Anda di halaman 1dari 4

Defisini Sitologi

ilmu yang mempelajari tentang sel-sel tubuh manusia baik yang terlepas sendiri
atau diambil dengan cara tertentu. Pemeriksaan sitologi adalah jenis pemeriksaan yang
mengamati perubahan sel akibat penyakit/jejas terhadap tubuh.Tujuan pemeriksaan sitologi
adalah untuk menilai perubahan morfologi abnormal pada sel dari berbagai bagian tubuh
manusia. Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi ada atau tidaknya sel kanker pada
cairan tubuh. Selain itu juga dapat memberikan gambaran perubahan sel karena proses
peradangan atau infeksi.

Spesimen Sitologi
Spesimen untuk pemeriksaan sitologi bisa diperoleh dengan dua cara, yaitu :
1. Spesimen cairan yang terlepas spontan dari jaringan (exfoliated cells), sesuai
dengan cara pengambilan dikategorikan menjadi 2, yaitu :
- Cairan yang sudah keluar lepas dari organ tubuh dan sewaktu-waktu bisa
kita siapkan dengan mudah. Contoh : Urine, sputum.
- Cairan yang didapat secara aspirasi pada organ tubuh yang dicurigai.
Contoh : Cairan ascites, cairan BAL (Broncho Alveolar Lavage),
pericardium, cairan pleura, dll. (Hernowo et al, 2011).
2. Spesimen yang sengaja dilepaskan dari jaringan dengan teknik
sikatan/sitologi abrasif
Contoh : Sedian pap smear, bronchial brushing (Ekawati, 2014)

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan pemeriksaan sitologi


1. Ketepatan pengambilan
2. Metode fiksasi yang benar
3. Cara pengepakan dan pengiriman sampel
4. Prosesing sitologi terutama pewarnaan sel.
No. 1. dilaksanakan oleh dokter.
No. 2-4 dilaksanakan oleh teknisi laboratorium.
Pengertian Cairan Asites
Asites adalah akumulasi cairan abnormal di rongga peritoneum. Rongga peritoneum
mengandung cairan serosa sebanyak 50-100 ml. Peritoneum menyekresikan cairan serosa
yang melumasi permukaan peritoneum dan memungkinkan pergerakan di antara kedua
lapisan peritoneum.

Terdapat berbagai metode yang dapat


dilakukan untuk menganalisis cairan asites, salah
satunya adalah pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan sitologi cairan asites merupakan
gold standar untuk mendeteksi adanya sel-sel
ganas pada cairan asites.Pemeriksaan sitologi asites memiliki
sensitivitas berkisar 50% dan spesifisitas yang
mendekati 100%.

Patofisiologi
Mekanisme dasar terjadinya asites secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
transudasi dan eksudasi.8 Mekanisme transudasi terjadi akibat akumulasi filtrasi serum di
dinding kapiler utuh secara fisik dengan aliran cairan melalui membran serosa melebihi
proses reabsorpsi normal. Hal ini terjadi akibat peningkatan tekanan vena misalnya pada
gagal jantung kongestif, sirosis hati, hipoproteinemia pada gagal ginjal. Mekanisme
eksudasi terjadi akibat kerusakan pada percabangan dinding kapiler yang terdapat pada
jaringan ikat serosa. Kerusakan ini menyebabkan keluarnya protein dan berbagai
komponen sel darah masuk ke kavitas serosa sehingga dapat menimbulkan asites.

Pada keadaan normal, jumlah cairan peritoneal tergantung pada keseimbangan antara
aliran plasma ke dalam dan keluar dari darah dan pembuluh limfa. Apabila keseimbangan
tersebut terganggu maka terbentuklah ascites. Ketidakseimbangan kadar plasma mungkin
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan tekanan vena, penurunan
protein (tekanan onkotik), atau peningkatan obstruksi limfa.

PARACENTESIS
Paracentesis merupakan prosedur yang relatif sederhana yang dapat dilakukan di
tempat tidur pasien, dengan cara memasukkan jarum suntik ke dalam cavum abdomen,
kemudian dikeluarkan sejumlah kecil cairan ascites untuk tujuan diagnostik atau dalam
jumlah besar untuk tujuan terapi. pada saat pengambilan posisikan pasien, posisi supine
atau lateral decubitus. Posisi tempat pungksi biasanya Right Lower Quadrant atau caudal
umbilicus (jika penderita kurus)

Hasil
Kriteria penggolongan positif dan negatif keganasan menggunakan pengelompokkan
berdasarkan klasifikasi Papanicolaou. Pada penelitian ini, kasus asites dikatakan positif
disertai keganasan apabila memenuhi kriteria Papanicolaou kelas III, IV, dan V. Sedangkan,
kasus asites dikatakan negatif disertai keganasan apabila memenuhi kriteria
Papanicoloau kelas I dan II. Penjabaran masing- masing kelas Papanicolaou disajikan
dalam
Kelas Keterangan
I Tidak ada sel atipik atau abnormal
II Gambaran sitologi atipikal, tetapi tidak
ada bukti keganasan
III Gambaran sitologi dicurigai keganasan,
displasia ringan sampai sedang
IV Gambaran sitologi keganasan dijumpai
displasia berat
V Gambaran sitologi keganasan
keganasan memiliki
Berdasarkan kriteria klasifikasi
Papanicolaou tersebut, penampakan sel radang, sel
reaktif hiperplasia mesotelial, dan limfositosis
dimasukkan dalam kriteria I dan II.

Sebuah sitologi positif (apusan ganas) adalah


dikonfirmasi dengan adanya sel pleomorfik, dengan
peningkatan rasio nukleositoplasma, membran tidak teratur
tepi dan kromatin yang menggumpal kasar.

Anda mungkin juga menyukai