Anda di halaman 1dari 13

Habitus:

 Jurnal  Pendidikan  Sosiologi  dan  Antropologi    


Vol.  3  No.  1  Tahun  2019  hal.  1-­‐13    
ISSN:  2597-­‐9264    
 
Cultural Lag Dalam Program Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) Online Dengan Sistem Zonasi Tahun 2018
Di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sukoharjo
Oleh :
Antonius Rahardityo Adiputra1, Ravik Karsidi2, Bagus Haryono3

Abstrak
Cultural lag merupakan salah satu peristiwa disintegrasi dari reaksi masyarakat terhadap bentuk
perubahan sosial. Program Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online dengan sistem zonasi ini
memberikan dampak cultural lag bagi peserta didik di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sukoharjo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan cultural lag yang terjadi dalam program
PPDB online dengan sistem zonasi tahun 2018 di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sukoharjo.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus pada peserta
didik baru di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sukoharjo. Sumber data primer diperoleh dari hasil
wawancara mendalam secara langsung kepada informan. Sumber data sekunder diambil dari buku,
jurnal maupun dokumen-dokumen resmi lainnya dari informan. Pemilihan informan dipilih dengan
cara purposive non-probability sampling. Tehnik pengumpulan data menggunakan observasi
langsung, wawancara mendalam dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi sumber.
Teori yang digunakan adalah teori Ogburn tentang kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaan sosial
dan pola-pola organisasi yang tertinggal di belakang perubahan kebudayaan materiil. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pada tahun 2017 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia mengeluarkan program Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online dengan sistem
zonasi. Hal yang ingin dicapai pemerintah adalah ingin melakukan reformasi sekolah secara
menyeluruh. Sistem zonasi dalam program Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online ini
menjadi salah satu strategi yang digunakan pemerintah untuk mencapai pemerataan pendidikan
secara cepat dan berkualitas. Meskipun saat ini model pendidikan dan pembelajaran sudah masuk di
era globalisasi, namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa minimnya penguasaan digital dan
sosialisasi yang kurang maksimal menyebabkan terjadinya cultural lag pada kalangan peserta didik
baru di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sukoharjo yaitu terhambatnya proses pendaftaran dan
banyaknya kesalahan dalam pemilihan sekolah. Hal tersebut mengakibatkan proses Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi yang dilakukan secara online di Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Sukoharjo tidak maksimal.

Kata Kunci : Cultural Lag, Peserta Didik, Zonasi

                                                                                                                       
1
Magister Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta,(st_twiggy@yahoo.com)
2,3
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta,
 

  1  
Pendahuluan yang saling terkait secara terpadu untuk
Indonesia merupakan salah satu negara mencapai tujuan pendidikan nasional.
berkembang yang bangsanya sedang Berangkat dari bunyi pasal ini dapat diketahui
mengupayakan berbagai hal untuk membuat bahwa pendidikan adalah sistem yang
Indonesia menjadi Negara yang lebih maju, merupakan suatu totalitas struktur yang terdiri
salah satunya di bidang pendidikan. Bangsa dari komponen yang saling terkait dan secara
Indonesia berupaya keras menjadikan bersamaan menuju kepada tercapainya tujuan.
Indonesia maju di bidang pendidikan. Sistem Soetarno (2003) menyebutkan bahwa
pendidikan yang dianut Indonesia tak lepas ada beberapa komponen penting dalam
dari sistem pendidikan yang tentunya mampu pendidikan nasional di Indonesia, hal tersebut
membawa bangsa Indonesia kepada kemajuan adalah lingkungan, sarana prasarana, sumber
dan perkembangan. Untuk menciptakan daya dan masyarakat yang memiliki
bangsa yang cerdas dan berprestasi ditingkat kompetensi mumpuni dalam bidang
nasional maupun internasional, hal pertama pendidikan. Keseluruhan komponen tersebut
yang dilakukan tentunya adalah terus harus berjalan beriringan satu sama lain, saling
memperbaiki sistem pendidikan yang ada di memiliki keterkaitan dan mendukung satu
Indonesia. Hal tersebut juga mampu menjawab sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan
tantangan zaman yang selalu berubah. sesuai visi misi Sistem Pendidikan Nasional
Sebagaimana yang tertera dalam visi yang berlaku.
dan misi Sistem Pendidikan Nasional yang Sistem pendidikan nasional yang
tertuang dalam Undang-Undang Republik tertera dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Indonesia SISDIKNAS sebagai upaya untuk
SISDIKNAS yang berbunyi sebagai berikut : mengembangkan potensi peserta didik yang
“Terwujudnya sistem pendidikan mengenyam pendidikan, terutama di sekolah
sebagai pranata sosial yang kuat dan Negeri supaya menjadi manusia yang
berwibawa untuk memberdayakan memiliki iman serta ketaqwaan yang baik
swmua warga Negara Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu agar
berkembang menjadi manusia yang peserta didik menjadi manusia yang memiliki
berkualitas sehingga mampu dan akhlak mulia, berbudi pekerti luhur, sehat
proaktif menjawab tantangan zaman jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif,
yang berubah”. aktif, mandiri serta menjadi warga Negara
Adapun misi yang diemban oleh yang demokratis, bertanggungjawab serta
SISDIKNAS adalah sebagai berikut : bermanfaat bagi nusa dan bangsa Indonesia
“Mengupayakan perluasan dan (Munirah, 2015).
pemerataan kesempatan memperoleh Salah satu untuk mewujudkan visi dan
pendidikan yang bermutu bagi seluruh misi SISDIKNAS tersebut, Kementerian
rakyat”. Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan
(Munirah, 2015). program Penerimaan Peserta Didik Baru
Pasal 1 Undang-Undang Republik (PPDB) yang dilakukan secara online dengan
Indonesia SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 sistem zonasi.
disebutkan bahwa Sistem Pendidikan Nasional Sekolah yang diselenggarakan oleh
adalah keseluruhan komponen pendidikan pemerintah daerah wajib menerima calon

  2  
peserta didik yang berdomisili pada radius akademik tetap dapat mengakses sekolah yang
zona terdekat dari sekolah paling sedikit selama ini diperebutkan oleh peserta didik
sebesar 90 persen dari total jumlah peserta yang tinggal jauh dari sekolah. Harapannya
didik yang diterima. Domisili calon peserta kelak seluruh sekolah dapat merata secara
didik tersebut berdasarkan alamat pada kartu kualitas.
keluarga yang diterbitkan paling lambat enam Namun karena beberapa faktor, seperti
bulan sebelum pelaksanaan Penerimaan ketidaksiapan masyarakat dalam menyambut
Peserta Didik Baru (PPDB) (Jurnal Jendela sistem pendidikan di era globalisasi ini,
Pendidikan dan Kebudayaan, XII/Juli 2017 : mengakibatkan sistem Penerimaan Peserta
3). Didik Baru (PPDB) online dengan sistem
Radius zona terdekat ditetapkan oleh zonasi ini tidak maksimal.
pemerintah daerah sesuai dengan kondisi di Berlandaskan latar belakang masalah
daerah tersebut. Kemudian sebesar 10% dari yang masih menjadi kontroversi ini, peneliti
total jumlah peserta didik dibagi menjadi dua tertarik untuk menggali data kemudian
kriteria, yaitu 5% untuk peserta didik yang melaporkannya ke dalam bentuk tulisan
mengalami perpindahan domisili. Namun, ilmiah. Agar mampu memberikan
sistem zonasi tersebut tidak berlaku bagi rekomendasi untuk pihak-pihak terkait.
Sekolah Menengah Kejuruan. Sistem zonasi
ini hanya berlaku bagi Sekolah Menengah Cultural Lag
Atas (Jurnal Jendela Pendidikan dan Ketertinggalan kebudayaan atau yang
Kebudayaan, XII/Juli 2017). lebih dikenal dengan istilah cultural lag
Penerapan sistem zonasi ini tertuang memiliki keterlibatan antara dua variabel yang
dalam Peraturan Kementerian Pendidikan dan berbeda, namun terjadi di waktu yang sama
Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017 Tentang pada masa tertentu. Dengan adanya inovasi
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada atau penemuan baru, salah satu variabel
Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah tersebut berubah lebih cepat daripada variabel
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, yang lain. Apabila laju perubahan bagian-
Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk bagian yang saling memiliki ketergantungan
Lain yang Sederajat. Kementerian Pendidikan tersebut berbeda dari satu kebudayaan yang
dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai lainnya, maka masyarakat dihadapkan dengan
regulator, mengatur sistem zonasi yang harus kondisi cultural lag. Kemudian penyesuaian
diterapkan sekolah dalam menerima calon kebudayaan yang lain seringkali kurang
peserta didik baru. memuaskan dan tidak bisa mengejar
Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru ketertinggalan kebudayaan yang terjadi.
(PPDB) yang dilakukan secara online dengan (Sztompka, 2004).
sistem zonasi ini menimbulkan berbagai William Orgurn (1950) menyatakan
peristiwa disintegrasi dari reaksi masyarakat. bahwa manusia yang tidak adaptif terhadap
Culture Lag dalam Penerimaan Peserta Didik perkembangan zaman, yang artinya tidak
Baru (PPDB) yang dilakukan secara online mampu menyesuaikan dirinya dapat berakibat
dengan sistem zonasi ini tidak dapat dihindari. pada kualitas hidupnya. Dimanapun manusia
Pemerintah membuat sistem ini dengan tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan
tujuan untuk mempercepat pemerataan bermasyarakat tentu harus memiliki sikap
kualitas pendidikan. Anak yang kurang adaptif, jika tidak, maka akan terjadi cultural
mampu secara ekonomi maupun secara lag.

3  
 
Munculnya cultural lag (ketimpangan berlaku, setiap sekolah mau tidak mau secara
kebudayaan), kondisi ini terjadi pada saat serempak melakukan pelayanan Penerimaan
unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang Peserta Didik Baru (PPDB) sistem zonasi. Dan
secara bersamaan. Salah satu unsur ini hanya berlaku bagi sekolah Negeri saja.
kebudayaan yang satu berkembang lebih cepat Pemerintah membuat kebijakan
dari unsur kebudayaan yang lain, sehingga tersebut dengan tujuan agar sistem pendidikan
mengakibatkan unsur kebudayaan yang lain nasional di Indonesia sama rata, sehingga
mengalami ketertinggalan. tidak ada lagi sebutan sekolah favorit. Dimana
Biasanya hal ini sulit untuk diperbaiki sekolah favorit biasanya hanya mampu
demi menyamakan perkembangan kebudayaan diduduki oleh peserta didik dengan status
yang terjadi. Hal mencolok yang terjadi adalah sosial tinggi serta tingkat kecerdasan akademis
terjadinya ketertinggalan cara berpikir dan yang baik. Hal tersebut tercantum dalam
bertindak masyarakat terhadap sesuatu Peraturan Menteri Pendidikan dan
dibandingkan dengan pesatnya perkembangan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 14
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi ini Tahun 2018 Tentang Penerimaan Peserta
banyak terjadi di berbagai daerah di Indonesia Didik Baru (PPDB).
(Ogburn, 1950). Berdasarkan Peraturan Menteri
Itulah yang menjadi salah satu Pendidikan dan Kebudayaan Republik
penyebab negara Indonesia masih menjadi Indonesia Nomor 14 Tahun 2018 Tentang
negara berkembang, belum mumpuni untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Bab II
mencapai negara yang maju. Terdapat Pasal 2 ayat 1 bahwa PPDB bertujuan untuk
perbedaan antara kebudaaan material dengan menjamin penerimaan peserta didik baru
kebudayaan imaterial. Hl tersebut mencakaup berjalan secara objektif, transparan, akuntabel,
Lembaga sosial, nilai dan norma yang ada nondiskriminatif, dan berkeadilan dalam
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. rangka mendorong peningkatan akses layanan
Terjadinya cultural lag dipicu dengan pendidikan. Kemudian pada Bab II Pasal 2
adanya perubahan pada kebudayaan material ayat 2 menyebutkan bahwa nondiskriminasi
yang cenderung terlebih dahulu mengalami sebagaimana dimaksud pada ayat 1
perkembangan daripada kebudayaan imaterial. dikecualikan bagi sekolah yang secara khusus
Pada proses penyesuaian antara kebudayaan melayani peserta didik dari kelompok gender
material dan kebudayaan immaterial inilah atau agama tertentu.
yang disebut dengan cultural lag. (Supardan, Selanjutnya dalam Peraturan Menteri
2009). Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2018 Tentang
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada
Penerimaan Peserta Didik Baru Bab III Tentang Tata Cara PPDB Bagian
(PPDB) merupakan salah satu mekanisme dari Keempat Tentang Zonasi Pasal 16 Ayat (1)
penyelenggaraan pendidikan menjelang tahun menyebutkan bahwa sekolah yang
ajaran baru dimana terjadinya penyeleksian diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah
terhadap calon peserta didik yang dilakukan wajib menerima calon peserta didik yang
oleh satuan pendidikan guna diterima sebagai berdomisili pada radius zona terdekat dari
peserta didik dalam satuan pendidikan. Untuk sekolah paling sedikit sebesar 90 % (sembilan
menjalankan sistem pendidikan nasional puluh persen) dari total jumlah keseluruhan
sesuai peraturan perundang-undangan yang peserta didik yang diterima.

  4  
Pasal 16 Ayat (2) menjelaskan bahwa persen) dari total jumlah keseluruhan
domilisi calon peserta didik sebagaimana peserta didik yang diterima.
dimaksud pada ayat 1 berdasarkan alamat pada Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik
kartu keluarga yang diterbitkan paling lambat Baru (PPDB) offline terdapat beberapa jalur,
6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan PPDB. yaitu jalur Prestasi, jalur Mitra Warga, jalur
Selanjutnya Pasal 16 Ayat (3) menyebutkan Bidik Misi, dan Jalur Inklusif. Jalur prestasi
radius zona terdekat sebagaimana dimaksud yaitu bagi calon peserta didik yang memiliki
pada Pasal 16 Ayat (1) ditetapkan oleh prestasi baik di bidang akademis maupun non
pemerintah daerah sesuai dengan kondisi di akademis. Jalur mitra warga yaitu untuk calon
daerah tersebut berdasarkan : peserta didik yang berasal dari keluarga
a. Ketersediaan anak usia sekolah di kurang mampu. Jalur bidik misi yaitu biaya
daerah tersebut; dan pendidikan peserta didik miskin yang
b. Jumlah ketersediaan daya tampung berprestasi.
dalam rombongan belajar pada masing- Sedangkan jalur inklusif yaitu
masing sekolah. Sedangkan pada pelaksanaan Penerimaan
Pada Pasal 16 Ayat (4) menjelaskan Peserta Didik Baru (PPDB) online yaitu
bahwa dalam menetapkan radius zona melalui laman (website) resmi Penerimaan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 Ayat Peserta Didik Baru (PPDB) pada masing-
(3), pemerintah daerah melibatkan masing daerah. Sekolah yang diselenggarakan
musyawarah atau kelompok kerja kepala oleh pemerintah wajib mengumumkan secara
sekolah. terbuka proses pelaksanaan dan informasi
Selanjutnya pada Pasal 16 Ayat (5) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB),
menegaskan bahwa bagi sekolah yang berada antara lain terkait persyaratan, seleksi, daya
di daerah perbatasan provinsi/kabupaten/kota, tampung, dan hasil penerimaan peserta didik
ketentuan presentase dan radius zona terdekat baru (https://www.kemdikbud.go.id/).
sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 Ayat (1) Dalam Pertunjuk Teknis Penerimaan
dapat ditetapkan melalui kesepakatan secara Peserta Didik Baru (PPDB) SMA Negeri dan
tertulis antar pemerintah daerah yang saling SMK Negeri Jateng Tahun Pelajaran
berbatasan. Terakhir, Pasal 16 Ayat (6) 2018/2019 menyebutkan bahwa
menjelaskan bahwa sekolah yang penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik
diselenggarakan oleh pemerintah daerah dapat Baru (PPDB) pada Sekolah Menengah Atas
menerima calon peserta didik melalui : Negeri dan Sekolah Menengah Kejuruan
a. Jalur prestasi yang berdomisili diluar Negeri di Provinsi Jawa Tengah Tahun
radius zona terdekat dari sekolah Pelajaran 2018/2019 didasarkan pada prinsip-
paling banyak 5 % (lima persen) dari prinsip sebagai berikut :
total jumlah keseluruhan peserta didik a. Obyektif, artinya pelaksanaan
yang diterima; dan Penerimaan Peserta Didik Baru
b. Jalur bagi calon peserta didik yang (PPDB) sistem zonasi harus adil dan
berdomisili diluar zona terdekat dari sama rata.
sekolah dengan alasan khusus meliputi b. Transparan, artinya untuk menghindari
perpindahan domisili orangtua/wali kemungkinan penyimpangan yang
peserta didik atau terjadi bencana terjadi maka pelaksanaan Penerimaan
alam/sosial, paling banyak 5 % (lima Peserta Didik Baru (PPDB) sistem
zonasi bersifat terbuka dan dapat

5  
 
diketahui oleh masyarakat termasuk berdampak negatif bagi sekolah-sekolah yang
orang tua peserta didik baru. kurang favorit akibat rendahnya siswa baru
c. Akuntabel, artinya Penerimaan Peserta yang mendaftar dan akhirnya menjadi
Didik Baru (PPDB) sistem zonasi kekurangan murid (Rosdiana, 2017).
mulai dari prosedural, pelaksanaan Zonasi merujuk pada pembagian
hingga hasilnya dapat wilayah, yang menjadi pertimbangan dalam
dipertanggungjawabkan. sistem zonasi ini adalah daya tamping sekolah
d. Tidak diskriminatif, artinya setiap Negeri dengan jumlah peserta didik baru di
warga negara yang berusia sekolah satu wilayah tertentu yang merupakan lulusan
dapat mengikuti program pendidikan Sekolah Menengah Pertama atau sederajat.
pada sekolah Negeri di wilayah Negara Klasifikasi zonasi terdiri dari (a) Zona 1, (b)
Kesatuan Republik Indonesia tanpa Zona 2, (c) di luar zona. Batasan wilayah
membedakan agama, golongan, status zonasi dimaksud adalah :
sosial (kondisi ekonomi, suku dan a. Zona 1 adalah wilayah kecamatan di
daerah asal. tempat atau lokasi satuan pendidikan
berada dan/atau kecamatan lain yang
Zonasi berbatasan langsung dengan satuan
Sistem zonasi ini merupakan suatu pendidikan yang bersangkutan baik di
sistem pendidikan nasional di Indonesia yang dalam maupun di luar
mengharuskan sekolah Negeri untuk kabupaten/kota/provinsi yang
menerima semua calon peserta didik baru ditetapkan oleh Kepala Dinas.
mendaftar sesuai zonasinya tanpa terkecuali. b. Zona 2 adalah wilayah di luar zona 1
Hal ini juga mengarahkan siswa untuk dan berada dalam satu kabupaten/kota
mendaftar di sekolah yang terdekat dengan dengan satuan pendidikan yang
domisilinya atau alamat yang tertera pada bersangkutan.
Kartu Keluarga. Dengan demikian dapat c. Luar zona adalah wilayah di luar
meminimalisir peserta didik yang memiliki ketentuan zona 1 dan zona 2 di dalam
keunggulan di bidang akademik terkumpul di satu wilayah provinsi dan/atau luar
satu sekolah yang selama ini disebut sebagai provinsi Jawa Tengah.
sekolah favorit. Sistem zonasi ini berlaku Ketentuan zonasi dalam Penerimaan
untuk tingka Sekolah Dasar, Sekolah Peserta Didik Baru (PPDB) diatur sebagai
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah berikut :
Atas sederajat Negeri yang berada di bawah a. Penerimaan Peserta Didik Baru dalam
naungan langsung Kementerian Pendidikan zona 1 paling sedikit 50 % dari daya
dan Kebudayaan Republik Indonesia tampung satuan pendidikan, dan
(Rosdiana, 2017). apabila ketentuan ini tidak terpenuhi
Sebelum diterapkannya sistem zonasi dapat dipenuhi dari calon peserta didik
ini dilakukan dengan menggunakan nilai yang berasal dari zona 2.
tertinggi yang berasal dari nilai evaluasi b. Penerimaan Peserta Didik Baru dalam
belajar murni (NEM). Hal ini mengakibatkan zona 2 paling sedikit 40 % dari daya
munculnya istilah sekolah favorit. Istilah tampung satuan pendidikan, namun
inilah yang membuat para siswa baru ketentuan ini diperbolehkan tidak
berlomba-lomba untuk dapat masuk di sekolah terpenuhi apabila jumlah calon peserta
yang dicap favorit tersebut sehingga

  6  
didik pada zona 1 melebihi batas tersebut sedang mengalami cultural lag.
minimal yang telah ditentukan. Dalam karya terkemukanya Social Change
c. Penerimaan Peserta Didik Baru with Respect to Culture and Original Nature,
(PPDB) luar zona maksimal 10 % dari Ogburn mengemukakan :
daya tampung satuan pendidikan. a. Perilaku manusia merupakan produk
Keseluruhan ketentuan zonasi warisan sosial atau budaya, bukan
Penerimaan Peserta Didik Baru produk faktor-faktor biologis yang
(PPDB) ini, tidak berlaku untuk satuan diturunkan lewat keturunan.
pendidikan Sekolah Menengah b. Kenyataan sosial pada dasarnya terdiri
Kejuruan. Hanya berlaku untuk atas pola-pola perilaku individu yang
Sekolah Menengah Atas (Juknis PPDB nyata dan konsekuensi-
SMA Negeri dan SMK Negeri Jateng konsekuensinya.
Tahun Pelajaran 2018/2019). c. Perubahan-perubahan kebudayaan
materiil terbentang mulai dari
Teori Cultural Lag penemuan awal. Sedangkan
William F Ogburn, salah satu ilmuwan kebudayaan nonmateriil, yang akhirnya
terkemuka pertama yang telah melakukan berkonsekuensi harus menyesuaikan
penelitian secara rinci mengenai perubahan diri dengan kebudayaan-kebudayaan
kebudayaan yang sedang terjadi. Ogburn materiil.
memiliki beberapa teori yang cukup d. Kebudayaan nonmateriil yang tidak
berpengaruh yaitu mengenai proses terjadinya mampu mengejar kecepatan perubahan
perubahan kebudayaan yang terjadi di dalam dalam kebudayaan materiil yang terus
kehidupan bermasyarakat. Teori tersebut melaju. Hasilnya adalah suatu
terkenal dengan cultural lag, yang memiliki ketegangan yang terus meningkat
arti ketertinggalan kebudayaan. Bagi Ogburn, antara budaya materiil dengan
cultural lag adalah adanya perbedaan yang nonmateriil (Ogburn, 1950).
mencolok antara kemjuan dari berbagai aspek Teori cultural lag ini tersusun dari dua
kebudayaan dalam kehidupan masyarakat. variabel penting untuk menunjukkan
Teori cultural lag yang dikemukakan penyesuaian waktu ataupun masa tertentu.
oleh Ogburn menjadi sumbangan penting di Tetapi karena penemuan baru atau inovasi
bidang sosiologi. Konsep cultural lag yang tercipta mendahului variabel lainnya,
mengacu pada kecendungan dari habit sosial maka salah satu variabel pasti akan mengalami
yang dimiliki masyarakat dan pola-pola perubahan atau inovasi baru yang lebih cepat
organisasi sosial yang tertinggal lebih jauh di dan lebih baik dari variabel yang lainnya.
belakang (lag behind) terhadap inovasi Dapat dikatakan laju perubahan pada bagian-
kebudayaan materiil. Perubahan kebudayaan bagian kebudayaan yang saling
materiil ini cenderung terus menerus bergulir ketergantungan tersebut tidaklah sama, dalam
seiring berjalannya waktu dan mengikuti kondisi ini masyarakat dihadapkan pada
perubahan zaman yang terjadi secara global. situasi cultural lag, yang mana untuk variabel-
Di sisi lain, perubahan kebudayaan imateriil variabel kebudayaan yang lain akan
berjalan lebih lamban dan tidak mampu mengalami kesulitan dalam penyesuaiannya.
mengikuti perubahan kebudayaan materiil Sehingga yang terjadi adalah ketidakpuasan
yang terjadi, pada saat hal ini terjadi di dalam dalam pencapaian tujuan yang semula ingin
kehidupan bermasyarakat, maka masyarakat dituju. (Ogburn, 1950).

7  
 
Ketidakmampuan dalam menyesuaikan stagnan maka hal tersebut juga menjadi
diri yang akhirnya menimbulkan ketidapuasan pemicu adanya perubahan sosial.
ini berakibat pada kualitas hidup masyarakat. c. Adanya perubahan dalam kehidupan
Bagi Ogburn, terdapat dua jenis penyesuaian bermasyarakat, utamanya hal yang
sosial, pertama, penyesuaian antara bagian- berkaitan dengan kebudayaan, maka
bagian yang terdapat dalam kebudayaan perubahan acapkali menimbulkan
sehingga mampu mampu mencapai tujuan kejutan sosial dengan memunculkan
yang sesuai dalam waktu yang bersamaan. pola-pola pemikiran baru, pola-pola
Kedua, penyesuaian antara kebudayaan tindakan baru, hingga menciptakan
dengan manusia yang hidup di dalam suatu habit baru. Tentu dengan begitu terjadi
masyarakat. Upaya penyesuaian sosial ini berbagai macam konflik yang
tentu akan mengakibatkan beberapa berbenturan dengan nilai-nilai
ketegangan di dalam kehidupan bermasyarakat tradisional. Hal tersebut biasanya
dan perampasan hak asasi manusia, terjadi diawali dengan adanya perubahan
kejahatan, serta berbagai patologi sosial yang teknologi (kebudayaan materiil) yang
lainnya. Hal tersebut menunjukkan tanda- lebih cepat berkembang dibandingkan
tanda kegagalan sikap adaptif dalam dengan perubahan pada nilai-nilai,
kehidupan sosial. (Ogburn, 1950). norma-norma, kepercayaa, serta pola
Terjadinya cultural lag dipicu perilaku dan pola berpikir yang
manakala unsur-unsur kebudayaan materiil menjadi alat pengatur manusia dalam
dan imateriil tidak berkembang secara hidup bermasyarakat (Ogburn, 1950).
bersamaan. Kebudayaan materiil cenderung
berkembang lebih cepat dibandingkan dengan Metode
kebudayaan imateriil, sehingga memicu Penelitian ini merupakan penelitian
adanya ketertinggalan kebudayaan. Kondisi ini kualitatif (qualitative research) dengan
biasanya terjadi di negara berkembang, salah menggunakan pendekatan studi kasus (case
satunya adalah Republik Indoneisa. study). Studi ini merupakan tehnik untuk
Ogburn, menyampaikan beberapa inti mempelajari culture lag dalam program
teori materialis, diantaranya : Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang
a. Ketidakpuasan masyarakat terhadap dilakukan secara online dengan sistem zonasi
kondisi sosial yang berlaku selama di Sekolah Menengah Atas Negeri 2
mereka hidup mampu mempengaruhi Sukoharjo Tahun Pelajaran 2018/2019.
kondisi pribadi masyarakat, hal inilah Sumber data primer dalam penelitian
yang menjadi penyebab terjadinya ini merupakan semua perkataan yang penting
perubahan. Baik itu perubahan atau tindakan dari informan yaitu peserta didik
kebudayaan materiil maupun imateriil. baru, orang tua peserta didik baru, guru,
b. Terdapat hubungan yang karyawan, serta stakeholders dalam
berkesinambungan antara unsur-unsur pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru
sosial dalam kehidupan bermasyarakat, (PPDB) online dengan sistem zonasi di
namun dengan adanya kondisi salah Sekolah Menegah Atas Negeri 2 Sukoharjo.
satu unsur kebudayaan telah Selain dari semua itu merupakan sumber data
mengalami kemajuan atau perubahan sekunder, diantaranya dokumentasi berupa
dan unsur kebudayaan lainnya masih data tertulis, foto dan data statistik yang
diperoleh dari pihak-pihak terkait.

  8  
Teknik pengambilan sampel berlangsung, tahapan tersebut diantaranya
menggunakan cara purposive non-probability adalah reduksi, penyajian dan penarikan
sampling, karena peneliti menentukan kesimpulan atau verifikasi. Kegiatan ini
informan sesuai kriteria mengenai cultural lag ditetapkan ke dalam penelitian ini, berarti data
dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dikumpulkan dari proses wawancara,
online dengan sistem zonasi di Sekolah observasi dan dokumentasi.
Menengah Atas Negeri 2 Sukoharjo. Kemudian direduksi dengan cara
Variasi informan ditentukan menyederhanakan dan menyeleksi data yang
berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan permasalahan. Setelah melalui
dalam sistem zonasi bagi peserta didik baru proses reduksi, data yang sudah terseleksi
dalam mengikuti Penerimaan Peserta Didik peneliti sajikan dan analisis dalam penyajian
Baru (PPDB) online sistem zonasi. Informan data. Data yang terakhir setelah data tersusun
yang peneliti gali informasinya ditentukan rapi dan dianalisis dengan benar, lalu tahapan
berdasarkan kebutuhan peneliti dalam selanjutnya adalah verifikasi atau penarikan
menggali data. Peneliti terus menggali kesimpulan.
informasi kepada informan yang sesuai
kriteria dalam penelitian. Kriteria yang penulis Hasil dan Pembahasan
tentukan kepada informan berupa informan Hasil dari penelitian ini menunjukkan
kunci, informan utama dan informan bahwa ketidaksiapan peserta didik baru dalam
pendukung. menghadapi program Penerimaan Peserta
Teknik pengumpulan data dilakukan Didik Baru (PPDB) yang dilakukan secara
dengan cara pengamatan (observasi), online dengan sistem zonasi. Hal tersebut
wawancara mendalam (in-depth interview) dan dapat dilihat dari jumlah pendaftar peserta
dokumentasi. Triangulasi sumber dalam didik baru di Sekolah Menengah Atas Negeri
penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan 2 Sukoharjo mayoritas melakukan pendaftaran
data yang bersifat informatif mengenai secara online di sekolah padahal sistem
cultural lag dalam program Penerimaan pendaftaran online bisa dilakukan di luar
Peserta Didik Baru (PPDB) yang dilakukan sekolah. Persiapan terkait berupa perangkat
secara online dengan sistem zonasi, oleh utama yaitu komputer, Sumber Daya Manusia
karena itu peneliti menggali data sekaligus juga jaringan internet juga masih banyak
menguji keabsahan serta kredibilitas data yang ditemukan kelemahan. Dengan minimnya
peneliti dapatkan langsung dari peserta didik sosialisasi mengenai petunjuk pengisian
baru, guru, karyawan dan semua pihak yang program Penerimaan Peserta Didik Baru
terlibat. (PPDB) online, fakta di lapangan
Analisis data dalam penelitian ini menunjukkan masih banyak ditemukan
merupakan siklus interaktif dengan beberapa kesalahan dalam pengisian data.
tahap, yaitu pengumpulan data, reduksi data, Masih banyak ditemukan paradigma
penyajian data dan verifikasi. Proses analisa mengenai sekolah favorit yang kemudian
data sekaligus menyeleksi data, dalam berpengaruh pada pemilihan Sekolah
penelitian ini dilakukan dengan cara Menengah Atas sebagai sekolah tujuan untuk
menyederhanakan keterangan yang ada. melanjukan pendidikan di jenjang Sekolah
Dalam siklus interaktif, peneliti terus Menengah Atas. Sedangkan sistem zonasi
bergerak diantara empat tahap sumbu yang sudah berlaku sejak Tahun Pelajaran
kumparan selama pennggalian data 2017/2018 ini bertujuan untuk menghilangkan

9  
 
kastanisasi dalam proses Penerimaan Peserta dapat berjalan meskipun tidak sejajar dan
Didik Baru (PPDB) online. beriringan (Ogburn, 1964).
Hasil penelitian ini menunjukkan Sekolah Menengah Atas Negeri 2
masih banyak peserta didik baru yang Sukoharjo adalah lembaga pendidikan tingkat
mengalami kesalahan masuk Sekolah lanjut dibawah Dinas Pendidikan Provinsi
Menengah Atas yang tidak sesuai dengan Jawa Tengah. Dengan demikian, kebijakan
keinginannya dan kemampuannya. Dalam dan tata peraturan yang digunakan dalam
komponen penilaian terkait ketentuan proses penyelenggaraan proses pendidikan
tambahan nilai prestasi masih banyak merujuk pada kebijakan Dinas Pendidikan
ditemukan kerancuan. Ada beberapa peserta Provinsi Jawa Tengah termasuk didalamnya
didik baru yang merasa dirugikan karena proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
memiliki sertifikat tertentu, namun sertifikat sistem zonasi yang dilakukan secara online.
tersebut tidak dapat diakui sebagai Proses rekrutmen peserta didik baru ini tidak
penambahan nilai prestasi terkait lembaga sama dengan proses penerimaan peserta didik
yang mengeluarkan. baru sebelumnya.
Untuk menganalisis permasalahan Perbedaan tersebut nampak dalam
yang penulis angkat dalam penelitian sistem yang dihadirkan dalam membantu
mengenai cultural lag dalam program proses seleksi yaitu munculnya tambahan fitur
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang zonasi didalamnya. Sistem zonasi ini berguna
dilakukan secara online dengan sistem zonasi untuk memetakan lokasi tempat tinggal calon
di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 peserta didik baru. Sistem zonasi dalam
Sukoharjo, penulis menggunakan teori Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di
cultural lag yang dikemukakan oleh William Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sukoharjo
F Ogburn. mewajibkan sekolah menerima calon peserta
Konsep cultural lag yang disampaikan didik baru yang bertemoat tinggal dalam
oleh Ogburn mengacu pada adanya radius zona terdekat sekolah dan hal ini
kecenderungan dari habit masyarakat dalam dijadikan pertimbangan pertama dalam
kehidupan sosialnya dan pola-pola yang menerima peserta didik baru.
menjadi unsur pengatur kehidupan masyarakat Kompleksitas respon peserta didik
(nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan) yang baru terhadap program Penerimaan Peserta
tertinggal di belakang (lag behind) dengan Didik Baru (PPDB) online dengan sistem
perubahan materiil (ilmu pengetahuan dan zonasi sebenarnya bisa dipahami sebagai
tekonologi) yang sudah lebih berkembang sebuah gejala “kesenjangan budaya” (cultural
terlebih dahulu. Hal itulah yang lag).
mengakibatkan terjadinya perubahan sosial. Menurut Ogburn (1964) yang
Sosial change yang terjadi biasanya ditandai mencetuskan teori ini, teknologi adalah mesin
dengan adanya ketegangan dan ketimpangan utama penggerak kemajuan namun senantiasa
antara kebudayaan materiil dengan berbenturan dengan respon social terhadapnya.
kebudayaan imateriil. Di dalam masyarakat a. Bertumpu pada asusmsi dasar “middle
tertentu ini menimbulkan konflik yang cukup technological determinism”, William F
signifikan, namun bagi masyarakat tertentu ini Ogburn menyatakan bahwa
hanya menimbulkan perbedaan perspektif kesenjangan budaya terjadi pada
yang mana kedua unsur kebudayaan masih tahapan akhir dari empat tahapan
perkembangan teknologi, yaitu:

  10  
penemuan, yaitu tahapan dimana Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online
teknologi pertama kali diciptakan. dan harus mendaftarkan kembali di sekolah
b. Akumulasi, yaitu proses pertumbuhan swasta.
dan perkembangan teknologi. Permasalahan ini terus berlanjut
c. Difusi yaitu proses pertukaran dan hingga proses Penerimaan Peserta Didik Baru
pergulatan gagasan seputar teknologi (PPDB) online dengan sistem zonasi berakhir.
yang pada gilirannya memunculkan Hasil penelitian di lapangan ditemukan cukup
temuan-temuan baru. banyak siswa yang akhirnya mengundurkan
d. Penyesuaian diri, yaitu tahapan di diri sebagai calon peserta didik baru walaupun
mana aspek-aspek non material dari peserta didik baru tersebut dinyatakan diterima
budaya merespon temuan-temuan pada sekolah pilihan. Minimnya sosialisasi
teknologi tersebut. Keterlambatan yang didapatkan calon peserta didik dalam
respon budaya non material inilah yang proses penyesuaian diri terhadap penggunaan
menyebabkan munculnya kesenjangan program Penerimaan Peserta Didik Baru
budaya. (PPDB) online dengan sistem zonasi menjadi
Uraian Ogburn tersebut tepat salah satu faktor penyebab terjadinya cultural
menggambarkan realitas dalam sistem lag.
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online Kesimpulan
dengan sistem zonasi dan respon sosial Sekolah Menengah Atas Negeri 2
terhadapnya. Pada saat sistem online Sukoharjo adalah lembaga pendidikan tingkat
dilibatkan dalam dunia pendidikan khususnya lanjut yang berada di Kabupaten Sukoharjo
seleksi penerimaan peserta didik baru, maka dan di bawah naungan Dinas Pendidikan dan
persoalan penyesuaian diri antara calon Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. Pada
peserta didik baru dan sistem online mencuat tahun ajaran 2018/2019 termasuk sekolah
ke permukaan. Persoalan yang tampak dalam yang menggunakan sistem seleksi Penerimaan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online Peserta Didik Baru (PPDB) online dengan
sistem zonasi adalah ketidaksiapan calon sistem zonasi terobosan dari Kementerian
peserta didik baru dalam mengikuti proses Pendidikan dan Kebudayaan Republik
seleksi, banyak ditemukan hambatan terkait Indonesia. Sistem seleksi Penerimaan Peserta
pengisian data dalam fitur-fitur yang telah Didik Baru (PPDB) online dengan sistem
disediakan di sistem. zonasi merupakan hal baru dalam perekrutan
Banyak ditemukan kesalahan dalam peserta didik baru, dimana nilai Ujian
pengisian pemilihan jurusan dan pemilihan Nasional bukan penentu peserta didik baru
sekolah berdasarkan zonasi. Pada pemilihan untuk dapat diterima di sekolah yang
jurusan di Sekolah Menengah Atas banyak diinginkan. Namun jarak radius tempat tinggal
siswa yang terpaku pada satu jurusan saja, yang bersangkutan yang menjadi syarat dan
tanpa mempertimbangkan nilai dari hasil ketentuan dalam proses Penerimaan Peserta
Ujian Nasional yang didapat. Sedangkan Didik Baru (PPDB) online.
sistem tidak bisa menganalisa lebih jauh Hasil riset menunjukkan bahwa
mengenai pemilihan jurusan yang sesuai pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru
dengan kemampuan ataupun nilai ujian (PPDB) online sistem zonasi banyak terdapat
nasional siswa, yang kemudian berujung pada permasalahan serta hambatan. Hal ini terjadi
kesalahan dalam pemilihan jurusan ketika karena kurangnya sosialisasi dan
diterima ataupun terlempar dari sistem seleksi ketidaksiapan calon peserta didik baru serta

11  
 
orang tua dalam menghadapi perubahan sistem program Penerimaan Peserta Didik Baru
pendidikan yang selalu mengalami perubahan (PPDB) online dengan sistem zonasi
yang cukup signifikan. dipersiapkan secara matang, antara lain
Ketidaksiapan masyarakat dalam Sumber Daya Manusia dan perangkat
menghadapi perubahan sistem baru, utamanya komputer sebagai pendukung jalannya
yang berkaitan dengan kebudayaan materiil sistem pendidikan nasional secara online.
(ilmu pengetahuan dan teknologi), termasuk 4. Bagi orang tua atau wali peserta didik
dalam kajian cultural lag. Dimana terdapat baru, akan lebih baik bila selalu mengikuti
kesenjangan yang cukup signifikan antara dan memperbaharui informasi-informasi
aspek materiil (ilmu pengetahuan dan terkait perubahan regulasi dalam sistem-
teknologi). dengan aspek imateriil (kebiasaan sistem yang ada dalam dunia pendidikan
serta pola perilaku). saat ini.

Saran Daftar Pustaka


1. Bagi pemerintah pusat, akan lebih baik
melakukan evaluasi perbaikan dalam Juknis PPDB SMA Negeri dan SMK Negeri
mempersiapkan Penerimaan Peserta Didik Jateng Tahun Pelajaran 2018/2019.
Baru (PPDB) online dengan sistem zonasi Munirah, 2015. Sistem Pendidikan di
tahun pelajaran berikutnya agar sistem Indonesia : Antara Keinginan dan
dapat berjalan lebih maksimal. Disamping Realita. Jurnal Auladuna, Volume 2,
itu, merencanakan dan menerbitkan Nomor 2.
ketentuan perundang-undangan tentang Ogburn, William F. 1950. Social Change,
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) With Respect to Culture and Original
online dengan sistem zonasi lebih awal, Nature. New York : Viking
dengan tujuan untuk memberikan rentang Ogburn, William F and Mayer F Nimmkoff.
waktu yang cukup bagi pemerintah daerah 1964. Sociology. Boston: A Pfeffer And
dan sekolah untuk menyesuaikan dengan Simmons International University
peratuan perundang-undangan yang baru. Edittion, Toughton Miffilin Company
2. Bagi pemerintah daerah penyelenggara Peraturan Menteri Pendidikan dan
kebijakan, akan lebih baik apabila Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017
mengadakan sosialisasi yang massif Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru
kepada satuan-satuan pendidikan maupun (PPDB).
satuan kerja yang terkait dengan Rosdiana, Weni dan Hermin Aprilia Lestari.
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2017. Implementasi Kebijakan
online sebelum program tersebut Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
dilaksanakan. Sehingga peserta didik baru Di SMA Negeri 4 Kota Madiun Tahun
beserta orang tua tidak mengalami 2017. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan
kendala yang berarti dalam mengikuti Hukum. Universitas Negeri Surabaya.
setiap tahapan program Penerimaan Soetarno, 2004. Sumber Daya Pendidikan
Peserta Didik Baru (PPDB) online dengan Dengan Pendekatan Sistem. Makalah
sistem zonasi yang berlaku. Pendidikan. Surakarta : Universitas
3. Bagi sekolah penyelenggara Penerimaan Muhammadiyah Surakarta.
Peserta Didik Baru (PPDB) online, lebih
baik apabila semua yang terkait dengan

  12  
Supardan, Dadang. 2009. Pengantar Ilmu
Sosial : Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta : Bumi Aksara.
Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan
Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS.
Website resmi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
https://www.kemdikbud.go.id/

13  
 

Anda mungkin juga menyukai