PENDAHULUAN
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep oct
Amadea
2 PJ Ranap Apoteker S1 FARMASI APOTEKER 94 95 95 95
Hayatunnufus
D3 MANAJEMEN
5 Fitria Junengsih Adm 85 86 88 86
IDUSTRI
Selisih stok fisik Sistem : pembelian obat luar non ada menu untuk meminta bagian IT obat terpotong
obat dengan sistem, resep yang dibayarkan dengan penginputan memfasilitasi menu secara sistem dan
kartu stok manual skema potongan gaji bagi khusus resep luar untuk pembelian fisik pada waktu
ruang racik belum karyawan, menyebabkan stok obat non resep yang obat non resep yang sama
berjalan tidak terpotong sistem karena diutamakan jika dengan skema
proses belum selesai sehingga pembayaran piutang
masih menggantung di sistem. skema piutang,
sehingga obat
yang diinput dapat
terpotong di
sistem
Sdm : permintaan obat, alkes, bhp form khusus bagian penunjang obat terpotong
tanpa resep, permintaan untuk permintaan medis, pelayanan secara sistem dan
ruangan belum meminta lewat manual ruangan medis,dan IT fisik pada waktu
sistem, sehingga petugas lupa, obat dan igd selain merancang form yang sama, ada
tanpa resep dari igd dengan resep melalui simrs, bisa khusus yang dokumentasi
menyusul, tetapi tidak tersepkan diarsipkan jika menunjang proses manual jika
salah satu obat atau alkesnya. tidak patuh sistem sistem SIMRS/sama sistem berkendala
dan bisa seperti format
terdokumentasi SIMRS, agar
permintaan yang
tidak dilakukan
melalui simrs bisa
Tanggal Identifikasi Akar Permasalahan Solusi Yang Rencana Tindak HASIL AKHIR
Permasalahan Diusulkan Lanjut
berkurang, prinsip
asuhan
kefarmasian
farmasi klinis
dapat berjalan.
sdm : penyediaan obat lama untuk ada alat cetak no pengajuan alat untuk pasien patuh
input identitas pasien dahulu, antrian no antrian menunggu
karena sistem berbasis web, harus terintegrasi pengambilan obat berdasarkan no
input RM, jaminan, dan nama dengan simrs, rawat jalan urut
secara bersamaan satu persatu. dibagi
sistem antrian
berdasarkan
pasien pengambilan
pelayanan umum
obat pasien rawat
dan jaminan
jalan manual
asuransi swasta
dengan web aplikasi
maupun bpjs,
pemanggilan
pasien
berdasarkan no
urut antrian
sdm : kesalahan pemberian obat IFRS melakukan melaukan monitoring obat terbaca
karena dosis, jenis sediaan tablet, sosialisasi dan evaluasi untuk dengan baik dan
amp, syr dan cara pakai tidak kelengkapan resep kelengkapan resep jelas, kesalahan
penulisan resep
dituliskan lengkap pada resep rawat pada perawat dan dan penulisan resep obat dapat
dokter di resep
inap kebanyakan. dokter jaga yang benar diminimalkan
rawat inap belum
diluar dari
lengkap
keharusan
melakukan
double check
kemanan dan sarpras : ruang tunggu pasien penambahan pengajuan rka untuk pasien dapat
kenyamanan menunggu obat kurang memadai, kursi, serta perbaikan dan duduk dengan
instalasi farmasi banyak pasien berdiri, masuk perbaikan sarana penambahan sarana nyaman,
Tanggal Identifikasi Akar Permasalahan Solusi Yang Rencana Tindak HASIL AKHIR
Permasalahan Diusulkan Lanjut
sdm : kurangnya sdm untuk pembagian ranap monitoring dan aplikasi akreditasi
pelayanan farmasi klinis, karena dan rajaal dalam evaluasi supervisi SNARS 1.1
belum terbagi manjdi 2 pelayanan pelayanan yang dan visite, berjalan, supervisi
rajal dan ranap,.apoteker belum terpisah dituangkan pada berjalan untuk
ada yang terjadwalkan untuk visit laporan supervisi pemantauan
dan supervisi ke ruangan rawat apoteker seperti penyimpanan
pembagian tugas
karena terbentur jadwal klinik pagi yang termaktub pada obat diruang
pekerjaan
akreditasi SNARS 1.1 ranap, igd dan
kefarmasian untuk
icu, visite pasien
petugas rawat inap
untuk
kurang maksimal
memastikan
kepatuhan obat
dan reaksi obat
yang tidak
diinginkan bisa di
cegah
sdm : dokter masih menulis resep sosialisasi monitoring dan penulisan resep
obat - obatan yang tidak tersedia di formularium rs evaluasi sesuai yang
rumah sakit, beberapa masih tidak dan penggunaan formulariium rumah disediakan oleh
mau menggantikan dengan obat obat untuk pasien sakit, bisa menjadi rumah sakit dan
yang kandungan sama - pasien BPJS penambahan item tidak jauh dari
obat atau formularium
pengurangan dan rumah sakit yang
obat diluar
pembahasan reaksi sudah ditetapkan,
formularium RS
obat yang tidak mengurangi
diinginkan jika ada komplain untuk
serta obat - obat obat yang tidak
recall dari industri tersedia karena
farmasi tidak pernah
disediakan di
rumah sakit
Ditemukannya sarpras : pendingin ruangan gudang ada kartu ceklis melakukan ceklis kondisi suhu
beberapa item obat tidak stabil, kadang panas dan dan jadwal suhu ruangan dengan ruangan
yang mutunya tidak dingin perawatan menyimpan penyimpanan
terjaga akibat suhu diruangan, termohigrometer obat terpantau
dalam gudang emnghindari sebagai alat deteksi
farmasi tidak kondisi yang buruk suhu dan
kondusif kelembapan, disetiap
jam 12 siang dan
Tanggal Identifikasi Akar Permasalahan Solusi Yang Rencana Tindak HASIL AKHIR
Permasalahan Diusulkan Lanjut
malam melaukan
pengisian
pemantauan suhu, di
jam saat cuaca panas
dan sejuk.
tidak ada alert atau pemberi tanda meminta IT monitoring dan ketersediaan obat
obat akan habis dan expired pada memfasilitasi pada evaluasi melalui stok dan kualitas tetap
info kadaluarsa
simrs, sehingga harus di lakukan simrs untuk of name setiap 3 terjaga
pada sistem saat
pemeriksaan manual dengan kondisi informasi bulan sekali
penginputan
jumlah obat dan alkes yang banyak. kadaluarsa dan
sisa stok
b. Pembelian Obat
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
c. Stock Of name
a. KENDALA DALAM PROSES PENDATAAN KE DALAM SIMRS:
1. Tanggal expired perlu ditambahkan menjadi 1 halaman
2. Tanggal expired diharapkan dapat terinput sesuai dengan jumlah itemnya
3. Penginputan berita acara penerimaan barang format system belum sama dengan
manual, tidak bisa cetak per transaksi.
4. Tidak bisa memasukan darurat stok jika asuransi swasta meminta penginputan
awal saat stok system 0 untuk keperluan klaim
5. Stok obat yang akan habis sebaiknya ada red notice atau bold merah muncul
pada baris pertama data stok.
6. Etiket tidak bisa memuat banyak informasi obat saat penginputan sebelum
pencetakan etiket obat, meminimalisir coretan manual.
7. Data pasien rajal dan ranap tidak memiliki kode inputan yang berbeda sesuai
jaminan pasien, sehingga sulit membedakan pelayanan rajal dan ranap
berdasarkan cara bayar, masih belum bisa dilakukan penarikan data sesuai cara
bayar antara ranap dan rajal
Analisa :
Stok mati adalah stok obat yang belum begerak dalam penggunaan dari persepan
oleh dokter dalam kurun waktu 3 sampai 4 bulan. Cairan infus KN dan KDN adalah
sediaan infus dasar yang memiliki kandungan kalium tinggi sebagai alternatif
penggunaan drip cairna kcl 0.46% yang sudah dalam satu flabot. Cairan infus yang
sebelumnya menjadi penyertaan pemesanan produk e – catalogue saat pemesanan
cairan dasar ringer laktat. Penggantian produk dengan expire date yang lebih jauh
sudah dilakukan untuk menjaga ketersediaan obat yang lebih panjang, produk lain
seperti kidmin untuk dan cairan inf nutrisi asam amino lainnya (aminoleban) belum
terdapat kasus baru, sedangkan produk cystone merupakan rekomendasai dokter
spesialis yang belum mau menggunakan kembali sebelum standarisasi sebagai
sisipan, ssat akan diretur terkendala pada proses retur, sedangkan produk lainnya
merupakan produk awal standarisasi 2021 dari produk hibah atau donasi dan belum
dresepkan oleh dokter spesialis maupun umum.
PENCAPAIAN SASARAN
No Kegiatan Pemenuhan Alasan/kendala Rencana Tindak
2022 belum tercapai Lanjut
1. SDM a. Ada 2 orang
a. Orientasi apoteker b. Sudah
karyawan sudah 2 pengajuan,
bulan, 3 ttk disesuaikan
b. Pemenuhan sudah 5 dengan b. melakukan
kebutuhan SDM bulan kondisi rs recruitment,
berjalan karena ramahadi
a. Baru tercapai 91 dampak covid goes to
%, untuk TTK campus
masih c. Pelatihan
membutuhkan external harus c. Aktif
untuk menyesusaika mengikuti
c. Pelatihan sesuai pembagian depo n jadwal dari pelatihan
pelayanan farmasi luar, baik internal
terhambat ndan
karena eksternal
b. Pelatihan wajib pandemic sesuai
(skreening kebutuhan.
resep) sudah d. belum
dapat diikuti dijadwalkan Direncanakan
oleh petugas pelatihan jadwal pelatihan
farmasi, dasar spt untuk karyawan
pelatihan APAR, BHD utk baru dengan in
tambahan karyawan baru house training
external belum
dapat tercapai
max.
Pelatihan utk
pegawai baru
belum dapat
terlaksana
No Kegiatan Pemenuhan Alasan/kendala Rencana Tindak
2022 belum tercapai Lanjut
2. Fasilitas: a. Koordinasi
a. Pemeliharaan a. Pemeliharaan a. Sudah lapor dengan
sarana dan sarpras dapat bagian sarpras bagian
prasarana dilakukan sarpras agar
rutinan tiap b. Menunggu sesuai jadwal
bulan, lemari penawaran dalam
dokumen dan dan mencari pemeliharaa
gudang arsip suplier serta n sarpras di
belum disepakati IFRS
terpenuhi rumah sakit
sesuai b. Mengajukan
b. Mesin printer kebutuhan pengadaan
b. Penggantian/ etiket belum mesin
penambahan terealisasi printer etiket
obat baru
untuk depo
rajal
3. Pengembangan
Pelayanan a. Edukasi pasien a. Kurangnya a. Perlu
a. PIO dan konsultasi ranap dan rajal tenaga /SDM dilakukan
obat pasien dapat yang belum kaderisasi
dilaksanakan memenuhi / dan
dengan sesuai jumlah sosialisasi
keterbatasan kebutuhan agar semua
SDM yang ada petugas bisa
b.
b. Rekonsiliasi b. Semua pasien b. Terus Reminding dan
baru akan follow up follow up
dilakukan baik dari petugas farmasi
pencatatan obat perawat dan IGD
untuk form dan Perlu
rekonsiliasi petugas peningkatan
ifrs pelayanan di
c. Kegiatan farmasi c. Sudah Pelayanan e instalsi farmasi
(perencanaan, dikerjakan purchasing dari
pengadaan,peneri sesuai dengan dengan LKPP perencanaan,
maan, pedoman perlu pelatihan pengadaan,
penyimpanan, pelayanan yang dan penjadwalan penerimaan,
pendistribusian ada di instalasi dengan pihak pendistribusi
dan pemantauan) farmasi LP3S dan
pemantauan
No Kegiatan Pemenuhan Alasan/kendala Rencana Tindak
2022 belum tercapai Lanjut
4. Mutu: Belum terlaksana a. Perlu a. Diajukan
Evaluasi indikator laporan indikator pelatihan diadakan
mutu di IFRS mutu instalasi pmkp bagi pelatiha
farmasi dan OPPE semua n pmkp
penulisan resep tenaga ifrs ke
untuk dokter, bagian
secara kontinue diklat
5. Keselamatan pasien
Pelaporan insiden Pelaporan insiden Petugas yang Reminding dan
yang terjadi/ belum dilakukan tidak konsisten follow up Lebih
ditemukan di IFRS implementasi, atau tidak kontinue dalam
melalui tindak langsung menulis pelaporan dan
lanjut ke depan di form pelaporan mengevaluasi
harus segera di insiden kejadian yang
implementasikan dilaporkan
jika ada dengan optimal
6. Keselamatan Kerja
Melakukan Hand Hand hygiene Kesadaran masing Melakukan
hygiene dan dapat – masing petugas teknik aseptik
pemakaian APD pada dilaksanakan, masih harus terus dalam peracikan
waktu melakukan tetapi masih perlu diingatkan (HH),dan
dispensing monitoring secara menertibkan
intens memakai APD
(masker)
BAB VIII
PENUTUP
I. KESIMPULAN, EVALUASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN DAN EVALUASI
Secara keseluruhan pelayanan farmasi dapat berjalan dengan cukup baik, dari
perencanaan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian dan pemantauan dapat dikerjakan
oleh petugas kefarmasian.
II. KESIMPULAN, EVALUASI DAN SARAN
B. KESIMPULAN DAN EVALUASI
Secara keseluruhan pelayanan farmasi dapat berjalan dengan cukup baik, dari
perencanaan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian dan pemantauan dapat dikerjakan
oleh petugas kefarmasian.
1. Proses pemesanan dalam 1 kali seminggu mengakibatkan penurunan stok minimal
yang harus tersedia karena kunjungan rumah sakit yang tidak bisa dprediksi dari
penggunaan obat – obatan diluar yang rutinitas, sehingga kondisi stok yang belum
masuk stok minimal akan atau tidak dilakukan pemesanan, kekosongan obat bisa
mengakibatkan peningkatan belanja karena obat tetap harus disediakan di saat
penggunaan yang sudah lewat sebagai antisipasi penggunaan selanjutnya.
2. Penyesuaian stok minimal di gudang di evaluasi dengan perubahan system
pemesanan dalm satu minggu untuk efisiensi biaya dan ketersediaan barang tetap
terjaga.
3. Penerimaan sediaan farmasi, dapat dilakukan setiap hari jam kerja, apabila petugas
logistik sudah pulang dapat diterima oleh petugas farmasi yang jaga di pelayanan.
4. Pemantauan penggunaan obat di rumah sakit rama hadi dilakukan dengan edukasi ke
pasien baik rawat inap atau rawat jalan. Untuk pemantauan efek samping obat
dilakukan apabila ada laporan dari perawat kemudian apoteker melakukan telaah
dengan metode algoritma naranjo. Visite apoteker baru dapat dilakukan secara
mandiri mengingat kendala waktu bila dilakukan visite bersama dengan petugas
kesehatan yang lain. visite dilakukan hanya untuk pasien dengan kriteria tertentu,
misal pasien penyakit kronis, pesien dengan rabber dokter, atau penggunaan obat
yang lebih dari sepuluh item.
5. Pengendalian antibiotika dalam pencegahan resistensi antibiotika belum berjalan,
sehingga perlu dibentuk minimal dengan komite PPRA.
6. Pelaksanaan indikator mutu dan OPPE belum berjalan, perlu pelatihan kemudian
langsung implementasi. Hanya angka ketidaklengkapan penulisan resep masih tinggi.
7. Pengelolaan resep sudah dilaksanakan secara kontinue oleh petugas farmasi, hanya
hasil dari evaluasi masih ada ketidaklengkapan resep yang masih tinggi.
8. Pelaksanaan pelatihan untuk in house training bagi karywan seperti tekhnik telaah
resep dan pelayanan obat aseptic harus di galakan agar standar pelayanan
kefarmasian yang optimal.
C. SARAN / RENCANA TINDAK LANJUT
Dari kegiatan farmasi yang sangat komplex yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan pelayanan kebutuhan unit di rumah sakit Rama Hadi, agar pelayanan dapat
berjalan dengan maximal, ada beberapa saran/ tindak lanjut yang dapat dilakukan ke
depannya, antara lain :
1. Penambahan kebutuhan SDM apoteker sesuai dengan kebutuhan dan peraturan.
Mengingat tanggung jawab pelayanan farmasi yang masih kurang optimal
dikerjakan.
2. Penambahan sarana prasarana yang memadai, untuk membantu pelayanan yang
optimal seperti, mesin printer etiket obat/ barcode
3. Ruang yang ada di instalasi farmasi masih menjadi satu kesatuan dalam semua
pelayanan, sehingga diperlukan pemetaan ruangan sesuai pelayanan, misal ruang
peracikan, penyiapan, administrasi, konsultasi, pelayanan rawat inap dan rawat
jalan yang terpisah. Dalam hal ini perlu perencanaan ruangan yang sesuai dengan
standard pelayanan kefarmasian
4. Perlu dilakukan pelaporan indicator mutu untuk mengetahui sejauh mana mutu
pelayanan kefarmasian di rumah sakit rama hadi, sehingga wajib ikut dalam
pelatihan PMKP
5. Pengendalian penggunaan antibiotika perlu mulai di perhatikan dengan
mengadakan pelatihan secara internal untuk kontrol pencegahan terjadinya
resistensi antibiotika, atau segera dibentukan komite PPRA yang beranggotakan di
dalam nya minimal dokter dan apoteker.
6. Untuk menunjang pelayanan yang optimal, perlu dilakukan pelatihan dan
workshop yang sesuai kebutuhan penunjang pelayanan baik secara ekternal
maupun internal.
7. Dalam keselamatan pasien, masih terjadi medication error, sehingga perlu
disosialisasikan dan monitoring dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian agar
ada barier yang dapat menyaring kesalahan tersebut tidak sampai ke pasien.