat ini dibagi resep sebelumnya
dikalikan 100%.
Penurunan jumlah resep dibarengi dengan penurunan jumlah pembelian sebesar kurang
lebih 18% dari total nominal pembelian pada bulan maret. Penurunan total nominal jika
dibandingkan dengan ketersediaan barang atau produk kefarmasian seperti obat dan bmhp
harus dilihat dari berapa banyak obat yang dihutangi, tetapi penyajian data harus bias
ditampilkan secara tercatat berpa banyak pasien dan jumlah obat yang belum diberikan.
Kondisi jumlah pembelian bulan januari dengan april yang memliki jumlah pelayanan resep
yang hampir sama tetapi memiliki total nominal yang berbeda, dipengaruhi pada total
nominal disc produk yang berubah karena proses kerja sama antara perusahaan farmasi dan
rumah sakit, pajak yang ditetapkan pemerintah berubah, dan kenaikan beberapa komiditi
produk karena kenaikan pajak yang juga mempengaruhi harga yang naik di trisemester
kedua tahun 2022.
Pada bulan sebelumnya sebagai perbandingan, dari bulan februari ke bulan maret terjadi
peningkatan kurang lebih 4,6% dari bulan februari dan meningkat 4,1% pada nominal
pembelian bulan maret dari bulan februari, sedangkan pada total nominal penggunaan obat
pada bulan maret bertambah kurang lebih 2% dari bulan februari.
Perbandingan dari bulan ke bulan disesuaikan standarisasi formularium 2022, beberapa
produk dengan penyetaraan harga bpjs mengalami perubahan plafon diskon penyetaraan
tetapi masih digunakan untuk pelayanan bpjs, hal ini sesuai kesepakatan kerja sama
standarisasi obat – obatan dan alat kesehatan antara prinsipal produk dengan rumah sakit.
Pada grafik dibawah prosentase dan perbandingan pembelian obat dan bmhp berdasarkan
kategorinya, obat – obatan ethical dengan pengkondisian harga meningkat karena
perubahan diskon sebagai penyesuaian kerja sama standarisasi obat dan alat kesehatan.
a. Pembelian berdasarkan kategori
TOTAL NOMINAL
NO KATEGORI PEMBELIAN
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL
1 GENERIK Rp 187.622.323 Rp 243.326.399 Rp 223.939.885 Rp 249.934.540
2 ETHICAL Rp 189.351.399 Rp 201.064.454 Rp 308.770.563 Rp 173.590.050
3 ETHICAL E – CATALOGUE Rp 77.117.368 Rp 100.183.627 Rp 84.517.566 Rp 67.927.016
4 ETHICAL PENYETARAAN Rp 38.781.349 Rp 70.931.336 Rp 64.121.308 Rp 31.990.499
5 BMHP DAN ALKES Rp 143.141.526 Rp 192.473.023 Rp 147.083.323 Rp 149.566.730
6 CAIRAN INF Rp 46.159.788 Rp 45.873.568 Rp 63.876.513 Rp 48.289.156
7 OBAT MATA DAN THT Rp 23.887.271 Rp 14.585.392 Rp 18.342.240 Rp 14.817.296
8 VAKSIN / SERUM Rp 6.097.089 Rp 5.588.468 Rp 1.259.424 Rp 9.810.935
BPJS (GENERIK, ETHICAL E-CAT,
Kategori obat dan ETHICAL, OBAT
GENERIK E-CAT, ETHICAL BMHP DAN ALKES
bmhp MATA DAN THT
PENYETARAAN)
JANUARI Rp 355.777.918 Rp 213.238.670 Rp 143.141.526
FEBRUARI Rp 465.903.398 Rp 215.649.846 Rp 192.473.023
MARET Rp 437.741.696 Rp 327.112.803 Rp 147.083.323
APRIL Rp 407.952.146 Rp 188.407.346 Rp 149.566.730
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
Analisa :
Sesuai penampilan yang ditampilkan pada grafik, pembelian farmasi setengah dari total
pembelian ada pada produk generik. Penggunaan obat generic, obat paten dengan harga e-
katalog dan obat paten dengan penyetaraan bpjs tinggi karena sebagian besar pelayanan
masih pada pelayanan bpjs, hal tersebut dapat dilihat dari total nominal penggunaan obat
pada pelayanan bpjs yang lebih besar. Pembelian pada produk ethical dengan harga
penyetaraan merupakan upaya penyamaan harga produk ethical agar dapat secara langsung
digunakan untuk pelayanan bpjs yang harga nya disesuaikan dengan harga e-catalogue
sehingga kategori pembelian produk – produk ini dimasukan pada kategori peruntukan
pelayanan BPJS. Porsi pembelian farmasi berdasarkan kategori generik, ethical dan
sebagainya ini merujuk pada kebijakan pembelian farmasi yang sudah ditentutukan
40:30:30. Pada bulan april peruntukan obat dengan target pasien bpjs lebih tinggi dari bulan
sebelumnya dengan prosentase 55% atau lebih dari 15% yang ditargetkan.
BAB VII
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DAN INDIKATOR MUTU UNIT (IMU)
1. Indikator mutu unit Instalasi Farmasi
a. Ketepatan Pemberian obat dengan resep dokter
STD JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES
N 127 7326 7679 6472
D 128 7326 7680 6472
≤ 100 99 100 99.9 100
Analis :
Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat bukan berarti tidak adanya kesalahan,
karena ketika selama pelayanan saat dilakukan double check masih ada terdapat
kesalahan sebelum diberikan kepada pasien, sehingga PDSA tetap menjadi evaluasi
yang berklanjutan untuk melakukan perbaikan.
Plan = melakukan evaluasi penyiapan dengan double check benar – benar dilakukan
mulai dari saat menyiapkan diruang racik hingga di meja PIO, harus ada petugas yang
mengambil dan menyiapkan dan bergantian. Kejadian kesalahan tersebut meliputi
penyiapan obat dengan multiple dose dengan kekuatan yang berbeda, kesalahn
penginputan signa obat, kejadian yang dialami sudah diperbaiki saat penyerahan obat
dilakukan dan diketahui oleh apoteker PIO saat akan memberikan obat kepada pasien.
Do = ceklis dan paraf petugas pada resep baik yang menyiapkan dan menyerahkan
obat
Study = tidak terjadi kesalahan pemberian obat yang terjadi
Act = sosialisi ulang tentang apa itu double check, tulisan dokter bisa di digitalisasi atau
dengan input sehingga mengurangi salah pembacaan resep.evaluasi setiap bulan nya
2. Indikator mutu prioritas rumah sakit
a. waktu tunggu (dispensing time) obat racikan 60 menit
STD JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES
N 41 35 42 41
D 41 35 42 41
90 100 100 100 100
Analisis :
Penyesuaian sesuai standard pelayanan minimal jika waktu tunggu penyiapan obat –
obatan racikan 60 menit, secara menyeluruh semua masih dalam range dan standard
pelayanan minimal.
b. waktu tunggu (dispensing time) obat non racikan 30 menit
STD JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT OKT NOV DES
N 4232 3708 4094 3270
D 4232 3708 4094 3270
90 100 100 100 100
Analisis :
Penyesuaian sesuai standard pelayanan minimal jika waktu tunggu penyiapan obat –
obatan racikan 30 menit, secara menyeluruh semua masih dalam range dan standard
pelayanan minimal.
3. Indikator mutu Nasional
a. Kesesuaian penulisan resep terhadap formularium rs
STD JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES
N 121 124 7675 6466
D 128 128 7680 6472
95 95 97 99.9 99.8

b. Keseuaian penulisan resep terhadap formularium nasional


STD JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OKT NOV DES
N 123 121 7674 6465
D 128 128 7680 6470
95 % 96 95 99.8 99.7
Analisis :
Ketidaksesuaian pada fornas karena masih banyak nya resep non fornas yang
diresepkan oleh dokter, seperti acetylesistein, erdostein yang belum masuk fornas
2021 tetapi banyak digunakan untuk terapi yang terbiasa selama pandemic hingga kini
karena masuk dalam panduan terapi dengan keluhan batuk sebagai mukolitik, dan
penggunaan obat ethical untuk terapi awal saat rawat inap. Obat – obat lain yang tidak
masuk dalam formularium rumah sakit selama bulan april adalan prenamia, folamil
genio, diane, dan nolandoz, hal ini dikarenakan kehadiran dokter baru dan belum
tersosialisasikan semua obat yang masuk formularium, selain dari itu hanya penamaan
produk dengan kandungan yang sama yang diketahui oleh dokter tetapi masih
terdapat pada formularium, seperti kettese di formularium tofedex, modexa spray di
formularium avamys spray, dan glibotic diformularium amikasin inj
Plan = melakukan evaluasi standarisasi obat yang sudah di tetapkan,
Do = melakukan konfirmasi terkait obat – obatan dengan golongan yang sama, atau
nama produk yang berbeda dengan kandungan yang sama.
Study = sosialisasi untuk obat – obat baru dan yang belum masuk formularium
Act = evaluasi setiap bulan nya peresepan dokter spesialis maupun umum di sesuaikan
dengan formularium rumah sakit

c. Stock Of name
a. KENDALA DALAM PROSES PENDATAAN KE DALAM SIMRS:
1. Tanggal expired perlu ditambahkan menjadi 1 halaman
2. Tanggal expired diharapkan dapat terinput sesuai dengan jumlah itemnya
3. Penginputan berita acara penerimaan barang format system belum sama dengan
manual, tidak bisa cetak per transaksi.
4. Tidak bisa memasukan darurat stok jika asuransi swasta meminta penginputan
awal saat stok system 0 untuk keperluan klaim
5. Stok obat yang akan habis sebaiknya ada red notice atau bold merah muncul
pada baris pertama data stok.
6. Etiket tidak bisa memuat banyak informasi obat saat penginputan sebelum
pencetakan etiket obat, meminimalisir coretan manual.
7. Data pasien rajal dan ranap tidak memiliki kode inputan yang berbeda sesuai
jaminan pasien, sehingga sulit membedakan pelayanan rajal dan ranap
berdasarkan cara bayar, masih belum bisa dilakukan penarikan data sesuai cara
bayar antara ranap dan rajal

Rencana Tindak Lanjut:


1. Untuk Kendala terkait simrs Khanza akan didiskusikan dengan tim IT sesuai alur
dan dokumentasi yang dibutuhkan
2. Stok yang mendekati expire diajukan retur kurang lebih 3 hinnga 4 bulan
mendekati expired.
3. OBAT DAN ALKES YANG TAHUN INI AKAN EXPIRED
No. Nama Barang Jenis Barang prinsipal Jumlah Tanggal
(Obat/Alkes) Expired
1 Azithromisin inj Obat Bernofarma 4 Jul-22
2 Nicardipin inj Obat Ethica 16 Oct-22
3 Merotik inj Obat Sanbe 7 Des-22
4 Hyson in j Obat Lapi 20 Oct-22
5 Vitamin K inj Obat Bernofarma 104 Apr-22
6 Decivir tab(oseltamivir) Obat Kimia farma 75 Jun-22
7 Stimuno forte Obat Dexa medica 6 Jun-22
8 Imunos Plus Syr Obat Lapi 4 Jun-22
9 Nasalin baby Obat Dexa medica 1 Nov-22
10 Trogyl inf Obat Otto 1 Aug-22
11 Suction no 6 ALKES - 1 Aug-22
12 Cendo natacen Obat Cendo 2 Nov-22
13 Flamic Obat Gracia 50 Aug-22
14 Genoclom Obat Lapi 20 Dec-22
15 Livopi Obat Otto 61 Nov-22
16 Neuro AID Obat Mersifarma 54 Sept-22
17 Rheu trex Obat Kalbe 16 Nov-22
18 s-omevell Obat Novel 14 Nov-22
19 Intrasite gel ALKES Kalbe 1 Mei-22
20 Diastrix Obat IFARS 300 Nov-22
21 HI Bone Kids Obat Otto 50 Aug-22
22 Isprinol tab Obat Novel 24 Jul-22
23 Isivas Obat Fahrenheit 30 Oct-22
24 Premaston Obat Kalbe 60 Jul-22
25 Cendo Mydriatil Obat Cendo 3 Nov-22
26 Gentalex cr Obat Molex 5 Nov-22
27 Mediflex Obat Kalbe 1 Jun-22
28 Remcor inj (remdesivir) Obat Kimia farma 156 Dec-22
a. Death stock
No Nama Obat Jumlah sebelumnya Jumlah saat ini
1 Wida KN1 (widhatra) 20 kolf 20 kolf
2 Wida KN2 (widhatra) 20 kolf 20 kolf
3 Wida KDN1 (widhatra) 20 kolf 20 kolf
4 Aminoleban inf 3 bag 3 bag
5 Cystone 417 caps 417 caps
6 Nairet 12 tab 12 tab
7 Sanloquin (chloroquin) 106 tab 106 tab
(expired)
8 Calnic plus 30 tab 30 tab
9 Uritos 30 tab 30 tab
10 Hyson inj 20 amp 20 amp

Analisa :
Stok mati adalah stok obat yang belum begerak dalam penggunaan dari persepan
oleh dokter dalam kurun waktu 3 sampai 4 bulan. Cairan infus KN dan KDN adalah
sediaan infus dasar yang memiliki kandungan kalium tinggi sebagai alternatif
penggunaan drip cairna kcl 0.46% yang sudah dalam satu flabot. Cairan infus yang
sebelumnya menjadi penyertaan pemesanan produk e – catalogue saat pemesanan
cairan dasar ringer laktat. Penggantian produk dengan expire date yang lebih jauh
sudah dilakukan untuk menjaga ketersediaan obat yang lebih panjang, produk lain
seperti kidmin untuk dan cairan inf nutrisi asam amino lainnya (aminoleban) belum
terdapat kasus baru, sedangkan produk cystone merupakan rekomendasai dokter
spesialis yang belum mau menggunakan kembali sebelum standarisasi sebagai
sisipan, ssat akan diretur terkendala pada proses retur, sedangkan produk lainnya
merupakan produk awal standarisasi 2021 dari produk hibah atau donasi dan belum
dresepkan oleh dokter spesialis maupun umum.
PENCAPAIAN SASARAN
No Kegiatan Pemenuhan Alasan/kendala Rencana Tindak
2022 belum tercapai Lanjut
1. SDM a. Ada 2 orang
a. Orientasi apoteker b. Sudah
karyawan sudah 2 pengajuan,
bulan, 3 ttk disesuaikan
b. Pemenuhan sudah 5 dengan b. melakukan
kebutuhan SDM bulan kondisi rs recruitment,
berjalan karena ramahadi
a. Baru tercapai 91 dampak covid goes to
%, untuk TTK campus
masih c. Pelatihan
membutuhkan external harus c. Aktif
untuk menyesusaika mengikuti
c. Pelatihan sesuai pembagian depo n jadwal dari pelatihan
pelayanan farmasi luar, baik internal
terhambat ndan
karena eksternal
b. Pelatihan wajib pandemic sesuai
(skreening kebutuhan.
resep) sudah d. belum
dapat diikuti dijadwalkan Direncanakan
oleh petugas pelatihan jadwal pelatihan
farmasi, dasar spt untuk karyawan
pelatihan APAR, BHD utk baru dengan in
tambahan karyawan baru house training
external belum
dapat tercapai
max.

Pelatihan utk
pegawai baru
belum dapat
terlaksana
No Kegiatan Pemenuhan Alasan/kendala Rencana Tindak
2022 belum tercapai Lanjut
2. Fasilitas: a. Koordinasi
a. Pemeliharaan a. Pemeliharaan a. Sudah lapor dengan
sarana dan sarpras dapat bagian sarpras bagian
prasarana dilakukan sarpras agar
rutinan tiap b. Menunggu sesuai jadwal
bulan, lemari penawaran dalam
dokumen dan dan mencari pemeliharaa
gudang arsip suplier serta n sarpras di
belum disepakati IFRS
terpenuhi rumah sakit
sesuai b. Mengajukan
b. Mesin printer kebutuhan pengadaan
b. Penggantian/ etiket belum mesin
penambahan terealisasi printer etiket
obat baru
untuk depo
rajal
3. Pengembangan
Pelayanan a. Edukasi pasien a. Kurangnya a. Perlu
a. PIO dan konsultasi ranap dan rajal tenaga /SDM dilakukan
obat pasien dapat yang belum kaderisasi
dilaksanakan memenuhi / dan
dengan sesuai jumlah sosialisasi
keterbatasan kebutuhan agar semua
SDM yang ada petugas bisa
b.
b. Rekonsiliasi b. Semua pasien b. Terus Reminding dan
baru akan follow up follow up
dilakukan baik dari petugas farmasi
pencatatan obat perawat dan IGD
untuk form dan Perlu
rekonsiliasi petugas peningkatan
ifrs pelayanan di
c. Kegiatan farmasi c. Sudah Pelayanan e instalsi farmasi
(perencanaan, dikerjakan purchasing dari
pengadaan,peneri sesuai dengan dengan LKPP perencanaan,
maan, pedoman perlu pelatihan pengadaan,
penyimpanan, pelayanan yang dan penjadwalan penerimaan,
pendistribusian ada di instalasi dengan pihak pendistribusi
dan pemantauan) farmasi LP3S dan
pemantauan
No Kegiatan Pemenuhan Alasan/kendala Rencana Tindak
2022 belum tercapai Lanjut
4. Mutu: Belum terlaksana a. Perlu a. Diajukan
Evaluasi indikator laporan indikator pelatihan diadakan
mutu di IFRS mutu instalasi pmkp bagi pelatiha
farmasi dan OPPE semua n pmkp
penulisan resep tenaga ifrs ke
untuk dokter, bagian
secara kontinue diklat

5. Keselamatan pasien
Pelaporan insiden Pelaporan insiden Petugas yang Reminding dan
yang terjadi/ belum dilakukan tidak konsisten follow up Lebih
ditemukan di IFRS implementasi, atau tidak kontinue dalam
melalui tindak langsung menulis pelaporan dan
lanjut ke depan di form pelaporan mengevaluasi
harus segera di insiden kejadian yang
implementasikan dilaporkan
jika ada dengan optimal
6. Keselamatan Kerja
Melakukan Hand Hand hygiene Kesadaran masing Melakukan
hygiene dan dapat – masing petugas teknik aseptik
pemakaian APD pada dilaksanakan, masih harus terus dalam peracikan
waktu melakukan tetapi masih perlu diingatkan (HH),dan
dispensing monitoring secara menertibkan
intens memakai APD
(masker)
BAB VIII
PENUTUP
I. KESIMPULAN, EVALUASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN DAN EVALUASI
Secara keseluruhan pelayanan farmasi dapat berjalan dengan cukup baik, dari
perencanaan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian dan pemantauan dapat dikerjakan
oleh petugas kefarmasian.
II. KESIMPULAN, EVALUASI DAN SARAN
B. KESIMPULAN DAN EVALUASI
Secara keseluruhan pelayanan farmasi dapat berjalan dengan cukup baik, dari
perencanaan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian dan pemantauan dapat dikerjakan
oleh petugas kefarmasian.
1. Proses pemesanan dalam 1 kali seminggu mengakibatkan penurunan stok minimal
yang harus tersedia karena kunjungan rumah sakit yang tidak bisa dprediksi dari
penggunaan obat – obatan diluar yang rutinitas, sehingga kondisi stok yang belum
masuk stok minimal akan atau tidak dilakukan pemesanan, kekosongan obat bisa
mengakibatkan peningkatan belanja karena obat tetap harus disediakan di saat
penggunaan yang sudah lewat sebagai antisipasi penggunaan selanjutnya.
2. Penyesuaian stok minimal di gudang di evaluasi dengan perubahan system
pemesanan dalm satu minggu untuk efisiensi biaya dan ketersediaan barang tetap
terjaga.
3. Penerimaan sediaan farmasi, dapat dilakukan setiap hari jam kerja, apabila petugas
logistik sudah pulang dapat diterima oleh petugas farmasi yang jaga di pelayanan.
4. Pemantauan penggunaan obat di rumah sakit rama hadi dilakukan dengan edukasi ke
pasien baik rawat inap atau rawat jalan. Untuk pemantauan efek samping obat
dilakukan apabila ada laporan dari perawat kemudian apoteker melakukan telaah
dengan metode algoritma naranjo. Visite apoteker baru dapat dilakukan secara
mandiri mengingat kendala waktu bila dilakukan visite bersama dengan petugas
kesehatan yang lain. visite dilakukan hanya untuk pasien dengan kriteria tertentu,
misal pasien penyakit kronis, pesien dengan rabber dokter, atau penggunaan obat
yang lebih dari sepuluh item.
5. Pengendalian antibiotika dalam pencegahan resistensi antibiotika belum berjalan,
sehingga perlu dibentuk minimal dengan komite PPRA.
6. Pelaksanaan indikator mutu dan OPPE belum berjalan, perlu pelatihan kemudian
langsung implementasi. Hanya angka ketidaklengkapan penulisan resep masih tinggi.
7. Pengelolaan resep sudah dilaksanakan secara kontinue oleh petugas farmasi, hanya
hasil dari evaluasi masih ada ketidaklengkapan resep yang masih tinggi.
8. Pelaksanaan pelatihan untuk in house training bagi karywan seperti tekhnik telaah
resep dan pelayanan obat aseptic harus di galakan agar standar pelayanan
kefarmasian yang optimal.
C. SARAN / RENCANA TINDAK LANJUT
Dari kegiatan farmasi yang sangat komplex yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan pelayanan kebutuhan unit di rumah sakit Rama Hadi, agar pelayanan dapat
berjalan dengan maximal, ada beberapa saran/ tindak lanjut yang dapat dilakukan ke
depannya, antara lain :
1. Penambahan kebutuhan SDM apoteker sesuai dengan kebutuhan dan peraturan.
Mengingat tanggung jawab pelayanan farmasi yang masih kurang optimal
dikerjakan.
2. Penambahan sarana prasarana yang memadai, untuk membantu pelayanan yang
optimal seperti, mesin printer etiket obat/ barcode
3. Ruang yang ada di instalasi farmasi masih menjadi satu kesatuan dalam semua
pelayanan, sehingga diperlukan pemetaan ruangan sesuai pelayanan, misal ruang
peracikan, penyiapan, administrasi, konsultasi, pelayanan rawat inap dan rawat
jalan yang terpisah. Dalam hal ini perlu perencanaan ruangan yang sesuai dengan
standard pelayanan kefarmasian
4. Perlu dilakukan pelaporan indicator mutu untuk mengetahui sejauh mana mutu
pelayanan kefarmasian di rumah sakit rama hadi, sehingga wajib ikut dalam
pelatihan PMKP
5. Pengendalian penggunaan antibiotika perlu mulai di perhatikan dengan
mengadakan pelatihan secara internal untuk kontrol pencegahan terjadinya
resistensi antibiotika, atau segera dibentukan komite PPRA yang beranggotakan di
dalam nya minimal dokter dan apoteker.
6. Untuk menunjang pelayanan yang optimal, perlu dilakukan pelatihan dan
workshop yang sesuai kebutuhan penunjang pelayanan baik secara ekternal
maupun internal.
7. Dalam keselamatan pasien, masih terjadi medication error, sehingga perlu
disosialisasikan dan monitoring dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian agar
ada barier yang dapat menyaring kesalahan tersebut tidak sampai ke pasien.

Anda mungkin juga menyukai