Anda di halaman 1dari 5

Ekstrak & Ekstraksi

Ekstrak
• Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
• Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat dalam bentuk
yang mempunyai kadar tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur
dosisnya.
• Persyaratan untuk meracik bahan kandungan tumbuhan adalah tingkat kehalusan yang
sesuai dari materi awal.
• Meningkatnya tingkat kehalusan maka permukaan simplisia akan semakin besar sehingga
memudahkan pengambilan bahan kandungan langsung oleh bahan pelarut.
• Namun tingkat penghalusan yang sangat tinggi dari simplisia tidak menguntungkan sebab
bahan pengekstraksi akan sulit dipisahkan dari sisa setelah berlangsungnya ekstraksi.
• Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah
obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam
memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna.
• Beberapa metode penyarian antara lain, maserasi, perkolasi, dan soxhletasi. 
Ekstraksi
• Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan.
• Ekstraksi dengan pelarut adalah pemisahan antar bagian dari suatu bahan berdasarkan
pada perbedaan sifat melarut dari masing-masing bagian bahan terhadap pelarut yang
digunakan
Berdasarkan wujud bahannya, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu:
• Ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari campurannya
dengan zat padat yang tidak dapat larut.
• Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur,
dengan menggunakan pelarut yang dapat melarutkan salah satu zat
• Pelarut organik yang biasa digunakan adalah senyawa hidrokarbon pelarut lemak dan
minyak, seperti alkohol dan aseton.

Penerapan Ekstraksi
Ekstraksi banyak digunakan sebagai komplementer (tambahan) disamping distilasi.
Ekstraksi diperlukan terutama:
• Bila proses distilasi akan membutuhkan panas dalam jumlah terlalu besar, cth: bila
volatilitas relatif mendekati satu
• Bila kita ingin menghindari pemanasan terhadap suatu zat
• Bila komponen yang hendak dipisahkan sangat berbeda sifat-sifatnya (kelarutan)
Pemilihan solven menjadi sangat penting, dipilih solven yang memiliki sifat antara lain:
• Solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven sedikit atau tidak
melarutkan diluen,
• Tidak mudah menguap pada saat ekstraksi,
• Mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat dipergunakan kembali,
• Tersedia dan tidak mahal.
Contoh-contoh Ekstraksi
• Pengambilan senyawa relatif murni seperti benzena, toluen dan xylene dari reformat yang
dihasilkan secara katalitis pada industri
• Produksi asam asetat anhidrat
• Pemurnian penicilin (dari senyawaan lain sebagai hasil fermentasi yang sangat kompleks)
• Pada industri bioteknologi (biokimia) diperlukan ekstraktan (solven) yang sangat “lembut”
dan khusus (misal: campuran air - polyethylene glycol – phosphat) mengingat banyak
solven organik dapat mendegradasi bahan-bahan yang sensitif (seperti protein)
Metode ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu
 Ekstraksi tunggal yaitu dengan mencampurkan bahan yang akan diekstrak dihubungkan
satu kali dengan pelarut.
Disini sebagian dari zat yang akan diolah akan larut dalam bahan pelarut sampai tercapai
suatu keseimbangan. Metode ekstraksi tunggal mempunyai kekurangan yaitu
rendemennya rendah.
 Ekstraksi multi tahap, bahan yang akan diekstrak dihubungkan beberapa kali dengan
bahan pelarut yang baru dalam jumlah yang sama besar. Setelah melalui beberapa kali
pencampuran dan pemisahan maka didapatkan ekstrak dengan rendemen yang lebih
tinggi daripada ekstraksi tunggal
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Ekstraksi
Ukuran Bahan
• Pengecilan ukuran bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga
mempercepat penetrasi pelarut ke dalam bahan yang akan diekstrak dan mempercepat
waktu ekstraksi.
Suhu Ekstraksi
• Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi untuk beberapa komoditas
dapat menimbulkan kerusakan. Ekstraksi baik dilakukan pada kisaran suhu 30-50 oC
Pelarut
• Jenis pelarut yang digunakan merupakan faktor penting dalam ekstraksi.
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini
a. Selektifitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain
dari bahan ekstraksi.
b. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan
pelarut lebih sedikit).
c. Kemampuan untuk tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh atau hanya secara terbatas larut dalam bahan
ekstraksi.
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang
besar antara pelarut dan bahan ekstraksi.
e. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-komponen bahan ekstraksi.
f. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi
atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat.
Kriteria yang lain
• Pelarut sedapat mungkin harus murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak
terbakar, tidak eksplosif bila bercampur dengan udara, tidak korosif, tidak menyebabkan
terbentuknya emulsi, memiliki viskositas yang rendah dan stabil secara termis
Contoh Ekstraksi dengan pelarut
• Ekstraksi Oleoresin secara Multi Tahap
Ekstraksi oleoresin merupakan ekstraksi padatan-cairan yang melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut : Ekstraksi diawali dengan pindahnya pelarut kebagian permukaan solid, pelarut
akan melarutkan solut dan membentuk senyawa atau larutan campuran. Larutan campuran
tersebut akan bergerak menuju permukaan bahan dan kemudian keluar
• Ekstraksi multi tahap adalah menghubungkan bahan yang akan diekstrak dengan bahan
pelarut baru beberapa kali dengan jumlah besar.
• Campuran bahan yang akan diekstrak dengan pelarut dilakukan pengadukan secara
intensif dalam suatu instalasi aduk, dengan adanya pengadukan kontak antara pelarut
dengan bahan utama lebih lama sehingga daya larutnya lebih besar.
Penyaringan
• Hasil ekstraksi umumnya masih mengandung bahan ikutan lain yang terdapat dalam
residu.
• Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan antara filtrat dan residu karena dalam filtrat
tersebut komponen oleoresin yang diinginkan.
• Penyaringan dilakukan dengan menggunakan penyaring vakum untuk mempercepat
proses penyaringan dan juga supaya pelarut tidak menguap
Evaporasi
• Pelarut yang masih terdapat dalam filtrat harus diuapkan dengan metode evaporasi untuk
mendapat oleoresin. Penguapan pelarut oleoresin lada hitam dilakukan dalam keadaan
vakum menggunakan rotary vacuum evaporator. Pemekatan dilakukan sampai tidak ada
pelarut yang menguap, masing-masing perlakuan mempunyai waktu penguapan yang
berbeda, tergantung jumlah pelarut yang digunakan

• Campuran antara oleoresin dan pelarut dipisahkan dengan cara penyulingan pada titik uap
pelarut. Jika dipergunakan heksan maka penyulingan dilakukan pada suhu + 40ºC dan +
65ºC jika digunakan etanol 96%

Anda mungkin juga menyukai